• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KABUPATEN MALANG"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

J:\kumpulan perda\PERDA TAHUN 2003\PERDA No. 4 tentang Pelayanan Pengangkutan Sampah.doc

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 4 TAHUN 2003

TENTANG

PELAYANAN PENGANGKUTAN SAMPAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MALANG,

Menimbang : a. bahwa pembangunan dan pengembangan wilayah serta

meningkatkan perkembangan penduduk membawa konsekuensi pada kegiatan wilayah dengan segala akibat ikutan dari perkembangan wilayah, antara lain bertambahnya kuantitas sampah yang diproduksi oleh penduduk, sebagai akibat meningkatnya kegiatan dan beragam dari penduduk. Dengan meningkatnya produksi sampah tersebut dipihak lain, daya dukung lingkungan hidup dapat terganggu dan daya tampung lingkungan hidup dapat menurun. Karena meningkatnya produksi sampah merupakan tantangan yang besar terhadap cara pembuangan yang aman dengan resiko yang kecil terhadap lingkungan hidup, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain ;

b. bahwa meningkatnya produksi sampah mengandung resiko pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan dapat rusak. Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup itu akan merupakan beban sosial, yang pada akhirnya masyarakat dan pemerintah harus menanggung biaya pemulihannya ;

c. Bahwa terpeliharanya keberlanjutan fungsi lingkungan hidup merupakan kepentingan rakyat sehingga menuntut tanggung jawab, keterbukaan dan peran anggota masyarakat, yang dapat disalurkan melalui orang perseorangan, organisasi lingkungan hidup, seperti lembaga swadaya masyarakat, kelompok masyarakat adat dan lain-lain, untuk memelihara dan meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang menjadi tumpuan keberlanjutan pembangunan ;

(2)

d. bahwa sehubungan dengan maksud pada huruf a, b dan c konsideran menimbang ini, maka Pelayanan pengangkutan sampah perlu diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Malang.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan

Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41) ;

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) ; 3. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) ;

4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699) ;

5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839) ;

6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848) ;

7. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048) ;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 6) ;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139) ;

10. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik

Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan dan Bentuk Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70) ;

11. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2001 tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan (Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2001 Nomor 5/D).

(3)

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MALANG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG TENTANG

PELAYANAN PENGANGKUTAN SAMPAH

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Malang ;

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Malang ; 3. Bupati adalah Bupati Malang ;

4. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku ; 5. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan

kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya ;

6. Dinas adalah aparat pelaksana Daerah yang salah tugas pokok dan fungsinya di bidang kebersihan dan pengangkutan sampah ;

7. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas yang salah satu tugas pokok dan fungsinya di bidang kebersihan dan pengangkutan sampah ;

8. Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) adalah RT dan RW di wilayah Daerah Kabupaten Malang ;

9. Tempat Penampungan Sampah Sementara yang selanjutnya disebut TPS adalah tempat untuk menampung sampah hasil pengumpulan dari perumahan/pemukiman maupun bukan dari pemukiman ;

(4)

10. Transfer Depo adalah tempat pemindahan sampah untuk menampung pengumpulan sampah dari lingkungan Kelurahan/Kecamatan ;

11. Tempat Pembuangan Akhir yang selanjutnya disebut TPA adalah

tempat untuk menampung, mengolah dan memusnahkan sampah ;

12. Persil adalah sebidang tanah baik berupa tanah kosong maupun bangunan ;

13. Sampah adalah barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi yang berbentuk padat atau setengah padat yang berasal dari kegiatan manusia terdiri dari bahan organik dan anorganik logam atau non logam dapat terbakar;

14. Retribusi Pelayanan Pengangkutan Sampah adalah pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat atas jasa penyelenggaraan Pelayanan Pengangkutan Sampah di wilayah Kabupaten Malang ;

15. Retribusi Jasa Umum adalah Retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh Orang Pribadi atau Badan ;

16. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan ;

17. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut

peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi tertentu ;

18. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perijinan tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan ;

19. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut SSRD adalah surat yang oleh Wajib Retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran Retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau ke tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Bupati ;

20. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut SKRD

adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya pokok Retribusi ;

21. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disebut SKRDLB adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran Retribusi karena jumlah kredit Retribusi lebih besar daripada Retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang ; 22. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut STRD adalah

surat untuk melakukan tagihan Retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda ;

(5)

23. Pengawasan adalah serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan, mengolah data dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi Daerah dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah.

BAB II

HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT

Pasal 2

(1) Setiap orang wajib memelihara kebersihan dan menata keindahan tempat kediaman atau usaha kerja serta lingkungannya ;

(2) Setiap orang wajib mendukung dan berpartisipasi dalam pengelolaan kebersihan lingkungan ;

(3) Setiap orang berhak untuk mendapatkan pelayanan pengangkutan sampah.

BAB III

KEWENANGAN KELEMBAGAAN

Pasal 3

(1) Dinas, bertanggung jawab atas pengangkutan sampah hasil

pengumpulan dari perumahan/pemukiman maupun bukan dari pemukiman ;

(2) Pemerintah Daerah melalui Dinas, bertanggung jawab atas pengaturan penempatan TPS, transfer Depo, TPA serta pengangkutan sampah dari TPS atau transfer Depo ke TPA.

BAB IV

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI

Pasal 4

Atas pelayanan yang diberikan Pemerintah Daerah dalam pengambilan, pengangkutan dan pembuangan atau penyediaan lokasi pemusnahan sampah dipungut Retribusi Pelayanan Pengangkutan Sampah.

(6)

Pasal 5

Obyek Retribusi Pelayanan Pengangkutan Sampah adalah pengambilan, pengangkutan dan pembuangan atau penyediaan lokasi pemusnahan sampah.

Pasal 6

Subyek Retribusi adalah Orang Pribadi atau Badan yang mendapatkan pelayanan pengambilan, pengangkutan dan pembuangan atau penyediaan lokasi pemusnahan sampah.

BAB V

GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 7

Retribusi Pelayanan Pengangkutan Sampah termasuk golongan Retribusi Jasa Umum.

BAB VI

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 8

Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan atas penggolongan dengan menitikberatkan pada faktor-faktor letak, guna, nilai jual dan tingkat pencemaran terhadap lingkungan.

BAB VII

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 9

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya Tarif Retribusi didasarkan atas tujuan untuk mengendalikan dan memperlancar Pelayanan Pengangkutan Sampah dan sebagai pengganti biaya administrasi, biaya pelayanan, perawatan/pemeliharaan dan biaya pembinaan.

(7)

BAB VIII

STRUKTUR DAN BESARAN TARIF

Pasal 10

Struktur dan besarnya Tarif retribusi ditetapkan dengan Keputusan Bupati setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang .

BAB IX

WILAYAH PUNGUTAN

Pasal 11

Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Daerah.

BAB X

MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 12

Masa Retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan.

Pasal 13

Saat Retribusi terutang adalah pada saat ditetapkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB XI

TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 14

Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan.

Pasal 15

Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan yang diatur dengan Keputusan Bupati.

(8)

BAB XII

TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 16

(1) Retribusi yang terutang harus dibayar sekaligus sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan ;

(2) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran Retribusi diatur tersendiri dengan Keputusan Bupati.

BAB XIII KEBERATAN

Pasal 17

(1) Wajib Retribusi tertentu dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk atas Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau dokumen lain yang dipersamakan ;

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas ;

(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal Surat Ketetapan Retribusi Daerah diterbitkan, kecuali apabila Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasannya ;

(4) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi.

Pasal 18

(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan ;

(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya Retribusi yang terutang ;

(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberikan Keputusan atas keberatan yang diajukan, maka dianggap telah dikabulkan.

(9)

BAB XIV

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 19

(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati ;

(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus memberikan keputusan ;

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) telah terlampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan Retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) minggu ;

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi lainnya, kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang Retribusi tersebut ;

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB ;

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran Retribusi.

Pasal 20

(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan :

a. nama dan alamat Wajib Retribusi ; b. masa Retribusi ;

c. besarnya kelebihan pembayaran ; d. Alasan yang singkat dan jelas.

(10)

(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat ;

(3) Bukti penerimaan oleh pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati .

BAB XV

KADALUWARSA PENAGIHAN

Pasal 21

(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi, kadaluwarsa setelah melampui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana dibidang Retribusi ;

(2) Kadaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tertangguh apabila :

a. diterbitkan Surat Teguran atau ;

b. ada pengakuan utang Retribusi dari wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

BAB XVI

TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KADALUWARSA

Pasal 22

(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa dapat dihapuskan ;

(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi Daerah Kabupaten yang sudah kadaluwarsa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ;

(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kadaluwarsa diatur dengan Keputusan Bupati.

BAB XVII PENGAWASAN

Pasal 23

(1) Bupati berwenang melakukan pengawasan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi Daerah dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah ;

(11)

(2) Wajib Retribusi yang diperiksa wajib :

a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek Retribusi yang terutang ;

b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pengawasan ;

c. memberikan keterangan yang diperlukan.

(3) Tata cara pengawasan Retribusi diatur dengan Keputusan Bupati.

BAB XVIII

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 24

Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

BAB XIX

KETENTUAN PIDANA

Pasal 25

(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah dapat diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya 4 (empat) kali jumlah Retribusi yang terhutang ;

(2) Denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan Penerimaan Daerah ;

(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah tindak pidana pelanggaran.

BAB XX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 26

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Malang Nomor 7 Tahun 1999 tentang Retribusi Pelayanan Pengangkutan Sampah di Kabupaten Daerah Tingkat II Malang dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.

(12)

BAB XXI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 27

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 28

Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Malang.

Ditetapkan di Malang

pada tanggal 26 Mei 2003

BUPATI MALANG

(13)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 4 TAHUN 2003

TENTANG

PELAYANAN PENGANGKUTAN SAMPAH

I. PENJELASAN UMUM

Lingkungan hidup sebagai suatu ekosistem terdiri atas berbagai subsistem, yang mempunyai aspek sosial, budaya, ekonomi dan geografi dengan corak ragam yang berbeda yang mengakibatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang berlainan. Keadaan yang demikian memerlukan pembinaan dan pengembangan lingkungan hidup yang didasarkan pada keadaan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup akan meningkatkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan subsistem yang berarti juga meningkatkan ketahanan subsistem itu sendiri. Dalam pada itu, pembinaan dan pengembangan subsistem yang satu akan mempengaruhi subsistem yang lain, yang pada akhirnya akan mempengaruhi ketahanan ekosistem secara keseluruhan. Oleh karena itu pengelolaan lingkungan hidup menuntut dikembangkannya suatu sistem dengan keterpaduan sebagai ciri utamanya. Untuk itu diperlukan suatu kebijaksanaan dalam pengelolaan lingkungan hidup yang harus dilaksanakan secara taat asas dan konsekuen.

Pembangunan dan pengembangan wilayah serta meningkatnya perkembangan penduduk membawa konsekuensi pada kegiatan wilayah dengan segala akibat ikutan dari perkembangan wilayah, antara lain bertambahnya kuantitas sampah yang diproduksi oleh penduduk, sebagai akibat meningkatnya kegiatan dan beragam dari penduduk. Dengan meningkatnya produksi sampah tersebut dipihak lain, daya dukung lingkungan hidup dapat terganggu dan daya tampung lingkungan hidup dapat menurun. Karena meningkatnya produksi sampah merupakan tantangan yang besar terhadap cara pembuangan yang aman dengan resiko yang kecil terhadap lingkungan hidup, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

(14)

Karena meningkatnya produksi sampah mengandung resiko pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan dapat rusak. Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup itu akan merupakan beban sosial, yang pada akhirnya masyarakat dan pemerintah harus menanggung biaya pemulihannya.

Terpeliharanya keberlanjutan fungsi lingkungan hidup merupakan kepentingan rakyat sehingga menuntut tanggung jawab, keterbukaan dan peran anggota masyarakat, yang dapat disalurkan melalui orang perseorangan, organisasi lingkungan hidup, seperti lembaga swadaya masyarakat, kelompok masyarakat adat dan lain-lain, untuk memelihara dan meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang menjadi tumpuan keberlanjutan pembangunan.

Makin meningkatnya upaya pembangunan menyebabkan akan makin meningkatnya dampaknya terhadap lingkungan hidup. Keadaan ini mendorong makin diperlukannya upaya pengendalian dampak lingkungan hidup sehingga resiko terhadap lingkungan hidup dapat ditekan sekecil mungkin. Untuk itu menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah dan anggota masyarakat untuk memelihara kebersihan lingkungan sehingga mutu lingkungan hidup dapat terjaga kelestariannya.

Peraturan Daerah Kabupaten Malang tentang Pelayanan Pengangkutan sampah tersebut ditetapkan lebih diarahkan untuk pembinaan dan pengembangan lingkungan hidup yang didasarkan pada keadaan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup akan meningkatkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan lingkungan hidup yang sehat.

Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, serta Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, maka Pemerintah Kabupaten Malang perlu menetapkan suatu Peraturan Daerah tentang Pelayanan pengangkutan sampah.

(15)

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Pasal ini memuat pengertian istilah yang dipergunakan dalam Peraturan Daerah ini. Dengan adanya pengertian tentang istilah tersebut dimaksudkan untuk mencegah timbulnya salah tafsir dan salah pengertian dalam memahami serta melaksanakan pasal-pasal yang bersangkutan, sehingga bagi Wajib Retribusi dan aparatur dalam menjalankan hak dan kewajibannya dapat berjalan dengan lancar dan akhirnya dapat dicapai tertib administrasi. Pengertian ini diperlukan karena istilah-istilah tersebut mengandung pengertian yang baku dan teknis dalam bidang Retribusi Daerah.

Pasal 2 sampai dengan Pasal 3

Cukup jelas

Pasal 4

Yang dimaksud dengan pengambilan, pengangkutan dan pembuangan adalah dari TPS ke TPA

Pasal 5 sampai dengan Pasal 6

Cukup jelas

Pasal 7

Penggolongan Retribusi ini dimaksudkan guna menetapkan kebijaksanaan umum tentang prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi.

Pasal 8 sampai dengan Pasal 12

Cukup jelas

Pasal 13

Yang dimaksud dengan dokumen lain yang dipersamakan antara lain berupa karcis, kartu langganan.

Pasal 14

Yang dimaksud dengan tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan Retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga. Namun, dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah Daerah tidak boleh bekerja sama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses pemungutan Retribusi, Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerja sama badan-badan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan jenis Retribusi secara efisien. Kegiatan pemungutan Retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya Retribusi terutang, pengawasan penyetoran Retribusi dan penagihan Retribusi.

(16)

Pasal 15

Cukup jelas

Pasal 16 Ayat (1)

Cukup jelas

Pasal 16 Ayat (2)

Ketentuan dalam ayat (2) ini termasuk mengatur tentang penentuan pembayaran, tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran.

Pasal 17 Ayat (1)

Cukup jelas

Pasal 17 Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 17 Ayat (3)

Yang dimaksud dengan keadaan di luar kekuasaannya adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak/kekuasaan Wajib Retribusi, misalnya, karena Wajib Retribusi sakit atau terkena musibah bencana alam.

Pasal 17 Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 18 Ayat (1)

Ayat ini mencerminkan adanya kepastian hukum bagi Wajib Retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh Bupati dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari sejak Surat Keberatan diterima.

Pasal 18 Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 18 Ayat (3)

Ayat ini memberi suatu kepastian hukum kepada Wajib Retribusi bahwa dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) minggu sejak Surat Keberatan diterima harus sudah ada keputusan.

(17)

Pasal 19 Ayat (1)

Cukup jelas

Pasal 19 Ayat (2)

Bupati sebelum memberikan keputusan dalam hal kelebihan pembayaran Retribusi harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu.

Pasal 19 Ayat (3) Cukup jelas Pasal 19 Ayat (4) Cukup jelas Pasal 19 Ayat (5) Cukup jelas Pasal 19 Ayat (6)

Besarnya imbalan bunga atas keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dihitung dari batas waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB sampai dengan saat dilakukannya pembayaran kelebihan.

Pasal 20

Cukup jelas

Pasal 21 Ayat (1)

Saat kadaluwarsa penagihan Retribusi ini perlu ditetapkan untuk memberi kepastian hukum kapan utang Retribusi tersebut tidak dapat ditagih lagi.

Pasal 21 Ayat (2) Huruf a

Dalam hal diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa, kadaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut.

Pasal 21 Ayat (2) Huruf b

Yang dimaksud dengan pengakuan utang Retribusi secara langsung adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

Yang dimaksud dengan pengakuan utang secara tidak langsung adalah Wajib Retribusi tidak secara nyata-nyata langsung menyatakan bahwa ia mengakui mempunyai utang Retribusi kepada Pemerintah Daerah.

Contoh :

- Wajib Retribusi mengajukan permohonan angsuran/penundaan pembayaran; - Wajib Retribusi mengajukan permohonan keberatan.

Pasal 22 sampai dengan Pasal 28

Referensi

Dokumen terkait

Prodi Sosiologi yang melibatkan berbagai komponen stakeholder, yaitu: pimpinan fakultas, pimpinan program studi, dosen, tenaga kependidikan (KTU dan Kasubag), perwakilan

Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik memakai independent sample t-test dengan menggunakan SPSS didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.054 > α 0.05 maka

Cek apakah petugas penjagaan telah melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku : hadir tepat waktu, menggunakan seragam lengkap, melaksanakan apel

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah (1) penerapan model STAD dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengajar membaca pantun di kelas IV SDN

Optimasi produksi pada industri kerupuk merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengoptimalkan jumlah produksi masing-masing produk kerupuk agar dapat menggunakan

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus di sertai penghargaan kepada seluruh dosen yang telah mengajar para mahasiswa MM Unud Bali dan

Tidak terdapat hubungan antara umur kendaraan dengan kejadian kecelakaan lalu lintas pada pasien pengendara sepeda motor yang dirawat di BLU RSUP Prof.. Bagi BLU RSUP

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dan eksploratif, bertujuan untuk: 1) Mengungkap peta standar kompetensi dan kompetensi dasar yang belum