• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUSTAHA. Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi ISSN: Penanggung Jawab Ketua Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PUSTAHA. Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi ISSN: Penanggung Jawab Ketua Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PUSTAHA

Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi

ISSN: 1858 – 1447

Penanggung Jawab

Ketua Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi

Pemimpin Umum

A. Ridwan Siregar

Pemimpin Redaksi

Jonner Hasugian

Sekretaris

Himma Dewiyana Lubis

Redaksi Ahli

A. Ridwan Siregar (USU)

Badollahi Mustafa (IPB)

Belling Siregar (UNIMED)

Ninis Agustini Damayani (UNPAD)

Siti Sumarningsih (UI)

Redaksi Pelaksana

Jonner Hasugian

Zaslina Zainuddin

Zurni Zahara Samosir

Irawati A. Kahar

Sirkulasi

Laila Hadri

Mucklis

Alamat Redaksi/Penerbit

Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara Jl. Universitas 19, Kampus USU, Medan, 20155

Tel.: 061-8223581 Fax: 061-8213108 Situs Web: dspi.usu.ac.id/pustaha-jurnal

(2)

Pengantar dari Redaksi

Horas...

PUSTAHA

Pada bulan Juni 2008 ini, Jurnal PUSTAHA kembali hadir di hadapan pembaca. Edisi ini merupakan volume keempat, nomor satu dari penerbitan jurnal PUSTAHA tahun 2008. Dalam edisi ini kami menyajikan lima tulisan dengan tema yang beragam akan tetapi tetap konsisten dalam ruang lingkup Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Ardoni, dosen Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan (IIPK) Fakultas Bahasa Sastra dan Seni (FBSS) Univeritas Negeri Padang menulis artikel dengan judul Pengelolaan Dokumen Elektronik. A. Ridwan Siregar, memunculkan isu baru mengenai Perluasan Peran Perpustakaan Perguruan Tinggi. Selanjunya, Jonner Hasugian menulis artikel yang membahas tentang Penelusuran Online dan Ketersediaan Sumberdaya Informasi Elektronik, dan Irawaty A. Kahar menulis artikel dengan judul Konsep Kepemimpinan dalam Perubahan Organisasi (Organizational Change) pada Perpustakaan Perguruan Tinggi. Sedangkan Eva Rabita dan Aidina Fitria berkolaborasi menghasilkan tulisan dengan judul Pengaruh Pendidikan Pemakai terhadap Penggunaan Perpustakaan di Lingkungan Mahasiswa Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya Universitas Panca Budi Medan.

Para pembaca yang budiman, sebagaimana telah kami sampaikan pada edisi sebelumnya bahwa sudah menjadi harapan dan tekad kami untuk menyajikan tulisan-tulisan yang bernas dan seimbang pada sejumlah kajian di bidang perpustakaan dan informasi pada edisi selanjutnya. Untuk itu, Redaksi Jurnal PUSTAHA mengundang para akademisi dan pemerhati bidang perpustakaan dan informasi untuk menyumbangkan hasil penelitian, gagasan dan pemikirannya melalui jurnal ini. Akhir kata, saran dan kritik pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan jurnal ini, baik dari segi tampilan maupun muatan. Selamat membaca.

(3)

Daftar Isi

Susunan Redaksi i

Pengantar dari Redaksi ii

Daftar Isi iii

1. Pengelolaan Dokumen Elektronik

Ardoni 1

2. Perluasan Peran Perpustakaan Perguruan Tinggi

A. Ridwan Siregar 7

3. Penelusuran Online dan Ketersediaan Sumber Daya Informasi Elektronik

Jonner Hasugian 12

4. Konsep Kepemimpinan dalam Perubahan Organisasi (Organizational Change) pada Perpustakaan Perguruan Tinggi

Irawaty A. Kahar 21

5. Pengaruh Pendidikan Pemakai terhadap Penggunaan Perpustakaan di Lingkungan Mahasiswa Yayasan Prof. DR. H. Kadirun Yahya Universitas Panca Budi Medan

Eva Rabita dan Aidina Fitria 28

Petunjuk untuk Penulis 32

PUSTAHA

Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi Volume 4, No. 1, Juni 2008

(4)

Pengelolaan Dokumen Elektronik

Ardoni

Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan (IIPK)

Fakultas Bahasa Sastra dan Seni (FBSS)

Univeritas Negeri Padang

Abstract

The term of digital library sometimes makes people and also librarians open to question. It refers to the meaning that libraries should puts some electronic documents as a collection, or library should provides some links to electronic information sources, or library should makes available both of electronic documents and electronic information sources links. Whatever, the libraries need to improve itself with the electronic or digital documents because much information have been proffered in such documents. Moreover, the libraries and the librarians must be set up to manage the documents, especially about format, index, and abstract.

Keywords: Perpustakaan Digital, Pengelolaan Dokumen Elektronik, Penyediaan Link, Sitiran,

Format, Indeks, Abstrak

A. Pendahuluan

Kemajuan pesat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) membuat maraknya pembicaraan tentang data, informasi, dan dokumen elektronik. Dari pembicaraan itu muncul berbagai ide (entah mungkin, entah tidak), misalnya masyarakat tanpa kertas (paperless society), pustakawan perlahan akan kehilangan pekerjaaan karena perpustakaan digantikan oleh internet, perlunya beragam pangkalan data, dan sebagainya. Pembicaraan itu juga terjadi di berbagai lembaga dan profesi, TIK menjadi semakin akrab dengan para pekerja dan profesional. Hasilnya adalah berbagai istilah seperti e-learning, e-campus, e-mail, digital

library, dan e, e, e lainnya.

Di perpustakaan, para pustakawan yang kurang (atau tidak) setuju dengan kehadiran TIK mulai membahas tentang kelemahan dan “bahaya” teknologi tersebut. TIK dianggap tidak cocok dengan Indonesia karena listrik di negeri ini seringkali mati mendadak. TIK yang mengandalkan monitor komputer akan membuat mata pemakainya cepat rusak atau memicu penyakit jantung. TIK akan membuat semua “rahasia” akan terbongkar, sehingga keadaan keuangan menjadi transparan. TIK jelas mengganggu keleluasaan selama ini karena bisa dilengkapi sandi (password). TIK menghasilkan foto yang lebih kabur bila dibandingkan dengan

foto “biasa.” Malahan ada yang menyebarkan pendapat bahwa TIK memperlambat pekerjaan. Sebaliknya, para pustakawan yang setuju dengan kehadiran TIK mulai membahas tentang kemungkinan penambahan atau penggantian bahan pustaka tercetak dengan bahan pustaka elektronik atau digital. Pustakawan perlu lebih serius mempelajari cara mengoperasikan komputer. Pustakawan perlu memperdalam kemampuan bahasa Inggris karena TIK “suka” berbahasa cas-cis-cus itu. Pustakawan perlu membangun pangkalan data elektronik sebagai pengganti katalog kartu konvensional. Pustakawan akan segera mengalihmediakan koleksinya ke dalam bentuk digital. Malahan ada yang mencetuskan ide untuk mengusulkan kenaikan tunjangan fungsional karena dengan memakai komputer pekerjaannya dilakukan lebih cepat, hemat, dan akurat sehingga pantas disebut lebih profesional.

TIK juga menyebabkan lahirnya istilah-istilah yang kadang-kadang tumpang-tindih. Mulai dari data digital, data elektronik, electronic document,

local content digitalization, online searching,

pangkalan data, basis data, database, atau informasi elektronik.

Bagaimanapun, TIK “berhasil” menggugah pustakawan dan profesional lain untuk peduli tentang kehadirannya: setuju atau tidak. Tulisan

(5)

yang akan membahas tentang pengelolaan dokumen elektronik ini juga merupakan hasil ketergugahan tersebut.

B. Digital versus Elektronik

Digital adalah bentuk kata sifat dari kata dasar “digit” yang berarti angka atau bilangan. Istilah digital diperuntukkan bagi kode-kode angka yang digunakan untuk mencatat dan membaca huruf, gambar, atau bilangan itu sendiri. Huruf “A” dinyatakan dengan angka 65, sebuah garis dinyatakan dalam angka-angka koordinat titik-titik yang membentuknya, dan bilangan “1” dinyatakan dengan angka 49.

Angka-angka tersebut kemudian diubah ke dalam bentuk sistem bilangan berbasis dua yang hanya memiliki lambang bilangan “1” dan “0” sehingga dapat diterjemahkan lagi menjadi “on” dan “off” sesuai dengan keadaan arus listrik. Dengan demikian, secara digital huruf “A” dicatat dan dibaca sebagai 0100 0001 yang merupakan hasil pengubahan angka 65 pada sistem bilangan berbasis sepuluh ke sistem bilangan berbasis dua. Huruf “A” dapat dibaca, disimpan, dan ditampilkan secara elektronik dengan menandai keadaan “on” pada rangkaian kedua dan kedelapan dari delapan rangkaian listrik.

Jadi, data digital adalah data yang terdiri dari angka-angka “1” dan “0” yang dapat diolah oleh mesin elektronik (komputer) sebagai “on” dan “off.” Pada komputer seluruh huruf atau karakter, bilangan, dan gambar (diam atau bergerak) dialihkan ke bentuk digital dan diolah secara elektronik. Elektronik sendiri adalah istilah untuk menyatakan penggunaan listrik, biasanya listrik arus searah (DC).

Pengertian digital dan elektronik seringkali kemudian bercampur-baur pemakaiannya. Namun yang pasti kedua istilah tersebut berkaitan dengan komputer. Oleh karena itu, dokumen elektronik (atau digital) adalah dokumen yang dikelola dengan komputer.

C. Dokumen Berbasis Kertas versus

Dokumen Elektronik

TIK telah menyebabkan informasi dicetuskan dan dipindahkan menggelembung dan mengglobal dalam waktu yang cepat. Informasi

dengan mudah juga dapat dialihmediakan dari media yang satu ke media yang lain. TIK juga mempengaruhi pekerjaan di bidang informasi. Upadhaya (2004: 70) menyatakan bahwa sekurang-kurangnya terdapat dua pekerjaan di bidang informasi yang dapat dihilangkan, yakni pemeliharaan dan penggandaan hardcopy. Tentu saja, penghilangan kedua pekerjaan itu hanya berlaku untuk informasi yang tersimpan dalam dokumen elektronik.

Berbeda daripada dokumen berbasis kertas, dokumen elektronik juga membuat titik sibak (access point) menjadi lebih banyak, bahkan penelusuran melalui setiap kata yang terdapat dalam dokumen pun dimungkinkan. Dalam pengelolaan dokumen elektronik, akses terhadap informasi yang dikandungnya lebih berarti daripada dokumennya sendiri.

Akan tetapi, sebenarnya, dokumen elektronik tidak akan menggantikan dokumen berbasis kertas dan perlu direncanakan untuk mengakomodasikan keduanya (Upadhaya, 2004: 5). Penyebabnya adalah pengunjung perpustakaan tidak seluruhnya yang menggunakan bahan pustaka di perpustakaan. Tidak sedikit pengunjung yang memerlukan membawa bahan pustaka dari perpustakaan untuk dibaca di tempat lain. Tambahan pula, membaca tulisan di layar monitor komputer belumlah senyaman membaca tulisan di kertas. Lebih jauh, tidak semua informasi yang tersedia secara terpasang (online), kenyataannya masih banyak informasi ilmiah yang dipublikasikan dalam bentuk tercetak. Jadi, memahami cara perpustakaan diorganisasikan dan cara penempatan koleksi masih tetap diperlukan.

D. Perpustakaan Digital (Digital Library)

Sebenarnya perpustakaan digital sulit didefinisikan. Perpustakaan digital dapat berbeda arti bagi kelompok orang yang berbeda, tergantung pada persepsi mereka terhadap konsep perpustakaan digital (Definition…, [s.a.]). Kelompok orang dari ilmu komputer menganggap bahwa perpustakaan digital adalah sistem informasi yang berada dalam sebuah jaringan komputer, sementara pustakawan menganggap bahwa perpustakaan digital adalah bahagian digital dari koleksi perpustakaan.

(6)

William Arms (Definition …, [s.a.]) menyatakan bahwa definisi informal dari perpustakaan digital adalah koleksi informasi yang terkelola; informasi disimpan dalam bentuk digital dan dapat diakses melalui jaringan komputer. Aliran data yang dikirimkan ke penjuru bumi melalui satelit bukan perpustakaan. Data yang sama bila dikelola secara sistematis akan menjadi koleksi dari perpustakaan digital.

Definisi perpustakaan digital yang lain menyiratkan, bahwa (Association of …, 1995): 1. perpustakaan digital tidak berdiri sendiri; 2. perpustakaan digital memerlukan teknologi

untuk mengakses berbagai sumber informasi lain;

3. jaringan antarperpustakaan digital dan jasa informasi diketahui oleh pemakai;

4. akses menyeluruh terhadap perpustakaan digital dan jasa informasi merupakan tujuan; 5. koleksi perpustakaan digital tidak terbatas

pada dokumen yang tersedia, melainkan meliputi artifak digital yang tidak dapat direpresentasikan dan didistribusikan dalam bentuk tercetak.

Digital Library Federation (Definition …, [s.a.]) menyatakan bahwa perpustakaan digital adalah organisasi yang menyediakan sumber informasi, meliputi karyawan yang khusus, memilih, menyediakan akses intelektual, menerjemahkan, mendistribusikan, melestarikan, dan memastikan pekerjaan digital yang terus menerus yang membuat tersedianya informasi secara murah bagi pemakai atau kelompok pemakai.

Sementara menurut Borgman (Definition …, [s.a.]) perpustakaan digital adalah seperangkat sumber daya elektronik dan kemampuan teknis terkait untuk mencetuskan, menelusur, dan menggunakan informasi. Perpustakaan digital adalah perluasan dari penyimpanan informasi dan sistem temu kembali yang memanipulasi data digital pada berbagai media, seperti teks, gambar, suara, dan gambar hidup) yang terdapat dalam jaringan komputer. Perpustakaan digital mengelola data, metadata yang menggambarkan beragam aspek data, dan metadata yang terdiri dari rangkaian (link) atau hubungan ke data dan metadata lain, baik di dalam maupun dari luar perpustakaan digital itu.

E. Pengelolaan Dokumen Elektronik

Dengan pemahaman bahwa dokumen elektronik adalah salah satu koleksi perpustakaan digital, maka pengertian perpustakaan digital dapat menjadi acuan pengelolaan dokumen elektronik. Secara ringkas dapat dikatakan perpustakaan digital tidak hanya menyediakan dokumen elektronik namun juga menyediakan akses ke sumber informasi lain yang tersedia secara terpasang. Istilah terpasang mengacu pada perangkat keras, perangkat lunak dan data yang terkait padanya, dan kegiatan yang dilakukan di dunia maya (cyberspace). Istilah ini populer menunjukkan “tempat” di mana manusia berinteraksi menggunakan jaringan komputer, yakni internet (Online and …., [s.a.])

Perpustakaan digital memiliki koleksi bahan pustaka yang tidak dibatasi oleh dinding dan gedung mengingat informasi semakin banyak yang dipublikasikan dalam bentuk elektronik. Misalnya, pemakai dapat membaca isi majalah di layar komputer (atau mencetak bagi dirinya) dari New York Times, Business Week, atau

Newsweek. Pemakai dapat mengunjungi situs

lembaga pemerintah atau swasta dan dapat membaca laporan, undang-undang, statistik, dan publikasi lain secara online. Pemakai dapat menemukan karya sastra yang dipublikasikan di internet, misalnya karya sastra William Shakespeare.

Sekurang-kurangnya terdapat lima aspek yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan data elektronik, yaitu:

1. pembakuan format dan keamanan; 2. pengindeksan dan pengabstrakan;

3. penyediaan link ke sumber informasi lain; 4. analisis akses dan sitiran;

5. kesiapan pustakawan.

1. Pembakuan Format dan Keamanan

Dokumen elektronik dapat dikelola dalam berbagai format teks atau gambar. Dokumen elektronik dalam format teks dapat dibaca dengan perangkat lunak pembaca teks. seperti

MS-Word; dokumen dalam format gambar

dibaca dengan perangkat lunak pembaca gambar. seperti Adobe Acrobat Reader.

Dalam pada itu, keterbukaan adalah sifat komputer yang tidak selalu menguntungkan,

(7)

terutama terhadap dokumen elektronik yang disimpan dalam format teks. Begitu dapat membaca dokumen tersebut, pemakai memiliki kesempatan untuk “mengobrak-abrik” isi dokumen. Hal ini disebabkan oleh populernya program pembaca teks dan pemakai cukup mengenal bahkan cukup sering memakai program tersebut untuk kepentingan lain.

Kelemahan format teks tersebut dapat diatasi dengan memberi sandi pada dokumen, namun akibatnya tentu pemakai menjadi tidak leluasa memanfaatkan dokumen tersebut; pemakai akan selalu meminta bantuan pustakawan untuk membuka sandi dan pustakawan “terpaksa” memperhatikan pemakai secara teliti saat membaca dokumen. Dalam beberapa sistem, dokumen format teks dapat dibuat read-only, namun untuk menghilangkan atribut itu tidaklah sulit bagi pemakai yang memiliki sedikit saja kemampuan mengutak-atik komputer.

Berbeda dengan itu, dokumen format gambar relatif lebih aman dari kejahilan pemakai. Dengan menyimpan dokumen dalam format gambar, misalnya PDF (portable document format), maka pemakai hanya dapat membaca dan tidak mengubah sedikitpun dokumen tersebut. Alasannya adalah format PDF dibaca dengan Adobe Acrobat Reader yang hanya dapat digunakan untuk pembaca (reader). Format PDF juga tidak berukuran besar seperti format gambar lain, seperti BMP, JPG, atau TIFF.

Format PDF juga merupakan pilihan yang lebih baik bila digunakan untuk dokumen hasil alih media dari kertas ke elektronik, misalnya pada alih media skripsi. Perangkat keras pengalih media memiliki fasilitas untuk membuat dokumen elektronik berformat PDF. Kalaupun suatu saat diperlukan untuk memindahkan dokumen ke format teks, hanya dengan satu klik

mouse (misalnya dengan program OmniPage),

dokumen PDF akan beralih menjadi dokumen berformat teks.

Format apapun yang dipilih, pustakawan perlu menetapkan format baku yang akan digunakan terhadap dokumen elektronik sebelum mengoleksi dokumen tersebut.

Meskipun format PDF sulit untuk diubah isinya oleh pemakai, penggunaan sandi tetap perlu dilakukan untuk setiap dokumen. Salah satu

penyebabnya adalah bahwa tidak semua dokumen boleh diakses oleh seluruh pemakai, misalnya dokumen-dokumen arsip yang hanya boleh diakses oleh pemakai dengan jabatan tertentu.

2. Pengindeksan dan Pengabstrakan

Walaupun berbentuk elektronik, pembuatan wakil dokumen sebagai alat bantu penelusuran dokumen elektronik tetap diperlukan. Berbeda dari dokumen berbasis kertas dan katalog kartu, indeks dokumen elektronik (yang juga dikelola secara elektronik) dapat dibuat sebanyak mungkin. Kalau pada katalog kartu terdapat batasan jumlah pengarang sebagai titik sibak, maka pada indeks dokumen elektronik tidak demikian: pustakawan dapat mencatatkan seluruh pengarang sebanyak apapun sebagai titik sibak. Begitu pula penambahan titik sibak lain juga dimungkinkan, misalnya penerbit, alamat situs (pada dokumen yang berasal dari internet) dan sebagainya.

Koleksi dokumen elektronik akan berkembang dalam jumlah banyak seiring peningkatan volume informasi yang dicetuskan yang semakin cepat. Keadaan ini membuat pemilahan dokumen yang relevan menjadi sulit, ketika pemakai dihadapkan pada sekian banyak dokumen yang terdiri dari sekian halaman. Karena itulah, dokumen elektronik perlu menyediakan abstrak yang memuat isi ringkas dokumen untuk digunakan pemakai sebagai pemilah. Perlu dicatat, semakin besar ukuran dokumen, semakin lama waktu yang diperlukan untuk memuatnya ke memori komputer.

3. Penyediaan Link ke Sumber Informasi Lain Perpustakaan pada dasarnya adalah penyedia jasa rujukan. Artinya pemakai dapat saja tidak menemukan sumber informasi yang dibutuhkannya, tetapi memperoleh informasi tentang tempat sumber informasi tersebut dari pustakawan. Begitu pula, dalam mengelola data elektronik semestinya pustakawan menyediakan fasilitas bagi pemakai untuk merujuk pada sumber informasi lain yang berkaitan dengan dokumen yang sedang dihadapinya. Sumber informasi dimaksud dapat berada di dalam perpustakaan dan dapat pula berada di luar perpustakaan, misalnya di internet. Oleh karena itu, setiap dokumen elektronik sedapat mungkin

(8)

dilengkapi dengan fasilitas link yang kalau di-klik akan “membawa” pemakai ke sumber informasi elektronik lainnya.

4. Analisis Akses dan Sitiran

Dokumen elektronik memungkinkan pustakawan mencatat frekuensi pengaksesan dokumen tersebut secara otomatis. Untuk menelusur dokumen elektronik dapat digunakan perangkat lunak yang memiliki fasilitas pencatatan identitas pemakai. atau sekurang-kurangnya counter yang dapat menghitung frekuensi pengaksesan. Hal ini diperlukan bagi pemakai lain manakala pemilahan diperlukan. Frekuensi pengaksesan dokumen dapat dijadikan salah satu dasar suatu dokumen dipilih atau tidak.

Dalam hal lain, pustakawan sepertinya perlu menambah pekerjaannya dengan mencatat daftar pustaka dari setiap dokumen elektronik (misalnya skripsi) untuk mengetahui pustaka apa saja yang disitir oleh penulis dokumen tersebut. Pada gilirannya, hasil catatan tersebut dapat digunakan untuk menilai pustaka yang paling sering disitir yang berguna bagi pustakawan dan pemakai dalam penentuan prioritas pemanfaatan pustaka, baik elektronik maupun konvensional. Pencatatan daftar pustaka dimaksud dapat dilakukan secara semimanual atau secara elektronik pula. Secara semimanual, pustakawan melakukan pencatatan dengan mengetikkan daftar pustaka melalui program pengolah kata. Secara elektronik, pustakawan melakukan pencatatan dengan memindai (scanning) daftar pustaka.

5. Kesiapan Pustakawan

Pustakawan perlu mempersiapkan dirinya untuk dapat mengelola dokumen elektronik secara optimal. Wawasan pustakawan tentang komputer, cara kerja komputer, dan sistem informasi berbasis komputer perlu diperluas. Tidak sedikit mitos dan pendapat yang kurang benar tentang komputer yang masih dianut oleh sebahagian pustakawan. Misalnya pendapat bahwa hasil pengolahan komputer selalu benar, jelas merupakan pendapat yang salah. Komputer adalah benda mati yang tetap berada di bawah kendali manusia. Ketika komputer “diajari” bahwa tanda “+” berarti kurangi, maka tanpa

merasa berdosa di layar monitor akan ditayangkannya angka 6 sebagai hasil 21+15. Kemungkinan memberikan hasil yang salah juga terbuka lebar manakala manusia yang menggunakannya salah tekan atau menggunakan program yang tidak sesuai dan sebagainya.

Pustakawan juga perlu meningkatkan kemampuannya mengoperasikan komputer, termasuk mengelola berkas-berkas elektronik secara sistematis. Tidak sedikit pustakawan yang enggan menambah pengetahuannya dalam menggunakan komputer. Mungkin dengan alasan malu: hari gini masih ga ngerti komputer, atau alasan takut ketahuan tidak mampu menggunakan komputer. Apapun alasannya, pengelolaan dokumen elektronik tidak akan optimal bila pustakawan tidak lancar mengoperasikan komputer.

Komputer pada umumnya menggunakan bahasa Inggris dalam berkomunikasi dengan manusia, kecuali pada program-program aplikasi buatan orang Indonesia. Tambahan pula, mengelola data elektronik berarti pustakawan melibatkan diri dalam pertelingkahan informasi global; bahasa Inggris merupakan bahasa pengantar yang paling banyak dipakai di dunia. Karena itu, pustakawan perlu pula meningkatkan kemampuannya berbahasa Inggris, sekurang-kurangnya secara pasif.

F. Penutup

Pustakawan adalah salah satu profesional yang lebih berpengalaman dalam penyimpanan, perawatan, pengelolaan, dan penyebaran (sumber) informasi. Adalah wajar bila pustakawan berkenan melangkah lebih lebar dan menapak lebih cepat dalam pengelolaan dokumen elektronik atau lebih luas lagi perpustakan digital. Menghindar dari kewajaran itu tentu tidak akan membuat pustakawan semakin dihargai, malahan berpeluang untuk ditinggalkan.

Pada dasarnya pengelolaan dokumen elektronik tidak begitu berbeda dengan dokumen berbasis kertas. Meskipun demikian, terdapat beberapa pekerjaan lama yang tidak diperlukan dan beberapa pekerjaan baru yang perlu dilakukan. Senada dengan itu, sekurang-kurangnya ada lima aspek yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan data elektronik, yakni: pembakuan

(9)

format dan keamanan, pengindeksan dan pengabstrakan, penyediaan link ke sumber informasi lain, analisis akses dan sitiran, dan kesiapan pustakawan.

Referensi

Association of Research Libraries. 1995. “Definition and Purposes of a Digital Library.” (Online).

http://www.arl.org/sunsite/definition.html. Diakses Tanggal: 15 April 2008.

Definition of digital libraries. [s.a.]. (Online).

http://www.cs.wlu.edu/~whaleyt/classes/ DigiLib/Whaley/Definition.html. Diakses Tanggal: 15 April 2008.

“Online and tradtional libraries.” [s.a.].

Information literacy study. (Online).

http://www.esc.edu/ESConline/Across_E SC/LNS0EScopy04.NSF/4b0f771c4ddc3 1ed85256889006cdaaa/a964f0079d66a33 d852569ca00675cc7?OpenDocument. Diakses tanggal 15 April 2008.

Upadhaya, J. L. 2004. Information retrieval and

digital libraries. New Delhi: Shree

(10)

Perluasan Peran Perpustakaan

Perguruan Tinggi

A. Ridwan Siregar

Program Studi Ilmu Perpustakaan

Universitas Sumatera Utara

Abstract

Inseparability from improvement in field of technology and information science, a number of challenges faced by academic libraries both seen from macro and micro perspectives. These challenge i.e. to implement philosophy “student first”, to make library management and operational more accountable, not to ignore importance of public agenda, and related to entrepreneurship. With philosophy that students as primary customers and teaching staff as primary resources, supported by high accountability, ability to collaborate with various campus components, and entrepreneurship skill, widening roles of higher education libraries will be a reality.

Keywords: Higher Education Libraries, Library Roles, Library Callenges Pendahuluan

Perpustakaan perguruan tinggi (PT) sebagai perpustakaan akademik telah dan akan terus memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan suatu perguruan tinggi. Perpustakaan akademik sangat diperlukan untuk riset, pengajaran dan pembelajaran. Secara fisik, perpustakaan PT biasanya berlokasi di tengah kampus dan dianggap sebagai “jantung perguruan tinggi”. Ia juga merupakan sumberdaya yang sangat bernilai bagi bagian lain dari masyarakat.

Selama bertahun-tahun pustakawan telah mengembangkan pengetahuan dan metodologi dalam manajemen koleksi, yang sebenarnya tidak akan terbuang dengan sia-sia ketika berurusan dengan kombinasi informasi tercetak dan digital. Walaupun mahasiswa dan dosen sedang bertransformasi ke dunia digital dengan akses yang cepat terhadap sumber-sumber pengetahuan dari komputer pribadi, tetapi mereka masih tetap mengunjungi perpustakaan. Mengapa, karena perpustakaan selalu komit untuk mememenuhi kebutuhan mahasiswa, dan komunikasi personal dengan pustakawan masih merupakan cara terbaik. Saat ini kita bekerja pada perguruan tinggi abad keduapuluh satu, dimana sejumlah kenyataan dan peluang baru mempengaruhi

pekerjaan kita sebagai tenaga kependidikan. Tingkat perkembangan mutakhir (state of the art) di bidang teknologi informasi dan komunikasi menawarkan banyak peluang baru bagi perpustakaan untuk mengembangkan “sayapnya”. Banyak pekerjaan yang sebelumnya sulit untuk dilakukan bahkan tidak mungkin bagi ukuran suatu perpustakaan di negara berkembang, tetapi sekarang semuanya menjadi lebih mungkin dan lebih mudah. Perluasan jangkauan sistem automasi perpustakaan dan penyediaan dan sekaligus penanganan sumberdaya elektronik yang tersebar di seluruh dunia barangkali menjadi salah satu faktor penentu apakah perpustakaan PT masih diminati atau akan ditinggalkan.

Tantangan bagi Perpustakaan

Tidak terlepas dari kemajuan di bidang teknologi dan sains informasi, sejumlah tantangan dihadapi oleh perpustakaan akademik. Tantangan tersebut bisa dilihat dari perspektif makro yaitu masyarakat luas dan perspektif mikro yaitu keadaan di dalam perpustakaan itu sendiri. Beberapa diantaranya adalah seperti diuraikan berikut ini.

Tantangan pertama adalah menerapkan filosofi “mahasiswa yang utama” atau student first. Perguruan tinggi ada adalah untuk melayani

(11)

mahasiswa bukan terutama untuk melayani minat profesional para dosen, walaupun semuanya itu sangat penting untuk kualitas pendidikan yang diterima oleh mahasiswa. Dan perguruan tinggi ada bukan terutama untuk meningkatkan minat profesional para staf dan administrator, walaupun pekerjaan mereka sangat penting untuk keberhasilan mahasiswa. Mahasiswa dalam hidupnya seharusnya merasakan bahwa banyak orang di sekitarnya yang peduli terhadap keberhasilan mereka. Perpustakaan dapat memainkan peran yang besar dalam hal ini, dan menjadikannya sebagai suatu tantangan terhadap citra tradisional perpustakaan akademik.

Tantangan kedua adalah menjadikan manajemen dan operasional perpustakaan lebih akuntabel. Dewasa ini semua orang ingin melihat hasil nyata dari suatu investasi baik yang berasal dari pemerintah maupun masyarakat. Memang kita tidak bisa melihat langsung hasil nyata dari setiap mahasiswa yang duduk belajar dalam kurun waktu tertentu di perpustakaan, atau yang meminjam atau memperoleh bahan pustaka dari perpustakaan. Tetapi pasti ada sesuatu yang dapat kita ukur secara layak dan akurat untuk mengetahui sejauhmana peran yang telah kita lakukan.

Tantangan ketiga adalah tidak mengabaikan pentingnya agenda publik. Jika suatu perguruan tinggi diminta untuk menunjukkan bahwa tugasnya relevan dengan minat publik, maka perpustakaan pun harus dapat memainkan peran yang lebih besar untuk mendukungnya. Program perguruan tinggi dituntut untuk memiliki keterkaitan erat dan aktif dalam mendukung agenda pemerintah dalam bidang ekonomi, budaya dan sosial. Perpustakaan pun harus mampu melihat peran apa yang bisa dilakukannya untuk mendukung agenda tersebut. Misalnya dengan memfasilitasi dan memberikan pelayanan terbaik untuk membantu mahasiswa menyelesaikan studinya sehingga mereka menjadi angkatan kerja yang produktif dan berketerampilan tinggi.

Tantangan keempat adalah kerjasama institusional. Kita dapat mencapai tujuan kita dan agenda publik jika kita berusaha untuk bekerjasama dan berkolaborasi satu sama lain. Kita bisa memberikan pelayanan yang terbaik untuk memenuhi tujuan jangka panjang jika

menempatkan pelayanan tersebut sebagai subordinasi dari agenda publik dan bekerjasama erat dengan pihak lain sebagai mitra untuk memenuhinya. Kolaborasi diantara sesama perpustakaan dan dengan unit lain di dalam kampus seperti jurusan akan menghasilkan pelayanan yang prima.

Tantangan kelima adalah berkaitan dengan kewirausahaan. Berapa banyak ide kita untuk memperbaiki suatu keadaan tidak diterima atau tidak bisa dilaksanakan? Untuk itu, keterampilan kewirausahaan kita harus terus dikembangkan jika ingin maju dengan pesat. Kita harus kreatif, banyak akal, cekatan, dan fleksibel dalam semua aspek yang berkaitan dengan institusi kita. Kita harus berusaha mengurangi birokrasi, meliberalkan proses dan sistem pandangan kita. Kita harus memahami dengan baik keterkaitan berbagai komponen di lingkungan kampus agar kita dapat berkomunikasi dengan lebih baik. Kita telah mengidentifikasi lima dari sekian banyak tantangan yang dihadapi sebagai tenaga kependidikan. Tentu saja masih banyak tantangan lainnya di hadapan kita; tetapi mari kita fokuskan perhatian pada kelima tantangan tersebut di atas dan melihat bagaimana tantangan tersebut berpengaruh terhadap perpustakaan dan bagaimana seharusnya kita bereaksi terhadap tantangan tersebut.

Berfokus pada Mahasiswa

Mahasiswa adalah donor potensial terbesar dalam sejarah perguruan tinggi kita. Semua pendanaan yang diperoleh didasarkan kepada jumlah dan kebutuhan mereka, bahkan di perguruan tinggi swasta mungkin seratus persen anggaran belanjanya berasal dari mahasiswa. Di beberapa perguruan tinggi negeri (PTN), seperti USU misalnya, seluruh anggaran belanja perpustakaan kecuali gaji pegawai negeri (separuh dari jumlah staf) dan gedung, diperoleh langsung dari kontribusi mahasiswa. Kita juga tahu bahwa mahasiswa program pascasarjana, ekstensi, dan diploma di PTN menanggung seluruh biaya operasional pendidikan mereka dan bahkan memberikan subsidi silang pada program lain. Oleh karena itu sudah sewajarnya mahasiswa lebih kritis terhadap pelayanan yang mereka peroleh dari perpustakaannya.

(12)

Berfokus pada mahasiswa berarti melayani mahasiswa dengan respek dan bermartabat. Kita harus berusaha agar mahasiswa memperoleh pengalaman yang positif melalui pemanfaatan perpustakaan. Berfokus pada mahasiswa juga dapat berarti membangun ruang virtual yang efektif untuk memperluas ruang fisik perpustakaan tradisional. Perpustakaan digital yang berfokus pada mahasiswa, yang berisikan muatan yang mudah dinavigasi disertai pelayanan terhadap muatan tersebut menjadi sangat penting. Dalam merencanakan dan mendesain situs web kita harus menerapkan filosofi mahasiswa sebagai yang utama.

Perpustakaan sebagai suatu tempat juga sedang berubah secara dramatis. Perpustakaan menjadi suatu tempat yang ramai dan bahkan berisik. Perpustakaan dan lingkungannya dapat menjadi ruang terbuka untuk aktivitas sosial dan budaya yang bersifat poisitif. Lingkungan perpustakaan dapat dilengkapi dengan kafe, ruang diskusi, ruang konsultasi, akses internet, bangku taman, dan sebagainya. Perpustakaan tidak lagi seperti museum yang senyap atau konteiner buku. Perpustakaan menjadi tempat bagi mahasiswa untuk berinteraksi sesama mereka, dan dengan dosen dan pustakawan. Perubahan lingkungan seperti itu terbukti mampu meningkatkan pemanfaatan perpustakaan sepuluh hingga tiga puluh persen setahun yang dapat diidentifikasi melalui sirkulasi bahan pustaka. Lingkungan yang disenangi dapat mendorong mahasiswa untuk menggunakan perpustakaan.

Berfokus pada Dosen dan Staf

Dosen dan staf merupakan sumberdaya utama untuk melayani mahasiswa. Banyak perpustakaan lebih berfokus pada dosen. Kenyataan ini tidak mengherankan karena dosen menekankan pada koleksi dan riset. Perubahan budaya pendidikan tinggi menuntut tingkat akuntabilitas dan produktivitas yang tinggi dari dosen, itu sebabnya mereka menantang perpustakaan untuk mendukung kebutuhan riset dan pengajaran mereka dengan cara yang lebih efektif. Peningkatan produktivitas riset dan kualitas sebagai tujuan utama perguruan tinggi memerlukan agar dosen memiliki akses terhadap bahan-bahan riset secepat mungkin dalam lingkungan sumberdaya yang serba terbatas.

Dalam hal perubahan kebutuhan dan penggunaan informasi, dosen sama seperti mahasiswa. Dosen generasi baru memiliki harapan yang berbeda, sedangkan dosen lama bertahan pada keadaan tradisional. Perpustakaan tradisional yang akrab dengan mereka selama ini dirasakan sebagai bagian dari kehidupan mereka. Dosen muda lebih mudah beradaptasi dengan jurnal elektronik (yang biaya langganannya lebih murah) sedangkan dosen lama lebih menyukai bentuk cetak. Jika dosen kurang memanfaatkan sumberdaya yang disediakan, sudah dapat dipastikan pemanfaatannya oleh mahasiswa juga akan rendah. Oleh karena itu, dialog dan fleksibilitas dalam menata berbagai kebutuhan masyarakat kampus menjadi suatu keharusan bagi perpustakaan. Melempangkan birokrasi untuk dosen dan staf yang bekerja keras harus diupayakan. Perpustakaan perlu memberikan layanan cepat dalam pengiriman (delivery) bahan pustaka kepada dosen dan mahasiswa pascasarjana. Akses e-journal yang dilanggan oleh perpustakaan harus dapat dilakukan dari ruang kerja dosen dan kantor jurusan.

Akuntabilitas

Setiap rupiah yang dibelanjakan oleh perpustakaan harus disertai dengan pertanggung-jawaban yang tinggi. Bukti penggunaan sumberdaya perpustakaan harus dicatat dan dilaporkan dengan baik. Isu akuntabilitas ini semakin penting karena bagian terbesar dari belanja perpustakaan adalah bersumber dari masyarakat. Alokasi anggaran belanja didasarkan pada kepentingan kelompok pengguna yaitu jurusan atau bagian dan bahkan mata kuliah. Setiap jurusan atau bagian berhak mengetahui perkiraan jumlah anggaran yang tersedia untuk pengadaan bahan pustaka mereka setiap tahun. Dengan demikian diharapkan mereka akan lebih aktif dalam memberikan masukan untuk pengadaan, sehingga hasilnya benar-benar berpengaruh besar terhadap peningkatan kualitas pengajaran dan pembelajaran di masing-masing jurusan.

Anggaran belanja yang dihabiskan perpustakaan untuk pengadaan buku dibagi dengan jumlah buku yang dipinjam dalam satu tahun, akan menunjukkan biaya peminjaman satu buah buku. Demikian juga halnya dengan penggunaan jurnal elektronik. Biaya berlangganan setahun dibagikan dengan jumlah artikel yang

(13)

di-download (hardcopy atau softcopy), akan

diperoleh harga satuan artikel. Selanjutnya perlu dilakukan analisis apakah biaya yang dikeluarkan cukup pantas atau tidak dibandingkan dengan harga satu buku atau artikel jika dibeli sendiri oleh pengguna.

Kolaborasi dan Agenda Publik

Tugas perguruan tinggi harus relevan dengan minat publik, bukan relevan menurut ukuran individu atau perguruan tinggi itu sendiri. Perpustakaan dalam hal ini dapat memainkan peran yang lebih besar, diantaranya adalah mendukung penelitian yang dilakukan oleh lembaga induknya. Karya-karya sivitas akademika dipublikasikan ke masyarakat luas dan sebaliknya akademisi memperoleh umpan balik untuk meningkatkan kualitas dan mengembangkan secara terus menerus bidang yang mereka tekuni. Tugas seperti itu, dengan dukungan teknologi saat ini dapat dengan lebih mudah dilakukan. Publikasi elektronik terbukti lebih efisien dan efektif dibandingkan dengan publikasi cetak, walaupun saat ini pemerintah lebih menghargai bentuk cetak.

Kerjasama di antara perpustakaan dalam satu kota atau wilayah merupakan kunci untuk menjadikan sumberdaya yang kita miliki lebih berharga yaitu bekerja dengan cara yang innovatif untuk memanfaatkan keahlian dan sumberdaya kolektif. Kita perlu meluangkan waktu untuk mendiskusikan berbagai isu dan strategi yang memungkinkan dalam hal ini. Kolaborasi yang lebih penting lagi adalah antara pustakawan dengan komponen lainnya di dalam kampus. Membangun dan mengimplemen-tasikan konsep “kampus-luas” memerlukan keahlian kolektif dari perpustakaan, akademisi jurusan dan staf teknologi informasi. Upaya ke arah ini memerlukan kolaborasi erat berbagai komponen di dalam kampus.

Satu hal lagi yang jarang dilakukan adalah mengintegrasikan sub-sistem informasi perpustakaan dengan sistem informasi perguruan tinggi induknya. Banyak sumberdaya perpustakaan baik dalam bentuk cetak maupun elektronik yang bisa ditawarkan kepada mahasiswa sewaktu mereka mengakses informasi akademik, misalnya ketika mengakses silabus mata kuliah atau ketika dosen merancang materi perkuliahan. Sebaliknya perpustakaan

dapat mengambil manfaat dari sumberdaya lain yang dimiliki perguruan tinggi induknya seperti cantuman database mahasiswa, dosen dan alumni yang sangat diperlukan untuk keanggotaan dan perencanaan perpustakaan. Kerjasama dengan bagian registrasi dan bank dapat melahirkan kartu “three-in-one” yang mampu mengurangi beban perpustakaan untuk memproduksi kartu anggota. Contoh lainnya, perpustakaan harus mampu mendukung proses akreditasi program studi dengan menyediakan informasi yang diperlukan termasuk memproduksi setiap saat katalog perpustakaan dalam berbagai bidang ilmu.

Kewirausahaan

Riset merupakan suatu komponen penting dalam suatu perguruan tinggi. Dosen pada unit-unit yang lebih kecil terlibat dalam riset dan aktivitas kreatif yang sangat penting bagi masyarakat luas. Sesungguhnya pada institusi publik, riset merupakan suatu cara efektif untuk meningkatkan pembangunan ekonomi negara, menarik lebih banyak hibah, memproduksi lebih banyak barang, dan menciptakan upah yang lebih baik. Akses terhadap sumberdaya kolektif perpustakaan dan keahlian pustakawan adalah suatu komponen penting bagi kesuksesan program riset.

Mendukung riset dalam semua bidang, mengupayakan solusi kreatif untuk muatan ilmiah dan pelayanan kepada individu, pusat riset dan lainnya adalah peran yang bisa dilakukan oleh perpustakaan. Keanggotaan berbasis bayar misalnya untuk institusi riset dan masyarakat umum perlu diatur. Demikian juga halnya dengan penyebarluasan hasil riset seperti disebutkan sebelumnya, merupakan peran penting yang dapat dilakukan oleh perpustakaan. Hal itu juga perlu didukung oleh deposit perguruan tinggi, dan pembuatan portal untuk mempromosikan akses lebih luas. Kegiatan seperti itu merupakan praktek penting dalam rangka memasarkan hasil riset perguruan tinggi.

Kesimpulan

Citra tradisional perpustakaan sebagai suatu tempat yang tenang untuk belajar, menyimpan banyak koleksi cetak, sedang berubah. Perpustakaan akademik harus mengorgani-sasikan kembali sumberdaya dan merancang

(14)

ulang pelayanan dan ruang yang mampu memenuhi dan mengantisipasi kebutuhan baru masyarakat akademik. Sejumlah besar peran dapat dilakukan oleh perpustakaan sebagai perluasan peran yang telah dilakukan. Usaha kita, pilihan kita, dan visi kita sangat menentukan bagi keberhasilan pendidikan tinggi kita. Kita harus menjadi “pemimpi sistematis” untuk mengembangkan peran perpustakaan akademik. Dengan filosofi mahasiswa sebagai yang utama dan dosen sebagai sumberdaya utama, dan dengan didukung akuntabilitas yang tinggi, kemampuan bekerjasama dengan berbagai komponen kampus, dan keterampilan kewirausahaan, mimpi kita akan menjadi kenyataan.

Rujukan

Allen, David. 1995. “Information systems strategy formation in higher education institutuion”. Information Research, Vol. 1 No. 1, April 1995.

Bertnes, Pal A. 2000. “New role for academic libraries in scientific information”. Library

Quarterly, 10: 326-334.

Levesque, Nancy. 2002. “Partner in education: the role of academic library”. The Idea of

Education Conference, Mansfield College,

Oxford University, England, July 3-4, 2002.

Loughridge, Brendan. 1996. “The management information needs of academic Head of Department in universities in the United Kingdom”. Information Research, Vol. 2, No2, October 1996.

Meyyappan, Narayanan, Suliman Al-Hawamdeh and Schubert Foo. 2002. “Task based design of a digital work environment (DWE) for an academic community”.

Information Research, Vol. 7 No. 2,

January 2002.

Savenije, Bas and Natalia Grygierczyk. 2002. “The role and responsibility of the university library in publishing in a university”.

<http://www.library.uu.nl/staff/savenije/pu blicaties/publishing.htm> (02/09/2003). Shumaker, John W. 2003. “The higher education

environment and the role of the academic library”. ACRL Eleventh National Conference, Charlotte, North Caroline,

(15)

Penelusuran Online dan Ketersediaan

Sumber Daya Informasi Elektronik

Jonner Hasugian

Program Studi Ilmu Perpustakaan

Universitas Sumatera Utara

Abstract

The availiabilty of electronic information resources and application of ITC appearing access and retrieval system to information become easily. Transfer of information from the site to user so fast. This situation make into access of electronic information is very important in fulfillment of information need of user. Access to electronic information resources is easily, because it can be accessed by opened, multi user, unlimited access and remote access. Internet has an important role in online searching.

Keywords: Electronic Information Resources, Online Searching Pendahuluan

Dewasa ini terjadi perubahan dalam pengelolaan sumberdaya informasi di perpustakaan. Berbagai sumberdaya informasi berbasis kertas (paper-based), yang selama ini merupakan primadona perpustakaan tradisional, sekarang telah banyak tersedia dalam format elektronik. Kemapanan sumberdaya informasi berbasis kertas ditantang oleh sumberdaya informasi elektronik yang menawarkan cara yang berbeda dalam penyimpanan dan menemubalikkan informasi. Beranekaragam sumberdaya informasi elektronik yang dikembangkan oleh para pustakawan, perpustakaan dan penerbit, terutama di negara maju.

Terjadi pertumbuhan informasi yang sangat dahsyat, khususnya dalam format eletronik yang menyebabkan sejumlah perpustakaan, termasuk Perpustakaan Perguruan Tinggi harus menyediakan layanan digital yaitu dengan cara memberi akses kepada pengguna terhadap berbagai sumberdaya informasi elektronik baik yang tersedia di dalam perpustakaan (dimiliki) maupun yang berada di luar perpustakaan. Akses informasi elektronik menjadi suatu paradigma baru pelayanan perpustakaan.

Sumberdaya informasi berkembang biak dengan sangat cepat. Perkembang biakan

informasi ini didukung oleh perkembangan yang pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Aplikasi TIK memun-culkan sistem akses dan temu-balik terhadap informasi menjadi semakin cepat. Transfer informasi dari sumber (lokasi) ke pengguna (end user) menjadi cepat. Situasi ini menjadikan akses informasi elektronik semakin penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat akan informasi, tanpa mengabaikan akses informasi yang telah berlansung selama ini secara konvensional. Akses terhadap sumberdaya informasi elektronik semakin mudah karena dapat diakses secara terbuka, multi user, unlimited

access, dan dapat diakses dari jarak jauh

(remote access) tanpa harus hadir ke perpustakaan.

Fenomena umum menunjukkan kencenderungan pengguna perpustakaan, terutama pada Perpustakaan Perguruan Tinggi menggunakan sumberdaya informasi elektronik baik yang bersifat ilmiah maupun yang non-ilmiah semakin meluas. Berbagai Perpustakaan Perguruan Tinggi di Indonesia merespon fenomena ini dengan menyediakan pengelolaan dan pelayanan digital dalam organisasi perpustakaan. Sejumlah perpus-takaan perguruan tinggi mulai melakukan digitalisasi informasi yaitu dengan cara mendigitaliasi koleksi karya ilmiah yang dimilikinya dan membuatnya tersedia untuk diakses secara online melalui internet.

(16)

Ketersediaan dan pemanfaatan TIK adalah kunci utama dari keberhasilan perpustakaan untuk menyediakan pelayanan digital.

Koneksi internet memegang peran yang sangat penting untuk melakukan akses ke berbagai sumber daya informasi elektronik. Internet menawarkan alternatif baru dalam pemerolehan informasi dan sekaligus penyebarluasan informasi. Informasi yang tersedia di internet adalah dalam format baru yaitu dalam bentuk digital melalui Web. Koleksi bahan digital yang ditransmisikan secara elektronik dan disebut perpustakaan digital, keberadaannya semakin penting dalam pemenuhan kebutuhan informasi pengguna. Di lingkungan perguruan tinggi di Indonesia, ketersediaan bahan jenis ini semakin dirasakan manfaatnya oleh sivitas akademika yang sebelumnya kurang memiliki akses terhadap publikasi mutakhir dalam bidang mereka. Di samping itu, proses transfer informasi di kalangan sivitas akademika dalam tingkat tertentu berubah karena produser dan pengguna sudah saling terkoneksi melalui Internet.

Perpustakaan digital secara ekonomis lebih menguntungkan dibandingkan dengan perpustakaan tradisional. Chapman dan Kenney (1996) mengemukakan empat alasan yaitu: institusi dapat berbagi (share) koleksi koleksi, koleksi elektronik dapat mengurangi kebutuhan terhadap bahan cetak pada tingkat lokal, penggunaannya akan meningkatkan akses elektronik, dan nilai jangka panjang koleksi elektronik akan mengurangi biaya berkaitan dengan pemeliharaan dan penyampaiannya.

Di sisi lain, Internet sebagai media dimana bahan elektronik tersedia, standar dan teknologinya akan terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Palmer (1997) menyebutkan ada empat hal yang akan terjadi yang membuat Internet semakin dominan sebagai platform bisnis. Pertama, infrastruktur Internet akan terus diperkuat dan ditingkatkan untuk menyediakan tulang punggung yang berkapasitas tinggi dan aman. Kedua, Internet akan menghubungkan dan mengintegrasikan sistem non-Internet seperti pertukaran data elektronik dan pemrosesan

transaksi. Ketiga, Internet akan memung-kinkan pengguna mengakses informasi dan pelayanan dari mana saja pada waktu kapan saja menggunakan peralatan pilihan mereka. Keempat, dengan terjadinya ledakan informasi yang tersedia melalui Internet akan tersedia berbagai pendekatan baru untuk menemukan dan mengindeks informasi.

Fenomena di atas telah dan akan terus berpengaruh pada profesi perpustakaan terutama di lingkungan Perguruan Tinggi. Pengguna perpustakaan akan semakin tergantung pada bahan elektronik dengan beberapa alasan seperti biaya, ketersediaan, dan kecepatan pemerolehan. Bahkan pada tingkat tertentu, kemungkinan ketergantungan pada bahan digital akan lebih tinggi dibandingkan terhadap bahan cetak. Oleh karena itu, paradigma bahwa suatu perpustakaan hanya menyediakan informasi cetak harus diubah ke paradigma perpustakaan juga menyediakan informasi elektronik terutama yang tidak tersedia dalam bentuk cetak. Dengan demikian, pelayanan perpustakaan saat ini menjadi hibrid yaitu mencakup kedua jenis sumberdaya tersebut. Salah satu hal penting yang menjadi bagian tak terpisahkan dari penyediaan dan pemanfaatan informasi elektronik adalah adanya proses temu temu balik informasi (information retrieval) yang secara spesifik menyangkut penelusuran informasi secara online (online searching). Temu balik informasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menyediakan dan memasok informasi bagi pemakai sebagai jawaban atas permintaan atau berdasarkan kebutuhan pemakai (Sulistyo-Basuki, 1992). “Temu balik informasi” merupakan istilah generic yang mengacu pada temu balik dokumen atau sumber daya informasi yang dimiliki oleh unit informasi (vendor) dann/atau perpustakan baik yang berada di dalam maupun di luar gedung perpustakaan. Penelusuran informasi secara online merupakan bahagian dari proses temu balik informasi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Esensi dari penelusuran informasi secara online adalah bagaimana memangil/ mendapatkan informasi yang tersedia dalam suatu database dan/atau web untuk memenuhi

(17)

informasi yang diminta oleh pemakai; bagaimana menemukan informasi yang diminta pemakai; dan bagaimana memberikan solusi kepada pemakai untuk menemukan informasi yang dikehendaki. Oleh karena itu teknik penelusuran secara online sangat penting. Teknik itu mencakup mekanisme dan/atau proses penelusuran informasi, formulasi query dan teknik pengem-bangannya, serta pengenalan akan situs dan/atau lokasi (alamat URL) dari berbagai sumber informasi menjadi penting untuk menghasilkan sebuah temuan informasi (dokumen) yang relevan, akurat dan tepat. Selain itu, kemampuan menggunakan peralatan penelusuran dengan baik akan menghasilkan informasi yang tepat pula.

Ruang Lingkup Penelusuran Online

Seperti disebut di atas bahwa penelusuran informasi secara online adalah bahagian dari sistem temu balik informasi (information retrieval system). Penelusuran informasi secara online adalah suatu proses untuk mengidentifikasi dan memanggil/menemukan (retrieve) dokumen tertentu dari suatu simpanan (file) sebagai jawaban atas permintaan informasi. Dapat tidaknya suatu dokumen terpanggil dari suatu file (situs) adalah tergantung pada kesamaan antara dokumen dengan query (Salton 1999). Permintaan informasi ke dalam sistem informasi dirumuskan dalam bentuk query. Penelusuran secara online (terhubung dengan komputer lain) dapat dikategorikan atas dua bentuk yaitu intranet (terhubung dengan komputer lain dalam jaringan lokal) dan internet (terhubung dengan jaringan global atau internasional). Untuk layanan elektronik yang bersifat online-intranet diperlukan infrastruktur berupa komputer server, komputer personal, jaringan lokal, software dan dokumen elektronik. Sedangkan untuk layanan elektronik secara online-internet diperlukan infrastruktur berupa komputer server, komputer personal, jaringan internet yang terhubung dengan jasa salah satu

provider (Telkom, Indosat, dsb) dan dokumen

elektronik.

Ada lima komponen dalam penelusuran online yaitu: pengguna, query, dokumen elektronik,

indeks dokumen dan fungsi pencocokan melalui machine matcher (infrastruktur informasi).

(a) Pengguna

Pengguna adalah mereka yang melakukan penelusuran atau pencarian informasi pada sistem informasi (end user). Selain itu, mereka yang mengoperasikan sistem bukan untuk keperluan pencarian/penelusuran informasi juga disebut pengguna sistem (operator system, administrator system dsb.). Dilihat dari sisi kemampuannya, pengguna sistem dapat dikategorikan sebagai pengguna pemula (novice) dan pengguna terampil (expert).

(b) Query

Query adalah istilah (terms) yang dirumuskan oleh pengguna dan selanjutnya diinput ke dalam sistem untuk mendapatkan dokumen yang diinginkan. Pengguna mencari informasi dari dan ke dalam database dan/atau ke situs Web di internet adalah dengan merumuskan query. Relevan tidaknya dokumen yang diperoleh dari penelusuran sangat ditentukan oleh baik tidaknya rumusan query.

Query dapat berupa istilah tunggal misalnya, ”Law, Nuclear, Epidemiology, Cardiology, Microeconomic dsb. Dapat juga berupa frasa (phrase), misalnya: Criminal Law, Social Antropology, General Election, Hukum Perdata dsb. Istilah yang digunakan untuk penelusuran informasi (query) dapat diformulasikan dengan menggunakan sejumlah operator misalnya operator Bool (Boolean logic).

(c) Dokumen Elektronik (e-document)

Dokumen elektronik dapat berupa buku elektronik book), jurnal elektronik (e-journal), atau dokumen lain dalam format eletronik. Buku elekronik adalah buku yang diterbitkan dalam format elektronik. Pada prinsipnya muatan isi (content) buku elektronik sama dengan versi cetaknya. Hanya karena formatnya berbeda maka cara penggunaannya pun berbeda. Buku elektronik dapat dibeli secara utuh seperti halnya dengan buku biasa, terutama yang tersedia terekam dalam CD atau media rekam elektronik lainya, tetapi saat ini sudah banyak tersedia dan dilanggan secara online.

(18)

Journal elektronik (e-Journal) pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan buku elektronik, muatan isi dalam jurnal elektronik sama dengan versi cetaknya. Akan tetapi pada umumnya jurnal elektronik dilanggan secara

online apakah per judul atau dalam bentuk

paket. Biasanya bila perpustakaan melanggan jurnal elektronik selalu disertai back issu. Dokumen lain yang tersedia dalam format elektronik adalah seperti kamus elektronik, ensiklopedia elektronik dan sebagainya. Khusus dokumen elektronik yang dilanggan, dilakukan dengan cara melanggan salah satu atau beberapa atau paket dokumen elektronik yang dimiliki oleh vendor tertentu. Perpustakaan mengikat perjanjian (kontrak) berlangganan dengan salah satu vendor dokumen elektronik apakah book atau

e-journal. Langganan biasanya per tahun.

Misalnya, Kluwer Academik Publisher menawarkan langganan e-book secara online. Perpustakaan dapat memilih judul-judul buku yang akan dilanggan dari ribuan judul buku yang tersedia dalam database mereka.

(d) Indeks Dokumen

Indeks dokumen adalah istilah (terms) yang dijadikan sebagai representasi dan/atau wakil dokumen. Indeks dokumen ini dapat berupa kata atau istilah yang menjadi subjek dokumen dan dapat juga berupa kata yang mewakili judul dan/atau pengarang. Indeks dokumen dapat berupa istilah yang bersifat kosa kata terkendali (controlled vocabularies) dan kosa kata tak terkendali (uncontrolled vocabularies), terkecuali stopwords (kata tak terindeks) seperti dan, yang, karena, oleh, that, why, and dan sebagainya.

(e) Pencocokan (Machine Matcher)

Terjadinya pemanggilan dokumen dari simpanan (file) adalah melalui pencocokan yang dilakukan oleh komputer (machine matcher) yaitu mencocokkan istilah penelusuran (query) dengan indeks dokumen. Misalnya, pengguna menginput istilah ”macroeconomics” ke dalam sistem, maka oleh mesin istilah tersebut adakan dicocokkan dengan seluruh indeks dokumen pada file indeks, jika dalam pencocokan dijumpai sejumlah dokumen yang diwakili oleh istilah ”macroeconomics” maka dokumen

tersebut akan dipanggil. Jumlahnya akan dilaporkan (diposting) dan jumlah dokumen yang terpanggil disebut recall. Proses pemanggilan tersebut dapat dilihat seperti berikut:

Sistem Temu Balik Informasi

(Information Retrieval System)

User (Pemakai) Query (Pertanyaan ) Index (Indeks) Relevant Document (Dokumen Relevan Document (Dokumen) Matcher machine (Mesin Pencocok)

Keberhasilan penelusuran informasi secara online sangat dipengaruhi oleh infrastruktur informasi. Infrastruktur yang diperlukan adalah berupa komputer server, komputer personal (PC), jaringan internet yang terhubung ke salah satu provider (Telkom, Indosat, dsb) dan koneksi ke vendor penyedia dokumen elektronik tertentu.

Prosedur Melakukan Penelusuran Online

Untuk melakukan penelusuran online diperlukan tahapan-tahapan seperti berikut yaitu: merencanakan strategi penelusuran, memilih database, memilih dan merumuskan istilah penelusuran (query), menilai/ mengevaluasi hasil penelusuran dan mencetak (print out) atau download hasil penelusuran.

Merencanakan strategi penelusuran adalah

mempersiapkan seluruh kegiatan pencarian informasi mulai dari merumuskan kebutuhan informasi sampai, identifikasi database, konsep rumusan istilah penelusuran (query), waktu penelusuran, evaluasi hasil penelusuran dan sebagainya.

Memilih database adalah mengidentifikasi

berbagai sumber informasi elektronik terutama untuk mendapatkan alamat situsnya (URL:

Uniform Resource Locator). Misalnya, kita

hendak mengakses database jurnal online ProQest dengan alamat (adress): http://proquest.umi.com. Alamat ini kita input ke dalam interface (antar muka) sistem.

(19)

Langkah selanjutnya adalah memilih dan

merumuskan query. Query adalah istilah

yang digunakan untuk melakukan pencarian atau penelusuran informasi secara online. Istilah yang dibangun/dirumuskan selanjutnya diinput ke dalam sitsem untuk mendapatkan dokumen yang diinginkan. Query dapat berupa istilah tungga maupun berupa kombinasi beberapa istilah. Istilah tunggal biasanya akan menghasilkan recall yang

tinggi tetapi presisinya rendah, sedangkan query yang berupa kombinasi beberapa istilah akan mengahsilkan recal yang lebih sedikit tetapi presisinya relatif tinggi (kesesuaian dokumen terpangil dengan kebutuhan pengguna). Untuk merumuskan query dengan formulasi beberapa istilah dapat menggunakan operator Boolean. Operator ini terdiri dari tiga yaitu And, Or dan Not.

Penggunaannya dapat dilihat seperti berikut:

Logika Boolean (Boolean Logic)

Query dengan istilah tunggal : Banking, Politics, Government, Fiscal, dsb. Query dengan kombinasi dari berbagai istilah menggunakan operator Boolean yaitu: And, Not, Or. :

Operator And

– Politics and Fiscal,

– Politics and Fiscal and Banking

– Politics and Fiscal and Banking and Government

Operator Not

– Politics not Fiscal,

– Politics not Fiscal not Banking

– Politics not Fiscal not Banking not Government

Operator Or

– Politics or Fiscal,

– Politics or Fiscal or Banking

– Politics or Fiscal or Banking or Government

Pemilihan istilah yang tepat sangat membantu mengoptimalkan hasil penelusuran secara online. Pemilihan istilah yang spesifik adalah baik untuk memperoleh dokumen yang memiliki relvansi yang baik sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Langkah selanjutnya adalah melakukan penelusuran online ke dalam sistem. Pelaksanaan penelusuran adalah menginput seluruh query yang telah dibangun ke dalam sistem dan memerintahkan agar mesin melakukan pencarian, pencocokan dan pemanggilan dokumen. Berikut diberikan contoh pelaksanaan penelusuran seperti berikut: query yang digunakan adalah gynecology. Istilah tersebut diinput ke dalam board penelusuran:

(20)

Setelah perintah pencarian informasi (enter) dilakukan, maka sistem akan melakukan pencocokan query dengan indeks dokumen yang ada dalam database dan selanjutnya akan melakukan pemanggilan dokumen. Berikut tampilan pencarian informasi yang dihasilkan yaitu berbagai volume dan nomor jurnal.

Publication search

Selanjutnya kita dapat memilih salah satu dari volume jurnal yang tersedia untuk dibuka dan dipilih judulnya. Contoh tampilan isi (fulltext) dokumen yang diperoleh:

Tampilan pdf

Langkah selanjutnya dalah mencetak atau mendownload hasil peneliusuran. Dokumen atau artikel yang diperoleh dapat dicetak (print) atau file elektroniknya didownload ke diks (flashdisk).

(21)

Penelusuran Menggunakan Internet

Internet menyediakan sejumlah fasilitas yang dapat digunakan oleh pengguna antara lain:

Electronic Mail (E-mail), World Wide Web (WWW), File Transfer Protocol (FTP), Newsgroup, Gopher, Chat Group, Telnet, dan

sebagainya

Dari fasilitas yang dikemukakan di atas, fasilitas yang umum digunakan untuk penelusuran dan pencarian informasi adalah www. Dengan fasilitas www ini host internet dapat dikunjungi dan menyajikan informasi dalam berbagai bentuk seperti teks, gambar, bunyi, musik, animasi dan video. Penyajian informasi tersebut dirancang dengan menggunakan bahasa HTML

(hypertext markup language) dan atau format

PDF. Site atau lokasi yang menggunakan fasilitas www dapat diakses dengan

menggunakan http (hypertext transmission

perotocol atau hypertext transfer protocol).

Lokasi www mempunyai alamat yang mirip dengan alamat yang digunakan e-mail, misalnya:

www.usu.ac.id.; www.yahoo.com; www. whitehouse.com, dan sebagainya.

Untuk mengunjungi lokasi www tersebut digunakan perangkat lunak yang sering disebut dengan browser yang menyediakan fasilitas http. Perangkat lunak yang terbanyak diapakai untuk ini adalah Netcape Navigator dan Microsoft

Explorer. Untuk masuk ke salah satu site atau

lokasi, misalnya USU, maka perintah yang harus digunakan adalah: http://www.usu.ac.id. Boleh juga langsung menggunakan www misalnya: www.hkbp.or.id,. tanpa harus menggunakan http.

Mencari informasi pada lokasi www sering disebut dengan istilah surfing the net. Tentu saja informasi yang disediakan oleh masing-masing

site www tersebut berbeda satu sama lain. Ada site yang menyediakan informasi tentang jurnal

ilmiah, berita, perangkat lunak komputer, perpustakaan, atau keterangan tentang lembaga yang menyediakaan www.

Terdapat homepage yang menyediakan fasilitas untuk melakukan pelacakan/pencarian (search) yang dapat digunakan untuk mejelajahi berbagai situs www tentang berbagai hal yang kita inginkan yang terdapat di dunia maya yang disebut search engine. Search engine disebut juga dengan mesin pencari, dimana sistem yang ada pada sistem tersebut diolah melalui satu atau sekelompok komputer yang berfungsi untuk melakukan pencarian data. Data yang ada pada mesin ini dikumpulkan melalui suatu metoda tertentu, dan diambil dari seluruh server yang dapat mereka akses. Jika dilakukan pencarian melalui search engine ini, maka pencarian yang dilakukan sebenarnya adalah pada database yang telah terkumpul di dalam mesin tersebut. Diantara searh engine yang umu digunakan adalah Google, Yahoo, Altavista, excite dan sebagainya dengan alamat www.google.com, www.yahoo.com, www.excite.com, www.altavista.com dan sebagainya.

Saat ini, pada umumnya instansi, lembaga, organisasi baik pemerintah maupun swasta sudah memilki situs web yang dapat diakses secara online. Misalnya situs web perpustakaan, lembaga pendidikan dan sebagainya.

Beberapa Sistus Web Perpustakaan di Internet

Perpustakaan URL

National Library of Medicine http://www.nlm.nih.gov/ Cornell University - Engineering Library http://www.englib.cornell.edu/

Grainger Engineering Library http://surya.grainger.uiuc.edu/grainger.htm Linda Hall Library http://www.lhl.lib.mo.us/

Scholes Library Engineering and Science http://scholes.alfred.edu/EandS.html University of Michigan - Engineering Library http://www.engin.umich.edu/facility/library/ Internet Public Library (IPL) http://ipl.sils.umich.edu/

Project Bartleby http://www.columbia.edu/acis/bartleby/ Clinton Public Library http://www.holli.com/~clinpl/

Hertfordshire Libraries, Arts and Information http://hertslib.hertscc.gov.uk/ Perpustakaan USU http://library.usu.ac.id

(22)

Beberapa Situs Web tentang Kuliah/Pendidikan Jarak Jauh (Distance Learning)

Kuliah/Pendidikan Jarak Jauh URL

Interactive Physics course http://sunhehi.phy.uic.edu/~clive/IP/instructions/IP.html UC Berkeley Physics Lecture Demonstrations http://www.mip.berkeley.edu/physics/physics.html Elementary Accounting I - University of Alaska,

Fairbanks http://uafcde.uaflrb.alaska.edu/Catalog/Descriptions/full/acct101.html Intermediate Accounting I http://acs.tamu.edu/~loudder/

University of Illinois - Classes on the Web http://www.uiuc.edu/webclasses.html

Virtual World Classroom http://www.arch.columbia.edu/DDL/cad/A4535/SUM95/vwcsu m95.html

CNU Online - Christopher Newport University http://cnuonline.cnu.edu/

CyberEd at UMass Dartmouth http://www.umassd.edu/cybered/distlearninghome.html Institute for Global Learning http://www.laurasian.org/igl.html

International University College http://www.iuc.edu KIDLINK: Global Networking for Youth 10-15 http://www.kidlink.org/

Newcastle Schools on the Internet http://www.netlink.co.uk/users/itcentre/ OnLine Education http://www.online.edu/index.htm Project DIANE (Diversified Information &

Assistance NEtwork) http://www.diane.tnstate.edu/ Pueblo - Global Learning Collaboratory http://pc2.pc.maricopa.edu/ Spectrum Virtual University http://horizons.org/campus/

University Online, Inc http://www.uol.com/ Virtual Online University http://www.athena.edu

Selain berbagai situs web instansi, lembaga dan organisasi, juga tersedia alamat dari berbagai sumber daya informasi seperti ensiklopedi dan buku online.

Alamat dan Daftar Beberapa Ensiklopedia di Internet

Encyclopaedia URL

Encyclopaedia Britannica http://www.eb.com/eb.html

Financial Encyclopaedia http://www.euro.net/innovation/Finance_Base/Fin_encyc.html Global Encyclopedia http://204.32.221.16/

Internet Encyclopedia http://www.cs.uh.edu/~clifton/encyclopedia.html Jones Digital Century Update http://www.digitalcentury.com/encyclo/update/ Kevin's Internet Encyclopedia http://herald.usask.ca/~lowey/encyclopedia/index.html Encyclopedia Mystica http://www.bart.nl/~micha/

Alamat dari beberapa buku elektronik yang dapat diakses secara online dan gratis dari internet (free download e-book) diantaranya:

http://www.free-ebooks.net/, http://www.getfreeebooks.com/, http://freeebookminers.com/, http://www.ploughbooks.co.uk/ebooks/?gclid =CIqj9qb23JQCFRY2egodvjGzbw http://www.motionmountain.net/text.html, http://www.tuberculosistextbook.com/ Jurnal Elektronik (e-journal)

Jurnal elektronik (e-Journal) adalah jurnal/majalah yang diterbitkan dalam format elektronik. Journal elektronik pada prinsipnya

tidak berbeda dengan versi cetaknya. Akan tetapi pada umumnya jurnal elektronik dilanggan secara online apakah per judul atau dalam bentuk paket. Biasanya bila perpustakaan melanggan jurnal elektronik selalu disertai back issu.

Dewasa ini jurnal ilmiah lebih banyak yang diterbitkan dalam format elektronik. Hal itu disebabkan oleh karena biaya publikasinya lebih murah, manajemen pengelolaannya mudah, penyebaran (diseminasi) jauh lebih cepat dan penggunaannya jauh lebih mudah dan cepat jika dibanding dengan versi cetaknya. Perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia sudah banyak yang melanggan

(23)

jurnal elektronik, karena harganya lebih murah dari cetak, pengelolaan lebih praktis, tidak mengharuskan ruangan yang luas, dan banyak lagi kemudahan yang diakibatkannya. Saat ini banyak diantara jurnal ilmiah yang tersedia secara gratis diakses secara online misalnya: http://www.doaj.org/, http://www.pubmedcentral.nih.gov, http://stroke.ahajournals.org/, http://www.biomedcentral.com/, http://www.ams.usda.gov http://ams.allenpress.com/perlserv/?request =get-archive&issn=0894-8763&ct=1

Akan tetapi pada umumnya jurnal ilmiah inti (core jounral) dilanggan dalam bentuk paket maupun per judul. Misalnya, Perpustakaan USU saat ini melanggan e-journal, ProQest paket dalam bidang Medical science, Argriculture, Psychology, Economic Bisniss, Academic Research (sosial science) dan Science. Selain itu, Perpustakaan USU juga melanggan Ebsco, West Law, ASCE Complete Collection (Bidang Civil Engineering dan limited coverage untuk architectures), IEEE (Communication Society: Communications, University Online Package), IEEE (Computer Society Pick 5 Package), ACS-American Chemical Society (Core jurnal untuk bidang Teknik dan Ilmu Kimia) dan sebagainya yang menawarkan langganan dalam bentuk paket yang terdiri dari ratusan bahkan ribuan judul jurnal per paket.

Kesimpulan

Penelusuran informasi secara online dewasa ini memegang peranan yang sangat penting untuk menghasilkan perolehan informasi yang bervariasi, bermutu dan relvan dengan kebutuhan. Penelusuran informasi secara online menjadi semakin penting mengingat jumlah sumber daya informasi elektronik dewasa ini mungkin sudah menyamai bahkan melebihi sumberdaya informasi berbasis cetak.

Internet memegang peran yang sangat penting untuk dapat melakukan penelusuran secara online. Diperlukan innovasi dan kreatifitas pustakawan di perguruan tinggi untuk

mengimplementasikan pelayanan penelusuran secara online melalui penggunaan internet dan jurnal online. Keberhasilan penggunaan internet di perpustakaan pada dasarnya tidak terlepas dari keberhasilan pengembangan perpustakaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pustakawan Perpustakaan Perguruan Tinggi harus memiliki visi yang jelas sebagai arah yang dituju dalam pengembangan perpustakaan, dan berusaha untuk mencapainya. Prosentase anggaran perpustakaan dari anggaran perguruan tinggi merupakan kata kunci yang menentukan keberhasilan misi perpustakaan dalam menyediakan pelayanan penelusuran secara online.

Daftar Bacaan

Beverly K; Main, Linda. 2002. Automated

Library Systems: a Librarian’s Guide and Teaching Manual, London: Meckler

Chapman, Stephen and Anne R. Kenney. 1996. "Digital conversion of research library materials: A case for full information capture". D-Lib Magazine. October

Creth, S. 1999. The electronic library:

Slouching toward the future or creating a new information environment. Follett

Lecture Series.

http://www.ukoln.ac.uk/follett/creth/pap er.html. 24 July.

England, Mark and Melissa Shaffer. 1998.

Librarians in the digital library. 29

Juni.

Graham, Peter S. 1997. The digital research

library: tasks and commitments.

file:c///netsc/digital.htm

Keen, Peter G.W. 2005. Every Managers Guide

to Information Technoloy, Boston:

Harvard Business School.

Rowley, Jennifer E. 2003. Computers for

Libraries, New York: Clive Bingley

Siddiqui, Moid A.1997. “The Use of Information Technology in Academic Librabries in Saudi Arabia”. Journal of Librarianship and Information Science, 29 (4):195-204

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan hasil penjualan dan laba yang hanya terjadi pada 30% pedagang perlu diwaspasdai mengingat terdapat 70% yang dapat dikatakan mengalami masalah

Kawannya berada di atas menara kapal yang tingginya 8 m dari permukaan laut?. Berapa jarak ketinggian

17. Sungai Musi merupakan salah satu tempat wisata di kota Palembang. Akan tetapi, kebersihan dan kelestarian tidak dijaga dengan baik. Sebagian besar penduduk kota

Hasil ini menunjukan bahwa persepsi keadilan distribusi yang dirasakan oleh karyawan, superviser dan manajer dalam penyusunan dan pelaksanaan anggaran di industri

This research sought to study in vitro plant regeneration of sugarcane (Saccharum officinarum L.) calli and to determine LD50 of gamma ray for irradiation of embryogenic calli..

Tesis Budaya sowan kepada kiai .... Ike

tenaga, pikiran dan keberuntungan yang “DIAGNOSA KANKER KULIT MELANOMA DENGAN MENGGUNAKAN ABCD ( Asymmetric Index, Border Irregularity, Color Variation, Diameter ) “ tepat

Penelitian ini dilaksankan pada bulan Mei-Juni 2017 di Sungai Babarsari Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang, dengan menganalisis pengaruh kegiatan masyarakat