© Copyright 2017
IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN
2010 TENTANG DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI
KANTOR KECAMATAN BARONG TONGKOK
KABUPATEN KUTAI BARAT
Nessie Rika Damai Yanti
1, Hartutiningsih
2, Syahrani
3Abstrak
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Kerja
Pegawai Negeri Sipil belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik oleh para
pegawai di Kantor Kecamatan Barong Tongkok. Faktor-faktor yang mendukung
implementasi adalah kejelasan dari peraturan disiplin kerja, hubungan antar
personil yang baik serta komitmen Camat untuk menegakkan aturan disiplin kerja
kepada para bawahannya. Sedangkan faktor-faktor penghambatnya adalah masih
adanya pegawai yang bersikap acuh tak acuh terhadap teguran pimpinan dan
terbatasnya fasilitas pendanaan sehingga upaya dalam peningkatan pemahaman
disiplin kerja pegawai belum dapat dilaksanakan.
Kata Kunci: Disiplin Kerja, PP Nomor 53 Tahun 2010, Kecamatan Barong
Tongkok
Abstract
Government Regulation No. 53 of 2010 on Discipline Work at the District
Office Barong Tongkok been implemented fairly well, but not optimal in
improving employee discipline. Factors that support the implementation is clear
clauses PP No. 53 of 2016 on Work Discipline Employees that are not multi
interpretative relationship between personnel well so as to create conditions
conducive for employees to perform their duties and functions as well as a
commitment Head of Barong Tongkok to enforce the rules labor discipline to his
subordinates so that the public service can be done well. While the factors
inhibiting their employees who are still indifferent to the strike leaders and the
limited funding facility so that an effort to improve understanding of labor
discipline through employee training, seminars or workshops up to now can not
be implemented.
Keywords: Work Discipline, Regulation No. 53 of 2010, Barong Tongkok Residen
Pendahuluan
Upaya meningkatkan disiplin kerja PNS dilakukan pemerintah sejak
diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1980 tentang Peraturan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil, yang kemudian pada tahun 2010 disempurnakan
dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil. PP ini diberlakukan mulai bulan Juni 2010,
sehingga segala hal yang berhubungan dengan disiplin kerja PNS mengacu pada
peraturan pemerintah ini. Dalam PP Nomor 53 Tahun 2010 ini, terdapat 17
kewajiban dan 15 larangan sebagai penyempurnaan atas 26 kewajiban dan 18
larangan sebagaimana tertera dalam peraturan pemerintah sebelumnya (PP 30
Tahun 2010).
Dalam mengimplementasikan PP tersebut, seluruh jajaran pemerintah dari
pusat hingga daerah telah dilakukan dengan berbagai daya dan upaya diantaranya
absensi dengan menggunakan cara yang manual dan bahkan saat ini sarana
teknologi finger print dengan sidik jadi. Kegiatan lainnya adalah apel pagi dan
sore bagi pegawai, pengawasan dan pemberian sanksi sebagai telah diatur dalam
PP tersebut. Dengan upaya tersebut seharusnya para pegawai pemerintah bisa
lebih efektif dan efisien dalam bekerja, serta menanamkan rasa disiplin,
profesionalisme dan menjunjung tinggi etika dan moral dalam meningkatkan
prestasi kerja pegawai dapat diwujudkan.
Namun upaya tersebut belum optimal dalam merubah perilaku disiplin para
PNS. Perilaku kurang disiplin PNS masih tetap terlihat lumrah dalam
pemandangan sehari-hari, seperti terlambat masuk kerja, meninggalkan tempat
kerja tanpa alasan yang jelas dan pulang sebelum waktunya. Masih adanya
pegawai melanggar disiplin kerja bisa saja terjadi karena memang pegawai
tersebut tidak mengerti dan mengetahui terhadap etika pegawai negeri dan atau
adanya pegawai tersebut memang mengerti dan mengetahui tetapi sikap
perilakunya pura-pura tidak tahu.
Permasalahan disiplin kerja PNS di atas menarik untuk dicermati terutama
dalam rangka implementasi peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 di Kantor
Kecamatan Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat. Hal tersebut karena pada
hasil pengamatan sementara penulis ditemui indikasi kurang optimalnya
implementasi peraturan mengenai disiplin kerja tersebut sehingga berpengaruh
pada sikap disiplin kerja PNS di Kantor Kecamatan Barong Tongkok.
Implementasi Kebijakan Publik
Menurut Udoji (dalam Wahab, 1997) bahwa ”the execution of policies will
remain dreams if not more important than policy making. Policies will remain
dreams or blue prints file jackets unless they are implemented” (pelaksanaan
kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin jauh lebih penting
daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan akan sekedar berupa
impian atau rencana bagus yang tersimpan rapat dalam arsip kalau tidak
diimplementasikan). Menurut James dan Stewart (dalam Winarno, 2002),
implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan alat
administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik yang
bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau
tujuan yang diinginkan. Lebih lanjut dikatakan bahwa, implementasi pada sisi yang
lain merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai
proses, keluaran (output) maupun hasil.
Meter dan Horn (dalam Winarno, 2002) membatasi implementasi
kebijakan, sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu
(atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan
kebijakan sebelumnya. Dalam pelaksanaan kebijakan dapat mencakup beberapa
unsur sebagai pendukungnya, unsur-unsur pelaksana kebijakan tersebut adalah
elemen penting bagi berhasilnya suatu kebijakan. Namun demikian dalam
pelaksanaan tugas kebijakan harus jelas batasan-batasan yang harus dilakukan mana
yang disebut sebagai obyek dan mana yang disebut sebagai subyek sehingga
kebijakan itu tampak jelas karena tidak tumpang tindih.
Dari pengertian di atas implementasi kebijakan pada umumnya diserahkan
kepada lembaga-lembaga pemerintahan dalam berbagai jenjangnya hingga
jenjang pemerintahan yang terendah. Namun demikian obyek dari kebijakan
adalah orang-orang atau kelompok terhadap siapa yang ditujukan oleh kebijakan
itu. Organisasi pelaksana kebijakan meliputi keseluruhan para aktor
pelaksana dengan pembagian tugas masing-masing. Implementasi kebijakan publik
sangat penting untuk memberikan perhatian yang khusus kepada peran dari
kelompok-kelompok kepentingan (interest groups) yang bertindak sebagai
obyek kebijakan.
Mazmanian dan Sabatier (dalam Wahab, 1997) merumuskan proses
implementasi kebijakan sebagai berikut : implementasi adalah pelaksanaan
keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun
dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif
yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut
mengindentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas
tujuan/sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan/
mengatur proses implementasinya.
Berdasarkan pendapat tersebut nampak bahwa implementasi kebijakan tidak
hanya terbatas pada tindakan atau perilaku badan alternatif atau unit birokrasi
yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan
kepatuhan dari target group, namun lebih jauh dari itu juga berlanjut dengan
jaringan kekuatan politik sosial ekonomi yang berpengaruh pada perilaku semua
pihak yang terlibat pada akhirnya terdapat dampak yang diharapkan maupun
yang tidak diharapkan.
Pembinaan Sumberdaya Manusia
Kedudukan manusia dalam suatu organisasi sangat menentukan karena
posisinya selain sebagai objek juga subjek dalam proses pencapaian tujuan
organisasi. Oleh karena itu hidup matinya organisasi tergantung pada manusia
yang ada di dalam organisasi. Apabila pegawai yang ada dalam organisasi
bermoral baik, aktif dan mempunyai motivasi yang tinggi untuk bekerja, maka
organisasi akan berkembang dan maju, sebaliknya apabila pegawai bermoral
kurang baik, pasif dan tidak mempunyai motivasi yang tinggi untuk bekerja, maka
organisasi akan hancur atau tidak berkembang. Itulah sebabnya manusia atau
pegawai yang bekerja di dalam organisasi harus selalu dipupuk ke arah positif
dengan cara melakukan pembinaan.
Thoha (1986:178) menyatakan, bahwa : pembinaan adalah suatu tindakan,
proses, hasil atau pernyataan menjadi baik. Dalam hal ini menunjukkan adanya
kemajuan, peningkatan pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan,
berkembang atau peningkatan sesuatu. Ada dua unsur dalam pengertian ini yakni
pembinaan itu bisa berupa suatu tindakan, proses, atau pernyataan tujuan, dan
kedua pembinaan menunjuk kepada perbaikan atas sesuatu.
Pada dasarnya pembinaan pegawai merupakan suatu tindakan yang
diarahkan untuk kemajuan, peningkatan atau perbaikan atas sesuatu. Di
lingkungan pemerintahan, pembinaan pegawai (aparatur) dilakukan atas segi
kemanusiaan dan keahlian. Pembinaan kemanusiaan itu sendiri dilakukan dengan
memenuhi kebutuhan hidup pegawai dan keluarganya baik jasmani maupun
rohani, sedangkan pembinaan keahlian dilakukan dengan memenuhi kebutuhan
pegawai untuk bekerja sama mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
Kedua kebutuhan apabila dipenuhi akan memberikan prestasi yang besar bagi
organisasi (Moenir, 1987 : 219).
Pembinaan kepegawaian lainnya dapat dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan pegawai agar dapat mempunyai sikap mental dan moral yang baik
sehingga kecil kemungkinannya pegawai tersebut bertindak menyimpang dari
aturan normatif. Pembinaan pegawai itu penting karena dapat merubah sikap dan
perilaku ke arah yang lebih baik. Esensi pembinaan pegawai selain sebagaimana
yang dikemukakan di atas dapat membetuk karakteristik dalam mengembangkan
kemampuan individu ke arah prestasi kerja yang lebih baik.
Disiplin Pegawai Negeri Sipil
Disiplin berasal dari kata Latin discipulus yang berarti siswa atau murid.
Dibidang psikologi dan pendidikan, kata ini berhubungan dengan perkembangan,
latihan fisik, dan mental serta kapasitas moral anak melalui pengajaran dan
praktek. Kata ini juga berarti hukuman atau latihan yang membetulkan serta
kontrol yang memperkuat ketaatan. Makna lain dari kata yang sama adalah
seseorang yang mengikuti pemimpinnya.
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah peraturan yang mengatur
mengenai kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau
larangan dilanggar oleh Pegawai Negeri Sipil. Peraturan Disiplin Pegawai Negeri
Sipil diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil. Dalam Peraturan Disiplin PNS tersebut diatur
ketentuan-ketentuan mengenai Kewajiban, Larangan, Hukuman disiplin, Pejabat yang
berwenang menghukum, Penjatuhan hukuman disiplin, Keberatan atas hukuman
disiplin, dan Berlakunya keputusan hukuman disiplin.
Disiplin kerja merupakan suatu sikap dan perilaku. Pembentukan perilaku
jika dilihat dari formula Kurt Lewin adalah interaksi antara faktor kepribadian
terdiri dari disiplin karena Kepatuhan, disiplin karena Identifikasi, disiplin karena
Internalisasi dan dan faktor lingkungan (situasional).
Kewajiban Pegawai Negeri Sipil
Kewajiban-kewajiban Pegawai Negeri diatur dalam Pasal 4, 5 dan 6
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Undang-undang Pokok
Kepegawaian yaitu :
1. Pegawai negeri wajib setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila
Undang-Undang Dasar 1945, negara dan pemerintah, serta wajib menjaga persatuan
dan kesatuan bangsa dan negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Pegawai negeri wajib mentaati segala peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab.
3. Pegawai negeri wajib menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat
mengemukakan rahasia jabatan kepada dan atas perintah pejabat yang
berwajib atas kuasa Undang-Undang.
Sementara itu Kewajiban bagi Pegawai Negeri Sipil menurut Pasal 3 (tiga)
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Peraturan Disiplin Pegawai
Negeri Sipil ditetapkan sebagai berikut :
1.
Mengucapkan sumpah/janji PNS;
2.
Mengucapkan sumpah/janji jabatan;
3.
setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila,Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
Pemerintah;
4.
menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;
5.
melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan
penuh pengabdian, kesadaran,dan tanggung jawab;
6.
menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah,dan martabat PNS;
7.
mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/atau golongan;
8.
memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah
harus dirahasiakan;
9.
bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan
negara;
10.
melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal
yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah
terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;
11.
masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
12.
mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
13.
menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-baiknya;
14.
memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
15.
membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
16.
memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier;
dan,
17.
menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
Larangan Bagi Pegawai Negeri Sipil
Mengenai larangan bagi Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Pasal 4 (empat)
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai
Negeri Sipil, yaitu :
1. Menyalahgunakan wewenang;
2. menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang
lain dengan menggunakan kewenangan orang lain;
3. tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain
dan/atau lembaga atau organisasi internasional;
4. bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing,atau lembaga swadaya
masyarakat asing;
5. memiliki,
menjual,
membeli,
menggadaikan,
menyewakan,
atau
meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen
atau surat berharga milik negara secara tidak sah;
6. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau
orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk
keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau
tidak langsung merugikan negara;
7. memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik
secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat
dalam jabatan;
8. menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang
berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;
9. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;
10. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat
menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga
mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani;
12. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dengan cara:
a. ikut serta sebagai pelaksana kampanye;
b. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut
PNS;
c. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/atau
d. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;
13. memberikan dukungan kepada calonPresiden/Wakil Presiden dengan cara:
a. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau
b. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap
pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan
sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan,
atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya,
anggota keluarga, dan masyarakat;
14. memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau
calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat
dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat
KeteranganTanda Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan;dan
15. memberikan dukungan kepada calon KepalaDaerah/Wakil Kepala Daerah,
dengan cara:
a. terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah;
b. menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan
kampanye;
c. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye;dan/atau
d. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap
pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dansesudah
masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau
pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota
keluarga, dan masyarakat.
Sanksi terhadap Pelanggaran Disiplin Kerja
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010, hukuman disiplin
adalah hukuman yang dijatuhkan kepada Pegawai Negeri Sipil karena melanggar
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Sementara itu merujuk pada Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri
Sipil pada Pasal 6 memuat tingkat dan jenis hukuman disiplin, yaitu :
1. Hukuman disiplin ringan terdiri dari :
a. Teguran lisan.
c. Pernyataan tidak puas secara tertulis.
2. Hukuman disiplin sedang, terdiri dari
a.
Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun.
b.
Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama
satu tahun.
c.
Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama satu tahun.
3. Hukuman disiplin berat, terdiri dari :
a. Penurunan pangkat pada pangkat setingkat lebih rendah untukpaling lama
satu tahun.
b. Pembebasan dari jabatan.
c. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai
Pegawai Negeri Sipil.
d. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Kerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Kecamatan Barong Tongkok
Kabupaten Kutai Barat
Pemahaman Pegawai pada Peraturan Disiplin Kerja
Untuk mencapai tingkat disiplin kerja, pegawai memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang baik terhadap aturan-aturan disiplin tersebut, karena dengan memahami aturan tersebut dapat memudahkan pegawai dalam menjalankan kewajibannya sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Barong Tongkok mengetahui dan memahami Peraturan tentang disiplin kerja, walaupun tidak menjelaskan secara rinci isi dari aturan tersebut, namun secara garis besar sudah menunjukkan bahwa pegawai sudah memahami aturan disiplin Pegawai Negeri Sipil. Pemahaman mengenai disiplin kerja pegawai Kecamatan Barong Tongkok, tidak terlepas dari adanya himbauan kepada pegawai berupa poster dan tulisan yang memuat agar pegawai mengingat waktu dan jam kerja pegawai. Selain itu, adanya peralatan finger print (sidikjari) untuk absensi pegawai yang berada dibagian belakang dipintu masuk kantor, selalu mengingatkan pegawai untuk tidak lupa melakukan absen datang dan pulang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Nampak dari pengamatan penulis, bahwa pegawai saat datang dan pulang tidak lupa melakukan absensi sidik jari tersebut dengan waktu yang hampir sama pada saat pulang kerja.