THE MOODY HANDBOOK OF THEOLOGY (1) REVISED AND EXPANDED EDITION
Oleh: Paul Enns
“This book was fi rst published in the United States by Moody Publishers, 820 N. LaSalle Blvd., Chicago, IL 60610 with the Ɵ tle The Moody Handbook of Theology, Revised and Expanded EdiƟ on, Copyright ©1989, 2008 by Paul Enns. Translated by permission”
Diterbitkan oleh
LITERATUR SAAT
Jalan Anggrek MerpaƟ 12, Malang 65141 Telp. (0341) 490750
website: www.literatursaat.com Penulis : Paul Enns
Alih Bahasa : RahmiaƟ Tanudjaja
PenyunƟ ng : Chilianha Jusuf, ChrisƟ ne L. W. Emma Penata Letak : Yusak P. Palulungan, Deril C. Waluyo Gambar Sampul : Lie Ivan Abimanyu
Edisi terjemahan telah mendapat izin dari penerbit buku asli. Cetakan Pertama : 2003 Cetakan Kedua : 2004 Cetakan KeƟ ga : 2006 Cetakan Keempat : 2008 Cetakan Kelima : 2010 Cetakan Keenam : 2013
Cetakan Ketujuh : 2014 (Edisi Revisi) Cetakan Kedelapan : 2016
Cetakan Kesembilan : 2019
Dilarang memproduksi sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Enns, Paul
The Moody Handbook of Theology, Revised and Expanded (1) / Paul Enns ––Alih bahasa, RahmiaƟ Tanudjaja––Cet. 9––Malang : Literatur SAAT, 2019.
472 hlm. ; 22 cm
DAFT
DAFT
DAFT
DAFT
DAFTAR ISI
AR ISI
AR ISI
AR ISI
AR ISI
9 11 Prakata
Kata Pengantar Edisi Revisi
Kata Pengantar untuk Edisi I 15
B
AGIAN1: T
EOLOGIB
IBLIKA1. Pendahuluan Teologi Biblika 21
2. Pendahuluan Teologi Perjanjian Lama 29
3. Teologi Era Edenik 41
4. Teologi Era Nuh 47
5. Teologi Era Patriakh 53
6. Teologi Era Musa 57
7. Teologi Era Monarki 63
8. Teologi Era Para Nabi 67
9. Pendahuluan Teologi Perjanjian Baru 79
10. Teologi Sinoptik 83
11. Teologi Kisah Para Rasul 99
12. Teologi Yakobus 105
13. Teologi Paulus 109
14. Teologi Ibrani 125
15. Teologi Petrus dan Yudas 133
16. Teologi Yohanes 141
B
AGIAN2: T
EOLOGIS
ISTEMATIKA17. Pendahuluan Teologi Sistematika 157
18. Bibliologi: Doktrin Alkitab 163
19. Teologi Proper: Doktrin Allah 197
20. Kristologi: Doktrin Kristus 243
21. Pneumatology: Doktrin roh Kudus 277
22. Angelology: Doktrin Malaikat 323
24. Soteriologi: Doktrin Keselamatan 361
25. Eklesiologi: Doktrin Gereja 393
26. Eskatologi: Doktrin Akhir Zaman 421
D
AFTART
ABELRelasi Teologi Biblika dan Disiplin Lain 24
Urutan dari Teologi Biblika 24
Kontras antara Teologi Biblika dengan Teologi Sistematika 25 Kerajaan: Kesatuan Tema dari Teologi PL 36
Kerangka Kovenan dari Teologi PL 37
Format Perjanjian The Suzerainity––Vassal dari Kovenan Mosaik
58 75 84 100 110 111 168 180 204 218 225 246 250 259 260 260 261 281 282 284 288 289 di Keluaran 19 Visi-visi Zakharia
Perbandingan Injil: Perbedaan dan Persamaan Mukjizat-mukjizat Apostolik yang Sama Kronologi Kehidupan Paulus
Surat-surat Paulus
Jenis-jenis dari Wahyu Allah
Firman Allah Dua Wahyu yang Hidup Atribut Allah: Macam-macam Kategori Diagram Kuno dari Tritunggal yang Kudus Urutan ketetapan-ketetapan
Nubuat tentang Kristus di PL Penggenapan Nubuat tentang Kristus Perkataan Kristus di Injil
Karya Yesus yang Merupakan Karya Allah Signifikansi Milenial dari Mukjizat Kristus Mukjizat-mukjizat yang diseleksi di Injil Yohanes Beberapa Kata Ganti Maskulin untuk Roh Kudus Sebutan untuk Roh Kudus
Atribut-atribut Allah Tritunggal Minyak sebagai Tipologi dari Roh Ciptaan Napas Allah
294 304 313 330 333 347 353 365 384 406 410 Paralel Penghakiman: Air Bah dan Tribulasi
Perbandingan Kemampuan Alamiah dan Spiritual Relasi dari Karunia-karunia Fundamental
Nama-nama Setan Klarifikasi Malaikat
Beragam Pandangan tentang Komposisi Manusia Pandangan-pandangan tentang Imputasi Dosa Teori-teori Penebusan
Kontras dari Dua Kelahiran
Bentuk-bentuk dari Pemerintahan Gereja Pandangan-pandangan tentang Perjamuan Tuhan
D
EFINISIISTILAH TEOLOGI BIBLIKA dapat digunakan dengan cara-cara yang berbeda.
Meskipun dalam bagian ini penggunaannya difokuskan pada suatu metode khusus dalam studi teologi, namun harus dimengerti bahwa istilah itu secara luas digunakan untuk menunjuk pada suatu gerakan yang pada dasarnya antagonistik terhadap iman evangelikal. Penggunaan yang bersifat negatif di sini dimaksudkan dan dimunculkan sebelum adanya pembahasan tentang arti yang sah dari teologi biblika.
Pada awalnya, istilah ini digunakan untuk menjelaskan gerakan teologi biblika. Gerakan ini berawal dari liberalisme dan neo-ortodoksi. Gerakan ini muncul dalam karya tulis Walther Eichordt volume pertama tentang teo-logi PL di tahun 1933 yang berakhir dengan publikasi karya kedua von Rad tentang teologi PL yang diterbitkan pada tahun 1960.1 Brevard Childs
menyatakan bahwa gerakan itu mengalami kematiannya pada tahun 1963 dengan dicetaknya buku Honest To God dari A. T. Robinson.
Gerakan ini pada awalnya merupakan reaksi terhadap liberalisme dan berusaha untuk kembali pada studi eksegesis Kitab Suci, khususnya penekanan pada studi kata-kata biblika. Karya Kittel yang bersifat monumental, yaitu sepuluh volume Theological Dictionary of the New Testament merupakan perkembangan dari gerakan itu. Rupanya sebagai suatu gerakan, gerakan itu tidak pernah melepaskan diri dari pengaruh liberalisme; gerakan itu tetap memakai metode kritik historis. Misalnya, dalam mempelajari kitab Injil, penganut-penganut gerakan teologi biblika mengaplikasikan metode kritik historis dalam usaha untuk menemukan kata-kata Kristus mana yang sebenar-nya merupakan kata-kata yang benar-benar dikatakan oleh-Nya.
Meskipun pada abad XVII dan XIX kelemahan pesan dari liberalisme disadari, namun gerakan itu tetap mempertahankan presuposisi liberalisme terhadap Alkitab. Penganut-penganut pandangan neo-ortodoksi mengenai pewahyuan, mengajarkan evolusi sebagai teori asal mula, dan lebih menekankan aspek manusiawi dari Alkitab daripada aspek Ilahinya. Sebagai akibatnya, gerakan ini menghancurkan dirinya sendiri. Sebab, sangatlah tidak mungkin untuk melakukan studi eksegesis Kitab Suci secara serius dan pada saat yang sama menyangkali otoritas dari Kitab Suci itu sendiri.2
PEND
PEND
PEND
PEND
PENDAHUL
AHUL
AHUL
AHUL
AHULU
U
U
UAN
U
AN
AN
AN
AN
TEOLOGI BIBLIKA
TEOLOGI BIBLIKA
TEOLOGI BIBLIKA
TEOLOGI BIBLIKA
TEOLOGI BIBLIKA
1
THE MOODY HANDBOOKOF THEOLOGY
22
Pemahaman lain dari istilah teologi biblika untuk menunjukkan suatu metode di mana pengambilan bahan-bahannya berorientasi pada sejarah PL dan PB untuk menghasilkan suatu teologi. Naturnya adalah eksegesis, di mana bahan-bahan diambil dari Alkitab dan bukan dari pengertian teologi secara filosofis; studi ini menekankan pada peristiwa-peristiwa sejarah dari mana doktrin-doktrin itu diajukan; studi ini menyelidiki teologi yang muncul sesuai dengan periode sejarahnya (seperti era Nuh atau Abraham) atau dari para penulis secara individu (seperti tulisan Paulus dan Yohanes).
Teologi biblika yang dijelaskan di atas dapat disebut sebagai “cabang ilmu teologi yang secara sistematis mempelajari perkembangan penyataan Allah dalam sejarah sebagaimana yang dinyatakan di Alkitab.”3
Beberapa unsur penting yang perlu diperhatikan berkaitan dengan defi-nisi ini adalah:4
Sistematisasi
Teologi biblika menyelidiki periode sejarah di mana Allah telah menya-takan diri-Nya, atau penekanan doktrinal dari penulis-penulis Alkitab yang berbeda dan kemudian disusun secara sistematis. Teologi biblika, meskipun dipresentasikan secara sistematis, namun berbeda dengan teologi sistematik yang mengasimilasikan kebenaran dari seluruh Alkitab dan dari luar Kitab Suci, dalam proses menyistematiskan doktrin-doktrin Alkitab. Teologi biblika lebih sempit. Teologi biblika lebih terfokus untuk menekankan periode sejarah yang dinyatakan dalam PL atau tentang pengajaran eksplisit dari penulis ter-tentu di PB.
Sejarah
Teologi biblika menaruh perhatian pada peristiwa penting dalam sejarah yang menyatakan doktrin-doktrin Alkitab. Apa yang dapat dipelajari dari era PL tentang pewahyuan? Apa situasi dan kondisi pada waktu penulisan Matius dan Yohanes? Apa situasi dan kondisi pembaca dari surat Ibrani? Hal-hal itu merupakan pertanyaan-pertanyaan penting yang akan menolong untuk menemukan penekanan doktrinal dari periode tertentu atau dari penulis ter-tentu.
Progres dari Wahyu
Doktrin ortodoksi yang telah lama dipegang oleh kaum evangelikal adalah kepercayaan mengenai wahyu yang bersifat progresif; Allah tidak menyatakan semua kebenaran tentang diri-Nya sekaligus, melainkan sebagian demi sebagian kepada orang yang berbeda di sepanjang sejarah (lih. Ibr. 1:1). Teologi biblika menelusuri wahyu yang progresif dan melihat bagaimana penyataan Allah mengenai diri-Nya dinyatakan dalam era tertentu atau melalui penu-lis tertentu. Oleh karena itu, penyataan Allah tentang diri-Nya kepada
23 PENDAHULUANUNTUK TEOLOGI BIBLIKA Nuh dan Abraham jika dibandingkan tidaklah seprogresif penyataan kepada Yesaya. Buku PB yang ditulis sebelumnya, seperti Yakobus, merefleksikan pandangan yang lebih primitif tentang gereja dibandingkan dengan buku-buku yang ditulis kemudian, seperti dalam surat-surat pastoral.
Natur yang Alkitabiah
Berlawanan dengan teologi sistematik, yang mengambil informasi ten-tang Allah dari berbagai sumber dan sumber itu bisa yang mana saja, teologi biblika memiliki fokus yang lebih sempit yang mengambil informasi hanya dari Alkitab (dan dari informasi sejarah yang menjelaskan lebih luas tentang peristiwa-peristiwa sejarah di Alkitab). Jadi natur dari teologi biblika adalah eksegetikal, yaitu mempelajari doktrin-doktrin dari berbagai periode sejarah atau mempelajari kata-kata dan pernyataan-pernyataan dari penulis-penulis tertentu. Hal ini memungkinkan orang yang mempelajari Alkitab untuk menentukan penyataan Allah tentang diri-Nya dalam periode sejarah.
H
UBUNGANDENGAND
ISIPLINI
LMUL
AIN5Studi Eksegetikal
Teologi biblika memiliki hubungan langsung dengan eksegesis (“men-jelaskan; menafsirkan”), dapat dikatakan bahwa teologi merupakan hasil dari eksegesis. Eksegesis berdasar pada teologi biblika. Eksegesis bertugas untuk menganalisa teks Alkitab menurut metode literal—gramatikal—historikal. (1) Bagian yang harus dipelajari menurut arti yang umum dari suatu bahasa. Bagaimana kata itu atau kalimat itu pada umumnya dimengerti? (2) Bagian itu harus dipelajari menurut aturan tata bahasa; eksegesis menuntut penelitian dari kata benda, kata kerja, kata depan, dan lain-lain, untuk mendapatkan pengertian yang tepat dari bagian tersebut. (3) Bagian itu harus dipelajari sesuai dengan konteks historisnya. Bagaimana situasi politik, sosial, dan konteks budaya pada waktu itu? Teologi biblika tidak diakhiri dengan eksegesis tetapi harus dimulai dengan eksegesis. Seorang teolog harus menganalisa teks secara tepat untuk mendapatkan pengertian yang benar dari apa yang ditulis oleh Matius, Paulus atau Yohanes.
Studi Latar Belakang Penulisan
Meskipun tujuan dari teologi biblika bukan untuk memberikan pem-bahasan yang rinci tentang hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang penulisan, namun beberapa pembahasan sangat penting karena kesimpulan dari suatu penafsiran kadang-kadang berkaitan secara langsung dengan studi tentang latar belakang penulisan. Latar belakang penulisan menentukan isu-isu seperti penulis, tanggal penulisan, tujuan penulisan dan situasi kondisi serta tujuan penulisan. Misalnya, penanggalan kitab Ibrani sangat penting
THE MOODY HANDBOOKOF THEOLOGY
24
karena hal itu berkaitan dengan penderitaan macam apa yang sedang dialami oleh pembaca kepada siapa buku itu ditujukan. Penganiayaan menjadi sangat berat setelah Roma dibakar pada tahun 64 M. Yang lebih penting adalah isu tentang tujuan dalam Ibrani. Jika audiens dipahami sebagai orang yang belum percaya, maka kitab ini akan dipelajari dari sudut itu; apabila pembaca dime-ngerti sebagai orang Kristen Yahudi, maka kitab itu akan dimedime-ngerti secara berbeda. Contoh lain adalah pembaca Matius, Markus dan Lukas juga menen-tukan bagaimana penulis ini dievaluasi. Misalnya, pandangan teologis Matius harus dimengerti dari sudut bahwa ia menulis kepada orang Yahudi. Sudut pandang teologis si penulis jelas sangat berkaitan dengan isu-isu latar belakang penulisan.
Kitab Suci
Pendahuluan Eksegesis Hermeneutik
Teologi Biblika
Teologi Sistematik dan Teologi Dogmatik
Apologetik Teologi Historikal Teologi
dan Teologi Kontemporer Praktikal
Studi Teologi Sistematik
Ada persamaan dan perbedaan antara teologi biblika dengan sis-tematik. Keduanya berakar pada penganalisaan Kitab Suci, namun demi-kian teologi sistematik juga berusaha memperoleh kebenaran dari sumber-sumber di luar Alkitab. Dari hubungan antara kedua teologi ini, ada bebe-rapa perbedaan yang dapat dilihat. (1) Teologi biblika merupakan awal dari teologi sistematik; eksegesis memimpin teologi biblika yang kemudian
URUTAN DARI TEOLOGI BIBLIKA
Eksegesis Teologi Biblika Teologi Sistematika
RELASI TEOLOGI BIBLIKA DENGAN DISIPILIN LAIN
25 PENDAHULUANUNTUK TEOLOGI BIBLIKA memimpin teologi sistematik. (2) Teologi biblika berusaha menentukan apa yang dimaksudkan oleh penulis Alkitab berkaitan dengan isu-isu teologi, sedangkan teologi sistematik menjelaskan mengapa sesuatu itu benar dengan menambahkan pandangan secara filosofis. (3) Teologi biblika memberikan pandangan penulis Alkitab, sedangkan teologi sistematik memberikan diskusi doktrinal dari sudut pandang masa kini. (4) Teologi biblika menganalisis materi dari penulis tertentu atau periode sejarah tertentu, sedang-kan teologi sistematik meneliti semua materi baik dari Alkitab maupun dari luar Alkitab yang berkaitan dengan doktrin tertentu.
Perbedaan antara teologi biblika dengan teologi sistematik dapat digam-barkan sebagai berikut:
TEOLOGI BIBLIKA
Membatasi studinya hanya pada
Kitab Suci.
Mempelajari bagian-bagian dari Kitab Suci.
Menyusun informasi tentang suatu doktrin dari seorang penulis tertentu (mis. Yohanes atau Paulus) atau era
tertentu (mis. Abrahamik, Mosaik,
profetik).
Berusaha untuk mengerti mengapa
atau bagaimana suatu doktrin
berkembang.
Berusaha untuk mengerti proses dan hasil dari produk itu.
Melihat progres dari wahyu dalam era yang berbeda (seperti di era Eden, Nuh).
KONTRAS ANTARA
TEOLOGI BIBLIKA DENGAN TEOLOGI SISTEMATIK TEOLOGI SISTEMATIKA
Mencari kebenaran dari Kitab Suci dan dari sumber lain di luar Alkitab. Mempelajari keseluruhan dari Kitab Suci.
Menyusun informasi tentang suatu doktrin dengan mengkorelasikan
semua Kitab Suci.
Berusaha untuk mengerti apa yang tertulis pada akhirnya.
Berusaha untuk mengerti hasil dari
produk itu.
Melihat kulminasi dari wahyu Allah.
M
ETODOLOGI7Teologi biblika PL paling baik dimengerti apabila PL dipelajari untuk mendapatkan suatu “pusat” atau kesatuan prinsip. Ada banyak proposal yang berbeda yang telah diusulkan berkaitan dengan tema kesatuan dari PL. Walter Kaiser mengusulkan “janji” sebagai tema kesatuan; Elmer Martens mengusulkan “rancangan Allah” sebagai hal utama; sedangkan Eugene Merrill mengusulkan “kerajaan” sebagai tema yang mendasari PL. Apa pun tema yang ditekankan,
THE MOODY HANDBOOKOF THEOLOGY
26
teologi biblika dari PL harus meliputi tema dari periode yang berbeda di PL (wahyu progresif) (lihat penjelasan metodologi selanjutnya di pasal 2 tentang “Pendahuluan Teologi PL”).
Oleh karena kitab-kitab PB kemungkinan ditulis dalam kurun waktu 50 tahun,6 maka teologi biblika PB harus memperhatikan sudut pandang penulis
PB yang berbeda. Jadi, teologi biblika PB dipelajari berdasarkan teologi Paulus, teologi Petrus, teologi Yohanes dan seterusnya. Studi ini mengevaluasi doktrin khusus apakah yang ditekankan oleh penulis-penulis PB dan bagaimana mereka mengembangkan doktrin tersebut (lih. penjelasan tentang metodologi selanjut-nya di pasal 9 “Pendahuluan Teologi PB”).
K
EPENTINGANT
EOLOGIB
IBLIKA7Memperlihatkan Perkembangan Sejarah Doktrin
Teologi biblika penting untuk mencegah kita mempelajari doktrin terlepas dari konteks sejarahnya. Dalam studi teologi sistematik sangat mungkin kita mengabaikan konteks sejarah dari kebenaran doktrin; teologi biblika berusaha menghindari hal itu dengan cara memberikan perhatian kepada konteks sejarah pada waktu doktrin itu diberikan.
Memperlihatkan Penekanan dari Penulis
Teologi biblika menyatakan pengajaran doktrinal dari penulis tertentu atau selama suatu periode tertentu. Dalam pengertian tersebut, teologi biblika menyistematiskan Kitab Suci berdasarkan penulis atau periode waktu tertentu. Hal itu memungkinkan orang yang mempelajarinya menentukan apa yang dite-kankan pada masa Abraham atau apa yang ditedite-kankan oleh rasul Yohanes dan hal itu memberikan perspektif yang berbeda yang biasanya tidak didapatkan dalam proses studi teologi sistematik.
Memperlihatkan Unsur Manusiawi Dalam Inspirasi
Memang benar bahwa Alkitab diinspirasikan secara verbal dan tanpa salah, namun demikian, juga benar bahwa penulis Kitab Suci, masing-masing menulis sesuai dengan gaya mereka. Teolog biblika menekankan faktor manusiawi dalam penulisan Kitab Suci (namun tidak mengabaikan inspirasi). Jadi, teologi biblika dimaksudkan untuk menemukan apa yang Yohanes atau Paulus ajar-kan atau apa yang diteajar-kanajar-kan selama periode sejarah tertentu di PL. Teologi biblika “Menunjukkan latar belakang individu, interes, dan gaya dari penulis-penulis. Teologi biblika menekankan bahwa para penulislah yang telah menyu-sun Firman Tuhan, dan tentu saja, menyumenyu-sun dan menulisnya di bawah peng-awasan Ilahi.”8
27 PENDAHULUANUNTUK TEOLOGI BIBLIKA
C
ATATAN1. J. Goldingay, “The Study of Old Testament Theology: It’s Aims and Purpose,” Tyndale
Bulletin 26 (1975), 34.
2. Untuk pembahasan, evaluasi dan kritik yang konservatif lihat G. F. Hasel, “Biblical Theology Movement” dalam Walter A. Elwell, ed., Evangelical
Dictio-nary of Theology (Grand Rapids: Baker, 1984), hal. 149-152; dan Geoffrey W.
Bromiley, “Biblical Theology” dalam Everett F. Harrison, ed., Baker’s Dictionary of
Theology (Grand Rapids: Baker, 1960), 95-97. Untuk evaluasi yang
non-konser-vatif lihat Brevard S. Childs, Biblical Theology in Crisis (Philadelphia: Westminster, 1970) dan James Barr, “Trends and Prospects in Biblical Theology,” Journal of
Theo-logical Studies 25 (1974):265-282.
3. Charles C. Ryrie, Biblical Theology of the New Testament (Chicago: Moody, 1959), 12. Lihat juga pembahasan singkat yang berguna dalam Charles C. Ryrie, Basic
Theology (Wheaton: Victor, 1986), 14.
4. Ryrie, Biblical Theology of the New Testament, 12-14.
5. Lihat pembahasan oleh Ryrie, Biblical Theology of the New Testament, hal. 14-19; dan Geerhardus Vos, Biblical Theology: Old and New Testament (Grand Rapids: Eerdmans, 1948), 14-16.
6. Kurang dari tiga puluh tahun menurut John A. T. Robinson, Redating the New
Tes-tament (Philadelphia: Westminster, 1976), 352.
7. Lihat Ryrie, Biblical Theology of the New Testament, 20-24; dan Vos, Biblical
Theo-logy, 17-18.
8. Ryrie, Biblical Theology of the New Testament, 23.
U
NTUKS
TUDIL
EBIHL
ANJUTD
ALAMT
EOLOGIB
IBLIKA* Geoffrey W. Bromiley. “Biblical Theology.” Dalam Everett F. Harrison, ed., Baker’s
Dictionary of Theology (Grand Rapids: Baker, 1960), 95-97.
** Brevard S. Childs. Biblical Theology in Crisis (Philadelphia: Westminster, 1970). ** Donald Guthrie. New Testament Theology (Downers Grove, Ill.: InterVarsity,
1981), 21-74.
** Gerhard Hasel. Old Testament Theology: Basic Issues in the Current Debate, rev. ed. (Grand Rapids: Eerdmans, 1982). Ini merupakan karya penting dalam pemba-hasan metodologi dari teologi PL.
* “Biblical Theology Movement.” Dalam Walter A. Elwell, ed., Evangelical Dictionary
of Theology (Grand Rapids: Baker, 1984), 149-152.
** Walter C. Kaiser, Jr. Toward an Old Testament Theology (Grand Rapids: Zondervan, 1978), 1-19.
** Elmer A. Martens. God’s Design: A Focus on Old Testament Theology (Grand Rapids: Baker, 1981).
* J. Barton Payne. The Theology of the Older Testament (Grand Rapids: Zondervan, 1962), 15-24.
* Charles C. Ryrie. Biblical Theology of the New Testament (Chicago: Moody, 1959), 11- 24.
* Geerhardus Vos. Biblical Theology: Old and New Testaments (Grand Rapids: Eerd-mans, 1948), 3-18.