• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Saringan Pasir Lambat Dalam Menurunkan Kandungan Bakteri Coliform Air Sungai Airnona

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efektivitas Saringan Pasir Lambat Dalam Menurunkan Kandungan Bakteri Coliform Air Sungai Airnona"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Efektivitas Saringan Pasir Lambat Dalam Menurunkan

Kandungan Bakteri Coliform Air Sungai Airnona

Effectiveness of Slow Sand Filters in Reducing the Content of

Coliform Bacteria in Airnona River Water

Byantarsih Widyaningruma*, Erika Maria Resia

a

PoltekkesKemenkes Kupang *Email: bwidyandun@gmail.com

Abstrak

Sulitnya akses pada kebutuhan dasar seperti air bersih masih dirasakan oleh sebagian besar masyarakat Nusa Tenggara Timur, diantaranya seperti yang terjadi di Kelurahan Manutapen Kota Kupang. Masyarakat masih ada yang menggunakan sungai sebagai sumber air bersih, meskipun kondisi lingkungan sekitar sungai berisiko mengontaminasi air sungai. Air bersih yang terkontaminasi bakteri patogen dapat menjadi sumber penyakit. Keberadaan bakteri

Coliform dalam air menunjukkan bahwa air tersebut pernah tercemar oleh kotoran manusia

ataupun hewan berdarah panas. Salah satu upaya menurunkan kandungan bakteri Coliform adalah dengan metode penyaringan air sederhana yaitu Saringan Pasir Lambat (SPL). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas ketebalan SPL dalam menurunkan kandungan bakteri Coliform air sungai Airnona Kelurahan Manutapen Kota Kupang. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen dengan rancangan Pre Test and Post Test Design. Sampel adalah air sungai Airnona di Kelurahan Manutapen Kota Kupang. Jenis perlakuannya adalah menggunakan ketebalan media penyaring SPL yaitu 60 cm, 80 cm, dan 100 cm, serta dilakukan 3 kali ulangan. Variabel penelitian yaitu ketebalan media Saringan Pasir Lambat (SPL) yang bervariasi yaitu 60 cm, 80 cm dan 100 cm. Data yang terkumpul disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian adalah MPN Coliform air Sungai Airnona sebelum penyaringan menggunakan SPL = 710/100 ml, setelah penyaringan menggunakan SPL ketebalan 60 cm = 28,33/100 ml, ketebalan 80 cm = 25,33/100 ml, dan ketebalan 100 cm = 22,33/100 ml; rata-rata penurunan kandungan bakteri Coliform setelah penyaringan menggunakan SPL ketebalan 60 cm = 681,67, ketebalan 80 cm = 684,67 dan ketebalan 100 cm = 687,67. Persentase penurunan kandungan bakteri Coliform setelah penyaringan menggunakan SPL ketebalan 60 cm = 96,01%, ketebalan 80 cm = 96,43% dan ketebalan 100 cm = 96,85%. Simpulan adalah SPL dengan ketebalan media penyaring 60 cm, 80 cm, dan 100 cm efektif dalam menurunkan kandungan bakteri Coliform air Sungai Airnona. Saran adalah SPL dapat dijadikan acuan bagi masyarakat untuk membuat pengolahan air sederhana dalam meningkatkan kualitas air bersih.

Kata kunci: Saringan Pasir Lambat, Bakteri Coliform

Abstract

Difficult access to basic needs such as clean water is still felt by most people of East Nusa Tenggara, including as happened in Manutapen Village, Kupang City. Some people still use the river as a source of clean water, even though the environmental conditions around the river are at risk of contaminating river water. Clean water contaminated with pathogenic bacteria can be a source of disease. The presence of Coliform bacteria in water shows that the water was once contaminated by human excreta or warm-blooded animals. One effort to reduce the content of Coliform bacteria is by simple water filtration methods, namely Slow

(2)

Village, Kupang City. This type of research is experimental research with a Pre-Test and Post Test Design. The sample is Airnona river water in Manutapen Village, Kupang City. The type of treatment is using the thickness of the SSF filter media that is 60 cm, 80 cm, and 100 cm, as well as 3 replications. The research variable is the thickness of the Slow Sand Filter media wich varies namely 60 cm, 80 cm and 100 cm. The collected data is presented in tables and analyzed descriptively. The results of the study are MPN Coliform Airnona River water before filtering using SPL = 710/100 ml, after filtering using SSF thickness 60 cm = 28.33 / 100 ml, thickness 80 cm = 25.33 / 100 ml, and thickness 100 cm = 22 33/100 ml; the average of decrease in the content of Coliform bacteria after filtering using SPL thickness 60 cm = 681.67, thickness 80 cm = 684.67 and thickness 100 cm = 687.67. Percentage rate of decrease in Coliform bacteria content after filtering using SSF thickness 60 cm = 96.01%, thickness 80 cm = 96.43% and thickness 100 cm = 96.85%. Conclusions are SSF with a filter media thickness of 60 cm, 80 cm, and 100 cm effective in reducing the content of Coliform bacteria Airnona River water. The suggestion is that SSF can be used as a reference for the community to make simple water treatment in improving the quality of clean water.

Keywords: Slow Sand Filter, Coliform Bacteria Pendahuluan

Permasalahan ketersediaan air bersih merupakan salah satu masalah utama perkotaan yang erat kaitannya dengan permasalahan pemanfaatan, pemeliharaan dan kelestarian sumber daya air (Tjahjati et.al., 2005 dalam Asih, 2006). Menurut Slamet (2002), air berpengaruh terhadap kualitas lingkungan hidup manusia terkait dengan kebersihan dan kesehatan manusia. Air yang memenuhi syarat akan meningkatkatn kualitas sehingga derajat kesehatan masyarakat dan lingkungannya juga meningkat. Air bersih terkontaminasi bakteri patogen seperti Coliform akan menimbulkan penyakit bila masuk ke dalam organ atau jaringan lain (Entjang, 2003). Menurut Permenkes Nomor 416/MENKES/IX/1990, air bersih Non Perpipaan dikatakan memenuhi syarat apabila jumlah bakteri Coliform maksimal 50/100 ml).

Sistem penyediaan air bersih di Kota Kupang meliputi PDAM, sumur bor swasta dan penyediaan mandiri oleh masyarakat. Namun hingga saat ini untuk penyediaan air bersih oleh PDAM masih terkendala oleh terbatasnya jaringan serta masalah utama dalam penyediaan air bersih di Kota Kupang yaitu terbatasnya sumber air baku dan cadangan air yang dimiliki selalu mengalami fluktuasi pada musim kemarau dan penghujan. Menurut Dinas Kesehatan Kota Kupang pada tahun 2016 terdapat 400 kasus diare dan penyakit diare yang terjadi tersebut lebih banyak disebabkan oleh bakteri Eschericia coli yang berasal dari rembesan kotoran pada sumber air dan air yang digunakan tidak dimasak sampai mendidih (Poskupang.com, 2016).

Kelurahan Manutapen merupakan salah satu kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Manutapen di Kota Kupang. Data dari Puskesmas Manutapen tahun 2016, menjelaskan terdapat 353 kasus diare. Kasus diare ini terjadi fluktuatif sepanjang tahun, meningkat pada musim penghujan dan menurun pada musim kemarau. Masyarakat Kelurahan Manutapen

(3)

menggunakan air bersih yang bersumber dari sumur gali (SGL), PDAM dan air tanki dari sumur bor. Di samping sebagian besar masyarakat Kelurahan Manutapen yang berdomisili di wilayah RT. 17 menggunakan sungai Airnona sebagai sumber air bersih untuk keperluan sehari-hari. Kualitas air sungai yang dijadikan sebagai air baku tentunya tidak selalu stabil. Banyak faktor yang memengaruhi kualitas air sungai tersebut, diantaranya faktor fisik, kimia, dan biologis (Kusumawardani dan Astuti, 2019). Survei awal menunjukkan bahwa kondisi sanitasi permukiman di sekitar Sungai Airnona masih memungkinkan terjadinya rembesan kotoran ke badan air dikarenakan masyarakat menggunakan WC cemplung, lingkungan yang kotor dan terdapat kandang ternak. Kondisi tersebut dapat mengontaminasi air sungai. Apabila masyarakat menggunakan air dari sungai yang terkontaminasi maka kemungkinan akan dapat terserang penyakit seperti penyakit diare. Sulitnya akses pada kebutuhan dasar seperti air bersih masih dirasakan oleh sebagian besar masyarakat Nusa Tenggara Timur seperti di Kelurahan Manutapen, sehingga permasalahan mengenai penyakit berbasis lingkungan masih menduduki peringkat yang tinggi (Riskesdas, 2010).

Salah satu teknologi pengolahan air sederhana adalah teknologi pengolahan Saringan Pasir Lambat (SPL) dengan susunan lapisan penyaringan adalah pasir, arang dan ijuk. Ketiga bahan tersebut merupakan materi lokal yang mudah diperoleh dan mudah dijangkau secara ekonomis. Pasir merupakan salah satu lapisan penyaring yang banyak digunakan dalam penyaringan air. Bahan ini merupakan butiran lepas yang porous, bergradasi dan dari segi ukuran butiran tersebut seragam sehingga secara mekanis dapat menahan partikel-partikel halus dan mikroorganisme yang ada pada air ketika melewati lapisan tersebut (Sugiharto, 1983). Arang berfungsi untuk menghilangkan bau dan warna dari air. Disamping itu juga mempunyai pori-pori yang efektif sehingga dapat mencegah flok-flok (penggumpalan), menyerap bahan organik yang terlarut, mencegah lewatnya zat padat tersuspensi, dan menghilangkan mikroorganisme dan senyawa-senyawa lain yang terdapat dalam air. Ijuk bersifat lentur dan tidak mudah rapuh, sangat tahan dalam genangan air yang asam serta bersifat kaku dan wulet (tidak mudah putus). Seratnya yang saling menyilang dapat secara efektif mencegah penembusan organisme dan menangkap butiran yang agak besar dari air (Arifin dan Muin, 2006).

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung MPN Bakteri Coliform air Sungai Airnona setelah penyaringan menggunakan Saringan Pasir Lambat pada ketebalan 60 cm, 80 cm dan 100 cm, dan untuk mengetahui efektivitas Saringan Pasir Lambat pada ketebalan 60 cm, 80 cm dan 100 cm dalam menurunkan kandungan bakteri Coliform air Sungai Airnona di Kelurahan Manutapen Kota Kupang.

(4)

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Nopember 2017. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen murni dengan rancangan Pre Test and Post Test

Design (Hasan, 2004). Pre test dan post test yang dilakukan adalah pengukuran kandungan

bakteri Coliform air Sungai Airnona sebelum dan setelah dilewatkan pada Saringan Pasir Lambat (SPL). Rancangan didesain 3 (tiga) kelompok perlakuan yaitu penyaringan dengan menggunakan media penyaring yang mempunyai ketebalan SPL 60 cm, 80 cm, dan 100 cm.

Pre test dan post test dilakukan pengukuran berulang sebanyak 3 (tiga) kali ulangan. Sampel

air adalah air sungai Airnona di Kelurahan Manutapen Kota Kupang. Variabel penelitian ketebalan media Saringan Pasir Lambat (SPL) yang bervariasi yaitu 60 cm, 80 cm dan 100 cm dan kandungan bakteri (Memenuhi syarat: untuk air non-perpipaan adalah ≤50 per 100 ml sampel air dan tidak memenuhi syarat: adalah >50 per 100 ml sampel air). Pemeriksaan

Coliform.di laboratorium dengan metode MPN. Hasil pemeriksanaan dianalisa secara

deskriptif.

Hasil dan Pembahasan Hasil

Tabel 1. Rata-Rata Kandungan Bakteri Coliform Air Sungai Airnona Sebelum dan Sesudah Menggunakan SPL Dengan Berbagai Tingkat Ketebalan Media Ketebalan SPL Ulangan MPN Coliiform/100 ml Rata-rata MPN

Coliiform/100 ml Sebelum I 250 710 II 280 III 1600 60 cm I 14 28,33 II 47 III 24 80 cm I 31 25,33 II 17 III 28 100 cm I 20 22,33 II 23 III 24

Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata nilai MPN bakteri Coliform air sungai Airnona yang tertinggi adalah sebelum penyaringan yaitu 710/100 ml, diikuti pada SPL ketebalan 60 cm = 28,33/100 ml, ketebalan 80 cm = 25,33/100 ml, dan terendah pada ketebalan 100 cm = 22,33/100 ml.

(5)

Tabel 2. Persentase Penurunan Kandungan Bakteri Coloform Sungai Airnona Menggunakan SPL Dengan Berbagai Tingkat Ketebalan Media

Ketebalan SPL

Rata-rata Kandungan Bakteri

Coliform (MPN/100 ml)

Persentase Penurunan Kandungan Bakteri Coliform

(%) Sebelum (A) Sesudah (B) Selisih (A-B) 60 cm 710 28,33 681,67 96,01 80 cm 710 25,33 684,67 96,43 100 cm 710 22,33 687,67 96,85

Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase penurunan kandungan bakteri Coliform setelah penyaringan menggunakan SPL dengan ketebalan 60 cm = 96,01%, ketebalan 80 cm = 96,43% dan ketebalan 100 cm = 96,85%.

Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai MPN bakteri Coliform air sungai Airnona yang tertinggi adalah kandungan bakteri sebelum perlakuan penyaringan yaitu 710/100 ml, diikuti pada SPL dengan ketebalan 60 cm = 28,33/100 ml, pada ketebalan 80 cm = 25,33/100 ml, dan kandungan bakteri Coliform terrendah yaitu pada ketebalan 100 cm = 22,33/100 ml. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan kandungan bakteri Coliform sebelum dan setelah penyaringan menggunakan SPL. Tampak jelas bahwa semakin tebal media yang digunakan untuk menyaring maka penurunan kandungan bakteri Coliform akan semakin besar pula. Jadi semakin banyak material yang digunakan yaitu pasir, arang aktif dan ijuk, maka proses penyerapan bakteri Coliform dalam air juga akan semakin banyak jumlahnya sehingga penurunannya semakin besar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Asamou (2007) yang menunjukkan bahwa semakin tebal lapisan pasir yang digunakan maka semakin banyak pula penurunan Total Coliform dalam air sumur gali. Dan juga penelitian yang dilakukan oleh Bare Telan (2006) menunjukkan bahwa semakin tebal media arang yang digunakan maka akan semakin besar pula dalam menurunkan jumlah bakteri E. coli dalam air.

Sungai Airnona yang digunakan oleh masyarakat sebelum penyaringan memiliki kandungan bakteri Coliform sebesar 710/100 ml. Nilai kandungan bakteri Coliform dalam air Sungai Airnona ini apabila digunakan sebagai air bersih masih tidak memenuhi syarat kesehatan karena telah melampaui nilai ambang batas air bersih yang sudah ditentukan oleh PERMENKES RI NO 416/MENKES/PER/IX/1990 yaitu 50/100 ml untuk air non perpipaan.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa nilai MPN bakteri Coliform sungai Airnona setelah penyaringan yang tertinggi terjadi pada SPL dengan ketebalan 60 cm = 28,33/100 ml, kemudian diikuti pada ketebalan 80 cm = 25,33/100 ml, dan kandungan

(6)

bakteri Coliform terrendah yaitu pada ketebalan 100 cm = 22,33/100 ml. Selisih penurunan tertinggi adalah pada SPL dengan ketebalan 100 cm = 687,67/100 ml (96,85%)., diikuti SPL dengan ketebalan 80 cm = 684,67/100 ml (96,43%) dan terrendah adalah pada SPL dengan ketebalan 60 cm = 681,67/100 ml (96,01%). Terlihat bahwa penurunan kandungan bakteri

Coliform yang tertinggi adalah setelah dilewatkan pada SPL dengan ketebalan 100 cm.

Namun perbedaan penurunan ini tidaklah begitu jauh berbeda antara SPL dengan ketebalan media 60 cm, 80 cm dan 100 cm. Selisih penurunan ketiga SPL itu berkisar 681,67/100 ml – 687,67/100 ml (96,01% - 96,85%,). Persentase penurunan yang sangat tinggi tersebut menunjukkan bahwa ketiga ketebalan media penyaring efektif dalam menurunkan kandungan bakteri Coliform air Sungai Airnona. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Kusumawardani dan Astuti (2019) yang menjelaskan bahwa rata-rata persentasi penyisihan bakteri Coli pada air baku setelah dilewatkan melalui Saringan Pasir Lambat adalah 96,14%. Penurunan kandungan bakteri Coliform air sungai Airnonna setelah dilewatkan pada SPL terhitung sangat tinggi dari kandungan awal, dan hal ini menunjukkan bahwa material yang digunakan yaitu pasir, arang dan ijuk sangat efektif dalam menyerap bakteri Coliform yang ada dalam sampel air sungai tersebut. Saringan Pasir Lambat merupakan saringan pasir lambat dengan media pasir, arang aktif dan ijuk yang disusun dan digunakan untuk menyaring. Secara teoritis bahwa pasir yang porous dan seragam secara mekanis dapat menahan partikel-partikel halus dan mikroorganisme yang ada pada air, terlebih jika ukuran media pasir yang sedemikian kecil, bahan-bahan dalam bentuk suspensi, koloidal dan bakteri akan tersangkut di antara butiran pasir tersebut (Suriawirya, 1996). Arang kayu kosambi yang digunakan dalam penelitian ini adalah arang aktif yang telah diproses dengan pengarangan dan aktivasi untuk memperbesar pori sehingga meningkatkan daya serap bahan organik yang terlarut zat padat tersuspensi dan mikroorganisme dalam air. Demikian halnya dengan ijuk yang seratnya saling menyilang dapat secara efektif mencegah penembusan organisme dan menangkap butiran yang ada di air.

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium kandungan bakteri Coliform dalam air Sungai Airnona setelah melewati proses penyaringan menggunakan SPL mengalami penurunan, dan jika dibandingkan dengan standar Permenkes RI No.416/MENKES/IX/1990 pada semua ketebalan media penyaring yaitu ketebalan 60 cm, 80 cm dan 100 cm, hasil yang diperoleh telah memenuhi syarat kualitas air bersih karena nilai MPN-nya kurang dari 50/100 ml. Hal ini sesuai dengan standar yang disyaratkan dalam teori menurut Depkes RI (1996) bahwa untuk memperoleh hasil yang baik maka lapisan media yang digunakan untuk menyaring adalah berkisar antara 70 cm sampai 100 cm.

Meskipun kandungan bakteri Coliform tersebut telah memenuhi syarat kualitas air bersih, tetapi apabila air sungai yang telah diolah menggunakan SPL tersebut akan

(7)

dikonsumsi sebagai air minum maka kualitasnya belum memenuhi syarat kesehatan karena masih mengandung bakteri Coliform yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan (Sutrisno dan Suciastuti, 2004), oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan lanjutan dengan merebus air yang hendak dikonsumsi tersebut.

Kesimpulan dan Saran

Nilai MPN bakteri Coliform air sungai Airnona sebelum penyaringan = 710/100 ml, setelah penyaringan menggunakan SPL ketebalan 60 cm = 28,33/100 ml, ketebalan 80 cm = 25,33/100 ml, dan ketebalan 100 cm = 22,33/100 ml. Saringan Pasir Lambat dengan ketebalan media penyaring 60 cm, 80 cm, dan 100 cm efektif dalam menurunkan kandungan bakteri Coliform Sungai Airnona dengan persentase penurunan dengan SPL pada ketebalan 60 cm = 96,01%, SPL pada ketebalan 80 cm = 96,43% dan pada ketebalan 100 cm = 96,85%.

Saringan Pasir Lambat (SPL) dapat dijadikan acuan bagi masyarakat untuk membuat alat pengolahan air sederhana dengan menggunakan bahan lokal dan dianjurkan agar membuat SPL ini menggunakan ketebalan media yang maksimal yaitu 100 cm agar hasil yang diperoleh juga lebih maksimal. Air bersih hasil dari proses penyaringan menggunakan SPL yang akan dikonsumsi sebagai air minum dianjurkan agar dimasak/direbus dulu sampai mendidih betul agar untuk mematikan Coliform yang masih tersisa.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, A. dan Muin, M. (2006). Pengembangan Perintang Fisik, Lembaga Penelitian Ilmu Pertanian, Peternakan dan Perikanan/Kelautan. UNHAS: Ujung Pandang

www.unhas.ac.id/lemlit/reserches/view/315.html-8k-Asamou, Y. (2007). Efektifitas Berbagai Ketebalan Lapisan Pasir Pada Media Penyaringan Air Sederhana Terhadap Penurunan Total Coliform Air Sumur Gali Di Kelurahan Bakunase Kota Kupang. Kupang: FKM UNDANA

Asih, R. S. (2006). Kajian Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Penyediaan Air Bersih Secara Individual di Kawasan Kaplingan Kota Blora, Semarang: UNDIP

Bare Telan, A.. (2006). Laporan Penelitian Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan. Yogyakarta Depkes R I. (1996). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416 / Menkes / IX / 1990

tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih. Jakarta: Depkes R I

Entjang, I. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT.Cipta Aditya Bakti

(8)

Kusumawardani, Y dan Astuti, W. (2019). Efektivitas Penambahan Media Geotekstil Pada Saringan Pasir Lambat Terhadap Penyisihan Parameter Kekeruhan Jumlah Coli Dan COD. Jurnal Teknosains, 8(2):114-121

Slamet, S. J. (2002). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Suriawiria, U. (1996). Air Dalam Kehidupan Yang Sehat, Bandung: Penerbit Alumni

Sutrisno C. T., dan Suciastuti, E. (2002). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: PT Rineka Cipta

Pello, H, (2016), Diare di Kota Kupang Lebih Banyak Karena Bakteri Bukan Virus

https://kupang.tribunnews.com/2016/07/13/diare-di-kota-kupang-lebih-banyak-karena-bakteri-bukan-virus.Poskupang.com

Referensi

Dokumen terkait

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “Sistem Informasi Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di SMP Negeri 5 Jember”, adalah

Usaha untuk menganalisis tersebut penulis lakukan melalui langkah-langkah berikut: (1) proses membaca secara cermat dan berulang-ulang (2) Mengidentifikasi data berupa

Berdasarkan hal tersebut maka dapat diketahui bahwa rata-rata nilai KPS siswa kelas eksperimen yang diterapkan strategi scaffolding dalam pembelajaran SiMaYang

Pendekatan yang digunakan dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan menurut Triyanti dan Firdaus (2016) yakni: 1) penguatan peran kelembagaan dalam hubungan sosial ekonomi

Tujuan penelitian ini guna mengetahui pengaruh penggunaan tepung sukun dengan prosentase tepung terigu dan tepung sukun yang tepat dalam pembuatan mi kering yang

menganalisis apakah telah terjadi financial crunch di perbankan syariah di Indonesia pada saat krisis keuangan global 2008 dan untuk menganalisis faktor-faktor yang

Hasil penelitian yang didapat bahwa perbandingan komposisi jamur merang, tepung kedelai dan tepung pengisi memberikan pengaruh nyata terhadap respon organoleptik yaitu warna, aroma

Kalsium karbonat sendiri memiliki densitas yang mirip dengan aluminium yaitu sekitar 2710 kg m 3 sehingga dapat terdispersi secara baik pada lelehan aluminium dan telah