• Tidak ada hasil yang ditemukan

DERMATOGLIFI UJUNG JARI DAN TELAPAK TANGAN PENDERITA HEMOFILIA DI SUMATERA BARAT. Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DERMATOGLIFI UJUNG JARI DAN TELAPAK TANGAN PENDERITA HEMOFILIA DI SUMATERA BARAT. Oleh:"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

DERMATOGLIFI UJUNG JARI DAN TELAPAK TANGAN

PENDERITA HEMOFILIA DI SUMATERA BARAT

Oleh:

Rika Tirta Masni, RRP Megahati S, Meliya Wati

Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

Dermatoglyphic has associated with many genetic disorder. Hemophilic is ressesive genetic disorder that linkage in X chromosome. This study aimed to describe characteristic of fingerprints pattern, total ridge count, atd angle, and palmprints pattern frequency of hemophilic patients in West Sumatera. The dermatoglyphic features of 20 hemophilic patients and 20 control group were collected from April 2014 to June 2014 in DR. M. Djamil hospital and a few regions in West Sumatera consist of Padang, Solok, Pariaman, West Pasaman, and South Pesisir. The data was analysed using chi square test, t test, and percentage. From the analysis, Arch pattern was not found in hemophilic patients and Radial Loop pattern percentage was much than control (33%>28,5%). Average of total ridge count hemophilic patients was smaller than control (164,25<185,4). Atd values were 30o-52o and 33o-70o for the hemophilic patients and control. In fact, the values were not significant different between hemophilic patients and control. But, palmprints pattern frequency have different which in hemophilic patiens were founded in hypothenar, interdigital III, and interdigital IV. Meanwhile, palmprints pattern frequency in control were founded in all of palm areas.

Keyword: dermatoglyphics, hemophilic. PENDAHULUAN

Dermatoglifi merupakan ilmu yang mempelajari sulur pada ujung jari tangan, telapak tangan, telapak kaki, dan jari-jari kaki (Abilasha, 2013). Pola dermatoglifi terbentuk sejak awal perkembangan embrio mulai dari embrio berumur 13 minggu sampai 24 minggu kehamilan. Pembentukan dermatoglifi ini bersifat poligen yaitu dipengaruhi oleh banyak gen. Dermatoglifi yang terbentuk bersifat permanen seumur hidup dan tidak akan berubah setelah bayi dilahirkan kecuali terjadi kecelakaan yang mengakibatkan rusaknya bagian kulit (Misbach, 2010).

Yatim (2003) mengungkapkan bahwa penderita penyakit keturunan terutama karena terjadinya aberasi kromosom akan memiliki dermatoglifi yang khas. Penelitian tentang dermatoglifi pada penderita kelainan kromosom dan penyakit herediter sudah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya, diantaranya Rosida dan Panghiyangani (2006) yang mengamati dermatoglifi Sindrom Down membuktikan bahwa Sindrom Down memiliki garis Simian yang tidak dimiliki oleh orang normal. Sufitni (2007) juga meneliti tentang pola sidik jari pada kelompok retardasi mental dan memperoleh kesimpulan bahwa kelompok retardasi mental memiliki pola arch lebih banyak dan jumlah rigi sidik jarinya lebih rendah dibandingkan kelompok normal. Rustam (2004) meneliti tentang dermatoglifi penderita albino, Sudarmi (2004) tentang dermatoglifi penderita hipertensi, Putriani (2006) tentang dermatoglifi pada penderita autisme, dan lain-lain. Hasil penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa penderita kelainan kromosom dan penyakit herediter memiliki dermatoglifi khas yang berbeda dengan kelompok normal.

Ananda (2013) mengemukakan bahwa diabetes melitus, asma, albino, buta warna, down sindrom, hemofilia, dan huntington merupakan macam-macam penyakit herediter. Hemofilia adalah penyakit genetik atau turunan yang merupakan suatu bentuk kelainan perdarahan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa faktor penyebab hemofilia hanya bersifat internal yaitu genetik dan tidak dipengaruhi lingkungan. Sedangkan pembentukan dermatoglifi bersifat poligen sehingga sangat mendukung untuk mengetahui pengaruh dan hubungan hemofilia terhadap dermatoglifi. Selain itu, penelitian dermatoglifi pada penderita hemofilia belum pernah dilakukan di Indonesia.

Hemofilia ditandai dengan sulitnya darah untuk membeku secara normal. Pada orang normal darah akan membeku dalam waktu 5-7 menit jika terjadi luka. Sedangkan pada penderita hemofilia darah akan membeku antara 50 menit sampai 2 jam sehingga dapat menyebabkan kehilangan banyak darah dan meninggal dunia. Penderita hemofilia umumnya laki-laki dan jarang perempuan hemofilia yang mampu bertahan hidup. Apabila dijumpai perempuan hemofilia, maka perempuan tersebut tidak menderita hemofilia A tetapi hemofilia B atau C. Laki-laki hemofilia sangat sulit dijumpai pada usia dewasa karena sebagian besar hanya bertahan sampai usia anak-anak (Suryo, 2008).

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di RSUP DR. M. Djamil Padang dan beberapa RSUD di Sumatera Barat, maka diperoleh informasi bahwa terdapat lebih kurang 43 orang penderita hemofilia yang ada di Sumatera Barat selama tahun 2013. Semua penderita terdiri dari berbagai usia, mulai dari usia 11 hari sampai usia 56 tahun. Penderita

(2)

hemofilia umumnya laki-laki dan berasal dari berbagai daerah di Sumatera Barat.

Berdasarkan penjelasan di atas maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik tipe pola sulur ujung jari tangan, jumlah sulur ujung jari tangan, besar sudut atd telapak tangan, dan frekuensi pola sulur telapak tangan penderita hemofilia di Sumatera Barat. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2014 di Rumah Sakit Umum Pusat DR. M. Djamil Padang dan beberapa daerah di Sumatera Barat yaitu Padang, Solok, Pariaman, Pasaman Barat, dan Pesisir Selatan untuk mengambil sidik jari dan telapak tangan penderita hemofilia. Sedangkan sebagai pembanding dilakukan pengambilan sidik jari dan telapak tangan yang tidak hemofilia di kampus STKIP PGRI Sumatera Barat.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lap kain, lempeng kaca, kertas HVS, alat tulis, busur derajat, lup, dan tisu. Sedangkan bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah tinta stensil. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita hemofilia yang ada di Sumatera Barat. Sedangkan sampel penelitian adalah 20 orang penderita hemofilia di Sumatera Barat yang diambil secara purposive

sampling. Sebagai pembanding adalah 20 orang

mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat yang tidak hemofilia dan diambil secara accidental sampling.

Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap. Pertama, tahap persiapan yaitu peneliti mengurus surat izin penelitian dan memastikan sampel bersedia untuk diambil sidik jarinya. Kedua, tahap pelaksanaan dimana peneliti mengambil sidik jari dan sidik telapak tangan penderita hemofilia dan tidak hemofilia. Ketiga, tahap pengamatan yaitu peneliti mengamati hasil rekaman sidik jari terdiri dari tipe pola sulur ujung jari tangan, jumlah sulur ujung jari tangan, besar sudut atd telapak tangan, dan frekuensi pola sulur telapak tangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji chi square, uji t student, dan persentase.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan penelitian maka diperoleh hasil sebagaimana terlihat pada tabel-tabel di bawah ini. Tabel 1 merupakan hasil yang menggambarkan tipe pola sulur ujung jari pada kedua tangan antara penderita hemofilia dan tidak hemofilia. Berdasarkan tabel tersebut maka terlihat bahwa urutan persentase tipe pola sulur ujung jari tangan penderita hemofilia setara dengan tidak hemofilia. Persentase tertinggi tipe Radial Loop, diikuti Ulnar Loop, Plain Whorl, Double

Loop Whorl, dan Central Pocket Loop Whorl. Tipe Arch dan Accidental Whorl tidak dijumpai pada penderita hemofilia. Sedangkan pada kelompok tidak hemofilia tipe yang tidak dijumpai adalah Tented Arch dan Accidental Whorl.

Perbedaan terdapat pada besarnya persentase masing-masing tipe pola sulur. Persentase tipe pola sulur Radial Loop, Ulnar Loop, dan Plain Whorl lebih tinggi pada penderita hemofilia dibandingkan dengan tidak hemofilia. Sedangkan untuk tipe pola sulur Double Loop Whorl, Central Pocket Loop Whorl, dan Plain Arch lebih tinggi pada kelompok tidak hemofilia dibandingkan dengan penderita hemofilia. Tipe pola sulur Tented Arch dan Accidental Whorl sama-sama tidak dijumpai pada penderita hemofilia maupun tidak hemofilia.

Hasil yang sama diperoleh ketika membandingkan tipe pola tangan kanan dan kiri antara penderita hemofilia dan tidak hemofilia sebagaimana terlihat pada Tabel 2. Pada tangan kanan persentase tertinggi adalah Radial Loop dan tangan kiri Ulnar Loop. Perbedaan tersebut tidak berarti secara statistik. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian dermatoglifi pada penderita Sickle Cell Anaemia yang menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada pola sulur jari (Oladipo, 2007).

Tabel 3 menggambarkan hasil perhitungan jumlah sulur ujung jari tangan antara penderita hemofilia dengan tidak hemofilia maka diperoleh hasil bahwa rata-rata jumlah sulur ujung jari tangan penderita hemofilia lebih sedikit dibandingkan dengan tidak hemofilia. Hasil yang sama juga diperoleh setelah menghitung rata-rata jumlah sulur ujung jari tangan kanan maupun tangan kiri antara penderita hemofilia dengan tidak hemofilia sebagaimana terlihat pada Tabel 4. Setelah dilakukan uji T-Student ternyata terdapat perbedaan yang tidak nyata antara jumlah sulur total ujung jari tangan penderita hemofilia dengan tidak hemofilia. Sedangkan jumlah sulur antara tangan kanan penderita hemofilia dengan tidak hemofilia terdapat perbedaan yang nyata.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sudarmi (2004) yang menyimpulkan bahwa tidak terdapat karakteristik jumlah sulur pada penderita hipertensi. Hasil yang sama dengan penelitian ini juga ditemukan pada penderita albino (Rustam, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa kelainan pada darah seperti hemofilia dan hipertensi tidak mempengaruhi jumlah sulur ujung jari tangan penderitanya. Kemudian kelainan yang disebabkan oleh gen resesif seperti hemofilia dan albino juga tidak mempengaruhi jumlah sulur ujung jari tangan penderitanya.

Tabel 1. Frekuensi dan persentase tipe pola sulur ujung jari tangan penderita hemofilia dan tidak hemofilia Kelompok N Tipe pola PA TA RL UL PW DL CP AW n % n % n % n % n % n % n % n % Hemofilia 20 0 0 0 0 66 33 55 27,5 54 27 23 11,5 2 1 0 0 Tidak hemofilia 20 1 0,5 0 0 57 28,5 53 26,5 47 23,5 35 17,5 7 3,5 0 0

(3)

Keterangan: PA= Plain Arch; TA= Tented Arch; RL= Radial Loop; UL= Ulnar Loop; PW= Plain Whorl; DL= Double Loop Whorl; CP= Central Pocket Loop Whorl; AW= Accidental Whorl; N= jumlah sampel; n= jumlah jari

Tabel 2. Frekuensi dan persentase tipe pola sulur ujung jari tangan kanan dan tangan kiri penderita hemofilia dan tidak hemofilia Tangan Kelompok N Tipe pola PA TA RL UL PW DL CP AW n % n % n % n % n % n % n % n % Kanan Hemofilia 20 0 0 0 0 61 61 3 3 28 28 6 6 2 2 0 0 Tidak hemofilia 20 0 0 0 0 56 56 2 2 23 23 13 13 6 6 0 0 Kiri Hemofilia 20 0 0 0 0 5 5 52 52 26 26 17 17 0 0 0 0 Tidak hemofilia 20 1 1 0 0 1 1 51 51 24 24 22 22 1 1 0 0 Tabel 3. Hasil analisis statistik uji T-Student jumlah sulur ujung jari tangan penderita hemofilia dan tidak hemofilia

Kelompok N n JS  S th − Hemofilia 20 200 3285 164,25

35,94 -1,89 -2,02 Tidak Hemofilia 20 200 3708 185,4

Keterangan: N= jumlah sampel; n= jumlah jari; JS= jumlah sulur; = rata-rata jumlah sulur; S= simpangan baku; th= t hitung; −∝= -t tabel.

Tabel 4. Hasil analisis statistik uji T-Student jumlah sulur ujung jari tangan kanan dan tangan kiri penderita hemofilia dan tidak hemofilia

Tangan Kelompok N n JS  S th − Kanan Hemofilia 20 100 1660 83 18,15 -2,14 -2,02 Tidak Hemofilia 20 100 1901 95,05 Kiri Hemofilia 20 100 1625 81,25 18,96 -1,55 Tidak Hemofilia 20 100 1807 90,35

Tabel 5. Hasil analisis statistik uji T-Student sudut atd telapak tangan penderita hemofilia dan tidak hemofilia Kelompok N n S th −∝

Hemofilia 20 40

17,17 -0,29 -2,02 Tidak Hemofilia 20 40

Tabel 6. Hasil analisis statistik uji T-Student sudut atd telapak tangan kanan dan tangan kiri penderita hemofilia dan tidak hemofilia Tangan Kelompok N n S th −∝ Kanan Hemofilia 20 20 9,72 -0,14 -2,02 Tidak Hemofilia 20 20 Kiri Hemofilia 20 20 9,3 -0,38 Tidak Hemofilia 20 20

Tabel 7. Frekuensi dan persentase pola sulur telapak tangan penderita hemofilia dan tidak hemofilia Kelompok N

Daerah telapak tangan

Th H I1 I2 I3 I4

n % n % n % n % n % n % Hemofilia 20 0 0 8 20 0 0 0 0 14 35 21 52,5 Tidak

(4)

Keterangan: Th= Daerah Thenar; H= Daerah Hipothenar; I1 =Daerah Interdigital I; I2= Daerah Interdigital II; I3= Daerah Interdigital III; I4= Daerah Interdigital IV; N= Jumlah Sampel; n= jumlah telapak tangan

Tabel 8. Frekuensi dan persentase pola sulur telapak tangan kanan dan tangan kiri penderita hemofilia dan tidak hemofilia

Berdasarkan hasil pengamatan besar sudut atd telapak tangan penderita hemofilia dan tidak hemofilia maka terlihat bahwa besar sudut atd kedua kelompok hampir sama. Hasil yang sama juga ditemukan setelah membandingkan besar sudut atd pada telapak tangan kanan dan kiri antara penderita hemofilia dengan tidak hemofilia. Tabel 5 memperlihatkan hasil analisis uji T-Student lebih besar dibanding nilai –t tabel maka terdapat perbedaan yang tidak nyata antara besar sudut atd telapak tangan penderita hemofilia dengan tidak hemofilia. Hasil yang sama diperoleh ketika membandingkan besar sudut atd tangan kanan dan tangan kiri antara penderita hemofilia dan tidak hemofilia sebagaimana terlihat pada Tabel 6. Hal ini berarti tidak terdapat karakteristik besar sudut atd telapak tangan penderita hemofilia.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Rashida (2012) yang menyatakan bahwa posisi sudut atd telapak tangan dapat menjadi indikator kondisi abnormal. Menurut Zhou (2002) dermatoglifi dapat menjadi diagnosa kelainan jumlah dan struktur kromosom. Penelitian terbaru menemukan bahwa lebih kurang 50 penyakit mempunyai hubungan dengan dermatoglifi telapak tangan. Penyakit-penyakit tersebut terdiri dari penyakit genetik yang disebabkan oleh satu gen, banyak gen, dan penyakit kromosom.

Berdasarkan Tabel 7 maka pada penderita hemofilia pola sulur hanya ditemukan pada daerah Hipothenar (H), Interdigital III (I3), dan Interdigital IV (I4). Pada daerah Thenar (Th), Interdigital I (I1), dan Interdigital II (I2) tidak dijumpai pola sulur telapak tangan. Sedangkan pada kelompok tidak hemofilia, pola sulur ditemukan pada semua daerah telapak tangan. Hal yang sama juga diperoleh ketika membandingkan tangan kanan dan tangan kiri antara penderita hemofilia dan tidak hemofilia sebagaimana terlihat pada Tabel 8. Persentase pola pada daerah Hipothenar (H) lebih tinggi dijumpai pada penderita hemofilia dibanding tidak hemofilia. Sedangkan persentase pola sulur pada daerah Interdigital III (I3) dan Interdigital IV (I4) lebih tinggi dijumpai pada kelompok tidak hemofilia dibanding penderita hemofilia. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian (Triwani, 2010) bahwa ditemukan pola hipothenar pada penderita thalasemia dimana hal ini tidak ditemukan pada orang normal.

Secara umum tidak terdapat pengaruh kelainan hemofilia terhadap dermatoglifi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor lain. Hemofilia merupakan kelainan perdarahan yang diturunkan melalui kromosom X. Hal ini berarti bahwa seorang anak yang menderita hemofilia sudah memiliki gen penyebab hemofilia ketika masih dalam kandungan. Syahrum (2002) mengemukakan bahwa perkembangan sistem peredaran darah berasal dari lapisan mesoderm. Sedangkan perkembangan kulit berasal dari lapisan ektoderm. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Khanna (2004) bahwa perkembangan sistem peredaran darah dan kulit berasal dari lapisan yang berbeda. Hal ini bisa menjadi salah satu penyebab tidak adanya pengaruh kelainan darah seperti hemofilia terhadap pembentukan dermatoglifi seseorang.

KESIMPULAN

1. Tidak terdapat karakteristik tipe pola sulur ujung jari tangan, jumlah sulur ujung jari tangan, dan besar sudut atd telapak tangan penderita hemofilia di Sumatera Barat.

2. Terdapat karakteristik pada frekuensi pola sulur telapak tangan penderita hemofilia di Sumatera Barat yaitu pola sulur hanya ditemukan pada daerah Hipothenar (H), Interdigital III (I3), dan Interdigital IV (I4).

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka penelitian selanjutnya disarankan untuk melihat hubungan dermatoglifi dengan penderita hemofilia di daerah lain dan menggunakan teknologi yang lebih canggih.

DAFTAR PUSTAKA

Abilasha, S. et. al. 2013. Dermatoglyphics: A Predictor

To Analyze The Occurrence Of Breast Cancer. International Journal of Medical Research & Health Sciences. 3(1): 28-31.

Ananda, P. 2013. Macam-macam Penyakit Menurun pada Genetika, (Online), (http://petryanananda.wordpress.com/2013/02 Tangan kelompok N

Daerah telapak tangan

Th H I1 I2 I3 I4 n % n % n % n % n % n % Kanan Hemofilia 20 0 0 5 25 0 0 0 0 8 40 10 50 Tidak Hemofilia 20 1 5 2 10 0 0 1 5 8 40 13 65 Kiri Hemofilia 20 0 0 3 15 0 0 0 0 6 30 11 55 Tidak Hemofilia 20 1 5 1 5 2 10 1 5 7 35 15 75

(5)

/23/macam-macam-penyakit-menurun-pada-genetika/, diakses 23 Januari 2014).

Khanna. 2004. Text Book of Embryology. New Delhi: Discovery Publishing House.

Misbach, I. H. 2010. Dahsyatnya Sidik Jari: menguak

bakat dan potensi untuk merancang masa depan melalui fingerprint analisys. Jakarta:

Visi Media.

Oladipo G. S. et al. 2007. Sickle Cell Anaemia in

Nigeria: dermatoglyphic analysis of 90 cases. African Journal of Biochemistry Research.

1(4): 054-059.

Putriani, E. 2006. Pola Dermatoglifi Ujung Jari dan Telapak Tangan Anak Penderita Autisme di Pusat Terapi Harapan Bunda Air Tawar Padang. Skripsi. Padang: FMIPA Jurusan Biologi UNP.

Rashida, A. et. al. 2012. Palmar Dermatoglyphics In

Patients Of Thalassemia Major. National Journal Of Medical Research. 2(3): 287-290.

Rosida, L. & Panghiyangani R. 2006. Gambaran

Dermatoglifi Pada Penderita Sindrom Down Di Banjarmasin dan Martapura Kalimantan Selatan. Jurnal Anatomi Indonesia. 1(2):

71-78.

Rustam, E. 2004. Dermatoglifii Ujung Jari dan Telapak Tangan Penderita Albino Pada Masyarakat Kenagarian Singgalang. Skripsi. Padang: FMIPA Jurusan Biologi UNP.

Sudarmi. 2004. Dermatoglifi Ujung Jari dan Telapak Tangan Penderita Hipertensi. Skripsi. Padang: FMIPA Jurusan Biologi UNP.

Sufitni. 2007. Pola Sidik Jari Pada Kelompok

Retardasi Mental dan Kelompok Normal. Majalah Kedokteran Nusantara. 40(3):

180-191.

Suryo. 2008. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Syahrum, M. H. et al. 2002. Reproduksi dan

Embriologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Triwani. 2010. Pola Dermatoglifi Pada Penderita

Thalasemia di Kota Madya Palembang. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. 42(2):

2861-2865.

Yatim, W. 2003. Genetika. Bandung: Tarsito.

Zhou, Y. et. al. 2002. Aplication and Development of

Palm Print Research. Technology and Health Care. 10: 383-390.

Gambar

Tabel  3  menggambarkan  hasil  perhitungan  jumlah  sulur  ujung  jari  tangan  antara  penderita  hemofilia  dengan tidak hemofilia maka diperoleh hasil  bahwa  rata-rata  jumlah  sulur  ujung  jari  tangan  penderita  hemofilia  lebih  sedikit  dibandin
Tabel 5. Hasil analisis statistik uji T-Student sudut atd telapak tangan penderita hemofilia dan tidak hemofilia
Tabel  8.  Frekuensi  dan  persentase  pola  sulur  telapak  tangan  kanan  dan  tangan  kiri  penderita  hemofilia  dan  tidak  hemofilia

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ketentuan membawa semua berkas / dokumen asli atau salinan yang telah dilegalisir oleh pejabat yang berwenang sebagaimana yang telah dicantumkan dalam dokumen Penawaran

Menurut Hadi (Supinah, 2008 : 20) beberapa konsepsi PMRI tentang siswa, guru dan pembelajaran yang mempertegas bahwa PMRI sejalan dengan paradigma baru pendidikan,

(3) Dalam hal Pegawai tidak memenuhi panggilan kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tanpa alasan yang sah, Pegawai yang diduga melakukan pelanggaran Kode

4) Kecamatan Naga Juang 16) Kecamatan Lembah Sorik Marapi 5) Kecamatan Panyabungan Utara 17) Kecamatan Puncak Sorik Marapi 6) Kecamatan Huta Bargot 18) Kecamatan

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa observasi keterlaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan

Tanggung jawab sosial yang harus dilakukan oleh perusahaan pun harus melakukan hal yang sama, yaitu berbuat baik kepada karyawannya, masyarakat dan lingkungan

Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner, yaitu metode yang digunakan untuk mendapatkan data dari daftar pertanyaan yang telah dibuat lebih dahulu, yang nantinya

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan pentingnya menghargai orang lain dengan mengedepankan budi pekerti yang luhur dengan menebarkan salam, seorang peserta didik