• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Dinas Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2015 KATA PENGANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Profil Dinas Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2015 KATA PENGANTAR"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya,

maka buku Profil Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2015 dapat diselesaikan

dengan baik dan lancar.

Profil Kesehatan Kota Surabaya merupakan salah satu produk dari

Sistem Informasi Kesehatan Kota Surabaya yang dapat dipergunakan untuk

memantau dan mengevaluasi indikator kesehatan yang telah dilaksanakan

dan sebagai bahan masukan untuk penyusunan program-program kesehatan

di kota Surabaya yang akan datang.

Kepada semua pihak yang menyumbang pikiran serta tenaganya

hingga terbitnya buku Profil Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2015 ini kami

sampaikan terima kasih.

Surabaya, April 2015

KEPALA DINAS KESEHATAN

KOTA SURABAYA

drg. FEBRIA RACHMANITA

Pembina Utama Muda

NIP. 196502281992032008

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ……….

i

ii

BAB I

PENDAHULUAN

BAB I - 1

BAB II

GAMBARAN UMUM KOTA

BAB II-1

A.

B.

C.

D.

E.

Keadaan Geografi……...……….

Kependudukan………..………

Gambaran Umum Dinas……….………..

Visi dan Misi Dinas………..

Program Pembangunan Kesehatan………...

BAB II-1

BAB II-2

BAB II-2

BAB II-4

BAB II-5

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

BAB III-1

A.

B.

C.

Mortalitas………..

Morbiditas………...………..

Status Gizi……..………..

BAB III-1

BAB III-4

BAB III-14

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

BAB IV-1

A.

B.

C.

D.

Pelayanan Kesehatan…...……….

Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan………….

Perilaku Hidup Masyarakat….……….

Kesehatan Lingkungan………..…..

BAB IV-1

BAB IV-17

BAB IV-20

BAB IV-21

BAB V

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

BAB V-1

A.

B.

C.

Sarana Kesehatan…………...………..

Tenaga Kesehatan………

Anggaran Kesehatan………..………...

BAB V-1

BAB V-3

BAB V-5

(4)

BAB VI

PENUTUP

A.

Kesimpulan………..

B.

Saran……….

BAB VI-1

BAB VI-1

LAMPIRAN

TABEL

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

Profil Kesehatan Kota Surabaya merupakan gambaran situasi

kesehatan di Kota Surabaya yang berisi data atau informasi yang

menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di Kota

Surabaya. Profil Kesehatan Kota Surabaya dapat digunakan sebagai salah

satu sarana untuk melaporkan hasil monitoring kegiatan dan evaluasi

terhadap kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal bidang

kesehatan dan penyelenggaraan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

(RPJMD) bidang kesehatan di Kota Surabaya dan juga sebagai bahan acuan

untuk perencanaan program kesehatan di tahun selanjutnya.

Adapun sistematika penyajian dari Profil Kesehatan Kota

Surabaya tahun 2015 adalah sebagai berikut :

Bab I.

Pendahuluan terdiri dari, maksud dan tujuan Profil Kesehatan

kota serta sistematika penyajian.

Bab II.

Gambaran umum Kota Surabaya yang meliputi ; keadaan

geografis, data kependudukan dan gambaran umum Dinas

Kesehatan Kota Surabaya.

Bab III. Situasi Derajat Kesehatan yang memuat indikator mengenai

angka kematian, angka kesakitan dan angka status gizi

masyarakat.

Bab IV. Situasi Upaya Kesehatan yang memuat tentang pelayanan

kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang,

pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, pelayanan

kefarmasian dan alat kesehatan serta mengakomodir indikator

kinerja Standar Pelayanan Minimal ( SPM ) bidang kesehatan

lainnya.

(6)

Bab V.

Situasi Sumber Daya Kesehatan yang memuat tentang sarana

kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber

daya kesehatan lainnya.

BabVI. Kesimpulan dan Saran

Lampiran

Berisi tabel-tabel data terkait kesehatan yang terpilah gender.

Dengan pembangunan yang lebih intensif, berkesinambungan dan

merata dengan ditunjang oleh informasi kesehatan yang tepat dan akurat

maka diharapkan derajat kesehatan masyarakat dapat meningkat dan

menjangkau seluruh masyarakat.

(7)

BAB II

GAMBARAN UMUM KOTA SURABAYA

A.

KEADAAN GEOGRAFI

Letak geografis kota Surabaya berada antara 112

0

36’’ dan 112

0

54’’ Bujur Timur serta antara 07

0

12’’ garis Lintang Selatan. Luas

wilayah kota Surabaya 326,37 km

2

terdiri dari 31 kecamatan dan 154

kelurahan.

Kota Surabaya terletak di daerah yang strategis sehingga Surabaya

dapat dengan mudah dijangkau melalui jalur darat, udara dan laut.

Surabaya dibatasi oleh wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara

: Selat Madura

Sebelah Timur

: Selat Madura

Sebelah Selatan

: Kabupaten Sidoarjo

Sebelah Barat

: Kabupaten Gresik

(8)

B.

KEPENDUDUKAN

Data kependudukan sangat penting dan mempunyai arti yang

strategis dalam pembangunan pada umumnya dan bidang kesehatan

pada khususnya, sebab hampir semua kegiatan pembangunan

kesehatan obyek sasarannya adalah masyarakat atau penduduk.

Adapun jumlah penduduk kota Surabaya tahun 2015 adalah

2.848.583 jiwa meliputi jumlah penduduk laki-laki 1.406.683 jiwa dan

jumlah penduduk perempuan 1.441.900 jiwa dengan rasio jenis

kelamin 97,56 dengan kepadatan penduduk 8.728 jiwa/km

2

(Tabel 1,2).

Data kependudukan tidak lepas dengan data pendidikan.

Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap

dijadikan pertimbangan dalam mengukur tingkat pembangunan di

suatu negara. Melalui pengetahuan, tingkat pendidikan berkontribusi

terhadap perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor

pencetus yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang

untuk berperilaku hidup sehat (Tabel 3).

C.

GAMBARAN UMUM DINAS KESEHATAN

Dinas Kesehatan sesuai dengan Peraturan Walikota Surabaya

Nomor 42 Tahun 2011 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas

Kesehatan Kota Surabaya mempunyai tugas melaksanakan urusan

pemerintahan daerah berdasarkan azas otonomi dan tugas

pembantuan di bidang kesehatan.

(9)

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana tersebut di atas

Dinas Kesehatan Kota Surabaya mempunyai fungsi antara lain :

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan.

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kesehatan

4. Pengelolaan ketatausahaan Dinas

5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai

dengan tugas dan fungsinya

STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN

Catatan UPTD, meliputi :

1.

Puskesmas

2.

Laboratorium

3.

Gudang Farmasi

KEPALA

DINAS

KESEHATAN

Jabatan Fungsional Tertentu

Sekretariat

Sub Bagian

Penyusunan

Program

Sub Bagian

Tata Usaha

Sub Bagian

Keuangan &

Perlengkapan

Bidang Pengendalian

Masalah Kesehatan

Bidang Pelayanan

Kesehatan

Bidang Pengembangan

SDM Kesehatan

Sarana Kesehatan

Bidang Jaminan &

U P T D

Seksi Kesehatan

Dasar

Seksi Kesehatan

Rujukan

Seksi Kesehatan

Khusus

Seksi Pengendalian

& Pemberantasan

Penyakit

Seksi Wabah dan

Bencana

Seksi Kesehatan

Lingkungan

Seksi Perencanaan

& Pendayagunaan

SDM Kesehatan

Seksi Pendidikan &

Pelatihan SDM

Kesehatan

Seksi Registrasi dan

Akreditasi

Seksi Jaminan

Kesehatan

Seksi

Kefarmasian

Seksi Sarana &

Peralatan

Kesehatan

(10)

D.

VISI DAN MISI DINAS KESEHATAN KOTA SURABAYA

Berdasarkan pada Visi Kota Surabaya Tahun 2010-2015 yaitu

“Menuju Surabaya Lebih Baik Sebagai Kota Jasa dan Perdagangan

yang Cerdas, Manusiawi dan Berwawasan Lingkungan”, serta Misi

ke-1 yaitu “Membangun Kehidupan Kota yang Lebih Cerdas Melalui

Peningkatan Sumber Daya Manusia yang Didukung oleh Peningkatan

Kualitas Intelektual, Mental-Spiritual, Keterampilan serta Kesehatan

Warga secara Terpadu dan Berkelanjutan”, maka dapat dirumuskan

Visi, Misi, Tujuan, Strategi Prioritas Pembangunan Kesehatan dan

Sasaran Utama dalam pelaksanaan pembangunan kota Surabaya

melalui Dinas Kesehatan Kota Surabaya, sebagai berikut :

1. Visi Dinas Kesehatan Kota Surabaya

Terwujudnya Masyarakat Kota Surabaya Yang Sehat, Cerdas dan

Mandiri

2. Misi Dinas Kesehatan Kota Surabaya

Dalam mewujudkan masyarakat kota Surabaya yang sehat,

cerdas dan mandiri maka perlu ditempuh misi sebagai berikut :

a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat ;

b. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan yan bermutu dan

terjangkau segala lapisan masyarakat ;

c. Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan

masalah kesehatan ;

d. Meningkatkan pembiayaan kesehatan ;

e. Meningkatkan pemenuhan, pengembangan dan pemberdayaan

Sumber Daya Manusia Kesehatan.

(11)

3. Tujuan Pembangunan Kesehatan

Tujuan yang akan diwujudkan dari misi pertama pada Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) kota Surabaya tahun

2010-2015 adalah memfasilitasi peningkatan derajat kesehatan

jasmani dan rohani segenap warga kota dengan mengimplementasikan

gagasan pengembangan kota yang sehat, bersih dan hijau.

Sebagai penjabaran dari visi dan misi Dinas Kesehatan Kota

Surabaya tahun 2010-2015, maka tujuan yang akan dicapai adalah

meningkatnya derajat kesehatan masyarakat kota Surabaya yang

setinggi-tingginya dengan penyelenggaraan pembangunan kesehatan

yang berdaya guna dan berhasil guna.

E. PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN DI KOTA SURABAYA

Program Kerja Dinas Kesehatan tahun 2015 terdiri dari

program dan kegiatan yang merupakan tugas dan kewenangan Dinas

Kesehatan Kota yang sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) Kota Surabaya Tahun 2010-2015 bidang

kesehatan yaitu :

1. Program Upaya Kesehatan Masyarakat

Program ini bertujuan untuk memberikan kemudahan

pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Tolok ukur keberhasilan

dari program ini adalah meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan

dasar masyarakat miskin dan cakupan kelurahan mengalami Kejadian

Luar Biasa (KLB) yang ditangani < 24 jam.

(12)

2.Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan

Prasarana Puskesmas / Puskesmas Pembantu dan Jaringannya

Program ini bertujuan untuk meningkatkan akses dan kualitas

pelayanan kesehatan baik kesehatan primer, sekunder maupun tersier.

Tolak ukur keberhasilan dari program ini adalah meningkatnya

puskesmas induk menjadi puskesmas rawat inap dan meningkatnya

puskesmas pembantu menjadi puskesmas induk.

3.Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu

hamil, bayi dan balita. Tolok ukur keberhasilan program ini adalah

meningkatnya cakupan pertolongan persalinan, imunisasi dasar

lengkap bagi bayi 0-11 bulan, kunjungan ibu hamil K4, dan kunjungan

bayi serta perawatan balita gizi buruk.

(13)

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Bab ini berisi gambaran tentang derajat kesehatan antara lain

uraian tentang indikator-indikator mortalitas, morbiditas dan status gizi.

Mortalitas dilihat dari indikator Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000

kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI) per 100.000

kelahiran hidup, dan Angka Kematian karena penyakit.

Morbiditas atau angka kesakitan dapat dilihat dari indikator

Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 penduduk,

persentase penderita HIV/AIDS terhadap penduduk berisiko dan Angka

“Acute Flacid Paralysis” (AFP) pada anak usia < 15 tahun per 100.000

anak, Angka Penderita TB Paru BTA positif dan lain-lainnya.

Status gizi dilihat dari indikator persentase bayi dengan Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR), persentase balita gizi buruk, persentase

balita dibawah garis merah (BGM), persentase balita yang naik berat

badannya dan lain-lainnya.

A. MORTALITAS

Mortalitas merupakan angka kematian yang terjadi pada kurun

waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu,

dapat berupa penyakit maupun karena sebab lain.

1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah

bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Angka

(14)

kematian bayi (AKB) dapat didefinisikan sebagai banyaknya bayi

yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan

dalam 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Banyak faktor

yang menjadi penyebab kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi

penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan

eksogen.

Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan

kematian neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan

pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh

faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari

orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.

Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah

kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai

menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang

bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. Angka Kematian Bayi

tahun 2015, di Kota Surabaya sebesar 6,48 per 1.000 kelahiran

hidup (Tabel 5).

2. Angka Kematian Anak Balita

Angka kematian anak balita (AKABA) merupakan jumlah anak

yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan

sebagai angka per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Anak

Balita (AKABA) di Kota Surabaya tahun 2015 menunjukkan bahwa

Angka Kematian Anak Balita (AKABA) sebesar 1,08 per 1000

kelahiran hidup (Tabel 5). Apabila dibandingkan dengan capaian

tahun sebelumnya menunjukkan adanya penurunan dari 1,62

per 1000 kelahiran hidup menjadi 1,08 per 1000 kelahiran hidup.

(15)

3. Angka Kematian Ibu Maternal ( AKI )

Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator

penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Angka

Kematian Ibu (AKI) menggambarkan jumlah ibu atau wanita yang

meninggal dari suatu penyebab kematian terkait gangguan

kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau

kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa

nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama

kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.

Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan

status gizi dan kesehatan ibu, kondisi lingkungan, tingkat pelayanan

kesehatan terutama untuk ibu hamil, ibu waktu melahirkan dan

masa nifas. Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Surabaya tahun 2015

sebesar 87,35 per 100.000 kelahiran hidup (Tabel 6). Apabila

dibandingkan dengan tahun sebelumnya, menunjukkan penurunan

AKI yaitu 90,19 per100.000 kelahiran hidup (tahun 2014) menjadi

87,35 per100.000 kelahiran hidup.

(16)

B. MORBIDITAS ( Angka Kesakitan )

Angka kesakitan pada penduduk berasal dari community based

data yang diperoleh melalui pengamatan (surveilans) dan data yang

diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan melalui sistim pencatatan

dan pelaporan rutin dan insidentil.

Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan, baik

insiden maupun prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas

menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun

waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap

derajat kesehatan masyarakat.

1. Penyakit Tuberkulosis Paru ( TB-Paru )

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung yang

disebabkan oleh bakteri Micobacterium tuberkulosa yang lebih

sering menginfeksi organ paru-paru dibanding organ tubuh lainnya.

Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah

terinfeksi basil TB.

Jumlah kasus penyakit TB paru kasus baru di kota Surabaya

pada tahun 2015 sebanyak 2.330 orang (Tabel 7). Ada penurunan

jumlah kasus baru dibanding tahun lalu. Angka kesembuhan BTA+

sebesar 70,43 %, Angka keberhasilan pengobatan ( Success Rate )

sebesar 79,21 % (Tabel 7,8,9).

(17)

Sumber : Bidang PMK, DKK

2. Penyakit Pneumonia pada Balita

Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan

paru-paru (alveoli), dan mempunyai gejala batuk, sesak napas,

ronkhi, dan infiltrat pada foto rontgen. Infeksi ini disebabkan oleh

bakteri, virus maupun jamur. Populasi yang rentan terserang

pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut

lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan

(malnutrisi, gangguan imunologi).

Pada tahun 2015 jumlah kasus pneumonia balita yang

ditemukan sebanyak 4.018 kasus dari perkiraan balita yang

menderita pneumonia. Seluruh kasus pneumonia balita yang

ditemukan telah ditangani sesuai standar (Tabel 10).

3.

HIV/AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS)

Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah

kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan

(18)

tubuh yang disebabkan Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang

menyerang sistem kekebalan manusia, yang menyebabkan

penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat

mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Penyakit ini

ditularkan melalui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui

proses hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik

yang terkontaminasi secara bergantian dan penularan dari ibu ke

anak dalam kandungan melalui plasenta dan kegiatan menyusui.

Pada tahun 2015 ditemukan 652 kasus HIV dengan rincian

penderita laki-laki 406 orang, penderita perempuan 246 orang.

Sedangkan kasus AIDS di Kota Surabaya sebanyak 281 orang

dengan rincian penderita laki-laki 203 orang dan penderita

perempuan 78 orang. Jumlah kematian akibat AIDS dikota Surabaya

ada 33 orang (Tabel 11).

(19)

Infeksi Menular Seksual adalah penyakit yang biasa ditularkan

melalui hubungan seksual antara lain Gonorheae, Syphilis dan

Kondiloma. Jumlah penderita penyakit Syphilis di Kota Surabaya

tahun 2015 sebanyak 63 orang dengan rincian penderita laki-laki

53 orang dan penderita perempuan 10 orang (Tabel 11).

Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan

penyakit HIV/AIDS dan IMS ditujukan pada upaya pencegahan

melalui penemuan penderita secara dini melalui klinik VCT (untuk

kasus HIV/AIDS) dan penanganan penderita yang ditemukan.

Upaya pencegahan dalam penanggulangan penyakit HIV/AIDS

antara lain melalui skrining donor darah terhadap virus HIV pada

UPTD PMI. Pada tahun 2015, jumlah pendonor darah yang ada

sebanyak 146.116 orang dengan persebaran jenis kelamin laki-laki

113.910 dan perempuan 32.206 orang (Tabel 12). Dari pendonor

darah yang ada telah semuanya diperiksa (100%) dengan hasil

pemeriksaan ditemukan positif HIV sebanyak 284 orang (Tabel 12).

4. Penyakit Diare

Penyakit diare adalah penyakit yang ditandai dengan

perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai mencair

dan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya (umumnya

tiga atau lebih dalam sehari). Penyakit ini dapat digolongkan

penyakit ringan, tetapi jika terjadi secara mendadak dan tidak

mendapatkan perawatan yang tepat maka diare dapat berakibat

fatal terutama apabila diare tersebut terjadi pada anak-anak.

Penyakit diare yang ditangani di Kota Surabaya pada tahun

2015 sebanyak 65.447 kasus dari 60.960 perkiraan kasus yang ada

atau sebesar 107,36%. Semua kasus diare yang ditemukan telah

mendapatkan penanganan sesuai standar (Tabel 13). Penerapan

(20)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di masyarakat merupakan

salah satu cara yang cukup efektif dalam menurunkan kasus diare.

5. Penyakit Kusta

Penyakit kusta atau yang sering disebut penyakit lepra, adalah

suatu penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium Leprae. Penderita penyakit kusta dibedakan

menjadi dua menurut jenis penyakit kustanya, yaitu penderita kusta

PB atau Pausi Basiler dan MB atau Multi Basiler.

Pada tahun 2015 jumlah kasus baru penderita kusta Pausi

Basiler di Kota Surabaya yaitu sebanyak 5 orang, dengan rincian

penderita laki-laki 3 orang, dan penderita perempuan 2 orang.

Sedangkan penderita kusta kasus baru Multi Basiler di Kota

Surabaya tahun 2015 diketahui berjumlah 94 orang dengan rincian

penderita laki-laki 69 dan perempuan 25 orang. Penderita kasus

baru kusta usia 0-14 tahun berjumlah 12 orang (12,12 %) dengan

jumlah kecacatan tingkat 2 sebanyak 7 orang (7,07%). Prevalensi

penyakit kusta di kota Surabaya tahun 2015 sebesar 0,46 % per

10.000 penduduk (Tabel 14,15,16). Apabila dibandingkan dengan

tahun sebelumnya menunjukkan penurunan prevalensi penyakit

kusta sebesar 0,2 %.

Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit kusta

dilakukan melalui penemuan penderita secara pasif dan aktif,

pengobatan dengan Multi Drugs Therapy (MDT). Untuk mencegah

kecacatan penderita dilakukan pemeriksaan Prevention of Disability

(POD) setiap bulan selama masa pengobatan dan rehabilitasi medis.

Pada tahun 2015, penderita kusta yang menyelesaikan pengobatan

tepat waktu ( Release From Treatment/RFT ) untuk kusta Pausi

(21)

Basiler sebesar 77,78 %, sedangkan untuk kusta Multi Basiler

sebesar 78,33 % ( Tabel 17 ).

6. Penyakit Demam Berdarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue atau Dengue Haemorrhagic

Fever (DHF) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus

Dengue yang penularannya melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.

Pada tahun 2015, jumlah pasien Demam Berdarah Dengue

(DBD) di Kota Surabaya sebanyak 640 orang dengan rincian

penderita laki-laki 263 orang dan perempuan 377 orang. Sedangkan

kasus meninggal pada pasien DBD sebanyak 13 orang, dengan CFR

2,03 % (Tabel 21).

7. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi ( PD3I )

Penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi

merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas atau

ditekan dengan imunisasi. PD3I antara lain penyakit Difteri,

Pertusis, Tetanus, Tetanus Neonatorum, Campak, Polio dan

Hepatitis B.

a

.

Acute Flaccid Paralysis ( AFP ) Non Polio

AFP Non Polio adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus

Polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus

Polio.

Penemuan kasus AFP non polio dengan melakukan survey

aktif ke rumah sakit maupun sarana kesehatan lainnya. Pada tahun

2015 di kota Surabaya ditemukan 4 kasus AFP non polio (AFP Rate

(22)

Non Polio 0,63 per100.000 penduduk usia kurang dari 15 tahun),

dengan target penemuan AFP adalah ≥ 2 per100.000 penduduk

kurang dari 15 tahun (Tabel 18).

b. Penyakit Difteri

Difteri adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh

bakteri Coryne bacterium diptheriae. Difteri merupakan salah satu

dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Di kota

Surabaya pada tahun 2015 terdapat 27 kasus difteri, dengan

rincian penderita laki-laki 19 orang, penderita perempuan 8 orang

dengan kasus kematian atau Case Fatality Rate (CFR) 0%. Apabila

dibanding dengan tahun sebelumnya terjadi penurunan kasus

difteri dari 47 kasus (tahun 2014) menjadi 27 kasus (tahun 2015)

(Tabel 19).

c. Penyakit Pertusis

Penderita penyakit pertusis atau batuk rejan merupakan infeksi

saluran nafas yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertussis.

Gejala pertusis berupa batuk beruntun disertai tarikan nafas hup

(whoop) yang khas dan muntah. Lama batuk bisa 1 – 3 bulan

sehingga disebut batuk 100 hari. Penyakit ini biasanya terjadi pada

anak berusia di bawah 1 tahun dan penularannya melalui droplet

atau batuk penderita. Pada tahun 2015, di kota Surabaya tidak

ditemukan penderita pertusis (Tabel 19).

d. Tetanus Neonatorum ( TN )

Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium

(23)

pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Penyakit

Tetanus Neonatorum (TN) ini menyebabkan kematian. Penanganan

Tetanus Neonatorum tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah

upaya pencegahan melalui pertolongan persalinan yang higienis

dan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) ibu hamil serta perawatan tali

pusat. Pada tahun 2015, di kota Surabaya dijumpai penyakit

tetanus neonatorum (tetanus yang menyerang pada bayi umur < 28

hari) sebanyak 1 kasus (Tabel 19).

e. Penyakit Campak

Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus measles,

yang disebarkan melalui droplet bersin/batuk dari penderita. Gejala

awal penyakit ini adalah demam, bercak kemerahan, batuk pilek,

mata merah selanjutnya timbul ruam diseluruh tubuh. Sebagaian

besar kasus campak menyerang anak-anak.

Pada tahun 2015 dilaporkan suspek campak sebanyak 655

kasus yang diperoleh dari pengamatan secara klinis dan tercatat

dalam laporan yang dirinci berdasarkan jenis kelamin laki-laki 296

orang dan perempuan 359 orang, dengan jumlah kematian atau

Case Fatality Rate (CFR) 0 % (Tabel 20).

f. Hepatitis B

Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh

beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan

peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia. Di Indonesia

penderita penyakit Hepatitis umumnya cenderung lebih banyak

mengalami golongan hepatitis B dan hepatitis C. Di Kota Surabaya

tahun 2015, pada hasil pemeriksaan di puskesmas se-Kota

Surabaya, tidak ditemukan kasus hepatitis B (Tabel 20).

(24)

8. Penyakit – Penyakit Menular Lain

Penyakit-penyakit lain yang mendapat perhatian di Kota

Surabaya antara lain penyakit malaria dan penyakit filariasis.

Penyakit malaria yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus

plasmodium, dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas, dingin,

menggigil) serta demam berkepanjangan. Penyakit ini ditularkan

oleh nyamuk dari golongan Anopheles. Pada tahun 2015 ditemukan

suspect malaria di kota Surabaya sebanyak 5 orang dengan hasil

pemeriksaan sediaan darah positif 5 orang ( Tabel 22 ).

Penyakit Filariasis (kaki gajah) adalah penyakit yang

disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis

nyamuk. Pada tahun 2015 di kota Surabaya ditemukan kasus baru

penderita penyakit Filariasis sebanyak 1 orang (Tabel 23).

9. Kejadian Luar Biasa (KLB)

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang

diterapkan di Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa

merebaknya suatu wabah penyakit. Kejadian Luar Biasa dijelaskan

sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau

kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah

dalam kurun waktu tertentu.

Jumlah keseluruhan KLB Kota Surabaya pada tahun 2015

terjadi di 35 kasus di 28 kelurahan, dan semua kejadian luar biasa

tersebut telah tertangani dalam kurun waktu < 24 jam sebesar

100% (Tabel 28).

(25)

10. Penyakit Tidak Menular

Penyakit tidak menular (PTM), juga dikenal sebagai penyakit

kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit ini memiliki

durasi panjang dan umumnya berkembang lambat. Empat jenis

utama penyakit tidak menular adalah penyakit kardiovaskular

(seperti serangan jantung , hipertensi dan stroke), kanker, penyakit

pernapasan kronis (seperti penyakit paru obstruktif kronis dan

asma) dan diabetes melitus (DM). Penyakit Tidak Menular (PTM)

merupakan penyebab utama kematian di negara maju dan

berkembang.

Upaya pencegahan dan pengendalian PTM di kota Surabaya

sudah berjalan cukup lama. Kegiatan yang rutin dilakukan di

puskesmas dalam rangka pencegahan dan pengendalian PTM

antara lain pengukuran tekanan darah untuk hipertensi,

pengukuran berat badan untuk obesitas, pemeriksaan Inspeksi

Visual Asam Asetat (IVA) untuk deteksi kanker serviks, dan

lain-lain. Hasil yang didapat dari kegiatan tersebut adalah :

 Pengukuran tekanan darah pada pasien di puskesmas tahun 2015

diketahui bahwa ada 16,78% penderita hipertensi dari 818.331

pasien yang periksa di puskesmas ;

 Pengukuran berat badan untuk pemeriksaan obesitas, diketahui

bahwa ada 82,81% penderita obesitas dari 70.023 orang yang

diperiksa ;

 Pemeriksaan leher rahim untuk deteksi dini kanker serviks dan

payudara melalui pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)

dan pemeriksaan benjolan pada payudara, diketahui IVA positif

sebanyak 916 orang (8,47%) dari 10.818 wanita yang diperiksa,

sedangkan hasil pemeriksaan payudara, tidak ditemukan positif

tumor/benjolan. ( Tabel 24, 25, 26 ).

(26)

C. STATUS GIZI

Menurut Gibson (1990), menyatakan status gizi adalah keadaan

tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi

yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya. Keadaan gizi yang baik

merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan sumber daya

manusia yang sehat dan berkualitas.

Status gizi masyarakat dapat diukur melalui

indikator-indikator, antara lain Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),

Status gizi balita, anemia gizi besi pada ibu dan pekerja wanita, serta

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).

1. Status Gizi Bayi

Status gizi sangat erat kaitannya dengan kesehatan individu.

Status gizi janin ditentukan oleh kesehatan ibu waktu hamil,

sehingga akan berpengaruh pada berat badan bayi waktu lahir.

Berat badan lahir bayi akan berpengaruh pada status gizi bayi.

Salah satu cara pengukuran status gizi yang umum digunakan

melalui penimbangan berat badan dan kemudian dibandingkan

dengan umur maupun dibandingkan dengan tinggi badan disarana

kesehatan yang ada.

Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi

dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa

gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu)

jam setelah lahir. Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah

kelahiran prematur. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

di kota Surabaya tahun 2015 sebesar 2,58 % dari 48.783 bayi lahir

yang ditimbang dengan rincian bayi BBLR laki-laki 631 orang dan

(27)

2. Status Gizi Balita

Salah satu indikator kesehatan pada anak usia di bawah lima

tahun (balita) dapat dilihat dari status gizi. Status gizi balita dapat

diukur berdasarkan umur, berat badan (BB), tinggi badan (TB).

Pemantauan status gizi balita dapat dilihat dari tiga indikator

antropometri, yaitu : Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi

Badan menurut Umur (TB/U) dan Berat Badan menurut Tinggi

Badan (BB/TB).

Jumlah anak usia dibawah dua tahun (0-23 bulan) di kota

Surabaya tahun 2015 adalah 86.313 anak dan dari jumlah tersebut

yang melakukan penimbangan (81,17%). Hasil penimbangan

tersebut menunjukkan balita yang berada di bawah garis merah

(BGM) adalah 513 balita (0,7 %). Sedangkan anak usia bawah lima

tahun (balita) yang ada 217.873 anak dan yang melakukan

penimbangan sebesar 81,11%. Hasil penimbangan tersebut

menunjukkan balita yang berada di bawah garis merah (BGM)

adalah 1.304 balita (0,74 %) (Tabel 45, 47).

Sedangkan balita yang mempunyai status gizi buruk di kota

Surabaya tahun 2015 ada 282 orang dengan rincian jenis kelamin

laki-laki 127 orang dan perempuan 155 orang. Dari 282 balita gizi

buruk yang ditemukan semuanya telah ditangani 100% ( Tabel 48 ).

(28)

Sumber : Bidang Yankes, DKK

(29)

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

A. PELAYANAN KESEHATAN

Pada tahun 2015 jumlah Puskesmas yang ada di kota Surabaya

adalah 62 Puskesmas, yaitu 21 Puskesmas dengan pelayanan rawat

inap dan 41 Puskesmas rawat jalan. Adapun Puskesmas Rawat Inap

tersebut adalah:

1. Puskesmas Medokan Ayu ;

2. Puskesmas Banyu Urip ;

3. Puskesmas Jagir ;

4. Puskesmas Tanah Kali Kdd ;

5. Puskesmas Sememi ;

6. Puskesmas Balongsari;

7. Puskesmas Tanjungsari;

8. Puskesmas Manukan Kulon;

9. Puskesmas Pakis;

10. Puskesmas Simomulyo;

11. Puskesmas Kedurus;

12. Puskesmas Dupak ;

13. Puskesmas Krembangan Sel ;

14. Puskesmas Gunung Anyar;

15. Puskesmas Sidotopo Wetan ;

16. Puskesmas Wiyung ;

17. Puskesmas Mulyorejo ;

18. Puskesmas Siwalankerto ;

19. Puskesmas Dukuh Kupang ;

20. Puskesmas Tenggilis ;

21. Puskesmas Keputih.

Untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat, maka Dinas Kesehatan kota Surabaya melakukan

beberapa inovasi, antara lain dengan meningkatkan fungsi Puskesmas

menjadi :

(30)

► Poli Sexual Transmited Diseases adalah sarana kesehatan yang

khusus melayani pemeriksaan kesehatan pada kelompok risiko

tinggi tertular Penyakit Menular Seksual (PMS). Di kota Surabaya

sampai dengan tahun 2015 terdiri dari 14 Puskesmas yaitu :

1. Puskesmas Putat Jaya ;

2. Puskesmas Perak Timur ;

3. Puskesmas Dupak ;

4. Puskesmas Sememi ;

5. Puskesmas Jagir ;

6. Puskesmas Kedurus ;

7. Puskesmas Kedung Doro ;

8. Puskesmas Pucang Sewu ;

9. Puskesmas Kalirungkut ;

10. Puskesmas Tanjungsari ;

11. Puskesmas Sawahan ;

12. Puskesmas Kenjeran ;

13. Puskesmas Morokrembangan ;

14. Puskesmas Tanah Kali Kdd.

Puskesmas Sore Hari adalah Puskesmas yang melakukan

pelayanan pada sore hari sesuai dengan Peraturan Walikota

Surabaya Nomor 7 Tahun 2015 dengan jam kerja mulai

14.30 – 17.30 WIB sebanyak 62 puskesmas;

Puskesmas dengan Program Paliatif adalah Puskesmas yang

mempunyai program perawatan kesehatan terpadu yang bersifat

aktif dan menyeluruh, dengan pendekatan multi disiplin yang

terintegrasi, tujuannnya untuk mengurangi penderitaan pasien

kanker, memperpanjang usia pasien, meningkatkan kualitas

hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Salah satu

kegiatan dalam program paliatif antara lain pendampingan pasien

kanker, baik saat pasien berobat ke rumah sakit, puskesmas

maupun dalam kunjungan ke rumah. Di Surabaya semua puskesmas

sudah mampu melaksanakan program paliatif.

► Puskesmas dengan Poli Pengobatan Tradisional (BATRA)

adalah Bentuk pelayanan pengobatan tradisional di Puskesmas,

antara lain penyediaan tenaga D3 Battra di Puskesmas, penyuluhan

(31)

serta pengobatan tradisional akupuntur dan akupresure di

Puskesmas. Puskesmas dengan layanan poli pengobatan tradisional

(BATRA) di kota Surabaya pada tahun 2015 ada 20 puskesmas

meliputi :

1. Puskesmas Medokan Ayu ;

2. Puskesmas Gundih ;

3. Puskesmas Manukan Kulon ;

4. Puskesmas Pegirian ;

5. Puskesmas Banyu Urip ;

6. Puskesmas Simomulyo ;

7. Puskesmas Peneleh ;

8. Puskesmas Tanah Kali Kdd ;

9. Puskesmas Keputih ;

10. Puskesmas Jemursari ;

11. Puskesmas Ketabang ;

12. Puskesmas Sawahan ;

13. Puskesmas Pucang Sewu ;

14. Puskesmas Sidotopo Wetan ;

15. Puskesmas Sememi ;

16. Puskesmas Siwalankerto ;

17. Puskesmas Jeruk ;

18. Puskesmas Tambakrejo ;

19. Puskesmas Tenggilis ;

20. Puskesmas Morokrembangan.

Puskesmas dengan Pelayanan Santun Lansia merupakan suatu

bentuk kegiatan yang memberikan rasa kenyamanan bagi Lansia

saat berkunjung ke Puskesmas dengan cara memprioritaskan

pemberian pelayanan kepada Lansia di Puskesmas. Puskesmas

yang dilengkapi dengan pelayanan Santun Lansia di kota Surabaya

Tahun 2015 ada 4 puskesmas, antara lain :

1. Puskesmas Medokan Ayu;

2. Puskesmas Balongsari;

3. Puskesmas Gunung Anyar;

4. Puskesmas Pucangsewu

► Puskesmas dengan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar

(PONED), di kota Surabaya tahun 2015 ada 8 puskesmas, meliputi :

1. Puskesmas Tanjungsari ;

2. Puskesmas Simomulyo ;

3. Puskesmas Balongsari ;

4. Puskesmas Sememi ;

5. Puskesmas Tanah Kali Kedinding ;

6. Puskesmas Medokan Ayu ;

7. Puskesmas Banyu Urip ;

8. Puskesmas Jagir.

(32)

► Puskesmas dengan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja ( PKPR ) di

kota Surabaya tahun 2015 ada 15 puskesmas, meliputi :

1. Puskesmas Tambakrejo ;

2. Puskesmas Peneleh ;

3. Puskesmas Rangkah ;

4. Puskesmas Balongsari ;

5. Puskesmas Jagir ;

6. Puskesmas Pegirian ;

7. Puskesmas Medokan Ayu ;

8. Puskesmas Mulyorejo ;

9. Puskesmas Tanah Kali Kedinding;

10. Puskesmas Kedung Doro ;

11. Puskesmas Simomulyo ;

12. Puskesmas Gayungan ;

13. Puskesmas Putat Jaya ;

14. Puskesmas Tambak wedi ;

15. Puskesmas Wonokromo.

Bentuk kegiatan Puskesmas dengan PKPR ini meliputi konseling,

pelayanan gizi, kesehatan reproduksi dan pengetahuan tentang

HIV- AIDS, Napza dan lain sebagainya.

1. Pelayanan Kesehatan Bagi Bayi dan Balita

Pelayanan kesehatan bagi bayi dan balita selain pemeriksaan

kesehatan rutin, juga pemberian suplemen yang dibutuhkan oleh bayi

dan balita yang ada di kota Surabaya. Kunjungan neonatus adalah

kontak neonatus (0 – 28 hari) dengan petugas kesehatan untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.

Kunjungan bayi neonatus (KN 1) untuk bayi berusia < 28 hari di

sarana kesehatan yang meliputi puskesmas, rumah sakit, rumah

bersalin atau rumah sakit bersalin yang ada di kota Surabaya tahun

2015 sebesar 102,42 % dari 43.505 bayi lahir hidup yang ada di kota

Surabaya. Sedangkan kunjungan bayi (KN lengkap) di sarana kesehatan

yang ada di kota Surabaya pada tahun 2015 sebesar 97,53 %

(Tabel 38).

(33)

Kunjungan bayi disarana pelayanan kesehatan di kota Surabaya

pada tahun 2015 sebesar 93,69 % dari 43.178 bayi yang ada di kota

Surabaya ( Tabel 40 ). Cakupan kunjungan bayi di kota Surabaya pada

tahun 2011-2015 dapat dilihat pada grafik berikut.

Grafik Cakupan Kunjungan Bayi

Kota Surabaya pada Tahun 2011-2015

Bayi umur 0- 28 hari merupakan golongan umur yang memiliki

resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang

dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut antara lain dengan

melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan

peningkatan kualitas pelayanan kesehatan pada neonatus

(0 – 28 hari). Kegiatan pelayanan kesehatan bagi bayi dan balita

dapat dilakukan melalui pemantauan kesehatan bagi neonatal risiko

tinggi atau neonatal komplikasi.

Neonatus dengan komplikasi adalah neonatus dengan penyakit

dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan

kematian. Neonatus dengan komplikasi seperti asfiksia, ikterus,

hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, Berat

(34)

Badan Lahir Rendah < 2500 gram (BBLR), sindroma gangguan

pernafasan, kelainan kongenital.

Neonatus komplikasi yang ditangani adalah neonatus

komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang

terlatih, dokter, dan bidan di sarana pelayanan kesehatan. Pada

tahun 2015, cakupan neonatal risti / komplikasi yang ditangani

sebesar 95,42 % dari 6.526 perkiraan sasaran neonatal komplikasi

yang ada (Tabel 33).

Pelayanan kesehatan pada anak balita (12 – 59 bulan) di sarana

kesehatan pada tahun 2015 sebesar 83,58 % dari 174.695 balita

yang ada, dengan rincian sebagai berikut balita laki – laki yang

mendapat pelayanan kesehatan sebesar 81,74% dan balita

perempuan yang mendapat pelayanan kesehatan sebesar 85,52%

(Tabel 46). Perkembangan capaian pelayanan kesehatan pada anak

balita di kota Surabaya tahun 2011-2015 dapat dilihat pada grafik

berikut ini.

Grafik Perkembangan Capaian Pelayanan Kesehatan pada

Anak Balita di kota Surabaya Tahun 2011-2015

(35)

Salah satu program peningkatan kesehatan ibu dan bayi adalah

penanganan neonatus dengan komplikasi, pemberian ASI eksklusif,

pemberian suplemen pada ibu, bayi, balita dan lain-lain. Cakupan

bayi yang mendapat ASI - Eksklusif di kota Surabaya tahun 2015

sebesar 64,99% dari 18.992 bayi yang ada yang diperiksa.

Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumya, jumlah bayi yang

mendapat ASI Eksklusif tahun 2015 mengalami peningkatan

sebesar 0,66%. Peningkatan pemberian ASI Eksklusif pada bayi

tahun 2015 menunjukkan bahwa semakin meningkatnya

kepedulian dan kesadaran ibu dan keluarga tentang pentingnya ASI

Eksklusif bagi bayi (Tabel 39).

Selain pemberian ASI Eksklusif bagi bayi sangat penting,

pemberian suplemen yang dibutuhkan oleh bayi dan balita yang ada

di kota Surabaya adalah pemberian kapsul vitamin A. Pemberian

kapsul vitamin A ini sangat penting karena kapsul vitamin A sangat

dibutuhkan untuk kesehatan mata. Pemberian kapsul vitamin A ini

rutin diberikan pada bulan Februari dan Agustus. Bagi bayi

(usia 6-11 bulan) mendapat kapsul vitamin A berwarna biru dengan

dosis 100.000 IU, sedangkan untuk balita (usia 12-59 bulan) akan

mendapatkan kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis

200.000 IU.

Cakupan pemberian kapsul vitamin A di Kota Surabaya tahun

2015 untuk bayi (usia 6 – 11 bulan) tercapai 90,89 % dari 43.178

bayi (usia 6 – 11 bulan). Sedangkan cakupan pemberian kapsul

vitamin A dua kali untuk balita pada tahun 2015 sebesar 94,61%

dari 174.695 anak balita (usia 12-59 bulan) yang ada ( Tabel 44).

Pelayanan kesehatan untuk balita selain dipuskesmas, juga

dilakukan pemantauan kesehatan diposyandu melalui kegiatan

penimbangan rutin setiap bulan. Cakupan penimbangan diukur

(36)

berdasarkan jumlah balita ditimbang (D) dibanding dengan jumlah

balita yang ada diwilayah (S). Pada tahun 2015 cakupan D/S dikota

Surabaya sebesar 81,11 % (Tabel 47). Perkembangan capaian

Penimbangan balita di kota Surabaya tahun 2011-2015 dapat

dilihat pada grafik berikut ini.

Grafik Perkembangan Capaian Penimbangan Balita di kota

Surabaya tahun 2011-2015

2. Pelayanan Kesehatan Bagi Anak dan Remaja

Pemeriksaan kesehatan untuk anak sekolah baik siswa Sekolah

Dasar maupun Madrasah Ibtidaiyah kelas I dilakukan secara rutin

melalui kegiatan skrining di sekolah-sekolah yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan atau tenaga terlatih (guru UKS/ dokter kecil)

melalui penjaringan kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu.

Pemeriksaan kesehatan ini meliputi pemeriksaan umum, gigi,

telinga, mata dan lain-lain. Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa

SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih, guru

(37)

dari 55.125 siswa SD yang ada (Tabel 49). Capaian indikator ini

dapat dilihat pada grafik berikut.

Grafik Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD

Dan Setingkat di Kota Surabaya Tahun 2011-2015

Pemeriksaan kesehatan untuk siswa SD/MI selain pemeriksaan

fisik dan status gizi, ada juga pemeriksaan kesehatan gigi. Hasil

pemeriksaan kesehatan gigi untuk siswa SD/MI menunjukkan hasil

UKGS dari 219.450 siswa SD/MI yang diperiksa, siswa SD/MI yang

memerlukan perawatan kesehatan gigi sebanyak 71.715 siswa, dan

yang

mendapatkan

perawatan

sebesar

51.901

siswa

(72,37%) (Tabel 51). Apabila dibandingkan dengan tahun

sebelumnya menunjukkan adanya peningkatan cakupan siswa

SD/MI yang mendapatkan perawatan gigi sebesar 3,64%.

3. Pelayanan Kesehatan Bagi Wanita Usia Subur ( WUS )

Pelayanan kesehatan bagi wanita usia subur selain imunisasi

TT, adalah pelayanan untuk keluarga berencana. Tujuan utama

pelaksanaan keluarga berencana adalah untuk meningkatkan derajat

kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga serta masyarakat

pada umumnya.

(38)

Peserta keluarga berencana bagi wanita usia subur terbagi

menjadi peserta keluarga berencana peserta keluarga berencana

aktif dan baru. Peserta keluarga berencana aktif adalah Pasangan

Usia Subur (PUS) yang salah satu pasangannya masih menggunakan

alat kontrasepsi dan terlindungi oleh alat kontrasepsi tersebut.

Cakupan peserta keluarga berencana aktif yang ada di Kota

Surabaya tahun 2015 sebesar 71,95% dari 544.976 pasangan usia

subur. Angka cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat

pemanfaatan kontrasepsi diantara para pasangan usia subur (PUS).

Sedangkan peserta KB baru yang ada di Kota Surabaya pada tahun

2015 sebesar 9,51% (Tabel 36). Perkembangan cakupan peserta KB

di kota Surabaya tahun 2014-2015 dapat dilihat pada grafik berikut.

Grafik Perkembangan Cakupan Peserta KB Aktif di kota

Surabaya tahun 2014-2015

Peserta keluarga berencana aktif dibagi menjadi peserta KB

dengan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang jenisnya

adalah IUD, MOP/MOW, implant dan peserta KB Non Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) yang jenisnya suntik, pil,

kondom, obat vagina dan lainnya. Peserta KB aktif di Kota Surabaya

pada tahun 2015, paling banyak memilih Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang jenis IUD sebesar 7,36%, sedangkan KB Non Metode

(39)

Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) yang paling banyak dipilih

jenis suntik sebesar 64,28% dari 392.124 peserta KB aktif

(Tabel 34,36).

Grafik Jenis Alat Kontasepsi yang Dipilih Peserta KB Aktif

Kota Surabaya pada Tahun 2015

Peserta keluarga berencana baru juga dibagi menjadi peserta

KB dengan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang

jenisnya IUD, MOP/MOW, implant dan peserta KB Non Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) yang jenisnya suntik, pil,

kondom, obat vagina dan lainnya. Peserta KB baru di Kota Surabaya

pada tahun 2015, paling banyak memilih Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang (MKJP) jenis IUD sebesar 5,56%, sedangkan KB non

metode kontrasepsi jangka panjang (Non MKJP) yang paling banyak

dipilih adalah jenis suntik sebesar 73,83%, dari 51.848 peserta KB

baru (Tabel 35,36).

(40)

Grafik Jenis Alat Kontasepsi yang Dipilih Peserta KB Baru

Kota Surabaya pada Tahun 2015

4. Pelayanan Kesehatan Bagi Ibu Hamil

Pemeriksaan kesehatan untuk ibu hamil sangat penting

dilakukan sedini mungkin. Pemeriksaan kesehatan ibu hamil tidak

hanya memantau perkembangan kesehatan ibu hamilnya saja,

tetapi juga memantau pertumbuhan dan perkembangan janin yang

ada dikandungan. Cakupan K1 merupakan gambaran besaran ibu

hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas

pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal.

Kunjungan pemeriksaan ibu hamil yang pertama kali dilakukan

dalam satu periode kehamilan atau K1 di Kota Surabaya pada tahun

2015 sebesar 100,84% dari 47.856 ibu hamil yang ada di Kota

Surabaya (Tabel 29).

K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang mendapatkan

pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit

empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester

(41)

ketiga. Cakupan kunjungan ibu hamil untuk memeriksakan

kesehatan ke sarana kesehatan yang dilakukan minimal empat kali

dalam satu periode kehamilannya atau lebih dikenal dengan istilah

K4. Pada tahun 2015, cakupan kunjungan ibu hamil K4 di Kota

Surabaya sebesar 98,41% dari 47.095 ibu hamil yang ada di Kota

Surabaya (Tabel 29). Perkembangan cakupan kunjungan K4 Ibu

Hamil di kota Surabaya Tahun 2011-2015 dapat dilihat pada grafik

berikut ini.

Grafik Cakupan Kunjungan K4 Ibu Hamil

Kota Surabaya pada Tahun 2011-2015

Pada saat pemeriksaan kesehatan di sarana kesehatan, ibu

hamil akan mendapat tablet Fe sebanyak 90 tablet. Pemberian

tablet Fe atau tablet tambah darah ini sangat penting untuk

kesehatan ibu hamil dan janin karena apabila seorang ibu hamil

kekurangan Fe dapat menyebabkan abortus, kecacatan bayi atau

berat badan bayi lahir rendah (BBLR).

(42)

Cakupan ibu hamil yang mendapatkan Fe1 (30 tablet) pada

pemeriksaan kehamilan pertama di kota Surabaya tahun 2015

sebesar 99,22% dari 47.856 ibu hamil yang ada di kota Surabaya.

Sedangkan cakupan ibu hamil yang mendapatkan Fe 3 (90 tablet)

pada tahun 2015 sebesar 94,55 %, (Tabel 32).

Dari hasil pemeriksaan kesehatan ibu hamil dapat diketahui ibu

hamil yang risiko tinggi atau komplikasi dan ibu hamil yang normal.

Ibu hamil risiko tinggi adalah ibu hamil yang mempunyai risiko atau

bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan

dibanding dengan ibu hamil yang normal. Akibat yang dapat

ditimbulkan dari ibu hamil yang mempunyai risiko tinggi antara

lain Berat Badan Bayi Lahir Rendah, keguguran, persalinan tidak

lancar/macet, janin mati dalam kandungan, ibu hamil/ibu bersalin

meninggal, dan lain-lain. Perkiraan Ibu hamil resiko tinggi atau

komplikasi di kota Surabaya tahun 2015 berjumlah 6.526 orang.

Cakupan ibu hamil resiko tinggi atau komplikasi yang ditangani di

sarana kesehatan sebesar 99,60 % (Tabel 33). Perkembangan

cakupan ibu hamil resiko tinggi atau komplikasi yang di tangani

tahun 2011-2015 dapat dilihat pada grafik berikut.

Grafik Perkembangan Cakupan Ibu Hail Resiko Tinggi atau

Komplikasi yang ditangani Tahun 2011-2015

(43)

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang

memiliki kompetensi kebidanan adalah ibu bersalin yang mendapat

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki

kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu

tertentu. Cakupan pelayanan pertolongan persalinan oleh bidan

atau tenaga kesehatan yang berkompetensi pada tahun 2015

mencapai 96,92% yaitu dari 45.680 kasus persalinan yang ada

(Tabel 29). Perkembangan cakupan pertolongan persalinan olleh

tenaga kesehatan kota Surabaya tahun 2011-2015 dapat dilihat

pada grafik berikut.

Grafik Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan

Kota Surabaya pada Tahun 2011-2015

Cakupan ibu nifas yang mendapat pelayanan kesehatan di Kota

Surabaya tahun 2015 sebesar 93,80 % dari 45.680 ibu nifas yang

ada. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, cakupan ibu

nifas yang mendapat pelayanan kesehatan menunjukkan

peningkatan

sebesar

1,43%.

Sedangkan

ibu

nifas

yang

(44)

5. Pelayanan Imunisasi

Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan

imunisasi. Diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42

Tahun 2013 tentang Penyelenggaraa Imunisasi.

Imunisasi yang diberikan pada bayi meliputi imunisasi: BCG,

DPT HB 3 kali, Polio 4 kali, Campak, dan Hepatitis < 7 Hari, dengan

hasil cakupan imunisasi bayi sebagai berikut : Imunisasi Hepatitis <

7 hari (84,95%), BCG (92,15%), Imunisasi DPT3+HB3 (92,18%),

Imunisasi Polio 4 (91,71%), Imunisasi Campak (93,75%). Cakupan

imunisasi dasar lengkap di kota Surabaya tahun 2015 sebesar

93,77 % (Tabel 42,43). Cakupan imunisasi di kota Surabaya dapat

dilihat pada grafik berikut.

Grafik Cakupan Imunisasi di kota Surabaya Tahun 2015

Cakupan Kelurahan Universal Child Imunization (UCI) pada

tahun 2015 adalah sebesar 85,71 % dari 154 Kelurahan yang ada di

kota Surabaya (Tabel 41).

(45)

Cakupan imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil meliputi

TT-1 (0,87 %), TT-2 (1,74 %), TT-3 (4,68 %), TT-4 (12,22 %),

TT-5 (41,38 %) dan TT-2+ (60,02 %) (Tabel 30).

6. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut

Cakupan pelayanan kesehatan untuk usia lanjut (>60 tahun)

yang mendapat pelayanan kesehatan sebesar 78,31 % dari 219.164

usia lanjut yang ada dengan rincian lansia laki-laki yang

mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar 69,07 % sedangkan

lansia perempuan yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar

86,70 % (Tabel 52). Apabila dibandingkan dengan tahun

sebelumnya menunjukkan adanya peningkatan sebesar 22,27%.

7. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di 62 Puskesmas wilayah

kota Surabaya pada tahun 2015, dapat dilihat pada Tabel 50.

Pelayanan dasar gigi meliputi tumpatan gigi tetap sebanyak 47.018

orang dan pencabutan gigi tetap sebanyak 26.181 orang yang

diperiksa dengan rasio tumpatan atau pencabutan sebesar 1,80.

B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah penting

dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Pelayanan kesehatan dasar yang tepat dan cepat diharapkan masalah

kesehatan dimasyarakat dapat diatasi.

(46)

1. Jaminan Kesehatan

Tujuan pelaksanaan program pelayanan kesehatan bagi

masyarakat miskin adalah meningkatnya akses dan mutu pelayanan

kesehatan kepada seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu

agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara

efektif dan efisien.

Pada tahun 2015 cakupan jaminan kesehatan penduduk kota

Surabaya ada 2.256.256 dengan rincian peserta Jaminan Kesehatan

Nasional 2.234.318 orang sedangkan Jaminan Kesehatan Daerah

(Jamkesda) ada 21.938 orang (Tabel 53).

2. Pemanfaatan Sarana Kesehatan

Jumlah kunjungan pasien baru rawat jalan puskesmas di 62

Puskesmas se-kota Surabaya tahun 2015 sebanyak 488.598

kunjungan dengan rincian kunjungan pasien laki-laki sebanyak

202.474 dan pasien perempuan sebanyak 286.124 orang,

sedangkan kunjungan pasien baru rawat inap sebanyak 8.363

kunjungan (Tabel 54).

Jumlah kunjungan penderita gangguan jiwa di puskesmas

sebanyak 15.532 kunjungan dengan rincian sebagai berikut ; pasien

penderita gangguan jiwa dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak

8.426 orang dan pasien penderita gangguan jiwa dengan jenis

kelamin perempuan sebanyak 7.106 orang (Tabel 54).

(47)

3. Sarana Pelayanan Kefarmasian

Ketersediaan obat di sarana pelayanan kesehatan dasar dalam

hal ini adalah puskesmas, disesuaikan dengan kebutuhan obat di

sarana

pelayanan

kesehatan

dasar

tersebut.

Presentase

ketersediaan obat di puskesmas dihitung berdasarkan kebutuhan

obat di puskesmas dalam satu tahun. Ketersediaan obat menurut

jenis obat di kota Surabaya tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 66.

4. Indikator Pelayanan Rumah Sakit

Beberapa indikator pelayanan Rumah Sakit, baik rumah sakit

milik pemerintah maupun rumah sakit swasta dapat digunakan

untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi

pelayanan rumah sakit.

Indikator-indikator pelayanan rumah sakit, terdiri dari Bed

Occupancy Rate (BOR), Length Of Stay (LOS), Turn Over Internal

(TOI), Gross Death Rate (GDR) dan Netto Death Rate (NDR). Data

rumah sakit yang masuk, diketahui bahwa rata-rata BOR rumah

sakit di kota Surabaya tahun 2015 sebesar 54,39 %, ALOS 4,80 hari

dan TOI 4,25 hari. BOR tertinggi untuk Rumah Sakit Umum di Kota

Surabaya adalah RSUD Dr. Moh Soewandhie (91,21%). Sedangkan

BOR Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada (44,74%)

( Tabel 55,56 ).

Jumlah tempat tidur (TT) pasien yang tertinggi ada di Rumah

Sakit Umum Dr. Soetomo (1.513 TT), dan RSAL Dr. Ramelan

(639 TT). Sedangkan Rumah Sakit Umum Daerah milik pemerintah

Kota Surabaya yaitu RS Dr. Moh. Soewandhie dan Rumah Sakit

Umum Daerah Bhakti Dharma Husada memiliki kapasitas tempat

tidur pasien 285 tempat tidur dan 222 tempat tidur (Tabel 55,56).

(48)

C.

PERILAKU HIDUP MASYARAKAT ( Rumah Tangga BerPHBS )

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga

adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu,

mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat

serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Tujuan

yang akan dicapai dalam PHBS adalah meningkatnya perilaku sehat

individu, masyarakat dan berperan aktif dalam setiap gerakan

kesehatan masyarakat melalui upaya promosi kesehatan yang

terintegrasi secara lintas program, lintas sektor, swasta dan

masyarakat.

Pada tahun 2015, survey PHBS dilaksanakan di seluruh wilayah

puskesmas se-kota Surabaya. Jumlah rumah tangga yang dipantau

sebanyak 25,45% dari 878.413 rumah tangga yang ada. Hasil dari

survey tersebut diketahui bahwa rumah tangga yang berperilaku

hidup bersih dan sehat di kota Surabaya tahun 2015 ada 71,90 % dari

223.584 rumah tangga yang di survey (Tabel 57). Cakupan rumah

tangga berperilaku hidup bersih dan sehat di kota Surabaya tahu

2011-2015 dapat dilihat pada grafik berikut.

Grafik Cakupan Rumah Tangga ber PHBS di kota Surabaya

Tahun 2011-2015

(49)

D. KESEHATAN LINGKUNGAN

Salah satu upaya untuk memperkecil resiko terjadinya masalah

kesehatan sebagai akibat dari lingkungan yang kurang sehat, telah

dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan.

Untuk menggambarkan keadaan lingkungan di kota Surabaya

disajikan indikator-indikator yang merupakan hasil dari upaya sektor

kesehatan terutama kesehatan lingkungan.

1. Rumah Sehat

Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi di dalam rumah

dan

perumahan

sehingga

memungkinkan

penghuni

atau

masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi

syarat kesehatan yaitu memiliki jamban sehat, tempat pembuangan

sampah, sarana air bersih, kepadatan hunian rumah dan lain-lain.

Jumlah rumah yang ada di kota Surabaya pada tahun 2015 adalah

sebanyak 654.451 rumah. Sedangkan rumah yang dibina sebesar

34,09 %. Rumah yang memenuhi syarat (Rumah sehat) sebesar

83,91% (Tabel 58). Apabila dibandingkan dengan tahun

sebelumnya cakupan rumah sehat tahun 2015 menunjukkan

peningkatan sebesar 0,45 %. Peningkatan cakupan rumah sehat ini

menunjukkan bahwa kepedulian dan kesadaran masyarakat akan

rumah yang sehat makin tinggi.

2. Penyediaan Air Bersih

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk maka kebutuhan

akan air bersih semakin bertambah. Berbagai upaya dilakukan agar

akses masyarakat terhadap air bersih meningkat. Pada tahun 2015,

Gambar

Gambar Peta Topografi Wilayah Kota Surabaya
Grafik  Cakupan Kunjungan Bayi   Kota Surabaya pada Tahun 2011-2015
Grafik  Perkembangan  Capaian  Pelayanan  Kesehatan  pada  Anak Balita di kota Surabaya Tahun 2011-2015
Grafik  Perkembangan Capaian Penimbangan Balita di kota  Surabaya tahun  2011-2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan dengan variabel tingkat konsumsi adalah sebaliknya bahwa semakin tinggi tingkat konsumsi maka kualitas hidup penduduk semakin rendah atau seba- liknya.. Hasil korelasi

Certainty factor adalah metode digunakan untuk membuktikan apakah suatu fakta itu pasti ataukah tidak pasti yang biasa berbentuk metric yang biasanya digunakan dalam

Berdasarkan hasil analisis independen t test menunjukan bahwa nilai signifikan sebesar 0.027 (p&lt;0.05) maka terdapat perbedaan antara kelompok kontrol dan kelompok

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryadi (2012) bahwa pengaruh budaya organisasi, kompensasi, dan kepuasan kerja terhadap disiplin kerja guru SD di

Web browser mengidentifikasi dan menjalankan skrip program yang disisipkan dalam dokumen web (yang diterima dari server), dan dapat meng-update tampilan dokumen web di komputer

Ketel uap ( Boiler) Ketel uap adalah sebuah alat untuk menghasilkan uap, dimana terdiri dari dua bagian yang penting yaitu: dapur pemanasan, dimana yang menghasilkan panas yang

Cileungsi ; Desa Bojongmurni mengairi areal pertanian 1 Bangunan Pengairan.. 1 03 24 2006 Peningkatan Fungsi Jaringan Kecamatan Meningkatnyanya

2) Apabila nilai ‘Sig.’ lebih kecil dari taraf signifikansi yang digunakan (misal: 0,01 / 0,05 / 0,1 tergantung peneliti) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang