• Tidak ada hasil yang ditemukan

L E M B A R A N D A E R A H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "L E M B A R A N D A E R A H"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

L E M B A R A N D A E R A H

KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

TAHUN 2002 NOMOR 55 SERI C NO. SERI 6

P E R A T U R A N D A E R A H

KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN,

Menimbang : a. bahwa serta menampung peran serta masyarakat dalam mendukung

pembangunan Daerah dipandang perlu memungut retribusi Pelayanan Ketenagakerjaan;

b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah yang menyebutkan dengan Peraturan Daerah dapat ditetapkan jenis retribusi lainnya;

c. bahwa untuk maksud huruf a dan b konsideran ini, perlu diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Uap (Stoom Ordonantie) Nomor 14 Tahun 1930 (Lembaran

Negara Tahun 1931 Nomor 340);

2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan Antara Pekerja Buruh dengan Majikan (Lembaran Negara Tahun 1954 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Nomor 598);

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan (Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1227);

4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1958 tentang Penempatan Tenaga Asing (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 8);

(2)

5. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1820);

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta (Lembaran Negara Tahun 1964 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2686);

7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2818) jo. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2943);

8. Undnag-Undang Nomor 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (Lembaran Negera Tahun 1968 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2853) jo. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (Lembaran negara Tahun 1970 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2944);

9. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2912);

10. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 1);

11. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan (Lembaran negara Tahun 1981 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 320);

12. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan lembaran negara Nomor 3209);

13. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3468);

14. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

15. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839);

16. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);

17. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme (Lembaran Negera Tahun 1999 Nomor 75,Tambahan Lembaran Negara Nomor 38);

(3)

18. Peraturan Uap (Stoomverordening) Tahun 1930 (Loodwit Ordonantie 1931 Nomor 509);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1991 tentang Latihan Kerja (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3458); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program

Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 20, tambahan Lembaran Negara Nomor 3520);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

23. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan Dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090);

24. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139);

25. Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1974 tentang Pembatasan Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang (TKWWNAP) pada sektor/sub sektor;

26. Keputusan Presiden Nomor 97 Tahun 1993 tentang Tata Cara Penanaman Modal;

27. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan Dan Bentuk Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah Dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70);

28. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor 2 tahun 1978 tentang Peraturan Perusahaan;

29. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Hulu Sungai Selatan Nomor 11 Tahun 1990 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Hulu Sungai Selatan (Lembaran Daerah Tahun 1991 Seri D Nomor Seri 9);

30. Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Nomor 20 Tahun 2000 tentang Kewenangan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 22, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 16);

31. Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 26, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 19), sebagaimana diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Nomor 21 tahun 2001 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 69);

(4)

32. Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Nomor 2 Tahun 2002 tentang Lembaran Daerah dan Berita Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2002 Nomor 39 Seri E Nomor Seri 1, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 35).

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KETENAGAKERJAAN.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Hulu Sungai Selatan;

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintahan Kabupaten Hulu Sungai Selatan; 3. Bupati adalah Bupati Hulu Sungai Selatan;

4. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan;

5. Bendaharawan Khusus Penerima adalah bendaharawan khusus penerima pada Dinas Pendapatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan;

6. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya;

7. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

8. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan;

9. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi;

(5)

10. Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksud untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang prasarana, sarana dan fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan;

11. Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang preibadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan;

12. Retribusi Pelayanan Ketenagakerjaan adalah Pembayaran atas pemberian jasa pelayanan ketenagakerjaan oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang menurut Peraturan Daerah ini diwajibkan membayar Retribusi; 13. Ijin Termasuk Pengesahan (ITP) adalah suatu surat dari instansi yang

berwenang yang menyatakan boleh melakukan sesuatu sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku;

14. Kartu Tanda Pencari Kerja (KTPK) Model AK-1 adalah tanda bukti terdaftar sebagai pencari kerja;

15. Ijin Tenaga Kerja Asing adalah ijin yang tertulis dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk untuk mempekerjakan tenaga kerja asing di Indonesia dengan menerima upah atau tidak selama waktu tertentu pada jabatan tertentu;

16. Ijin Penempatan Tenaga Kerja Antar Daerah (AKAD) adalah surat persetujuan penempatan tenaga kerja didalam negeri.

17. Ijin Penempatan Tenaga Kerja Lintas Kerja Antar Negara (AKAN) adalah surat persetujuan penempatan tenaga kerja di Luar Negeri;

18. SIUP-PJTKI adalah usaha perusahan tenaga kerja bagi pemenuhan kebutuhan pihak lain baik di dalam maupun diluar negeri;

19. Peraturan Perusahaan adalah suatu peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat ketentuan-ketentuan tentang syarat-syarat kerja serta tata tertib perusahaan;

20. Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) adalah perjanjian yang diselenggarakan oleh serikat pekerja atau gabungan serikat pekerja yang telah didaftarkan pada Dinas Kependudukan dan Tenaga Kerja Kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan pengusaha yang berbadan hukum yang pada umumnya atau semata-mata memuat syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam perjanjian kerja;

21. Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu (KKWT) adalah perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha, untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu;

22. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja oleh pengusaha sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

23. Perjanjian Kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja dengan pengusaha yang berisi tentang syarat kerja;

24. Lembaga Kerja Bipartit (LKB) adalah suatu lembaga di dalam perusahaan yang merupakan forum komunikasi dan musyawarah yang antara lain terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja;

(6)

25. Organisasi Pekerja adalah organisasi yang dibentuk secara sukarela dari, oleh dan untuk pekerja guna memperjuangkan hak dan kepentingan kaum pekerja yang berbentuk serikat pekerja diperusahaan, gabungan serikat pekerja, federasi dan konfederasi serikat pekerja;

26. Anjuran adalah anjuran yang dikeluarkan oleh Pegawai Perantara secara tertulis apabila tidak tercapai kesepakatan dalam pemerataan;

27. Wajib Lapor Ketenagakerjaan adalah kewajiban pengusaha atau pengurus wajib melaporkan secara tertulis setiap mendirikan, menghentikan, menjalankan kembali, memindahkan atau membubarkan perusahaan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk;

28. Bentuk Formulir KK 1 adalah daftar perusahaan yang wajib bayar jaminan kecelakaan kerja;

29. Akte pengawasan adalah buku laporan yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan yang harus dimiliki oleh masing-masing perusahaan;

30. Ijin termasuk pengesahan adalah surat yang menyatakan boleh melakukan sesuatu yang diberikan oleh yang berwenang kepada yang berhak sesuai ketentuan yang berlaku;

31. Ijin Penyimpangan Waktu Kerja Istirahat adalah ijin yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Tenaga Kerja Kabupaten Hulu Sungai Selatan untuk perusahaan yang memperkerjakan lebih dari 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu yang memuat syarat-syarat wajib yang harus dipenuhi perusahaan;

32. Ijin Kerja Malam Wanita adalah ijin yang memuat syarat-syarat untuk menjaga keselamatan, kesehatan dan kesusilaan apabila tenaga kerja dipekerjakan pada malam hari;

33. Rekomendasi Pestisida adalah persetujuan yang memuat syarat-syarat tenaga kerja yang dipekerjakan mengelola pestisida;

34. Rekomendasi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) adalah pemberian persetujuan kepada perusahaan yang menyelenggarakan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) sendiri dengan manfaat lebih baik dari paket jaminan pemeliharaan dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja;

35. P2K3 adalah Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama dibidang keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka melancarkan usaha berproduksi;

36. Operator adalah tenaga kerja berkeahlian khusus untuk melayani pemakaian alat berat (boiler, keran angkat/angkut) dan sejenisnya;

37. Juru Las adalah tenaga kerja berketerampilan dalam pengelasan sambungan las tumpul yang telah lulus ujian las dan mempunyai sertifikat juru las.

38. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah dan selanjutnya dapat disingkat SPDORD adalah surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan data objek retribusi dan wajib retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terhutang menurut peraturan perundang-undangan retribusi Daerah;

39. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat ketetapan yang menentukan besarnya retribusi yang terhutang;

(7)

40. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda;

41. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut SSRD adalah surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terhutang ke Kas Daerah atau tempat lain yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati;

42. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambah yang selanjutnya dapat disingkat SKRDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan;

43. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan jumlah pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari pada retribusi yang terhutang atau tidak seharusnya terhutang;

44. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap SKRD, SKRDKBT, SKRDLB atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh wajib retribusi;

45. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lain dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi berdasarkan peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah;

46. Penyidikan tindak pidana dibidang retribusi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat jelas tindak pidana dibidang Retribusi yang terjadi serta menentukan tersangkanya.

BAB II

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 2

Dengan nama Retribusi Pelayanan Ketenagakerjaan dipungut retribusi kepada orang pribadi atau badan yang memerlukan jasa pelayanan ketenagakerjaan.

Pasal 3

Obyek Retribusi adalah setiap pemberian jasa pelayanan ketenagakerjaan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan yang meliputi pelayanan:

a. Penempatan Perluasan Kerja dan Transmigrasi. b. Pelatihan dan Produktivitas.

c. Perizinan.

d. Pembinaan Hubungan Industrial dan Persyaratan Kerja. e. Pengawasan Norma Keselamatan Kerja.

(8)

Pasal 4

(1) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh jasa pelayanan ketenagakerjaan.

(2) Wajib Retribusi adalah orang ribadi atau badan yang menurut Peraturan Daerah ini diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi.

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5

Retribusi Pelayanan Ketenagakerjaan termasuk golongan Retribusi perizinan tertentu.

BAB IV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 6

Tingkat penggunaan jasa Retribusi Pelayanan Ketenagakerjaan diukur berdasarkan jenis dan volume pelayanan yang diberikan kepada orang pribadi atau badan.

BAB V

PRINSIP DAN SASARAN DALAM

PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 7

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi dimaksudkan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan izin yang bersangkutan serta mendukung pembangunan Daerah dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi Biaya Pembangunan Daerah, biaya bimbingan teknis, pengaturan, pengendalian, jasa ketatausahaan, pembinaan dan pengawasan.

BAB VI

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 8

1. Pelayanan Penempatan Perluasan Kerja dan Transmigrasi:

a. Pelayanan penggunaan Kartu Tanda Pencari Kerja = Rp. 2.500,- b. Ijin Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)/Surat Persetujuan

(9)

c. Rekomendasi Ijin Kerja Tenaga Asing (IKTA/TKA) = Rp. 100.000,- d. Rekomendasi Ijin PJTKI = Rp. 50.000,- 2. Pelayanan Pelatihan dan Produktifitas

a. Rekomendasi katering/tata boga = Rp. 100.000,- b. Rekomendasi Fest Control Pestisida = Rp. 125.000,- 3. Pelayanan Perizinan

a. Ijin Pendirian Lembaga Latihan Swasta/Perusahaan = Rp. 100.000,- b. Ijin Pelatihan Kerja = Rp. 100.000,- c. Perpanjangan Ijin Lembaga Latihan Swasta/Perusahaan = Rp. 50.000,- d. Surat izin operator Boiler = Rp. 175.000,- e. Surat izin operator Crane = Rp. 125.000,- f. Surat izin operator Fork lift = Rp. 100.000,- g. Surat izin operator Juru las = Rp. 100.000,- h. Surat izin operator Stone Walles = Rp. 150.000,- i. Surat izin operator Bulldozer = Rp. 150.000,- j. Surat izin operator Exacavator = Rp. 150.000,- k. Surat izin operator Whall Loader = Rp. 150.000,- 4. Pelayanan Pembinaan Hubungan Industrial dan Persyaratan Kerja:

a. Pengesahan Peraturan Perusahaan (PP) = Rp 100.000,- b. Pendaftaran Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) = Rp 150.000,- c. Pendaftaran Kesepakatan Waktu Kerja Tertentu (KKWT) = Rp 5.000,- d. Permohonan Ijin Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) = Rp 25.000,- e. Pengesahan Perjanjian Kerja (PK) perorangan = Rp 5.000,- f. Pendaftaran LKS Bipartit = Rp 15.000,- g. Pendaftaran Organisasi Pekerja/Buruh/Pengusaha = Rp 15.000,-

h. Putusan Anjuran = Rp 10.000,-

i. Pendaftaran wajib lapor tenaga kerja = Rp. 25.000,- j. Izin penyimpangan jam kerja = Rp. 25.000,- k. Izin kerja malam wanita = Rp. 50.000,- 5. Pelayanan Pengawasan Norma Keselamatan Kerja:

A. Pemberian ijin dan pengesahan ijin tempat kerja untuk setiap bangunan sebesar Rp 100.000,- ditambah dengan retribusi tahunan dengan luas lantai:  s.d 500 m2 = Rp 25.000,-  501 s.d 2000 m2 = Rp 45.000,-  2001 s.d 5000 m2 = Rp 62.000,-  5001 s.d 10.000 m2 = Rp 87.500,-  10.001 s.d 20.000 m2 = Rp 100.000,-  > 20.000 m2 = Rp 125.000,-

(10)

B. Ijin Pengesahan pemakaian botol oksigen Acetylin dan elpiji sebesar Rp 100.000,- ditambah dengan retribusi tahunan sebesar:

a. Botol baja dengan unit:

 1 s.d 10 buah = Rp 10.000,-

 11 s.d 100 buah = Rp 35.000,-  101 s.d 500 buah = Rp 70.000,-  501 s.d 1.000 buah = Rp 90.000,-  > 1000 buah = Rp 100.000,-  Pengesahan gambar rencana (GR) Setiap permohonan, lantai

bangunan jaringan dsb. = Rp 25.000,- b. Bejana transport/unit = Rp 25.000,- c. Bejana stationer/unit = Rp 25.000,- d. Pesawat pendingin/unit = Rp 25.000,- C. Ijin Pengesahan pemakaian pesawat pembangkit gas dan karbit sebesar

Rp 100.000,- ditambah dengan kapasitas pengisian:

a. s.d 10 Kg = Rp 10.000,-

b. > 10 s.d 50 Kg = Rp 15.000,- c. > 50 s.d 100 Kg = Rp 25.000,-

d. > 100 Kg = Rp 45.000,-

e. Pengesahan gambar rencana (GR) Setiap permohonan, lantai bangunan jaringan dsb. = Rp 25.000,- D. Ijin Pengesahan pemakaian pesawat pembangkit listrik (generator) yang

digerakkan turbin (Uap dan gas atau motor diesel) sebesar Rp 200.000,- ditambah dengan daya:

a. s.d 100 Pk = Rp 30.000,-

b. > 100 s.d 500 Pk = Rp 45.000,- c. > 500 s.d 1000 Pk = Rp 70.000,- d. > 1000 s.d 10.000 Pk = Rp 110.000,-

e. > 10.000 Pk = Rp 175.000,-

f. Pengesahan gambar rencana (GR) Setiap permohonan, lantai bangunan jaringan dsb. = Rp 25.000,- E. Ijin/Pengesahan pemakaian escalator sebesar Rp 100.000,- ditambah

dengan retribusi tahunan:

 Escalator perunit = Rp 17.500,-  Pengesahan gambar rencana (GR) Setiap permohonan, lantai

bangunan jaringan dsb. = Rp 25.000,- F. Ijin/Pengesahan pemakaian mesin-mesin produksi untuk memproduksi

barang jadi sebesar Rp 100.000,- ditambah dengan retribusi tahunan sebagai berikut:

a. Mesin perkakas/mesin produksi yang digerakkan motor listrik/motor bensin/motor diesel/motor gas untuk setiap pk dengan daya:

(11)

 > 5 s.d 20 tk = Rp 17.500,-  > 20 s.d 50 tk = Rp 30.000,-  > 50 s.d 100 tk = Rp 25.000,-

 > 100 tk = Rp 50.000,-

 Pengesahan gambar rencana (GR) Setiap permohonan, lantai bangunan jaringan dsb. = Rp 25.000,- b. Mesin perkakas mesin produksi yang digerakkan hidrolik (pneumatik)

dengan kapasitas:

 s.d 5 ton = Rp 5.000,-

 > 5 s.d 20 ton = Rp 17.500,-  > 20 s.d 50 ton = Rp 22.500,-

 > 50 ton = Rp 25.000,-

 Pengesahan gambar rencana (GR) Setiap permohonan, lantai bangunan jaringan dsb. = Rp 25.000,- G. Ijin/Pengesahan pemakaian pesawat angkat/angkut sebesar Rp 175.000,-

ditambah dengan retribusi tahunan dengan kapasitas:

 s.d 5 ton = Rp 17.500,-  > 5 s.d 10 ton = Rp 25.000,-  > 10 s.d 30 ton = Rp 30.000,-  > 30 s.d 50 ton = Rp 35.000,-  > 50 s.d 100 ton = Rp 40.000,-  > 100 s.d 500 ton = Rp 70.000,-  > 500 ton = Rp 87.500,-

 Pengesahan gambar rencana (GR) Setiap permohonan, lantai bangunan jaringan dsb. = Rp 25.000,- H. Ijin/Pengesahan pemakaian Instalasi Listrik sebesar Rp 300.000,- ditambah

dengan retribusi tahunan:

 s.d 100 kva = Rp 45.000,-

 101 s.d 500 kva = Rp 87.500,-  501 s.d 1.000 kva = Rp 135.000,-  1.001 s.d 10.000 = Rp 175.000,-

 > 10.000 ton = Rp 220.000,-

 Pengesahan gambar rencana (GR) Setiap permohonan, lantai bangunan jaringan dsb. = Rp 25.000,- I. Ijin/Pengesahan pemakaian Instalasi Alarm kebakaran, Otomatic sebesar

Rp 110.000,- ditambah dengan retribusi tahunan:

 Instalasi alarma kebakaran otomatic tiap zone atau tiap 20 titik

= Rp 17.500,-  Pengesahan gambar rencana (GR) Setiap permohonan, lantai

(12)

J. Ijin/Pengesahan pemakaian Kipas Tekan Udara sebesar Rp. 85.000,- ditambah dengan retribusi tahunan/unit sebesar Rp. 10.000,-.

K. Ijin/Pengesahan pemakaian alat pemadam api ringan sebesar Rp. 100.000,- ditambah dengan retribusi tahunan:

 Tiap pembuatan sampel dengan 200 unit = Rp. 15.000,-  Pengesahan gambar rencana (GR) setiap Permohonan, lantai

bangunan, jaringan dsb = Rp. 25.000,- L. Ijin/Pengesahan pemakaian instalasi pemancar radio sebesar Rp. 100.000,-

ditambah dengan retribusi tahunan:

 Dengan satuan unit = Rp. 30.000,-  Pengesahan gambar rencana (GR) setiap Permohonan, lantai

bangunan, jaringan dsb = Rp. 25.000,- M. Ijin/Pengesahan pemakaian instalasi pelayanan medik sebesar

Rp.105.000,- ditambah dengan retribusi tahunan:

 Dengan satuan unit = Rp. 30.000,-  Pengesahan gambar rencana (GR) setiap Permohonan, lantai

bangunan, jaringan dsb = Rp. 25.000,- N. Ijin/Pengesahan pemakaian instalasi petir sebesar Rp. 100.000,- ditambah

dengan retribusi tahunan:

 Dengan petir/unit = Rp. 17.500,-  Pengesahan gambar rencana (GR) setiap Permohonan, lantai

bangunan, jaringan dsb = Rp. 25.000,- O. Ijin/Pengesahan pemakaian bahan kimia berbahaya sebesar Rp. 150.000,-

ditambah dengan retribusi tahunan:

 s/d 500 kg = Rp. 5.000,-

 501 s/d 1.000 kg = Rp. 10.000,-

 1.000 kg = Rp. 17.500,-

6. Pelayanan kesehatan Tenaga Kerja dan Jamsostek

a. Izin pengesahan pelayanan kesehatan/hygiene Tenaga kerja

= Rp. 125.000,-

BAB VII

WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 9

(13)

BAB VIII

SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 10

Saat Retribusi terutang adalah pada saat ditetapkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB IX

TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 11

(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat dialihkan kepada pihak ketiga atau diborongkan.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB X

TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 12

(1) Pejabat penerbit SKRD menerbitkan SKRD Pelayanan Ketenagakerjaan.

(2) Orang pribadi atau badan yang sudah menerima SKRD dari Pejabat Penerbit SKRD melakukan pembayaran retribusi kepada Bendaharawan Khusus Penerima.

(3) Pembayaran Retribusi harus dilakukan secara tunai.

(4) Bendaharawan Khusus Penerima menyetorkan hasil pembayaran retribusi kepada Kas Daerah.

Pasal 13

(1) Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat (2), diberikan tanda bukti pembayaran.

(2) Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan.

(3) Bentuk, jenis, isi, ukuran tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan retribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan dengan Keputusan Bupati

(14)

BAB XI

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 14

Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terhutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

BAB XII

INSTANSI PEMUNGUT Pasal 15

Instansi pemungut Retribusi Pelayanan Ketenagakerjaan adalah Dinas Kependudukan dan Tenaga Kerja Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

BAB XIII

TATA CARA PENAGIHAN Pasal 16

(1) Retribusi berdasarkan SKRD atau dokumen lain yang disamakan, SKRDKBT, STRD dan surat keputusan keberatan yang menyebabkan jumlah retribusi yang harus dibayar bertambah, yang tidak atau kurang dibayar oleh wajib retribusi dapat ditagih melalui Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN).

(2) Penagihan Retribusi melalui Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XIV KEBERATAN

Pasal 17

(1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.

(3) Dalam hal wajib retribusi mangajukan keberatan atas ketetapan retribusi, wajib retribusi harus dapat membuktikan ketidak benaran ketetapan retribusi tersebut.

(15)

(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila wajib retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya. (5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) dan ayat (3), tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.

(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 18

(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat keberatan harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.

(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya retribusi yang terhutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

BAB XV

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 19

(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.

(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.

Pasal 20

(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan:

(16)

b. Masa retribusi;

c. Besarnya kelebihan pembayaran; d. Alasan yang singkat dan jelas.

(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat.

(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati.

Pasal 21

(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan penerbitan surat perintah membayar kelebihan retribusi.

(2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainya, sebagaimana dimaksud Dalam Pasal 19 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.

BAB XVI

KADALUWARSA PENAGIHAN Pasal 22

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluwarsa setelah melampai jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terhutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi.

(2) Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tertangguh apabila:

a. diterbitkan surat teguran; atau

b. ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

BAB XVII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 23

Pembinaan dan pengawasan untuk pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

(17)

BAB XVIII KETENTUAN PIDANA

Pasal 24

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4 ayat (2), diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah) dan tetap dikenakan kewajiban membayar retribusi dan kewajiban lain yang dibebankan kepadanya.

(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah pelanggaran.

BAB XIX PENYIDIKAN

Pasal 25

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;

d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;

e. Melakukan penggeladahan untuk mendapat bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana Retribusi Daerah;

g. Menyuruh berhenti melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. Memotret orang seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi

Daerah;

i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. Menghentikan penyidikan;

k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(18)

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana.

BAB XX

KETENTUAN PENUTUP Pasal 26

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

Pasal 27

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar semua orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam lembaran Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

Ditetapkan di Kandangan

pada tanggal 30 Juli 2002

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN,

Cap

Ttd,

SAIDUL HUDARIE

Diundangkan di Kandangan

pada tanggal 1 Agustus 2002

SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN,

M. YUNANIE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2002 NOMOR 55 SERI C NOMOR SERI 6

(19)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH

KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2002

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN KETENAGAKERJAAN

I. PENJELASAN UMUM.

Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pembangunan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat serta peningkatan pertumbuhan perekonomian di Daerah diperlukan penyediaan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah yang memadai. Upaya peningkatan penyediaan pembiayaan dari sumber tersebut antara lain dilakukan dengan peningkatan kinerja pemungutan, penyempurnaan dan penambahan jenis Retribusi Daerah sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 serta ditindak lanjuti dengan dikeluarkannya Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah yang menyebutkan dengan Peraturan Daerah dapat ditetapkan jenis retribusi lainnya.

Untuk menjamin kontinuitas terlaksananya pembinaan, pengawasan dan peningkatan pelayanan dalam bidang ketenagakerjaan, maka penetapan struktur besarnya tarif Retribusi Retribusi Pelayanan Ketenagakerjaan dipandang perlu untuk menyesuaikan dengan perkembangan perekonomian sekarang ini dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.

Untuk mengatur pemungutan Retribusi Pelayanan Ketenagakerjaan tersebut perlu diatur dan ditetapkan dalam suatu Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 s/d Pasal 27 : Cukup Jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH

KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 45

Referensi

Dokumen terkait

Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi

Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD adalah surat yang digunakan wajib retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang

Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SSRD adalah surat yang digunakan wajib retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran

Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD adalah surat yang oleh Wajib Retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran Retribusi yang terutang ke

Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SSRD adalah surat yang digunakan wajib retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran

Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD adalah surat yang digunakan oleh wajib Retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran Retribusi

Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD adalah surat yang oleh wajib retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi

Surat setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran Retribusi