• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fatchullah et al., Pengaruh Jarak Tanam 28

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Fatchullah et al., Pengaruh Jarak Tanam 28"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UMBI

BENIH GENERASI SATU (G1) MENGGUNAKAN SETEK TUNAS UMBI DARI

BEBERAPA VARIETAS KENTANG (Solanum tuberosum L.)

The Effect of Spacing Distance on the Growth and First Generation (g1) of Seed Tuber Production from the Sprout Cutting of Some Potato (Solanum tuberosum l.) Varieties

Deden Fatchullah

Balai Penelitian Tanaman Sayuran

Jln. Tangkuban Parahu 517 Lembang, Bandung Barat 40391 e-mail korespondensi: fatchullah1960@gmail.com

ABSTRAK

Jarak tanam pada tanaman kentang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi umbi benih generasi satu

(G1). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi umbi benih kentang G1, (2) pengaruh varietas kentang terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi umbi benih kentang G1, (3) interaksi varietas dan jarak tanam, dan (4) jarak tanam yang mampu menghasilkan produksi umbi benih kentang G1 tertinggi. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu (BALITSA), Lembang, Jawa Barat dari bulan September sampai bulan Desember 2015. Penelitian ini menggunakan RAK pola faktorial dengan dua faktor. Faktor A adalah jarak tanam (8 cm x 8 cm, 9 cm x 9 cm, 10 cm x 10 cm) dan faktor B adalah varietas (Amabile, Medians, Kastanum, Cingkariang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Semakin lebar jarak tanam meningkatkan lebar kanopi, bobot brangkasan kering, jumlah danbobot total umbi benih berukuran (10-29,9 g), tetapimenurunkan tinggi tanaman, dan jumlah stolon. (2) Kastanum tertinggi dan Medians terendah pada bobot brangkasan kering tanaman, tetapi Medians tertinggi dan Kastanum terendah pada jumlah dan bobot umbi benih kentang G1. (3) Tidak terdapat interaksi antara jarak tanam dan varietas terhadap pertumbuhan dan hasil umbi benih kentang. (4) Jarak tanam yang menghasilkan produksi total umbi benih kentang G1tertinggi adalah 9 cm x 9 cm. Kata kunci: kentang, jarak tanam, varietas, produksi umbi benih kentang G1.

ABSTRACT

The crop spacing distance of potato can affect on the growth and seed tuber G1 production. This study aims were to determine (1) the effect of plant spacing on plant growth and the production of potato seed tubers G1, (2) the effect of potato varieties to plant growth and the production of potato seed tubers G1, (3) interaction of the plant spacing distance and varieties, and (4) the spacing of which is capable of producing the highest seed potato tubers G1. The research was conducted at experimental field Margahayu, Institude Vegetables Research (IVEGRI), Lembang, West Java from September to December 2015. This study used RCBD in factorial experiment with two factors. Factor A is a spacing (8 cm x 8 cm, 9 cm x 9 cm , 10 cm x 10 cm) and factor B are varieties (Amabile, Medians, Kastanum, Cingkariang). The results showed that: (1) The wider spacing of further increased the width of the canopy, the dry weight of plant shoot, the total amount and weight of seed tuber G1 (10-29,9 g), but decreased the height of plant and stolons. (2) Kastanum have the highest and Medians have the lowest of the dry weight of plant shoot, but Medians had highest and Kastanum had the lowest of the amount and weight of seed tuber G1. (3) There was no interaction between plant spacing and varieties on growthand yield of potato seed tubers. (4) The plant spacing of which was capable on producing the highest seed potato tubers G1 was 9 cm x 9 cm.

Key words: potato, spacing distance, variety, potato tuber seed G1.

Kebutuhan terhadap produk pertanian semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk sehingga bahan pangan yang tersedia harus mencukupi kebutuhan masyarakat. Produk hortikultura memiliki peran besar dalam memenuhi kebutuhan pangan tersebut.Salah satu komoditas unggul bahan pangan adalah tanaman kentang.

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas hortikultura yang menjadisumber karbohidrat selain padi, gandum danjagung. Kandungan gizi kentang per 100g umbi yaitu protein 2 g, lemak 0,1 g,karbohidrat 19,1 g, kalsium 11 mg, fosfor 50 mg, besi 0,7mg, serat 0,3 g, vitamin B1 0,09 mg, vitamin C 16 mg dan kalori 83

kal (Idawati, 2012). Di Indonesia produksi kentang semakin meningkat dari1,060,805 tontahun 2010 menjadi1.347.815 ton tahun 2014, demikian pula dengan produktivitasnya pada 15.94 ton/ha tahun 2010menjadi 17.67 ton/ha tahun 2014(BPS, 2015).

Perbenihan adalah salah satu pendukung utama dalam pembangunan pertanian, oleh karena itu perbenihan merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian utama dalam memenuhi kebutuhan benih berkualitas di Indonesia. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk perbanyakan benih kentang, salah satunya dengan menggunakan setek tunas umbi (sprout) dengan pengaturan jarak tanam yang sesuai. Perbanyakan

(2)

umbi benih kentang dengan sprout merupakan bahan perbanyakan tanaman berupa tunas yang berasal dari umbi. Penggunaan sprout dari umbi kentang sangat membantu masyarakat mendapatkan bahan tanam dan meringankan biaya produksi umbi benih kentang karena dari satu umbi kentang dapat diperoleh lebih dari satu sprout atau tergantung jumlah mata tunas yang tumbuh. Namun dalam budidaya kentang menggunakan sprout belum ada penelitian yang telah menetapkan suatu jarak tanam yang baik dalam produksi umbi benih kentang generasi satu.

Pengaruh pengaturan jarak tanam terhadap produksi umbi benih kentang dapat mempengaruhi persaingan dalam hal penggunaan air dan zat hara, persaingan dalam pembentukan jumlah umbi dan berat umbikentang. Pada hasil penelitian Gunawan (1999) menyatakan bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan dan hasil umbi mini kentang. Semakin rapat perlakuan jarak tanam semakinmeningkat pertumbuhan tinggi tanaman kentang, semakin tinggi nilai indeks luas daun, dan potensi umbi yang berukuran kecil lebih banyak.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi

umbi benih generasi satu (g1) menggunakan setek tunas

umbi dari beberapa varietas kentang (Solanum tuberosum l.).Hipotesis yang diajukan adalah adakah pengaruh interaksi antara varietas dan jarak tanam terhadap tinggi tanaman, lebar kanopi, bobot brangkasan kering, jumlah stolon per tanaman, jumlah umbi per tanaman, jumlah umbi per petak, bobot umbi per tanaman, dan bobot umbi per petak.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan

Margahayu, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

(BALITSA), Lembang, Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2015 sampai bulan Desember 2015.

Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) Pola Faktorial dengan dua faktor. Faktor J adalah jarak tanam yaitu 8 cm x 8 cm; 9 cm x 9 cm; 10 cm x 10 cm, faktor V adalah varietas yaitu Amabile, Medians, Kastanum,dan Cingkariang. Penelitian ini terdiri dari 12 kombinasi perlakuan dan 3 ulangan sehingga total terdapat 36 unit percobaan. Pengambilan data dilakukan pada 7 sampel tanaman disetiap perlakuan.

Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisa dengan sidik ragam menggunakan Statistical Analysis System (SAS) dan apabila sidik ragam menunjukkan perbedaan yang nyata sampai sangat nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Parameter Pengamatan

- Tinggi tanaman

- Lebar kanopi

- Bobot brangkasan kering

- Jumlah stolon per tanaman

- Jumlah umbi pertanaman, per petak

- Bobot umbi per tanaman, per petak

HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman

Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan tidak ada interaksi antar perlakuan jarak tanam dengan varietas yang digunakan terhadap tinggi tanaman kentang. Pada Tabel 1. berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa tinggi tanaman kentang berbeda nyata pada perlakuan jarak tanam, sedangkan pada keempat varietas yang digunakan memiliki tinggi tanaman yang sama.

Tabel 1. Pengaruh jarak tanam dan varietas terhadap tinggi tanaman kentang.

Jarak Tanam Tinggi Tanaman (cm) per Tanaman

8 cm x 8 cm 99,49 A 9 cm x 9 cm 91,75 B 10 cm x 10 cm 83,62 C Varietas Amabile 93,88 a Medians 90,92 a Kastanum 93,25 a Cingkariang 88,42 a

Pada perlakuan jarak tanam 8 cm x 8 cm diamatitinggi tanaman yaitu 99,49 cm. Semakin lebar jarak tanaman menjadi 9 cm x 9 cm menunjukkan tinggi tanaman menurun secara nyata menjadi 91,75 cm. Pada peningkatan jarak tanam 10 cm x 10 cm diamati tinggi tanaman terendah menjadi 83,62 cm.Jarak tanam yang sempit menghasilkan tanaman yang lebih tinggi daripada jarak tanam yang lebar. Hal ini diduga karena jarak tanam yang sempit dapat mengakibatkan adanya kompetisi cahaya matahari dimana suatu tanaman akan menaungi tanaman lainnya dan hal ini berpengaruh pada proses fotosintesis. Kekurangan cahaya yang diperoleh tanaman pada jarak tanam sempit akan menimbulkan gejala etiolasi sehingga tanaman akan cenderung tumbuh lebih tinggi untuk menjangkau sumber cahaya. Dengan jarak tanam yang lebar memberikan ruang tumbuh yang lebih luas bagi tanaman sehingga kompetisi cahaya matahari dan unsur hara antar tanaman semakin menurun.

Pengaruh perlakuan keempat varietas yakni varietas Amabile, Medians, Kastanum dan Cingkariang yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa varietas tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman kentang. Artinya, bahwa respon tanaman terhadap lingkungan pada saat penelitian tidak berbeda antar varietas.

Lebar Kanopi

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam

menunjukkan tidak ada interaksi antar perlakuan jarak tanam dan varietas yang digunakan dalam penelitian ini. Pada Tabel 2. lebar kanopi tanaman kentang berbeda

(3)

secara nyata pada perlakuan jarak tanam, sedangkan pada keempat varietas yang digunakan memiliki lebar kanopi tanaman yang sama.

Tabel 2. Pengaruh jarak tanam dan varietas terhadap lebar kanopi tanaman kentang.

Jarak Tanam Lebar Kanopi (cm) per Tanaman 8 cm x 8 cm 7,82 C 9 cm x 9 cm 9,11 B 10 cm x 10 cm 10,72 A Varietas Amabile 8,679 a Medians 9,398 a Kastanum 9,460 a Cingkariang 9,327 a

Pada tanaman kentang dengan perlakuan jarak tanam 8 cm x 8 cm menunjukkan lebar kanopi tanaman yakni 10,42 cm. Semakin lebar jarak tanam menjadi 9 cm x 9 cm menunjukkan lebar kanopi meningkat secara nyata menjadi 12,15 cm. Pada peningkatan jarak tanam menjadi 10 cm x 10 cm diamati lebar kanopi tanaman kentang tertinggi yakni 14,29 cm. Hal ini dikarenakan pada jarak tanam yang semakin sempit jumlah tanaman akan semakin banyak sehingga tanaman akan mengalami kompetisi untuk memperoleh cahaya, air dan unsur hara. Menurut Sahat (1991) semakin rapat jarak tanam maka kanopi tanaman kentang semakin rendah yang disebabkan karena ruang tumbuh tanaman yang sempit sehingga tanaman mengalami kompetisi dalam memperoleh cahaya matahari dan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam berlangsungnya proses fotosintesis. Syafruddin dan Saidah (2006); Budiono (2004), menyatakan bahwa dengan jarak tanam yang semakin lebar maka ukuran kanopi tanaman semakin lebar.

Lebar kanopi tanaman kentang juga diduga ditentukan oleh luas daun dan tunas aksilar. Pada perlakuan jarak tanam 8 cm x 8 cm diduga memiliki luas daun dan tunas aksilar lebih rendah, sedangkan pada jarak tanam 10 cm x 10 cm diduga memiliki luas daun dan tunas aksilar yang lebih tinggi. Pada penelitian Rahman (1997) menyatakan bahwa semakin padat populasi tanaman tembakau maka akan semakin menghambat pertumbuhan luas daun tanaman. Hasil penelitian Wuryaningsih, dkk (2008) tentang pengaruh cara tanam terhadap pertumbuhan bunga potong, menyatakan bahwa pada kerapatan tanaman yang lebih renggang menghasilkan tunas aksiler lebih banyak daripada kerapatan tanaman yang sempit. Hasil penelitian Romli (2009) menyatakan bahwa semakin banyak populasi tanaman dalam satu areal tanam dapat menurunkan luas daun dan lebar kanopi tanaman.

Dari perlakuan keempat varietas yakni varietas Amabile, Medians, Kastanum dan Cingkariang yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semua varietas menghasilkan lebar kanopi yang sama. Hal ini diduga meskipun tanaman kentang memiliki genotipe yang berbeda dari semua varietas namun respon tanaman terhadap lingkungan saat penelitian ini tidak

berbeda. Rahayu, dkk (2010) dalam penelitiannya mengatakan bahwa pertumbuhan kanopi tanaman nanas varietas Cayenne dan Queen tidak berbeda antar varietas.

Bobot Brangkasan Kering

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam

menunjukkan tidak ada interaksi antara jarak tanam dan varietas yang digunakan dalam penelitian ini. Perlakuan jarak tanam terhadap bobot brangkasan kering tanaman kentang menunjukkan pengaruh yang berbeda secara nyata, sedangkan pengaruh perlakuan varietas terhadap bobot brangkasan kering tanaman kentang menunjukkan bahwa varietas Medians lebih rendah dibanding varietas lainnya yang relatif memiliki bobot brangkasan kering yang sama, disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh jarak tanam dan varietas terhadap bobotbrangkasan keringtanaman kentang.

Jarak Tanam Bobot Brangkasan Kering (g) per Tanaman 8 cm x 8 cm 1,681 C 9 cm x 9 cm 2,009 B 10 cm x 10 cm 2,420 A Varietas Amabile 2,017 ab Medians 1,898 b Kastanum 2,160 a Cingkariang 2,073 ab

Perlakuan jarak tanam 8 cm x 8 cm menunjukkan bobot brangkasan kering yaitu 1,681 g per tanaman. Semakin lebar jarak tanam menjadi 9 cm x 9 cm bobot brangkasan kering meningkat secara nyata yakni 2,009 g per tanaman. Pada peningkatan jarak tanaman menjadi 10 cm x 10 cm menunjukkan bobot brangkasan kering tertinggi yakni 2,420 g per tanaman. Hal ini diduga karena pada jarak tanam yang semakin sempit terjadi kompetisi antara tanaman untuk mendapatkan unsur hara dan cahaya matahari. Hasil penelitian Yulisma (2011) menunjukkan bahwa semakin lebar jarak tanam dapat meningkatkan bobot brangkasan kering tanaman jagung secara nyata. Arwani, dkk (2013) menyatakan bahwa pada jarak tanam yang sempit terjadi kompetisi antar tanaman dalam memperoleh cahaya, air, ruang tumbuh, serta unsur hara, sehingga brangkasan kering tanaman yang diperoleh lebih rendah.

Pada Tabel 3. varietas Medians menunjukkan bobot brangkasan kering terendah yakni 1,898 g per tanaman, sedangkan varietas Kastanum menunjukkan bobot brangkasan kering tertinggi yakni 2,160 g per tanaman dan tidak berbeda nyata dengan varietas Amabile dan Cingkariang. Hal ini dikarenakan setiap varietas memberikan respon yang berbeda-beda terhadap lingkungannya seperti dalam pemanfaatan cahaya matahari, air dan unsur hara. Sitompul dan Guritno (1995), menyatakan bahwa perbedaan susunan genetik merupakan faktor keragaman tanamandalam memperoleh unsur hara, air dan cahaya, sehingga mengakibatkan brangkasan yang dihasilkan tanaman juga berbeda.

(4)

Jumlah Stolon

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam

menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antar perlakuan jarak tanam dengan varietas yang digunakan terhadap jumlah stolon tanaman kentang. Pada Tabel 4. diamati bahwa dengan perlakuan jarak tanam yang semakin lebar menunjukkan jumlah stolon per tanaman kentang menurun secara nyata.

Tabel 4. Pengaruh jarak tanam dan varietas terhadap jumlah stolon per tanaman kentang

Jarak Tanam Jumlah Stolon per Tanaman 8 cm x 8 cm 5,154 A 9 cm x 9 cm 4,428 B 10 cm x 10 cm 3,500 C Varietas Amabile 4,317 a Medians 4,333 a Kastanum 4,381 a Cingkariang 4,412 a

Perlakuan jarak tanam 8 cm x 8 cm menunjukkan jumlah stolon yakni 5,154 stolon. Peningkatan jarak tanam menjadi 9 cm x 9 cm menurunkan jumlah stolon secara nyata yakni 4,428 stolon. Semakin lebar jarak tanam menjadi 10 cm x 10 cm menunjukkan jumlah stolon terendah yakni 3,500 stolon. Hal ini diduga pada jarak tanam 8 cm x 8 cm terjadi kompetisi antar tanaman terhadap cahaya matahari, unsur hara, air, serta ruang tumbuh, sehingga memungkinkan pembentukan jumlah stolon banyak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Syarif (2015) menggunakan stek tunas daun tanaman kentang, menunjukkan bahwa jumlah stolon terbanyak pada jarak tanam 8 cm x 8 cm dan berbeda nyata pada jarak tanam 10 cm x 10 cm.

Dari perlakuan keempat varietas yakni Amabile, Medians, Kastanum dan Cingkariang yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa varietas memberikan jumlah stolon yang sama. Hal ini diduga respon tanaman kentang terhadap kondisi lingkungan tidak berbeda antar varietas untuk menghasilkan jumlah stolon. Menurut Gourley dan Howlett (1941) bahwa pembentukan jumlah stolon yang sama dari beberapa varietas tanaman strawberry dapat terjadi karena respon tanaman terhadap lingkungannya sama meskipun memiliki genotipe yang berbeda. Hasil penelitian Syahroni, dkk (2014) menyatakan bahwa jumlah stolon empat varietas stroberi yakni Earlibrite, Sweet Charlie, California, dan Lokal Batu tidak berbeda nyata.

Jumlah Total Umbi Benih Berukuran 10-19,9 g dan 20-29,9 g per tanaman

Dalam penelitian ini umbi benih kentang generasi

satu (G1) yang diharapkan adalah berukuran 10-29,9 g

yang dibagi dalam dua kelas yakni 10-19,9 g dan 20-29,9 g.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antar perlakuan jarak tanam dengan varietas yang digunakan terhadap jumlah total umbi benih (10-29,9 g) dan juga berdasarkan

kelas umbi benih 10-19,9 g dan 20-29,9 g per tanaman kentang.

Tabel 5. Pengaruh jarak tanam dan varietas terhadap jumlah total umbi benih kentang10-19,9 g, 20-29,9 g dan 10-20-29,9 g per tanaman

Jarak Tanam JumlahUm bi Benih 10-19,9g /tanaman JumlahUmbi Benih 20-29,9 g /tanaman Jumlah Total Umbi Benih 10-29,9 g /tanaman 8 cmx 8 cm 2,143 A 0,397 B 2,381 B 9 cmx 9 cm 2,063 A 1,444 A 3,508 A 10 cmx 10 cm 1,317 B 1,381 A 2,698 B Varietas Amabile 1,349 a 0,730 a 2,079 ab Medians 1,508 a 0,841 a 2,349 a Kastanum 1,238 a 0,762 a 1,841 b Cingkariang 1,429 a 0,998 a 2,317 a

Pada perlakuan jarak tanam 8 cm x 8 cm menunjukkan jumlah umbi benih kentang berukuran 10-19,9 g per tanaman berjumlah 2,143. Pada peningkatan jarak tanam 9 cm x 9 cm menunjukkan jumlah umbi benih kentang tidak berbeda nyata dengan perlakuan jarak tanam 8 cm x 8 cm yakni 2,063 umbi per tanaman. Semakin lebar jarak tanam menjadi 10 cm x 10 cm secara nyata dapat menurunkan jumlah umbi benih kentang berukuran 10-19,9 g yakni 1,317 umbi. Hal ini diduga karena jarak tanam yang terlalu sempit mengakibatkan terjadinya kompetisi antar tanaman dalam memperoleh unsur hara dan cahaya matahari sehingga hasil asimilat dan fotosintat yang dibutuhkan tanaman dalam pengisian ukuran umbi benih menjadi berkurang. Gumbs dan Fergusan (1976) menyatakan bahwa pengaruh cahaya matahari terhadap daerah pembentukan umbi dapat merangsang inisiasi banyak umbi. Menurut Harjadi (2005) kerapatan tanaman kentang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman, hal ini terkait dengan tingkat kompetisi antar tanaman dalam memperoleh cahaya, ruang tumbuh serta unsur hara. Penelitian yang dilakukan Wiersema (1986) mengemukakan bahwa semakin tinggi kerapatan tanaman kentang maka semakin menurunkan jumlah umbi yang berukuran besar.

Apabila diamati jumlah total umbi benih yang dihasilkan tanpa memilahkan berdasarkan ukuran umbi (10-19,9 g dan 20-29,9 g), maka hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pada jarak tanam 8 cm x 8 cm jumlah total umbi benih kentang berukuran 10-29,9 g yakni 2,381 dan tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm yakni 2,689. Peningkatan jarak tanam menjadi 9 cm x 9 cm secara nyata dapat meningkatkan jumlah total umbi benih kentang yaitu 3,508. Hal ini disebabkan karena pada jarak tanam yang sempit (8 cm x 8 cm) rata-rata umbi yang dihasilkan berukuran kecil yaitu 10-19,9 g, sedangkan jarak tanam yang semakin longgar (10 cm x 10 cm) umbi yang dihasilkan berukuran lebih besar yaitu 20-29,9 g. Pada jarak tanam 9 cm x 9 cm

(5)

mampu meningkatkan jumlah total umbi benih berukuran 10-29,9 g, hal ini disebabkan karena pada jarak tanam ini juga dapat menghasilkan umbi berukuran 10-19,9 g dan 20-29,9 g.

Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa keempat varietas kentang yakni varietas Amabile, Medians, Kastanum dan Cingkariang tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah umbi benih kentang yang dipilah berdasarkan ukuran 10-19,9 g dan 20-29,9 g per tanaman. Hal ini diduga karena keempat varietas memiliki respon yang sama dalam pembentukan umbi benih kentang baik yang berukuran 10-19,9 g dan juga berukuran 20-29,9 g. Hasil penelitian Sahat dan Asandhi (1996) tentang pengaruh varietas terhadap hasil umbi kentang menunjukkan jumlah umbi kentang berukuran <30 g, 45-60 g, dan >60 g yang diperoleh per tanaman sama antara varietas Granola dan Cipanas, hal ini disebabkan karena varietas memiliki respon yang sama terhadap lingkungan dan produksi umbi.

Jumlah Umbi Berukuran <10 g dan >30 g per tanaman

Dalam penelitian ini selain jumlah umbi benih kentang berukuran 10-29,9 g yang diperoleh juga terdapat umbi kecil yang berukuran <10 g dan umbi besar berukuran >30 g yang tidak termasuk dalam kriteria umbi

benih kentang generasi pertama (G1). Meskipun pada

penelitian ini tidak termasuk dalam kriteria umbi benih, akan tetapi dalam pemanfaatan umbi kecil berukuran <10 g ini juga masih dipergunakan oleh para peneliti kentang dalam produksi benih dan selain itu umbi kecil juga digunakan sebagai sayur untuk keperluan rumah tangga. Umbi besar berukuran >30 g juga dapat digunakan sebagai bahan untuk produksi umbi kentang konsumsi.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam

menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antar perlakuan jarak tanam dengan varietas yang digunakan terhadap jumlah umbi kentang <10 g dan >30 g per tanaman. Tabel 6. Pengaruh jarak tanam dan varietas terhadap

jumlah umbi kentangberukuran <10 g dan >30 g per tanaman

Jarak Tanam Jumlah umbi <10g per tanaman Jumlah umbi >30g per tanaman 8 cm x 8 cm 4,857 A 0,143 B 9 cm x 9 cm 3,048 B 0,238 B 10 cm x 10 cm 1,508 C 0,921 A Varietas Amabile 2,492 a 0,333 a Medians 2,524 a 0,317 a Kastanum 2,032 a 0,365 a Cingkariang 2,365 a 0,286 a

Pada perlakuan jarak tanam 8 cm x 8 cm menunjukkan jumlah umbi kentang <10 g per tanaman yakni 4,857. Peningkatan jarak tanam menjadi 9 cm x 9 cm dapat menurunkan jumlah umbi secara nyata yaitu 3,048. Semakin lebar jarak tanam menjadi 10 cm x 10 cm menunjukkan jumlah umbi kentang <10 g terendah per

tanaman yaitu 1,508. Hal ini dikarenakan kompetisi yang terjadi antar tanaman dalam mendapatkan cahaya matahari dan unsur hara, menyebabkan kadar hormon tumbuh dan karbohidrat yang tersedia dalam pembesaran umbi tidak seimbang. Pada jarak tanam sempit (8 cm x 8 cm) diduga meningkatkan hormon auksin dan giberelin dimana pertumbuhan tanaman bagian atas semakin meningkat dan memacu stolon tumbuh menjadi tunas baru, serta metabolisme karbohidrat untuk sintesis pati berkurang sehingga pembesaran umbi terhambat. Kumar dan Wareing (1972) menyatakan bahwa hormon giberelin yang meningkat pada saat inisiasi umbi akan merangsang pertumbuhan stolon menjadi tunas tanaman.

Pengaruh perlakuan varietas Amabile,

Medians, Kastanum, dan Cingkariang yang digunakan menunjukkan bahwa jumlah umbi kentang berukuran <10 g dan >30 g per tanaman tidak berbeda antar varietas. Hal ini diduga karena dalam penelitian ini meskipun varietas memiliki faktor genetik yang berbeda, akan tetapi diduga dalam produksi jumlah umbi kentang berukuran <10 g dan >30 g memiliki respon yang sama. Hasil penelitian Sahat dan Asandhi (1996) tentang pengaruh varietas terhadap hasil umbi kentang menunjukkan jumlah umbi kentang berukuran <30 g, 45-60 g, dan >60 g yang diperoleh per tanaman sama antara varietas Granola dan Cipanas, hal ini disebabkan karena varietas memiliki respon yang sama terhadap lingkungan dan produksi umbi.

Bobot Total Umbi Benih Berukuran 10-19,9 g dan 20-29,9 g per tanaman

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam

menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antar perlakuan jarak tanam dengan varietas yang digunakan terhadap bobot total umbi benih (10-29,9 g) dan juga berdasarkan kelas umbi benih 10-19,9 g dan 20-29,9 g per tanaman kentang. Pada Tabel 7. diamati bahwa dengan perlakuan jarak tanam menunjukkan bobot umbi benih tanaman kentang berbeda secara nyata.

Tabel 7. Pengaruh jarak tanam dan varietas terhadap bobot total umbi benih tanaman kentang 10-19,9 g, 20-29,9 g dan 10-29,9 gper tanaman

Jarak Tanam Bobot Umbi Benih 10-19,9 g /tanaman (g) Bobot Umbi Benih 20-29,9 g /tanaman (g) Bobot Total Umbi Benih 10-29,9 g /tanaman (g) 8 cm x 8 cm 29,77 A 9,04 B 38,82 C 9 cm x 9 cm 30,05 A 33,97 A 64,01 A 10 cm x 10 cm 19,44 B 32,71 A 52,15 B Varietas Amabile 19,76 a 16,93 a 36,69 ab Medians 21,76 a 20,99 a 42,76 a Kastanum 17,58 a 17,86 a 35,44 b Cingkariang 20,17 a 19,94 a 40,10 ab

Pada perlakuan jarak tanam 8 cm x 8 cm menunjukkan bobot umbi benih kentang berukuran 10-19,9 g yakni 29,77 g per tanaman. Peningkatan jarak tanam 9 cm x 9 cm menunjukkan bobot umbi benih

(6)

kentang tidak berbeda nyata dengan perlakuan jarak tanam 8 cm x 8 cm yakni 30,05 g. Semakin lebar jarak tanam menjadi 10 cm x 10 cm secara nyata dapat menurunkan bobot umbi benih kentang berukuran 10-19,9 g yakni 19,44 g. Hal ini diduga pada jarak tanam yang sempit terjadi kompetisi antar tanaman terhadap air, unsur hara, cahaya matahari, dan ruang tumbuh, sehingga hasil fotosintat menurun dan aktivitas metabolisme dalam pembesaran umbi terhambat. Suhaeni (2007) menyatakan bahwa jarak tanam yang sempit menghasilkan ukuran umbi kecil. Hasil penelitian Hidayat (2008) menyatakan bahwa semakin rapat jarak tanam mengakibatkan penurunan berat polong per tanaman kacang tanah, hal ini disebabkan rendahnya fotosintat dan asimilat yang diterima tanaman.

Pada umbi benih kentang berukuran 20-29,9 g menunjukkan perlakuan jarak tanam 8 cm x 8 cm bobot umbi benih yakni 9,04 g. Peningkatan jarak tanam 9 cm x 9 cm dapat meningkatkan secara nyata bobot umbi benih kentang yakni 33,97 g. Semakin lebar jarak tanam menjadi 10 cm x 10 cm bobot umbi benih kentang berukuran 20-29,9 g yaitu 32,71 g dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan jarak tanam 9 cm x 9 cm. Cortbaoui (1997) menyatakan bahwa tanaman kentang yang ditanam dengan jarak tanam yang lebar akan menghasilkan umbi dengan ukuran besar. Sebaliknya, tanaman kentang yang ditanam dengan jarak tanam yang sempit akan menghasilkan umbi berukuran kecil. Hasil penelitian Sutapradja (2008) mengenai pengaruh jarak tanam terhadap hasil kentang untuk benih ukuran <30 g, 30-60 g, 60-90 g, dan >90 g menyatakan bahwa pada perlakuan jarak tanam yang rapat (80 cm x 15 cm) umbi ukuran 30-60 g cenderung lebih redah sedangkan pada jarak tanam yang longgar (80 cm x 30 cm) secara nyata meningkatkan umbi berukuran 60-90 g.

Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa keempat varietas kentang yakni varietas Amabile, Medians, Kastanum dan Cingkariang yang digunakan dalam penelitian ini tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot umbi benih kentang berukuran 10-19,9 g dan 20-29,9 g per tanaman. Hal ini diduga keempat varietas memiliki respon yang sama dalam menghasilkan umbi berdasarkan ukuran 10-19,9 dan 20-29,9 g. Hasil asimilat yang diperoleh tanaman semua varietas kentang tercukupi dalam pengisian umbi benih kentang baik yang berukuran 10-19,9 g dan 20-29,9 g. Simatupang (1997) dalam Ghozali dkk (2015) menyatakan bahwa tingginya produksi hasil suatu varietas dikarenakan varietas tersebut mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Hasil penelitian Aulia, dkk (2014) menyatakan bahwa hasil produksi polong tanaman kedelai per tanaman tidak berbeda nyata antara keempat varietas kedelai yang digunakan.

Bobot Umbi Berukuran <10 g dan >30 g per tanaman

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam

menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antar perlakuan jarak tanam dengan varietas yang digunakan terhadap bobot umbi kentang yang berukuran <10 g dan >30 g.

Tabel 8. Pengaruh jarak tanam dan varietas terhadap bobot umbi kentangberukuran <10 g dan >30 g per tanaman

Jarak Tanam <10g /tanaman (g) Bobot umbi

Bobot umbi >30g /tanaman (g) 8 cm x 8 cm 19,82 A 4,86 B 9 cm x 9 cm 14,56 B 8,28 B 10 cm x 10 cm 7,52 C 32,11 A Varietas Amabile 11,66 a 10,89 a Medians 11,38 a 11,26 a Kastanum 8,12 b 12,82 a Cingkariang 10,73 ab 10,30 a

Pada perlakuan jarak tanam 8 cm x 8 cm menghasilkan bobot umbi kentang berukuran <10 g yaitu 19,82 g per tanaman. Pada peningkatan jarak tanam 9 cm x 9 cm dapat menurunkan bobot umbi secara yaitu 14,56 g. Semakin lebar jarak tanam menjadi 10 cm x 10 cm menunjukkan bobot umbi kentang berukuran <10 g terendah yaitu 7,52 g per tanaman. Hal ini disebabkan karena pada jarak tanam yang sempit (8 cm x 8 cm) terjadi kompetisi antar tanaman, sehingga asimilat yang diperlukan tanaman dalam pembesaran umbi berkurang dan menyebabkan umbi kentang yang diperoleh lebih banyak berukuran kecil. Menurut Rahayu dan Berlian (2007) bahwa jarak tanam yang terlalu rapat dapat mengakibatkan kompetisi antar tanaman terhadap air, unsur hara, cahaya dan ruang tumbuh, sehingga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Rubatzky (1998) menyatakan bahwa jarak tanam yang rapat cenderung menghasilkan umbi yang berukuran kecil.

Gambar 1. Umbi Kentang Berdasarkan Ukuran <10 g, 10-19,9 g, 20-29,9 g, dan >30 g, dengan jarak tanam 9 cm x 9 cm pada varietas Medians. Pengaruh perlakuan keempat varietas yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa bobot umbi kentang berukuran >30 g tidak berbeda antara varietas, sedangkan pada bobot umbi kentang berukuran <10 g varietas memberikan pengaruh nyata. Berat umbi kentang berukuran <10 g tertinggi ditunjukkan oleh varietas Amabile yaitu 11,66 g per tanaman yang diikuti dengan varietas Medians yakni 11,38 g per tanaman dan varietas Cingkaring yakni 10,73 g per tanaman. Pada varietas Kastanum menunjukkan bobot umbi <10 g menurun secara nyata yakni 8,12 g per tanaman. Hal ini diduga pada varietas Kastanum saat perkembangan umbi

(7)

perkembangan tanaman bagian atas terus meningkat. Akhtar et al. (2010) dalam Hidayat (2011) menyatakan bahwa perbedaan genotipe varietas kentang akan mempengaruhi bobot umbi yang dihasilkan. Hasil penelitian Aulia, dkk (2014) menunjukkan bahwa hasil produksi ke empat varietas kedelai per tanaman berbeda secara nyata.

PENUTUP Kesimpulan

1. Semakin lebar jarak tanam semakin meningkatkan lebar kanopi, bobot brangkasan kering, jumlah total umbi benih berukuran 10-29,9 g,bobot total umbi benih berukuran 10-29,9 g, dan semakin rendah tinggi tanaman, jumlah stolon.

2. Semua varietas diamati memiliki tinggi tanaman dan

lebar kanopi yang sama. VarietasKastanum

meningkatkan bobot brangkasan kering tanaman dan menurunkan jumlah total umbi benih berukuran 10-29,9 g, bobot total umbi benih berukuran 10-10-29,9 g, sedangkan varietas Medians meningkatkan jumlah total umbi benih berukuran 10-29,9 g, bobot total umbi benih berukuran 10-29,9 g, dan menurunkan bobot brangkasan kering tanaman.

3. Tidak terdapat interaksi antara jarak tanam dan varietas terhadap pertumbuhan, komponen hasil dan hasil umbi benih kentang.

4. Jarak tanam yang menghasilkan produksi total umbi

benih kentang G1 tertinggi adalah 9 cm x 9 cm. Dari

keempat varietas yang dicoba Medians cenderung tertinggi, sedangkan Kastanum terendah.

Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut dalam

penggunaan zat pengatur tumbuh agar dapat

meningkatkan pertumbuhan dan produksi hasil tanaman kentang varietas Amabile, Medians, Kastanum, dan Cingkariang.

DAFTAR RUJUKAN

Arwani, A., Harwati, T. dan Hardiatmi, S. 2013. Pengaruh Jumlah Benih Per Lubang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis. Fakul. Pert. UNISRI Surakarta.

Aulia, R., Rosmayati., Bayu, E.S. 2014. Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai Hitam (Glycine max L.) Berdasarkan Ukuran Biji. Jurnal Online Agroekoteknologi. Vol 2. No.4 : 1324 – 1331.

Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Hortikultura di indonesia. http://www.deptan.go.id.

Budiono. 2004. Teknik Pengkajian Tumpangsari Bawang Merah dan Cabai Merah Sebagai Alternatif

Penanggulangan Hama Tikus. Bul. Teknik Pertanian. Vol.9. No.2. Yogyakarta

Cortbaoui, R. 1997. Menanam Kentang. International Potato Center.

Gourley, J.H. and F.S. Howlett. 1941. Modern Fruit Production. MacMillan Co. New York. Gunawan, E. 1999. Pengaruh Jarak Tanam dan

Konsentrasi Paclobutrazol Terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Umbi Mini Kentang (Solanum tuberosum L.) Kultivar Granola. Skripsi. Program Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Harjadi, M. 2005. Pengantar Agronomi. PT Gramedia. Jakarta.

Hidayat, N. 2008. Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogeal L.) Varietas Lokal Madura pada Berbagai Jarak Tanam dan Dosis Pupuk Fosfor. Agrovigor Vo.1. No.1. Hidayat, I. M. 2011. Produksi Benih Sumber (G0)

Beberapa Varietas Kentang dari Umbi Mikro. J. Hort. 21(3):197-205.

Kardjadi, M. 1990. Pengaruh Jumlah Dan Kerapatan Umbi Mini Kentang Terhadap Produksi Umbi Mini. Hort. Vol.XX. No.1. Hal.90-97.

Karjadi, A.K. 2016. Produksi Benih Kentang (Solanum tuberosum L.). Iptek Tanaman Saayuran. No.009. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang. Bandung Barat.

Kumar, D. and Wareing, P.F. 1972. Factors controlling stolon development inthe potato plant. New Phytol. 71 : 639-648.

Rahayu, M., Sakya, T.A., Sukaya, dan Saari, W.F.C. 2010. Pertumbuhan Vegetatif Beberapa Varietas Nanas (Ananas comosus L. merr) Dalam Sistem Tumpangsari Dengan Ubi Jalar. Agrosains Vol.12, No.2, Hal. 50-55.

Rahayu dan Berlian, N.V.A. 2007. Bawang Merah. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rahman, A., Mahfuz, A. Kartamidjaja., Soewardjiman. 1997. Usaha Menurunkan Kadar Cl Daun Tembakau Virginia Rajangan Bojonegoro Melalui Peningkatan Populasi Tanaman. Balittas. Malang.

Romli, M. 2009. Pengaruh Populasi Tanaman Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Pada Tahun Ketiga. Prosiding Lokakarya Nasional IV Akselerasi Inovasi Teknologi Jarak Pagar Menuju Kemandirian Energi.

Rubatzky, Vincent E. dan Yamaguchi, M. 1998. Sayuran Dunia I Prinsip Produksi dan Gizi. Bandung: Penerbit ITB.

(8)

Sahat, S. 1991. Tinjauan Kembali Pengaruh Pembelahan Bibit dan Jumlah Populasi Tanaman terhadap Umbi Bibit pada Tanaman Kentang. Penel. Hort. V1. NO.1.

Sahat, S. dan Asandhi, A.A. 1996. Pengaruh Varietas, Sumber, dan Ukuran Bibit Kentang terhadap Serangan Penyakit dan Hasil Umbi. J. Hort. 5. Sitompul, S. M. dan Guritno, B. 1995. Analisis

Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Suhaeni. 2007. Menanam Kacang Tanah. Penerbit Nuansa. Bandung.

Sutapradja, H. 2008. Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit. J. Hort. 18.

Syahroni, A., Purnamaningsih, L.S., dan Soetopo, L. 2014. Penampilan Karakter Kuantitatif dan Kualitatif serta Keberhasilan Persilangan pada Empat Varietas Stroberi (Fragaria x ananassa Duch). Jurnal Produksi Tanaman. Vol. 3. No. 5. Hal. 370-376.

Syafruddin dan Saidah. 2006. Produktivitas Jagung Dengan Pengaturan Jarak Tanam Dan Penjarangan Tanaman Pada Lahan Kering Lembah Palu. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 25(2):129-134.

Syarif, A. 2015. Pengaruh Jenis Stek Tunas Daun dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Umbi Bibit Kentang (Solanum tuberosum L.) Generasi Nol (G0) Varietas Atlantik. Skripsi.

Fakultas Pertanian. Universitas Singaperbangsa Karawang.

Wiersema, S. 1986. Comparative Performance of Different the number of Plants / hole Tubers derived from True Seed. American Potato Journal 63:241-429.

Wuryaningsih, S., Budiarto, K., dan Suhardi. 2008. Pengaruh Cara Tanam dan Metode Pinching terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bunga Potong Anyelir. J. Hort. 18(2) : 135-140. Yulisma. 2011. Pertumbuhan dan Hasil Beberapa

Varietas Jagung pada Berbagai Jarak Tanam. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. Vol.30 No.3.

Gambar

Tabel  1.  Pengaruh  jarak  tanam  dan  varietas  terhadap  tinggi tanaman kentang.
Tabel  3.  Pengaruh  jarak  tanam  dan  varietas  terhadap  bobotbrangkasan keringtanaman kentang
Tabel  4.  Pengaruh  jarak  tanam  dan  varietas  terhadap  jumlah stolon per tanaman kentang
Tabel 6. Pengaruh jarak tanam dan varietas terhadap  jumlah umbi kentangberukuran &lt;10 g dan &gt;30 g  per tanaman
+2

Referensi

Dokumen terkait

Responden yang tidak memiliki erosi gigi paling banyak ditemukan pada responden yang bertempat tinggal di Tanalle, Palla otae, Sero dan Kanurung Desa Marioriaja

Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan subsektor otomotif dan komponen tahun 2013-2018 harus lebih efektif dalam memanfaatkan aset yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan

Berdasarkan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, OJK mempunyai kewenangan untuk melakukan tindakan pencegahan kerugian konsumen dan

Rendahnya jumlah imago yang didapat karena sulitnya mencari buah yang terserang dalam kondisi sudah terdapat larva, hal ini kemungkinan karena telah dilakukannya

Menurut (Snae, Budiati, &amp; Kumalayanti, 2017) Supervisi akademik adalah rangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran yang dilaksanakan di

Usaha pemasangan kawat gigi di Kelurahan Simpang Tiga pada saat ini sudah mulai banyak dilakukan orang hal ini terutama disebabkan oleh semakin banyaknya konsumen yang

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengkaji ketersediaan pangan di Desa Sei Geringging Kecamatan Kampar Kiri Kabupaten Kampar; (2) Menganalisis kemampuan akses

Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan dan kebutuhan pada tahap look , penelitian aksi yang dilakukan sejak bulan Januari 2014 sampai dengan bulan November 2014 ini