• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) PANCING ULUR BERUMPON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) PANCING ULUR BERUMPON"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH

(PPUK)

PANCING ULUR

BERUMPON

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Cetakan Syariah

Dalam rangka mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Bank Indonesia memberikan bantuan teknis dalam bentuk pelatihan dan penyediaan informasi. Salah satu informasi yang disediakan oleh Bank Indonesia adalah buku pola pembiayaan. Sampai saat ini, telah tersedia 106 judul komoditi. Buku pola pembiayaan tersebut semua mengunakan sistem konvensional (suku bunga).

Untuk mendukung perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang makin pesat pada tahun-tahun terakhir ini, Bank Indonesia mengusahakan penyediaan buku pola pembiayaan dengan sistem syariah. Buku pola pembiayaan syariah yang disediakan merupakan konversi dari data dan informasi buku yang sudah diterbitkan. Oleh karena itu bagi peminat yang ingin memanfaatkannya diharapkan dapat menyesuaikan dengan kondisi saat ini.

Dari 106 judul buku pola pembiayaan yang sudah tersedia, sampai dengan tahun 2008 Bank Indonesia telah mengkonversikan ke sistem syariah sebanyak 21 judul buku. Pada tahun 2009, Bank Indonesia melakukan konversi 5 (lima) buku pola pembiayaan ke sistem syariah. Satu diantara buku pola pembiayaan yang dikonversikan ke sistem syariah adalah pancing ulur berumpon. Sedangkan produk pola pembiayaan syariah yang digunakan adalah dengan akad murabahah (jual beli).

Dalam penyusunan pola pembiayaan dengan sistem syariah, Bank Indonesia memperoleh bantuan dari banyak pihak antara lain PT. Bank Syariah Mandiri, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk, PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia, PT. Bank Syariah Mega Indonesia dan berbagai nara sumber korespodensi baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Atas sumbang pikir dan bantuan kelancaran penyusunan buku pola pembiayaan syariah ini, Bank Indonesia cq Biro Pengembangan BPR dan UMKM (BPBU) menyampaikan

(5)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

ii

Sedangkan bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukkan bagi penyempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini dapat menghubungi: BPBU - Tim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKM (TP3KU), Bank Indonesia dengan alamat:

Gedung Tipikal (TP), Lt. V

Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10110 Telp: (021) 381-7412, Fax: (021) 351 – 8951 Email: BTeknis_PUKM@bi.go.id

Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan UMKM dan Lembaga Keuangan Syariah.

(6)

No Unsur Pembiayaan Uraian

1 Jenis usaha Pancing Ulur Berumpon

2 Skala usaha Nelayan minimal harus memiliki sedikitnya satu rumpon dengan ukuran 3x12x3 m sebagai media tempat pengumpulan ikan tuna

3 Lokasi Usaha Kota Gorontalo, Propinsi Gorontalo

4 Dana yang diperlukan - Investasi = Rp 222.600.000,-- Modal Kerja = Rp 70.340.000,222.600.000,-- 70.340.000,-- Total = Rp 292.940.000,70.340.000,--

292.940.000,-5 Sumber Dana Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan modal sendiri

6 Plafon Pembiayaan dan kontribusi nasabah

a. Plafon pembiayaan dari LKS

- Pembiayaan investasi untuk pembelian 1 buah kapal penampung (mesin penggerak) dan pengadaan 1 buah rumpon ukuran 3x12x3 m sebesar total Rp.

119.000.000,-- Pembiayaan modal kerja untuk pengadaan perbekalan selama 1 bulan = Rp. 50.000.000,-b. Kontribusi nasabah

- Biaya investasi = Rp. 103.600.000,-- Biaya modal kerja = Rp. 20.340.000,103.600.000,--

20.340.000,-Total kontribusi nasabah sebesar Rp. 123.940.000,-7 Akad pembiayaan Kebutuhan pembiayaan syariah untuk usaha pancing

ulur berumpon dipenuhi dengan akad murabahah ( jual beli), hal ini karena sifat kebutuhan pembiayaan adalah untuk pembelian barang dan mesin.

Ringkasan Pola Pembiayaan Usaha Kecil Syariah

Pancing Ulur Berumpon

(7)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

iv

8 Jangka Waktu Pembiayaan Pembiayaan investasi dan modal kerja selama 3 tahun, tanpa masa tenggang (grace period).

9 Tingkat Margin Murabahah 8,5% (setara flat per tahun pada bank konvensional) 10 Periode Pembayaran

Pembiayaan

Angsuran pembiayaan pokok dan margin dibayarkan setiap bulan 11 Kelayakan Usaha a. Periode Proyek b. Kapasitas Produksi c. Tingkat Teknologi d. Pemasaran Produk 5 tahun 4.250 kg/bulan

Manual dan Mesin sederhana

Pedagang pengumpul (ekspor) dan atau eceran

12 Kelayakan Usaha a. Total margin yang diperoleh dari pembiayaan investasi dan modal kerja adalah Rp.43.095.000,-.

b. Usaha pancing ulur berumpon, mampu menghasilkan keuntungan yang dapat digunakan untuk membayar kewajiban pembiayaan kepada LKS.

c. Dengan demikian usaha pancing ulur berumpon layak untuk diusahakan.

(8)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

RINGKASAN ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR FOTO ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1. Profil Usaha ... 3

2.2. Pola Pembiayaan ... 4

BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 3.1. Aspek Pasar ... 7

3.1.1. Permintaan ... 7

3.1.2. Penawaran ... 9

3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar ... 9

3.2. Aspek Pemasaran ... 10

3.2.1. Harga ... 10

3.2.2. Jalur Pemasaran Produk ... 11

(9)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

vi

BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI

4.1. Lokasi Usaha ... 13

4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan ... 13

4.3. Tenaga Kerja ... 15

4.4. Teknologi ... 16

4.5. Proses Produksi ... 16

4.6. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi ... 19

4.7. Produksi Optimum ... 19

4.8. Kendala Produksi ... 20

BAB V ASPEK KEUANGAN 5.1. Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah ... 21

5.2. Pemilihan Pola Usaha dan Pembiayaan ... 22

5.2.1 Karakteristik Usaha Pancing Ulur Berumpon ... 22

5.2.2 Pola Usaha dan Pembiayaan..………... 23

5.2.3 Produk Murabahah ... 24

5.3. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan ... 26

5.4. Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional ... 27

5.4.1 Biaya Investasi ... ... 27

5.4.2 Biaya Operasional ... ... 28

5.5. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja ... 29

5.6. Proyeksi Produksi dan Pendapatan ... 31

5.7. Proyeksi Laba Rugi dan Break Event Point (BEP) ... 32

5.8. Proyeksi Arus Kas ... 33

5.9. Proyeksi Perolehan Margin Pembiayaan ... 35

5.10.Hambatan dan Kendala ... 35

BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN 6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial ... 37

(10)

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 39 7.2. Saran ... 40 DAFTAR PUSTAKA ... 41 DAFTAR WEBSITE ... 42 DAFTAR LAMPIRAN ... 44

(11)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1.1 Rumpon dan Konstruksi ... 1

3.1 Skema Jalur Pemasaran hasil tangkapan pancing ulur ... 11

DAFTAR FOTO

Foto Hal 2.1 Perahu Pancing Ulur ... 3

4.1 Perahu Penampung ... 14

4.2 Nelayan Sedang Melakukan Pemancingan ... 15

4.3 Rangkaian Perahu Penangkap di Sekitar Rumpon ... 18

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

3.1 Volume Ikan Pelagis Besar (ton) yang Diperdagangkan dari

Propinsi Gorontalo ... 7

3.2 Pengeluaran untuk Ikan, Konsumsi per Kapita Seminggu dan Nilai Ekspor Ikan dari Tahun 2005 – 2007 ... 8

3.3 Produksi Hasil Tangkapan Utama Pancing Ulur di Propinsi Gorontalo .. 9

3.4 Harga Ikan Hasil Tangkapan Pancing Ulur di Gorontalo Tahun 2008 ... 10

4.1 Peralatan Penangkapan Ikan Pancing Ulur dan Rumpon ... 14

5.1 Asumsi untuk Analisis Keuangan ... 26

5.2 Komposisi Biaya Investasi ... 27

5.3 Komponen Biaya Operasional ... 28

5.4 Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja ... 30

5.5 Proyeksi Produksi dan Pendapatan ... 31

5.6 Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi ... 32

5.7 Rata-rata Laba Rugi dan BEP ... 33

(13)
(14)

BAB I

PENDAHULUAN

Kegiatan penangkapan ikan adalah kegiatan berburu di laut. Untuk mengurangi tingkat kegagalan, maka nelayan mengubah pola berburu ikan di laut dengan cara menggembalakan ikan untuk kemudian memanennya dengan mudah. Proses penggembalaan ikan dilakukan dengan memanipulasi kebiasaan atau tingkah laku ikan dalam merespon suatu rangsangan dari luar. Dalam hal ini, ikan mempunyai kebiasaan melindungi diri dari mangsa atau mencari mangsa dengan cara berkumpul pada suatu benda yang terapung di permukaan air. Atas dasar tersebut, kemudian nelayan membuat benda terapung buatan untuk mengumpulkan ikan dan menggembalakannya untuk kemudian dipanen. Benda yang sering digunakan untuk mengumpulkan ikan tersebut sering di sebut sebagai rumpon. Berdasarkan penempatannya, rumpon dapat dibedakan menjadi dua, yaitu rumpon laut dalam dan rumpon laut dangkal.

(15)

PENDAHULUAN

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

2

Rumpon laut dalam digunakan untuk menangkap jenis-jenis yang sifatnya

migratory di laut lepas. Jenis-jenis ikan yang menjadi target tangkapan adalah

ikan tuna, tongkol, cakalang, madidihang, layang, dsb. Sebagai daerah migrasi ikan-ikan jenis tuna, nelayan di Teluk Tomini khususnya di Propinsi Gorontalo mengembangkan rumpon sebagai alat bantu penangkapan ikan. Selain di Gorontalo, perikanan pancing ulur dan rumpon untuk menangkap ikan tuna juga berkembang di beberapa daerah seperti, perairan Sulawesi, Selatan Jawa, Nusa Tenggara, dan Papua.

Untuk memberikan gambaran yang lengkap tentang kegiatan usaha perikanan rumpon dan pancing ulur, maka dalam buku lending model ini beberapa aspek yang meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek produksi, aspek keuangan, aspek ekonomi dan aspek lingkungan akan dijelaskan. Selanjutnya, dalam rangka menyebarluaskan hasil-hasil penelitian kepada masyarakat luas, maka buku pola pembiayaan pancing ulur berumpon ini akan diunggah (up load) dalam Sistem Informasi Terpadu Pengembangan Usaha Kecil (SI-PUK) yang sudah terintegrasi dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (DIBI) dan dapat diakses melalui website Bank Indonesia (www.bi.go.id).

(16)

BAB II

PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

2.1. Profil Usaha

Usaha penangkapan ikan dengan pancing ulur yang dikombinasikan dengan menggunakan rumpon merupakan kegiatan yang mempunyai prospek cukup baik. Dari sisi hasil tangkapannya, ikan hasil tangkapan pancing ulur di sekitar rumpon mempunyai mutu yang baik (dari kondisi fisik dan biologis). Dengan kondisi hasil tangkapan yang baik, maka hasil tangkapannya tidak mengalami kendala dalam pemasarannya.

Kegiatan ini banyak dioperasikan di Propinsi Gorontalo, khususnya Kota Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango. Usaha pancing ulur sendiri merupakan

(17)

PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

4

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

maupun investasi yang rendah. Karena membutuhkan modal usaha yang rendah, maka pancing ulur dioperasikan hampir sebagaian nelayan di lokasi kajian.

Dengan target tangkapan tuna yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, usaha penangkapan ini mempunyai prospek yang cukup baik. Selain tuna, ikan yang biasa tertangkap adalah jenis baby tuna, cakalang dan madidihang.

Unit usaha perikanan pacing ulur dan rumpon terdiri atas satu unit rumpon, 5 unit perahu penangkap dan satu unit perahu pengumpul. Rumpon dan kapal penampung, biasanya dimiliki oleh perusahaan atau milik kelompok, sedangkan kapal penangkap biasanya dimiliki oleh perseorangan. Untuk menjaga dan mengetahui nelayan-nelayan yang melakukan kegiatan di sekitar rumpon, rumpon biasanya dijaga oleh satu orang yang ditugaskan oleh perusahaan atau kelompok. Kapal penangkap yang biasanya dioperasikan oleh 2 orang nelayan, akan meminta ijin kepada penjaga rumpon sebelum operasi penangkapan dilakukan. Bila diijinkan, maka perahu penangkap berkewajiban untuk membayar bagi hasil tangkapannya sebesar 10% dari nilai hasil tangkapannya. Perahu penampung, akan berkeliling antar kapal di rumpon untuk menampung hasil tangkapan nelayan.

Selama ini, nelayan-nelayan di lokasi kajian tidak memiliki hubungan kerjasama atau keterikatan dengan perusahaan penampung atau industri pengolahan ikan. Nelayan bebas melakukan penjualan, karena modal yang mereka butuhkan selama ini dipenuhi oleh Taksi Mina Bahari (TMB), suatu unit ekonomi produktif pemerintah propinsi Gorontalo. Dengan posisi yang seperti ini, maka harga ikan dapat dijaga sehingga tetap menguntungkan nelayan.

2.2. Pola Pembiayaan

Sumber pembiayaan usaha rumpon pancing ulur biasanya berasal dari pengusaha sendiri dan atau bantuan pihak lain maupun dari kredit bank konvensional dengan proporsi yang sangat beragam. Selain dari beberapa sumber modal tersebut, pada beberapa tahun terakhir nelayan di lokasi kajian juga mendapatkan bantuan permodalan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo.

(18)

Pancing Ulur Berumpon Skim kredit konvensional yang tersedia pada lokasi usaha antara lain skim Kredit Usaha Kecil (KUK) dari BRI Unit Gorontalo. Skim KUK yang diberikan adalah kredit modal kerja dan atau modal investasi. Dalam pelaksanaannya, pimpinan BRI unit berdasarkan kewenangannya dapat memberikan keputusan kredit dengan nilai plafon maksimum sebesar Rp 50 juta.

Sumber pembiayaan selain dari bank konvesional di atas juga dapat berasal dari Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Merujuk pada perkembangan perbankan syariah, maka pada buku ini akan disampaikan contoh pembiayaan syariah. Salah satu contoh alternatif produk syariah yang digunakan untuk pembiayaan usaha pancing ulur berumpon adalah murabahah (jual beli).

Kriteria yang menjadi pertimbangan bank dalam melakukan analisis kredit/pembiayaan kepada nasabah adalah 5C, yaitu character (watak), capacity (kemampuan), capital (permodalan), collateral (jaminan) dan condition (kondisi).

(19)
(20)

BAB III

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

3.1. Aspek Pasar 3.1.1. Permintaan

Komoditas hasil tangkapan pancing ulur pada rumpon mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Produksi ikan tuna, cakalang serta tenggiri menjadi komoditas ekspor baik yang diperdagangkan langsung dari Gorontalo maupun melalui pedagang pengumpul di kota lain seperti Surabaya, Jakarta, Makassar dan Bali. Secara umum, perdagangan produk tuna dari Propinsi Gorontalo dari tahun ke tahun menunjukkan tingkat yang stabil. Berdasarkan catatan dari Departemen Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo, produk tuna setelah dikirim ke pedagang pengumpul di kota lain kemudian diekspor ke negara tujuan utama Jepang dan beberapa negara tujuan lainnya.

Tabel 3.1 Volume Ikan Pelagis Besar (ton) yang Diperdagangkan dari Propinsi Gorontalo

No. Keterangan 2005 2006 2007

1 Tuna 50.37 15,00 73,40

2 Cakalang 1.718,00 41,10 137,40

3 Tenggiri 32,15 7,30 75,00

4 Tuna loin 292,29 605,00 801,00

(21)

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

8

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

Meskipun masih tergolong rendah, permintaan ikan di dalam negeri terus mengalami peningkatan. Bila pengeluaran rata-rata per bulan untuk ikan pada tahun 2005 sebesar Rp10.675,- meningkat menjadi Rp13.622,- pada tahun 2007. Lebih lanjut BPS (2008) melaporkan bahwa tingkat konsumsi rata-rata per kapita seminggu untuk ikan dan udang juga mengalami peningkatan, bila konsumsi udang dan ikan segar pada tahun 2005 sebesar 0,252 kg/kapita/minggu kemudian naik menjadi 0,260 kg/ kapita/minggu (tabel 3.2). Dengan jumlah penduduk yang selalu bertambah, dan kesadaran masyarakat yang sudah mulai membaik tentang konsumsi ikan, maka permintaan ikan dari tahun ke tahun akan selalu bertambah besar. Sehingga penambahan produksi ikan di masa yang akan datang menjadi tantangan tersendiri.

Disisi lainnya, dari sisi perdagangan luar negeri, performa perdagangan ikan dan udang juga menunjukkan peningkatan.Dengan masih mengandalkan pada produk udang dan tuna, nilai eksport perikanan meningkat dari USD1.324 pada tahun 2005 meningkat menjadi USD1.493 pada tahun 2007.

Tabel 3.2 Pengeluaran Untuk Ikan, Konsumsi per Kapita Seminggu dan Nilai Ekspor Ikan dari Tahun 2005 - 2007

No. Keterangan 2005 2006 2007

1 Pengeluaran pangan per kapita (Rp1000,-) 168,8 - 194,2

2 Pengeluaran rata-rata per bulan untuk ikan (Rp.) 10.675 13.374 13.622 3 Konsumsi rata-rata per kapita seminggu

a. Udang dan Ikan segar (kg)

b. Udang dan ikan yang diawetkan (ons)

0,252 0,441 0,281 0,499 0,260 0,523

(22)

Pancing Ulur Berumpon 3.1.2. Penawaran

Secara umum, produksi tuna dan cakalang menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Namun demikian, produksi tongkol menunjukkan tingkat produksi yang menurun dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Harga jual produk yang stabil dan tinggi mendorong untuk melakukan proses penangkapan yang lebih intensif. Di sisi lainnya, tren peningkatan nilai produksi dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa kondisi perairan di lokasi kajian masih belum menunjukkan gejala lebih lengkap (Tabel 3.3.)

Tabel 3.3. Produksi Hasil Tangkapan Utama Pancing Ulur di Propinsi Gorontalo Komoditi utama 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tuna 1.752,5 3.448,7 3,342,2 1.881 4.508 5.375 4.394 Cakalang 1.847,2 2.186 2.057,9 2.147,5 4.021 5.004 4.427 Tongkol 2.704,4 4.816 3.816,9 8.308,5 3.635 5.573 4.546

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo

3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar

Dalam prakteknya, kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan pancing ulur di rumpon ini tidak terjadi persaingan dalam proses pemasaran hasil. Persaingan terjadi pada proses penangkapan ikan, dimana rumpon yang tersedia di lokasi kajian belum optimal untuk menampung seluruh armada penangkapan ikan yang ada.

Karena produk ikan yang relatif sulit dalam pengolahannya dan harga ikan yang lebih mahal dibandingkan dengan produk protein hewani lainnya

(23)

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

10

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

ini adalah produk-produk substitusi yang memang sudah cukup dikenal masyarakat baik dari sisi kebiasaan atau cara pengolahannya.

3.2. Aspek Pemasaran 3.2.1. Harga

Ikan yang dihasilkan dari kegiatan penangkapan ikan dengan pancing ulur di rumpon ini cukup banyak, seperti tuna, cakalang, tenggiri dan baby tuna. Harga jual dari produk tangkapan usaha ini secara rata-rata adalah Rp19.800,- per kg. Secara umum, selama ini nelayan tidak mempunyai kekuatan untuk menentukan harga ikan, Harga ikan biasanya ditentukan oleh pedagang pengumpul yang mengambil hasil tangkapannya di laut. Sementara itu, pada tahapan rantai pemasaran selanjutnya, pedagang pengumpul juga tidak mempunyai kekuatan untuk menentukan harga ikan pada saat menjual ikan kepada pedagang besar antar pulau. Pada level nelayan, harga jual untuk ikan tuna adalah sebesar Rp27.000,-/kg dan cakalang dijual dengan nilai Rp20.000,-/kg. Sedangkan baby tuna dijual dengan harga Rp12.500,-/kg.

Tabel 3.4 Harga Ikan Hasil Tangkapan Pancing Ulur di Gorontalo Tahun 2008

No. Produk Harga (Rp./kg)

1 Tuna (Thunnus sp) 27.000

2 Cakalang (Katsuwonus sp) 20.000

(24)

Pancing Ulur Berumpon 3.2.2. Jalur Pemasaran Produk

Penjualan produk usaha pancing ulur ini dapat dilakukan sendiri oleh nelayan atau melalui pedagang pengumpul (toke) untuk kemudian diekspor atau dijual langsung ke konsumen. Pola pemasaran produk pancing ulur ini secara umum terbagi tiga, yaitu :

a. Nelayan menjual langsung produknya ke pasar-pasar setempat. Pada pola ini daerah pemasaran hanya berkisar pada pasar-pasar yang terdapat pada kota yang sama dengan daerah produsen pancing ulur yang bersangkutan.

b. Nelayan atau pengumpul menjual ikan ke pengolah untuk kemudian di pasarkan ke luar negeri

c. Pedagang besar di Gorontalo, kemudian menjual ikan kepada pedagang eksportir di Jakarta, Bali dan Surabaya

d. Pedagang eksportir kemudian mengekspor ikan ke luar negeri.

Nelayan Pengolah Pedagang eksportir Konsumenluar negeri

Pedagang besar Pengumpul

Konsumen lokal

(25)

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

12

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) 3.2.3. Kendala Pemasaran

Kendala pemasaran yang dihadapi oleh usaha pancing ulur adalah fluktuasi hasil tangkapan karena berubahnya sistem musim. Selain itu, lemahnya pemasaran dimana jalur-jalur pemasaran masih dikuasai oleh pedagang perantara, menyebabkan nelayan kurang mempunyai posisi tawar yang baik.

(26)

BAB IV

ASPEK TEKNIS PRODUKSI

4.1. Lokasi Usaha

Kegiatan ini berlokasi di Kota Gorontalo, Propinsi Gorontalo. Lokasi ini berhadapan langsung dengan Teluk Tomini, yang merupakan lokasi penangkapan ikan bagi perahu pancing ulur. Untuk melakukan aktivitas penangkapan, rumpon sebagai alat bantu penangkapan ikan dilepas di lepas pantai untuk beberapa hari. Selanjutnya, dengan mendatangi rumpon yang telah dipasang sebelumnya kemudian nelayan melakukan penangkapan ikan di sekitar rumpon.

4.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan

Fasilitas produksi yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi: rumpon, perahu penangkap ikan dan perahu penampung (Tabel 4.1). Dalam satu unit usaha pancing ulur dengan rumpon ini, terdiri atas 1 unit rumpon, 5 unit kapal penangkap, dan 1 kapal penampung. Kapal penangkap yang digunakan untuk operasi penangkapan ikan mempunyai ukuran 6,0 x 0,6 x 0,7 m. Untuk menggerakkan perahu tersebut dibutuhkan mesin perahu dengan kekuatan 5,5 PK. Sedangkan kapal penampung yang digunakan biasanya mempunyai panjang 21m, lebar 3 m dan tinggi 1,4 m. Mesin penggerak perahu penampung berkekuatan 90 PK. Pada operasi penangkapan yang dikombinasikan dengan rumpon, rumpon yang digunakan mempunyai ukuran 3 x 12 x 3 meter. Perahu biasanya dibeli jadi dari Sulawesi Tengah, sedangkan bagan dan pancing ulur dibuat sendiri.

(27)

ASPEK TEKNIS PRODUKSI

14

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) Foto 4.1 Perahu Penampung

Tabel 4.1 Peralatan Penangkapan Ikan Pancing Ulur dan Rumpon

No. Keterangan Jumlah/

unit usaha Harga satuan

1 Kapal penangkap Kapal Ukuran 6,0 x 0,6 x 0,7 m Pancing ulur Mesin Penggerak 5,5 PK 5 25 5 5.000.000 20.000 3.500.000 2 Kapal penampung Kapal Ukuran 21 x 3,0 x 1,4 m Mesin Penggerak 90 PK 1 1 60.000.000 80.000.000 3 Rumpon Rumpon (3X12X3m) 1 39.000.000 4 Biaya lainnya Biaya Surat-surat 1 600.000

(28)

Pancing Ulur Berumpon 4.3 Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang terlibat dalan kegiatan ini terdiri dari 2 orang untuk masing-masing perahu penangkap ikan, 1 orang penunggu rumpon dan 5 orang yang mengoperasikan perahu penampung. Total tenaga kerja yang terlibat dalam satu unit usaha kegiatan ini adalah 16 orang. Jurumudi/kapten perahu penangkap ikan, biasanya adalah pemilik perahu, dibantu oleh tenaga kerja lainnya, yang biasanya diambil dari anggota keluarga yang lain. Sedangkan penjaga rumpon, adalah orang yang diberikan kepercayaan oleh kelompok atau perusahaan untuk menjaga dan mencatat perahu-perahu yang melakukan penangkapan di rumpon. Lima orang yang mengoperasikan kapal penampung, selain membeli ikan-ikan hasil tangkapan nelayan penangkap juga membawa perbekalan penangkapan ikan untuk perahu-perahu penangkap ikan. ABK perahu penampung adalah anggota kelompok. Bila perahu penampung milik perusahaan, maka ABK adalah tenaga kerja yang dibayar oleh perusahaan. Untuk kapal penampung milik kelompok, ABK akan mendapatkan bayaran sebesar 70% dari nilai hasil tangkapan setelah dikurangi perguliran (30% dari total hasil tangkapan), biaya operasional, dan biaya perawatan (30% dari 70% hasil tangkapan setelah dikurangi biaya operasional). Sedangkan untuk pemasaran, Lembaga Keuangan Syariah tidak memperhitungkan sebagai biaya tenaga pemasaran karena hasil tangkapan sudah mempunyai captive

market (lokal dan ekspor) meskipun melalui pedagang perantara.

Foto 4.2. Nelayan Sedang Melakukan Pemancingan

(29)

ASPEK TEKNIS PRODUKSI

16

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) 4.4 Teknologi

Teknologi yang digunakan dalam operasi penangkap ikan ini masih sangat sederhana. Upaya untuk mengumpulkan ikan dilakukan dengan menggunakan rumpon. Sedangkan untuk memperbaiki kualitas hasil tangkapan, utamanya untuk mengurangi stress ikan dan banyaknya darah yang keluar, nelayan di Gorontalo menggunakan jaket tuna, yaitu kerangka besi seperti tabung yang digunakan untuk mengurangi gerak ikan setelah ditangkap dengan pancing.

Pada kegiatan penangkapan ikan dengan pancing ulur yang dilengkapi rumpon ini, ketergantungan kegiatan penangkapan ikan terhadap rumpon sangat tinggi. Sehingga, teknologi rumpon yang diterapkan akan sangat menentukan keberhasilan penangkapan ikan. Dalam banyak kesempatan, rumpon ini sering terbawa oleh gelombang yang besar dan rusak. Oleh sebab itu, teknologi rumpon yang lain dengan memanfaatkan drum plastik atau dari bahan besi bisa dijadikan alternatif perbaikan teknologi yang ada.

4.5 Proses Produksi

Proses produksi pancing ulur yang dilakukan dalam studi pola pembiayaan ini adalah proses penangkapan ikan dengan menggunakan pancing ulur. Proses penangkapan ikan dengan pancing ulur adalah sebagai berikut :

1. Persiapan, yaitu mempersiapkan seluruh perbekalan ke laut dan anak buah kapal yang terlibat dalam operasi penangkapan ikan. Persiapan biasanya dilakukan pada waktu subuh atau menjelang pagi hari.

2. Perjalanan menuju daerah penangkapan ikan, Setelah persiapan selesai, armada penangkapan kemudian menuju daerah penangkapan (rumpon) yang telah direncanakan. Perjalanan menuju daerah penangkapan ikan biasanya akan memakan waktu 2 – 4 jam dari pelabuhan perikanan. Kira-kira pukul 06.00 – 08.00 WITA perahu penangkapan ikan sudah sampai di daerah penangkapan ikan yang menjadi tujuan penangkapan ikan.

(30)

Pancing Ulur Berumpon 3. Pemasangan pancing, bila ikan di sekitar rumpon dinilai layak, dari segi

jumlah ikan dan keselamatan operasi penangkapan kemudian dilakukan operasi penangkapan. Untuk dapat mengoperasikan pancing ulur di sekitar rumpon, maka nelayan harus meminta ijin terlebih dahulu. Bila diijinkan kemudian dilakukan penambatan perahu ke rumpon, dan perahu penangkap siap beroperasi. Penjaga rumpon kemudian mencatat nelayan yang menangkap di rumponnya. Nama-nama nelayan tersebut kemudian dilaporkan kepada pemilik/pengurus rumpon di darat untuk kemudian dijadikan dasar penagihan kepada pengumpul ikan dimana hasil tangkapan nelayan-nelayan tersebut dijual.

4. Perendaman pancing, untuk memberi kesempatan ikan datang mendekati mata pancing dan memakan umpan yang ada di mata pancing, pancing direndam selama kurang lebih 2 jam. Untuk mendapatkan umpan, nelayan melakukan penangkapan umpan terlebih dahulu. Umpan ditangkap dengan jenis pancing yang berukuran lebih kecil. Pada proses perendaman pancing ini, biasanya nelayan akan membuat variasi dengan cara menyentak-nyentakkan senar pancing. Kegiatan ini dilakukan terus menerus sampai mata pancing dimakan ikan atau umpan hilang. Bila umpan sudah habis atau hilang maka kemudian dilakukan proses pemasangan umpan dan memancing lagi.

5. Pengangkatan pancing, bila mata pancing dimakan oleh ikan, maka nelayan kemudian melakukan proses pengangkatan pancing. Untuk proses pengangkatan pancing, diperlukan keahlian khusus, karena ikan yang ditangkap berukuran besar. Bila umpan dimakan ikan, maka nelayan akan mengulur senar pancing dan kemudian menarik mendadak dengan menyentak senar. Selanjutnya secara perlahan ikan ditarik ke perahu. 6. Pemasangan ulang, bila belum membuahkan hasil tangkapan, dan hasil

tangkapan belum mencukupi secara ekonomi, akan dilakukan proses penangkapan ulang.

(31)

ASPEK TEKNIS PRODUKSI

18

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

7. Penjualan hasil tangkapan, hasil tangkapan nelayan yang sudah masuk kelompok biasanya akan ditampung oleh perahu penampung, akan tetapi bagi nelayan non-anggota dapat menjual hasil tangkapannya dimana saja. 8. Kembali ke fishing base, bila hasil tangkapan telah mencukupi atau bila

waktu operasi telah lebih dari 12 jam, maka kemudian diputuskan untuk kembali ke fishing base. Secara umum, nelayan-nelayan di lokasi kajian akan sampai di fishing base (pelabuhan perikanan) sekitar pukul 14.00 – 16.00 WITA.

Foto 4.3 Rangkaian Perahu Penangkap di Sekitar Rumpon

Karena laut merupakan wahana multifungsi, maka pemasangan rumpon harus memperhatikan beberapa hal:

a) Tidak mengganggu alur pelayaran b) Jarak antar rumpon minimal 10 mil laut

c) Tidak dipasang dengan cara pemasangan yang mengakibatkan efek pagar (zig-zag)

Selanjutnya, berdasarkan Kep.30/MEN/2004 tentang pemasangan dan pemanfaatan rumpon, maka pengajuan ijin pemasangan rumpon diatur dengan ketentuan sbb.:

(32)

Pancing Ulur Berumpon a) Pemasangan pada perairan dengan jarak 2 mil laut sampai 4 mil laut dari

garis pantai pada titik surut terendah ijin diberikan dari Dinas Kelautan dan Perikanan di tingkat Kabupaten/Kota

b) Pemasangan pada perairan dengan jarak 4 mil laut sampai 12 mil laut dari garis pantai pada titik surut terendah ijin diberikan dari Dinas Kelautan dan Perikanan di tingkat Propinsi

c) Pemasangan pada perairan dengan jarak di atas 12 mil laut dari garis pantai pada titik surut terendah sampai ZEE ijin diberikan dari Dinas Kelautan dan Perikanan di tingkat Kabupaten/Kota

4.6 Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi

Jenis ikan yang dihasilkan dari proses penangkapan ikan dengan menggunakan pancing ulur di sekitar rumpon ini adalah tuna, cakalang, baby tuna, tenggiri dan beberapa jenis ikan lainnya. Secara umum, dalam satu kali operasi penangkapan ikan akan dihasilkan rata-rata hasil tangkapan sebanyak 15 kg ikan per perahu penangkap ikan. Ini dengan asumsi bahwa dalam setiap 3 hari dihasilkan 1 ekor ikan tuna yang bobotnya mencapai 50 kg/ekor, atau produk lain yang setara. Karena ikan tuna ditangkap dengan menggunakan pancing maka mutu ikan terjamin. Disamping itu, inovasi dalam mengurangi gerakan ikan dengan menggunakan jaket tuna juga mempertinggi kualitas ikan hasil tangkapan. 4.7 Produksi Optimum

Seperti kegiatan menangkap ikan pada umumnya, maka faktor cuaca dan musim memegang peranan yang sangat penting. Pada musim ikan, dengan asumsi setiap hari tertangkap ikan tuna dengan bobot 34 kg, maka dalam sebulan (25 hari kerja) sudah mampu menghasilkan ikan sebanyak 850 kg. Bila dalam satu unit penangkapan pancing ulur 5 kapal penangkap, maka secara total akan dihasilkan

(33)

ASPEK TEKNIS PRODUKSI

20

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

Tuna yang menjadi target utama penangkapan, tidak tertangkap sepanjang tahun, melainkan hanya sekitar 6 bulan saja. Musim tuna berkisar antara bulan September sampai dengan Februari. Sedangkan untuk target penangkapan ikan yang lainnya, akan ditemukan sepanjang tahun namun dengan jumlah dan jenis yang bervariasi.

4.8 Kendala Produksi

Faktor kritis usaha penangkapan ikan adalah cuaca buruk. Bila musim gelombang tinggi tiba, maka nelayan yang menggunakan kapal relatif kecil tidak bisa melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut. Pada musim seperti ini, rumpon-rumpon rusak dan tidak jarang yang putus dan hilang.

Bila rumpon hilang, maka kegiatan penangkapan juga akan terhenti. Agar produksi terus bisa dilakukan, maka penentuan lokasi penempatan rumpon menjadi kunci terhadap keberhasilan dan keberlanjutan kegiatan penangkapan ikan dengan rumpon.

Disisi yang lainnya, usaha ini juga mendapatkan persaingan dari armada penangkapan lain, yaitu purse seine yang juga melakukan penangkapan ikan di sekitar rumpon. Bila purse seine sudah melakukan penangkapan ikan di sekitar rumpon, maka ikan-ikan yang ada di sekitar rumpon khususnya tuna akan berpencar sehingga menyulitkan proses penangkapan ikan dengan menggunakan pancing ulur.

Foto 4.4 Hasil Tangkapan Pancing Ulur

(34)

BAB V

ASPEK KEUANGAN

Analisis aspek keuangan diperlukan untuk membantu pihak Lembaga Keuangan Syariah/LKS mengetahui kelayakan usaha dari sisi keuangan, terutama kemampuan pengusaha untuk mengembalikan pembiayaan yang diperoleh dari LKS. Analisis keuangan ini juga dapat dimanfaatkan pengusaha dalam perencanaan dan pengelolaan usaha pancing ulur rumpon.

5.1. Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah

Produk pembiayaan konvensional hanya mengenal satu macam produk yaitu pembiayaan dengan sistem perhitungan suku bunga. Sedangkan pada pola syariah mempunyai keragaman produk pembiayaan dan perhitungan keuntungan (perolehan hasil) yang fleksibel.

Untuk produk syariah banyak ragamnya, diantaranya mudharabah, musyarakah, salam, istishna, ijarah dan murabahah (lampiran 1). Dari produk tersebut, setiap produk juga masih mempunyai turunannya. Oleh karena itu, pada pola pembiayaan syariah satu usaha bisa memperoleh pembiayaan lebih dari satu macam produk.

Sedangkan untuk menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan bisa menggunakan sistem margin atau nisbah bagi hasil. Margin merupakan selisih harga beli dengan harga jual sebagai besar keuntungan yang diharapkan. Nisbah bagi hasil adalah proporsi keuntungan yang diharapkan dari suatu usaha. Pada perhitungan nisbah bagi hasil dapat menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing/PLS) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing).

(35)

ASPEK KEUANGAN

22

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

Keragaman produk pembiayaan dan perhitungan tingkat keuntungan ini dapat memberi keluwesan/fleksibilitas baik untuk pihak LKS maupun pengusaha guna memilih produk pembiayaan yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya masing-masing. Bagi pihak LKS, pemilihan ini dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan dan tingkat risiko terhadap nasabah dan usahanya. Sehingga bisa terjadi untuk usaha yang sama, mendapat produk pembiayaan maupun besaran margin atau nisbah per nasabahnya berbeda.

5.2. Pemilihan Pola Usaha dan Pembiayaan

5.2.1. Karakteristik Usaha Pancing Ulur Berumpon

Lokasi rumpon dan jenis rumpon (permanen atau tidak) akan berdampak pada kemudahan memperoleh hasil, mengingat untuk ikan sejenis tuna memang mempunyai musim sendiri. Pada tingkat masyarakat pesisir, nelayan dapat berkontribusi dengan menjalankan kapal penangkap yang relatif membutuhkan alat dan biaya yang tidak mahal.Dengan demikian, usaha pancing ulur berumpon ini dapat diusahakan oleh nelayan-nelayan mikro sehingga dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan keluarganya karena jenis ikan yang dipancing mempunyai harga yang tinggi dan cenderung stabil.

Sehubungan dengan pasar, hasil tangkapan usaha pancing ulur berumpon sangat terbuka, baik untuk konsumsi lokal maupun ekspor. Terlebih, minat dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi ikan makin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan potensi pasar tersebut, maka usaha pancing ulur berumpon memiliki prospek untuk dikembangkan.

(36)

Pancing Ulur Berumpon 5.2.2. Pola Usaha dan Pembiayaan

Pola usaha yang dipilih adalah pancing ulur berumpon. Kegiatan ini mempunyai prospek yang cukup baik, mengingat komoditas yang dihasilkan adalah produk yang diekspor sehingga harga jual dan permintaan pasar bisa terjamin.

Agar menjadi suatu kegiatan usaha yang utuh, maka pola usaha ini merupakan kegiatan yang terintegrasi antara pancing ulur (5 unit), rumpon (1 unit) dan perahu penampung (1 unit). Kapal penangkap yang digunakan untuk operasi penangkapan berukuran 6,0 x 0,6 x 0,7 meter, dengan tenaga penggerak berkekuatan 5,5 PK. Sedangkan kapal penampung yang digunakan berdimensi (p x l x t) 21 x 3 x 1,4 meter. Sebagai penggerak perahu penampung adalah mesin inboard berkekuatan 90 PK. Rumpon yang digunakan mempunyai ukuran 3 x 12 x 3 meter. Untuk mengoperasi 1 unit usaha ini dibutuhkan 16 tenaga kerja terdiri dari 10 nelayan penangkap (2 orang x 5 perahu), 1 orang penjaga rumpon dan 5 orang ABK perahu penampung.

Perhitungan analisis keuangan ini didasarkan pada kelayakan usaha pancing ulur berumpon. Model kelayakan usaha merupakan pengembangan usaha yang telah berjalan dan diharapkan dapat mendorong kemandirian usaha serta upaya replikasi usaha ini di wilayah lain.

Pada buku ini, model kelayakan usaha pancing ulur berumpon diasumsikan untuk usaha baru atau peremajaan usaha. Kebutuhan pembiayaan yang diperlukan meliputi biaya investasi dan modal kerja yang dipenuhi dengan pembiayaan yang bersumber dari pengusaha dan LKS. Pembiayaan yang diberikan oleh LKS meliputi biaya investasi guna pengadaan mesin penggerak kapal penampung dan pengadaan rumpon. Sedangkan biaya modal kerja diberikan berupa pengadaan perbekalan selama satu bulan. Jangka waktu pembiayaan investasi adalah 3 (tiga) tahun.

(37)

ASPEK KEUANGAN

24

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

Merujuk pada sistem keuangan syariah yang mempunyai banyak ragam produk pembiayaan, sistem pembiayaan syariah yang sesuai untuk pembiayaan investasi dan modal kerja dimaksud adalah akad murabahah (jual beli). Pertimbangannya adalah karena dengan produk murabahah ini pengusaha dapat membiayai pengadaan barang/peralatan/mesin/ bahan baku sesuai dengan kemampuannya. Di samping itu, pembiayaan murabahah juga memberi pilihan pada bank maupun nasabah/pengusaha apakah pembiayaan akan digunakan untuk membiayai seluruh komponen usaha atau hanya untuk komponen-komponen tertentu saja.

Bagi perbankan syariah, akad ini relatif sederhana perhitungannya dan nilai margin yang akan diperoleh lebih dapat diprediksikan. Dengan demikian, dengan produk murabahah bank dapat lebih mudah melakukan upaya mitigasi risiko baik terhadap usaha maupun nasabah karena margin secara pasti ditentukan di awal akad. Produk murabahah ini juga sudah banyak diterapkan oleh LKS dan masyarakat sudah mengenal serta mengakses akad pembiayaan tersebut.

Oleh karena itu, pada usaha penangkapan ikan dengan pancing ulur berumpon, dengan kebutuhan pembiayaan untuk pembelian mesin, rumpon dan perbekalan, maka akad murabahah merupakan pilihan yang cukup sesuai.

5.2.3. Produk Murabahah

Produk pembiayaan murabahah (jual beli) merupakan produk yang paling banyak dimanfaatkan baik oleh LKS maupun oleh nasabah. Peraturan mengenai produk murabahah antara lain mengacu pada Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 1 April 2000 tentang Murabahah dan Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/PBI/2007 tanggal 17 Desember 2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank

(38)

Pancing Ulur Berumpon Syariah, sebagaimana diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No. 10/16/ PBI/2008 tanggal 25 September 2008.

Beberapa ketentuan umum terkait Murabahah sebagaimana terdapat dalam ketentuan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

Syarat-syarat yang berlaku pada murabahah antara lain:

1. Dalam melaksanakan kegiatan usaha baik penghimpunan dana, penyaluran dana maupun pelayanan jasa bank wajib memenuhi prinsip syariah, yang terdiri dari prinsip keadilan dan keseimbangan, kemaslahatan, dan universalisme, serta tidak memenuhi unsur gharar, masyir, riba, dzalim,

riswah, dan obyek haram.

2. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.

3. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.

4. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.

5. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.

6. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

7. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

8. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau aset kepada bank.

(39)

ASPEK KEUANGAN

26

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

5.3. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan

Untuk analisa kelayakan usaha diperlukan adanya beberapa asumsi mengenai parameter teknologi proses maupun biaya, sebagaimana terangkum dalam Tabel 5.1. Dalam kegiatan ini diasumsikan periode proyek 3 tahun dimana dalam kegiatan per tahunnya hanya mempertimbangkan 6 bulan musim ikan. Dalam kegiatan ini juga diasumsikan produksi ikan secara total adalah 4.250 kg/ bulan dari hasil tangkapan tuna dan beberapa ikan tangkapan sampingan lainnya. Dengan asumsi 50% ikan hasil tangkapan tuna dan 50% ikan lainnya.

Tabel 5.1. Asumsi untuk Analisis Keuangan

No Asumsi Satuan Nilai/Jumlah

1 Periode proyek tahun 3

2 Bulan kerja tahun bulan 6

3 Hari kerja dalam sebulan hari 25

4 Output, Produksi dan Harga: a. Produksi ikan per bulan b. Produksi ikan per hari c. Harga jual ikan

i. Tuna ii. Cakalang iii. Baby tuna

d. Keberhasilan produksi kg kg Rp/kg Rp/kg Rp/kg % 4.250 170 27.000 20.000 12.500 100 5 Tenaga kerja : a. Produksi orang 16

6 Penggunaan input dan harga: a. BBM b. Harga BBM *) liter/bln Rp/liter 850 8.000

7 Margin Pembiayaan Mudarabah % 8,5

8 Jangka waktu Pembiayaan tahun 3

(40)

Pancing Ulur Berumpon 5.4. Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional

Komponen biaya dalam analisis kelayakan usaha pancing ulur berumpon dibedakan menjadi dua yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah komponen biaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dana awal pendirian usaha yang meliputi perahu, mesin dan alat tangkap. Biaya operasional adalah seluruh biaya yang harus dikeluarkan dalam proses produksi.

5.4.1. Biaya Investasi

Biaya investasi yang dibutuhkan pada tahap awal usaha pancing ulur berumpon ini meliputi rumpon, pancing ulur, serta perahu penangkap dan perahu penampung beserta mesin penggeraknya. Total biaya yang dibutuhkan adalah sebesar Rp222.600.000,-. Komponen terbesar adalah kapal penampung (62,89%) kemudian kapal penangkap (19,32%), dan rumpon (17,52%) (Tabel 5.2). Selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 3.

Tabel 5.2 Komposisi Biaya Investasi (Rp)

No Komponen biaya Jumlah Presentase

1 Kapal penangkap 43.000.000 19,32

2 Kapal penampung 140.000.000 62,89

3 Rumpon 39.000.000 17,52

4 Biaya Surat-surat 600.000 0,27

(41)

ASPEK KEUANGAN

28

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) 5.4.2. Biaya Operasional

Biaya operasional dalam usaha pancing ulur berumpon meliputi biaya operasional perahu penangkap, perahu penampung dan perawatan rumpon. Untuk pengoperasi perahu penangkap dibutuhkan Rp4.450.000,- per bulan. Pengoperasian kapal penampung, memerlukan Rp55.990.000,- per bulan dan untuk perawatan rumpon dibutuhkan Rp300.000,- per bulan (Tabel 5.3 serta Lampiran 4).

Tabel 5.3. Komponen Biaya Operasional

No Struktur Biaya Satuan Jumlah

Fisik Biaya per satuan (Rp) Jumlah biaya 1 bulan Rp I Kapal Penangkap 4.450.000 1 Perbekalan Rp 125 4.000 500.000 2 BBM (solar) liter 250 8.000 2.000.000 3 Olie liter 25 24.000 600.000

4 Perawatan Kapal trip 5 100.000 500.000

5 Perawatan alat tangkap trip 5 70.000 350.000

6 Perawatan Mesin trip 5 100.000 500.000

No Struktur Biaya Satuan Jumlah

Fisik Biaya per satuan (Rp) Jumlah biaya 1 bulan Rp II Kapal Penampung 55.990.000 1 Perbekalan Rp 25 2.000.000 50.000.000 2 BBM (solar) liter 600 8.000 4.800.000 3 Es Balok 100 10.000 1.000.000 4 Olie liter 5 24.000 120.000

(42)

Pancing Ulur Berumpon

Keterangan:

1. Pemeliharaan dimasukan ke biaya variabel karena biaya pemeliharaan timbul jika melaut saja 2. Biaya tetap yang ada adalah biaya depresiasi saja.

5.5. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja

Kebutuhan dana untuk usaha pancing ulur berumpon sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab terdahulu meliputi biaya investasi Rp222.600.000,-, dan biaya modal kerja sebesar Rp70.340.000,-. Dana investasi dan modal kerja tersebut ada yang bersumber dari pembiayaan LKS dan dana milik sendiri.

Kebutuhan dana investasi, pada contoh untuk usaha baru (start up) atau peremajaan usaha, komponen biaya investasi yang memperoleh pembiayaan LKS hanya untuk pengadaan mesin penggerak 90 PK untuk kapal penampung satu unit dan pengadaan rumpon satu unit. Sedangkan komponen yang lain diasumsikan telah dimiliki oleh pengusaha yang bersangkutan sebagai bagian dari kontribusinya dalam usaha.

Modal kerja merupakan dana yang digunakan untuk operasional usaha. Pada usaha pancing ulur berumpon ini, modal kerja meliputi biaya operasional usaha selama

satu bulan. Berkaitan dengan kebutuhan modal kerja, komponen yang dibiayai dari LKS hanya untuk pengadaan perbekalan untuk kapal penampung sebesar Rp50.000.000,- Kebutuhan komponen-komponen biaya modal kerja yang lainnya juga diasumsikan sebagai bagian dari kontribusi pengusaha yang bersangkutan.

Pengadaan mesin penggerak 90 PK, rumpon dan bahan perbekalan untuk kapal penampung yang dimaksud pada pembiayaan tersebut di atas, dalam hal ini

III Perawatan rumpon Rp 1 300.000 300.000

IV Upah ABK Rp 400 24.000 9.600.000

(43)

ASPEK KEUANGAN

30

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

Jangka waktu pembiayaan baik untuk investasi maupun modal kerja adalah tiga tahun tanpa grace period. Pembiayaan modal kerja pada kenyataannya dapat diperpanjang lagi masa jangka waktunya disesuaikan dengan kemampuan pengusaha membayar. Tingkat margin pembiayaan yang digunakan untuk usaha baru (start up) adalah 8,5% (konvensional setara dengan suku bunga flat p.a).

Pembayaran angsuran pembiayaan dalam perhitungan kelayakan diasumsikan secara tetap dengan cara jumlah pembiayaan dibagi jangka waktu pembiayaan dengan mempertimbangkan siklus produksinya.

Tabel 5.4 Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja

No Uraian Jumlah

1 Total Biaya Investasi

Pembiayaan untuk pembelian mesin dan pengadaan rumpon

222.600.000 119.000.000

2 Total Biaya modal kerja

Pembiayaan pembeliaan bahan baku (kain)

70.340.000 50.000.000

3 Total Biaya produksi

a. Pembiayaan b. Modal sendiri

292.940.000 169.000.000 123.940.000

4 Total pembiayaan dan Margin

a. Pembiayaan investasi Margin Investasi b. Pembiayaan modal kerja Margin Modal kerja c. Total margin 212.095.000 119.000.000 30.345.000 50.000.000 12.750.000 43.095.000

barang dan bahan ini pihak LKS dapat menggunakan pihak lain dengan akad yang terpisah dari akad murabahah ini.

Keperluan dana investasi dan modal kerja merujuk pada asumsi dari contoh pembiayaan syariah ditampilkan pada tabel 5.4 dan selengkapnya pada lampiran 6.

(44)

Pancing Ulur Berumpon 5.6. Proyeksi Produksi dan Pendapatan

Berdasarkan kapasitas yang ada, usaha pancing ulur menghasilkan produksi per bulan sebanyak 2.250 kg ikan tuna, 1.000 kg cakalang dan 1.000 kg baby tuna. Usaha ini diproyeksikan untuk dapat berproduksi secara optimal mulai tahun pertama hingga akhir tahun ketiga (sesuai umur proyek). Dengan merujuk pada asumsi harga jual jenis ikan, maka untuk satu tahun produksi diproyeksikan memperoleh pendapatan sebesar Rp559.500.000,- atau rata-rata Rp93.250.000,- per bulan selama 6 (enam) bulan operasional. Proyeksi produksi dan pendapatan usaha serta harga penjualan ditampilkan pada Tabel 5.5 dan Lampiran 5.

Tabel 5.5. Proyeksi Produksi dan Pendapatan

NO PRODUK VOLUME UNIT HARGA JUAL PENJUALAN 1 BULAN

1 Tuna 2.250 kg 27.000 60.750.000

2 Cakalang 1.000 kg 20.000 20.000.000

3 Baby tuna 1.000 kg 12.500 12.500.000

TOTAL 4.250 93.250.000

5.7. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point (BEP)

Hasil proyeksi laba rugi usaha menunjukkan usaha pancing ulur telah menghasilkan laba (setelah pajak) pada tahun pertama (kapasitas 100%) sebesar Rp62.300.750,- dengan nilai profit on sales 11,14%, dan hal sama juga untuk tahun kedua dan ketiga (Tabel 5.6).

(45)

ASPEK KEUANGAN

32

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

Dengan membandingkan pengeluaran untuk biaya tetap terhadap biaya variabel dan total penerimaan. maka BEP usaha ini terjadi pada penjualan senilai Rp.261.169.195,- pada tahun ke-1 hingga tahun ke-3. Selengkapnya proyeksi rugi laba usaha ditampilkan pada Lampiran 7.

Uraian Tahun 1 2 3 A Penerimaan Total Penerimaan 559.500.000 559.500.000 559.500.000 B Pengeluaran i. Biaya Variabel ii. Depresiasi iii. Angsuran Margin

Pembiayaan

iv. Biaya Pemasaran/Dis-tribusi Total Pengeluaran 422.040.000 49.800.000 14.365.000 - 486.205.000 422.040.000 49.800.000 14.365.000 - 486.205.000 422.040.000 49.800.000 14.365.000 - 486.205.000 C R/L Sebelum Pajak 73.295.000 73.295.000 73.295.000 F Pajak (15%) 10.994.250 10.994.250 10.994.250

G Laba Setelah Pajak 62.300.750 62.300.750 62.300.750

H Profit on Sales 11,14% 11,14% 11,14%

I BEP: Rupiah 261.169.195 261.169.195 261.169.195

Tabel 5.6 Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi

Uraian Nilai

Laba per tahun (Rp) 62.300.750

Profit Margin 11,14%

BEP: Rupiah 261.169.195

(46)

Pancing Ulur Berumpon 5.8. Proyeksi Arus Kas

Untuk aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran, yaitu arus masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh dari penjualan ikan hasil tangkapan selama satu tahun. Untuk arus keluar meliputi biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, termasuk angsuran pokok pembiayaan, angsuran margin pembiayaan dan pajak penghasilan.

Evaluasi kelayakan untuk usaha pancing ulur berumpon dengan pembiayaan murabahah dapat diukur dari tingkat kemampuan membayar kewajiban angsuran kepada LKS. Hal ini dapat diketahui karena pada produk murabahah besarnya margin sudah ditentukan di awal akad, sehingga pada analisa laba rugi dan arus kas dapat dihitung kemampuan membayar berdasarkan dari pendapatan yang diperoleh usaha tersebut. Dari arus kas diketahui bahwa pada tingkat margin 8,5 % p.a flat, usaha ini mampu membayar kewajiban pembiayaannya dan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian usaha pancing ulur berumpon tersebut layak untuk dilaksanakan dan bisa dipertimbangkan untuk memperoleh pembiayaan.

Pada analisa kelayakan dapat juga memakai beberapa indikator yang umum digunakan pada perhitungan konvensional. Indikator tersebut meliputi IRR (Internal

Rate of Return), Net B/C Ratio (Net Benefit-Cost Ratio), PBP (Pay Back Period). Nilai

IRR misalnya bisa menjadi indikator untuk mengukur kelayakan usaha, semakin tinggi nilai IRR maka usaha tersebut semakin berpeluang untuk menciptakan keuntungan. Meskipun demikian, indikator tersebut hanya sebagai alat bantu untuk menilai kelayakan suatu usaha. Besaran margin ataupun bagi hasil, harus ditetapkan atas dasar kesepakatan kedua belah pihak (LKS dan pengusaha).

Proyeksi arus kas untuk kelayakan usaha pancing ulur berumpon (Tabel 5.8) selengkapnya ditampilkan pada lampiran 8.

(47)

ASPEK KEUANGAN

34

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) Tabel 5.8 Proyeksi Arus Kas

No Uraian Tahun 0 1 2 3 A Arus Masuk 1. Total Penjualan 559,500,000 559,500,000 559,500,000 2. Pembiayaan a. Investasi b. Modal Kerja 119,000,000 50,000,000 3. Modal Sendiri a. Investasi b. Modal Kerja 103,600,000 20,340,000

4. Nilai Sisa Proyek 73,000,000

Total Arus Masuk 292,940,000 559,500,000 559,500,000 632,500,000 Arus Masuk unt Menghitung

IRR - 489,160,000 559,500,000 632,500,000

B Arus Keluar

1. Biaya Investasi 222,600,000 - - -

2. Biaya Variabel/operasional 70,340,000 351,700,000 422,040,000 422,040,000 4. Angsuran Pokok Pembiayaan 56,333,333 56,333,333 56,333,333 5. Angsuran Margin

Pembiayaan 14,365,000 14,365,000 14,365,000

6. Pajak 10,994,250 10,994,250 10,994,250

Total Arus Keluar 292,940,000 433,392,583 503,732,583 503,732,583 Arus Keluar unt Menghitung

IRR 292,940,000 362,694,250 433,034,250 433,034,250

D CASH FLOW UNTUK

MENGHITUNG IRR (292,940,000) 126,465,750 126,465,750 199,465,750

Discount Factor (8,5%) 1.0000 0.9217 0.8495 0.7829

Present Value (292,940,000) 116,558,295 107,427,000 156,163,351 E CUMMULATIVE (292,940,000) (176,381,705) (68,954,705) 87,208,646

(48)

Pancing Ulur Berumpon 5.9. Proyeksi Perolehan Margin Pembiayaan

Pola pembiayaan syariah yang digunakan dalam usaha pacing ulur berumpon adalah murabahah (jual beli). Pada kesempatan ini ditampilkan satu contoh alternatif pembiayaan yaitu untuk usaha baru atau peremajaan usaha. Dari hasil perhitungan untuk tingkat margin 8,5% per tahun, selama tiga tahun menghasilkan margin sebesar Rp. 62.300.750,-. Tingkat margin ini diberlakukan flat (tetap) per tahun, selama waktu pembiayaan yang disepakati. Selengkapnya, perhitungan perolehan margin dapat dilihat pada lampiran 6.

Penentuan besaran margin, diutamakan berdasarkan pada base line data (data rujukan) untuk setiap komponen usaha/sektor ekonomi. Tetapi karena pada saat ini data tersebut belum tersedia, maka nilai margin mempertimbangkan informasi yang diperoleh dari praktek umum yang diterapkan oleh perbankan syariah dan kesetaraan dengan suku bunga Bank Indonesia (SBI). Data pola pembiayaan pada perbankan syariah dapat dilihat pada lampiran 9.

5.10. Hambatan dan Kendala

Hambatan dan kendala yang dihadapi oleh pengusaha pancing ulur berumpon adalah perubahan musim dan cuaca buruk. Pada cuaca buruk, tidak jarang rumpon yang dipasang dilaut putus dan hilang. Kondisi ini mengharuskan pengusaha untuk mencadangkan dana pembelian rumpon baru.

(49)
(50)

BAB VI

ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN

DAMPAK LINGKUNGAN

6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial

Sebagian besar kegiatan usaha masyarakat Kota Gorontalo khususnya dan Propinsi Gorontalo pada umumnya adalah bertani, berkebun atau nelayan, sementara. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian di bidang pertanian, perkebunan, perikanan dan pegawai negeri. Roda perekonomian, selain dari perdagangan hasil pertanian dan perikanan, juga dari gaji pegawai negeri.

Keberadaan usaha pancing ulur berumpon mampu meningkatkan pendapatan nelayan di daerah yang bersangkutan. Adanya usaha pancing ulur berumpon ini juga mendorong berkembangnya usaha perdagangan dan pengolahan, sehingga meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan nilai tambah usaha.

Secara umum keberadaan dan pengembangan usaha pancing ulur berumpon memberi manfaat yang positif bagi wilayah sekitarnya, karena semakin terbukanya peluang kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat dan sekaligus peningkatan pendapatan daerah.

6.2. Aspek Dampak Lingkungan

Proses produksi dalam usaha pancing ulur berumpon akan menghasilkan limbah padat dan limbah cair. Limbah padat umumnya berupa sisa-sisa ikan atau kotoran ikan yang dibuang. Limbah-limbah padat ini umumnya tidak berbahaya bagi lingkungan. Penanganan limbah ini cukup sederhana, yaitu dengan cara menguburkannya di dalam tanah dimana untuk bahan organik akan terurai

(51)

ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN

38

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

Limbah cair yang dihasilkan dari air sisa pencucian ikan yang umumnya langsung dibuang ke laut tanpa pengolahan terlebih dahulu. Dalam jangka waktu yang lama limbah ini dikhawatirkan dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan yang besar, karena itu tindakan pengolahan limbah secara sederhana sepertinya sudah menjadi keharusan. Pembuatan bak penampung limbah cair sederhana dapat menjadi salah satu alternatif penanganan limbah cair yang dihasilkan dari usaha pancing ulur berumpon

(52)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

a. Usaha pancing ulur berumpon mempunyai peranan penting dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga bagi masyarakat nelayan.

b. Dua faktor terpenting bagi keberhasilan usaha pancing ulur berumpon selain faktor cuaca dan pemilihan lokasi penangkapan juga keterampilan nelayan.

c. Kebutuhan usaha pancing ulur berumpon yang dapat dibiayai oleh LKS adalah pembelian/pengadaan kapal penampung, rumpon dan perbekalan. d. Akad murabahah sesuai untuk pembiayaan yang peruntukanya adalah

pengadaan barang/peralatan/mesin/bahan baku. Pada usaha pancing ulur berumpon, akad murabahah cocok diaplikasikan untuk pembiayaan membeli kapal penampung, rumpon dan perbekalan. Akad ini memberi keleluasaan bagi pengusaha untuk memilih barang dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan kemampuan keuanganya.

e. Analisis aspek keuangan memperlihatkan bahwa dengan asumsi pendirian usaha baru atau peremajaan usaha, dengan produk murabahah (jual beli), maka diperlukan modal usaha sebesar Rp292.940.000,- yang terdiri dari modal investasi sebesar Rp222.600.000,- dan modal kerja sebesar Rp70.340.000,-. Modal tersebut diasumsikan berasal dari pembiayaan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) sebesar Rp. 169.000.000,- dan dari pemilik/pengusaha sebesar Rp. 123.940.000,-.

f. Berdasarkan analisis kelayakan keuangan usaha pancing ulur berumpon layak untuk diusahakan. Dengan masa proyek 5 tahun dan tingkat margin

(53)

KESIMPULAN DAN SARAN

40

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) keuntungan yang memadai bagi pengusahanya.

g. Pengembangan usaha pancing ulur berumpon memberikan manfaat yang positif dari aspek sosial ekonomi wilayah dengan terbukanya peluang kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat, dan tidak menimbulkan dampak lingkungan yang signifikan.

7.2. Saran

a. Berdasarkan potensi bahan baku, prospek pasar, tingkat teknologi proses, dan aspek finansial, usaha pancing ulur berumpon ini, layak untuk dibiayai. b. Untuk menjamin kelancaran pengembalian kredit, pihak perbankan

seyogyanya juga turut berpartisipasi dalam pembinaan usaha ini, khususnya pada aspek keuangan, dan manajemen pembukuan.

c. Usaha pancing ulur berumpon untuk pembelian kapal penampung, rumpon dan perbekalan dibiayai LKS dengan akad murabahah.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2008. Perkembangan beberapa indikator sosial ekonomi Indonesia. BPS. Jakarta

Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo. 2005. Perikanan Dalam Angka 2005. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo . Goronntalo. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo. 2006. Perikanan Dalam Angka

2005. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo . Goronntalo. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo. 2007. Perikanan Dalam Angka

2005. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo . Goronntalo. Himpunan Fatwa Dewan Syariah. 2003. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia dan Bank Indonesia.

Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/PBI/2007 tanggal 17 Desember 2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.2007. Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia No. 10/16/PBI/2008 tanggal 25 September 2008 tentang

Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.2008. Bank Indonesia.

(55)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

42

DAFTAR WEBSITE

1. http://www.cuisinenet.com 2. http://www.ipb.ac.id 3. http://www.islamicfinanceonline.com 4. http://www.ifsb.org 5. http://www.isdb.org 6. http://www.bankislam.com.my 7. http://www.lariba.com 8. http://www.amss.net

(56)
(57)

LAMPIRAN

44

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

1. Pengenalan Pola Pembiayaan Syariah ... 45

2. Asumsi Untuk Analisis Keuangan ... 50

3. Biaya investasi ... 51

4. Biaya Variabel ... 52

5. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor ... 53

6. Proyeksi Perolehan Margin Pembiayaan Pancing Ulur Berumpon ... 54

7. Proyeksi Laba Rugi Usaha (Rp) ... 55

8. Proyeksi Arus Kas ... 56

(58)

Pancing Ulur Berumpon Lampiran 1. Pengenalan Pola Pembiayaan Syariah

Pembiayaan Syariah

Bank syariah menunjukkan pertumbuhan yang meningkat. Ini di dorong oleh makin tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk memilih produk yang halal. Pun karena jumlah penduduk Muslim di Indonesia yang paling banyak di dunia, merupakan potensi bagi keuangan syariah untuk menjadi bagian dalam pembiayaan ekonomi masyarakat.

Prinsip pembiayaan syariah yang mendasar adalah:

1. Keadilan, pembiayaan saling menguntungkan baik pihak yang menggunakan dana maupun pihak yang menyediakan dana

2. Kepercayaan, merupakan landasan dalam menentukan persetujuan pembiayaan maupun dalam menghitung margin keuntungan maupun bagi hasil yang menyertai pembiayaan tersebut.

Untuk mendukung prinsip-prinsip tersebut agar dapat berjalan jauh dari prasangka, manipulasi, korupsi dan kolusi maka dibutuhkan informasi yang memadai. Informasi ini menjadi data pendukung yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang proposional. Jenis informasi yang dimaksud antara lain:

1. Informasi data nasabah

2. Informasi data penjualan / pembelian / penyewaan riil 3. Proyeksi laporan keuangan

4. Akad pembiayaan

Lebih lanjut penjelasan dari informasi yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

(59)

LAMPIRAN

46

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) a. Informasi data nasabah

Menyeleksi calon nasabah yang dapat dipercaya untuk memperoleh pembiayaan dilakukan melalui uji kelayakan nasabah. Uji kelayakan bentuknya berupa form pengisian yang memuat data pribadi dan data usaha calon nasabah. Pengisian form dilakukan melalui wawancara secara individual dan kunjungan ke tempat tinggal dan tempat usaha.

Informasi dari uji kelayakan ini sebagai pertimbangan apakah calon bisa menjadi nasabah atau tidak. Sekaligus juga menentukan jenis pembiayaan yang sesuai untuk nasabah bersangkutan.

b. Informasi data penjualan / pembelian / penyewaan riil

Informasi data penjualan/pembelian/ penyewaan riil merupakan data usaha yang sudah terjadi di lapangan. Data riil ini menjadi dasar perhitungan dari akad yang sudah disepakati. Dengan demikian tereliminer kerugian baik yang dirasakan oleh debitur maupun kreditur karena pelaksanaan akad dilandasi dengan data riil.

Informasi ini bentuknya berupa form isian, yang diisi secara rutin sesuai dengan siklus usahanya oleh nasabah. Contoh bentuk form yang diberikan sesuai dengan jenis usahanya dan kebijakan LKS masing-masing.

c. Proyeksi laporan keuangan

Proyeksi laporan keuangan merupakan pelengkap informasi dalam menentukan persetujuan usulan pembiayaan usaha dari nasabah. Proyeksi dari laporan keuangan yang dimaksud terdiri dari proyeksi arus kas, proyeksi laba (rugi) dengan analisa kelayakan seperti NPV, IRR, BEP, B/C ratio, PBP, dll.

Proyeksi ini dibuat atas dasar asumsi-asumsi yang relatif tetap sepanjang umur usaha yang dibiayai. Sedangkan dalam hukum syariah semua transaksi harus

(60)

Pancing Ulur Berumpon riil. Oleh sebab itu dalam menentukan besaran nominal untuk bagi hasil tidak bisa merujuk pada hasil proyeksi (relatif tetap) tetapi harus merujuk pada transaksi riil (relatif berfluktuasi sesuai dinamika usahanya).

d. Akad pembiayaan

Akad pembiayaan merupakan kesepakatan antara shahibul maal dan mudharib. Akad ini sebagai landasan hukum syariah bagi transaksi pembiayaan. Akad pembiayaan sesuai dengan jenis pembiayaan usaha nasabah.

Produk pembiayaan syariah bermacam-macam, sebagaimana tersaji pada tabel di bawah ini:

Prinsip Dasar Jenis – jenis

Bagi Hasil

(Profit Sharing)

Al-Musyarakah (Partnership, Project Financing and

Participation)

Adalah penanaman dana dari shahibul maal (pemilik modal) untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung semua shahibul maal berdasarkan bagian dana/ modal masing-masing.

Al-Mudharabah (Trust Financing, Trust Investment)

Adalah akad kerjasama antara 2 pihak di mana pihak shahibul maal menyediakan modal dan pihak mudharib menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi berdasarkan nisbah sesuai dengan kesepakatan. Pembagian nisbah dapat menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing).

(61)

LAMPIRAN

48

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

Al-Muzara’ah (Harverst-Yield Profit Sharing)

Adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, di mana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan diperlihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen.

Al Musaqah (Plantation Management Fee Based on Certain

Portion of Yield)

Adalah bentuk sederhana dari Al-muzara’ah di mana si penggarap hanya bertanggungjawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.

Jual Beli

(Sale and Payment Sale)

Bai’ Al Murabahah (Deferred Payment Sale)

Adalah akad jual beli antara sebesar harga pokok barang ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati. Barang yang dimaksud adalah barang yang diketahui jelas kuantitas, kualitas dan spesifikasinya

Bai’ as Salam (in front Payment Sale)

Adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dengan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.

Bai’ Al – Istishna’ (Purchase by Order or Manufacture) Jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan criteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan

Sewa

(Operational Lease and Financial Lease)

Al-Ijarah (operational Lease)

Adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau upah mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa.

Gambar

Foto 2.1 Perahu Pancing Ulur
Tabel 3.1 Volume Ikan Pelagis Besar (ton) yang Diperdagangkan dari Propinsi Gorontalo
Tabel 3.2  Pengeluaran Untuk Ikan, Konsumsi per Kapita Seminggu dan  Nilai Ekspor Ikan dari Tahun 2005 - 2007
Tabel 3.3. Produksi Hasil Tangkapan Utama Pancing Ulur di Propinsi Gorontalo Komoditi  utama 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tuna 1.752,5 3.448,7 3,342,2 1.881 4.508 5.375 4.394 Cakalang 1.847,2 2.186 2.057,9 2.147,5 4.021 5.004 4.427 Tongkol 2.704,4 4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem back to back voltage source inverter terdiri dari beberapa bagian yaitu turbin angin untuk menghasilkan daya mekanis, gearbox untuk menaikkan kecepatan agar

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji maka petugas

Pengertian dari media sosial adalah sesuatu di internet yang memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya serta dapat berinteraksi, bekerja sama,

Sistim pemasaran pada saluran ini tidak langsung dimana nelayan dan armada kapal menjual ikan ke pedagang besar dan pedagang kecil, dengan cara pedagang langsung

Jika, setelah penilaian kembali, jumlah neto dari aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih pada tanggal akuisisi melebihi jumlah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa

Hasil Data Pengukuran Moisture Content EFB Data pengukuran moisture content ketiga sampel yang dilakukan lewat pengujian kadar kelembaban di laboratorium analisis Pusat

Terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and error ) hendaknya dianjurkan dan guru sebagai penunjuk jalan dan membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep dan