• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALTERNATIF PERKUATAN DINDING UNTUK MENCEGAH KEHANCURAN BRITTLE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ALTERNATIF PERKUATAN DINDING UNTUK MENCEGAH KEHANCURAN BRITTLE"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

77 - Volume 3, No. 4, November 2014

ALTERNATIF PERKUATAN DINDING

UNTUK MENCEGAH KEHANCURAN BRITTLE

Mahlil 1, Abdullah 2, Mochammad Afifuddin 3

1) Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala

Email: mahlil.civ05@gmail.com

Abstract : Alternative retrofitting wall to prevent brittle failure on red brick wall and

batafoam wall is by using wiremesh and PP-Band. This study use wall specimen measuring (80×50×13) cm for Compressive test and flexural test, and a wall measuring (46×46×13) cm for diagonal shear test. The wall material that used are red brick and batafoam. The wall retrofitting and plastering given throughout its side. Specimen without retrofitting is a control specimen. In pairs of red brick wall, the result of compressive test at srenghtening wall with wiremesh and PP-Band increased 61,5% and 10,9%, the result of flexural test increased 174,1% (wiremesh) and 49,9% (PP-Band), and for diagonal shear increased 24,1% (wiremesh) and 12,2% (PP-Band) of red brick wall control. In pairs of batafoam wall, the result of compressive test at retrofitting wall with wiremesh and PP-Band increased 42,6% and 8,9%, the result of flexural test increased 382,8% (wiremesh) and 46,1% (PP-Band), and for diagonal shear increased 102,2% (wiremesh) and 23,2% (PP-Band) of red brick wall control.Using retrofitting materials can repair the kind of failure from brittle failure become more ductile and retrofitting with wiremesh is higher than retrofitting with PP-Band.

Keywords : Red brick wall and batafoam, wiremesh and PP-Band retrofitting, Compressive,

flexural and diagonal shear test shear test of the wall.

Abstrak : Alternatif perkuatan dinding untuk mencegah kehancuran brittle pada dinding bata merah dan batafoam yaitu dengan menggunakan perkuatan berupa wiremesh dan PP-Band. Pada penelitian ini digunakan benda uji dinding berukuran (80×50×13) cm untuk uji tekan dan uji lentur, dan dinding berukuran (46×46×13) cm untuk uji geser diagonal. Material dinding yang digunakan adalah bata merah dan batafoam. Dinding tersebut diberikan perkuatan dan plesteran diseluruh sisinya. Benda uji tanpa perkuatan adalah benda uji kontrol. Pada pasangan dinding bata merah, nilai kuat tekan dinding yang diperkuat wiremesh dan PP-Band mengalami peningkatan sebesar 61,5 % dan 10,9 %, nilai kuat lentur yaitu mengalami peningkatan sebesar 174,1 % (wiremesh) dan 49,9 % (PP-Band), dan nilai kuat geser diagonal yaitu peningkatan sebesar 24,1 % (wiremesh) dan 12,2 % (PP-Band) dari dinding bata merah kontrol. Pada pasangan dinding batafoam, nilai kuat tekan dinding yang diperkuat wiremesh dan

PP-Band mengalami peningkatan sebesar 42,6 % dan 8,9 %, nilai kuat lentur yaitu mengalami

peningkatan sebesar 382,8 % (wiremesh) dan 46,1 % (PP-Band), dan nilai kuat geser diagonal yaitu mengalami peningkatan sebesar 102,2 % (wiremesh) dan 23,2 % (PP-Band) dari dinding batafoam kontrol. Penggunaan bahan perkuatan memperbaiki pola kehancuran dinding dari getas menjadi lebih daktail dan perkuatan wiremesh memberikan daktilitas yang lebih besar dari pada perkuatan PP-Band.

.

Kata Kunci : Dinding bata merah dan batafoam, Perkuatan wiremesh dan PP-Band, Pengujian tekan, lentur, dan geser diagonal dinding.

(2)

Volume 3, No. 4, November 2014 - 78 PENDAHULUAN

Pada saat gempa terjadi kebanyakan struktur dari bangunan tidak mengalami kegagalan, namun dindingnya mengalami keruntuhan. Upaya pencegahan keruntuhan dinding dapat berupa pengangkeran ataupun pemberian perkuatan pada dinding tersebut.

Salah satu alternatif untuk mendapatkan perkuatan di seluruh sisi dinding dilakukan dengan menggunakan Polypropylene-Band dan Wiremesh. Perkuatan dengan metode PP-Band telah dilakukan oleh Prof. Kimiro Meguro dari Universitas Tokyo pada tahun 2006. Beliau menyarankan pemakaian PP-Band sebagai bahan perkuatan dikarenakan murah, tersedia dimana saja, dapat menahan deformasi yang besar, tahan lama, dan mudah digunakan. Perkuatan dinding wiremesh digunakan sebagai bahan perkuatan karena tersedia dimana saja, tahan lama dan mudah digunakan. Meguro (2006 : 3-4) mengatakan bahwa penggunaan wiremesh sebagai bahan perkuatan dinding telah terbukti kekuatannya pada saat gempa Atico 2001 di Peru. Rumah yang diberi perkuatan wiremesh hanya mengalami kerusakan kecil.

Tujuan penelitian ini adalah mencari alternatif perkuatan dinding untuk mencegah kehancuran brittle pada dinding bata merah dan batafoam dengan menggunakan perkuatan PP-Band dan wiremesh. Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui perbedaan peningkatan kekuatan antara perkuatan dinding yang menggunakan PP-Band dan wiremesh dalam menahan kehancuran brittle sehingga

dapat dipilih alternatif yang baik diantara keduanya.

Penelitian ini dilakukan pada dinding berukuran (805010) cm untuk kuat tekan dan kuat lentur, dan dinding berukuran (464610) cm untuk pengujian kuat geser. Pengujian dilakukan terhadap dinding bata merah dan batafoam tanpa perkuatan, dan dinding bata merah dan batafoam dengan perkuatan PP-Band dan Wiremesh. Keseluruhan benda uji diberi plesteran dikedua sisinya.

KAJIAN KEPUSTAKAAN Teknik Perkuatan Dinding

Menurut Lizundia, B dkk (1997) yang dikutip dari Meguro (2006 : 79), beberapa jenis perkuatan telah dikembangkan untuk dinding. Beberapa teknik perkuatan dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Grout and epoxy injections

Grout and epoxy injections berguna untuk meningkatkan kekuatan, kekakuan dan daya tahan dinding yang lemah. Hal ini berguna ketika diberikan beban tekan yang dominan. Namun, jika dinding mengalami tegangan tarik, beberapa jenis perkuatan lain harus disertakan.

2. Surface coatings

Surface coatings mencakup berbagai teknik termasuk melapisi langsung lapisan komposit pada bagian dinding menggunakan organic resins dan penerapan lapisan mortar diperkuat oleh mesh atau jaring kawat, tulangan baja, atau serat pendek. Shotcrete terkadang disemprotkan ke permukaan pasangan dinding.

(3)

79 - Volume 3, No. 4, November 2014 3. Reinforced or post-tensioned cores

Reinforced or post-tensioned cores terdiri dari pengeboran atau memberikan lubang horisontal maupun vertikal pada dinding dan memasukkan baik tulangan konvensional atau pre-stressing tendons. Metode ini mampu meningkatkan kekuatan lentur dan kuat geser dari dinding.

4. Addition of structural elements

Addition of structural elements meliputi penambahan penyangga baja (steel braces) atau frame di sekitar kolom dinding tanpa perkuatan untuk membagi gaya lateral dinding dan meningkatkan kekuatan dinding serta mampu meningkatkan kekakuan sistem struktur.

Dinding

Menurut Julistiono (2003: 91), dinding adalah bagian bangunan yang keberadaanya vertikal dan memanjang serta berfungsi untuk membatasi suatu ruang terhadap ruang yang lain dan juga berfungsi sebagai pemikul beban. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-3430-1994 (Anonim, 2002 : 337), dinding terdiri dari dua macam, yaitu dinding pasangan (non struktural) dan dinding struktur. Dinding pasangan adalah dinding yang terbuat dari susunan blok-beton yang diikat satu dengan yang lainnya dengan adukan atau mortar, sehingga membentuk bidang dinding, sedangkan dinding struktur adalah dinding yang direncanakan, diperhitungkan dan digunakan untuk menahan beban gravitasi dan beban lateral.

Bata Merah

Menurut Anonim (1982 : 48), bata merah pejal adalah bata merah yang dibuat dari tanah liat dengan atau tanpa campuran bahan lainnya, yang dibakar pada suhu yang cukup tinggi hingga tidak hancur lagi bila direndam dalam air, dan mempunyai luas penampang lebih kurang dari 15% dari luas potongan datarnya.

Menurut SNI 03-1734-1989 (Anonim, 2002 : 144), bata merah tidak boleh kurang dari 9 cm lebarnya dan harus dicuci hingga bebas dari debu permukaan yang lepas dan harus jenuh air, serta kering muka pada waktu dipasang. Kekuatan tekan dari bata merah tidak boleh kurang dari 30 kg/cm2.

Batafoam

Batafoam adalah produk dinding yang terbuat dari beton busa. Beton busa merupakan salah satu jenis dari beton ringan yang bahan campurannya terdiri dari semen, air, dan busa. Menurut Neville (1988 : 624), salah satu cara untuk menghasilkan beton ringan adalah dengan membuat gelembung-gelembung gas/udara dalam campuran mortar sehingga menghasilkan material yang berstruktur sel-sel, yang mengandung rongga udara dengan ukuran antara 0,1 – 1,0 mm.

Batafoam dikategorikan sebagai beton ringan karena dapat diproduksi dengan berat volume berkisar 400 kg/m3 – 1800 kg/m3.

Batafoam merupakan salah satu alternatif untuk elemen konstruksi pada bangunan utama yang non-struktural.

(4)

Volume 3, No. 4, november 2014 - 80 Siar dan Plesteran

Menurut SNI 03-1734-1989 (Anonim, 2002 : 144) menyebutkan dinding harus diplester dengan plesteran setebal minimum 1 cm pada kedua sisinya dan kuat tekan minimum adukan pada umur 28 hari adalah sebesar 30 kg/cm2, dengan benda uji berupa kubus ukuran

sisi 5 cm. Bahan perekat antar bata digunakan siar. Menurut SNI 03-3430-1994 (Anonim, 2002 : 338), siar adalah adukan atau mortar pengikat susunan blok beton berongga, dengan tebal antara 10-15 mm, yang dipasang pada bidang kontak antar blok, pada arah horizontal dan vertikal, sehingga membentuk bidang dinding.

Jaringan Kawat (Wiremesh)

Naaman (2000 : 17) menyebutkan bahwa jaringan kawat dapat berupa jaringan persegi anyaman atau hasil pengelasan, jaringan kawat ayam yang berbentuk hexagonal, atau silang, semua jaringan kawat ini lebih baik yang telah dilapisi galvanis. Pada dasarnya jaringan kawat ini berfungsi sebagai sengkang yang membuat kaku struktur tulangan.

PP-Band

PP-Band merupakan tali yang terbuat dari bahan thermoplastic polymer, yang biasanya digunakan dalam bidang industri untuk pengepakan barang-barang. Tali ini merupakan material ekonomis yang dirancang untuk keperluan pengikatan barang berat maupun ringan, pembundelan, dan lain sebagainya. PP-Band apabila ditarik dapat memberikan ketahanan yang tinggi selama

perpanjangan hingga putus (en.wikipedia.org). Kelebihan lain dari tali ini adalah kuat, tahan lama, ringan, murah, dan mudah diperoleh dimana saja

Kuat Tekan Dinding

Menurut SNI 03-4164-1996 (Anonim, 2002a : 2), kuat tekan pasangan dinding adalah gaya tekan yang bekerja pada pasangan dinding per satuan luas penampang dinding yang tertekan. nilai kuat tekan pasangan dinding bata dapat dihitung dengan rumus :

       b B W P f u tk Dimana:

ftk = Kuat tekan pasangan bata (MPa);

Pu = Beban uji maksimum (N);

B = Lebar benda uji (mm); b = Tebal benda uji (mm); dan W = Berat alat bantu (N).

Kuat Lentur Dinding

Kuat lentur dinding pasangan bata adalah gaya lentur yang bekerja pada pasangan dinding per satuan luas penampang dinding yang melentur. Menurut SNI 03-4165-1996 (Anonim, 2002b : 13), nilai kuat lentur dinding pasangan bata dapat dihitung dengan rumus :

                I c 4 2 W P flt3 Bb 12 1 I  Dimana:

flt = Kuat lentur dinding pasangan bata (MPa);

P = Beban maksimum (N);

W = Berat alat bantu (N);

= Bentang tumpuan (mm);

(5)

81 - Volume 3, No. 4, November 2014 permukaan

tarik lentur (mm);

I = Momen inersia penampang lentur (mm4);

H = Tinggi benda uji (mm); B = Lebar benda uji (mm); dan b = Tebal benda uji (mm). Kuat Geser Diagonal Dinding

Kuat geser diagonal dinding pasangan bata adalah gaya geser diagonal yang bekerja pada pasangan dinding per satuan luas penampang bidang geser. Menurut SNI 03-4166-1996 (anonim, 2002c : 15), nilai kuat geser diagonal dinding pasangan bata dapat dihitung dengan rumus :

) u 1 ( x A ) W Pu ( 707 , 0 fvd    Dimana:

fvd = Kuat geser diagonal dinding pasangan bata (MPa);

Pu = Beban uji maksimum (N);

A = Luas penampang geser ( H × b ) (mm2);

W = Massa alat bantu (N); dan u = Koefisien friksi sebesar 0,3.

(Berdasarkan SNI 03-4166-1996)

METODE PENELITIAN Peralatan dan Bahan/material

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini umumnya telah tersedia di Laboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.

Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen Portland Tipe I, batafoam, bata merah, wiremesh, PP-Band, pasir dan air. Semen yang digunakan adalah semen Portland Tipe I. Untuk semen, tidak perlu dilakukan pemeriksaan sifat fisis karena

telah memenuhi SNI 03-2847-2002. Cukup pengecekan secara umum, seperti kantong semen tidak rusak atau berlubang dan semennya tidak menggumpal.

Batafoam yang digunakan merupakan produksi Laboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala dengan ukuran (40×9×20) cm dengan SG 0,9, sedangkan bata merah berasal dari home industry desa Lambaro Angan yang berukuran (20×10×4) cm. Bata yang digunakan dalam penelitian tersebut dilakukan pengujian tekan untuk mengetahui kekuatannya. Begitu pula dengan mortar yang digunakan sebagai siar dan plesteran.

Agregat halus sebagai bahan plesteran dan siar yang digunakan berasal dari Sungai Krueng Aceh yang terletak pada daerah ± Km. 20 Banda Aceh – Medan. Agregat yang dipakai sudah sesuai SNI 03-6820-2002, yaitu butiran maksimum 4,76 mm, berasal dari alam, dan berfungsi sebagai bahan pengisi, penahan penyusutan, dan penambah kekuatan.

Air yang digunakan untuk campuran beton bersih, tidak mengandung lumpur, garam-garam, dan senyawa yang berbahaya sehingga mempengaruhi sifat-sifat semen dan beton.

Wiremesh yang digunakan adalah bentuk square mesh yang diameter kawat 1 mm dan panjang sisi kotaknya 25,4 mm. PP-Band yang digunakan adalah PP strapping band dengan lebar 10 mm, dengan ketebalan sebesar 0,45 mm. Selanjutnya, PP-Band dibentuk anyaman bersilangan, dengan jarak antar PP-Band sebesar 10 cm dan pertemuannya direkatkan

(6)

Volume 3, No. 4, november 2014 - 82 menggunakan lem.

Rancangan Penelitian

Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 18 buah benda uji. Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasangan batafoam dan bata merah yang diplester kedua sisinya. Untuk lebih rinci, dapat diperlihatkan pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Variabel Benda Uji Benda Uji Uji Dimensi (cm) Variabel Dinding batafoa m dengan plesteran Tekan (80×50×13 ) Diperkuat Wiremesh Diperkuat PP-Band Tanpa perkuatan Dinding batamera h dengan plesteran Diperkuat Wiremesh Diperkuat PP-Band Tanpa perkuatan Dinding batafoa m dengan plesteran Lentur (80×50×13 ) Diperkuat Wiremesh Diperkuat PP-Band Tanpa perkuatan Dinding batamera h dengan plesteran Diperkuat Wiremesh Diperkuat PP-Band Tanpa perkuatan Dinding batafoa m dengan plesteran Geser (46×46×13 ) Diperkuat Wiremesh Diperkuat PP-Band Tanpa perkuatan Dinding batamera h dengan plesteran Diperkuat Wiremesh Diperkuat PP-Band Tanpa perkuatan

Pembuatan Benda Uji

Pembuatan benda uji tekan, lentur, dan geser dinding bata dilakukan dengan menyusun bata yang telah disiapkan dengan susunan setengah bata dan secara bersilangan sesuai

dengan bentuk dan dimensi masing-masing benda uji. Setiap bata yang dipasang untuk pembuatan benda uji, terlebih dahulu dibasahi air, dengan tujuan untuk air yang terkandung dalam campuran mortal tidak diserap oleh bata. Campuran mortar pengisi yang telah diaduk dituangkan ke dalam ember. Selanjutnya mortar tersebut dioles merata tiap lapis dengan sendok semen ke permukaan bata dan pada siar bata. Diantara beberapa siar diberikan lubang pipa sedotan agar bisa dimasukkan kawat ikat untuk merekatkan wiremesh dan PP-Band. Siar yang digunakan dalam benda uji tebalnya 20 mm.

Setelah benda uji berumur 1 hari, pada benda uji yang diberi perkuatan, terlebih dahulu direkatkan wiremesh dan PP-Band sebanyak satu lapis pada seluruh sisi benda uji yang diikat menggunakan kawat ikat berdiameter 1 mm, kemudian diplester di seluruh sisi dindingnya, sedangkan pada benda uji dinding tanpa perkuatan langsung diplester di seluruh sisinya. Tebal plesteran yang digunakan adalah 20 mm. Mortar plesteran juga sama dengan siar yaitu menggunakan perbandingan 1 PC : 4 Pasir. Selanjutnya benda uji dinding dirawat dengan cara membalut benda uji menggunakan goni basah. Perawatan benda uji dinding ditempatkan pada keadaan terlindung tanpa terkena hujan dan panas.

Pengujian Benda Uji

Pengujian benda uji dilakukan sesuai dengan SNI 03-4146-1996. Benda uji dites dengan tiga macam pengetesan, yaitu pengujian tekan, geser, dan lentur. Pengujian benda uji

(7)

83 - Volume 3, No. 4, November 2014 Gambar 2. Set-up Pengujian Kuat Lentur

Dinding

Gambar 1. Set-up Pengujian Kuat Tekan Dinding

merek TOA tipe HC – 205C.

Gambar 3. Set-up Pengujian Kuat Lentur Dinding dilakukan pada saat benda uji berumur 28 hari,

karena kuat tekan siar dan plesteran nya sudah mencapai persyaratan minimum 30 kg/cm2.

Sebelum dilakukan pengetesan, benda uji diukur tinggi (H), lebar (B), dan tebalnya (b). Setelah itu, alat bantu profil juga ditimbang beratnya (W).

Pembebanan dilakukan sampai benda uji hancur. Lendutan dimonitor dan direkam setiap kenaikan beban beban 100 kg. Angka yang tertera pada saat benda uji hancur merupakan data yang digunakan untuk memperoleh kekuatan dinding. Perletakan benda uji harus pada posisi sentris dengan alat pembebanan seperti yang terlihat pada Gambar 1- 3.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kuat Tekan Dinding

Dari hasil pengujian, kuat tekan dinding yang diperkuat wiremesh dan PP-Band lebih tinggi daripada dinding tanpa perkuatan. Persentase kuat tekan dinding diperlihatkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pengujian Kuat Tekan Dinding Jenis Dinding Perlakuan ftk Persentase Terhadap Normal (MPa) (%) Bata Merah BM 2,322 100,0 BMW 3,749 161,5 BMPB 2,574 110,9 Batafoam BF 1,641 100,0 BFW 2,341 142,6 BFPB 1,787 108,9 Dimana :

BM : Dinding Bata Merah Tanpa Perkuatan;

BMW : Dinding Bata Merah Diperkuat Wiremesh; BMPB : Dinding Bata Merah Diperkuat PP-Band; BF : Dinding Batafoam Tanpa Perkuatan;

BFW : Dinding Batafoam Diperkuat Wiremesh; BFPB : Dinding Batafoam Diperkuat PP-Band.

Lendutan pada uji tekan dinding bata merah dan batafoam diperkuat dengan tanpa perkuatan diperlihatkan pada Gambar 4.

(8)

Volume 3, No. 4, november 2014 - 84 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 0.0 4.0 8.0 12.0 16.0 20.0 24.0 Be b an (T o n ) Lendutan (mm) BM BMW BMPB 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 0.0 4.0 8.0 12.0 16.0 20.0 24.0 Be b an (T o n ) Lendutan (mm) BF BFW BFPB

Gambar 4. Hubungan Beban dengan Lendutan pada Uji Tekan Dinding

0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 0.0 2.0 4.0 6.0 Be b an (T o n ) Lendutan (mm) BM BMW BMPB

Nilai kuat tekan dinding bata merah yang diperkuat wiremesh dan PP-Band mengalami peningkatan sebesar 61,5 % dan 10,9 % dari dinding bata merah kontrol dan nilai kuat tekan dinding batafoam yang diperkuat mengalami peningkatan sebesar 42,6 % dan 8,9 % dari kontrolnya. Peningkatan kekuatan tekan yang terjadi tidak terlalu signifikan.

Kuat Lentur Dinding

Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa kuat lentur dinding yang diperkuat wiremesh dan PP-Band lebih tinggi daripada dinding tanpa perkuatan. Persentase kuat lentur dinding

diperlihatkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Pengujian Kuat Lentur Dinding Jenis Dinding Perlakuan flt Persentase Terhadap Normal (MPa) (%) Bata Merah BM 0,551 100,0 BMW 1,512 274,1 BMPB 0,827 149,9 Batafoam BF 0,294 100,0 BFW 1,418 482,8 BFPB 0,429 146,1

Lendutan pada uji lentur dinding bata merah dan batafoam diperkuat dengan tanpa perkuatan diperlihatkan pada Gambar 5.

Nilai kuat lentur dinding bata merah yang diperkuat wiremesh dan PP-Band mengalami peningkatan sebesar 174,1 % (wiremesh) dan 49,9 % (PP-Band) dari dinding bata merah kontrol. Untuk nilai kuat lentur dinding batafoam yang diperkuat mengalami peningkatan sebesar 382,8 % (wiremesh) dan 46,1 % (PP-Band) dari benda uji kontrol. Pada pengujian kuat lentur, peningkatan kekuatan sangat significant dibandingkan dengan pengujian tekan, karena pada bagian terluar benda uji dipasang wiremesh dan PP-Band yang sangat memberikan kontribusi pada pengujian tersebut.

(9)

85 - Volume 3, No. 4, November 2014 Gambar 5. Hubungan Beban dengan Lendutan

pada Uji Lentur Dinding

Gambar 6. Hubungan Beban dengan Lendutan pada Uji Lentur Dinding

0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 0.0 1.0 2.0 3.0 B eb an (T on ) Lendutan (mm) BM BMW BMPB 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 0.0 1.0 2.0 3.0 B eb an (T on ) Lendutan (mm) BF BFW BFPB 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 0.0 2.0 4.0 6.0 Be b an (T o n ) Lendutan (mm) BF BFW BFPB

Kuat Geser Dinding

Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa kuat geser diagonal dinding yang diperkuat wiremesh dan PP-Band lebih tinggi daripada dinding tanpa perkuatan. Persentase kuat geser diagonal dinding diperlihatkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Pengujian Kuat Geser Dinding Jenis Dinding Perlakuan fvd Persentase Terhadap Normal (MPa) (%) Bata Merah BM 0,316 100,0 BMW 0,392 124,1 BMPB 0,355 112,2 Batafoam BF 0,194 100,0 BFW 0,392 202,2 BFPB 0,239 123,2

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai kuat geser diagonal dinding bata merah yang diperkuat wiremesh dan PP-Band mengalami peningkatan sebesar 24,1 % (wiremesh) dan 12,2 % (PP-Band) dari dinding bata merah kontrol dan nilai kuat geser diagonal dinding batafoam yang diperkuat wiremesh dan PP-Band mengalami peningkatan sebesar 102,2 % (wiremesh) dan 23,2 % (PP-Band) dari dinding batafoam kontrol. Hasil peningkatan

kuat geser untuk dinding bata merah yang diperkuat wiremesh dan PP-Band tidak significant dibandingkan dengan dinding batafoam perkuatan, sehingga material batafoam menjadi lebih baik ketika diberi perkuatan dibandingkan bata merah.

Lendutan pada uji lentur dinding bata merah dan batafoam diperkuat dengan tanpa perkuatan diperlihatkan pada Gambar 6.

KESIMPULAN

1. Nilai kuat tekan, kuat lentur, dan kuat geser diagonal dinding yang diperkuat wiremesh dan PP-Band lebih tinggi daripada nilai kekuatan dinding tanpa perkuatan sehingga dinding yang diperkuat wiremesh dan PP-

(10)

Volume 3, No. 4, november 2014 - 86 Band bisa menahan gaya gempa yang lebih

baik.

2. Hasil peningkatan kuat geser dinding bata merah yang diberi perkuatan tidak significant dibandingkan dengan dinding batafoam yang diperkuat. Jadi material batafoam lebih baik daripada bata merah ketika diberikan perkuatan.

3. Penambahan wiremesh dan PP-Band sebagai bahan perkuatan memperbaiki pola kehancuran dinding dari getas menjadi lebih daktil.

4. Pada pengujian kuat lentur, peningkatan kekuatan sangat significant dibandingkan dengan pengujian tekan dan geser diagonal, karena pada bagian terluar benda uji dipasang wiremesh dan PP-Band yang sangat memberikan kontribusi pada uji lentur.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anonim, 1982, Persyaratan Umum Bahan

Bangunan di Indonesia (PUBI 1982),

Departemen Pekerjaan Umum, Bandung. Anonim, 2002a. Standar Nasional Indonesia 03–

4164–1996. Metode Pengujian Kuat Tekan

Dinding Pasangan Bata Merah di Laboratorium. Jakarta: Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah.

Anonim, 2002b. Standar Nasional Indonesia 03– 4165–1996. Metode Pengujian Kuat Lentur

Dinding Pasangan Bata Merah di Laboratorium. Jakarta: Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah.

Anonim, 2002c. Standar Nasional Indonesia 03– 4166–1996. Metode Pengujian Kuat Geser

Dinding Pasangan Bata Merah di Laboratorium. Jakarta: Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah.

Julistiono, H., 2003. Menggambar Struktur

Bangunan. Jakarta: Grasindo.

Meguro, K., 2006. Report on The State-of-The-Art In

The Seismic Retrofitting of Reinforced Masonry Houses By PP-Band Mesh. The

University of Tokyo.

Naaman, A.E., 2000. Ferrocement and Laminated

Cementitious Composites. Techno Press

3000. Michigan.

Neville, A. M., 1999. Properties of Concrete. London: Longman.

Gambar

Tabel 1. Variabel Benda Uji  Benda
Tabel 2. Hasil Pengujian Kuat Tekan Dinding
Gambar 4. Hubungan Beban dengan Lendutan  pada Uji Tekan Dinding
Gambar 6. Hubungan Beban dengan Lendutan  pada Uji Lentur Dinding

Referensi

Dokumen terkait

Dinding panel dengan perkuatan tulangan diagonal baja memiliki kekakuan geser sebesar 4920,13 KN/m sedangkan dinding panel tanpa perkuatan hanya mendapatkan

Dinding panel dengan perkuatan tulangan diagonal bambu memiliki kekakuan lebih besar karena bambu memiliki kuat tarik yang tinggi sehingga dapat menahan defleksi

Dari hasil pengujian kuat lentur dinding panel tulangan bambu dengan fas 0,5 sebesar 3,080 MPa, sedangkan nilai kuat lentur dinding panel tanpa perkuatan bambu sebesar 1,493

Anggaran yang dikeluarkan untuk pasangan dinding bata ringan lebih mahal 1,136 kali jika dibandingkan dengan anggaran pasangan dinding bata merah.. Secara kecepatan

Pada kuat tekan dinding model 3 memiliki hasil yang sama yaitu dinding yang menggunakan bata merah Gondanglegi memiliki kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan

Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh waktu perendaman bata merah dalam air terhadap kuat tekan, kuat lekat dan kuat geser diagonal pasangan dinding.. Pada penelitain

Pada kuat tekan dinding model 3 memiliki hasil yang sama yaitu dinding yang menggunakan bata merah Gondanglegi memiliki kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan

Dari hasil pengujian kuat tekan mortar diperoleh nilai kuat tekan rata-rata sebesar 8,55 MPa, sedangkan pada pengujian kuat tekan dinding batu bata tanpa perkuatan diagonal