• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

1. Komunikasi Antarpribadi

Secara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi, di mana proses tersebut mengacu pada perubahan tindakan dari orang-orang yang berkomunikasi ( Sendjaja,1994:41 ).

Dari pengertian komunikasi yang demikian, terdapat sejumlah karakter khusus yang dimiliki oleh komunikasi antarpribadi, yaitu :

a. Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional, hal ini mengacu pada proses dari komunikasi antarpribadi yang saling bertukar pesan, di mana kedua belah pihak saling berperan; dan bertukar peran, baik itu sebagai pemberi pesan atau penerima pesan, atau sebagai keduanya.

b. Komunikasi antarpribadi mencakup aspek isi-isi pesan dan hubungan antar pribadi; maksudnya komunikasi antarpribadi tidak hanya menyangkut isi pesan yang dipertukarkan, tetapi juga melibatkan siapa partner kita dan bagaimana hubungan kita dengan partner kita tersebut.

c. Komunikasi antarpribadi mensyaratkan adanya kedekatan fisik (proksimitas) antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dengan kata lain

komunikasi antarpribadi menuntut setiap orang yang berkomunikasi setidaknya pernah bertemu.

(2)

d. Komunikasi antarpribadi tidak dapat diulang atau diubah. Jika kita salah mengatakan sesuatu, mungkin bisa minta maaf, tetapi itu tidak berarti menghapus apa yang pernah kita ucapkan.

Setiap orang memiliki tujuan-tujuan tertentu dalam membina hubungan antarpribadi dengan orang lain, namun demikian Devito mengemukakan beberapa tujuan yang mendorong individu untuk menjalin hubungan antarpribadi dengan orang lain (Devito, 1986:14-15).

1. Untuk mengenal diri sendiri.

Ketika kita membangun sebuah hubungan antarpribadi dengan orang lain kita belajar banyak hal tentang diri kita sendiri. Faktanya, sebagian besar persepsi kita tentang diri kita pribadi sering dibentuk dari hubungan antarpribadi tersebut.

2. Untuk menemukan dunia luar.

Sama seperti kita belajar lebih banyak tentang diri kita sendiri melalui hubungan antarpribadi, kita juga belajar tentang dunia luar, objek-objek, peristiwa, dan orang lain. Sekalipun kita juga belajar tentang semua itu dari media massa, tetapi kita seringkali mendiskusikan dan memahami semua itu melalui interaksi antarpribadi.

3. Untuk membangun dan memelihara hubungan yang sungguh-sungguh. Salah satu kebutuhan terbesar kita adalah membangun dan memelihara hubungan dengan orang lain. Kita ingin merasa disukai dan dicintai, dan sebaliknya kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain.

(3)

Hubungan antarpribadi yang kita jalin dengan orang lain, membuat kita merasa positif tentang diri kita sendiri.

4. Untuk merubah sikap dan perilaku.

Seringkali kita berusaha merubah sikap dan perilaku orang lain dalam hubungan antarpribadi. Kita menginginkan mereka untuk memilih cara tertentu, bidang tertentu, kursus tertentu, berpikir dengan cara tertentu, dan lain-lain. Kita menghabiskan waktu-waktu terbaik kita dalam hubungan antarpribadi yang persuasif karena memang itulah tujuan dari komunikasi yang sesungguhnya, yaitu merubah perilaku orang lain.

5. Untuk bermain dan menghibur.

Bermain mencakup semua aktivitas yang bertujuan untuk menimbulkan kesenangan. Berbicara kepada teman tentang aktivitas kita selama seminggu, mendiskusikan olahraga atau kencan, menceritakan sebuah cerita atau humor adalah beberapa contoh. Jauh dari sekadar tidak berarti atau tidak serius, tujuan kegiatan ini sangat penting bagi kita semua. Hal ini memberikan keseimbangan bagi kita dan memberikan penyegaran dari segala keseriusan yang kita alami.

6. Untuk mendapatkan pertolongan.

Kita sering memperoleh hal ini dari interaksi kita dengan orang lain setiap hari; kita memberikan penghiburan kepada teman yang baru saja patah hati, kita memberikan saran kepada anak-anak tentang studi yang akan diambil, kita menenangkan anak kecil yang menangis, dan berhasil atau

(4)

tidaknya seseorang melakukan hal ini tergantung dari kecakapannya dalam berkomunikasi secara pribadi.

Untuk membangun sebuah hubungan antarpribadi yang baik dengan orang lain diperlukan beberapa hal, antara lain (Devito,1986:70) :

1. Keterbukaan.

Keterbukaan dalam hubungan antarpribadi mencakup tiga hal; yang pertama seorang individu haruslah terbuka kepada orang yang berinteraksi dengannya, yang kedua; seseorang harus jujur terhadap stimulus yang dialaminya-hal ini berarti jujur untuk respon dari stimulus yang diterimanya, yang ketiga; seseorang harus mengakui keberadaan dari perasaan dan pikirannya.

2. Empati.

Empati sekalipun hal yang paling sering kita dengar, juga adalah hal yang paling sulit untuk kita lakukan. Dan hal ini adalah hal yang terpenting yang harus kita miliki ketika kita membangun hubungan dengan orang lain. Ketika kita mampu berempati kepada orang lain, kita berada pada posisi yang lebih baik untuk mengerti orang lain.

3. Dukungan.

Hubungan yang efektif adalah hubungan yang didalamnya ada dukungan. Keterbukaan dan empati saja tidak cukup untuk membangun sebuah hubungan tanpa adanya dukungan. Dukungan ditunjukkan dan dikembangkan dengan sikap kita yang lebih menjelaskan daripada

(5)

mengkritik, spontan daripada hati-hati, dan lebih siap untuk berubah daripada tidak menerima masukan dari orang lain.

4. Sikap positif.

Kita menunjukkan sikap positif dalam hubungan antarpribadi dengan paling sedikitnya dua cara: membangun perilaku yang positif, dan bersikap lembut kepada orang yang berinteraksi dengan kita.

5. Kesamaan.

Kesamaan adalah karakter yang khusus. Karena tidak dalam semua hal kita bisa pada level yang sama dengan orang lain seperti kecerdasan, penampilan, materi, dll. Dan ini juga bukan berarti kita tidak bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda dengan kita. Maksudnya adalah kita harus memiliki pemahaman yang sama bahwa kita adalah sederajat dalam keberadaan kita sebagai manusia dan masing-masing pribadi punya hal yang berbeda yang bisa saling mendukung.

Lima hal yang disebutkan di atas adalah aspek-aspek penting dari sebuah hubungan yang harus diperhatikan oleh setiap orang ketika ingin membangun sebuah hubungan antarpribadi dengan orang lain. Devito tidak menyimpulkan bahwa ketika kita memperhatikan aspek-aspek tersebut di atas kita akan berhasil membangun hubungan yang baik, tetapi Devito menyatakan bahwa hal hal tersebut jika kita perhatikan akan membantu kita membangun sebuah hubungan yang efektif dengan orang lain.

(6)

2. Kelompok dan Dinamika Kelompok

Oxford Learner’s Pocket Dictionary mengemukakan kelompok sebagai sekumpulan orang atau benda yang dipersatukan. Sementara itu Muzafer Sherif menyatakan bahwa kelompok merupakan unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai hubungan saling tergantung sesuai dengan status dan peranannya, yang memiliki norma-norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompok baik secara tertulis maupun tidak tertulis (Tesis; Suyatna,1982;5).

Kumpulan sosial dari beberapa orang tidak serta merta disebut sebagai kelompok sosial, sebab kumpulan dari beberapa orang dapat dikategorikan atas banyak nama, antara lain; mass, mobs, aggressive, exope, acquisitive, expressive,

audience, causal, intensional, recreational, information, lynching, terrorizization, riobs, panic organization, serta panic in organization (Santoso,1999:46). Muzafer

Sherif menyebutkan beberapa ciri-ciri kelompok sosial yaitu : (1) Adanya dorongan/motif yang sama pada setiap individu sehingga terjadi interaksi sosial sesamanya dan tertuju dalam tujuan bersama. (2) Adanya reaksi dan kecakapan yang berbeda di antara individu satu dengan yang lain akibat terjadinya interaksi sosial. (3) Adanya pembentukan dan penegasan struktur kelompok yang jelas, terdiri dari peranan dan kedudukan yang berkembang dengan sendirinya di dalam rangka mencapai tujuan bersama. (4) Adanya penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelompok dalam merealisasi tujuan kelompok.

Ciri-ciri yang demikian mempersempit objek-objek yang masuk ke dalam cakupan sebuah kelompok sosial dan memberikan penjelasan bahwa dalam upaya

(7)

untuk mencapai tujuan bersama sebuah kelompok sosial memiliki struktur kepemimpinan sekalipun dalam jenis kelompok tertentu kepemimpinan tersebut seringkali terjadi tanpa disadari oleh anggota kelompok tersebut.

Saling kebergantungan anggota kelompok atau interdependensi di antara anggota mengakibatkan adanya dinamika dalam sebuah kelompok. Jenkins (Suyatna:1982;5) menyatakan bahwa dinamika kelompok adalah kekuatan-kekuatan di dalam kelompok yang menentukan perilaku kelompok dan perilaku anggota kelompok untuk tercapainya tujuan kelompok, sementara itu ada juga yang menyatakan bahwa dinamika kelompok adalah studi tentang kelompok, dan sampai kepada kondisi menyeluruh untuk proses dari sebuah kelompok. (http://en.wikipedia.org/wiki/Group_Dynamics).

Margono (Suyatna;1982:6) mengemukakan kekuatan-kekuatan di dalam kelompok (dinamika kelompok), termasuk: tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas, pembinaan kelompok, kekompakan kelompok, suasana kelompok, tekanan pada kelompok, dan keefektifan kelompok. Hal-hal tersebut menjadi kekuatan karena ketika faktor-faktor dalam dinamika kelompok tersebut dilakukan dengan baik maka dapat mendorong terciptanya suatu kelompok yang sangat efektif ketika menghadapi berbagai hal dalam kehidupan kelompok.

Ruth Benedict (Santosa: 1999; 9-10) menjelaskan beberapa unsur dalam dinamika kelompok, antara lain bagaimana kedekatan (kohesivitas) di dalam kelompok akan mempengaruhi juga proses pengelompokan, nilai-nilai dalam kelompok. Benedict juga menyatakan bahwa motif seseorang dalam sebuah kelompok mempengaruhi kesatuan kelompok, tujuan bersama, orientasi terhadap

(8)

kelompok dan terhadap dirinya sendiri, hal ini dapat dipahani karena ketika seseorang memiliki motif yang kuat untuk berada dalam sebuah kelompok, maka motif itu bisa menjadi sebuah kekuatan atau faktor pemicu untuk memberikan hal-hal yang positif dari dirinya secara pribadi bagi tercapainya tujuan kelompok; dan yang juga berarti tentu saja meningkatkan kesatuan dalam kelompok. Struktur dalam sebuah kelompok menyangkut masalah bentuk hubungan yang terjadi di antara anggota kelompok, perbedaan kedudukan antaranggota, serta pembagian tugas di antara meraka.

Benedict juga menyatakan betapa pentingnya masalah kepemimpinan dalam sebuah kelompok sebab pemimpin memegang peranan penting dalam keberhasilan kelompok. Seorang pemimpin memiliki wewenang untuk mengatur dan mengkoordinir setiap anggota kelompok dalam mengerjakan suatu tugas tertentu untuk mencapai tujuan kelompok, atau seorang pemimpin juga memiliki wewenang untuk mengarahkan setiap anggota kelompok untuk berinteraksi satu dengan yang lain sehingga kekompakan kelompok dapat terjaga. Pentingnya peranan seorang pemimpin dalam kelompok dapat terlihat pada bentuk kepemimpinan, tugas seorang pemimpin, juga sistem kepemimpinannya.

Perkembangan kelompok sangat menentukan kehidupan kelompok selanjutnya. Jika setiap anggota merasakan suasana yang nyaman dalam kelompok, baik itu dari interaksi yang ada di dalam kelompok, tujuan kelompok atau tujuan pribadi yang tercapai, maka hal tersebut dapat membantu sebuah kelompok bertahan, sebaliknya jika setiap anggota kelompok tidak menemukan kenyamanan dalam interaksi sesame anggota, tidak menemukan tercapainya

(9)

tujuan, baik itu tujuan kelompok atau tujuannya pribadi, maka kondisi tersebut memungkinkan kelompok tersebut mengalami perpecahan.

Dalam pemahaman yang demikian, dapat dipahami bahwa setiap unsur dalam dinamika sebuah kelompok saling mempengaruhi. Kepemimpinan yang baik, adanya tujuan bersama atau tujuan pribadi yang sama tentu saja tidak cukup untuk mempertahankan sebuah kelompok. Namun lebih dari itu suasana kelompok yang mendukung sangat diperlukan untuk membangun kelompok yang sehat dan efektif.

Setiap unsur-unsur dalam sebuah dinamika kelompok pasti terdapat dalam sebuah kelompok baik dalam bentuk kelompok formal atau tidak formal serta apakah kelompok itu kelompok yang efektif atau kelompok yang tidak efektif. Jika setiap unsur dalam dinamika sebuah kelompok dalam kondisi yang positif maka hubungan atau kelompok tersebut pun menjadi sebuah kelompok yang efektif dan memberikan nilai positif kepada setiap orang yang ada di dalamnya. 3. Teori Konvergensi

Teori ini merupakan salah satu teori yang mengkritisi model komunikasi linear (satu arah), yang pada zamannya sangat banyak diteliti oleh ahli-ahli komunikasi seperti Shannon dan Weaver, Schramm, dan juga oleh David K. Berlo yang memandang bahwa individu merupakan sebuah entitas yang mandiri, terpisah dari lingkungannya. Teori konvergensi ini sendiri dicetuskan oleh ahli filsafat Charles Sanders Peirce, yang kemudian dalam ranah ilmu komunikasi dipopulerkan oleh Lawrence Kincaid (1979).

(10)

Model komunikasi ini menyatakan bahwa sebuah sistem terdiri dari beberapa anggota yang saling tergantung satu dengan yang lain, dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan di mana komunikasi tersebut berlangsung. Dalam model komunikasi ini informasi dan pemahaman bersama tentang satu hal merupakan komponen dasar dari suatu komunikasi. Hal ini karena komunikasi merupakan sebuah proses yang terjadi di antara dua atau lebih manusia, yang masing-masing memiliki tujuan dan latar belakang yang berbeda. Pemahaman penting dari teori ini adalah bahwa sebuah komunikasi tidak dapat diteliti secara mutlak tanpa pemahaman dari tujuan dari sebuah sistem sosial (Rogers&Rogers, 1976: 62).

Model ini juga sering disebut sebagai model komunikasi sirkuler, di mana hubungan dari dua atau lebih individu yang merupakan proses yang kompleks, berlanjut tidak bisa berubah dengan sendirinya, hal inilah yang menyebabkan komunikasi selalu berkembang dari waktu ke waktu. Suatu model komunikasi tidak lengkap kalau hanya menganjurkan analisis pada seorang partisipan untuk memahami pesan. Komunikasi selalu merupakan tindakan bersama dalam berbagi informasi antara dua atau lebih orang. Dengan kata lain selalu mengandung hubungan-hubungan. Jaringan komunikasi terdiri dari individu-individu yang saling berhubungan melalui proses arus informasi.

Model ini digambarkan sebagai lingkaran yang tumpang tindih, yang menggambarkan bahwa dalam sebuah komunikasi terjadi sebuah proses yang menuju satu titik di mana setiap anggota mencapai suatu kesepahaman tentang pesan masing-masing (konvergen). Sekalipun pemahaman bersama merupakan

(11)

tujuan dari model komunikasi, hal tersebut tidak pernah bisa dicapai secara sempurna karena berbagai perbedaan informasi yang dimiliki masing-masing individu.

Namun konvergen tidak selalu berarti sepakat, hal tersebut bisa berarti bahwa kedua pihak memiliki pemahaman lebih baik satu sama lain, terlepas dari apakah mereka sepakat atau tidak terhadap suatu hal (Ardianto& Q-Anees, 2007:28).

4. Jaringan Komunikasi

Penelitian mengenai hal ini pertama sekali dilakukan oleh Jacob Levy Moreno pada tahun 1932-1938 di Training School for Girls in Hudson, New York State, ketika ia menciptakan suatu teknik analitis untuk mempelajari interaksi yang terjadi dalam sebuah kelompok dan menamakannya dengan istilah sosiometri. Moreno menanyai anggota suatu kelompok tentang siapa yang mereka sukai dan tidak sukai, dan dengan siapa mereka ingin berinteraksi atau tidak. Dari data yang diperoleh dari hasil wawancara ini, Moreno mampu merancang bangun sosiogram yang mengidentifikasi pola tarikan, tolakan, dan ketidakacuhan di antara anggota-anggota kelompok. Dalam perkembangannya bidang ini kemudian diteliti oleh banyak orang, termasuk salah satu yang terkemuka oleh Rogers&Rogers. Rogers menyebutkan bahwa salah satu tujuan utama dari analisis jaringan komunikasi adalah mengidentifikasi klik-klik yang ada dalam sebuah sistem komunikasi, hal ini lanjutnya, sangat penting karena klik

(12)

merepresentasikan aspek penting dari sebuah struktur dari suatu sistem (Rogers& Rogers: 1976:138).

Teori tentang jaringan komunikasi ini menjelaskan tentang cara mengukur tingkat hubungan antarpribadi individu dalam kelompok, pengukuran perilaku sosial manusia. Popin Dictionary Home Page (2001) mendefinisikan sosiometri sebagai berikut :

1. Suatu metode untuk mempelajari hubungan antarpribadi dalam suatu kelompok.

2. Suatu cara untuk mengukur perilaku sosial manusia, yaitu mengukur bagaimana individu berinteraksi dengan orang lain dalam kelompoknya, bagaimana ia memandang orang lain dalam kelompoknya, bagaimana ia memilih orang lain sebagai teman kelompoknya, dan bagaimana kelompok mengembangkan struktur sosialnya.

Ada beberapa pola aliran komunikasi (informasi) dalam sebuah kelompok atau organisasi (Tubbs and Moss, 2003:374-377), yaitu :

1. Pola Roda/Radial (memusat) : pola ini adalah sebuah pola yang memungkinkan bagi setiap anggotanya untuk mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang menduduki posisi sentral. Orang yang dalam posisi sentral menerima kontak dan informasi yang disediakan oleh anggota lainnya dan memecahkan masalah dengan saran dan persetujuan anggota lainnya.

(13)

2. Pola Rantai : pola ini adalah pola yang memungkinkan sebagian anggotanya dapat berkomunikasi dengan dua anggota lainnya, sementara yang lainnya hanya bisa berkomunikasi dengan satu anggota lainnya. Tidak seperti pola roda atau lingkaran, pola ini tidak memiliki seseorang sebagai posisi sentral untuk memecahkan persoalan yang ada dalam kelompok.

3. Pola Y : pola ini merupakan pola dari aliran komunikasi yang hampir mirip dengan pola rantai, di mana sebagian anggotanya bisa berkomunikasi dengan dua anggota lainnya sementara sebagian anggota lainnya hanya bisa berkomunikasi dengan satu anggota lainnya. Pola ini seperti pola rantai, di mana anggota dari kelompok memiliki komunikasi yang terbatas dengan orang lain.

4. Pola Lingkaran : pola ini adalah pola yang memungkinkan semua anggota berkomunikasi dengan yang lainnya hanya tidak ada seorang anggota pun yang dapat berhubungan dengan anggota keseluruhan anggota lainnya, demikian pula tidak ada anggota yang memiliki akses langsung terhadap informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan.

5. Pola Semua Saluran : pola ini adalah pola dari aliran komunikasi yang memungkinkan semua anggota bisa berkomunikasi dengan keseluruhan anggota lainnya. Juga pola aliran komunikasi ini tidak memiliki seseorang untuk menduduki posisi sentral dalam kelompok untuk menjadi tempat mencari penyelesaian.

(14)

Gambar II.1

Lima Jenis Jaringan Komunikasi

Roda/Radial Rantai Y

(15)

Kelima pola tersebut sebenarnya bisa digolongkan dalam dua jenis berdasarkan pola aliran informasi dan kepemimpinannya; yang pertama adalah pola roda/radial, rantai, dan Y, dimana pola ini lebih sedikit memberi peluang kepada anggota-anggotanya untuk saling berhubungan satu dengan yang lain, namun dalam hal kepemimpinan memungkinkan untuk munculnya seorang pemimpin di dalam kelompok tersebut. Pola yang kedua adalah pola lingkaran dan semua saluran, pola ini memberi peluang yang lebih besar kepada anggota-anggotanya untuk berkomunikasi, namun dalam sisi kepemimpinan kurang memungkinkan untuk munculnya seorang pemimpin yang bisa mempersatukan keseluruhan anggotanya. Dan fakta lainnya adalah bahwa semakin sedikit jumlah anggota dalam sebuah klik, maka akan semakin kuat kedekatan di antara mereka (interlocking), demikian pula sebaliknya, semakin banyak jumlah anggota dalam sebuah klik, maka akan semakin menyebar juga hubungan di antara mereka, yang juga bererti bahwa semakin kurang kedekatan di antara sesama anggota klik tersebut.

Dalam sebuah jaringan komunikasi yang terdapat dalam sekelompok orang-orang, terdapat tujuh peranan (Pace&Faules,2005:176), yaitu :

1. Klik, sebuah kelompok individu yang paling sedikit separuh dari kontaknya merupakan hubungan dengan anggota-anggota lainnya. Sebuah klik juga merupakan sebuah subsistem di mana elemen-elemen yang ada di dalamnya berkomunikasi lebih sering dengan anggota lain dari sebuah sistem komunikasi. Cara yang paling mudah untuk

(16)

mengidentifikasi sebuah klik adalah dengan melihat kedekatan (proximity) dari masing-masing anggota satu dengan yang lain dalam sebuah komunikasi.

2. Penyendiri (isolate), adalah orang-orang yang hanya melakukan sedikit atau tidak sama sekali dengan anggota kelompok lainnya. Tentu saja pada akhirnya, seorang isolate oleh akarena tidak memiliki komunikasi dengan siapa pun (sangat sedikit komunikasi) mengakibatkan dia bukan merupakan anggota dari klik mana pun yang ada dalam jaringan komunikasi dalam sebuah kelompok.

3. Jembatan (bridge), adalah seorang anggota klik yang memiliki sejumlah kontak yang menonjol dalam kontak antarkelompok, juga menjalin kontak dengan anggota klik lain. Bridge sangat penting untuk terjadinya aliran dari informasi baru. Jika bridge tidak ada dalam dua buah atau lebih klik, maka yang terjadi adalah jaringan yang akan terpecah menjadi dua atau lebih klik yang tidak memiliki kaitan/hubungan satu dengan yang lain. Pada umumnya indvidu yang berperan sebagai bridge ini memiliki kualitas yang hampir sama dengan kualitaas yang dimiliki oleh kosmopolit, yaitu orang yang termasuk mudah untuk bergaul dengan siapa saja, sehingga memungkinkannya untuk berkomunikasi dengan anggota dari klik yang lain.

(17)

4. Penghubung (liaison), adalah orang yang mengaitkan atau menghubungkan dua klik atau lebih tetapi ia bukan anggota salah satu kelompok yang dihubungkan tersebut.

5. Penjaga gawang (gate keeper), adalah orang yang secara strategis ditempatkan dalam jaringan agar dapat melakukan pengendalian atas pesan apa yang akan disebarkan melalui sistem tersebut. Dalam hal ini seorang gate keeper bertugas untuk menyeleksi informasi yang masuk ke dalam sebuah klik, untuk kemudian diebarkan ke seluruh anggota klik yang lain.

6. Pemimpin Pendapat (opinion leader), adalah orang tanpa jabatan formal dalam semua sistem sosial, yang membimbing pendapat dan mempengaruhi orang-orang dalam keputusan mereka. Pada umumnya opinion leader adalah inidividu yang menjadi pusat informasi/komentar dari setiap anggota. Karena pemuka pendapat (opinion leader) bebas berkomunikasi dengan siapa saja dari anggota klik tersebut. Opinion Leadership (kepemukapendapatan) adalah tingkatan di mana seseorang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain secara informal.

7. Kosmopolit, adalah orang yang menjadi milik seluruh dunia atau orang yang bebas dari gagasan, prasangka, atau kecintaan lokal, daerah, atau nasional, dan orang yang melakukan kontak dengan dunia luar, orang-orang di luar organisasi. Atau dengan kata lain individu yang tidak merupakan anggota dari klik manapun dalam sebuah jaringan

(18)

komunikasi, namun berkomunikasi dengan hampir semua klik yang ada.

Dalam lingkungan mahasiswa, ketujuh peranan yang terdapat dalam jaringan komunikasi tersebut pun terjadi, dan sama seperti halnya yang terjadi pada jaringan komunikasi manapun, semua peranan tersebut bisa terjadi tanpa disadari oleh orang-orang yang mengerjakannya.

Gambar

Gambar II.1

Referensi

Dokumen terkait

122 Gambar 3.6 Bahagian tunjuk langit masjid Teluk.

(3) Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar Bahasa inggris siswa yang memiliki kemampuan kecerdasan linguistik tinggi dalam pembelajaran berbasis

Hal ini berarti bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara disiplin shalat fardlu terhadap kecerdasan spiritual santri di Pondok Pesantren Salafiyah

Menurut Permenkes No. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan. Melaksanakan advokasi dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Menganalisis dan menjelaskan pengaturan hukum pemberian persetujuan pemegang saham perusahaan penanaman modal asing secara

Syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Representasi Cinta dan Kasih dalam Kumpulan

Studi pendahuluan yang telah dilakukan di SMK PGRI SEMARANG diperoleh data dari wawancara pada 10 siswa, 8 diantaranya mengatakan tidak mengerti tentang perilaku bullying, 6

Sa bisperas pa naman ng araw ng kanyang pag-alis sa bahay niyang iyon isa lamang pinakamaliit sa mga brilyanteng iyon ay sapat nang pantubos kay Huli at makapagbigay ng kapanatagan