1074
THE 5TH URECOL ISBN 978-979-3812-42-7
PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN Zn TERHADAP SKOR Z BB/U
DAN TB/U PADA BALITA STUNTING
Dewi Pertiwi Dyah Kusudaryati1), Ratih Prananingrum2)
1
Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta email:de_tiwi11@yahoo.co.id
2 Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta
email: ratihprananingrum@gmail.com
Abstract
One of the effects of a toddler if malnutrition continuously is the disruption of growth (stunting). Zn (zinc) is a nutrient that can stimulate the appetite so as to improve the growth of children. The purpose of the research was to analyze the effect of Zn supplementation on weight for age and height for age z score of stunting toddlers. The research design was randomized pretest postest control group design. The total thirty six stunting children divided into two groups. The treatment group received Zn whereas the comparison group received placebo. Paired t test was used to analyze differences weight for age and height for age z score before and after Zn supplementation in each group. Independent t test was used to analyze differences in weight for age and height for age z score between groups. The results showed that Zn supplementation increased body weight of 0,7 ± 0,64 kg, height of 2,8 ± 0,87 cm, weight for age z score of 0,2 ± 0,49 SD and height for age z score of 0,2 ± 0,27 SD. There was no significant difference on weight for age difference between treatment and comparison groups (p=0,320). There was significant difference on height for age difference between treatment and comparison groups (0,028).
Keywords: Zn supplementation, weight, height, stunting
1. PENDAHULUAN
Pertumbuhan dipengaruhi secara
langsung oleh kekurangan asupan gizi dan tingginya angka infeksi (Supariasa, 2002). Kekurangan asupan gizi berkaitan pula dengan infeksi serta rendahnya kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi (Connor, 2007). Salah satu dampak jika seorang anak kekurangan gizi yaitu terjadinya penurunan kecepatan pertumbuhan dan atau gangguan pertumbuhan linear sehingga anak gagal dalam mencapai potensi tinggi badan.
Gangguan pertumbuhan linear yang
berlangsung lama mengakibatkan anak
menjadi stunting (pendek) (Siregar, 2011). Grafik TB/U WHO 2005 menunjukkan bahwa gangguan pertumbuhan pada balita sudah terjadi di umur-umur awal kehidupan anak dan gangguan yang besar terjadi pada pertumbuhan tinggi badan balita (Riskesdas, 2010). Prevalensi balita stunting secara nasional tahun 2010 sebesar 35,6 %. Di Kota Surakarta prevalensi balita sangat pendek dan
pendek sebesar 12.3% dan 10.3% (Riskesdas, 2007).
Salah satu zat gizi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah Zn (seng). Zn adalah zat gizi yang berperan penting pada banyak fungsi tubuh seperti pertumbuhan sel, pembelahan sel, metabolisme tubuh, fungsi imunitas dan perkembangan (Brown et al, 2002). Zn merupakan mikromineral esensial sebagai kofaktor lebih dari 100 metaloenzim yang berperan penting dalam regenerasi sel, metabolisme, pertumbuhan, dan perbaikan jaringan tubuh (Osredkar & Sustar 2011). Zn di dalam tubuh setiap hari mengalami ekskresi sehingga asupan Zn harian diperlukan untuk menjaga Zn di dalam tubuh tetap normal karena tubuh tidak memiliki mekanisme khusus untuk menyimpan seng (Stipanuk, 2006).
Defisiensi Zn pada negara berkembang seperti Indonesia diduga disebabkan karena kurangnya konsumsi bahan makanan hewani dan tingginya angka infeksi (Reviana, 2004). Defisiensi Zn dikaitkan dengan pertumbuhan
1075
THE 5TH URECOL ISBN 978-979-3812-42-7
yang tidak optimal, diare, serta penurunan fungsi imunitas (Gropper et al. 2009).
Melihat peran Zn untuk pertumbuhan terutama berat badan dan tinggi badan balita
maka penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh pemberian suplemen Zn terhadap skor Z BB/U dan TB/U pada balita stunting.
2. METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah
randomized pretest posttest control group design. Subyek penelitian adalah balita stunting usia 36 – 60 bulan yang bersekolah di
PAUD di wilayah Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta. Subyek penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan
(diberi suplemen Zn) dan kelompok
pembanding (diberi plasebo). Penelitian dilakukan selama 12 minggu. Uji Paired t digunakan untuk menganalisis perbedaan skor Z BB/U dan TB/U sebelum dan setelah
suplementasi Zn pada masing-masing
kelompok. Uji Independent t digunakan untuk menganalisis perbedaan skor Z BB/U dan TB/U antar kelompok (sebelum dan setelah perlakuan).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subyek Penelitian
Karakteristik jenis kelamin dan usia subyek dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. Karakteristik Jenis Kelamin dan Umur Subyek
Karakteristik Perlakuan Pembanding
n % n % Jenis Kelamin Laki-laki 5 27,8 9 50 Perempuan 13 72,2 9 50 Usia (x ± SD) bulan 45,3 ± 12,05 45,8 ± 10,72
Tabel 1. menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan sebagian besar subyek (72,2%) berjenis kelamin perempuan sedangkan pada kelompok pembanding jumlah subyek sama banyaknya antara perempuan dan laki-laki. Usia subyek baik
pada kelompok perlakuan maupun
pembanding hampir sama yaitu sekitar 45 bulan. Hal ini sesuai dengan kriteria inklusi subyek yang ditetapkan peneliti yaitu usia yang dikehendaki 36 – 60 bulan.
Rentang usia ini digunakan karena masa anak terutama balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan sosial, kognitif, dan emosional. Pada masa pertumbuhan anak sering terjadi KEP (Kekurangan Energi Protein), defisiensi vitamin A serta defisiensi mikronutrien seperti besi, seng (Zn), yodium, kalsium, dan tembaga. KEP merupakan suatu bentuk masalah gizi yang disebabkan oleh berbagai faktor, terutama faktor makanan yang tidak memenuhi kebutuhan anak akan energi dan protein serta infeksi yang berdampak pada penurunan status gizi (Soekirman, 2000). KEP kronik atau berlangsung dalam waktu lama dapat menyebabkan anak mengalami stunting.
B. Gambaran Status Gizi Subyek Berdasarkan Skor Z BB/U
Gambaran status gizi subyek
berdasarkan skor Z BB/U antara kelompok perlakuan dengan kelompok pembanding disajikan pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Kategori Status Gizi Berdasarkan Skor Z BB/U Sebelum
dan Setelah Perlakuan
Kategori Skor Z BB/U Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan n % n % Perlakuan Gizi Baik 8 44 12 66,7 Gizi Kurang 9 50 6 33,3 Gizi Buruk 1 6 0 0 Pembanding Gizi Baik 12 66,7 14 77,8 Gizi Kurang 6 33,3 4 22,2
Kategori status gizi berdasarkan skor Z BB/U pada tabel 2 menunjukkan bahwa
pada kelompok perlakuan sebelum
suplementasi Zn sebagian besar subyek memiliki status gizi kurang tetapi setelah diberikan suplemen Zn terjadi peningkatan proporsi pada status gizi baik sebesar 22,7% sehingga sebagian besar subyek yang semula berstatus gizi kurang menjadi berstatus gizi baik.
Pada kelompok pembanding, status
gizi berdasarkan skor Z BB/U
menunjukkan sebagian besar subyek
memiliki status gizi baik sedangkan di akhir penelitian status gizi subyek pada kelompok pembanding tetap sama dimana sebagian besar subyek memiliki status gizi
1076
THE 5TH URECOL ISBN 978-979-3812-42-7
yang baik pula. Proporsi status gizi baik pada kelompok pembanding meningkat 11,1% tetapi peningkatannya masih lebih rendah dibanding peningkatan proporsi pada kelompok perlakuan.
Lebih tingginya peningkatan proporsi status gizi baik pada kelompok perlakuan dibanding kelompok pembanding dapat disebabkan karena subyek pada kelompok perlakuan mendapatkan suplemen Zn dimana Zn dapat menstimulasi asupan
makanan yang mempengaruhi selera
makan sehingga dapat meningkatkan
asupan makanan (Shay, 2000).
Peningkatan asupan makanan inilah yang berpengaruh pada peningkatan status gizi (Supariasa, 2002).
C. Gambaran Status Gizi Subyek Berdasarkan Skor Z TB/U
Gambaran status gizi subyek
berdasarkan skor Z TB/U antara kelompok perlakuan dengan kelompok pembanding disajikan pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Kategori Status Gizi Berdasarkan Skor Z TB/U Sebelum
dan Setelah Perlakuan
Kategori Skor Z TB/U
Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan
n % n % Perlakuan Stunting 18 100 11 61,1 Normal 0 0 7 38,9 Pembanding Stunting 18 100 15 83,3 Normal 0 0 3 16,7
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada awal penelitian ini diketahui bahwa semua subyek (100%) baik kelompok perlakuan
maupun pembanding berstatus gizi
stunting. Setelah suplementasi Zn,
persentase stunting pada kelompok
perlakuan menurun menjadi 61,1%
sedangkan kelompok pembanding menjadi 83,3%. Di akhir penelitian atau setelah
suplementasi Zn, pada kelompok
perlakuan terjadi perubahan status gizi dimana yang semula 100% subyek mengalami stunting ada yang berubah berstatus gizi normal sebanyak 38,9%. Sedangkan pada kelompok pembanding sebesar 16,7% yang berubah menjadi status gizi normal.
Penelitian ini membuktikan bahwa
suplementasi Zn dapat memperbaiki skor z TB/U walaupun mereka tetap di bawah -2 SD (tidak ada catch up growth). Hal ini diperkuat dengan metaanalisis yang dilakukan oleh Brown et al bahwa suplementasi Zn mempunyai dampak positif pada pertumbuhan linier anak (Brown et al, 2003).
D. Perbedaan Berat Badan, Tinggi Badan, Skor Z BB/U dan TB/U Sebelum dan Sesudah Suplementasi Zn
Perbedaan berat badan, tinggi badan, skor Z
BB
/U dan TB/U sebelum dan setelah suplementasi Zn pada kelompok perlakuan disajikan dalam tabel 4 berikut ini.Tabel 4. Perbedaan Berat Badan, Tinggi Badan, Skor Z BB/U dan
TB/U Sebelum dan Sesudah Suplementasi Zn Pada Kelompok
Perlakuan
Variabel Sebelum Setelah p* (x ± SD) (x ± SD) Berat Badan (kg) 12,1 ± 1,40 12,8 ± 1,41 0,000 Tinggi Badan (cm) 91,2 ± 4,84 94,0 ± 5,08 0,000 Skor Z BB/U (SD) -2,1 ± 0,69 -1,8 ± 0,56 0,048 Skor Z TB/U (SD) -2,4 ± 0,28 -2,2 ± 0,41 0,004 * Paired T Test
Tabel 4 menunjukkan bahwa
berdasarkan uji Paired T Test didapatkan hasil ada perbedaan berat badan, tinggi badan, skor Z BB/U dan TB/U sebelum
dan setelah suplementasi Zn pada
kelompok perlakuan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p < 0,05.
Subyek yang mendapatkan suplemen Zn mengalami peningkatan berat badan
dan tinggi badan yang akhirnya
berpengaruh pada skor Z BB/U dan skor Z TB/U
.
Dalam hal ini, Zn dibutuhkan untuk proses pertumbuhan bukan hanya karena efek replikasi sel dan metabolisme asam nukleat tetapi juga sebagai mediator hormon pertumbuhan (Hidayat, 1999).Pemberian suplemen Zn dapat
meningkatkan konsentrasi plasma
Insulin-like Growth Factor I (IGF I) sehingga
1077
THE 5TH URECOL ISBN 978-979-3812-42-7
Defisiensi hormon pertumbuhan
menyebabkan konsentrasi IGF-I dalan sirkulasi rendah, sebaliknya hormon pertumbuhan tinggi maka konsentrasi IGF-I juga akan meningkat (Backeljauw, 2008).
Perbedaan berat badan, tinggi badan, skor Z
BB
/U dan TB/U sebelum dan setelah suplementasi Zn pada kelompok perlakuan disajikan dalam tabel 5 berikut ini.Tabel 5. Perbedaan Berat Badan, Tinggi Badan, Skor Z BB/U dan TB/U Sebelum dan
Sesudah Suplementasi Zn Pada Kelompok Pembanding
Variabel Sebelum Setelah p* (x ± SD) (x ± SD) Berat Badan (kg) 10,7 ± 0,63 11,1 ± 0,74 0,001 Tinggi Badan (cm) 90,2 ± 2,33 91,8 ± 2,19 0,000 Skor Z BB/U (SD) -1,9 ± 0,40 -1,8 ± 0,33 0,057 Skor Z TB/U (SD) -2,4 ± 0,25 -2,3 ± 0,26 0,058 * Paired T Test
Tabel 5 menunjukkan bahwa
berdasarkan uji Paired T Test ada perbedaan berat badan dan tinggi badan subyek sebelum dan sesudah perlakuan (plasebo) sedangkan skor Z BB/U maupun skor Z TB/U tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan (plasebo) yang ditunjukkan dengan nilai p > 0,05.
Kelompok pembanding hanya diberi
plasebo sehingga walaupun terjadi
peningkatan berat badan dan tinggi badan tetapi peningkatannya tidak signifikan dan
tidak sampai berpengaruh terhadap
peningkatan skor Z BB/U dan skor Z TB/U.
E. Perbedaan Selisih Berat Badan, Tinggi Badan, Skor Z BB/U dan TB/U Antara Kelompok Perlakuan dan Pembanding
Tabel 6. Perbedaan Selisih Berat Badan, Tinggi Badan, Skor Z BB/U
dan TB/U Antara Kelompok Perlakuan dan Pembanding
Variabel Perlakuan Pembanding p* (x ± SD) (x ± SD) Selisih Berat Badan (kg) 0,7 ± 0,64 0,3 ± 0,41 0,044 Selisih Tinggi Badan (cm) 2,8 ± 0,87 1,4 ± 0,29 0,000 Selisih Skor Z BB/U (SD) 0,2 ± 0,49 0,1 ± 0,24 0,320 Selisih Skor Z TB/U (SD) 0,2 ± 0,27 0,1 ± 0,09 0,028 * Independent T Test
Tabel 6 menunjukkan bahwa
berdasarkan uji Independent T Test ada perbedaan selisih berat badan, tinggi badan, dan skor Z TB/U antara kelompok perlakuan dan pembanding (p<0,05). Sedangkan skor Z BB/U tidak ada perbedaan antara kelompok perlakuan dan pembanding (p>0,05).
Uji Independent t test pada tabel 6 menunjukkan bahwa ada perbedaan selisih berat badan, tinggi badan, dan skor Z TB/U antara kelompok perlakuan dan pembanding (p<0,05). Sedangkan skor Z
BB/U tidak ada perbedaan antara
kelompok perlakuan dan pembanding (p>0,05). Selisih berat badan pada kelompok perlakuan sebesar 0,7 ± 0,64 kg sedangkan pada kelompok pembanding 0,3 ± 0,41 kg. Hal ini terlihat bahwa selisih berat badan lebih tinggi pada kelompok
perlakuan dibanding kelompok
pembanding.
Selisih tinggi badan pada kelompok perlakuan sebesar 2,8 ± 0,87 cm sedangkan pada kelompok pembanding 1,4 ± 0,29 cm. Hal ini terlihat bahwa selisih tinggi badan lebih tinggi pada kelompok perlakuan dibanding kelompok pembanding.
Selisih skor Z BB/U pada kelompok perlakuan sebesar 0,2 ± 0,49 SD sedangkan pada kelompok pembanding 0,1 ± 0,24 SD. Walaupun selisih skor Z BB/U lebih tinggi pada kelompok perlakuan dibanding kelompok pembanding tetapi dari hasil uji Independent t test tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok (p=0,320).
Selisih skor Z TB/U pada kelompok perlakuan sebesar 0,2 ± 0,27 SD sedangkan pada kelompok pembanding 0,1 ± 0,09 SD. Hal ini berarti selisih skor Z TB/U pada kelompok perlakuan lebih tinggi daripada kelompok pembanding.
Kenaikan skor Z TB/U pada
kelompok perlakuan kemungkinan terjadi karena asupan zat gizi juga mengalami peningkatan selama penelitian. Asupan gizi dan kecukupan pangan yang baik akan berpengaruh terhadap pertumbuhan anak
1078
THE 5TH URECOL ISBN 978-979-3812-42-7
(Narendra, 2002). Asupan zat gizi meningkat karena Zn dapat memacu nafsu
makan sehingga dapat berpengaruh
terhadap kenaikan berat badan dan tinggi badan. Peningkatan berat badan dan tinggi badan yang signifikan akan berdampak pada peningkatan skor Z BB/U dan skor Z TB/U.
Adanya perbedaan Skor Z TB/U
antara kelompok perlakuan dengan
kelompok pembanding setelah
suplementasi Zn menunjukkan kesamaan dengan metaanalisis yang dilakukan oleh Brown et al bahwa suplementasi Zn
mempunyai dampak positif pada
pertumbuhan linier anak (Brown et al, 2003). Adanya pengaruh Zn terhadap pertumbuhan dikarenakan Zn termasuk salah satu zat gizi yang tergolong dalam nutrien tipe 2. Nutrien tipe 2 merupakan bahan pokok komposisi sel dan sangat penting untuk fungsi dasar jaringan (King, 2011). Selain itu, nutrien yang masuk dalam tipe ini seperti halnya Zn memiliki karakteristik yaitu tidak memiliki tempat
penyimpanan sehingga diperlukan
masukan terus-menerus dalam jumlah yang kecil.
Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa pemberian suplemen Zn dapat memperbaiki pertumbuhan anak balita (Lind et al, 2004 ; Budiastutik,
2011). Penelitian Brown et al
menyebutkan bahwa anak yang mendapat suplemen Zn kenaikan pertumbuhannya lebih besar daripada anak dalam kelompok kontrol yang tidak mendapat suplemen Zn. Masih dalam penelitian yang sama,
suplementasi Zn secara signifikan
mempunyai respon yang positif terhadap kenaikan berat badan dan tinggi badan serta mampu meningkatkan pertumbuhan linear dan berat badan pada remaja dan anak stunting (Brown et al, 2002).
4. KESIMPULAN
Pemberian suplemen Zn pada balita
stunting berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan berat badan, tinggi badan dan skor Z TB/U tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap skor Z BB/U.
5. REFERENSI
Backeljauw P. 2008. Insulin-like growth
factor I deficiency. Professor of
Pediatrics. Cincinnati Children’s Hospital Medical Center. University of Cincinnati College of Medicine.
Brown KH, Peerson JM, Rivera J, allen LH. 2002. Effect of supplemental zinc on
the growth and serum zinc
concentrations of prepubertal children:
a meta-analysis of randomized
controlled trials. Am J Clin Nutr. ; 75: 1062-71.
Brown KH, 2003. Commentary : Zinc and child growth. Int J Epidemiol. 32 (6) : 1103-1104.
Budiastutik I. 2011. Pengaruh suplementasi zinc sulfat dan biscuit terhadap status gizi dan konsentrasi zinc rambut balita
(Program MP ASI Biskuit di
Kertosono, Kabupaten Nganjuk Jawa Timur). Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya.
Connor Z. 2007. Kurang Gizi di Indonesia.
http:// www.zoeconnor.co.uk. Diakses
tanggal 9 Nopember 2011.
Gropper SS, Smith JL, Groff JL. 2009.
Advanced Nutrition And Human
Metabolism. 5 ed. Wadsworth (USA):
488-497.
Hidayat A. 1999. Seng (zinc): esensial bagi kesehatan. Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti. J Kedokter
Trisakti 18 (1) : 19-26.
King JC. 2011. Zinc : an essential but elusive
nutrient. Am J Clin Nutr. 94
(suppl):679S-84S.
Lind T, Lönnerdal B, Stenlund H, Gamayanti IL, Ismail D, Seswandhana R, Persson
LA. 2004. A community-based
randomized controlled trial of iron and zinc supplementation in Indonesian
infants: effects on growth and
development. Am J Clin Nutr.; 80: 729-36.
Narendra MB, Sularyo TS, Soetjiningsih, Hariyono S, Ranuh ING, Wiradisuria S. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan
1079
THE 5TH URECOL ISBN 978-979-3812-42-7
Remaja. Buku Ajar I. Jakarta: CV.
Sagung Seto.
Osredkar J, Sustar N. 2011. Copper and zinc, biological role and significance of copper/zinc imbalance. J Clin Toxicol
Suppl 3: 1 – 18.
Reviana CH. 2004. Peranan Mineral Seng (Zn) Bagi Kesehatan Tubuh. Cermin
Dunia Kedokteran;143:pp.53-54.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. 2007. Laporan Jawa Tengah. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta: Badan
Litbangkes, Depkes RI.
Shay NF, Manigian HF. 2000. Neurobiology of zinc-influenced eating behavior. J
Nutr. 130 (suppl): 1493S-9S.
Siregar R., Lilisianawati., Lestari E.D., Salimo H. 2011. Effect of zinc suplementation on morbidity among stunted children in Indonesia. Paediatr
Indones. pp: 51-128.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya
untuk Keluarga dan Masyarakat.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Departemen Pendidikan
Nasional, pp: 80-125.
Stipanuk MH. 2006. Biochemical,
Physiological and Molecular Aspects of Human Nutrition. W B Saunders
Company 1043-1067.
Supariasa, IDN, 2002. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta, p.38-62.