• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat meningkatkan fungsi sistem imun, namun sebaliknya ketika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat meningkatkan fungsi sistem imun, namun sebaliknya ketika"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan sesuatu yang penting bagi kelangsungan hidup manusia. Bagaimana tidak, kesehatan sangat dibutuhkan untuk menjalani rutinitas kehidupan sehari-hari. Pemenuhan kebutuhan hidup dapat tercapai dengan optimal, ketika tubuh dalam kondisi yang sehat. Sering kali individu hanya fokus terhadap kesehatan fisik padahal kesehatan psikis juga merupakan hal penting yang harus dijaga. Ketika suasana hati dalam keadaan positif hal tersebut dapat meningkatkan fungsi sistem imun, namun sebaliknya ketika suasana hati negatif, sistem imun dalam tubuh tertahan sehingga dapat memicu berbagai penyakit (Salovey, Rothman, Detweiler, & Steward, 2000).

Pada beberapa tahun terakhir banyak studi telah mengkaji hubungan antara kesehatan psikis dengan berbagai penyakit. Seringkali emosi negatif seperti kecemasan dan putus asa dihubungkan dengan kesehatan fisik dan mental yang buruk sedangkan emosi positif seperti harapan dihubungkan dengan kesehatan fisik dan mental yang baik (Salovey, Rothman, Detweiler, & Steward, 2000; Spiro, 2001; Ray, 2004). Bahkan terdapat pepatah kuno dari Solomon (2010) mengatakan bahwa “Hati yang riang adalah obat yang baik”. Hal tersebut menunjukkan bahwa pandangan atau pikiran seringkali memengaruhi kesehatan.

(2)

Secara garis besar berdasarkan studi awal di PT Kenko Indonesia Wilayah Jakarta, pada umumnya saat ini karyawan memiliki orientasi kesehatan yang kurang baik. Orientasi kesehatan karyawan PT Kenko Indonesia bertolak belakang dengan harapan dan status kesehatan yang dimilikinya. Dari 27 outlet yang ada di wilayah Jakarta, saat ini banyak karyawan sedang dalam status kesehatan yang kurang baik namun karyawan memiliki keinginan dan berharap kesehatan di masa tuanya baik-baik saja. Hal ini tidak diimbangi dengan pola hidup sehat dan banyak karyawan tidak memelihara serta menjaga kesehatan dengan baik. Karyawan sadar betul tentang apa yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatannya namun tidak memiliki motivasi dan upaya untuk sehat secara fisik maupun upaya untuk menghindari masalah kesehatan.

Kemudian terkait dengan status kesehatan karyawan PT Kenko Indonesia Wilayah Jakarta, peneliti menemukan bahwa dalam memandang kesadaran kesehatan pribadi, karyawan menganggap kesehatannya dalam kondisi yang kurang baik. Terlepas dari faktor cuaca dan bekerja, karyawan kerap menderita penyakit seperti flu, pusing dan batuk. Beberapa karyawan juga merasa cemas akan kesehatannya, karyawan merasa cemas bila menderita penyakit yang berkepanjangan karena tidak mendapat jaminan kesehatan dari perusahaan. Namun dari kesadaran kesehatan pribadi dan kecemasan kesehatan yang dialami oleh karyawan tidak diimbangi dengan perilaku hidup sehat agar orientasi kesehatan dapat terjaga dengan baik.

(3)

Selanjutnya karyawan menilai penghargaan diri terhadap kesehatannya dengan kegiatan yang belum mencerminkan sikap menjaga kesehatan yang baik. Karyawan bahkan menggunakan waktu liburnya untuk bekerja agar mendapat pendapatan lebih. Banyak waktu yang dihabiskan karyawan untuk bekerja dan jarang memperhatikan kesehatannya dengan berolahraga. Karyawan juga kurang memiliki motivasi menghindari perilaku hidup tidak sehat, banyak waktu yang dihabiskan untuk bekerja, pola makan yang tidak seimbang dan tidak teratur, kurang istirahat, merokok, dan jarang berolahraga. Merupakan salah satu perilaku hidup tidak sehat yang dimiliki oleh karyawan.

Kemudian karyawan juga kurang memiliki motivasi kesehatan yang baik, karyawan kurang termotivasi untuk menjaga kesehatan fisik tubuhnya. Karyawan belum termotivasi menjaga kesehatan karena merasa kesehatannya baik-baik saja, padahal dengan pola hidup yang tidak sehat dapat menimbulkan masalah kesehatan di masa depan. Meskipun karyawan memiliki kesadaran kesehatan pribadi, kecemasan kesehatan, penghargaan diri terhadap kesehatan, motivasi perilaku hidup tidak sehat, motivasi kesehatan yang kurang baik. Karyawan memiliki harapan kesehatan yang baik di masa depan. Karyawan berharap bahwa kesehatannya di masa tua atau mendatang dalam kondisi yang baik. Dengan perilaku dan pola hidup yang dimiliki oleh karyawan sangatlah suit untuk dapat memiliki kesehatan yang baik di masa depan. Kesehatan harus dijaga sejak dini, apa yang dilakukan saat ini akan berdampak kemudian. Seperti halnya dengan kesehatan, jika karyawan saat ini menjaga betul

(4)

kesehatannya maka di masa depan orientasi kesehatannya juga akan terjaga dengan baik.

Penelitian mengenai orientasi kesehatan di beberapa Negara seperti Jepang dan Amerika Serikat juga memiliki kesadaran kesehatan personal yang rendah dan tidak memiliki keyakinan kesehatan fisik yang baik di masa depan, meskipun dalam hal ini penduduk Amerika Serikat selangkah lebih baik dalam memandang orientasi kesehatannya dibandingkan dengan penduduk Jepang (Snell & Lloyd, 2002). Hal ini membuktikan bahwa masyarakat dunia sebetulnya mengetahui kondisi kesehatannya saat ini dan akibatnya bila tidak menjaga kesehatan namun tidak memiliki kesadaran akan pentingnya memelihara kesehatan. Padahal untuk menjaga kesehatan bukan hanya secara fisik melainkan juga harus memelihara kesehatan psikis.

Ray (2004) dan Richman, et. al (2005) mengemukakan bahwa pada dasarnya kesehatan fisik dan psikis saling memengaruhi satu sama lain. Otak manusia berinteraksi dengan semua sistem biologis tubuh termasuk perasaan dan kepercayaan, hal ini berpengaruh terhadap fungsi tubuh termasuk fungsi sistem imun. Lebih lanjut dalam sebuah studi pasien yang menjalani perawatan medis, Richman, et. al (2005) mengemukakan bahwa emosi positif dapat melindungi berkembangnya suatu penyakit, yang terbagi menjadi 2 (dua) emosi positif, yaitu (1) harapan dan (2) rasa ingin tahu. Emosi positif ini dapat mengurangi kecenderungan memiliki penyakit hipertensi, diabetes, atau infeksi saluran pernafasan.

Emosi positif akan terbentuk saat seseorang termotivasi untuk mencari dan memahami informasi serta melakukan perilaku kesehatan, setelah emosi

(5)

positif terbentuk maka orientasi kesehatan individu tersebut semakin kuat dan terbentuk dengan baik. Namun hal ini tidak didapatkan pada karyawan PT Kenko Indonesia. Karyawan cenderung belum dapat melakukan perilaku kesehatan yang baik dan benar. Kurangnya informasi mengenai kesehatan dan tidak adanya motivasi untuk memperbaiki kesehatan membuat karyawan sering terkena penyakit. Meskipun karyawan PT Kenko Indonesia memiliki rasa ingin tahu yang cukup besar dalam memelihara kesehatannya, akan tetapi karyawan tidak menindaklanjuti keingintahuannya. Melainkan hanya sebagai sebatas informasi dan tidak merubah perilakunya agar dapat hidup lebih sehat.

Papalia & Feldman (2012) mengatakan bahwa selain emosi tertentu, sifat-sifat kepribadian ternyata juga berhubungan dengan kesehatan. Apabila seseorang secara konsisten bermusuhan, hal ini berhubungan dengan penyakit yang serius dan mengurangi kesempatan hidup yang lebih lama sedangkan sifat optimisme berhubungan dengan kesehatan yang lebih baik dan hidup yang lebih panjang. Lebih lanjut Tindle (2009) mengemukakan bahwa kepribadian manusia seperti optimisme berhubungan dengan menurunnya resiko penyakit jantung koroner dan kematian pada perempuan pasca menopause sedangkan rasa bermusuhan mengakibatkan pola yang sebaliknya.

Selanjutnya Snell & Lloyd (2002) mengemukakan bahwa manusia terkadang mengalami masalah dan merasa frustrasi dengan aspek kesehatan yang berhubungan dengan kehidupannya, untuk itu kepribadian juga merupakan aspek penting bagi seseorang karena akan memengaruhi kesehatan fisik yang dapat berkontribusi secara positif ataupun negatif. Lebih lanjut menurut Papalia & Feldman (2012) orang dewasa paruh baya memiliki

(6)

kemungkinan terbesar dalam mengalami distres psikologi yang serius seperti kesedihan yang berlebihan, rasa gugup, putus asa, dan rasa tak berharga sepanjang waktu dari pada orang dewasa yang lebih muda atau yang lebih tua.

Sebuah penelitian pada tahun 2007 silam menurut American Psychological Association (dalam Papalia & Feldman, 2012) stres juga dikatakan dapat merusak kesehatan secara tidak langsung melalui faktor gaya hidup, biasanya individu yang sedang stres mengalami kurang tidur, merokok, mengkonsumsi minuman berakohol lebih banyak dan tidak memperhatikan kesehatan mereka.

Berkaitan dengan penelitian mengenai orientasi kesehatan yang ada sampai saat ini, masyarakat secara perlahan percaya bahwa diri sendiri adalah penentu utama dari status kesehatan dan secara langsung diri sendiri dapat mengambil kendali atas kehidupan kesehatannya dengan cara maupun upaya yang dapat memberikan kontribusi untuk menghindari risiko kesehatan dan kegiatan pencegahan untuk memelihara kesehatan (Snell & Lloyd, 2002).

Bila pikiran memengaruhi kesehatan, apakah berarti terdapat kesalahan dalam cara berpikir masyarakat saat ini?. Bila benar demikian, masyarakat harus menggunakan pola pikir yang tepat untuk menjaga kesehatannya. Lebih jauh Dweck (2006) menguraikan mindset menjadi 2 (dua) yaitu (1) mindset tetap (fixed mindset) dan (2) mindset berkembang (growth mindset). Mindset tetap (fixed mindset) merupakan pola pikir yang sudah ada sejak manusia dilahirkan bersamaan dengan potensi, kecerdasan dan bakat yang dimiliki dan mindset berkembang (growth mindset) merupakan pola pikir

(7)

yang berkembang seiring berjalannya waktu, setiap manusia memiliki banyak kemampuan yang dapat diolah yang didapatkan dari upaya-upaya tertentu.

Selanjutnya Dweck (2009) mengemukakan bahwa growth mindset atau pola pikir pertumbuhan membuat beberapa orang memikirkan bakat dan kemampuan sebagai hal-hal yang dapat dikembangkan melalui usaha, praktek, dan instruksi yang melahirkan potensi tertentu. Individu dengan growth mindset akan berusaha memperbaiki pola kesehatannya, dengan upaya tersebut bukan tidak mungkin kesehatan yang optimal akan didapat.

Di banyak tempat, growth mindset telah berkembang dan menjadi suatu hal yang benar serta secara bertahap dapat mendorong kesejahteraan masyarakat. Individu dengan mindset berkembang mengetahui bahwa harus bekerja keras untuk dapat menikmati hasilnya kemudian. Dengan memahami upaya tersebut dapat menyatukan kemampuan terpendam yang dimiliki serta secara bertahap menyebabkan tumbuh dari waktu ke waktu yang menghasilkan suatu pola pikir yang berkembang (Dweck, 2015).

Solso, Maclin, & Maclin (2007) mengemukakan bahwa Mindset yang terus berkembang disertai dengan upaya-upaya yang telah dilakukan, pada saat itulah kita akan sadar adanya pengalaman-pengalaman sadar yang tersinkronisasi dengan sempurna dengan aktivitas-aktivitas otak, sehingga para psikolog mengasumsikan bahwa pengalaman sadar tersebut menunjukkan adanya realita yang melandasi suatu proses yang disebut realita kesadaran. Kesadaran juga merupakan pengenalan seseorang terhadap peristiwa mentalnya sendiri, seperti kesadaran yang ditimbulkan oleh memori dan pemikiran tentang jati dirinya sendiri.

(8)

Pemikiran-pemikiran internal dan bersifat pribadi tersebut sama pentingnya dengan stimuli eksternal dalam menentukan “siapa diri kita” dan “apa yang kita pikirkan”. Setiap hari individu memiliki “pengalaman-pengalaman sadar” yang tak terhitung jumlahnya, yang diakibatkan oleh pemandangan dan suara-suara di sekelilingnya dan juga pengalaman sadar internal yang tak terhingga akibat dari pengalaman dan pemikiran yang mereflesikan reaksi dan perasaan pribadi (Solso, Maclin, & Maclin, 2007). Apa yang dipikirkan hal itulah yang kemudian diproses secara sadar dan membentuk suatu pecahan teka-teki yang terus digabungkan dengan memori dan pengalaman yang telah didapat menjadi suatu kesadaran yang diyakini. Pikiran untuk menjaga kesehatan adalah awal untuk mengawali proses untuk menjaga kesehatan tubuh.

Dengan demikian seorang individu yang memiliki kesadaran, dapat melakukan pergerakan atas kemauannya sendiri sehingga individu tersebut dapat mengarahkan atensi dan perilakunya kepada aspek-aspek lingkungan yang menimbulkan hasil akhir yang baik (Solso, Maclin, & Maclin, 2007). Hal ini sejalan dengan penelitian Dweck (2006) mengenai growth mindset, yaitu individu memiliki pola pikir tertentu dan memiliki banyak kemampuan terpendam yang didapatkan dari upaya-upaya sehingga melahirkan suatu potensi. Secara alami seorang individu sudah dapat menentukan dan memiliki kesadaran yang akan membawanya kepada pola-pola tertentu, hanya saja upaya yang dilakukan setiap individu berbeda-beda. Hal ini yang secara tidak langsung membuat perbedaan dalam pola pikir terutama pola pikir tentang kesehatan, karena orientasi kesehatan setiap orang berbeda-beda. Yang

(9)

menentukan perbedaanya adalah diri sendiri, lingkungan, serta upaya yang dilakukan oleh setiap individu.

Seseorang yang telah sadar akan kesehatan dan berusaha untuk melakukan hal-hal yang bekaitan dengan kesehatan untuk menjaga kesehatannya dengan growth mindset maka gambaran mental, harapan dan penilaian tentang diri yang kemudian disebut konsep diri telah terbentuk dengan baik. Bila individu terus mengembangkan growth mindset ke arah yang lebih positif maka konsep diri positif dapat terbentuk sehingga orientasi kesehatan yang dimiliki juga akan berjalan baik sehingga dapat mensejahterakan kehidupan masyarakat.

Sutatminingsih (2009) mengemukakan bahwa ciri konsep diri positif bukan kebanggaan besar mengenai diri sendiri melainkan bentuk penerimaan diri seperti kerendahan hati dan kedermawanan. Konsep diri positif merupakan cerminan pengenalan dirinya dengan baik, sehingga evaluasi tentang dirinya sendiri menjadi positif. Sedangkan ciri konsep diri negatif merupakan pengetahuan yang tidak tepat mengenai diri sendiri, pengharapan yang tidak realistis, harga diri yang rendah, keangkuhan serta keegoisan. Meskipun individu lahir tanpa konsep diri, sebenarnya konsep diri tersebut mulai berkembang sejak individu tersebut dilahirkan. Konsep diri berkembang dengan menggunakan bahasa, pengetahuan serta pengalaman yang semakin banyak, konsep diri mulai terbentuk dan menjadi kuat.

Konsep diri dan growth mindset merupakan hal-hal yang dapat memengaruhi orientasi kesehatan seseorang. Bagaimana orientasi kesehatan yang ada di masyarakat ketika konsep diri dan growth mindset mereka belum

(10)

berkembang secara maksimal?. Tentunya masyarakat akan lebih sering terkena penyakit yang mengakibatkan pada kondisi kesehatan yang buruk. Dengan kondisi kesehatan yang buruk dapat mengakibatkan kelangsungan hidup manusia menjadi buruk, bahkan tidak dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Padahal untuk dapat memenuhi orientasi kesehatan yang baik pada umumnya manusia bekerja. Bahkan menurut Egerter, Dekker, Grossman, & Braveman (2008) di Negara Amerika, dari 24 jam waktu yang dimiliki, rata-rata orang dewasa menghabiskan waktu lebih dari 12 jam digunakan di tempat kerja.

Lebih lanjut Egerter, Dekker, Grossman, & Braveman (2008) mengemukakan bahwa individu yang bekerja dapat memengaruhi kondisi kesehatannya, tidak hanya dengan mengekspos tubuh harus dalam kondisi fisik yang sehat, tetapi kondisi kesehatannya tersebut juga dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Selain fitur tempat kerja, sifat pekerjaan dan bagaimana hal tersebut diatur juga dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental seseorang. Pekerjaan dapat memberikan rasa identitas, status sosial, tujuan hidup, dan dukungan sosial. Pekerjaan juga dapat membentuk konsep diri dan growth mindset seseorang.

Tentunya konsep diri antara seseorang yang bekerja dan tidak dapat bekerja karena memiliki penyakit atau masalah kesehatan berbeda. Growth mindset yang terbentuk pun akan berbeda karena motivasi atau upaya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sangat bergantung pada kondisi kesehatan yang baik. Pekerja dan keluarga yang sehat, mereka akan cenderung mengeluarkan biaya medis yang lebih rendah dan lebih produktif, sementara mereka dengan

(11)

kondisi kesehatan kronis menghasilkan biaya yang lebih tinggi dalam hal penggunaan perawatan kesehatan, absensi, kecacatan dan secara keseluruhan mengurangi produktivitas (Egerter, Dekker, Grossman, & Braveman, 2008).

Dalam hal ini growth mindset yang terbentuk sangatlah bergantung pada kondisi kesehatan seseorang. Sehingga konsep diri yang dihasilkan akan menentukan orientasi kesehatan dalam kondisi yang baik atau buruk. Masalah kondisi pekerja dan penyakit di tempat kerja memiliki dampak keuangan besar pada pengusaha besar maupun pengusaha kecil. Terkait dengan hal ini, karyawan PT Kenko Indonesia, tidak memiliki asuransi kesehatan atau jaminan kesehatan yang di tanggung oleh perusahaan. Sehingga karyawan perlu mengeluarkan dana tambahan untuk kesehatannya. Disinilah konsep diri dan growth mindset setiap karyawan terbentuk secara berbeda-beda, tergantung cara setiap karyawan memandang pentingnya kesehatan bagi dirinya. Karena setiap orang memiliki konsep diri dan growth mindset yang berbeda tentu orientasi kesehatan yang dimiliki juga berbeda. Untuk itu salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan mudah adalah dengan memperbarui pikiran mengenai kesehatan.

Berdasarkan fenomena yang di temukan melalui observasi dan wawancara pada karyawan PT Kenko Indonesia dan didukung oleh beberapa studi mengenai konsep diri, growth mindset dan orientasi kesehatan peneliti menganggap hal ini penting untuk dikaji dalam sebuah penelitian. Perusahaan yang akan menjadi subyek data penelitian ini merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa health and beauty seperti reflexology, waxing dan shoe polish yaitu PT Kenko Indonesia yang berkantor pusat di Jakarta. Sebagai

(12)

perusahaan yang bergerak di bidang jasa pelayanan kesehatan dan kecantikan PT Kenko Indonesia mengutamakan agar customer selalu menjaga kesehatan dan kecantikannya, dapat lebih berenergi, tidak memiliki stres, dan penuh vitalitas.

Namun peneliti menemukan bahwa karyawan tidak mendapatkan jaminan kesehatan, lalu bagaimana konsep diri dan growth mindset yang dimiliki karyawan ketika mereka harus memberikan pelayanan kesehatan kepada customer sedangkan karyawan PT Kenko Indonesia mengeluarkan dana tambahan untuk menjaga kesehatannya sendiri. Berdasarkan uraian diatas, peneliti menganggap hal tersebut penting untuk dilakukan penelitian tentang pengaruh konsep diri dan growth mindset terhadap orientasi kesehatan pada karyawan di PT Kenko Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan diatas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah Konsep Diri berpengaruh terhadap Orientasi Kesehatan pada karyawan PT Kenko Indonesia?

2. Apakah Growth Mindset berpengaruh terhadap Orientasi Kesehatan pada karyawan PT Kenko Indonesia?

3. Apakah Konsep Diri dan Growth Mindset berpengaruh secara simultan terhadap Orientasi Kesehatan pada karyawan PT Kenko Indonesia?

(13)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui pengaruh Konsep Diri terhadap Orientasi Kesehatan pada karyawan PT Kenko Indonesia Wilayah Jakarta.

2. Mengetahui pengaruh Growth Mindset terhadap Orientasi Kesehatan pada karyawan PT Kenko Indonesia Wilayah Jakarta.

3. Mengetahui sejauh mana Konsep Diri dan Growth Mindset berpengaruh secara simultan terhadap Orientasi Kesehatan pada karyawan PT Kenko Indonesia Wilayah Jakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis maupun manfaat praktis sebagai berikut :

1.

Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang berarti bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya bidang Psikologi Kesehatan, yang berkaitan dengan Orientasi kesehatan yang berkaitan dengan konsep diri dan growth mindset.

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan baru mengenai growth mindset dalam masyarakat Indonesia

(14)

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur penelitian dimasa mendatang mengenai konsep diri, growth mindset dan orientasi kesehatan.

2. Manfaat Praktis a. Untuk Karyawan

Diharapkan dapat lebih bijak dalam memperhatikan orientasi kesehatan dengan konsep diri dan growth mindset yang dimiliki menjadi lebih baik.

b. Untuk Masyarakat

Dapat memberikan informasi dan himbauan kepada masyarakat tentang orientasi kesehatan yang baik dan pola hidup sehat dengan melakukan pemeriksaan kesehatan sejak dini serta memberikan pengetahuan baru tentang growth mindset.

c. Untuk Mahasiswa

Dapat memberikan informasi serta masukan bagi mahasiswa tentang pengaruh konsep diri dan growth mindset dalam menjaga orientasi kesehatan.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari penelitian ini adalah: Bab I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

(15)

Bab II : Kajian Pustaka

Bab ini berisi tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori-teori yang dinyatakan adalah teori yang berhubungan dengan orientasi kesehatan, growth mindset, konsep diri, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai Subyek Penelitian dan Metode penelitian yang terdiri dari variabel penelitian, definisi operasional, model penelitian, populasi, metode penarikan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan teknik analisis data. Bab IV : Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisi gambaran umum deskripsi data, hasil pengujian hipotesis, pengujian asumsi dasar, hasil uji validitas dan uji reliabilitas, analisis data dan interpretasi hasil penelitian.

Bab V : Kesimpulan, Keterbatasan Penelitian, dan Saran

Bab ini menjelaskan tentang hasil akhir penelitian yang berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran.

Referensi

Dokumen terkait

 Unsur - unsur pancasila sebelum secara langsung dirumuskan menjadi dasar filsafat negara, nilai - nilainya yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan

Puji syukur dan terima kasih kepada Allah SWT atas segala berkah dan ridhonya sehingga dapat terselesaikannya skripsi yang berjudul AKTIVITAS INHIBISI DIPEPTIDYL

Untuk penelitian yang akan datang disarankan untuk mengganti variabel kreativitas iklan dengan variabel lainnya, hal ini dikarenakan hasil pengujian menunjukkan bahwa

menggunakan Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), yang pada dasarnya merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan

Dalam seleksi bibit untuk toleransi terhadap kekeringan perlu dipilih karakter-karakter atau peubah yang berkorelasi dengan sejumlah karakter lain terhadap pertumbuhan jarak

menunjukkan, bahwa rataan denyut nadi domba yang diberi ransum K1 memiliki hasil pengukuran yang lebih tinggi dari K2, serta pemberian pakan dua kali memiliki pengukuran denyut

Olen kiinnostunut nimenomaan siitä, miten nuoret kokivat hankkeen auttavan ja tukevan heitä mahdollisten muutosten tekemisessä sekä mitä nämä muutoksen

Adanya pemeraman dengan sari daun pepaya yang semakin meningkat dari T1 sampai T3 menyebabkan kandungan serat yang tidak dapat dicerna semakin tinggi yang kemudian berimbas