• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci: bantuan hukum, masyarakat miskin, laboratorium ilmu hukum.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci: bantuan hukum, masyarakat miskin, laboratorium ilmu hukum."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERAN FUNGSI LABORATORIUM ILMU HUKUM UNTUK MENJAMIN HAK BANTUAN HUKUM BAGI MASYARAKAT MISKIN

Oleh : Heri Hartanto1

ABSTRAK

Asas persamaan dihadapan hukum (equality before the law) merupakan asas universal yang berlaku sebagai salah satu ukuran pelindungan Hak Asas Manusia. Salah satu wujudnya adalah memberikan akses terhadap keadilan bagi kelompok marjinal dengan memperoleh bantuan hukum terhadap masalah hukum yang dihadapinya. Indonesia telah memiliki beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemberian bantuan hukum, dan secara khusus telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. Beragam peraturan tentang bantuan hukum belum memberikan solusi yang tepat karena isi peraturan perundangan yang satu tidak sinkron dengan yang lain, sehingga pemberian bantuan hukum menjadi tidak efektif.

Sasaran dari pemberian bantuan hukum adalah masyarakat miskin. Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban menjamin akses keadilan bagi masyarakat melalui program bantuan hukum, tetapi dalam teknis pelaksanaannya, Pemerintah dan Pemerintah Daerah memerlukan bantuan tenaga ahli hukum untuk memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat miskin. Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus mengeluarkan seperangkat kebijakan untuk memenuhi kebutuhan atas bantuan hukum bagi masyarakat miskin, dan juga kebijakan untuk menjamin kebutuhan para pemberi bantuan hukum untuk memenuhi kebutuhan teknis bantuan hukum itu sendiri.

Perguruan Tinggi (Fakultas Hukum) sebagai satu institusi yang memiliki tenaga ahli untuk memberikan bantuan hukum merupakan salah satu pihak yang potensial untuk memberdayakan sumber daya manusia yang dimilikinya, yaitu dosen, alumni dan mahasiswa. Dengan memaksimalkan fungsi laboratorium ilmu hukum yang dimiliki oleh Perguruan Tinggi yang salah satunya mengelola unit bantuan hukum (LBH Kampus). LBH Kampus dapat menjadi tempat bagi dosen dalam melaksanakan pengabdian pada masyarakat, alumni dapat mengembangkan keilmuan dalam meniti karirnya di dunia kerja sedangkan bagi mahasiswa mendapat pengetahuan dan pengalaman hukum empiris tentang penyelesaian suatu sengketa hukum dengan bimbingan dari dosen dan/atau alumni.

Fungsi laboratorium ini memiliki sasaran masyarakat miskin yang membutuhkan bantuan hukum mendapat akses terhadap keadilan untuk membantu menyelesaikan masalah hukum yang ia hadapi. Sehingga dengan berjalannya fungsi laboratorium limu hukum dapat meningkatkan pengetahuan hukum kepada mahasiswa sekaligus memberikan bantuan hukum untuk mencapai akses keadilan bagi masyarakat miskin.

Kata kunci: bantuan hukum, masyarakat miskin, laboratorium ilmu hukum.

1 Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, dan Sekertaris Badan Mediasi dan Bantuan Hukum (BMBH) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

(2)

2

Abstract

Equality before the law principle is the basic principle in protecting human rights. One of the formation is giving justice access to marginalized group through legal aid. Indonesia itself has several regulations which regulate legal aid specifically Act Number 16 of 2011 of Legal Aid. Diverse regulations (in legal aid) have not given the clear solution due to unsinchronized and ineffectivity provisions in giving legal aid.

On one hand, the objective of legal aid is purposed for poor society and its guarantee by the central government and municipal government (through obligation of implementing justice access). On the other hand, the government (central and municipal) hardly entailed legal expertises in providing legal services to poor society.The government should issue policies inorder to fulfill the need of legal aid for poor poeple including guarantee for the legal expertises itself.

University (specially Faculty of Law) through their lecturer, alumni, and student has expertises in legal competences which contibute in optimizing legal aid services. Moreover, by maximizing the function of law laboratory comprising the legal aid unit (LBH) it supports the community services for lecturer, the evolvement of career for the alumni, andthe development of knowledge and science for the students below alumni or lecturer guide’s.

The function of law laboratory purposes in solving problem and justice access experienced by the poor people in order to expanding legal sciences for the students and delivering justice access to poor society.

(3)

3

PENDAHULUAN

Ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Dalam negara hukum, negara mengakui dan melindungi hak asasi manusia bagi setiap individu termasuk hak persamaan dihadapan hukum (equality before the law), salah satu wujud dari asas ini adalah pengakuan hak atas Bantuan Hukum bagi setiap warga negara. Penyelenggaraan pemberian Bantuan Hukum kepada warga negara merupakan upaya untuk memenuhi dan sekaligus sebagai implementasi negara hukum yang mengakui dan melindungi serta menjamin hak asasi warga negara akan kebutuhan akses terhadap keadilan (access to justice). Jaminan atas hak konstitusional tersebut belum mendapatkan perhatian secara memadai, sehingga dibentuk Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum menjadi dasar bagi negara untuk menjamin warga Negara, khususnya bagi orang atau kelompok orang miskin untuk mendapatkan akses keadilan dan kesamaan di hadapan hukum.

Masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi menegah ke atas ketika memiliki masalah hukumpada umumnya mampu membaya jasa Advokat untuk membela hak-haknya. Sehingga meskipun mereka tidak memahami hukum dengan baik, tetapi ada Advokat yang selalu membela kepenting hukumnya. Berbeda dengan masyarakat dari kelompok marginal (masyarakat desa, tingkat ekonomi rendah). Masyarakat miskin pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah pula. Sehingga ketika menghadapi masalah hukum cenderung mengambil langkah yang salah karena ketidak tahuannya. Alas an ketidak tahuan hukum tidak akan dapat membantu untuk memperingan terlebih menghapuskan kesalahan seseorang. Dengan konsep fiksi hukum, setiap seorang dianggap tahu akan hukum yang berlaku di Indonesia. Sehingga ketidak tahuan akan hukum tidak akan menghapus atau memperingan dari pelanggaran hukum yang terjadi.

Biro Pusat Statistik (BPS) mempublikasikan data hingga September 2012, 11,66 % dari penduduk Indonesia atau sekitar 29 juta jiwa hidup dibawah garis kemiskinan2. Ketika masyarakat miskin berhadapan dengan aparat penegak hukum (Petugas Polisi, Jaksa, Hakim, atau Advokat pihak lawan) yang sudah pasti memiliki pengetahuan dan pengalaman hukum yang baik, maka akan timbul posisi yang tidak berimbang. Masyarakat miskin tidak mampu membela

2 Sumber : http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=23&notab=1, diakses tanggal 1 Juni 2013, pukul 10.00 WIB.

(4)

4 dirinya sendiri, bahkan beresiko menjadi kambing hitam dari masalah yang sedang terjadi. Sehingga proses hukum yang adil tidak dapat tercapai.

Pengaturan tentang hak atas bantuan hukum tidak hanya diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, sebelumnya telah banyak peraturan perundang-undangan yang menyinggung tentang hak atas bantuan hukum. Reglemen Acara Perdata, (Reglement op de Rechtsvordering), Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman telah menyinggung tentang hak atas bantuan hukum. Banyaknya peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang bantuan hukum tidak membuat pengaturan bantuan hukum menjadi lengkap, tetapi menimbulkan peraturan yang tumpang tindih antara peraturan satu dengan peraturan lain yang mengakibatkan tidak terjaminnya pemberian hak atas bantuan hukum.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum dianggap sebagai salah satu solusi terhadap ketidakjelasan mekanisme pemberian bantuan hukum kepada warga Negara. Namun jika mencermati Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, semakin menambah ketidak konsistenan hukum dan masih banyak hal yang belum diatur secara baik yang mengakibatkan masyarakat pencari keadilan belum dapat mengakses bantuan hukum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. Pemerintah maupun Pemerintah Daerah memiliki kewajiban untuk menjamin hak persamaan dihadapan hukum kepada seluruh warga Negara. Tetapi Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak dapat melaksanakan sendiri pemberian bantuan hukum. Pada aplikasinya Pemerintah dan Pemerintah Daerah memerlukan bantuan dari profesi advokat maupun Lembaga Bantuan Hukum.

Kebutuhan terhadap bantuan hukum bagi masyarakat miskin merupakan hal yang sangat penting. Masyarakat miskin pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah, termasuk pengetahuan di bidang hukum, dan juga memiliki keterbatasan terhadap akses informasi. Masyarakat miskin yang akan berhadapan dengan aparat penegak hukum, baik itu Advokat, Petugas Polisi, Jaksa, dan Hakim yang kesemuanya memiliki pendidikan tinggi hukum. Posisi ini akan menimbulkan kondisi yang tidak seimbang, dan berpotensi menimbulkan perlakuan yang

(5)

5 sewenang-wenang terhadap masyarakat miskin. Hal ini mengakibatkan tidak terwujudnya asas persamaan di hadapan hukum sebagaimana diamatkan UUD 1945.

METODE PELAKSANAAN PENGABDIAN

Merujuk dari permasalahan yang dialami mitra berkaitan dengan masalah hukum, Penulis sebagai pengurus Badan Mediasi dan Bantuan Hukum (BMBH), Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret memiliki sumber daya manusia untuk memberikan pendidikan hukum pada masyarakat baik yang bersifat prefentif maupun represif untuk menindaklajuti permasalahan yang sudah terjadi. Penulis memiliki pengalaman bekerja memberikan pelayanan bantuan hukum dengan menjalankan unit kerja Badan Mediasi dan Bantuan Hukum FH UNS, dan telah menjalankan program pengabdian pada masyarakat di Kelurahan Plesuangan dan Kelurahan Mojosongo berupa akses keadilan bagi masyarakat desa pada tahun 2012.

Program IBM ini mengedepankan pada 4 program berupa Penyuluhan Hukum, Konsultasi Hukum, Mediasi dan Bantuan Hukum.

a. Penyuluhan Hukum

Penyuluhan Hukum bertujuan untuk memberikan pemahaman dan sosialisasi terhadap masalah hukum yang sering terjadi di masyarakat sehingga masyarakat di Desa Sapen dan Desa Triagan memiliki kesadaran hukum untuk menaati hukum. Kegiatan ini bersifat prefentif, karena memberikan pemahaman hukum agar masyarakat tidak melakukan pelanggaran hukum. Tema penyuluhan hukum menyesuaikan dengan kebutuhan issue aktual yang muncul dan kebutuhan masyarakat. Penyuluhan hukum akan di selenggarakan 2 kali dengan narasumber dari BMBH FH UNS. Dengan diselenggarakan penyuluhan hukum ini diharapkan masyaraat di Desa Sapen dan Desa Triagan menjadi mengerti dan sadar untuk menaati hukum sehingga tercipta ketertiban dan keamanan di lingkungan Desa Sapen dan Desa Triagan.

b. Konsultasi Hukum

Konsultasi hukum dapat menjadi satu tahap persiapan atas suatu tindakan hukum maupun tindak lanjut untuk menyelesaikan suatu masalah. Masyarakat di Desa Sapen dan Desa Triagan dapat melakukan konsultasi hukum terhadap tidakan hukum yang telah atau akan

(6)

6 ia lakukan, maka pada tahap ini konsultasi hukum sebagai tindakan prefentif maupun represif agar seluruh tindakan hukum yang ia lakukan benar.

Apabila masyarakat di Desa Sapen dan Desa Triagan sedang mengalami masalah hukum, maka konsultasi sebagai tindakan mencari solusi terbaik dari masalah itu. Konsultasi hukum dilakukan dengan cara menganalisa masalah dan memberikan penjelasan hukum secara komprehensif dari permasalahan yang sedang dihadapi dan memberikan saran yang dapat dilakukan. BMBH tidak secara serta merta menangani seluruh permasalahan yang datang dari masyarakat, namun setelah dilakukan konsultasi hukum, diharapkan masyarakat dapat memahami langkah hukum apa yang dapat ia tempuh sendiri. Sehingga dengan konsultasi hukum, masyarakat juga dapat menambah pengetahuannya di bidang hokum dan mampu menyelesaikan masalahnya. Apabila masyarakat telah mencoba melakukan saran hukum yang diberikan pada saat konsultasi hukum tetapi tidak berhasil menyelesaikan permasalahan, maka tindakan yang dapat di tempuh adalah Bantuan Hukum.

BMBH akan membuka tempat Konsultasi hukum (Pos Bantuan Hukum/POSBAKUM) di wilayah Desa Sapen dan Desa Triagan, sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. Konsultasi hukum dapat dilakukan setiap hari jum’at. Apabila selain hari jum’at masyarakat Desa Sapen dan Desa Triagan ingin melakukan konsultasi hukum, dapat dilayani di kantor BMBH FH UNS.

c. Mediasi

Mediasi merupakan salah satu metode alternatif penyelesaian sengketa. Mediasi bisa jadi salah satu metode penyelesaian sengketa yang terbaik, karena didasarkan pada kesepakatan para pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan secara damai dengan perantara pihak ketiga yang netral (mediator), sehingga tercapai penyelesaian sama-sama menang (win-win solution). Pada tahap ini Penulis bertindak sebagai mediator yang aktif membatu pihak-pihak yang sedang bersengketa agar mencapai suatu kesepakatan perdamaian.

Seluruh anggota BMBH pada prinsipnya memiliki keahlian untuk menjadi seorang Mediator dan tidak memerlukan ijin khusus untuk menjadi mediator terhadap sengketa yang terjadi di masyarakat.

(7)

7 Bantuan hukum merupakan tindak lanjut dari kegiatan konsultasi hukum. Apabila masyarakat tidak dapat melaskanakan sendiri langkah hukum yang telah disarankan, maka diberikan bantuan hukum dengan cara memberikan kuasa kepada BMBH untuk menyelesaikan kasus tersebut. Selama kegiatan IBM ini, bantuan hukum diberikan dengan selektif kepada 2 kasus. BMBH memiliki SDM untuk menerima pemberian kuasa dikarenakan diantara anggota BMBH ada 3 orang yang memiliki ijin Advokat dai PERADI dan 2 orang calon Advokat serta mahasiswa Fakultas Hukum yang membantu dalam teknis penyelesaian kasus.

AKSES KEADILAN BAGI MASYARAKAT MISKIN

Konsep akses terhadap keadilan pada intinya berfokus pada dua tujuan dasar dari keberadaan suatu sistem hukum yaitu: 1) sistem hukum seharusnya dapat diakses oleh semua orang dari berbagai kalangan; dan 2) sistem hukum seharusnya dapat menghasilkan ketentuan maupun keputusan yang adil bagi semua kalangan, baik secara individual maupun kelompok. Ide dasar yang hendak diutamakan dalam konsep ini adalah untuk mencapai suatu keadilan sosial (social justice) bagi warga negara dari semua kalangan3.

Akses terhadap keadilan dalam di Indonesia diartikan sebagai keadaan dan proses di mana negara menjamin terpenuhinya hak-hak dasar berdasarkan UUD 1945 dan prinsip-prinsip universal hak asasi manusia, dan menjamin akses bagi setiap warga negara agar dapat memiliki kemampuan untuk mengetahui, memahami, menyadari dan menggunakan hak-hak dasar tersebut melalui lembaga-lembaga formal maupun nonformal, didukung oleh mekanisme keluhan publik yang baik dan responsif, agar dapat memperoleh manfaat yang optimal dan memperbaiki kualitas kehidupannya sendiri4. Sehingga akses terhadap keadilan mengandung tujuan pencegahan dan penanggulangan kemiskinan. Unsur penting dalam definisi ini adalah adanya kemampuan orang-orang dari kelompok marginal terhadap akses keadilan melalui institusi formal dan nonformal. Artinya, institusi keadilan negara dan masyarakat mendapat tempat yang sama sebagai penyedia keadilan bagi warga masyarakat, ketika mereka membutuhkan pemulihan hak.

Pemikiran mengenai akses terhadap keadilan akan lebih memiliki makna apabila digambarkan sebagai sebuah proses dalam rangka pemenuhan akses terhadap keadilan bagi

3 BAPPENAS, 2009, Strategi Nasional Akses Terhadap Nasional, BAPPENAS, Jakarta, hlm. 5. 4 Ibid

(8)

8 kelompok terpinggirkan. Dalam proses tersebut terdapat berbagai faktor yang saling berhubungan. Interaksi antar faktor dapat dijelaskan melalui kerangka konseptual yang disarikan dari berbagai temuan dan tulisan para ahli di bidang akses terhadap keadilan serta dokumen resmi organisasi internasional, sebagaimana digambarkan di bawah ini5:

Secara singkat, cakupan kerangka konseptual yang disarikan dari berbagai temuan dan tulisan para ahli di bidang akses terhadap keadilan serta dokumen resmi organisasi internasional dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kerangka hukum normatif yang mendukung akses terhadap keadilan. Kerangka hukum normatif merujuk pada terbentuknya payung hukum yang merumuskan hak dan kewajiban, merefleksikan kebiasaan dan menerima perilaku sosial. Hal ini mencakup hukum negara dan hukum yang hidup dalam masyarakat yang meliputi dengan tiga elemen, yaitu: (i) substansi peraturan; (ii) proses penyusunan dan mekanisme perubahan; dan (iii) pelaku dan lembaga yang terlibat dalam proses dan substansi;

5 Ibid, hlm, 9. Kerangka Normatif Kesadaran hukum Akses kepada forum yang sesuai Penanganan yang efektif terhadap masalah Penyelesaian yang memuaskan Kerangka normatif berbagai undangundang, prosedur, dan struktur administratif berada pada tempatnya dan dipahami oleh para pemilik klaim dan pengemban tugas. Para pemilik klaim mengetahui hukum dan hakhaknya yang dijamin oleh hukum dan mengetahui apa yang harus dilakukan sekiranya mereka menghadapi masalah. Para pemilik klaim mencari penyelesaian bagi masalah-masalah mereka melalui mekanismemekani sme yang sesuai dan masalah-masalah itu diterima oleh para pengemban t ugas. Para pengemba n tugas mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan untuk memberikan penyelesaian bagi masalah-masalah. Para pemilik klaim menerima penyelesaianpen yelesaian yang sesuai, sejalan dengan standarstandar HAM.

(9)

9 2. Kesadaran hukum, menyangkut peraturan, hak, kewajiban dan cara mengakses berbagai

alternatif penyelesaian masalah;

3. Akses kepada lembaga di mana kelompok miskin dapat menerjemahkan kesadaran hukum dalam upaya nyata sebagaimana dinyatakan dalam World Development Report 2006, “people’s legal rights remain theoretical if the institutions charged with enforcing them are inaccessible.” Ketika perbaikan peraturan pro-kelompok miskin mulai terbentuk, serta kesadaran hukum mulai meningkat, pada saat itulah lembaga penegakan hukum formal atau nonformal, harus sudah dapat diakses;

4. Administrasi hukum yang efektif baik melalui lembaga formal maupun nonformal. Elemen lain yang penting dalam strategi akses hukum dan keadilan adalah kinerja lembaga hukum formal. Masyarakat seharusnya percaya bahwa kinerja lembaga hukum adalah efisien, netral dan profesional. Lembaga hukum harus menerapan peraturan prosedur yang konsisten dan setara bagi berbagai status sosial masyarakat. Hal ini penting tidak hanya untuk menjamin kepuasan atas hasil akhir proses hukum untuk setiap kasus, tetapi juga untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap lembaga penegak hukum;

5. Pemulihan hak yang memuaskan yang mensyaratkan imparsialitas, tepat waktu, konsistensi norma, bebas korupsi dan intervensi politik, serta kesesuaian dengan norma dan standar hak asasi manusia nasional dan internasional;

6. Permasalahan mengenai kelompok miskin dan terpinggirkan merupakan permasalahan yang terdapat pada bagian akses terhadap keadilan yang lain;

7. Monitoring dan pengawasan yang akan mendukung transparansi dan akuntabilitas pada keenam bidang di atas6.

Tanggung jawab untuk menjamin terlaksananya akses keadilan bagi seluruh masyarakat Indonesia tidak dapat dibebankan seluruhnya kepada Negara. Fakultas Hukum sebagai lembaga pendidikan juga memiliki tanggung jawab untuk menjamin terlaksananya akses terhadap keadilan kepada seluruh golongan sebagai bentuk konkret dari pengabdian pada masyarakat. Penulis pun menyadari tanggung jawab tersebut, sehingga penulis melalui Badan Mediasi dan bantuan Hukum (BMBH) FH UNS pada tahun 2012 telah melaksanakan program kegiatan akses keadilan bagi masyarakat desa.

6 Ibid, hlm. 10.

(10)

10 Masyarakat desa menjadi salah satu kelompok masyarakat yang termarjinalkan dikarenakan letak geografis yang jauh dari fasilitas kota, tingkat ekonomi dan pendidikan yang cenderung lebih rendah dari masyarakat di perkotaan. Beberapa masyarakat desa yang memiliki masalah hukum ragu untuk konsultasi hukum kepada tanaga ahli (advokat) dikarenakan khawatir biaya yang tinggi, dan mereka memiliki kesibukan berupa pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan. Dengan penghasilan yang rendah, tetapi jika ditinggalkan maka mereka kehilangan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan tidak dapat mencukupi kebutuhannya. Sehingga BMBH FH UNS pada tahun 2012 menyelenggarakan program Pos Bantuan Hukum (POSBAKUM) yang terletak ditengah-tengah masyarakat yaitu di kantor Kelurahan Plesungan, Kecamantan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar untuk memudahkan masyarakat mengakses layanan POSBAKUM. Program ini kembali dilaksanakan pada tahun 2013 di Kantor Kepala Desa Triyagan, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.

Ada hubungan erat antara tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat setempatnya. Data BPS tahun 2012, 11,66 % masyarakat Indonesia masih hidup dibawah garis kemisinan, kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, seringkali mengenyampingkan pendidikan. Persoalannya memang begitu gawat, menyangkut banyak aspek. Tidak saja dalam proses peradilan, tetapi justru suatu proses pendidikan hukum (legal education): bagaimana menumbuhkan suatu kesadaran hukum (legal conciousness) agar masyarakat mengerti akan hak-hak dan kewajibannya dalam pergaulan hukum di masyarakat7. Proses pendidikan hukum ini bisa diartikan sebagai usaha untuk mengintrodusir nilai-nilai baru yang berguna tidak saja secara hukum, tetapi menyangkut banyak segi lain, lebih-lebih aspek ekonomis, terutama kalau kita hubungkan dengan kenyataan-kenyataan sosial, bahwa kita memang sedang menuju ke arah pertumbuhan ekonomi yang sejalan dengan pembagian pendapatan yang merata sesuai dengan sila keadilan sosial.

Pendidikan hukum pada masyarakat diawali dengan kegiatan penyuluhan hukum di dengan tema yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat. Penyuluhan hukum dihadiri oleh perangkat Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), dan perangkat desa dengan tema yang disesuaikan kebutuhan masyarakat setempat.

7 T. Mulya Lubis, 1973, Bantuan Hukum : Arti dan Perannya, Prisma No. 6 Tahun II, Desember 1973, hlm. 1. Diakses dari

http://ermanhukum.com/Makalah%20ER%20pdf/BANTUAN%20HUKUM%20ARTI%20DAN%20PERANANNY A.pdf, tanggal 1 Juni 2013.

(11)

11 Layanan POSBAKUM memiliki tujuan utama memberikan pendidikan hukum kepada masyarakat, sehingga nasihat hukum yang diberikan pada saat konsultasi berupa langkah konkret dan terperinci agar masyarakat dapat melaksanakan sendiri nasihat hukum tersebut. Dalam melaksanakan nasihat hukum, ada kalanya masyarakat menemukan kendala dan hambatan yang sebelumnya belum disampaikan. Maka masyarakat dapat melakukan konsultasi lanjutan untuk mencari solusi dari hambatan-hambatan tersebut. Apabila setelah beberapa kali konsultasi lanjutan, hambatan-hambatan tersebut masih belum dapat terselesaikan, maka diberikan bantuan hukum dengan mendamping secara langsung dalam penyelesaian masalah. Gambaran tentang proses konsulasi dan bantuan hukum dapat dilihat dari bagan berikut ini :

PELAYANAN KONSULTASI DAN BANTUAN HUKUM POSBAKUM KELURAHAN PLESUNGAN - FH UNS

Petugas pada POSBAKUM terdiri dan Dosen, Advokat dan mahasiswa. Masyarakat yang datang ke POSBAKUM diposisikan sebagai seorang klien yang akan dilayani oleh Konsultan Hukum yang bertugas di POSBAKUM. Klien akan menguraikan seluruh masalah yang dihadapinya disertai dengan menganalisa bukti-bukti yang dimiliki untuk mengasilkan nasihat hukum. Nasihat hukum yang diberikan berisi tentang analisa secara objektif, tidak selalu membela klien yang datang, apabila klien secara objektif diposisi yang bersalah maka analisa

Konsultasi Hukum

Kordinator

POSBAKUM

POSBAKUM

KLIEN

Nasihat Hukum

Klien melaksanakan

nasihat hukum

Bantuan Hukum

Prodeo

Konsultasi

lanjutan

Advokat membuat Laporan

perkembangan penanganan

perkara

PERKARA

SELESAI

Mediasi

Gagal

(12)

12 konsultan hukum harus menyatakan yang sebenarnya dan mengupayakan solusi terbaik bagi klien. Selain itu konsultan hukum akan memberikan nasihat hukum tentang langkah hukum secara konkret yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan masalah hukum yang dihadapi oleh klien, sehingga klien dapat melaksanakan sendiri nasihat hukum yang telah diberikan pada saat konsultasi hukum. Pemaparan nasihat hukum yang lengkap dan komprehensif akan memberikan dua manfaat sekaligus, yaitu dapat membantu klien penyelesaian masalah dan juga memberikan pendidikan hukum kepada masyarakat.

Adakalanya klien setelah berusaha melaksanakan nasihat hukum menemukan kendala yang tidak disampaikan sebelumnya, maka klien dapat melaksanakan konsultasi hukum lanjutan untuk mencari solusi dari kendala tersebut. Seluruh konsultasi yang telah dilaksanakan dilaporkan kepada kordinator POSBAKUM agar dapat dipantau dan dievaluasi seluruh pelaksanaan dan menilai apakah klien mampu melaksanakan sendiri nasihat hukum atau perlu bantuan hukum dalam penyelesaiannya.

Kordinator POSBAKUM dapat merekomendasikan langkah mediasi sebagai salah satu alternative penyelesaian sengketa. Mediasi merupakan salah satu metode terbaik dalam penyelesaian sengketa karena menghasilan penyelesaian yang sama-sama menang (win-win solution), tetapi mediasi tidak selalu berhasil apabila pihak-pihak yang bersengketa tetap bersikukuh pada pendiriannya masing-masing. Metode madiasi menuntut kesedian dari pihak-pihak yang bersengketa untuk mau bersama-sama bernegosiasi tentang kepentingan masing-masing, untuk itu untuk menentukan apakah metode mediasi akan digunakan memerlukan analisa terlebih dahulu tentang jenis sengketa yang dihadapi dan karakter dari masing-masing pihak. Apabila dalam analisa para pihak terbuka untuk negosiasi, maka mediasi menjadi rekomendasi yang harus dilaksanakan untuk menyelesaikan sengketa. Konsultan Hukum pada POSBAKUM akan berkedudukan sebagai pihak ketiga yang netral (mediator) untuk membantu mencari solusi yang sama-sama menang, tetapi pada prinsipnya para pihak sendirilah yang menyelesaikan sengketa tersebut. Apabila mediasi yang telah dilaksanakan gagal mencapai kesepakatan, maka Mediator akan memberikan rekomendasi kepada para pihak tentang solusi pemecahan masalah.

Klien yang telah berusaha melaksanakan nasihat hukum dalam proses konsultasi dan konsultasi lanjutkan dan tidak mampu melaksanakan secara sepenuhnya, maka KOSBAKUM

(13)

13 dapat memberikan bantuan hukum dengan menerima kuasa dari klien. Bantuan hukum dilaksanakan tanpa memumut biaya apapun dari pihak klien.

LABORATORIUM ILMU HUKUM

Masyarakat sering berpendapat bahwa apa yang dipelajari mahasiswa Fakultas Hukum berbeda dengan hukum dalam prakteknya. Maka mana yang benar, apakah teori pelajaran di Fakultas Hukum, atau praktek hukum yang benar? Kondisi yang ideal adalah teori dan praktek harus saling bersesuaian. Pembelajaran pada Fakultas Hukum di tingkat sarjana (S-1) lebih menekankan pada pembelajaran hukum positif (Das solen). Norma-norma hukum menjadi kurikulum wajib, tetapi bagaimana hukum hidup dimasyarakat tidak banyak dibahas. Sehingga seolah-olah menilai bahwa teori hukum berbeda dengan prakteknya.

Laboratorium ilmu hukum sebagai penunjang sarana pendidikan dan pengajaran terutama dalam peningkatan profesionalisme bidang hukum merupakan tempat bagi mahasiswa untuk menguji teori yang dipelajari dalam kelas untuk diterapkan dalam masyarakat. Keberadaan Laboratorium Ilmu Hukum menjadi jantung di Fakultas Hukum, yang dapat menguji teori (Das Solen) untuk dapat diaplikasikan dalam kehidupan yang nyata (Das Sain) sehingga dengan demikian hukum tidak hanya dipahami sebagai norma tertulis yang kaku, tetapi hidup dan berkembang seiring dengan dinamika perkembangan kehidupan masyarakat itu sendiri.

LEmbaga Bantuan Hukum (LBH) Kampus sebagai salah satu unit pada Laboratorium Ilmu Hukum dapat menjadi tempat bagi mahasiswa untuk memperoleh ilmu dan pengalaman di bidang hukum praktis. LBH Kampus memiliki tugas utama untuk memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat, baik yang bersifat sosialisasi hukum berupa penyuluhan hukum, sebagai upaya peningkatan pendidikan hukum juga sebagai upaya prefentif agar masyarakat tidak melanggar hukum yang berlaku. Selain itu LBH Kampus juga memberi konsultasi hukum dan bantuan hukum kepada masyarakat yang memiliki masalah hukum.

Tugas untuk penyuluhan hukum, konsultas hukum, dan bantuan hukum di LBH Kampus dapat dilaksanakan oleh dosen, alumni dan mahasiswa. Mahasiswa tersebut wajib lulus mata kuliah Hukum Acara Perdata, Hukum Acara Pidana, Hukum Acara Peradilan Agama dan Hukum Acara Tata Usaha Negara dan memperoleh pembekalan materi tentang strategi advokasi agar dapat melaksanakan tugas dengan baik. Penulis telah melaksanakan pada Badan Mediasi dan bantuan Hukum (BMBH) FH UNS dengan pengurus 15 orang dosen dan merekruit 4 orang

(14)

14 alumni yang memiliki ijin advokat, serta 20 orang mahasiswa. Tingkat kepercayaan masyarakat kepada BMBH FH UNS cukup tinggi, sehingga selama tahun 2012, telah melayani konsultasi hukum sebanyak 130 kasus dan bantuan hukum sebanyak 25 kasus baik perdata maupun pidana. Mahasiswa yang aktif pada kegiatan LBH Kampus merupakan bagian dari Pendidikan Hukum Klinis. Mahasiswa akan dihadapkan masalah hukum konkriet di masyarakat dan harus dapat menganalisa dan memberikan solusi dari masalah tersebut. Keberadaan mahasiswa wajib mendapat pendampingan dari alumni (advokat) dan/atau dosen, sehingga menjamin tugas yang dilaksanakan mahasiswa dapat dilaksanakan dengan baik. Hambatan mahasiswa dalam melaksanakan tugas ini adalah kepercayaan masyarakat terhadap potensi yang dimiliki oleh mahasiswa, dan juga Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Advokat. Sehingga mahasiswa hanya dapat memaksimalkan perannya pada penyelesaian sengketa non litigasi, sedangkan pada perkara litigasi peran mahasiswa hanya sebatas membahasan analisa kasus dan penyusunan dokumen persidangan.

Mahasiswa yang mengikuti kegiatan pendidikan hukum klinis di BMBH FH UNS pada umumnya memiliki pengetahuan, pengalaman dan kepercayaan diri yang lebih dibanding baik mahasiswa lain. Pengalaman belajar dalam menghadapi klien, lawan klien, atau aparat penegak hukum memberikan pengetahuan hukum dalam praktek (das sein), sehingga mahasiswa memiliki pengetahuan hukum secara teori dan praktiknya.

PENUTUP

Kelompok Masyarakat miskin dan masyarakat desa mesupakan salah satu kelompok masyarakat termarjinalkan, sehingga memiliki hak yang dilindungi oleh UUD 1945. Bagi masyarakat yang menghadapi masalah hukum, UUD 1945 mengamanatkan agar Negara memfasilitasi pemberian bantuan hukum secara prodeo kepada masyarakat tersebut. Peraturan Perundang-undangan tentang sistim peradilan juga mengatur hak bagi masyarakat untuk mendapatkan Bantuan hukum secara gratis untuk perkara-perkara tertentu untuk membeli perlindungan hukum kepada masyarakat. Bantuan hukum harus dilaksanakan oleh profesi Advokat yang juga memiliki kewajiban untuk memberikan bantuan hukum kepada masyarakat. Tetapi kewajiban melaksanakan bantuan hukum tidak dapat dibebankan sepenuhnya kepada profesi Advokat, Negara juga memiliki kewajiban untuk menjamin agar masyarakat mendapat bantuan hukum yang memadai, oleh karena itu Negara wajib menyadiakan anggaran yang

(15)

15 khusus diperuntukan pelaksanaan program bantuan hukum kepada masyarakat yang tidak mampu.

Fakultas Hukum dapat memanfaatkan laboratorium ilmu hukum sebagai sarana pembelajaran hukum klinis bagi mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman di bidang praktek hukum, sekaligus menjamin pemenuhan hak memperoleh bantuan hukum kepada masyarakat miskin sebagai bentuk akses terhadap keadilan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan dukungan dana pelaksanaan pengabdian masyarakat dengan skim Iptek Bagi Masyarakat (IbM) BOPTN Bach II, Kepala Desa Triyagan, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo yang telah bekerja sama melaksanakan program pengabdian masyarakat serta rekan-rekan Badan Mediasi dan Bantuan Hukum (BMBH) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret dalam melaksanakan program pengabdian pada masuarakat.

DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS, 2009, Strategi Nasional Akses Terhadap Nasional, BAPPENAS, Jakarta.

T. Mulya Lubis, 1973, Bantuan Hukum : Arti dan Perannya, Prisma No. 6 Tahun II, Desember 1973. Diakses dari

http://ermanhukum.com/Makalah%20ER%20pdf/BANTUAN%20HUKUM%20ARTI%20DAN

%20PERANANNYA.pdf, tanggal 1 Juni 2013.

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=23&notab=1, diakses tanggal 1 Juni 2013, pukul 10.00 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui pengurangan skor tingkat stres belajar siswa kelas X antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan konseling kelompok dengan

Kita menyelesaikan masalah pada contoh numerik dengan hasil yang memperlihatkan pada kedua kasus bahwa sehubungan dengan harga beli, buyer bersedia untuk membayar

Perlu ditekankan kembali bahwasanya, perdarahan pascapersalinan adalah penyebab paling sering terjadinya kematian pada ibu, yang terjadi dalam waktu 4

Informasi pendidikan berisi tentang satuan pendidikan yang terdiri dari Taman Kanak-kanak, Sekolah Luar Biasa, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah

sebesar 0,000 bagi sektor perkebunan, yang berarti jalan perdamaian ini tidak dimanfaatkan bagi sektor perkebunan. Jalan Perdamaian juga memiliki manfaat paling

Kayu yang memiliki penyusutan tinggi pada umumnya adalah jenis yang mempunyai dinding serat yang tebal dan kayu kumea batu mempunyai diding serat yang sangat tebal yaitu rata-rata

setelah ujicoba skala kecil maupun besar, agar dapat menghasilkan media yang berkualitas. Data kevalidan didapatkan dari dosen ahli media dan materi sebagai validator dari

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta analisis yang telah peneliti lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Dagadu Djokdja sebagai brand cinderamata alternatif melalui garda