• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KESATUAN DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KHUSUS POLDA KEPRI TENTANG PENANGANAN TINDAK PIDANA KHUSUS PERIODE TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KESATUAN DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KHUSUS POLDA KEPRI TENTANG PENANGANAN TINDAK PIDANA KHUSUS PERIODE TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KESATUAN

DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KHUSUS POLDA KEPRI TENTANG PENANGANAN TINDAK PIDANA KHUSUS

PERIODE TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kondisi umum yang melatarbelakangi pelaksanaan tugas pokok Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Kepulauan Riau TA. 2016, ditinjau dari perkembangan lingkungan strategis dan kondisi keamanan tahun 2016.

Secara umum kondisi keamanan wilayah Kepulauan Riau cukup kondusif, berbagai permasalahan dibidang Kamtibmas cukup terkendali khususnya kejahatan konvensional, kejahatan transnasional, kejahatan terhadap kekayaan negara dan kejahatan yang memiliki kecenderungan kontinjensi masih berada dalam ambang toleransi sehingga tidak terjadi perkembangan yang sangat fluktuatif yang dapat menimbulkan keresahan bagi masyarakat secara luas. Beberapa permasalahan Kamtibmas masih tetap menjadi prioritas Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Kepulauan Riau dalam penyelenggaraan tugas penyelidikan dan penyidikan tindak pidana khusus (tindak pidana ekonomi, tindak pidana korupsi, dan tindak pidana tertentu), analisa kasus dan kaji efektivitas tugas Ditreskrimsus, pembinaan teknis, koordinasi pengawasan operasional dan administrasi penyidikan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), pengawasan penyidikan Tindak Pidana Khusus di lingkungan Polda Kepri dan jajaran, mengumpulkan dan mengolah data serta menyajikan informasi Ditreskrimsus.

Menyikapi ... DAERAH KEPULAUAN RIAU

(2)

Menyikapi terhadap situasi dan kondisi sebagaimana diuraikan diatas, baik yang bersifat internal yang terkait dengan kondisi sumber daya Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Kepulauan Riau maupun eksternal terkait dengan perkembangan lingkungan strategis dan kriminalitas, maka perlu disusun perencanaan dan strategi yang lebih komprehensif sehingga kekuatan dan kemampuan yang dimiliki oleh Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Kepulauan Riau dan jajaran dapat dimanfaatkan secara optimal dan terarah dalam mendukung tugas operasional sehingga terwujud pelayanan yang prima, untuk mewujudkan Polda Kepri yang dicintai dan dipercaya oleh masyarakat.

2. Dasar

a. Renstra Polda Kepulauan Riau 2015-2019;

b. Rencana Kerja Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Kepulauan Riau T.A. 2016;

c. DIPA Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Kepulauan Riau T.A. 2016;

d. Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor : Kep / 1096 / X / 2016, tanggal 25 Oktober 2016 tentang Peningkatan Tipe Polda Kepulauan Riau menjadi Polda Tipe A.

3. Maksud

Memberikan gambaran kepada Pimpinan tentang situasi dan kondisi Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Kepulauan Riau serta pencapaian target dan / atau sasaran Direktorat Reserse Krimininal Khusus Polda Kepulauan Riau dan Jajaran selama tahun 2016.

4. Tujuan

Sebagai bahan masukan kepada pimpinan dalam memberikan petunjuk dan arahan maupun dalam penetapan kebijakan bagi Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Kepulauan Riau, sehingga pelaksanaan Rencana Kerjanya tetap konsisten sesuai dengan yang telah ditetapkan.

(3)

5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup laporan kesatuan Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Kepulaua Riau ini meliputi tentang hasil pelaksanaan tugas penyelidikan dan penyidikan tindak pidana khusus selama T.A 2016 serta permasalahan yang dihadapi.

6. Tata Urut

I. PENDAHULUAN II. SITUASI

III. HASIL PELAKSANAAN TUGAS DITRESKRIMSUS DAN SATRESKRIM JAJARAN POLDA KEPULAUAN RIAU TA. 2016

IV. ANALISA DAN EVALUASI V. PENUTUP

(4)

BAB II SITUASI

7. Situasi Wilayah

a. Geografi

1) Letak Daerah

Daerah Provinsi Kepulauan Riau terletak pada posisi : a) 0° 25’29” LU s/d 1° 15’ 00” Lintang Utara b) 103° 34’35” BT s/d 104° 26’04” Bintang Timur.

2) Batas-batas Daerah

a) Sebelah utara berbatasan dengan Singapura, Malaysia, Vietnam dan Laut Cina Selatan.

b) Sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Jambi.

c) Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau.

d) Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat.

3) Luas Wilayah

Luas wilayah hukum Polda Kepulauan Riau + 575.242,98 Km2 dengan jumlah pulau sebanyak + 3.200 pulau, dengan perincian sebagai berikut :

a) Wilayah Polresta Barelang luas wilayah 3.990 Km2. b) Wilayah Polres Tanjung Pinang luas wilayah 239,5 Km2. c) Wilayah Polres Karimun luas wilayah 167.850 Km2. d) Wilayah Polres Lingga luas wilayah 772 Km2.

e) Wilayah Polres Natuna luas wilayah 141.901,2 Km2. f) Wilayah Polres Bintan luas wilayah 49.490,28 Km2

(5)

4) Pembagian Wilayah (Struktur Pemerintahan)

Wilayah Polda Kepulauan Riau berada dalam Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau yang terdiri dari 5 Kabupaten dan 2 Kota dengan perincian sebagai berikut :

a) Kota Batam terdiri dari 13 (tiga belas) Kecamatan dan 62 (enam puluh dua) Kelurahan dengan luas wilayah sekitar 3.990 Km² dan jumlah penduduknya sekitar 874.594 jiwa. Letak Kota Batam yang sangat strategis, berhadapan langsung dengan Singapura, sehingga berkembang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi nasional dan telah ditetapkan sebagai kawasan Free Trade Zone (FTZ).

b) Kota Tanjungpinang terdiri dari 4 (empat) Kecamatan dan 18 (delapan belas) Kelurahan dengan luas wilayah sekitar 239,5 Km² dan jumlah penduduk sekitar 164.120 jiwa, Kota Tanjungpinang sempat menjadi ibukota Provinsi Kepri yang pertama, namun sejalan dengan perkembangannya sesuai dengan SK Mendagri No.5 tanggal 21 Juni 2001 Kota Tanjungpinang ditingkatkan statusnya menjadi Kota Otonomi.

c) Kabupaten Bintan, terdiri dari 10 (sepuluh) Kecamatan, meliputi 16 (enam belas) kelurahan dan 29 (dua puluh sembilan) desa dengan luas wilayah 58.003,25 Km² dan jumlah penduduk sekitar 146.706 jiwa. Kabupaten Bintan merupakan salah satu kawasan Free Trade Zone (FTZ), selain juga dikenal sebagai pusat pariwisata terpadu dan memiliki kawasan industri yang terus berkembang.

d) Kabupaten Karimun dengan letak ibukotanya di Tanjungbalai Karimun, terdiri dari 9 (sembilan) Kecamatan dan 23 (dua puluh tiga) Kelurahan serta 31 (tiga puluh satu)

(6)

desa dengan luas wilayah sekitar 167.850 Km² dan jumlah penduduk sekitar 206.040 jiwa memiliki keunggulan tersendiri karena berbatasan langsung dengan Singapura dan Malaysia sehingga merupakan salah satu basis pertumbuhan IMS - GT (Indonesia, Malaysia, Singapura - Growth Triangle) serta merupakan salah satu kawasan Free Trade Zone (FTZ).

e) Kabupaten Lingga dengan ibukota Daek Lingga terdiri dari 16 (enam belas) Kecamatan dan 3 (tiga) Kelurahan serta 37 (tiga puluh tujuh) desa, luas wilayah sekitar 211.772 Km² dengan jumlah penduduk sekitar 94.047 jiwa, daerah Kabupaten Lingga sangat potensial untuk dikembangkan sebagai daerah pengembangan wisata bahari dan pertanian.

f) Kabupaten Natuna letak ibukotanya di Ranai terdiri dari 10 (sepuluh) Kecamatan, dengan luas wilayah sekitar 141.901,2 Km² dan jumlah penduduk sekitar 62.385 jiwa, sedangkan luas lautan 97,72 Km², merupakan daerah yang kaya dengan minyak dan gas bumi.

g) Kabupaten Kepulauan Anambas letak ibukotanya di Siantan, terdiri dari 6 (enam) kecamatan, 2 Kelurahan dan 32 Desa dengan jumlah penduduk 28.228 jiwa.

b. Demografi

1) Jumlah penduduk Provinsi Kepri sesuai data statistik (Sensus Penduduk) Tahun 2016 mencapai ± 1.685.698 jiwa dengan angka tenaga kerja sebesar 476.091 orang dan jumlah angka pengangguran mencapai 53.080 atau sekitar 4,28%. Besarnya jumlah penduduk sebagai modal dasar pembangunan, namun juga mengandung kerawanan sosial dengan dimensi yang luas dan kompleks. Belum tercapainya keseimbangan antara laju pertumbuhan penduduk dengan penyediaan fasilitas pendidikan dan lapangan kerja, mengakibatkan tingginya angka pengangguran.

(7)

2) Berdasarkan statistik populasi agama Islam sebesar 90% dan agama lainnya (Kristen, Hindu dan Budha) sekitar 10% yang didominasi suku Melayu sebesar 35,6% dan beberapa suku lainnya seperti Jawa (22,2%), Minangkabau (9,3%), Tionghoa (9,3%), Batak (8,1%), Bugis (2,2%), Banjar (0,7%) dan lain-lain (12,6%) yang terdiri dari jumlah wanita sekitar 47 % dan laki-laki sekitar 53%. Etnis Tionghoa lebih dominan berada di wilayah perkotaan dan mayoritas berprofesi sebagai pedagang ataupun pengusaha.

c. Sumber daya alam

1) Minyak dan gas bumi yang ada di Kabupaten Natuna merupakan salah satu andalan bagi pemasukan devisa negara dengan sistem bagi hasil yang saat ini dikelola oleh :

a) PT. Conoco Philips Natuna b) PT. Premier Oil Natuna

c) PT. Pertalahan Arnebatara Natuna d) PT. Star Energi Natuna

2) Potensi sumber daya mineral dan energi relatif cukup besar dan bervariasi baik berupa bahan galian A (strategis) seperti minyak bumi dan gas alam, bahan galian B (vital) seperti timah, bauksit dan pasir besi, maupun bahan galian golongan C seperti granit, pasir dan kuarsa. Manfaatnya selain sebagai sumber devisa negara juga rawan terhadap eksploitasi illegal maupun pengelolaan yang kurang tepat akan berdampak pada kerusakan ekosistem.

3) Potensi kelautan sangat mendukung bagi pengembangan usaha budidaya perikanan. Di Kab. Karimun terdapat budidaya ikan kakap, budidaya rumput laut dan kerambah jaring apung. Sedangkan di Kota Batam, Kab Bintan, Lingga dan Natuna juga memiliki potensi yang cukup besar dibidang perikanan. Selain perikanan tangkap di keempat kota / kabupaten tersebut juga dikembangkan budidaya perikanan air laut dan air tawar. Di Pulau Setokok Batam terdapat

(8)

pembenihan ikan kerapu yang mampu menghasilkan lebih dari 1 juta benih pertahunnya. Pelabuhan perikanan swasta Telaga Punggur Batam yang letaknya strategis karena berhadapan dengan jalur lintas kapal penangkapan ikan antara Kepri, ZEE, Laut Cina Selatan dan Singapura yang dapat meningkatkan ekspor hasil laut dan menambah PAD. Namun kondisi tersebut juga mengandung berbagai kerawanan, diantaranya pencurian ikan oleh kapal-kapal asing yang dilengkapi dengan peralatan modern dan penangkapan ikan secara tradisional dengan menggunakan bahan peledak.

4) Pertanian dan peternakan. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis terutama di Kab. Bintan, Karimun dan Batam. Disamping palawija dan holtikultura, tanaman lain seperti kelapa, kopi, gambir, nanas serta cengkeh sangat baik untuk dikembangkan. Demikian juga di Lingga sangat cocok untuk ditanami buah-buahan dan sayuran. Di beberapa pulau lainnya di Kepri sangat cocok untuk perkebunan kelapa sawit.

5) Pariwisata. Provinisi Kepri merupakan gerbang wisata dari mancanegara kedua setelah Pulau Bali. Jumlah wisatawan tiap tahunnya lebih dari satu juta orang. Obyek wisatanya antara lain wisata pantai yang terletak di berbagai Kota dan Kabupaten yaitu : di

Batam pantai Melur, Pulau Abang dan pantai Nongsa, di Karimun

pantai Pelawan, di Bintan pantai Lagoi, pantai Tanjung Berakit, pantai Trikora dan Bintan Leissure Park. Kabupaten Natuna terkenal dengan wisata baharinya seperti snorkeling. Selain wisata pantai dan bahari, Provinsi Kepri juga memiliki objek wisata seperti cagar budaya, makam-makam bersejarah, tarian-tarian tradisional serta event-event khas daerah. Di Tanjungpinang terdapat pulau Penyengat yang terkenal bersejarah karena terdapat masjid bersejarah, makam-makam Raja Haji Fisabilillah dan Raja Ali Haji yang kedua-duanya adalah pahlawan nasional. Lokasi wisata terkenal lainnya yaitu di Lagoi Bintan, luasnya 23.000 Ha dan

(9)

kawasan industri terpadu di daerah Lobam, seluas 4.000 Ha, kawasan wisata tersebut dikembangkan dan dikelola dengan konsep profesional oleh pihak swasta dan baru dimanfaatkan sekitar 3.000 Ha, disamping itu untuk kawasan pengembangan sumber air ditetapkan di Teluk Bintan seluas 37.000 Ha.

6) Daerah Kota Batam dikenal sebagai kawasan pengembangan Industri, Perdagangan, Galangan Kapal dan Pariwisata yang telah banyak menyerap tenaga kerja, sehingga dikenal sebagai pusat Pertumbuhan Ekonomi dan merupakan salah satu kawasan Free Trade Zone (FTZ).

d. Perkembangan Lingkungan Strategis.

Berdasarkan analisa fungsi Intelijen terhadap perkembangan lingkungan strategis Provinsi Kepri, sebagai situasi yang patut dipertimbangkan secara cermat dalam menentukan arah kebijakan Ditreskrimsus Polda Kepri pada T.A 2016, dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Aspek Ideologi

a) Ideologi Pancasila yang merupakan dasar negara telah diterima oleh masyarakat Kepulauan Riau sebagai pedoman hidup berbangsa dan bernegara, namun perlu diwaspadai akan bahaya laten Komunis yang selama ini bergerak di bawah permukaan dengan mendompleng pada isu reformasi, demokratisasi, perjuangan masyarakat miskin dan menyusup pada partai politik tertentu serta mengatas namakan kelompok agama tertentu yang selalu merongrong kewibawaan pemerintah.

b) Masih didapati perkembangan berbagai wacana lain dengan bentuk faham / aliran diluar Ideologi Pancasila, terutama menyangkut masalah keagamaan, dimana diketahui bahwa di

(10)

wilayah Provinsi Kepulauan Riau terdapat aliran kepercayaan diluar ajaran Islam (aliran sesat) seperti yang pernah terungkap yaitu aliran Al-Qaida Al-Islamiah.

c) Menurunnya norma dan etika yang termaktub nilai-nilai ajaran dan falsafah Pancasila cenderung menimbulkan perpecahan di berbagai elemen masyarakat Indonesia baik yang muda atau yang tua. Hal ini terlihat dari munculnya berbagai kelompok-kelompok pemuda, kesukuan, geng-geng dan sebagainya. Dimana kegiatannya kontra produktif dan mudah diprovokasi kearah yang negatif, oleh karenanya banyak terjadi kasus tawuran antar pelajar, mahasiswa, antar kelompok suku dan sebagainya.

2) Aspek Politik

a) Situasi politik nasional yang berimplikasi terhadap situasi wilayah Kepulauan Riau adalah tuntutan buruh yang belum terselesaikan (Hostum & Jamkesmas), rencana kenaikan TDL, tawuran pelajar / mahasiswa yang menyebabkan jatuhnya korban meninggal dunia, kasus korupsi yang melibatkan pejabat Pemerintah Pusat dan sebagainya.

Berbagai perkembangan politik tingkat nasional tersebut menimbulkan aksi solidaritas oleh kelompok tertentu di Kepulauan Riau untuk melakukan unjuk rasa sebagai bentuk dukungannya.

b) Secara umum situasi politik di Kepulauan Riau cukup kondusif. Hal ini terlihat dari berbagai agenda politik di pemerintahan khususnya eksekutif dan legislatif berjalan dengan lancar. Meskipun terdapat beberapa kebijakan pemerintah setempat yang bertentangan dengan legislatif namun masih dapat diatasi dengan pendekatan / cara-cara yang baik dan produktif.

c) Dalam hal pemberdayaan pulau-pulau terluar juga merupakan tanggung jawab pemerintah Provinsi Kepulauan Riau. Hal ini perlu diperhatikan serius mengingat beberapa pulau di wilayah Provinsi ...

(11)

Provinsi Kepulauan Riau diketahui telah dikelola oleh investor asing seperti Pulau Bawah di Natuna, Pulau Penggalap dan Pulau Segayang di Kecamatan Galang Kota Batam. Kurangnya pengawasan terhadap beberapa pulau tersebut akan berdampak terjadinya penjarahan oleh pihak asing.

d) Munculnya kelompok-kelompok gerakan mahasiswa dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta Organisasi Masyarakat (Ormas) yang belum terdaftar secara resmi di instansi terkait, baik secara taktis maupun strategis bertujuan mengkritisi kebijakan pemerintah daerah di bidang sosial, politik, ekonomi, budaya dan keamanan. Selain itu tidak sedikit yang menjadikan organisasi / kelompok tersebut sebagai peluang untuk mata pencaharian, tentunya melalui praktek pungli bahkan ancaman / pemerasan terhadap oknum pejabat pemerintah / swasta.

e) Adanya rencana pemekaran kecamatan di Batam dari 12 saat ini menjadi 20 kecamatan. Adapun alasan pemekaran kecamatan yaitu menimbang besarnya jumlah penduduk disatu kecamatan, Pemerintah sudah melakukan persiapan-persiapan. Anggaran yang dibutuhkan telah diajukan ke DPRD. f) Adanya beberapa penanganan proyek pembangunan di

Kepulauan Riau yang terbengkalai dan diduga adanya praktek korupsi sehingga tidak pernah terselesaikan hingga saat ini yaitu proyek Dompak dan RSUP Kepulauan Riau di Tanjung Pinang, proyek penyeberangan di Tembesi dan Mukakuning Batam, proyek pelebaran tepi laut Tanjungpinang, proyek proyek dermaga peti kemas malarko di Plambong Desa Pongkar, Kecamatan Tebing Kabupaten Karimun, proyek dermaga ponton di Tanjungbatu, Kecamatan Kundur dan sebagainya. Hal ini menuai reaksi khususnya oleh LSM dan kelompok mahasiswa yang terus melakukan unras menyoroti pemerintah dalam penyelesaian proyek tersebut.

(12)

3) Aspek Ekonomi

a) Krisis ekonomi dunia yang mempengaruhi perkembangan ekonomi nasional tentunya juga berpengaruh terhadap situasi ekonomi di Provinsi Kepulauan Riau. Banyaknya penurunan produksi di berbagai sektor industri karena naiknya nilai bahan-bahan yang relatif masih impor membuat beberapa perusahaan di Kepulauan Riau terancam bangkrut. Hal ini akan berpotensi timbulnya permasalahan sosial dengan banyaknya karyawan yang akan di-PHK sehingga berdampak terjadinya unjuk rasa, depresi, bunuh diri dan meningkatnya kriminalitas.

b) Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau tahun 2016 adalah 5,40 persen sedangkan tahun 2015 adalah 6,37 persen (terjadi penurunan), pada Triwulan III–2016 tercatat sebesar 4,64%, mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 5,5%. Pendorong utama pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau masih didorong oleh sektor utama perekonomian, yaitu sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sementara laju peningkatan tertinggi terjadi pada sektor bangunan, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang memiliki pertumbuhan diatas 10%. Pada sisi permintaan, akselerasi yang cukup tinggi pada investasi menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau. Peningkatan kepecayaan pelaku usaha untuk berinvestasi di Kepulauan Riau menjadikan pendorong peningkatan perekonomian, hal ini didukung oleh peringkat Indonesia yang masuk Investment Grade (layak investasi) oleh Fitch dan Moody’s. Namun demikian kondisi perekonomian global yang belum membaik menjadi faktor penghambat percepatan pertumbuhan perekonomian.

(13)

Hal ini disebabkan masih belum pulihnya perekonomian Uni Eropa yang hingga kini masih belum menunjukkan arah perbaikan. Sementara kondisi perekonomian Amerika berada pada kondisi yang menurun dan belum menunjukkan kondisi yang membaik. Di lain pihak, kondisi perekonomian Cina dan India juga menunjukan perekonomian yang menurun.

c) Letak Kepulauan Riau yang strategis yaitu berdekatan dengan Singapura dan Malaysia berdampak pada perkembangan perekonomian setempat, banyaknya pasokan barang dari kedua negara tetangga tersebut cukup membantu kebutuhan masyarakat Kepulauan Riau terutama bahan pokok, harganya pun lebih rendah bila dibandingkan dengan mendatangkan dari Pulau Jawa. Namun dampak negatifnya adalah banyaknya praktek penyelundupan yang masih marak terjadi di Kepulauan Riau mengingat banyaknya pelabuhan tikus dan kurangnya sarana dan prasarana untuk pengawasannya.

d) Pemberlakuan Free Trade Zone (FTZ) di Wilayah Kepulauan Riau Khususnya Batam, Bintan dan Karimun dengan segala kemudahan / fasilitas-fasilitas khusus tidak berjalan dengan baik karena para pengusaha di wilayah Kepulauan Riau dibingungkan oleh landasan hukum FTZ yang masih tumpang tindih dengan sejumlah aturan lain, terutama kendala yang dihadapi adalah peran institusi Bea Cukai masih dominan dalam wilayah FTZ sehingga mengaburkan fungsi dan keutamaan kawasan FTZ. Hal tersebut dapat mengakibatkan penanam usaha terutama PMA akan menutup usahanya karena menganggap wilayah Kepulauan Riau tidak kondusif. e) Banyaknya komoditi impor dari Singapura dan Malaysia yang

diperjualbelikan di Batam khususnya bidang retail baik itu tas, dompet, sepatu dan sandal berdampak pada diberlakukannya standarisasi dollar Singapura dalam setiap jual beli. Hal ini cukup berpengaruh dalam kondisi melemahnya kurs rupiah

(14)

saat ini karena krisis ekonomi dunia. Praktek standarisasi dollar juga terjadi pada sebagian besar hotel berbintang baik di Batam atau di Lagoi Bintan yang tentunya menyalahi prosedur BI dan melemahkan daya beli masyarakat setempat.

f) Dampak adanya kenaikan harga barang impor dan krisis energi listrik di wilayah Kepulauan Riau (Tanjung Pinang, Bintan, Karimun dan Lingga) juga sangat mempengaruhi perkembangan investasi dan dunia usaha di daerah karena akan meningkatkan biaya operasional termasuk upah buruh, hal ini berpengaruh terhadap produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

g) Permasalahan tambang di wilayah Kepulauan Riau yang disebabkan karena pemberlakuan Permen ESDM No. 7 tahun 2013 berdampak pada terjadinya penutupan usaha / operasional beberapa lokasi tambang terutama di Bintan, Tanjung Pinang dan Karimun. Kondisi tersebut mengakibatkan bertambahnya angka pengangguran, berkurangnya daya beli masyarakat dan meningkatnya angka kriminalitas. Namun sisi positifnya keutuhan lingkungan hidup lebih terjaga karena pemerintah akan lebih selektif dalam memberikan ijin usaha pendirian tambang.

4) Aspek Sosial Budaya

a) Masih didapatinya sebagian kelompok Muslim tertentu yang mempunyai pemahaman berbeda terhadap berbagai keyakinan keagamaan menimbulkan disharmonisasi, sehingga memicu kerawanan munculnya konflik internal. Selain itu sengketa rumah ibadah baik itu dalam pembangunannya maupun yang tidak sesuai penggunaannya (bukan peruntukan) juga dapat menimbulkan konflik antar umat beragama yang berujung pada konflik SARA.

(15)

b) Masih didapatinya beberapa aliran sesat yang ada di Indonesia khususnya di wilayah hukum Polda Kepulauan Riau. Menurut data Majelis Ulama Indonesia (MUI) terdapat sembilan aliran yang dianggap sesat yaitu : Islam Jamaah, Ahmadiyah, Ikrar Sunah, Qur'an suci, sholat dua bahasa dan Qiyadah Al-Imamiyah. Dari kesembilan aliran tersebut yang sudah terdeteksi di Kepulauan Riau adalah Ahmadiyah dan Aliran Al-Qiyadah Al-Islamiah di Batam, Bintan dan Tanjung Pinang. Namun demikian jika tidak ada langkah konkrit oleh pemerintah setempat untuk mengantisipasi hal tersebut maka dimungkinkan keberadaan aliran tersebut akan semakin meluas dan dampak kerawanan yang ditimbulkan juga semakin besar.

c) Masalah perselisihan antara Buruh dengan Perusahaan di Kota Batam, Bintan dan Karimun sering terjadi antara lain masalah PHK, outsourching, masalah UMK / UMP yang dianggap rendah dan hak-hak karyawan yang belum dipenuhi oleh pihak Management Perusahaan sehingga sering terjadi aksi mogok kerja Karyawan dan aksi Unjuk Rasa ke Instansi pemerintah (Pemprov, DPRD Provinsi/Kota, Pemkab / Pemko Batam, Disnaker untuk menyampaikan tuntutan mereka yang belum terpenuhi.

d) Masalah sengketa tanah dan penggusuran masih terjadi di beberapa daerah yang ada di wilayah Provinsi Kepulauan Riau, diwarnai dengan aksi protes dan unjuk rasa yang dilakukan masyarakat yang didukung oleh berbagai pihak seperti mahasiswa dan LSM serta Ormas. Tidak sedikit masalah sengketa tanah/lahan ini berujung pada konflik sosial yang melibatkan kelompok preman yang berlatar belakang kesukuan. Ada beberapa faktor penyebabnya baik itu sebagian masyarakat masih berpegang pada hukum adat / tanah ulayat yang berbenturan dengan hukum nasional, serta adanya keberpihakan dari oknum pejabat pemerintah atau mantan

(16)

pejabat pemerintah daerah. Penyebab lainnya adalah adanya tumpang tindih perijinan lahan yang diduga karena unsur kurangnya pengawasan instansi terkait.

e) Pemberlakuan FTZ di wilayah BBK yang membuka peluang lahan pekerjaan akan menyebabkan terjadinya eksodus penduduk dari berbagai daerah di Indonesia yang masuk ke wilayah Provinsi Kepulauan Riau, hal tersebut diperkirakan akan berdampak terjadinya permasalahan pada registrasi kependudukan seperti pemeriksaan identitas diri bagi pendatang di pelabuhan-pelabuhan kedatangan serta pembuatan KTP.

f) Banyaknya pendatang yang tiap tahun terus meningkat di Kepulauan Riau khususnya saat pasca lebaran / Idul Fitri menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan sosial diantaranya maraknya gepeng, pengamen, rumah liar dan meningkatnya aksi kriminalitas. Rumah liar yang jumlahnya terus meningkat membuat komplektifitas permasalahan khususnya di Batam, karena berpotensi bahaya kebakaran, sarang teroris dan tindak pidana lainnya. Pola penanganannya pun sudah semakin sulit mengingat bersikerasnya pemilik rumah liar untuk mempertahankan bangunannya tersebut bila akan ditertibkan oleh pemerintah.

5) Aspek Keamanan

a) Situasi umum

(1) Secara umum situasi keamanan di wilayah hukum Polda Kepri masih kondusif, meskipun masih ada beberapa kasus kriminalitas yang terjadi khususnya di Kota Batam sebagai wilayah yang terpadat penduduknya dan memiliki permasalahan paling kompleks diantara wilayah lainnya di Kepri. Permasalahan kriminalitas di Batam umumnya adalah curas dan curat.

(17)

(2) Perdagangan narkoba; masuknya narkoba ke Kepri sebagian besar dari luar negeri yaitu Singapura, Malaysia dan Thailand kemudian diselundupkan melalui beberapa alternatif diantaranya jalur laut melalui pelabuhan tikus yang masih kurang pengamanannya, jalur udara melalui bandara yang belum dilengkapi dengan alat pendeteksi khusus narkoba, jalur ekspedisi yang sedang marak digunakan dengan menggunakan pengalihan / penyesatan tanpa alamat pengirim kemudian ditransfer dari satu ekspedisi ke ekspedisi lainnya hingga ke tempat tujuan akhir untuk mempersulit pengungkapannya.

(3) Masih ditemukannya kasus trafficking di wilayah Hukum Polda Kepri yang disebabkan faktor ekonomi para korban dan lemahnya pengawasan dokumen serta upaya penegakan hukum untuk menjaring pelaku utamanya sejak melalui proses perekrutan dari daerah asal, transportasi baik secara legal maupun ilegal serta eksploitasi yang mengarah kepada adopsi ilegal, penjualan organ tubuh, perkawinan dan lain-lain.

(4) Penyalahgunaan Bahan Peledak (handak) yang dilakukan oleh para nelayan tradisional maupun nelayan asing dari Thailand untuk melakukan pengeboman ikan di perairan wilayah hukum Polda Kepri seperti sering terjadi di Pulau Tambelan dan Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan serta Kabupaten Natuna.

(5) Aksi teroris yang saat ini sedang mengincar personil Polri karena alasan balas dendam mengingat banyaknya kelompok mereka yang telah tertangkap oleh Polri, kelompok yang saat ini sedang gencar diburu oleh tim Densus 88 sebagian besar merekrut kelompok pemuda yang masih belum mempunyai pekerjaan tetap dan jauh dari perhatian orang tuanya terutama mempelajari pendidikan agama yang setengah-setengah.

(18)

Sasaran yang rawan dijadikan aksi teroris baik itu

penembakan, pelemparan bom / granat, aksi bom bunuh diri dan sebagainya adalah Markas Polisi yang terkesan sepi personil pengamanannya, pos polisi lalu lintas, personil Polri yang berjaga sendiri / berkelompok dilapangan dan sebagainya.

e. Prakiraan ancaman T.A. 2016

1) Luar negeri

a) Sumber daya mineral yang terbatas, dihadapkan dengan semakin tingginya kebutuhan akan sumber daya strategis tersebut, akibatnya kecenderungan meningkatnya harga minyak dunia tidak akan dapat dihindari, hal ini akan berdampak pada terjadinya kenaikan berbagai harga barang dan kebutuhan masyarakat. Meskipun pemerintah Indonesia telah berupaya menciptakan berbagai alat transportasi yang non BBM namun jumlahnya belum tentu mampu memenuhi jumlah pertambahan penduduk di Indonesia tiap tahunnya. b) Kejahatan transnasional lainnya seperti illicit druggs trafficking,

trafficking in persons, sea piracy, money laundering, arms smuggling, people smugling, cybercrime dan international economic crime merupakan faktor penyebab terganggunya stabilitas pada suatu kawasan.

c) Perkembangan ilmu pengetahuan, isu pelanggaran HAM, peredaran narkotika serta imigran gelap telah dimanfaatkan oleh negara / kelompok yang berkepentingan sebagai media politik sehingga menimbulkan permasalahan tersendiri yang perlu penanganan cermat antara Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau terhadap negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand.

(19)

d) Terjadinya hambatan terhadap suplai minyak mentah dari negara Timur Tengah akibat konflik yang berkepanjangan, sehingga berpengaruh terhadap naiknya harga minyak mentah di pasaran dunia dan berdampak terhadap perekonomian Indonesia.

e) Permasalahan keamanan laut Selat Malaka, Selat Philip dan laut China Selatan seperti perompakan, penyelundupan dan kejahatan lainnya.

f) Permasalahan di wilayah segitiga emas (Singapura, Johor dan Riau) mempengaruhi situasi kriminalitas dengan memunculkan permasalahhan kejahatan transnasional.

g) Belum tuntasnya perjanjian kerjasama keamanan Deffence Cooperation Agreemen (DCA) dan perjanjian ekstradisi antara pemerintah Indonesia dan Singapura, belum menemui jalan penyelesaian dan masih menuai protes.

2) Dalam negeri dan daerah

a) Jumlah penduduk yang cukup besar disamping sebagai modal dasar pembangunan juga mengandung kerawanan sosial dalam ketidak keseimbangan antara laju pertumbuhan penduduk dengan penyediaan fasilitas pendidikan dan lapangan kerja sehingga menyebabkan semakin tingginya angka pengangguran.

b) Masih lemahnya manajemen pengelolaan sumber daya alam seperti tambang granit, bauksit, timah, perikanan, pertanian sebagai sumber devisa negara sehingga rawan terhadap ekploitasi illegal maupun pengelolaan yang kurang tepat akan berdampak pada kerusakan ekosistem.

c) Keterbatasan petugas dalam pengawasan pulau-pulau kecil terluar disebabkan karena keterbatasan sarana dan prasarana pendukung maupun personelnya.

d) Hengkangnya investor asing dari wilayah Kepulauan Riau berdampak kepada banyaknya perusahaan yang tutup, serta unjuk rasa karyawan/buruh terkait dengan kenaikan UMK.

(20)

e) Masalah-masalah terkait dengan kenaikan harga BBM dan rencana pemberlakuan smart card di Kota Batam.

f) Pemberlakuan FTZ di Batam, Bintan dan Karimun.

g) Masalah terkait rencana pembangunan KWTE di Bintan mendapat kritikan dari kelompok lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan mahasiswa bersama kekuatan politik diluar struktur kepartaian masih menimbulkan pro dan kontra.

8. Situasi Direktorat Reserse Kriminal Khusus

a. Organisasi

Ditinjau dari sisi Organisasi Tata Kerja (OTK), maka : 1) Tingkat Polda (sebagai Polda tipe A)

a) Unsur pimpinan :

(1). Dirreskrimsus Polda Kepulauan Riau. (2). Wadirreskrimsus Polda Kepulauan Riau.

b) Unsur pembantu pimpinan dan pelaksanaan staff :

(1). Kabagbinopsnal Ditreskrimsus Polda Kepulauan Riau.

(2). Kabagwassidik Ditreskrimsus Polda Kepulauan Riau. (3). Kasubbagrenmin Ditreskrimsus Polda Kepulauan

Riau.

(4). Kasi Korwas PPNS Ditreskrimsus Polda Kepulauan Riau.

c) Unsur Pelaksana Tugas Pokok :

(1). Kasubdit I Indagsi Ditreskrimsus Polda Kepulauan Riau.

(2). Kasubdit II Eksus dan Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Kepulauan Riau.

(3). Kasubdit III Tipidkor Ditreskrimsus Polda Kepulauan Riau.

(4). Kasubdit IV Tipidter Ditreskrimsus Polda Kepulauan Riau.

(21)

2) Tingkat kewilayahan

a) Polresta : 1 (Polresta Barelang).

b) Polres : 6 (Polres Tanjung Pinang, Karimun, Natuna, Bintan, Lingga dan Anambas)

b. Personel

Jumlah Personel Ditreskrimsus Polda Kepulauan Riau Tahun 2016 sebanyak 62 orang, terdiri dari anggota Polri sebanyak 60 orang dan PNS sebanyak 2 orang dengan perincian sebagai berikut :

NO PANGKAT DSP RIIL DIKUM KET D3 S1 S2 1 KBP 1 1 - - 1 Terpenuhi 2 AKBP 7 9 - 2 6 + 2 3 KP 23 2 - - - - 21 4 AKP 41 - - - - - 41 5 IP 3 5 - 2 2 + 2 6 BA 70 43 1 19 1 - 27 7 PNS 22 2 1 - - - 20 JUMLAH 167 62 2 23 10 -105 c. Materiil

Materiil yang ada menunjukkan masih sangat kurangnya dukungan alut / alsus dan kendaraan bermotor, namun secara bertahap dan konsisten dicukupi lewat pengajuan usulan ke Biro Rena Polda Kepri baik dalam bentuk pengadaan langsung yang dilakukan oleh Polda Kepri maupun dropping dari Mabes Polri.

(22)

Data alut / alsus Ditreskrimsus Polda Kepri Tahun 2016 sebagai berikut : NO NAMA BARANG JML KONDISI ASAL BARANG TAHUN PEROLEHAN 1 Mobil Hyundai Tucson 2.0 1 Baik Biro Sarpras Polda Kepri 2013 2 Mobil Toyota Avanza Veloz 1.5 MT

1 Baik Bareskrim Polri 2012

3 Aceso Field Kit 1 Baik AFP (Australian

Federal Police) 2012 4 Universal Forensic Extraxtion Device

1 Baik Bareskrim Polri 2013

5

Voice Analysis Investigation Toll (Doygle USB)

1 Baik Bareskrim Polri 2012

6 Ufad

Celebraite 2 Baik Bareskrim Polri 2013

(23)

BAB III

HASIL PELAKSANAAN TUGAS DITRESKRIMSUS

DAN SATRESKRIM JAJARAN POLDA KEPULAUAN RIAU T.A 2016

Berkaitan dengan situasi diatas, pelaksanaan tugas penyelidikan dan penyidikan Tindak Pidana Khusus yang dilaksanakan oleh Ditreskrimsus dan Satreskrim Jajaran Polda Kepulauan Riau sejak tanggal 01 Januari 2016 s.d. 31 Desember 2016 dibandingkan dengan pelaksanaan tugas tahun 2015, sebagai berikut :

9. Data Penanganan Tindak Pidana Khusus tahun 2016 :

NO SATKER

TAHUN 2015 TAHUN 2016 TREND TREND CC

(%) L S % L S % L % S % 1 Ditreskrimsus 57 61 107% 28 45 161% -29 -51% -16 -26% +54% 2 Resta Barelang 26 15 58% 24 14 58% -2 -8% -1 -7% 0% 3 Res TPI 10 7 70% 12 11 92% +2 +20% +4 +57% +22% 4 Res Bintan 11 8 73% 5 6 120% -6 55% -2 -25% +47% 5 Res Karimun 27 29 107% 10 14 140% -17 -63% -15 -52% +33% 6 Res Lingga 8 9 113% 5 2 40% -3 -38% -7 -78% -73% 7 Res Natuna 4 8 200% 1 3 300% -3 -75% -5 -63% +100% Jumlah 143 137 96% 85 95 112% -58 -41% -42 -31% +16%

*Grafik : Perbandingan penanganan Tipidsus tahun 2015 dan tahun 2016

Keterangan ... 0 10 20 30 40 50 60 70 Lapor 2015 Lapor 2016 Selesai 2015 Selesai 2016

(24)

Keterangan :

Jumlah penyelesaian perkara selama tahun 2016 dibandingkan dengan tahun 2015 jika dilihat dari jumlah terjadi penurunan, namun jika dilihat dari prosentase terjadi kenaikan, hal ini disebabkan jumlah penyelesaian pada tahun 2015 sebanyak 137 (seratus tiga puluh tujuh) perkara dari 143 (seratus empat puluh tiga) perkara sehingga mencapai prosentase sebesar 96%, sedangkan jumlah penyelesaian pada tahun 2016 sebanyak 95 (sembilan puluh lima) perkara dari 85 (delapan puluh lima) perkara sehingga mencapai prosentase sebesar 112%, dengan demikian terjadi kenaikan sebesar 16%.

10. Jenis perkara tindak pidana khusus yang ditangani Ditreskrimsus Polda Kepri dan Satreskrim Jajaran Polda Kepri periode tahun 2016.

a. Ditreskrimsus Polda Kepri

NO JENIS

PERKARA

TAHUN 2015 TAHUN 2016 TREND

L S % L S % L % S % 1 Haki / Merek 16 18 113% 1 1 100% -15 -94% -17 -94% 2 Dikti 1 1 100% 1 2 200% 0 0% +1 +100% 3 Pornografi 2 1 50% - 1 100% -2 -200% 0 0% 4 P. Konsumen 5 11 220% 1 2 200% -4 -80% -9 -82% 5 Illegal Minning 4 2 50% 5 5 100% +1 +25% +3 +150% 6 Telekomuniksi - - 0% 2 - 0% +2 +200% 0 0% 7 Cyber Crime 17 3 18% 7 12 171% -10 -59% +9 +300% 8 Perbankan 2 3 150% - 2 200% -2 -200% -1 -33% 9 Asuransi - - 0% - 2 200% 0 0% +2 +200% 10 Mata Uang 1 2 200% - - 0% -1 -100% -2 -200% 11 Transfer Dana 1 - 0% - 1 100% -1 -100% +1 +100% 12 Fidusia - 1 100% 3 - 0% +3 +300% -1 -100% 13 Money Laundring - - 0% 1 4 400% +1 +100% +4 +400% 14 Korupsi 3 6 200% 2 5 250% -1 -33% -1 -17% 15 Lngkngn Hidup 2 2 100% 1 2 200% -1 -50% 0 0% 16 Perumahan 1 - 0% - 1 100% -1 -100% +1 +100%

(25)

17 Illegal Logging - - 0% 1 2 200% +1 +100% +2 +200% 18 Ketenagakerjaan - - 0% 1 - 0% +1 +100% 0 0% 19 Migas / BBM 1 12 1200% 1 1 100% 0 0% -11 -1100% 20 PP TKI di LN - - 0% 1 2 200% +1 +100% +2 +200% 21 Kesehatan 1 - 0% - - - -1 -100% 0 0% Jumlah 57 61 107% 28 45 161% -29 -51% -16 -26%

b. Data penanganan tindak pidana khusus oleh Satreskrim jajaran Polda Kepri.

1. Polresta Barelang

NO JENIS

PERKARA

TAHUN 2015 TAHUN 2016 TREND

L S % L S % L % S % 1 ITE 7 1 14,3% 12 4 25% +5 +71% +3 +300% 2 P. Konsumen 2 1 50% 1 1 100% -1 -50% 0 0% 3 Telekomunikasi 1 - 0% - - - -1 -100% - - 4 Wajib Daftar Perusahaan 1 - 0% - - - -1 -100% - - 5 Illegal Logging 8 5 62,5% 3 3 100% -5 -62,5% -2 -40% 6 Migas 1 1 100% 2 2 100% +1 +100% +1 +100% 7 Perfileman 1 1 100% - - - -1 -100% -1 -100% 8 Uang Palsu 1 1 100% - - - -1 -100% -1 -100% 9 Ketenagakerjaan 1 - 0% - - - -1 -100% - - 10 Ketenagalistrikan - - - 1 1 100% _+1 +100% +1 +100% 11 Korupsi - 3 300% 1 2 200% +1 +100% -1 -100% 12 BPJS 1 1 100% - - - -1 -100% -1 -100% 13 Perbankan 1 - 0% - - - -1 -100% - - 14 Karantina 1 1 100% - - - -1 -100% -1 -100% 15 Lingkungan hidup - - - 1 - 0% +1 +100% - - 16 Kearsipan - - - 1 - 0% +1 +100% - - 17 Merek - - - 1 1 100% +1 +100% +1 +100% 18 Perdagangan - - - 1 - 0% +1 +100% - - Jumlah 26 15 57,7% 24 14 58% -2 -7,7% -1 -7%

(26)

2. Polres Tanjungpinang

NO JENIS

PERKARA

TAHUN 2015 TAHUN 2016 TREND

L S % L S % L % S % 1 Cagar Budaya 1 1 100% - - - -1 -100% -1 -100% 2 Migas 2 2 100% - - - -2 -200% -2 -200% 3 Korupsi 1 2 200% - 2 200% -1 -100% 0 0 4 P. Konsumen 1 1 100% - - - -1 -100% -1 -100% 5 ITE 2 - 0% 9 8 89% +7 +350% +8 +800% 6 Lingkungan Hidup 1 - 0% - - - -1 -100% - - 7 Penempatan TKI 1 1 100% 1 - 0% 0 0% -1 -100% 8 Uang Palsu 1 - 0% 2 1 50% +1 +100% +1 +100% Jumlah 10 7 70% 12 11 92% +2 +20% +4 +57% 3. Polres Bintan NO JENIS PERKARA

TAHUN 2015 TAHUN 2016 TREND

L S % L S % L % S % 1 Pertambangan 8 5 62,5 2 3 150% -6 -75 -2 -40% 2 Korupsi 1 2 200% - 1 - -1 -100% -1 -100% 3 Migas 2 1 50% 1 - 0% -1 -50% -1 -100% 4 Illegal Logging - - - 1 1 0% +1 +100% +1 +100% 5 ITE - - - 1 1 100% +1 +100 +1 +100 Jumlah 11 8 72,7% 5 6 120% -6 55% -2 -25% 4. Polres Karimun NO JENIS PERKARA

TAHUN 2015 TAHUN 2016 TREND

L S % L S % L % S % 1 Pertambangan 1 2 200% 1 - 0% 0 0% -2 -200% 2 Illegal Logging 8 8 100% 1 2 200% -7 -87,5% -6 -75% 3 Uang Palsu 2 5 250% 1 1 100% -1 -100% -4 -80% 4 Lingkungan Hidup 1 1 100% - - - -1 -100% -1 -100% 5 ITE 3 1 33% - - - -3 -300% -1 -100% 6 Migas 6 7 117% 7 9 119% +1 +16% +2 +29% 7 Karantina Hewan Ikan & 1 - 0% - - - -1 -100% - -

(27)

Tumbuhan 8 Korupsi 1 3 300% - 1 100% -1 -100% -2 -67% 9 Pelayaran 3 2 67% - - - -3 -300% -2 -200% 10 Dikti 1 - 0% - 1 100% -1 -100% +1 +100% Jumlah 27 29 107% 10 14 140% -17 -63% -15 -52% 5. Polres Lingga NO JENIS PERKARA

TAHUN 2015 TAHUN 2016 TREND

L S % L S % L % S % 1 Illegal Logging 5 6 120% 3 - 0% -2 -40% -6 -600% 2 Korupsi 1 1 100% 1 1 100% 0 0% 0 0% 3 Pertambangan 1 1 100% - - - -1 -100% -1 -100% 4 Migas 1 1 100% - - - -1 -100% -1 -100% 5 P. Konsumen - - - 1 1 100% +1 +100% +1 +100% Jumlah 8 9 113% 5 2 40% -3 -38% -7 -78% 6. Polres Natuna NO JENIS PERKARA

TAHUN 2015 TAHUN 2016 TREND

L S % L S % L % S % 1 Illegal Logging 1 2 200% - - - -1 -100% -2 -200% 2 Uang Palsu 1 1 100% - - - -1 -100% -1 -100% 3 Korupsi 1 3 300% 1 1 100% 0 0% -2 -67% 4 Migas 1 1 100% - - - -1 -100% -1 -100% 5 Perikanan - 1 100% - - - -1 -100% Jumlah 4 8 200% 1 1 100% -3 -75% -7 -88%

11. Data penanganan tindak pidana Korupsi tahun 2016.

NO KESATUAN TARGET CT CC % 1 Ditreskrimsus 5 6 5 83% 2 Resta Barelang 2 2 2 100% 3 Polres Tanjungpinang 1 2 2 100% 4 Polres Karimun 1 1 1 100% 5 Polres Bintan 1 1 1 100% 6 Polres Lingga 1 1 1 100% 7 Polres Natuna 1 3 3 100% Jumlah 12 16 15 93,75%

(28)

a. Jumlah perkara tindak pidana korupsi yang ditangani selama tahun 2016 sebanyak 16 (enam belas) perkara sedangkan jumlah penyelesaian sebesar 15 (lima belas), sehingga prosentase sebesar 93,75%.

b. Reward / penghargaan yang diterima Ditreskrimsus Polda Kepri dan Jajaran dalam pengungkapan dugaan tindak pidana koruspi pada tahun 2016, berupa :

1) Ucapan terima kasih dan apresiasi dari pemerintah Kota Batam atas kinerja Ditreskrimsus Polda Kepri dalam penanganan Tipidkor berupa Pendaftaran hak atas tanah / peralihan hak atas tanah yg berpotensi merugikan keuangan Daerah dari sektor penerimaan pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (surat terlampir);

2) Apresiasi dari KPK RI kepada Polda Kepri dan jajaran atas penanganan perkara tindak pidana korupsi tahun 2016 (surat terlampir).

12. Anggaran

Dalam melaksanakan kegiatan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana khusus periode tahun 2016, Ditreskrimsus Polda Kepri menggunakan DIPA T.A 2016 sebesar Rp. 1.358.121.000.

1. Adanya penghematan / pemotongan anggaran dana menindaklanjuti Instruksi Presiden RI pada bulan September 2016, sehingga alokasi anggaran dana lidik sidik Ditreskrimsus Polda Kepri menjadi Rp. 1.082.679.000, mengalami penurunan (Rp.274.824.000,-) sebesar 20,3% dari alokasi anggaran sebesar Rp

.

1.358.121.000.

2. Penyerapan dana Lidik Sidik Ditreskrimsus Polda Kepri T.A. 2016 sebesar Rp. 1.358.121.000 atau sebesar 100% dari jumlah anggaran.

(29)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

13. Analisa dan Evaluasi

Dari kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2016 terhadap penanganan perkara tindak pidana khusus oleh Ditreskrimsus dan Satreskrim jajaran Polda kepri dapat dianalisa dan evaluasi sebagai berikut :

a. Jumlah perkara tindak pidana khusus yang terjadi pada tahun 2016 dibandingkan tahun 2015 terjadi penurunan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi antar lain :

1) Faktor Eksternal

a) Meningkatnya kesadaran dan pemahaman hukum masyarakat khususnya pelaku usaha, sehingga mengurangi terjadinya pelanggaran hukum;

b) Semakin aktifnya instansi terkait dalam melakukan sosialisasi dan pengawasan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh para pelaku usaha.

2) Faktor Internal

a) Aktifnya fungsi preemtif maupun preventif baik yang dilakukan oleh Ditbinmas, Ditsabhara maupun Polres / Ta Jajaran Polda Kepri yang melaksanakan kegiatan penyuluhan, sosialisasi dan patroli di tempat-tempat yang berpotensi terjadi pelanggaran / tindak pidana ekonomi;

b) Aktifnya personel Ditreskrimsus dan Satreskrim Jajaran Polda Kepri dalam melaksanakan kegiatan pemantauan di tempat-tempat yang berpotensi terjadinya tindak pidana ekonomi, sehingga para pelaku usaha tidak berani melakukan perbuatan pidana;

(30)

c) Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman anggota Ditreskrimsus dan Satreskrim jajaran Polda Kepri terkait modus maupun aturan hukum dalam melaksanakan proses penyelidikan dan penyidikan tindak pidana khusus.

b. Jumlah penyelesaian perkara selama tahun 2016 dibandingkan dengan tahun 2015 jika dilihat dari jumlah terjadi penurunan, namun jika dilihat dari prosentase terjadi kenaikan, hal ini disebabkan jumlah penyelesaian pada tahun 2015 sebanyak 137 (seratus tiga puluh tujuh) perkara dari 143 (seratus empat puluh tiga) perkara sehingga mencapai prosentase sebesar 96%, sedangkan jumlah penyelesaian pada tahun 2016 sebanyak 95 (sembilan puluh lima) perkara dari 85 (delapan puluh lima) perkara sehingga mencapai prosentase sebesar 112%, dengan demikian terjadi

kenaikan sebesar 16%.

Adapun naiknya penyelesaian perkara pada tahun 2016 disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

1) Meningkatnya kinerja anggota Ditreskrimsus dan Satreskrim jajaran Polda Kepri;

2) Meningkatnya pengetahuan personel terkait dengan aturan hukum dan peraturan perundang-undangan dalam pelaksanakan tugas penyelidikan dan penyidikan tindak pidana khusus;

3) Diterapkannya sistem reward dan punishment pada Satker Ditreskrimsus dan Satreskrim jajaran Polda Kepri untuk memotivasi personel agar lebih berprestasi;

4) Diterapkannya pengawasan yang melekat kepada penyidik dalam penanganan perkara melalui sistem gelar perkara;

5) Meningkatnya peran Wassidik dalam melakukan pengawasan terhadap penanganan perkara tindak pidana khusus;

6) Meningkatnya dedikasi, intergritas dan peran penyidik / penyidik pembantu dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas penyelidikan dan penyidikan tindak pidana khusus.

(31)

BAB V PENUTUP

14. Kesimpulan dan Saran

a. Kesimpulan

1) Jumlah perkara tindak pidana khusus yang terjadi pada tahun 2016 dibandingkan tahun 2015 terjadi penurunan yang dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal, sebagai berikut :

a) Faktor Eksternal, yaitu meningkatnya kesadaran dan pemahaman hukum masyarakat khususnya pelaku usaha, sehingga mengurangi terjadinya pelanggaran hukum dan semakin aktifnya instansi terkait dalam melakukan sosialisasi dan pengawasan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh para pelaku usaha.

b) Faktor Internal

(1) Aktifnya fungsi preemtif maupun preventif baik yang dilakukan oleh Ditbinmas, Ditsabhara maupun Polres / Ta Jajaran Polda Kepri dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan, sosialisasi dan patroli di tempat-tempat yang berpotensi terjadi pelanggaran / tindak pidana ekonomi; (2) Aktifnya personel Ditreskrimsus dan Satreskrim Jajaran

Polda Kepri dalam melaksanakan kegiatan pemantauan di tempat-tempat yang berpotensi terjadinya tindak pidana ekonomi, sehingga para pelaku usaha tidak berani melakukan perbuatan pidana;

(3) Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman anggota Ditreskrimsus dan Satreskrim jajaran Polda Kepri terkait modus maupun aturan hukum dalam melaksanakan proses penyelidikan dan penyidikan tindak pidana khusus.

(32)

2. Jumlah penyelesaian perkara selama tahun 2016 dibandingkan dengan tahun 2015 jika dilihat dari jumlah terjadi penurunan, namun jika dilihat dari prosentase terjadi kenaikan, hal ini disebabkan jumlah penyelesaian pada tahun 2015 sebanyak 137 (seratus tiga puluh tujuh) perkara dari 143 (seratus empat puluh tiga) perkara sehingga mencapai prosentase sebesar 96%, sedangkan jumlah penyelesaian pada tahun 2016 sebanyak 95 (sembilan puluh lima) perkara dari 85 (delapan puluh lima) perkara sehingga mencapai prosentase sebesar 112%, dengan demikian terjadi kenaikan sebesar 16%.

Naiknya penyelesaian perkara pada tahun 2016 disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

a) Meningkatnya kinerja anggota Ditreskrimsus dan Satreskrim jajaran Polda Kepri;

b) Meningkatnya pengetahuan personel terkait dengan aturan hukum dan peraturan perundang-undangan dalam pelaksanakan tugas penyelidikan dan penyidikan tindak pidana khusus;

c) Diterapkannya sistem reward dan punishment pada Satker Ditreskrimsus dan Satreskrim jajaran Polda Kepri untuk memotivasi personel agar lebih berprestasi;

d) Diterapkannya pengawasan yang melekat kepada penyidik dalam penanganan perkara melalui sistem gelar perkara;

e) Meningkatnya peran Wassidik dalam melakukan pengawasan terhadap penanganan perkara tindak pidana khusus;

f) Meningkatnya dedikasi, intergritas dan peran penyidik / penyidik pembantu dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas penyelidikan dan penyidikan tindak pidana khusus.

(33)

b. Saran

Guna menekan angka kejahatan / meminimalisir terjadinya tindak pidana dibidang ekonomi dan memaksimalkan upaya pengungkapan dan penanganan perkara perlunya kiranya dilakukan hal-hal sebagai berikut : 1) Perlunya dilakukan penambahan jumlah penyidik, anggaran dan

sarana prasarana yang memadai yang dapat digunakan dalam pengungkapan dan penanganan perkara tindak pidana khusus;

2) Perlunya dilakukan pembinaan dan peningkatan mental penyidik secara terus menerus guna mewujudkan penyidik yang berkualitas sehingga dalam pelaksanaan tugas dapat dilakukan secara profesional, akuntabilitas dan proporsional serta tepat waktu;

3) Perlunya diberdayakan dan ditingkatkan peran Bagwassidik guna membantu penyidik dalam menyelesaikan perkara;

4) Perlunya ditingkatkan sistem reward dan punishmen kepada penyidik sebagai motivasi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing.

5) Perlunya ditingkatkan dedikasi, intergritas dan peran penyidik guna melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

Demikian Laporan Kesatuan Ditreskrimsus Polda Kepulauan Riau periode T.A. 2016 ini dibuat sebagai pertanggung jawaban atas tugas yang telah dilaksanakan, semoga dapat menjadi bahan masukan dan bahan pertimbangan pimpinan dalam memberikan arahan dan petunjuk selanjutnya.

Batam, Januari 2017

DIREKTUR RESERSE KRIMINAL KHUSUS POLDA KEPRI

BUDI SURYANTO, SH, M.Si

Referensi

Dokumen terkait

Dengan dapat dikembangkannya sistem usaha pertanian secara sehat (secara ekonomi,.. sosial, politik dan lingkungan), maka sumber- daya alam dan ekosistem pertanian

Mata kuliah Manajemen Operasi (MO) adalah merupakan mata kuliah pilihan dan spesialisasi yang wajib diberikan kepada mahasiswa dibidang Ilmu Admi- nistrasi

Mengenal Lebih Dekat Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia... Beban ganda adalah beban kerja yang lebih panjang dan lebih banyak daripada jenis kelamin yang lain. 19 Beban ganda

Tidak seperti zakat yang dikelola oleh badan zakat, hasil zakat fitrah yang diterima dari muzakki tidak dibagi terlebih dahulu untuk keperluan umum nantinya, namun langsung

* Bakal pembeli dikehendaki membayar dengan Draf Bank atau Cek Juruwang atas nama Plaintif sebanyak 5% atau 10% dari harga rizab dan bakinya hendaklah dijelaskan dalam tempoh 90

Pada rincian kegiatan pelaksanaan pertemuan ke-2 siklus pertama guru menyusun rencana pelaksanaan pembela jaran (RPP), menyusun instrumen pengambilan data atau

Sementara itu alokasi anggaran untuk infrastrukstur tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Papua, hal ini lebih disebabkan dampak

(1) Kontraktor wajib menyampaikan Laporan Realisasi Ekspor atas barang untuk kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi yang diberikan pembebasan bea masuk dan tidak