• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. Kajian Pustaka. Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. Kajian Pustaka. Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II Kajian Pustaka

2.1. Kelompok Sosial

Kelompok sosial atau “social group” adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, oleh karena adanya hubungan antara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong.

Adapun beberapa persayaratan kelompok sosial adalah :

1. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.

2. Ada hubungan timbal-balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya.

3. Terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, idiologi politik yang sama, dan lain-lain. (Soekanto, 2002;166)

Menurut Smelser (dalam Wafa 2003), kelompok sekunder adalah suatu kelompok dimana anggotanya memiliki sedikit ikatan emosional dan bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Didalam kelompok sekunder fungsi seorang individu menjadi lebih penting dari pada individunya sendiri. Oleh sebab itu keberadaan individu dalam suatu kelompok dapat digantikan oleh individu yang lain yang memiliki keterampilan yang sama.

(2)

2.2. Modal Sosial

Modal sosial awalnya dipahami sebagai suatu bentuk di mana masyarakat menaruh kepercayaan terhadap komunitas dan individu sebagai bagian didalamnya. Mereka membuat aturan kesepakatan bersama sebagai suatu nilai dalam komunitasnya. Sebagai salah satu elemen yang terkandung dalam masyarakat sipil, modal sosial menunjuk pada nilai dan norma yang dipercayai dan dijalankan oleh sebagian besar anggota masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup individu dan keberlangsungan komunitas masyarakat.

Konsep modal sosial pertama sekali dijabarkan oleh Max Weber, dimana Weber melihat sekte babtis pada agama Kristen, memperlihatkan kualitas moral dalam mengawali sebuah bisnis serta untuk mendapatkan pinjaman modal. Unsur-unsur modal sosial yang dijabarkan oleh Weber yakni:

1. adanya jaringan hubungan non-ekonomi.

2. adanya fungsi jaringan sosial yang memungkinkan terjadinya perputaran informasi.

3. Informasi dan kepercayaan digunakan untuk mendapatkan sumber daya ekonomi (Trigilia,2001).

Robert Pudnam mendefenisikan modal sosial sebagai suatu nilai mutual trust

(keprecayaan) antara anggota masyarakat dan masyarakat terhadap pemimpinnya. Modal sosial didefinisikannya sebagai institusi sosial yang melibatkan jaringan (networks), norma-norma (norms) dan kepercayaan sosial (social trust) yang

(3)

mendorong pada sebuah kolaborasi sosial untuk kepentingan bersama (www.ireyogya.com).

Pierre Bourdieu, juga menegaskan tentang modal sosial sebagai sesuatu yang berhubungan satu dengan yang lain, baik ekonomi, budaya, maupun bentuk-bentuk

social capital (modal sosial) berupa institusi lokal maupun kekayaan Sumber Daya Alamnya. Pendapatnya menegaskan tentang modal sosial mengacu pada keuntungan dan kesempatan yang didapatkan seseorang di dalam masyarakat melalui keanggotaannya dalam entitas sosial tertentu (paguyuban, kelompok arisan, asosiasi tertentu).

Sedangkan Francsi fukuyama (2002), mendefinisikan modal sosial sbagai serangkaian nilai atau norma-norma formal yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu kelompok yang memingkinkan terjalinnya kerjasama antara mereka. Nilai dan norma informal tertentu yang dimiliki oleh kelompok-kelompok sosial yang di masyarakat sebagai dasar yang mendorong mereka menjalin kerjasama. Dimana diharapkan dari kerjasama tersebut akan mendatanglan keuntungan dalam bidang-bidang tertentu dalam kehidupan sosial seperti sosial, budaya, atau ekonomi.

Konsep kunci modal sosial adalah bagaimana orang dengan mudah dapat bekerjasama. Berdasarkan pengertian modal sosial yang sudah dikemukakan diatas, maka didapatkan pengertian modal sosial yang lebih luas yaitu berupa jaringan sosial atau sekelompok orang yang dihubungkan oleh perasaan simpati dan kewajiban serta oleh norma.

Dari beberapa sarjana yang mendefinisikan modal sosial, Lubis (2006) menyimpulkan bahwa elemen-elemen pokok modal sosial mencakup 3 unsur yaitu :

(4)

(a) Kepercayaan/Trust (kejujuran, kewajaran, sikap egliter, toleransi, dan kemurahan hati), (b) Jaringan sosial/Social Networks (partisipasi, resprositas, solidaritas, kerjasama), (c) Pranata/Institution. Aspek-aspek elemen modal social tersebut saling berhubungan satu sama lain yang diperlihatkan skema berikut.

Skema 1.Hubungan antar elemen modal sosial

PRANATA

* nilai-nilai bersama * norma & sanksi * aturan-aturan

Kemurahan hati* * Keadilan

Toleransi * * Kolaborasi/Kerjasama Sikap egaliter * * Solidaritas

Kewajaran * * Resiprositas Kejujuran * * Partisipasi

KEPERCAYAAN JARINGAN SOSIAL

Menurut Linda Ibrahim (dalam jurnal masyarakat, 2002) mengatakan bahwa, modal sosial ditingkat komunitas ketetanggaan diperkotaan sebagai kehidupan berorganisasi antar warga merefleksikan dinamika tindakan kolektif warga dalam mengatasi masalah bersama termasuk peningkaan pendapatan warga dengan dinamika kehidupan sosiabilitas merupakan sumber modal sosial. Kehidupan sosiabilitas mencakup nilai kepedulian sosial (prilaku), kepercayaan sosial antar anggota dan solidaritas sosial sebagai inti kehidupan sosial. Hasil penelitiannya menemukan bahwa lemahnya kehidupan sosiabilitas dan cenderung semu dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu ditemukan adanya kedekatan hubungan atau

(5)

tingkat kepercayaan yang tinggi dan juga kuat untuk dapat dimanfaatkan dalam memecahkan masalah bersama dalam kehidupan berorganisasi dan bermasyarakat.

Skema kerangka pemikiran modal sosial dalam kehidupan berorganisasi menurut Linda Ibarahim (2002):

2.2.1 Kepercayaan

Trust atau rasa saling mempercayai adalah suatu bentuk keinginan untuk mengabil resiko dalam hubungan-hubungan sosial yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung. (Hasbullah, 2006,11)

Fukkuyama (dalam badaruddin, 2005:31) berpendapat bahwa unsur terpenting dalam modal sosial ini adalah kepercayaan (trust) yang merupakan perekat bagi langggengnya kerjasama dalam kelompok msayarakat. Dengan kepercayaan (trust) orang-orang aka bisa bekerja sama dengan efektif. Menurut Pretty dan Ward sikap saling percaya merupakan unsur pelumas yang sangat penting untuk kerja sama, yang oleh Putnam dipercaya sebagai melicinkan kehidupan sosial. Tentang pentingnya kepercayaan didalam modal sosial ini Fukuyama berpendapat : Social Capital adalah

Kehidupan Sosiabilitas Nilai Kepedulian Kepercayaan Sosial Solidaritas Sosial KEHIDUPAN BERORGANISASI

(6)

kapabilitas yang muncul dari kepercayaan umum didalam sebuah masyarakat atau bagian-bagian tertentu darinya. Ia bisa dilembagakan dalam kelompok sosial yang paling kecil dan mendasar demikian juga kelompok-kelompok sosial masyarakat yang paling besar sepert Negara dan dalam seluruh kelompok lain yang ada diantaranya. Social Capital berbeda dengan bentuk-bentuk human capital lain sejauh ia bisa diciptakan dan ditransmisikan melaui mekanisme kultural seperti agama, tradisi, atau kebiasaan sejarah (Badaruddin, 2005;37). Fukuyama mendefenisikan

trust adalah sikap saling mempercayai dalam masyarakat yang memungkinkan mayarakat tersebut saling besatu dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial. Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh Qianhong Fu yang membagi tingkatan trust pada tingkatan individual, tingkatan relasi sosial dan pada tingkatan sistem sosial. Disini yang akan dibahas adalah tingkatan relasi sosial. Pada tingkatan relasi sumber trust menurut Nahapit dan Ghosal berasal dari adanya nilai-nilai yang bersumber dari kepercayaan agama yang dianut, kompetensi seseorang dan keterbukaan yang telah menjadi norma dimasyarakat. Pada tingkat institusi sosial, trust merupakan atribut kolektif untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok (Hasbullah, 2006;12).

Saling percaya akan kemauan baik dan kesedian untuk saling membantu antara satu dengan yang lainnya, merupakan modal sosial. Dalam bukunya Rusdi Syahra dkk,(2000) menyatakan bahwa, modal sosial dapat dilihat dan diukur dari :

1. Kepercayaan, atau sifat amanah (Trust) adalah : kecendrungan untuk menepati sesuatu yang telah dikatakan baik secara lisan maupun tulisan. Adanya sifat kepercayaan ini merupakan landasan utama bagi kesedian

(7)

seseorang untuk menyerahkan sesuatu kepada orang lain, dengan keyakinan bahwa yang bersangkutan akan menepati janji atau memenuhi kewajiban.

2. Solidaritas, kesediaan untuk secara suka rela ikut menanggung suatu konsekuensi sebagai wujud adanya rasa kebersamaan dalam menghadpai suatu masalah.

3. Toleransi, kesediaan untuk memberikan konsesi atau kelonggaran, baik dalam bentuk materi maupun non-materi sepanjang tidak berkenaan dengan hal-hal yang bersifat prinsipil (Kristina, 2003).

Penelitian yang dilakukan oleh Badaruddin tentang potensi modal sosial dalam komunitas nelayan menemukan adanya beberapa potensi modal sosial, yaitu patron klien, koperasi, serikat tolong menolong dan arisan. Dalam keempat potensi modal sosial yang ditemukannya tersebut diketahui bahwa (trust) adalah unsur utama yang membentuk potensi-potensi tersebut. Menurut Badaruddin adanya sikap saling percaya dalam komunitas nelayan merupakan faktor pendorong bagi munculnya keinginan adanya suatu bentuk jaringan sosial yang dimapankan dalam wujud pranata sosial, dan pranata sosial itu dikenal dengan patron klien (Badaruddin, 2005;36). .

2.2.2. Jaringan Sosial.

Salah satu kunci membangun modal sosial terletak pada kemampuan sekelompok orang dalam suatu asosiasi atau perkumpulan dalam melibatkan diri dalam suatu jaringan sosial. Masyarakat selalu berhubungan sosial dengan masyarakat yang lain melalui berbagai variasi hubungan yang saling berdampingan

(8)

dan dilakukan atas prinsip kesukarelaan (voluntary), kesamaan (equality), kebebasan (freedom) dan keadaban (civility). Kemampuan anggota-anggota kelompok/ mayarakat untuk selalu menyatukan diri dalam suatu pola hubungan yang sinergetis akan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kuat tidakya modal sosial suatu kelompok. Jaringan sosial biasanya terbentuk atas dasar kesamaan garis keturunan, pengalaman-pengalaman sosial turun-temurun dan kesamaan kepercayaan pada dimensi ketuhanan (religius beliefs) yang cenderung memiliki keterikatan yang tinggi.

Jaringan dalam penelitian ini dibentuk berdasarkan atas kesamaan kepercayaan agama. Jaringan sosial bedasarkan kepercayaan agama ini diorganisasikan menjadi sebuah institusi yaitu STM yang bermanfaat terhadap anggotanya untuk mendapatkan modal sosial dari jaringan tersebut. Didalam STM ini mekanisme modal sosial dilihat dalam bentuk kerjasama, kerjasama tersebut merupakan upaya menciptakan relasi sosial yang saling menguntungkan bagi setiap anggota kelompok.

2.2.3 Nilai dan Norma

Norma sosial tumbuh dan berkembang dalam STM yang memiliki peran dalam mengatur dan mengontrol bentuk-bentuk prilaku anggota dalam STM. Menurut Jousairi Hasbullah, norma didefinisikannya sebagai sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu. Norma-norma sosial ini biasanya terinstitusionalisasi dan mengandung sangsi sosial yang dapat mencegah individu berbuat sesuatu yang menyimpang dari

(9)

kebiasaan yang berlaku dimasyarakatnya. Jika didalam suatu komunitas, asosiasi, kelompok atau group, norma tersebut tumbuh, dipertahankan, kuat maka hal ini akan memperkuat hubungan sosial (Hasbullah, 2006;13) .

Francis Fukuyama (dalam Hasbullah, 2006;108) berargumentasi bahwa agama merupakan salah satu sumber utama Modal Sosial. Perkumpulan-perkumpulan keagamaan sangat potensial untuk menghadirkan dan membangun suatu bentuk dan ciri tertentu dari Modal sosial. Ajaran agama merupakan salah satu sumber nilai dan norma yang menuntut prilaku masyarakat. Agama lah yang menjadi sumber utama inspirasi, energi sosial serta yang memberikan ruang bagi terciptanya orientasi hidup penganutnya. Tradisi yang telah berkembang secara turun temurun juga sebagai sumber terciptanya norma-norma dan nilai, hubungan-hubungan rasional. Tatanan yang terbangun merupakan produk kebiasaan yang turun temurun, dan kemudian membenyuk kualitas modal sosial

Modal sosial (social capital) merupakan isu menarik yang banyak dibicarakan dan dikaji belakangan ini. Dalam laporan tahunannya yang berjudul Entering the 21st Century, misalnya, Bank Dunia mengungkapkan bahwa tingkat modal sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap proses-proses pembangunan. Sehingga diharapkan Kajian modal sosial banyak membawa manfaat. Menurut Lesser (2000), modal sosial sangat penting bagi komunitas karena ia: (1) mempermudah akses informasi bagi angota komunitas; (2) menjadi media power sharing atau pembagian kekuasaan dalam komunitas; (3) mengembangkan solidaritas; (4) memungkinkan mobilisasi sumber daya komunitas; (5) memungkinkan pencapaian bersama; dan (6) membentuk perilaku kebersamaam dan berorganisasi komunitas

(10)

Wafa, dalam penelitiannya (2003), melihat bagaimana modal sosial bermanfaat bagi kelompok tani “mardi Utomo”. Hal ini dapat dilihat dari, (1) adanya

trust yang menyebabkan mudahnya dibina kerjasama yang saling menguntungkan (mutual benefit) diantara anggota sehingga mendorong timbuknya hubungan resiprokal. Hubungan yang bersifat resiprokal akan menyebabkan social capital

semakin kuat dan bertahan lama karena hubungan timbal balik yang menguntungkan dan memenuhi unsur keadilan (fairness); (2) adanya mekanisme kontrol, dimana sanksi diberlakukan kepada anggota yang melanggar ketentuan yang menjadi konsensus bersama berupa sanksi moral stigma dicap sebagai wong males dan sanksi non-moral berupa tindakan resiprokal; (3) pekerjaan petani membuat mobilitas yang rendah sehingga memungkinkan mereka untuk bertemu dengan intensitas yang tinggi; (4) tujuan kelompok sosial yang bersifat realistis yaitu langsung menyentuh kepada anggota dengan menjadikam social capital dalam kelompok tani dapat berjalan. Sehingga modal sosial bermanfaan dalam mencapai tujuan kelompok tani “Mardi Utomo” yaitu memenuhi kebutuhan rumah dan pengolahan sawah bagi anggotanya.

Pudnam melihat bahwa modal sosial bermanfaat dalam menguatkan demokrasi. Bentuk manfaat lain dapat dilihat pada arisan sebagai salah satu potensi modal sosial yang memiliki kekuatan trust dan jaringan yang kuat. Manfaat modal sosial pada kelompok ini berupa pertukaran informasi antara anggotanya, keberagaman latar belakang anggota, memuat informasi yang mereka pertukarkan sangat beragam dan menambah wawasan (Kompas, 22 Oktober 2006).

Hakikat dari modal sosial adalah hubungan sosial yang terjalin dalam kehidupan sehari-hari warga masyarakat. Hubungan sosial mencerminkan hasil

(11)

interaksi sosial dalam waktu yang relatif lama sehingga menghasilkan jaringan pola kerjasama, pertukaran sosial, saling percaya, termasuk nilai dan norma yang mendasari hubungan sosial tersebut. Sebagai mahluk sosial tidak ada individu yang hidup sendiri tanpa berinteraksi dengan orang lain. Oleh sebab itu tidak ada satu masyarakat atau bentuk komunitas yang tidak memiliki modal sosial. Pola hubungan sosial ini lah yang mendasari kegiatan bersama atau kegiatan kolektif antar warga masyarakat. Dengan demikian, masyarakat tersebut mampu mengatasi masalah mereka bersama-sama (partisipasi aktif). (Ibrahim, 2006)

2.3. Social Capital Bonding

Pengertian Social capital Bonding adalah, tipe modal sosial dengan karakteristik adanya ikatan yang kuat (adanya perekat sosial) dalam suatu sistem kemasyarakatan. Misalnya, kebanyakan anggota keluarga mempunyai hubungan kekerabatan dengan keluarga yang lain. Yang mungkin masih berada dalan satu etnis. Disini masih berlaku adanya sistem kekerabatan dengan system klen. Dibanyak daerah klen masih berlaku. Hubungan kekerabatan ini bisa menyebabkan adanya rasa empati. Kebersamaan. Bisa juga mewujudkan sara simpati, rasa berkewajiban, rasa percaya, resiprositas, pengakuan timbal-balik dan nilai budaya yang meraka percaya.

Rule of low/ aturan main merupakan aturan atau kesepakatan bersama dalam masyarakat, bentuk aturan ini bisa formal seperti aturan undang-undang. Namun ada juga sanksi non formal yang akan diberikan masyarakat kepada anggota masyarakat berupa pengucilan, rasa tidak hormat, bahkan dianggap tidak ada dalam lingkungan komunitas. Ini menimbulkan ketakutan dari setiap anggota masyarakat yang tidak

(12)

melaksanakan bagian dari masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, norma-norma itu tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Tradisi atau adat istiadat (custom) merupakan tata kelakuan yang kekal serta integrasi yang kuat dengan pola-pola prilaku masyarakat yang mempunyai kekuatan untuk mengikat dengan beban sanksi bagi pelanggar

Dari hasil penelitian yang dilakuakn oleh Robert Pudnam dimana ia membagi tipologi modal sosial berdasarkan pola-pola interelasi sehingga menghasilka Social capital Bonding/ eksklusif, dimana nuansa hubungan yang terbentuk mengarah pada

inward looking. Modal sosial terikat (Bonding Social Capital) cenderung bersifat eksklusif dimana terdapat ciri khas yaitu baik kelompok maupun anggota kelompok, dalam konteks ide relasi dan perhatian lebih berorientasi ke adalam (inward looking). Ragam masyarakat atau individu yang menjadi anggota kelompok ini umumnya homogen, bisa karena dipengaruhi oleh latar belakang suku yang sama dan agama yangs sama serta memiliki kemampuan untuk mempertahankan nilai-nilai yang turun temurun telah dijalankan dan diakui sebagai bagian dari tata perilaku dan perilaku moral dari kelompok yang homogen tersebut. Kelompok yang homogen tersebut cenderung bersifat konservatif dan lebih mengutakan diri dan kelompok sesuai dengan tuntutan nilai-nilai dan norma masyarakat yang lebih terbuka.

Ciri-ciri Sosial Capital Bonding meurut Robert Pudnam adalah: a. Terikat/ ketat, jaringan yang eksklusif

b. Pembedaan yang kuat antara “orang kami” dan orang luar c. Hanya ada satu alternative jawaban

(13)

e. Kurang akomodatif terhadap pihak luar f. Mengutamakan kepentingan kelompok

Referensi

Dokumen terkait

Penatalaksanaan pada pasien ini secara umum adalah menghindari garukan untuk mencegah infeksi sekunder, menghindari hal-hal yang ada kaitannya dengan prurigo, yakni

TINJAUAN YURIDIS SENGKETA PEMBAGIAN HARTA BERSAMA SETELAH PERCERAIAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA). Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tujuan penelitian

Penelitian ini membahas tentang evaluasi maturity level sistem informasi perpustakaan dengan Kerangka kerja Cobit 4.1 pada Stimikom Stella Maris Sumba, dengan tujuan untuk

Dengan demikian, pada penelitian ini akan dikaji kadar AOPP tulang akibat diabetes melitus yang dihubungkan dengan durasi tertentu hiperglikemia dengan menggunakan

Stringer (2002) berpendapat bahwa, ada indikator yang digunakan untuk menilai iklim organisasi tersebut yaitu, struktur adalah perasaan karyawan secara baik dan mempunyai

Jadi dalam kesimpulan yang dikemukakan Abdilah 2002, belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat (l) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2012 tentang Badan