• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Struktur Umur Penduduk terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia The Effect of Population Age Structure on Economic Growth in Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Struktur Umur Penduduk terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia The Effect of Population Age Structure on Economic Growth in Indonesia"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

p-ISSN 1411-5212; e-ISSN 2406-9280 41

Pengaruh Struktur Umur Penduduk terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Indonesia

The E

ffect of Population Age Structure on Economic Growth in Indonesia

Endah Kurniawatib, & Catur Sugiyantob,∗

aMagister Ekonomika Pembangunan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada & BPS Provinsi Kalimantan Tengah bFakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

[diterima: 13 Oktober 2018 — disetujui: 26 November 2019 — terbit daring: 27 Januari 2021]

Abstract

This study examines the effect of the population structure transition on economic growth using a panel data of 33 provinces in Indonesia from 2000 to 2015. The main working-age group has a positive effect on economic growth, while the middle age group has a negative effect. Furthermore, population growth has a negative effect on economic growth. The effect of population density on economic growth is very small. There is no difference on average economic growth inter-island in Indonesia except for Sulawesi Island which has a higher average economic growth compared to Java Island.

Keywords: population age structure; demography; economic growth; panel data

Abstrak

Paper ini mengkaji pengaruh transisi struktur penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi menggunakan data panel dari 33 provinsi di Indonesia dari tahun 2000 hingga 2015. Indonesia tengah memasuki masa transisi penduduk yang berakibat pada meningkatnya penduduk usia kerja dan menurunnya rasio ketergantungan. Kelompok usia kerja utama berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan kelompok usia paruh baya berpengaruh negatif. Selanjutnya pertumbuhan penduduk berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengaruh kepadatan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi sangat kecil. Tidak ada perbedaan rata-rata pertumbuhan ekonomi antar pulau di Indonesia kecuali Pulau Sulawesi yang memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibandingkan dengan Pulau Jawa.

Kata kunci:struktur umur penduduk; demografi; pertumbuhan ekonomi; data panel

Kode Klasifikasi JEL:J10; J11; O40

Pendahuluan

Penduduk merupakan faktor penting dalam pemba-ngunan suatu wilayah. Menurut teori pertumbuhan model Solow, pertumbuhan ekonomi tergantung pada ketersediaan faktor produksi (penduduk, te-naga kerja, akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi (Todaro & Smith, 2014: 138). Dengan de-mikian, adanya perubahan pada faktor produksi, yang salah satunya adalah penduduk, akan

meme-∗

Alamat Korespondensi: Jl. Humaniora No. 1, Bulaksumur, Yogyakarta 55281, Indonesia E-mail: catur@ugm.ac.id.

ngaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi.

Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia yang besar merupakan potensi yang harus dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan dan pembangun-an ekonomi. Selama sepuluh tahun terakhir, per-tumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,6 persen di saat beberapa negara mengalami perlambatan akibat adanya krisis finansial. Akan tetapi, sejak tahun 2010, pertumbuhan ekonomi Indonesia meng-alami perlambatan. Jumlah penduduk usia kerja

(2)

di Indonesia cenderung mengalami peningkatan, yaitu sebesar 66,45 persen pada tahun 2010 menjadi 67,40 persen pada tahun 2016. Peningkatan pendu-duk usia kerja tersebut belum mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi, wa-laupun distribusi Produk Domestik Bruto (PDB) menurut pengeluaran di Indonesia didominasi oleh konsumsi rumah tangga, yaitu antara 63,15 persen di tahun 2001 menjadi 57,66 persen di tahun 2016.

Menurut teori siklus kehidupan (life cycle hypo-thesis) yang dikemukakan oleh Modigliani (1986) menyatakan bahwa pendapatan bervariasi dan da-pat diprediksikan selama kehidupan seseorang. Orang tersebut menggunakan tabungan serta pin-jaman untuk meratakan konsumsi selama hidup-nya. Dengan demikian, terdapat hubungan antara kelompok umur tertentu dengan pola konsumsi dan menabung. Menurut Kuznets (1960), pendu-duk yang berperan sebagai konsumen, penabung, dan produsen memiliki peran dalam meningkatkan output agregat dan setiap kelompok umur memiliki perilaku yang berbeda dalam melakukan kegiatan konsumsi, menabung, dan produksi. Dengan demi-kian, setiap kelompok umur mempunyai perilaku yang berbeda dalam kegiatan ekonomi sehingga mempunyai pengaruh yang berbeda juga terhadap pertumbuhan ekonomi.

Saat ini Indonesia tengah memasuki masa transi-si demografi. Trantransi-sitransi-si demografi ditandai dengan penurunan tingkat kelahiran dan kematian. Ang-ka fertilitas total (total fertility rate/TFR) Indonesia menurun dari 5,61 anak per perempuan menurut Sensus Penduduk (SP) 1971 menjadi 2,28 anak per perempuan menurut Survei Penduduk Antar Sen-sus (SUPAS) 2015. Sementara itu, angka kematian bayi menurun dari 47 per 1.000 kelahiran hidup pada Sensus Penduduk 2000 menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup pada SUPAS 2005, 26 per 1.000 kela-hiran hidup pada SP 2000, dan 22 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup pada SUPAS 2015. Penurunan tingkat kelahiran dan kematian ini menyebabkan

adanya perubahan struktur umur penduduk. Berdasarkan komposisi penduduknya, pendu-duk Indonesia pada tahun 2015 berbentuk konstruk-tif, yang berarti sebagian besar penduduk berada pada kelompok umur produktif yang ditandai de-ngan bentuk piramida penduduk yang cembung di bagian tengah. Dalam kondisi ini, penduduk usia kerja akan mengalami peningkatan sehingga menurunkan rasio ketergantungan umur. Menu-rut hasil SUPAS 2015, rasio ketergantungan umur penduduk usia tidak produktif dengan penduduk usia produktif adalah sebesar 49,2, yang berarti dari setiap 100 penduduk usia produktif (15–64 tahun) terdapat sekitar 49 penduduk usia tidak produktif (kurang dari 15 tahun dan 65 tahun ke atas). Angka ini mengalami penurunan dibandingkan hasil SP 2000 sebesar 53,76 dan hasil SP 2010 sebesar 51,33. Kondisi peningkatan penduduk usia kerja dan pe-nurunan rasio ketergantungan penduduk disebut sebagai bonus demografi atau windows of opportuni-ty. Bonus demografi di Indonesia ini telah dimulai sejak 1980-an sebagai dampak dari penurunan ting-kat kelahiran dan kematian karena adanya program Keluarga Berencana (Adioetomo, 2016) dan akan mencapai puncaknya pada tahun 2020.

Jika dilihat menurut provinsi, setiap provinsi me-miliki waktu yang berbeda-beda untuk mencapai rasio ketergantungan penduduk yang rendah. De-ngan kata lain, setiap provinsi mempunyai waktu yang berbeda dalam mencapai bonus demografi. Saat ini, ada 17 provinsi telah mencapai rasio keter-gantungan penduduk kurang dari 50 dan sisanya rasio ketergantungan penduduknya masih di atas 50. Rasio ketergantungan penduduk di bawah 50 tersebut menunjukkan bahwa penduduk Indonesia saat ini sedang didominasi oleh penduduk usia pro-duktif yang merupakan potensi luar biasa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Bloom et al. (2003) menjelaskan bahwa terdapat tiga karakteristik windows of opportunity. Pertama, jika lebih banyak pekerja, akan lebih banyak output

(3)

yang dihasilkan. Kedua, penambahan akumulasi ke-kayaan jika terdapat tabungan dan diinvestasikan untuk sesuatu yang produktif. Terakhir, persediaan modal manusia yang besar jika terdapat investasi yang tepat untuk meningkatkan modal manusia tersebut. Keuntungan dari windows of opportunity tersebut tidak selamanya akan bertahan karena setelah masa bonus demografi habis akan timbul permasalahan baru, yaitu penuaan populasi dan pe-ningkatan rasio ketergantungan umur. Oleh karena itu, potensi ini harus dapat dimanfaatkan karena hanya terjadi sekali dalam perjalanan sebuah nega-ra. Sebab, peningkatan penduduk usia kerja yang tidak termanfaatkan hanya akan menjadi beban ba-gi pembangunan. Tidak hanya itu, kebijakan yang berbeda juga perlu diterapkan pada setiap provinsi, mengingat terdapat variasi antarprovinsi dalam mencapai windows of opportunity (Adioetomo, 2016). Dalam rangka memanfaatkan keuntungan terse-but, berbagai penelitian mengenai hubungan peru-bahan struktur umur demografi dan pertumbuhan ekonomi telah banyak dilakukan. Hanya saja be-lum ditemukan satu kesepakatan mengenai kelom-pok umur mana yang secara signifikan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Bloom & Williamson (1998) menemukan bahwa transisi de-mografi meningkatkan rasio penduduk usia kerja dan berkontribusi sebesar 30 persen dalam pening-katan pertumbuhan ekonomi di negara-negara Asia Timur. Pengaruh positif penduduk usia kerja terha-dap pertumbuhan ekonomi ini juga didukung oleh penemuan Yi & Li (2017) dan Aksoy et al. (2017).

Selain itu, Brunow & Hirte (2006) juga menda-patkan bukti bahwa kelompok usia yang paling signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan eko-nomi adalah kelompok usia 30–44 tahun. Sebalik-nya, Lindh & Malmberg (1999) menemukan bahwa kelompok usia muda memiliki pengaruh yang am-bigu terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu, Lindh & Malmberg juga mendapatkan bukti bahwa kelompok usia 50–64 tahun merupakan kelompok

yang berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan banyaknya penelitian terdahulu, penelitian tentang struktur umur demografi di Indonesia masih sangat terbatas, khususnya yang membagi struktur umur ke dalam kelompok. Pada-hal, perbedaan struktur umur penduduk akan mem-berikan pengaruh yang berbeda terhadap pertum-buhan ekonomi. Hal tersebut dikarenakan setiap struktur umur mempunyai perilaku yang berbeda dalam perekonomian. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh struktur umur pendu-duk di Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi dan mempelajari kelompok umur mana yang pa-ling berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengaruh kelompok umur ini perlu dilihat untuk menetapkan kebijakan yang akan diambil dalam menghadapi bonus demografi. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba meneliti pengaruh struk-tur umur demografi yang diklasifikasikan dalam empat kategori, yaitu penduduk umur dewasa mu-da, penduduk umur kerja utama, penduduk umur paruh baya, dan penduduk umur tua terhadap per-tumbuhan ekonomi Indonesia.

Bagian selanjutnya dari penelitian ini akan disu-sun sebagai berikut. Bagian dua membahas tinjauan literatur. Bagian tiga menjelaskan metode peneli-tian. Bagian empat berisi hasil dan pembahasan, diikuti dengan kesimpulan pada bagian lima.

Teori Transisi Penduduk

Pada tahun 1929, Warren Thompson memperke-nalkan ”teori transisi demografis modern” yang se-lanjutnya dikembangkan oleh Frank W. Notestein pada 1945 (Menike, 2016). Teori ini merupakan ke-rangka untuk memahami perubahan demografis yang terjadi di Eropa dan Amerika Utara selama abad sebelumnya. Pendapat tentang populasi dan pembangunan muncul bersamaan dalam Model Transisi Demografis yang mencoba menunjukkan melalui jalur mana tingkat kelahiran dan kematian

(4)

berhubungan dengan tahap pengembangan.

1. Pra-Modern (Tahap Pra-Industri)

Tahap ini adalah tahap awal pembangunan yang ditandai dengan tingkat kematian dan kelahiran yang tinggi. Pada tahap pendapatan masih kecil dan berasal dari sektor pertanian, maka tingkat kelahiran dan kematian kasar seimbang, dan bera-da pabera-da tingkat tinggi. Kenaikan tingkat kematian dikarenakan pencegahan penyakit dan program keluarga berencana tidak dilakukan pada tahap ini. Hal ini terjadi karena pada saat itu ilmu pengetahu-an belum maju. Oleh karena itu, tingkat kelahirpengetahu-an dan kematian berada pada tingkat yang lebih ting-gi sehingga pertumbuhan penduduk rendah pada tahap ini.

2. Tahap Transisi

Selama tahap ini, proses industrialisasi telah dimu-lai dan menyebabkan tingkat kematian mudimu-lai turun dibandingkan dengan tahap pra-industri. Tingkat kelahiran selama periode ini masih tinggi sehingga pertumbuhan penduduk berpotensi mencapai ting-kat tertinggi. Pada tahap transisi awal ini, ekonomi menjadi ekonomi khusus dengan peningkatan ilmu pengetahuan, perbaikan kondisi hidup, produksi output yang modern, dan tingkat kematian mulai menurun tajam. Karena hal tersebut, perubahan ekonomi dan sosial belum terjadi serta tingkat kela-hiran belum berubah sehingga kenaikan populasi yang besar bisa dilihat pada tahap ini.

3. Transisi Akhir (Tahap Industri)

Selama fase perkembangan ini, modernisasi telah terjadi, tingkat kematian menurun, dan merupa-kan awal dari penurunan tingkat kelahiran. Hal ini dikarenakan banyak perubahan sosial yang terjadi selama periode ini yang berkontribusi pada penu-runan tingkat kelahiran dan kematian. Khususnya

pada tahap transisi akhir, terdapat pembangun-an pertpembangun-anipembangun-an, pengembpembangun-angpembangun-an teknologi, urbpembangun-anisasi, modernisasi, dan industrialisasi. Pembangunan eko-nomi serta peningkatan tingkat pendapatan karena perubahan sikap sosial dapat menurunkan ting-kat kelahiran. Akan tetapi, tingting-kat kematian kasar menurun lebih cepat dibanding tingkat kelahiran. Saat tingkat kematian dan kelahiran berkurang, laju pertumbuhan penduduk makin rendah.

4. Modern (Tahap Pasca-Industri)

Dalam fase perkembangan ini, tingkat kematian ren-dah dan tingkat kelahiran terus berkurang. Pada tahap modern, tidak mungkin menurunkan tingkat kematian kasar dan tingkat kelahiran kasar kare-na telah berada pada tingkat yang stabil sehingga pertumbuhan alami populasi kurang dari 1 persen. Sebagian besar negara yang telah memasuki ta-hap perkembangan ini adalah negara-negara Eropa. Meskipun Amerika Serikat, Rusia, Jepang, dan ba-nyak negara industri telah masuk pada tahap ini, negara-negara berkembang masih belum bisa men-capainya. Sebagian besar negara maju yang telah mencapai tahap akhir transisi demografi, saat ini sedang menghadapi masalah penuaan populasi.

Tahapan transisi demografis berbeda antarnegara. Pada negara-negara tertentu, proses transisi demo-grafis telah selesai atau hampir selesai, ditandai dengan nilai indeks transisi demografis {(Populasi 60+ / Populasi <14) ×100} adalah 1 atau mendekati 1. Penilaian ini merupakan cara khusus ketika semua negara maju telah mencapai target tersebut.

Struktur

Usia

Penduduk

dan

Pertumbuhan Ekonomi

Perserikatan Bangsa-Bangsa (2007) serta Rajan & James (2007) menyatakan bahwa pengaruh transi-si demografi pada struktur utransi-sia penduduk dapat dibedakan menjadi tiga tahap terpisah. Tahapan transisi demografi tersebut adalah sebagai berikut.

(5)

Tahap 1: Kematian menurun, akibatnya usia mu-da meningkat tajam sehingga meningkatkan jumlah populasi muda dan rasio ketergantungan muda. Pa-da tahap ini, jumlah anak lebih banyak dibanding-kan dengan orang dewasa dan penduduk usia lan-jut. Tahap ini melibatkan investasi yang cukup besar pada anak-anak untuk kesehatan dan pendidikan sehingga dapat mengurangi tabungan di tingkat ru-mah tangga. Akibatnya, periode ini tidak kondusif untuk investasi dan pertumbuhan ekonomi.

Tahap 2: Kelahiran menurunsehingga menga-kibatkan lonjakan pada penduduk usia kerja. Hal ini akan mengurangi rasio ketergantungan. Rasio ketergantungan, baik muda maupun tua, berada pada tingkat terendah. Tahap ini diyakini sangat kondusif bagi pertumbuhan ekonomi. Pada tahap ini, struktur kependudukan diharapkan memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) pertumbuhan ang-katan kerja pada tingkat makro; (2) penurunan rasio ketergantungan muda dan tua pada tingkat ma-kro; (3) peningkatan tingkat tabungan antarrumah tangga; (4) peningkatan tabungan dan investasi pemerintah dengan cepat; dan (5) kenaikan pesat dalam pertumbuhan ekonomi.

Tahap 3: Rasio ketergantungan usia tua me-ningkat seiring penuaan penduduk. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa akan ada sebu-ah kejutan dalam pertumbuhan ekonomi selama tahap ini. Di antara ketiga tahap ini, pada tahap transisi kedua, penduduk dipekerjakan secara opti-mal untuk mendapatkan keuntungan dari investasi ekonomi produktif. Pada tingkat ini, ketergantung-an ekonomi rendah dketergantung-an ada cukup bketergantung-anyak calon pekerja untuk menanggung orang-orang di usia nonproduktif (anak-anak dan penduduk usia lan-jut). Para demografer menyebut periode ini sebagai jendela demografi atau bonus demografi, yaitu pe-luang akibat adanya transisi demografi. Pepe-luang jendela demografi muncul karena peningkatan ra-sio penduduk usia kerja terhadap total populasi.

Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pengaruh struktur umur pen-duduk dan perubahan struktur demografi sudah banyak dilakukan, baik di dalam maupun luar nege-ri. Penelitian yang telah dilakukan sebagian besar menggunakan data panel, tetapi ada juga yang menggunakan data time series dan cross section. Tek-nik analisis yang digunakan juga hampir sama, yaitu regresi data panel dan regresi variabel instru-mental.

Lindh & Malmberg (1999,2009) menemukan bah-wa perubahan struktur umur berpengaruh terhadap pola pertumbuhan PDB per pekerja (produktivitas per tenaga kerja) di negara-negara Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Pen-duduk kelompok umur 50–64 tahun berpengaruh positif dan penduduk kelompok umur di atas 65 tahun berkontribusi negatif, sedangkan kelompok usia muda memiliki pengaruh yang ambigu. Pene-litian ini dilakukan menggunakan kerangka model pertumbuhan neoklasik Solow-Swan dengan meto-de analisis regresi data panel. Negara-negara OECD dan lima belas negara Uni Eropa periode 1950–1990 digunakan sebagai subjek dalam penelitian ini.

Adanya pengaruh struktur umur terhadap pertumbuhan ekonomi juga ditemukan oleh Andersson (2001), Zhang et al. (2015), dan Uddin et al. (2016). Uddin et al. (2016) menginvestigasi hubungan antara rasio ketergantungan, tingkat ta-bungan, dan PDB riil di Australia periode 1971–2014 menggunakan metode Dynamic Ordinary Least Squ-ares (DOLS), Fully Modified Ordinary Least SquSqu-ares (FMOLS), dan Vector Error Correction Model (VECM). Hasil keseluruhan menunjukkan bahwa perubahan struktur umur penduduk berpengaruh signifikan pada PDB riil per kapita di Australia.

Zhang et al. (2015) menguji implikasi ekonomi dari struktur umur demografis dalam konteks pem-bangunan daerah di Cina menggunakan data panel 28 provinsi periode 1990–2005. Penelitian ini me-nemukan bahwa perubahan dalam struktur umur,

(6)

yang tercermin dari pergeseran ukuran dan kom-posisi demografi dari penduduk usia kerja, secara signifikan berkorelasi dengan tingkat pertumbuh-an ekonomi provinsi. Selama rentpertumbuh-ang penelitipertumbuh-an, perubahan struktur usia menyumbang hampir se-perlima dari pertumbuhan PDB per kapita dan lebih dari separuhnya disebabkan oleh pergeser-an komposisi demografi dari penduduk usia kerja. Perbedaan struktur umur antarprovinsi juga men-jelaskan lebih dari seperdelapan dari ketimpangan pendapatan antarprovinsi yang masih terjadi.

Andersson (2001) melakukan penelitian un-tuk negara-negara Skandinavia, yaitu Denmark, Finlandia, Swedia, dan Norwegia dan menemukan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh distribusi usia dan struktur demografi untuk me-nangkap efek jangka menengah dari tren tingkat pertumbuhan. Regresi variabel instrumental dan regresi ridge digunakan untuk mendapatkan hasil yang robust. Meskipun berdampak positif, keun-tungan dari struktur umur ini bisa hilang dalam waktu dekat karena peningkatan rasio ketergan-tungan sebagai akibat penuaan populasi yang da-pat menyebabkan perlambatan pada pertumbuhan PDB (Uddin et al., 2016; Aksoy et al., 2017) dan tingkat suku bunga riil (Aksoy et al., 2017).

Berbeda dengan Lindh & Malmberg (1999,2009) yang menemukan hubungan ambigu antara kelom-pok usia muda dan pertumbuhan PDB per kapita, Bloom & Williamson (1998), Brunow & Hirte (2006), Yi & Li (2017), dan Aksoy et al. (2017) menemukan hubungan positif antara penduduk usia kerja dan pertumbuhan ekonomi. Yi & Li (2017) menemukan bahwa pasokan tenaga kerja yang efektif berkon-tribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Chongqing, Cina. Hal senada juga ditemukan oleh Aksoy et al. (2017) yang meneliti perubahan struk-tur umur demografi, dalam hal ini adalah rasio penduduk usia kerja terhadap total populasi dan kondisi makroekonomi di dua puluh negara OECD periode 1970–2007. Dengan menggunakan metode

analisis panel vector autoregression (VAR), Aksoy et al. juga menemukan bahwa perubahan profil usia tidak hanya memiliki implikasi yang signifikan ter-hadap tabungan, investasi, tingkat bunga riil, dan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga untuk inovasi.

Temuan serupa juga didapatkan Bloom & Williamson (1998) yang menginvestigasi perubahan demografi di Asia Timur selama tahun 1965–1990. Analisis empiris menunjukkan bahwa pertumbuh-an penduduk memiliki pengaruh terhadap pertum-buhan ekonomi, tetapi pengaruh ini akan terjadi ketika penduduk tidak produktif dan penduduk usia kerja tumbuh pada tingkat yang berbeda. Se-lanjutnya, berdasarkan pada temuan Brunow & Hirte (2006), kelompok usia 30–44 tahun menjadi kelompok usia yang paling signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Eropa.

Bukti menarik juga ditemukan oleh K ¨ogel (2005) yang melihat pengaruh struktur umur terhadap produktivitas melalui rasio ketergantungan muda. Penelitian ini menemukan bukti empiris bahwa ra-sio ketergantungan muda (penduduk di bawah usia kerja dibagi dengan penduduk usia kerja) mengu-rangi residual pertumbuhan yang timbul karena menghitung pertumbuhan total faktor produksi. Untuk alasan ini, penelitian tersebut menunjukkan bahwa struktur umur memiliki pengaruh penting dalam perbedaan output per pekerja.

Untuk Indonesia, penelitian mengenai struktur umur dan pertumbuhan ekonomi telah dilakukan oleh Goeltom & Juhro (2013) dan Effendi (2016). Effendi (2016) meneliti tentang hubungan rasio ke-tergantungan penduduk dengan pendapatan per kapita dan mendekomposisi pendapatan per ka-pita menjadi tiga komponen, yaitu produktivitas tenaga kerja, tingkat partisipasi angkatan kerja, dan rasio penduduk usia kerja. Penelitian ini mengguna-kan data panel dari 33 provinsi periode 2010–2014 yang diestimasi dengan metode analisis Least Squa-re Dummy Variable. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara

(7)

rasio ketergantungan penduduk dengan pendapat-an per kapita. Selain itu, hasil penelitipendapat-an tersebut secara empiris menunjukkan terdapat perbedaan kondisi awal pada setiap provinsi. Dekomposisi pendapat per kapita menunjukkan bahwa produk-tivitas tenaga kerja berpengaruh dominan terhadap pendapatan per kapita.

Goeltom & Juhro (2013) melakukan penelitian tentang perubahan demografi dan pertumbuhan ekonomi potensial di Indonesia. Penelitian ini me-nyimpulkan bahwa dampak dari penuaan populasi pada potensi pertumbuhan ekonomi dapat dije-laskan dengan baik melalui efek tenaga kerja dan perubahan perilaku tabungan nasional. Dalam hal ini, diperkirakan bahwa peningkatan proporsi pen-duduk tua dalam dua dekade ke depan akan meng-hambat potensi pertumbuhan ekonomi, dengan potensi kerugian sekitar 0,5–0,7 persen per tahun. Berdasarkan hasil dari temuan penelitian ini, dinya-takan bahwa tantangan demografi di Indonesia juga tidak dapat dipisahkan dari masalah peningkatan kualitas hidup yang lebih tinggi dan mendorong keseimbangan antara populasi dinamika, sumber daya alam, dan pembangunan sosio-ekonomi.

Metode

Desain penelitian

Struktur umur yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada penelitian Lindh & Malmberg (1999) yang mengasumsikan bahwa setiap kelom-pok umur mempunyai perilaku yang berbeda da-lam memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kelom-pok struktur umur dibedakan menjadi empat fase penting dalam siklus kehidupan orang dewasa sesu-ai teori hipotesis siklus kehidupan oleh Modigliani (1986), yaitu umur dewasa muda, umur kerja uta-ma, umur paruh baya, dan umur tua. Kelompok umur penduduk yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15–29 tahun, 30–49 tahun, 50–64 tahun,

dan 65 tahun ke atas. Kelompok usia muda (0–14 tahun) tidak dimasukkan dalam penelitian ini un-tuk menghindari tingkat kolinieritas yang tinggi di antara variabel kelompok umur.

Selain melihat hubungan variabel utama, yai-tu kelompok strukyai-tur umur, penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Variabel kontrol yang di-gunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan penduduk, rasio investasi terhadap Produk Domes-tik Regional Bruto (PDRB), kepadatan penduduk, keterbukaan perdagangan, harapan hidup saat lahir, dan lama sekolah rata-rata. Variabel kontrol tersebut mengacu pada penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan, seperti Bloom & Williamson (1998), Blo-om & Finlay. (2009), Wei & Hao (2010), dan Liu & Hu (2013).

Pertumbuhan penduduk yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan penduduk se-lama lima tahun dari setiap periodenya dengan menggunakan rumus pertumbuhan penduduk ge-ometrik. Pertumbuhan penduduk dihitung setiap lima tahun sekali. Penghitungan pertumbuhan di-lakukan menggunakan rumus laju pertumbuhan penduduk geometrik dengan contohnya pertum-buhan penduduk periode tahun 2000–2005.

r=  Pt P0 1 t − 1 (1)

dengan Pt adalah jumlah penduduk pada tahun t (2005); P0adalah jumlah penduduk pada tahun dasar (2000); r adalah laju pertumbuhan penduduk; dan t adalah periode waktu antara tahun dasar dan tahun t.

Kepadatan penduduk yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepadatan penduduk kasar (crude population density), yaitu menunjukkan ba-nyaknya jumlah penduduk untuk setiap kilometer persegi luas wilayah. Cara penghitungan kepadat-an penduduk kasar adalah dengkepadat-an rumus sebagai

(8)

berikut.

KP= P

A (2)

dengan KP adalah kepadatan penduduk; P adalah jumlah penduduk; dan A adalah luas wilayah (km2).

Penelitian ini juga menggunakan variabel dum-my geografi, yaitu pulau besar di Indonesia, yai-tu Sumatra, Bali-Nusa, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Papua, sedangkan Pulau Jawa dijadikan sebagai dasar. Untuk melihat perbedaan antarperi-ode, penelitian ini menggunakan variabel dummy waktu antarperiode yang diinteraksikan dengan kelompok umur kerja utama. Tujuannya adalah untuk mempelajari perbedaan pengaruh perubah-an kelompok umur tersebut dalam memengaruhi pertumbuhan ekonomi pada setiap periode.

Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Koordi-nasi Penananam Modal (BKPM), baik dari publikasi yang diterbitkan maupun dari laman situs resminya. Data PDRB per kapita setiap provinsi diperoleh dari laman situs resmi BPS, sedangkan data penduduk menurut kelompok umur dihimpun dari berbagai publikasi penduduk seperti publikasi Proyeksi Pen-duduk tahun 2000–2010, 2005–2015, dan 2010–2035. Data-data yang digunakan adalah data investasi menurut provinsi dihimpun dari laman situs res-mi BKPM; data kepadatan penduduk diambil dari publikasi Statistik Indonesia; data ekspor dan impor dihimpun dari publikasi Statistik Perdagangan Luar Negeri; dan data angka harapan hidup dan rata-rata lama sekolah dihitung dari laman situs IPM dan publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat.

Data yang digunakan merupakan data lima ta-hunan dari tahun 2000–2015 pada 33 provinsi di Indonesia sehingga dataset dalam penelitian ini di-buat menjadi interval lima tahunan, yaitu 2000– 2005, 2005–2010, dan 2010–2015. Data lima tahunan ini digunakan karena dalam dataset tahunan fluktua-si fluktua-siklus bisnis mungkin tidak sepenuhnya terbuang dari pertumbuhan ekonomi jangka panjang (Islam, 1995). Seperti pada penelitian Lindh & Malmberg

(1999), Bloom et al. (2000), dan Wei & Hao (2010), penelitian ini menggunakan data pada awal setiap periode lima tahunan (initial level). Sebagai con-toh, untuk data tahun 2000–2005, semua variabel menggunakan data tahun 2000, kecuali untuk data pertumbuhan ekonomi dan penduduk menggu-nakan rata-rata tingkat pertumbuhan selama lima tahun pada setiap periode. Penggunaan data initial level bertujuan untuk mengurangi atau menghilang-kan masalah endogenitas pada beberapa variabel independen.

Spesifikasi model

Model dalam penelitian ini mengadopsi model pe-nelitian yang dilakukan oleh Lindh & Malmberg (1999) yang menggunakan model transisional mo-del Solow yang dikembangkan oleh Mankiw et al. (1992). Dalam penelitian ini juga menggunakan model pertumbuhan Solow yang memasukkan mo-dal manusia mo-dalam fungsi produksi Cobb-Douglas dengan indeks N sebagai struktur umur sebagai berikut.

y= Akα(hN)β (3)

dengan A adalah tingkat teknologi, k adalah kapital per kapita, h adalah modal manusia, dan N adalah indeks struktur umur. N = Qin

ai

i dan ni adalah rasio populasi pada setiap kelompok umur ke-i. Hal ini diperlukan karena tujuan utama penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh dari struktur kelompok umur.

Struktur umur yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15–29 tahun, 30–49 tahun, 50–64 tahun, dan 65 tahun ke atas. Seperti dalam penelitian Lindh & Malmberg (1999), penelitian ini mengasumsikan bahwa akumulasi kapital, baik fisik maupun manu-sia, menggunakan persamaan dinamis, yang mana tabungan untuk modal fisik maupun manusia ber-sifat eksogen. Depresiasi untuk kedua modal fisik dan manusia dianggap konstan dinotasikan seba-gaiδ dan pertumbuhan penduduk sebagai eksogen

(9)

dinotasikan sebagai w. Persamaan dinamis tersebut adalah:

k= sky − (δk+ w)k dan h = shy − (δh+ w)h (4) Dalam penelitian ini, tingkat teknologi A dia-sumsikan konstan dan seperti dalam Mankiw et al. (1992) tingkat depresiasinya adalahδ = δk= δh dan mengasumsikan tingkat tabungan s= sk= sh. Dengan demikian, tingkat steady-state dari output per kapita adalah:

k∗= h∗=

 s

δ + wANβ

1/1−α−β

(5) sehingga output per kapita pada kondisi steady-state adalah sebagai berikut:

y∗= A1/1−α−βδ + ws α+β/1−α−βNβ/1−α−β (6) Persamaan di atas diubah dalam bentuk logarit-ma menjadi berikut: ln y∗ = 1 1 −α − βln A+ α + β 1 −α − βln s δ + w + β 1 −α − βln N (7)

Persamaan di atas menunjukkan teori pertum-buhan Solow bahwa investasi, pertumpertum-buhan pen-duduk, dan struktur umur berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Tingkat pertumbuhan eko-nomi menuju kondisi steady-state dapat didekati dengan persamaan berikut:

d ln y dt ≈ d ln(y/y∗ ) dt ≡ g= λ(ln y ∗ − ln y)+ u (8) denganλ = (1 − α − β)(w + δ) dan u adalah error term sehingga:

g= A + (α + β)[s − (δ + w)] + βN − (1 − α − β)y (9) Dengan memasukkan variabel kontrol dalam mo-del penelitian berupa kepadatan penduduk, keter-bukaan perdagangan, harapan hidup saat lahir, dan

lama sekolah rata-rata, serta menambahkan varia-bel dummy berupa dummy pulau besar di Indonesia dan dummy interaksi antara waktu setiap periode dengan kelompok usia kerja utama (30–49 tahun), maka spesifikasi model penelitian ini adalah:

git = β0+ β2N(15−29)i,t+ β3N(30−49)i,t+ β4N(50−64)i,t +β5N(65+)i,t+ β1ln PDRB0+ β6Popi,t +β7INVi,t+ β8Xi,t+ β9Sumaterait +β10BaliNusait+ β11Kalimantanit +β12Sulawesiit+ β13MalukuPapuait +β14D2005−2010N30−49+ β15D2010−2015N30−49 +εit (10)

dengan gitadalah pertumbuhan ekonomi per ka-pita, ln PDRB0 adalah PDRB initial, N(15−29)i,t ada-lah persentase kelompok umur penduduk dewasa muda (15–29 tahun), N(30−49)i,t adalah persentase kelompok umur penduduk kerja utama (30–49 ta-hun), N(50−−64)i,tadalah persentase kelompok umur penduduk paruh baya (50–64 tahun), N(65+)i,t ada-lah persentase kelompok umur penduduk tua (65 tahun ke atas), Popi,tadalah pertumbuhan pendu-duk, INVi,tadalah rasio investasi terhadap PDRB, Xi,tadalah variabel kontrol, Sumateraitadalah dum-my Pulau Sumatra, BaliNusaitadalah dummy Pulau Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantanitadalah dum-my Pulau Kalimantan, Sulawesiitadalah dummy Pu-lau Sulawesi, MalukuPapuait adalah dummy Pulau Maluku dan Papua, D2005−2010N30−49adalah dummy interaksi tahun periode 2005–2010 dengan persenta-se penduduk usia kerja utama, dan D2005−2010N30−49 adalah dummy interaksi tahun periode 2010–2015 dengan persentase penduduk usia kerja utama.

Teknik Estimasi

Teknik estimasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisis deskriptif dan regresi model data panel. Sebelum dilakukan regresi, terlebih da-hulu akan dilakukan tiga pengujian untuk memilih

(10)

model yang paling tepat untuk mengestimasi data panel. Pertama, dilakukan Uji Chow (F Statistik) untuk mengetahui model manakah yang akan di-gunakan antara model pooled least square (PLS) atau fixed effect. Kedua, Uji Breusch and Pagan Lagrange Multiplier untuk mengetahui apakah model random effect lebih baik dari model pooled least square. Tera-khir, Uji Hausman yang digunakan untuk menge-tahui apakah model fixed effect lebih baik daripada model random effect. Pengolahan data dalam peneli-tian ini menggunakan perangkat lunak STATA 13 dan Microsoft Excel 2010.

Hasil dan Analisis

Analisis Deskriptif

Bagian ini menjelaskan analisis deskriptif data yang digunakan dalam penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini data panel dari 33 provinsi di Indonesia selama tahun 2000–2015. Deskripsi dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini terangkum seperti pada Tabel 1.

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa terjadi penu-runan persentase penduduk umur dewasa muda, yaitu dari 29,56 pada tahun 2000 menjadi 26,01 pa-da tahun 2015. Persentase penduduk umur kerja utama mengalami peningkatan dari 25,9 di tahun 2000 menjadi 29,24 di tahun 2015. Demikian juga dengan persentase penduduk umur paruh baya yang mengalami peningkatan dari 8,01 pada tahun 2000 menjadi 11,42 di tahun 2015, sedangkan untuk penduduk umur tua mengalami peningkatan dari tahun 2000 yang sebesar 3,73 menjadi 4,42 di tahun 2015. Peningkatan penduduk umur kerja utama, penduduk umur paruh baya, dan penduduk umur tua ini sejalan dengan adanya perubahan struktur demografi, yang mana penurunan tingkat kelahiran yang membuat jumlah penduduk yang awalnya berusia muda makin menua sehingga jumlah pen-duduk berusia tua menjadi lebih banyak. Lebih

lagi, penurunan angka kematian membuat jumlah penduduk berusia tua menjadi bertambah banyak.

Perkembangan PDRB per kapita menunjukkan adanya peningkatan selama kurun waktu 2000– 2015, yaitu 24,28 juta rupiah di tahun 2000 menjadi 36,37 juta rupiah di tahun 2015. Hal ini sejalan de-ngan pertumbuhan ekonomi yang juga mengalami peningkatan, yaitu rata-rata pertumbuhan ekonomi yang semula sebesar 2,9 persen pada kurun wak-tu 2000–2005 menjadi 4,05 persen selama kurun waktu 2010–2015. Rata-rata pertumbuhan pendu-duknya mengalami fluktuasi yang semula sebesar 1,6 persen selama tahun 2000–2005 kemudian naik menjadi 2,31 persen pada kurun waktu 2005–2010 dan kembali menurun menjadi 1,74 persen pada ku-run waktu 2010–2015. Kecendeku-rungan penuku-runan pertumbuhan penduduk ini yang membuat PDRB per kapita meningkat sehingga pertumbuhan eko-nomi per kapita juga meningkat.

Rasio investasi terhadap PDRB cukup fluktua-tif, yaitu terjadi penurunan pada tahun 2005, yaitu dari 9,5 persen di tahun 2000 menjadi 2,22 per-sen di tahun 2005 dan kembali meningkat pada tahun 2015 menjadi sebesar 5,57 persen. Kepadatan penduduk juga mengalami peningkatan dan seja-lan dengan peningkatan jumlah penduduk, yaitu meningkat 593,58 jiwa/km2 di tahun 2000 menja-di 732,85 jiwa/km2di tahun 2015. Variabel kontrol lainnya yang digunakan dalam penelitian ini ada-lah keterbukaan perdagangan. Data keterbukaan perdagangan tidak mengalami banyak perubahan dari tahun 2000–2015. Variabel lain yang digunakan adalah harapan hidup saat lahir dan lama sekolah rata-rata sebagai variabel yang mewakili modal manusia. Data selama tahun 2000–2015 tidak meng-alami perubahan besar. Walaupun rata-rata harapan hidup saat lahir cenderung mengalami peningkatan, tetapi lama sekolah rata-rata mengalami penurunan pada tahun 2010, yaitu sebesar 7,48 dan meningkat kembali pada tahun 2015 menjadi sebesar 7,62.

(11)

Tabel 1.Rata-rata Variabel yang Digunakan dalam Penelitian No Variabel 2000 2005 2010 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 N15-29 29,56 28,78 27,60 26,01 2 N30-49 25,90 27,77 28,39 29,24 3 N50-64 8,01 9,14 9,74 11,42 4 N65+ 3,73 4,04 4,11 4,42 5 PDRB per kapita 24,28 27,27 30,78 36,37 6 Pertumbuhan Ekonomi 2,90 3,39 4,05 7 Pertumbuhan Penduduk 1,60 2,31 1,74

8 Rasio Investasi terhadap PDRB 9,50 2,22 2,95 5,57 9 Kepadatan penduduk 593,58 595,42 689,42 732,85 10 Keterbukaan Perdagangan 0,24 0,25 0,29 0,24 11 Rata-lama sekolah 7,60 7,67 7,48 7,62 12 Harapan hidup saat lahir 66,27 67,72 68,83 69,25 Sampel (%) 17,30% 47,90% 26,30% 8,50%

Sumber: BPS (2000–2015)

Analisis Regresi

Sebelum melakukan regresi data panel, penelitian ini melakukan analisis bivariat antara variabel struk-tur umur penduduk dengan pertumbuhan ekonomi terlebih dahulu (lihat Gambar 1). Hasil analisis bi-variat menunjukkan bahwa persentase kelompok umur dewasa muda (15–29 tahun) (a), persentase kelompok umur paruh baya (50–64 tahun) (c), dan persentase penduduk kelompok umur tua (65 tahun ke atas) (d) berkorelasi negatif dengan pertumbuh-an ekonomi, sedpertumbuh-angkpertumbuh-an persentase kelompok umur kerja utama (30–49 tahun) (b) berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi.

Model yang digunakan dalam penelitian ini ada-lah random effect yang diperoleh dari hasil uji Chow, uji Breusch and Pagan Lagrange Multiplier, dan uji Hausman. Dari ketiga uji tersebut dinyatakan bah-wa model random effect lebih baik dari model PLS dan fixed effect.

Berdasarkan hasil regresi dengan model random effect pada Tabel 2 diperoleh bahwa saat dilakukan regresi pada model dasar yang belum melibatkan variabel kontrol dan dummy diperoleh hasil bah-wa PDRB initial signifikan dan bertanda negatif, sedangkan variabel struktur umur yang signifikan pada taraf 5 persen adalah kelompok umur dewasa muda bertanda negatif dan kelompok umur kerja utama yang bertanda positif. Selain itu, variabel

pertumbuhan penduduk secara statistik berpenga-ruh signifikan dan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi pada taraf 5 persen. Hasil serupa terjadi sa-at model ditambahkan variabel kontrol, walaupun tidak ada satu variabel kontrol yang signifikan ber-pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Begitu juga saat ditambahkan variabel dummy pulau besar, signifikansi hasil regresi tidak berubah, dan hanya variabel dummy Pulau Sulawesi yang signifikan.

Hasil yang sedikit berbeda terjadi saat ditambah-kan variabel waktu, yaitu periode tahun 2000–2005 sebagai dasar. Setelah ditambahkan variabel waktu, selain persentase kelompok umur dewasa muda dan persentase kelompok umur kerja utama, varia-bel struktur umur yang signifikan bertambah, yaitu persentase kelompok umur penduduk paruh baya yang signifikan pada taraf 1 persen dan bertanda negatif. Pertumbuhan penduduk juga masih sig-nifikan dan bertanda negatif, sementara variabel kontrol yang signifikan adalah kepadatan pendu-duk pada taraf 10 persen. Variabel dummy pulau besar yang signifikan masih Pulau Sulawesi. Varia-bel dummy waktu, yaitu periode 2005–2010 maupun 2010–2015, keduanya signifikan pada taraf 1 persen. Selanjutnya, penelitian ini memasukkan variabel dummy interaksi antara dummy waktu antarperiode dengan persentase kelompok umur kerja utama. Tujuannya adalah untuk mempelajari bagaimana

(12)

Gambar 1.Struktur Umur Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi

perbedaan rata-rata pertumbuhan ekonomi antar-periode yang dipengaruhi oleh perubahan persen-tase kelompok umur kerja utama. Hasil regresi menunjukkan bahwa struktur umur yang signifi-kan adalah kelompok umur kerja utama yang ber-tanda positif dan kelompok umur paruh baya yang bertanda negatif. Kelompok umur dewasa muda tidak melewati tingkat signifikansi. Sementara itu, variabel pertumbuhan penduduk masih signifikan. Begitu juga dengan variabel dummy Pulau Sulawesi dan dua variabel interaksi waktu dengan persen-tase kelompok umur kerja utama. Artinya, adanya variabel dummy interaksi ini tidak terlalu mengubah hasil regresi sebelumnya yang hanya melibatkan va-riabel dummy pulau besar dan waktu. Rangkuman

hasil regresi dapat dilihat pada Tabel 2.

Dari regresi data panel tersebut diperoleh ha-sil bahwa struktur umur berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Kelompok umur yang ber-pengaruh kuat adalah kelompok umur kerja utama, yaitu usia 30–49 tahun. Hal ini sesuai dengan des-kripsi data sebelumnya yang menyebutkan bahwa persentase kelompok umur ini merupakan yang cukup tinggi dengan kecenderungan meningkat selama kurun waktu 2000–2015. Selain itu, setelah dilakukan enam kali regresi, persentase kelompok umur kerja utama selalu signifikan dalam taraf 1 persen dan 5 persen serta bertanda positif. Pada spesifikasi model terakhir, koefisien untuk varia-bel persentase kelompok umur kerja utama

(13)

sebe-sar 0,4616 yang berarti setiap kenaikan persentase penduduk kelompok umur kerja utama sebesar 1 persen akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,4616 persen. Dengan demikian, struktur penduduk Indonesia yang berumur muda yang didominasi dengan penduduk kelompok umur ke-lompok kerja utama, secara statistik terbukti berpe-ngaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Hasil ini sedikit berbeda dengan penelitian Lindh & Malmberg (1999) di negara-negara OECD dan Uni Eropa pada tahun 1999 dan 2009, bahwa hasil pada kedua penelitian tersebut menunjukkan ke-lompok umur yang signifikan adalah umur paruh baya (50–64 tahun) yang berpengaruh positif dan kelompok umur tua (65 tahun ke atas) yang berpe-ngaruh negatif. Hal ini dapat dipahami mengingat untuk sampel penelitian di OECD melibatkan 35 negara yang di dalamnya termasuk negara-negara Uni Eropa. Negara-negara tersebut merupakan ne-gara dengan struktur penduduk tua, yaitu jumlah penduduk didominasi oleh usia tua. Dengan de-mikian, hasil penelitian Lindh & Malmberg (1999) sejalan dengan kondisi struktur penduduk di ne-gara OECD dan Uni Eropa yang mayoritas berusia paruh baya dan tua sehingga kelompok umur yang signifikan memengaruhi pertumbuhan ekonomi di negara OECD dan Uni Eropa adalah penduduk usia paruh baya dan tua.

Persentase kelompok umur dewasa muda (15–29 tahun) merupakan kelompok umur dengan persen-tase yang cukup besar selain penduduk kelompok umur kerja utama. Akan tetapi, secara statistik ke-lompok dewasa muda tidak signifikan memenga-ruhi pertumbuhan ekonomi. Hal ini bisa terjadi karena kelompok ini didominasi oleh umur sekolah (15–24 tahun), yang artinya usia tersebut merupa-kan penduduk yang sedang menempuh pendidik-an sehingga tidak termasuk sebagai pendidik-angkatpendidik-an kerja. Jumlah tenaga kerja pada kelompok umur ini hanya sedikit, akibatnya pengaruh terhadap

pertumbuh-an ekonomi menjadi belum signifikpertumbuh-an. Walaupun kelompok umur dewasa muda ini belum signifikan memengaruhi pertumbuhan ekonomi, perhatian terhadap kelompok ini harus tetap dilakukan. Hal ini dilakukan karena kelompok umur ini akan ma-kin tumbuh dewasa pada masa akan datang yang akan menggantikan kelompok umur kerja utama yang mulai menua. Dengan demikian, peningkatan kualitas kesehatan, pendidikan, dan juga keteram-pilan harus dipersiapkan untuk kelompok umur dewasa muda.

Persentase kelompok umur paruh baya (50–64 tahun) secara statistik signifikan pada taraf 5 per-sen dan bertanda negatif dengan koefisien sebesar 0,7289. Artinya, setiap kenaikan persentase kelom-pok umur paruh baya sebesar 1 persen akan me-nurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,7289 persen. Hal ini mungkin terjadi karena adanya pe-nurunan produktivitas dari penduduk umur paruh baya, sedangkan jumlah kelompok umur ini makin meningkat setiap tahun. Selain itu, umur paruh baya merupakan umur yang mulai memasuki masa lanjut usia atau lansia. Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia, disebutkan bah-wa lansia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun ke atas. Lansia terdiri dari lansia potensial (yaitu penduduk usia lanjut yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa) dan lansia tidak potensial (yaitu penduduk usia lanjut yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain). De-ngan demikian, kelompok umur paruh baya yang di dalamnya termasuk penduduk usia lanjut ada-lah kelompok penduduk yang tidak seluruhnya mampu ikut aktif dalam proses produksi sehingga menjadi wajar jika persentase penduduk kelom-pok umur tua (65 tahun ke atas) tidak signifikan dalam memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Hal itu dikarenakan usia tua akan menambah rasio ketergantungan umur dalam perekonomian.

(14)

Tabel 2.Rangkuman Hasil Regresi Panel Model Random Effect

Variabel Model Dasar Dengan Variabel Dengan Dummy Dengan Variabel Dummy Kontrol Pulau Besar Waktu Interaksi

(1) (2) (3) (4) (5) (6) LnPDRB Initial -1,3261*** -1,7993*** -1,331** -1,3855** -1,3705** N15-29 -0,2406* -0,3202** -0,2908** -0,2701* -0,2314 N30-49 0,4493*** 0,42095*** 0,4645*** 0,3598*** ,3272** N50-64 -0,1815 -0,2194 -0,2873 -0,7765*** -0,7289*** N65+ -0,1749 -0,2903 -0,0422 0,3429 0,3288 POP -1,1351*** -1,1157*** -1,1273*** -1,1961*** -1,1881*** INV -0,0030 0,0018 0,0011 0,0124 0,01277 Kepadatan 0,00013 0,00016 0,00028* 0,00027* Keterbukaan -0,0682 0,1100 -0,5127 -0,5745 AHH 0,08061 0,0003 -0,1467 -0,1409 RLS 0,2046 0,1664 0,2315 0,2355 Sumatra 0,6517 0,3869 0,4082 BaliNusa -0,0130 -0,4015 -0,3329 Kalimantan -0,0119 -0,1299 -0,1242 Sulawesi 2,0809* 1,993* 2,0291* MalukuPapua 0,7871 0,1779 0,2926 P2005-2010 1,7217*** P2010-2015 2,011*** D1N3049 0,06221*** D2N30-49 0,07223*** C 65,879 47,699 59,253 19,8109*** 18,7082**

Keterangan: *** signfikan pada taraf 1% ** signfikan pada taraf 5% * signfikan pada taraf 10%

Pertumbuhan penduduk signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan bertanda ne-gatif. Hal ini sesuai dengan teori pertumbuhan ekonomi Solow yang menyebutkan bahwa tingkat pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi mengu-rangi tingkat modal per pekerja sehingga output ber-kurang. Hal ini berarti makin tinggi pertumbuhan penduduk justru akan mengurangi pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitian ini, setiap kenaikan per-tumbuhan penduduk sebesar 1 persen akan mengu-rangi pertumbuhan ekonomi sebesar 1,1881 persen. Hal ini sesuai dengan deskripsi data terkait pertum-buhan penduduk di Indonesia yang mengalami penurunan dan pertumbuhan ekonomi yang makin meningkat.

Setelah dilakukan penambahan variabel kontrol dalam proses regresi diperoleh hasil bahwa varia-bel yang signifikan hanyalah kepadatan penduduk pada taraf 10 persen dengan koefisien yang tidak terlalu besar, yaitu 0,0002. Kepadatan penduduk membawa dua pengaruh, yaitu positif dan negatif.

Pengaruh positifnya adalah kepadatan penduduk dapat memunculkan perubahan teknologi, mengu-rangi biaya transportasi karena jarak tempuh yang makin dekat, serta meningkatkan efisiensi dan me-mfasilitasi spesialisasi produksi (Wei & Ho, 2010). Dampak negatifnya adalah berkurangnya lahan karena penduduk yang makin padat dan dapat menimbulkan kemacetan.

Dalam beberapa penelitian, pengaruh kepadat-an penduduk terhadap pertumbuhkepadat-an ekonomi berbeda-beda. Seperti hasil penelitian Kelley & Schmidt (2005) yang menemukan bahwa penga-ruh kepadatan penduduk adalah positif dan signi-fikan, sementara Bloom et al. (2000) menemukan bahwa dampak kepadatan penduduk adalah po-sitif namun tidak signifikan. Dalam penelitian ini, pengaruh kepadatan penduduk signifikan dan po-sitif tetapi pengaruhnya tidak kuat dikarenakan letak geografis Indonesia yang berupa kepulauan dan persebaran penduduk yang tidak merata. Ter-dapat perbedaan secara nyata antara kepadatan

(15)

penduduk rata-rata provinsi di Indonesia dengan kepadatan penduduk Indonesia, yaitu terdapat pro-vinsi dengan kepadatan penduduk yang jarang dan ada provinsi dengan kepadatan penduduk yang padat.

Untuk dummy geografi, yaitu pulau besar di Indonesia, diperoleh hasil bahwa hanya koefisien Pulau Sulawesi yang signifikan. Artinya, rata-rata pertumbuhan ekonomi di Pulau Sulawesi lebih tinggi 2,029 persen dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa. Hal ini terja-di karena struktur perekonomian provinsi-provinsi di Sulawesi memiliki pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, yaitu di atas angka 6, walaupun kon-tribusinya terhadap PDB nasional masih kecil jika dibandingkan Jawa yang mendominasi kontribu-si terhadap PDB. Selanjutnya, setelah ada penam-bahan dummy waktu diperoleh hasil bahwa kedua variabel dummy waktu signifikan secara statistik. Artinya, rarata pertumbuhan ekonomi pada ta-hun 2005–2010 maupun tata-hun 2020–2015 berbeda dari rata-rata pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000–2005.

Untuk mempelajari pengaruh perubahan kelom-pok umur kerja utama pada setiap periode waktu, dilakukan regresi dengan dummy interaksi antara periode waktu dengan persentase penduduk kelom-pok umur kerja utama. Dari hasil regresi diperoleh bahwa kedua dummy interaksi signifikan secara statistik. Artinya, rata-rata pertumbuhan ekonomi yang dipengaruhi perubahan persentase penduduk kelompok umur kerja utama pada tahun 2005–2010 lebih tinggi 0,0622 persen dibanding rata-rata per-tumbuhan ekonomi yang dipengaruhi oleh peru-bahan persentase penduduk kelompok umur kerja utama pada tahun 2000–2005. Begitu juga dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi yang dipengaruhi perubahan persentase penduduk kelompok umur kerja utama pada tahun 2010–2015 yang lebih ting-gi 0,0722 persen dibanding rata-rata pertumbuhan ekonomi yang dipengaruhi oleh perubahan

persen-tase penduduk kelompok umur kerja utama pada tahun 2000–2005.

Hal ini menunjukkan bahwa perubahan struktur umur, terutama kelompok umur kerja utama, telah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi sela-ma periode penelitian. Periode penelitian ini, yang merupakan masa terjadinya jendela kesempatan atau bonus demografi, menunjukkan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, peningkatan penduduk usia kerja, khususnya kelompok umur kerja utama, berpengaruh terha-dap pertumbuhan ekonomi pada setiap periode waktu penelitian. Dengan demikian, manfaat ter-jadinya bonus demografi sudah mulai dirasakan dalam pertumbuhan ekonomi.

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa struktur umur penduduk memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini dilihat dari pengaruh persentase kelompok umur terhadap pertumbuhan ekonomi, yaitu 2 dari 4 kelompok umur berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Persentase ke-lompok umur dewasa muda (15–29 tahun) belum berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi yang dikarenakan usia tersebut lebih didominasi oleh penduduk yang masih menempuh pendidikan se-hingga secara ekonomi belum produktif. Persentase kelompok umur yang berpengaruh terhadap per-tumbuhan ekonomi adalah kelompok umur kerja utama (30–49 tahun) dan mempunyai tanda posi-tif. Hal ini sejalan dengan hasil analisis deskriptif yang menunjukkan bahwa kelompok umur kerja utama merupakan kelompok umur dengan rasio penduduk yang besar dan cenderung meningkat dari masa ke masa. Kelompok umur kerja utama me-rupakan kelompok penduduk dengan umur yang produktif.

(16)

tahun) berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Persentase kelompok umur paruh baya cenderung mengalami peningkatan dari masa ke masa, dengan kata lain penduduk makin menua. Akan tetapi, kelompok umur ini termasuk kelom-pok umur produktif sehingga masih berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Walaupun penga-ruhnya mulai berkurang karena kelompok umur ini termasuk penduduk usia lanjut, yaitu pendu-duk berumur 60 tahun ke atas, yang didalamnya terdapat penduduk usia lanjut potensial dan tidak potensial. Hal ini membuat peningkatan kelompok umur paruh baya yang akan menambah rasio keter-gantungan umur yang berpengaruh juga terhadap pertumbuhan ekonomi.

Variabel lain yang juga berpengaruh negatif terha-dap pertumbuhan ekonomi dan signifikan adalah pertumbuhan penduduk. Hasil ini sejalan dengan teori model pertumbuhan ekonomi Solow yang menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi menyebabkan tingkat modal per peker-ja menpeker-jadi lebih rendah sehingga pendapatan akan menjadi lebih rendah, akibatnya pertumbuhan eko-nomi menjadi lebih rendah. Hal ini sesuai dengan kondisi pertumbuhan penduduk di Indonesia yang mengalami penurunan, sedangkan pertumbuhan ekonomi makin meningkat.

Sebaliknya, kepadatan penduduk ditemukan ber-pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Kepadatan penduduk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan inovasi dan penu-runan biaya transportasi, walaupun pengaruhnya sangat kecil. Hal ini dapat disebabkan karena le-tak geografis Indonesia yang berupa kepulauan sehingga kepadatan penduduknya tidak merata. Selain itu, tidak ada perbedaan rata-rata pertum-buhan ekonomi antarpulau, hanya Pulau Sulawesi yang mempunyai rata-rata pertumbuhan ekonomi yang berbeda dari Pulau Jawa. Terakhir, ditemukan perbedaan rata-rata pertumbuhan ekonomi setiap periode waktu yang dipengaruhi oleh perubahan

persentase kelompok umur kerja utama. Dengan demikian, selama periode penelitian yang termasuk masa bonus demografi menunjukkan bahwa terja-dinya peningkatan penduduk usia kerja terutama kelompok umur kerja utama mampu berpenga-ruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Temuan-temuan penelitian ini menunjukkan bah-wa struktur umur penduduk memainkan peran pen-ting dalam memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Untuk itu, pemerintah daerah perlu memberi perhatian lebih terhadap situasi struktur umur penduduk di wilayahnya, khususnya dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan lapangan ker-ja untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Perlu adanya peningkatan kualitas pen-didikan dan kesehatan untuk penduduk kelompok umur dewasa muda dikarenakan kelompok terse-but masih menempuh pendidikan dan dipersiap-kan sebagai modal manusia yang adipersiap-kan melakudipersiap-kan pembangunan di masa depan. Penyiapan lapangan kerja yang memadai juga diperlukan karena ke-lompok umur kerja utama merupakan keke-lompok umur produktif yang sudah siap terjun dalam kegi-atan perekonomian. Tidak hanya itu, peningkkegi-atan tingkat kesehatan bagi kelompok kerja paruh baya, yang di dalamnya termasuk penduduk usia lanjut, juga diperlukan agar kelompok ini tetap menjadi penduduk usia lanjut potensial yang dapat berpe-ran dalam kegiatan ekonomi dan tidak menambah rasio ketergantungan umur.

Penelitian ini masih memiliki keterbatasan, teru-tama pada periode data yang digunakan. Periode data dalam penelitian ini tidak terlalu panjang, ya-itu hanya dari tahun 2000 hingga 2015. Hal ini dikarenakan data ini merupakan data panel dari 33 provinsi sehingga data yang cukup lengkap baru tersedia mulai dari tahun 2000. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya yang ingin menambah rentang waktu mulai dari tahun sebelumnya dapat menggunakan metode analisis Feasible Generalized

(17)

Least Square (FGLS). Metode ini dapat digunakan untuk mengakomodasi kondisi data panel yang tidak seimbang dan tidak lengkap.

Daftar Pustaka

[1] Adioetomo, S. M. (2016). Regional development in the era of demographic changes: The case of Indonesia. In D. S. Pratomo, D. Satria, B. P. Resosudarmo, D. S. Priyarsono, & H. Handra (eds.), Demographic changes and regional development in Indonesia [IRSA Book Series on Regional Development, 15] (pp. 37-38), Brawijaya University Press (UB-Press). [2] Aksoy, Y., Basso, H. S., & Smith, R. P. (2017).

Medium-run implications of changing demogra-phic structures for the macro-economy. National Institute Economic Review, 241(1), R58-R64. doi: ht-tps://doi.org/10.1177%2F002795011724100114.

[3] Andersson, B. (2001). Scandinavian evidence on growth and age structure. Regional Studies, 35(5), 377-390. doi: 10.1080/713693829.

[4] BKPM. (2017). Data Perkembangan Investasi Berdasar Loka-si. NSWi Badan Koordinasi Penanaman Modal. Diakses 7 Oktober 2017 dari http://nswi.bkpm.go.id/ibmcognos/ cgi-bin/cognos.cgi.

[5] Bloom, D. E., & Williamson, J. G. (1998). Demographic transitions and economic miracles in emerging Asia. The World Bank Economic Review, 12(3), 419-455. doi: ht-tps://doi.org/10.1093/wber/12.3.419.

[6] Bloom, D. E., Canning, D., & Malaney, P. N. (2000). Popu-lation dynamics and economic growth in Asia. PopuPopu-lation and Development Review, 26, 257-290.

[7] Bloom, D. E., Canning, D., & Sevilla, J. (2003). The demogra-phic dividend: A new perspective on the economic consequences of population change. Rand Corporation.

[8] Bloom, D. E., & Finlay, J. E. (2009). Demographic change and economic growth in Asia. Asian Economic Policy Review, 4(1), 45-64. doi: https://doi.org/10.1111/j.1748-3131.2009.01106.x. [9] BPS. (2001). Statistik Indonesia statistical year book of Indonesia

2000. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

[10] BPS. (2002). Proyeksi penduduk Indonesia menurut kelompok umur dan jenis kelamin 2000–2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

[11] BPS. (2003). Statistik Indonesia statistical year book of Indonesia 2002. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

[12] BPS. (2008). Proyeksi penduduk Indonesia (Indonesian popula-tion projecpopula-tion) 2005–2025. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [13] BPS. (2013a). Buletin statistik perdagangan luar negeri foreign

trade statistical buletin ekspor/exports Desember 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

[14] BPS. (2013b). Buletin statistik perdagangan luar negeri foreign

trade statistical buletin impor/imports Desember 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

[15] BPS. (2013c). Proyeksi penduduk Indonesia (Indonesian popula-tion projecpopula-tion) 2010–2035. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [16] BPS. (2014a). Buletin statistik perdagangan luar negeri foreign

trade statistical buletin ekspor/exports Desember 2013. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

[17] BPS. (2014b). Buletin statistik perdagangan luar negeri foreign trade statistical buletin impor/imports Desember 2013. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

[18] BPS. (2014c). Proyeksi penduduk Indonesia umur tertentu dan umur satu tahunan 2010–2025. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [19] BPS. (2015a). Buletin statistik perdagangan luar negeri foreign trade statistical buletin ekspor/exports Desember 2014. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

[20] BPS. (2015b). Buletin statistik perdagangan luar negeri foreign trade statistical buletin impor/imports Desember 2014. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

[21] BPS. (2016a). Buletin statistik perdagangan luar negeri foreign trade statistical buletin ekspor/exports Desember 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

[22] BPS. (2016b). Buletin statistik perdagangan luar negeri foreign trade statistical buletin impor/imports Desember 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

[23] BPS. (2016c). Profil penduduk hasil SUPAS 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

[24] BPS. (2016d). Penduduk Indonesia hasil SUPAS2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

[25] BPS. (2017a). [Seri 2010] Produk Domestik Regio-nal Bruto atas Dasar Harga Konstan 2010 menu-rut provinsi, 2010–2016 (miliar rupiah). Jakarta: Ba-dan Pusat Statistik. Diakses 7 Oktober 2017 dari https://www.bps.go.id/dynamictable/2015/10/07/956/

-seri-2010-produk-domestik-regional-bruto-atas-dasar- harga-konstan-2010-menurut-provinsi-2010-2016-miliar-rupiah-.html.

[26] BPS. (2017b). Data komponen IPM. IPM online. Jakar-ta: Badan Pusat Statistik. Diakses 8 Oktober 2017 dari http://ipm.bps.go.id/data/nasional.

[27] Brunow, S., & Hirte, G.(2006). Age structure and regional economic growth. Jahrbuch f ¨ur Regionalwis-senschaft [Review of Regional Research], 26, 3-23. doi: https://doi.org/10.1007/s10037-005-0075-4.

[28] Effendi. (2016). Indonesian demographic transition and economic growth. In D. S. Pratomo, D. Satria, B. P. Resosudarmo, D. S. Priyarsono, & H. Handra (Eds.), De-mographic changes and regional development in Indonesia. IR-SA Book Series on Regional Development No. 15, pp. 37-38, Brawijaya University Press.

[29] Goeltom, M., & Juhro, S. M. (2013). Indonesia. In A. Kohsaka (ed.), Aging and economic growth in the Pacific Region, pp. 108-136, Routledge, London and New York.

(18)

[30] Indonesia, R. (1998). Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Diakses 3 Januari 2018 dari http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/17464/ node/573/undangundang-nomor-13-tahun-1998. [31] Islam, N. (1995). Growth empirics: A panel data approach.

The Quarterly Journal of Economics, 110(4), 1127–1170. doi: https://doi.org/10.2307/2946651.

[32] Kelley, A. C., & Schmidt, R. M. (2005). Evolution of recent economic-demographic modeling: A synthe-sis. Journal of Population Economics, 18(2), 275-300. doi: https://doi.org/10.1007/s00148-005-0222-9.

[33] K ¨ogel, T. (2005). Youth dependency and total factor produc-tivity. Journal of Development Economics, 76(1), 147-173. doi: https://doi.org/10.1016/j.jdeveco.2003.11.003.

[34] Lindh, T., & Malmberg, B. (1999). Age structure effects and growth in the OECD, 1950–1990. Jour-nal of Population Economics, 12(3), 431-449. doi: ht-tps://doi.org/10.1007/s001480050107.

[35] Lindh, T., & Malmberg, B. (2009). European Union eco-nomic growth and the age structure of the population. Economic Change and Restructuring, 42(3), 159-187. doi: https://doi.org/10.1007/s10644-008-9057-1.

[36] Liu, S., & Hu, A. (2013). Demographic change and economic growth: Theory and evidence from China. Economic Modelling, 35, 71–77. doi: ht-tps://doi.org/10.1016/j.econmod.2013.06.041.

[37] Mankiw, N. G., Romer, D., & Weil, D. N. (1992). A contribution to the empirics of economic growth. The Quarterly Journal of Economics, 107(2), 407-437. doi: ht-tps://doi.org/10.2307/2118477.

[38] Menike, H. R. A. (2016). Impact of demographic dividend on the economy of developed and developing countries (Feli-citation Volume of Senior Professor Prema Podimenike, Department of Economics, University of Kelaniya), pp. 170-176, Kelaniya, Sri Lanka. Diakses 8 Oktober 2017 dari http://repository.kln.ac.lk/handle/123456789/12065. [39] Modigliani, F. (1986). Life cycle, individual thrift, and

the wealth of nations. Science, 234(4777), 704-712. doi: 10.1126/science.234.4777.704.

[40] Rajan, S. I., & James, K. S. (2007). Demographic transition and economic development in Kerala: The role of emigration. Project Report Submitted to South Asia Network of Economic Research Initiatives (SANEI) as Part of the MIR Study. [41] Todaro, M. P., & Smith, S. C. (2014). Economic development

(12th edn.), Pearson, New Jersey.

[42] Uddin, G. A., Alam, K., & Gow, J. (2016). Population age structure and savings rate impacts on economic growth: Evidence from Australia. Economic Analysis and Policy, 52, 23-33. doi: https://doi.org/10.1016/j.eap.2016.08.002. [43] Wei, Z., & Hao, R. (2010). Demographic structure

and economic growth: Evidence from China. Jour-nal of Comparative Economics, 38(4), 472-491. doi:

ht-tps://doi.org/10.1016/j.jce.2010.08.002.

[44] Yi, J. Y., & Li, X. Q. (2017). The study on the effect of population age structure change on economic growth in Chongqing. DEStech Transactions on Economics, Bu-siness and Management. 4th International Conference on Economics and Management (ICEM), pp. 278-284. doi: 10.12783/dtem/icem2017/13122. Diakses 8 Oktober 2017 dari http://www.dpi-proceedings.com/index.php/ dtem/article/view/13122.

[45] Zhang, H., Zhang, H., & Zhang, J. (2015). Demographic age structure and economic development: Evidence from Chinese provinces. Journal of Comparative Economics, 43(1), 170-185. doi: https://doi.org/10.1016/j.jce.2014.07.002.

Gambar

Tabel 1. Rata-rata Variabel yang Digunakan dalam Penelitian No Variabel 2000 2005 2010 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 N15-29 29,56 28,78 27,60 26,01 2 N30-49 25,90 27,77 28,39 29,24 3 N50-64 8,01 9,14 9,74 11,42 4 N65+ 3,73 4,04 4,11 4,42 5 PDRB per kapita
Gambar 1. Struktur Umur Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi
Tabel 2. Rangkuman Hasil Regresi Panel Model Random Effect

Referensi

Dokumen terkait

Data dari hasil observasi dapat berupa data kuantitatif yang berupa penugasan materi (nilai evaluasi) dan tanggapan proses pemebelajaran yang dilaksanakan oleh

Tidak ada hubungan keadaan rongga mulut anak sindrom down dalam menjaga kebersihan gigi mulut dengan terjadinya karies gigi, dan responden yang memiliki keadaan

untuk pasien rawat inap ada program customer visite,untuk menanyakan kepada pasien bagaimana pelayanan rumah sakit dan pelayanan askes serta memberikan info yang dibutuhkan

Kemudian hasil identifikasi tersebut dituangkan atau divisualisasikan ke dalam kanvas BMC yang terdiri dari Customer Segments (segmen pelanggan), Value Propositions

• Pemakaian barang untuk proyek dan kegiatan maintenance (yang tidak tiap tahun dilakukan) akan diberikan catatan di forecast sehingga untuk periode ke depan, apabila tidak

Jika diasumsikan bahwa foton yang tiba pada panel surya tidak mengalami absorpsi oleh materi di Tata Surya maupun oleh atmosfer Bumi, dan tidak ada daya yang hilang dari panel surya

e-Filing atau penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara elektronik adalah suatu layanan yang disediakan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) agar Wajib Pajak (WP)

  Tujuan   dari   menggunakan   paprika  sebagai  bahan  dasar  yaitu  bahan  baku  yang  sangat  melimpah   dan  menambah  varian  makanan  dari  jenis  manisan...