217
Ni Putu Noni Suharyanti, S.H.,M.H. Urgensi …
URGENSI HALUAN NEGARA DALAM PEMBANGUNAN HUKUM NASIONAL BERBASIS KEARIFAN LOKAL
Oleh :
Ni Putu Noni Suharyanti, S.H.,M.H.
Fakultas Hukum Univeristas Mahasaraswati Denpasar
Abstract
Law is one of the objects of national development. The national law development both the formation or legal renewal activities require signs or guidelines that can maintain/direct the national law development in accordance with what is the purpose of the state. Clarity determines the purpose and direction of the national law development is an urgency, given the conditions of legal development in Indonesia which is still in the stage of looking for ideal forms and patterns. In order to achieve the ideal form and pattern, the development of a state must be established in a comprehensive system for the development to be directed, structured, and well planned and oriented towards the welfare of the society based on Pancasila and the Constitution 1945.
Indonesian society with its multicultural aspect has been known to have the values of local wisdom that always grow and develop in society. The realization of the value of local wisdom is reflected in the pattern of community behavior, culture, and local customs. Not infrequently, the values of local wisdom are used to overcome the problems of law and order in the area, so this can be a consideration in transforming the values of local wisdom into the national law development. Through the direction of the state, the national law development plan can still pay attention to the values of local wisdom, as a step or strategy to realizing legal justice, certainty, and legal expediency.
Keywords : The Direction of the State, The National Law Development, Local Wisdom.
Abstrak
Hukum merupakan salah satu objek pembangunan nasional. Pembangunan hukum nasional baik itu kegiatan pembentukan maupun pembaharuan hukum membutuhkan rambu-rambu atau pedoman yang dapat menjaga/mengarahkan pembangunan hukum nasional sesuai dengan apa yang menjadi tujuan negara. Kejelasan menentukan tujuan dan arah pembangunan hukum nasional menjadi sebuah urgensi, mengingat kondisi pembangunan hukum di Indonesia yang masih dalam tahap mencari bentuk dan pola yang ideal. Dalam rangka mencapai bentuk dan pola ideal tersebut, maka pembangunan suatu negara wajib ditetapkan dalam suatu sistem yang komprehensif agar pembangunan berjalan secara terarah, terstruktur, dan terencana dengan baik serta berorientasi kepada kesejahteraan masyarakat yang berlandaskan atas Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
Masyarakat Indonesia dengan aspek multikulturalnya telah dikenal memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang senantiasa tumbuh dan berkembang di masyarakat. Perwujudan nilai kearifan lokal tersebut tercermin dalam pola perilaku
218
Ni Putu Noni Suharyanti, S.H.,M.H. Urgensi …
masyarakat, kebudayaan, maupun adat-istiadat setempat. Tidak jarang, nilai-nilai kearifan lokal digunakan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan hukum dan ketertiban di daerahnya, sehingga hal ini dapat menjadi pertimbangan dalam mentransformasikan nilai-nilai kearifan lokal ke dalam pembangunan hukum nasional. Melalui haluan negara, maka perencanaan pembangunan hukum nasional tetap dapat memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Indonesia sebagai langkah atau strategi dalam mewujudkan keadilan, kepastian, dan kemanfaatan hukum.
Kata Kunci : Haluan Negara, Pembangunan Hukum Nasional, Kearifan Lokal. 1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara Kepulauan yang dihuni sekitar 255
juta penduduk yang mendiami
daerah tertentu dengan beragam tradisi, adat-istiadat, kepercayaan, bahasa, kesenian dan tata kelakuan,
sehingga masyarakat Indonesia
dikenal sebagai masyarakat yang multikultural. Di dalam masyarakat yang multikultural terdapat suatu tatanan atau aturan yang berlaku yang ditaati dan mengikat seluruh masyarakat dalam suatu daerah tertentu. Tatanan atau aturan yang berlaku atau hidup dalam suatu masyarakat di daerah tertentu itulah
disebut dengan hukum adat.
Eksistensi hukum adat beserta
hak-hak tradisional masyarakat di
Indonesia telah diakui secara
konstitusional. Pasal 18 B ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa “negara mengakui dan
menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih
hidup dan sesuai dengan
perkembangan dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
diatur dalam undang-undang”.
Selanjutnya, dalam Pasal 28 I ayat
(3) UUD NRI Tahun 1945
dinyatakan bahwa “identitas budaya dan hak masyarakat tradisional
dihormati selaras dengan
perkembangan jaman dan
peradaban”. Tidak hanya pada UUD NRI Tahun 1945, beberapa peraturan
perundang-undangan lainnya
mengakui eksistensi hukum adat di Indonesia seperti dalam Pasal 6 ayat (1) dan (2) UU RI No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, UU RI No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan lain-lain.
Hukum adat dalam kenyataanya
kearifan-219
Ni Putu Noni Suharyanti, S.H.,M.H. Urgensi …
kearifan lokal. Kearifan lokal sendiri dimaknai sebagai nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat atau nilai-nilai, norma,
hukum dan pengetahuan yang
dibentuk oleh ajaran agama,
kepercayaan-kepercayaan, tata nilai
tradisional, dan
pengalaman-pengalaman yang diwariskan oleh leluhur yang akhirnya membentuk
sistem pengetahuan lokal yang
digunakan untuk memecahkan
permasalahan-permasalahan sehari-hari oleh masyarakat. Selama ini, kearifan lokal dianggap mampu
menjawab tantangan dan
permasalahan kehidupan di
masyarakat, misalnya saja kearifan lokal masyarakat Bunaken Manado
menggunakan kearifan lokalnya
untuk menjalankan manajemen
spasial dan sumber daya bencana alam, masyarakat Keboromo Jawa Tengah yang menggunakan kearifan lokalnya untuk mengatasi masalah
korupsi di desanya, kemudian
masyarakat di Bantaeng, Pinrang dan
Gowa Sulawesi Selatan
menggunakan kearifan lokalnya
untuk membantu Kepolisian
mengatasi kejahatan yang terjadi di
wilayahnya, dan lain-lain.1
Pembangunan suatu negara
menyangkut seluruh aspek bidang kehidupan negara baik di bidang hukum, ekonomi, politik (politik dalam negeri, hubungan luar negeri, penyelenggara negara, komunikasi, serta informasi dan media massa),
agama, pendidikan, sosial dan
budaya (kesehatan dak kesejahteraan sosial, kebudayaan, kesenian, dan pariwisata, kedudukan dan peranan perempuan, pemuda dan olahraga), pembangunan daerah, sumber daya
alam dan lingkungan hidup,
pertahanan dan keamanan. Karl Mannheim dalam Satjipto Rahardjo pada intinya menyatakan bahwa pembangunan di bidang hukum
berarti mengusahakan keserasian
yang lebih mantap antara ketertiban dan ketenteraman. Satjipto Rahardjo sendiri mengemukakan bahwa pada
dasarnya pembangunan hukum
mengandung dua makna sekaligus,
yaitu pertama, usaha untuk
1
Satjipto Rahardjo, 2009, Hukum
dan Perubahan Sosial: Suatu Tinjauan Teoritis Serta Pengalaman-Pengalaman di Indonesia, Genta Publishing, Yogyakarta, h.
220
Ni Putu Noni Suharyanti, S.H.,M.H. Urgensi …
memperbaharui hukum positif
sehingga sesuai dengan kebutuhan untuk melayani masyarakat pada
tingkat perkembangannya yang
mutakhir (modernisasi hukum) dan
kedua, sebagai usaha untuk
memfungsional hukum dalam masa pembangunan, yaitu dengan cara
turut mengadakan
perubahan-perubahan sosial sebagaimana
dibutuhkan oleh suatu masyarakat
yang sedang membangun.2
Sebagaimana pembangunan
pada aspek bidang lainnya sudah seharusnya pembangunan hukum nasional mempertimbangkan aspek multikultural atau kearifan lokal suatu masyarakat. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Bernard L sebagaimana dikutip oleh Hendra Wahanu Prabandani, membuktikan
bahwa “hukum positif/hukum
nasional bahkan menjadi beban
sebagian masyarakat lokal”.3
Pembangunan hukum yang
2
Ibid.
3
Hendra Wahanu Prabandani, 2011, “Pembangunan Hukum Berbasis
Kearifan Lokal”,
http://birohukum.bappenas.go.id/data/data_a rtikel_jdih/PEMBANGUNAN%20HUKUM %20BERBASIS%20KEARIFAN%20LOK AL.pdf, diakses pada tanggal 10 Maret 2017.
mengabaikan fakta kemajemukan masyarakat justru dapat menjadi pemicu terjadinya dilema bahkan
konflik antara hukum nasional
dengan nilai-nilai yang hidup di
masyarakat. Masyarakat
menganggap bahwa pembangunan hukum di Indonesia masih dominan pada sistem hukum nasional dan kurang memberi perhatian pada nilai kearifan lokal atau nilai-nilaiyang hidup di masyarakat. Pembangunan di segala aspek bidang kehidupan termasuk bidang hukum
tentunya bertujuan untuk
meningkatkan taraf hidup
masyarakat menjadi lebih baik. Demi tercapainya tujuan tersebut, maka perlu adanya rambu-rambu atau
pedoman yang dapat
menjaga/mengarahkan pembangunan tersebut sesuai dengan hajat dan
martabat manusia/masyarakat
negara.4 Maka dengan demikian,
sudah sewajarnya Pemerintah
4M. Hasbi Arbi, Juni 2013, “UUD
1945 dan GHBN sebagai Kendali Yuridis dan Politis dalam Pembangunan Nasional”, http://download.portalgaruda.org/article.php ?article=261199&val=7047&title=UUD194 5%20DAN%20GBHN%20SEBAGAI%20K ENDALI%20YURIDIS%20DAN, Jurnal Variasi Vol. 4 No. 12, diakses pada tanggal 10 Maret 2017.
221
Ni Putu Noni Suharyanti, S.H.,M.H. Urgensi …
Indonesia memiliki sebuah haluan negara yang nantinya dapat dijadikan sebagai arah, pedoman atau dasar dalam penyelenggaraan negara dan
mewujudkan pembangunan yang
diinginkan termasuk mewujudkan pembangunan hukum nasional yang
tetap memperhatikan dan
mengakomodir nilai-nilai kearifan lokal masyarakat (berbasis kearifan lokal).
2. PEMBAHASAN
A. Kondisi Pembangunan Hukum di Indonesia
Pembangunan secara umum
merupakan proses perubahan yang
terarah serta dilakukan secara
kontinyu untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma tertentu atau dengan kata lain merupakan proses perubahan ke arah keadaan yang lebih baik. Dalam
suatu pembangunan, tentunya
terdapat pertimbangan nilai atau orientasi nilai yang menguntungkan.
Dengan demikian, maka
pembangunan nasional dapat
diartikan sebagai suatu usaha
peningkatan kualitas manusia dan
masyarakat Indonesia yang
dilakukan secara berkelanjutan,
berlandaskan kemampuan nasional,
dengan memanfaatkan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta memperhatikan
tantangan perkembangan global,
yang dalam pelaksanaannya
mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang
berdaulat, mandiri, berkeadilan,
sejahtera, maju, dan kukuh kekuatan moral dan etikanya.
Pembangunan hukum pada
intinya berarti membangun suatu tata
hukum beserta perangkat yang
berkaitan dengan tegaknya
kehidupan tata hukum tersebut. Tegaknya kehidupan tata hukum di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik itu faktor substansi hukum, masyarakat, penegak hukum, budaya hukum, sarana prasarana dan sebagainya, sehingga pembangunan
hukum tidak hanya dipandang
sebagai sebuah upaya untuk
membangun hukum positif saja melainkan bagaimana agar hukum
tersebut mencerminkan nilai
keadilan, kepastian, dan
kemanfaatan.Pasang surut dan
222
Ni Putu Noni Suharyanti, S.H.,M.H. Urgensi …
Indonesia telah memberikan banyak pelajaran dalam mewujudkan tujuan negara.Setelah rezim Orde lama di gantikan rezim Orde Baru, dimulai
era baru pembangunan hukum
dengan diakomodasinya pendapat Rescoe Pound yaitu law as tool of social engineering (hukum adalah sebagai alat rekayasa masyarakat)
yang dimofikasi oleh Muchtar
Kusumaatmadja dengan istilah
“hukum sebagai alat pembaharuan masyarakat”.
Pada zaman Era Orde Baru ini, pembangunan hukum masih menjadi subsistem dari pembangunan politik. Keadaan itu baru berubah pada
sekitar tahun 1993, dimana
pembangunan hukum ditempatkan
sebagai subsistem pembangunan
nasional yang mandiri, tetapi
pengaruh dan intervensi politik terhadap pembangunan hukum sudah
terlanjur kuat.Tekait dengan
pembangunan hukum pada kedua era rezim itu, Natabaya mengungkapkan, bahwa dengan diadopsinya pendapat Muchtar Kusumaatmadja, bahwa
hukum adalah sebagai sarana
pembangunan, maka pandangan
Mazhab Sejarah Von Savigny
ditinggalkan. Dengan demikian
adagium tradisional yang berbunyi “het recht ging achter de faiten aan” sejak tahun 1974 telah ditinggalkan dan menunju ke adagium baru yaitu hukum sebagai alat rekayasa sosial
dan berjalan didepan untuk
mengubah masyarakat dari
kehidupan yang tidak/kurang baik ke
kekehidupan yang lebih baik
(sejahtera).
Konsep pembangunan hukum
dimana hukum sebagai sarana
pembaharuan masyarakat harus
terhenti, sejalan dengan terjadi
reformasi pada tahun 1998.
Pembangunan hukum dalam
Pembangunan Nasional Jangka
Panjang ketiga (1995-2020) dimana
pembangunan hukum telah
dirumuskan dalam suatu Kerangka pembangunan Hukum Nasional”, harus terhenti dan GBHN yang disusun pada zaman Orde Baru tidak lagi berfungsi sebagai sebelumnya.
Dari fakta pada dua rezim
pemerintahan yang pernah berkuasa di Indonesia terlihat dengan jelas,
pembangunan hukum bukanlah
sekedar pembangunan hukum, tetapi sekaligus pertarungan aliran atau
223
Ni Putu Noni Suharyanti, S.H.,M.H. Urgensi …
paham hukum. Disisi lain
kepentingan politik atau intervensi politik terus memaikan taringnya,
meskipun kemudian hukum
ditempatkan sebagai sub-sistem
pembangunan nasional yang mandiri.
Pembangunan hukum di
Indonesia saat ini sedang dihadapan pada keadaan tidak “menentu”. Mencermati kondisi pembangunan
hukum di Indonesia tersebut
bahwasannya baik dalam
pembentukan maupun pembaharuan hukumnya boleh dikatakan masih dalam tahap mencari bentuk dan pola yang ideal. Dalam artian, di dalam pembangunan hukum nasional di Indonesia sampai saat ini masih terjadi perubahan sosial menuju ke arah modernisasi yang dikemas dalam proses legislasi yang teratur
dan berkesinambungan dengan
memasukkan aspek sosiokultural
yang mendukung arah perubahan tersebut. Tidak dipungkiri bahwa dalam pembangunan hukum nasional saat ini, tuntutan perkembangan jaman menjadi sebuah hal yang penting dan dianggap berpengaruh. Sebagian kalangan menginginkan perkembangan hukum yang sesuai
dengan perkembangan jaman
(bersifat dinamis), karena hukum yang dinamis dianggap sudah pasti mencerminkan kebutuhan hukum masyarakat. Pembangunan hukum harus harmonis dengan tuntutan
global namun tidak boleh
meninggalkan nilai-nilai kepribadian
bangsa. Pada masa reformasi
khususnya dalam pemerintahan
2009-2014, strategi pembangunan
hukum nasional secara yuridis
mengacu pada UU RI No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 atau yang sering dikenal dengan istilah RPJPN. Dalam Bab II huruf G Lampiran UU RI No. 17 Tahun 2007 tersebut dijabarkan bahwa upaya perwujudan sistem hukum nasional dalam era reformasi terus dilanjutkan dengan meliputi
pembangunan substansi hukum,
penyempurnaan struktur hukum yang
lebih efektif, dan peningkatan
keterlibatan ke seluruh komponen
masyarakat yang mempunyai
kesadaran hukum tinggi untuk
mendukung pembangunan sistem hukum nasional yang dicita-citakan.
224
Ni Putu Noni Suharyanti, S.H.,M.H. Urgensi …
Dalam pembangunan bidang
hukum di Indonesia, terjadi
perkembangan yang kontroversial, disatu pihak produk materi hukum, pembinaan aparatur, sarana dan
prasarana hukum menunjukkan
peningkatan, namun di pihak lain tidak diimbangi dengan peningkatan integritas moral dan profesionalisme aparat hukum, kesadaran hukum, mutu pelayanan serta tidak adanya
kepastian dan keadilan hukum
sehingga mengakibatkan supremasi hukum belum dapat diwujudkan. Tekad untuk memberantas segala
bentuk penyelewengan sesuai
tuntutan reformasi seperti korupsi,
kolusi, nepotisme (KKN) serta
kejahatan ekonomi keuangan dan penyalahgunaan kekuasaan belum diikuti langkah-langkah nyata dan kesungguhan pemerintah serta aparat penegak hukum dalam menerapkan dan menegakkan hukum, terjadinya
campur tangan dalam proses
peradilan, serta tumpang tindih dan kerancuan hukum mengakibatkan terjadinya krisis hukum. Kondisi
hukum yang demikian
mengakibatkan perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia di
Indonesia masih memprihatinkan
yang terlihat dari berbagai
pelanggaran hak asasi manusia, antara lain dalam bentuk tindak
kekerasan, diskriminasi, dan
kesewenang-wenangan.
B. Pembangunan Hukum
Nasional Berbasis Kearifan Lokal
Pembangunan bukan hanya tugas dan tanggung jawab pemerintah juga menjadi tanggung jawab rakyat Indonesia, oleh karena pembangunan diselenggarakan demi kepentingan rakyat seluruhnya dan agar supaya pembangunan yang dilaksanakan itu
sejalan dengan lancar maka
dibutuhkan peranan seluruh rakyat Indonesia secara positif dan aktif.
Pembangunan pada hakekatnya
adalah proses perubahan yang terus menerus yang merupakan kemajuan dan perbaikan menuju ke arah tujuan yang ingin dicapai bangas Indonesia.
Demikian halnya dengan
pembangunan hukum. Hukum dapat
berperan sebagai objek
pembangunan dalam rangka
mewujudkan hukum yang ideal sesuai dengan nilai-nilai yang hidup di masyarakat. Hal ini sesuai dengan
225
Ni Putu Noni Suharyanti, S.H.,M.H. Urgensi …
pandangan dari aliran sosiological jurisprudence, bahwa hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat.5 Agar hukum sesuai
dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, maka hukum tersebut harus digali dari masyarakat itu sendiri, sebagaimana diungkapkan oleh Von Savigny dalam aliran hukum sejarah yang mengemukakan bahwa hukum bersumber pada jiwa rakyat (volkgeist) yang tumbuh dan
berkembang bersama masyarakat.6
Hukum akan senantiasa
berkembang sejalan dengan
perkembangan zaman tanpa
meninggalkan nilai-nilai yang hidup di masyarakat. Untuk mengikuti
perkembangan masyarakat itulah
hukum harus senantiasa diperbaharui atau dibangun secara berkelanjutan.
Nilai-nilai kearifan lokal dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam
pembaharuan atau pembentukan
hukum. Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya bahwasannya Indonesia
5
Teguh Prasetyo dan Arie Purnomosidi, 2014, Membangun Hukum
Berdasarkan Pancasila, Nusa Media, Bandung, h. 142.
6
Ibid.
memiliki banyak nilai kearifan lokal, dimana wujud nilai kearifan lokal tersebut bisa kita temui dalam pola perilaku masyarakat di suatu daerah tertentu, kebudayaan, adat istiadat, kepercayaan, kesenian, dan lain-lain.
Nilai-nilai kearifan lokal telah
menjadi suatu norma yang mengikat masyarakat setempat, sehingga nilai inilah yang sebenarnya tidak boleh ditinggalkan karena merupakan nilai luhur masyarakat setempat yang
merupakan ciri khas dari
keanekaragaman di Indonesia.
Pembangunan hukum nasional sangatlah penting bagi masa depan hukum di Indonesia sehingga nilai keadilan, kepastian, dan kemanfaatan benar-benar terwujud. Sebagai obyek
pembangunan, hukum harus
dipandang sebagai keseluruhan dari sistem, sehingga sebagai obyek
pembangunan hukum nasional
dianggap sebagai suatu sistem karena terdiri dari sejumlah unsur atau komponen atau fungsi/variable yang saling mempengaruhi dan terkait satu sama lain oleh satu atau beberapa asas. Di samping itu, asas utama yang mengaitkan semua unsur atau komponen hukum nasional adalah
226
Ni Putu Noni Suharyanti, S.H.,M.H. Urgensi …
Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945, disamping sejumlah asas
hukum yg lain yang berlaku
universal maupun lokal atau di dalam
dan bagi disiplin hukum tertentu.7
Sebagai satu kesatuan sistem, di dalam hukum nasional terdapat tiga elemen yaitu substansi hukum (legal substance), struktur hukum (legal structure), dan budaya hukum (legal culture). Sebagai obyek pembangunan, maka ketiga elemen tersebut saling terkait dan tidak dapat
dipisahkan serta saling
mempengaruhi satu sama lain.
Mengutip apa yang
dikemukakan oleh Sunaryati
Hartono, bahwa ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam
rangka pembangunan hukum
nasional yaitu8 :
a. Hukum nasional harus merupakan lanjutan (inklusif modernisasi)
dari hukum adat, dengan
pengertian bahwa hukum nasional
7
Wicipto Setiadi, 2012, Arti Penting Lembaga-Lembaga Hukum di Indonesia Dalam Merespon Perubahan Sosial, Dialektika Pembaharuan Sistem
Hukum Indonesia, Komisi Yudisial Republik Indonesia, h. 66.
8
Cahyo Nugroho, 2014, https://www.academia.edu/17460704/Huku mAdat, diakses pada tanggal 10 Maret 2017.
harus berjiwa Pancasila.
Maknanya, jiwa dari kelima sila Pancasila harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia di masa sekarang dan sedapat-dapatnya juga di masa yang akan datang.
b. Hukum nasional Indonesia bukan
hanya akan berkisar pada
persoalan pemilihan
bagian-bagian antara hukum adat dan hukum barat, melainkan harus terdiri atas kaidah-kaidah ciptaan
baru yang sesuai dengan
kebutuhan dalam menyelesaikan persoalan yang baru pula.
Selain hal-hal di atas,
pembentukan peraturan hukum
nasional hendaknya ditentukan
secara fungsional. Dalam artian, aturan hukum yang baru itu secara
substansial harus benar-benar
memenuhi kebutuhan masyarakat. Selanjutnya, hak atau kewajiban yang hendak diciptakan itu juga sesuai dengan tujuan kita untuk mencapai masyarakat yang adil dalam kemakmuran serta makmur dalam berkeadilan.
227
Ni Putu Noni Suharyanti, S.H.,M.H. Urgensi …
C. Urgensi Haluan Negara dalam
Pembangunan Hukum
Nasional Berbasis Kearifan Lokal
Pembangunan hukum yang
berbasisikan kearifan lokal
sebenarnya merupakan
pembangunan hukum yang memiliki makna progresif sekaligus adaptif. Pembangunan bermakna progresif karena sifatnya yang selalu aktif memperbaharui hukum menuju ke
arah yang diinginkan oleh
masyarakat dan usahanya untuk
mengadakan perubahan-perubahan
sosial. Sedangkan adaptif karena usahanya untuk untuk melayani
masyarakat pada tingkat
perkembangannya yang mutakhir. Von Savigny pernah mengajarkan bahwa hukum mengikuti volkgeist dari masyarakat tempat hukum itu berlaku, karena volkgeist
masing-masing masyarakat berlain-lainan.9
Demikian juga dengan hukum adat di Indonesia yang timbul dari suatu kebutuhan hidup yang nyata, cara hidup dan pandangan hidup yang
keseluruhannya merupakan
9
Bushar Muhammad, 1978,
Asas-Asas Hukum Adat, Pradnya Paramita,
Jakarta, h.40.
kebudayaan masyarakat tempat
hukum adat itu berlaku.
Sebagaimana diuraikan pada sub bab sebelumnya bahwa filosofi yang dianut dalam pembangunan hukum nasional selama kurang lebih 40
tahun yaitu konsep hukum
pembangunan yang menempatkan
peranan hukum sebagai sarana
pembaharuan masyarakat. Dalam konsep yang demikian, pelaksanaan pembangunan hukum mempunyai fungsi sebagai pemelihara dalam ketertiban dan keamanan, sebagai sarana pembangunan, sebagai sarana
penegak keadilan, dan sebagai
saranan pendidikan masyarakat. Di samping itu, pembangunan hukum juga dimaknai sebagai sarana untuk mencapai tujuan negara. Oleh karena
itu, kerangka formal bagi
pembangunan hukum nasional
haruslah didasarkan pada Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945, sehingga setiap bidang hukum yang akan dibangun merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang terdiri dari sejumlah peraturan perundang-undangan, yurisprudensi maupun hukum kebiasaan, wajib bersumber pada Pancasila dan UUD NRI Tahun
228
Ni Putu Noni Suharyanti, S.H.,M.H. Urgensi …
1945. Unsur-unsur kearifan lokal dapat ditransformasikan atau menjadi bagian dari bidang-bidang hukum dalam sistem hukum nasional yang akan berkembang dalam bidang masing-masing.
Haluan negara atau yang dulu dikenal dengan sebutan Garis Besar Haluan Negara (GBHN), merupakan
sebuah sistem perencanaan
pembangunan nasional yang lahir atas kesepakatan bersama sebagai
penjabaran tujuan negara yang
tertuang dalam pembukaan UUD 1945. Dengan kata lain, GBHN
adalah haluan negara tentang
penyelenggaraan negara dalam
garis-garis besar sebagai pernyataan
kehendak rakyat secara menyeluruh dan terpadu yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) untuk lima tahun guna mewujudkan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan. GBHN ditetapkan dengan maksud memberikan arah
penyelenggaraan negara dengan
tujuan mewujudkan kehidupan yang
demokratis, berkeadilan sosial,
melindungi hak asasi manusia,
menegakkan supremasi hukum
dalam tatanan masyarakat dan
bangsa yang beradab, berakhlak mulia, mandiri, bebas, maju dan sejahtera untuk kurun waktu lima tahun ke depan. GBHN disusun atas dasar landasan idiil Pancasila dan landasan Konstitusional UUD Tahun 1945. Dengan adanya GBHN ini maka diharapkan setiap adanya penggantian pemerintah sudah ada pegangan atau pedoman dalam pembangunan di segala aspek bidang
kehidupan, lain halnya dengan
RPJPN yang merupakan perencanaan
pembangunan nasional dari
pemerintahan dan cenderung mudah berubah seiring dengan pergantian pemerintahan.
Suatu perencanaan
pembangunan yang tidak konsisten dan mudah berubah berganti sulit untuk mewujudkan tujuan negara sebagaimana yang diharapkan karena selalu dihadapkan pada arah yang berubah-ubah, bahkan berpotensi kehilangan arah. Mengutip pendapat
Mahfud MD dalam Seminar
Nasional yang dilaksanakan di
Fakultas Hukum Universitas Jember,
bahwasannya Indonesia masih
memerlukan haluan negara karena akhir-akhir ini banyak yang menilai
229
Ni Putu Noni Suharyanti, S.H.,M.H. Urgensi …
jalannya pemerintahan Indonesia
salah arah, sudah tidak sesuai lagi dengan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.GBHN dalam fungsinya sebagai visi misi bangsa Indonesia berguna untuk menentukan arah pembangunan nasional. Jadi, semua pembangunan Indonesia terarah dan terancang jelas di dalam GBHN.
Penjalanan pembangunan oleh
Presiden pun tidak akan melenceng dari GBHN karena prosesnya akan
dipertanggung jawabkan kepada
MPR. Didalam GBHN ini juga
menunjukkan apa saja yang
dibutuhkan oleh masyarakat secara
umum karena pembuatannya
dilakukan dengan meninjau
kebutuhan dan masalah di
masyarakat. Di samping itu,
kebutuhan haluan negara tidak lain adalah upaya menghadirkan kembali sistem perencanaan yang bersifat holistik dan jangka panjang yang mencerminkan keinginan seluruh rakyat Indonesia.
GBHN telah dihapus semenjak zaman reformasi bergulir. Setelah zaman reformasi bergulir, MPR bukanlah lagi menjadi lembaga tertinggi negara, melainkan sejajar
dengan lembaga lainnya dalam teori trias politica. Sehingga MPR tidak perlu lagi membuat GBHN yang
akan dilaksanakan dan
dipertanggung jawabkan oleh
Presiden. Di samping itu, GBHN dihapus karena adanya amandemen UU yang menghasilkan penguatan daerah otonom berdasarkan UU hasil amandemen yaitu UU RI No. 22 Tahun 1999 dan UU RI No. 25 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU RI Nomor 32 Tahun 2004 dan UU RI No. 33 Tahun 2004,
sehingga pembangunan nasional
direncanakan oleh Presiden dan
berdasarkan UU dan Peraturan
Presiden dan bukan oleh MPR lagi. Urgensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “keharusan yang mendesak atau hal
yang sangat penting”.10
Maka makna
urgensi haluan negara dalam
pembangunan hukum nasional yang berbasis kearifan lokal adalah haluan negara sebagai hal yang mendesak atau hal yang sangat penting untuk
segera diberlakukan kembali
10
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Versi Online/Daring (Dalam Jaringan), http://kbbi.web.id/urgensi, diakses pada tanggal 10 Maret 2017.
230
Ni Putu Noni Suharyanti, S.H.,M.H. Urgensi …
mengingat haluan negara memiliki
peran penting dalam hal
pembangunan hukum nasional di Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai kepribadian bangsa Indonesia (Pancasila). Dalam haluan negara itulah nantinya pembangunan hukum nasional akan terarah dan sesuai dengan nilai kepribadian bangsa Indonesia. Dalam wacana tentang
perlunya haluan negara yang
disampikan oleh Ravik Rasidi,
ditekankan bahwa kebutuhan akan
haluan negara menjadi penting
karena beberapa alasan yaitu11 :
a. Pertama, alasan historis, dimana upaya menyusun haluan negara (GBHN) pada dasarnya telah
dilakukan sejak awal
kemerdekaan sebagai bagian dari
model perencanaan ekonomi
yang diamanatkan Pasal 33 UUD 1945.
b. Kedua, alasan hukum, dimana
sistem yang dibuat untuk
menggantikan peran haluan
11
Universitas Sebelas Maret, 2016, “Inspirasi dan Gagasan Akademisi Peduli Bangsa Wacana Perlunya Haluan Negara”, https://uns.ac.id/id/uns-
berkarya/wacana-perlunya-haluan-negara.html, diakses pada tanggal 10 Maret 2017.
negara (GBHN), yakni sistem
perencanaan pembangunan
nasional seperti berjalan tidak efektif.
c. Ketiga, alasan politik, dimana solusi atas segala persoalan yang dialami Indonesia tidak bisa dicari dari luar. Bangsa ini hanya
bisa bergerak maju setelah
bangsa ini mampu mengenali dirinya sendiri. Dengan adanya
haluan negara, pengawasan
jalannya pembangunan juga
semestinya lebih kuat.
d. Keempat, alasan sosio-ekonomi,
dimana setiap pembangunan
harus berkelanjutan terutama
menyangkut infrastruktur dalam
skala nasional. Belum
tercapainya maksud
pembangunan ekonomi
sebagaimana amanat konstitusi
adalah terutama karena
penyimpangan kiblat
pembangunan dari roh dan jiwa konstitusi.
Dalam wacananya, Ravik Rasidi juga mengemukakan bahwa pada intinya ketiadaan haluan negara menghilangkan aspek yang paling penting dalam proses perencanaan
231
Ni Putu Noni Suharyanti, S.H.,M.H. Urgensi …
yakni absennya “strategi ideologi
pembangunan”. Sebagai sebuah
strategi ideologi pembangunan,
haluan negara akan bersifat dinamis. Haluan negara akan selalu di bahas lima tahun sekali oleh seluruh anggota MPR yang merupakan
representasi seluruh rakyat
Indonesia. Dalam Sidang Umum MPR, para wakil rakyat bisa secara
terbuka membahas kembali
bagaimana arah jangka panjang bangsa ini akan dibawa. Landasan atau yang menjadi dasar penyusunan GBHN dalam TAP MPR No. II/MPR/1993 yaitu Pancasila sebagai landasan idiil dan UUD 1945 sebagai
landasan konstitusional. Dengan
demikian, maka dapat dikatakan bahwa haluan negara merupakan pengamalan nilai-nilai Pancasila, karena keseluruhan semangat, arah,
dan gerak pembangunan
dilaksanakan sebagai pengamalan semua sila Pancasila secara serasi dan sebagai kesatuan yang utuh yang meliputi pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, pengamalan sila
Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab, pengamalan Sila Persatuan
Indonesia, pengamalan sila
Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan
pengamalan sila Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Sebagai pengamalan nilai-nilai
Pancasila, maka pembangunan
hukum nasional maupun
pembangunan di bidang-bidang
lainnya yang tercantum dalam haluan
negara merupakan pembangunan
Indonesia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat Indonesia
seluruhnya, dengan Pancasila
sebagai dasar, tujuan, dan pedoman
pembangunan nasional.
Pembangunan nasional dilaksanakan merata di seluruh tanah air dan tidak hanya untuk suatu golongan atau sebagian dari masyarakat tetapi untuk seluruh masyarakat serta harus benar-benar dapat dirasakan seluruh rakyat sebagai perbaikan tingkat hidup yang berkeadilan sosial, yang
menjadi tujuan dan cita-cita
kemerdekaan bangsa Indonesia.
Melihat hakikat dari haluan negara
tersebut, maka diberlakukannya
kembali haluan negara saat ini benar-benar merupakan sebuah urgensi bagi negara Indonesia. Melihat
232
Ni Putu Noni Suharyanti, S.H.,M.H. Urgensi …
kondisi pembangunan hukum
nasional yang semakin kehilangan
arah, fungsi, dan tujuannya
memerlukan solusi atau jalan keluar demi mencapai apa yang sudah dicita-citakan oleh negara Indonesia. Tuntutan globalisasi dalam bidang hukum yang terus menerus dibiarkan tanpa adanya harmonisasi dengan nilai-nilai bangsa Indonesia sendiri justru akan mengikis kepribadian
bangsa Indonesia, untuk itu
diperlukan sebuah konsep yang tepat dan komprehensif. Dengan adanya
prinsip haluan negara yang
merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting yang didalamnya mengandung prinsip-prinsip dasar kehidupan berbangsa dan bernegara secara komprehensif tentang hakekat Pancasila, UUD NRI 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI, maka
haluan negara bisa digunakan
sebagai pedoman bagi Presiden
meskipun mengalami pergantian
masa jabatan. Oleh karena itu, apabila haluan negara diberlakukan kembali di negara Indonesia maka nilai-nilai kearifan lokal masyarakat
Indonesia tetap diperhatikan
meskipun pembangunan hukum
dituntut untuk mengikuti
perkembangan zaman (dinamis).
3. PENUTUP
Berdasarkan latar belakang, permasalahan, serta pembahasan di atas, maka simpulan yang dapat dikemukakan yaitu :
a. Haluan negara sebagai sebuah
sistem perencanaan
pembangunan nasional yang lahir
atas kesepakatan bersama
sebagai penjabaran tujuan negara memiliki peran penting dalam
mewujudkan pembangunan
hukum nasional berbasis kearifan lokal mengingat haluan negara berlandaskan atas Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Dengan
adanya haluan negara,
pembangunan hukum nasional menjadi terarah dan tentunya
sesuai dengan nilai-nilai
kepribadian bangsa Indonesia
serta tentunya tidak
meninggalkan nilai kearifan
lokal. Nilai kearifan lokal yang
hidup di masyarakat dapat
ditranformasikan atau digunakan
sebagai bahan pertimbangan
233
Ni Putu Noni Suharyanti, S.H.,M.H. Urgensi …
pembangunan hukum nasional (haluan negara) sebagai sebuah strategi pembangunan hukum yang ideal.
b. Haluan negara sebagai sebuah strategi ideologi pembangunan yang berlandaskan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 dapat
membangkitkan kembali
semangat pembangunan di segala bidang termasuk pembangunan di bidang hukum. Semangat pembangunan hukum nasional yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila akan lebih mendorong terwujudnya sistem hukum yang
lebih baik serta mampu
memenuhi nilai keadilan,
kepastian, dan kemanfaatan yang
selama ini diharapkan oleh
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA BUKU :
Bushar Muhammad, 1978, Asas-Asas Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta.
Satjipto Rahardjo, 2009, Hukum dan Perubahan Sosial : Suatu Tinjauan Teoritis Serta Pengalaman-Pengalaman di Indonesia, Genta Publishing, Yogyakarta.
Teguh Prasetyo dan Arie
Purnomosidi, 2014,
Membangun Hukum
Berdasarkan Pancasila, Nusa Media, Bandung.
Wicipto Setiadi, 2012, Arti Penting Lembaga-Lembaga Hukum di Indonesia Dalam Merespon Perubahan Sosial, Dialektika Pembaharuan Sistem Hukum Indonesia, Komisi Yudisial Republik Indonesia.
INTERNET :
Universitas Sebelas Maret, 2016,
“Inspirasi dan Gagasan
Akademisi Peduli Bangsa
Wacana Perlunya Haluan
Negara”,
https://uns.ac.id/id/uns-
berkarya/wacana-perlunya-haluan-negara.html, diakses
pada tanggal 10 Maret 2017. Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) Versi Online/Daring
(Dalam Jaringan),
http://kbbi.web.id/urgensi, diakses pada tanggal 10 Maret 2017.
Hendra Wahanu Prabandani, 2011,
“Pembangunan Hukum
Berbasis Kearifan Lokal”, http://birohukum.bappenas.go.i d/data/data_artikel_jdih/PEMB ANGUNAN%20HUKUM%20 BERBASIS%20KEARIFAN% 20LOKAL.pdf, diakses pada tanggal 10 Maret 2017.
M. Hasbi Arbi, Juni 2013, “UUD 1945 dan GHBN sebagai Kendali Yuridis dan Politis
234
Ni Putu Noni Suharyanti, S.H.,M.H. Urgensi …
Nasional”, http://download.portalgaruda.o rg/article.php?article=261199 &val=7047&title=UUD1945% 20DAN%20GBHN%20SEBA GAI%20KENDALI%20YURI
DIS%20DAN, Jurnal Variasi Vol. 4 No. 12, diakses pada tanggal 10 Maret 2017.