• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alifa Hamiim Farida, Rini Nurhakiki Universitas Negeri Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Alifa Hamiim Farida, Rini Nurhakiki Universitas Negeri Malang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT DENGAN MENGGUNAKAN PERMAINAN TIC TAC TOE SEBAGAI UPAYA

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 1 SUTOJAYAN BLITAR

Alifa Hamiim Farida, Rini Nurhakiki Universitas Negeri Malang Email: alifafarida@yahoo.com

ABSTRAK : Tujuan penelitian ini : 1) mendeskripsikan penerapan pembela-jaran kooperatif TGT dengan menggunakan permainan Tic Tac Toe yang dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika siswa, 2) meningkatkan motivasi belajar Matematika siswa melalui pembelajaran kooperatif TGT dengan menggunakan permainan Tic Tac Toe. Pengambilan data dilakukan dengan observasi (aktivitas siswa), evaluasi diri (angket). Hasil analisis data angket sebelum tindakan dan setelah tindakan pada siklus I menunjukkan peningkatan sebesar 9,05%, dari siklus I ke siklus II sebesar 1,97%. Sedangkan persentase klasikal lembar observasi motivasi meningkat sebesar 2,59%. Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif TGT dengan menggunakan permainan Tic Tac Toe dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika siswa kelas VII E SMPN 1 Sutojayan Blitar.

Kata Kunci : pembelajaran kooperatif TGT, motivasi belajar.

Dalam pembelajaran, motivasi memiliki peran penting dalam menentukan seberapa banyak siswa akan belajar dan menyerap materi yang diberikan.

Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan belajar siswa. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kadar kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran yang dimiliki oleh siswa yang bersangkutan. Pentingnya motivasi dalam pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan pada siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara terhadap siswa kelas VII E SMPN 1 Sutojayan Blitar, diketahui bahwa Matematika dianggap pelajaran yang sulit dipahami bagi beberapa siswa. Hal ini menyebabkan Matematika menjadi kurang digemari. Selain itu juga ditemukan tentang gambaran siswa, antara lain: (1) Sebagian besar siswa kurang memperhatikan guru, siswa tampak ramai dan sibuk dengan obrolannya sendiri; (2) Siswa kurang mendapat kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran; (3) Keaktifan siswa di dalam kelas masih rendah, siswa cenderung pasif dan tidak mau bertanya apabila mengalami kesulitan; (4) Banyak siswa yang malas mengerjakan PR dan tugas. Terlihat saat bel masuk berbunyi, masih banyak siswa yang masih mengerjakan PR dan mencontek pekerjaan temannya.

Berdasarkan keadaan di atas, maka upaya memperbaiki persepsi siswa tentang matematika dan memotivasi siswa untuk belajar matematika perlu dilakukan. Siswa perlu mendapatkan metode pembelajaran yang mampu untuk memotivasi mereka dalam belajar matematika dan berusaha memahami konsep-konsep matematika. Pelajaran matematika ini tidak hanya diperoleh dari guru lewat ceramah tetapi dengan metode pembelajaran yang menuntut kreativitas siswa dalam menyelesaikan masalah melalui kerjasama.

(2)

Penelitian ini menekankan pada peningkatan motivasi belajar Matematika siswa, karena motivasi merupakan sesuatu yang penting dalam kegiatan belajar. Dimyati dan Mudjiono (1994) menyatakan bahwa motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Motivasi belajar berperan penting dalam memberikan semangat dan rasa senang dalam belajar.

Pada model pembelajaran kooperatif TGT dimulai dengan penyampaian materi, dilanjutkan dengan belajar kelompok, turnamen dan penghargaan. Pada tahap kerja kelompok siswa mengerjakan LKK bersama kelompoknya. Siswa dilatih mengemukakan pendapat dan menyumbangkan pikiran. Sedangkan tahap turnamen menunjukkan bahwa siswa dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahannya, sehingga suasana kelas lebih bervariasi dan tidak monoton. Berdasarkan alasan tersebut, pembelajaran kooperatif TGT diharapkan mampu membuat siswa aktif dan termotivasi untuk belajar.

METODE

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian PTK. Dalam satu siklus penelitian terdiri dari 4 komponen yaitu

perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Jika pada siklus I belum didapatkan hasil yang diharapkan, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II. Hasil refleksi pada siklus I diperbaiki pada siklus II, dan seterusnya.

Penelitian dilakukan di kelas VII E SMPN 1 Sutojayan Blitar dengan materi yang diajarkan luas dan keliling segiempat. Data diambil dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran kooperatif TGT dengan menggunakan permainan Tic Tac Toe.

Data yang dikumpulkan dari penelitian ini : 1) hasil observasi (siswa, guru, dan aktivitas kelompok), 2) hasil angket motivasi belajar siswa, 3) hasil wawancara, 4) hasil catatan lapangan. Data yang diperoleh dari siswa berupa hasil pengisian angket, pernyataan verbal dari catatan-catatan lapangan yang berkenaan dengan aktivitas siswa pada saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, angket, catatan lapangan dan wawancara. Observasi dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan, serta motivasi belajar siswa. Catatan lapangan dilakukan untuk melengkapi data yang tidak terekam dalam lembar observasi. Wawancara dilakukan terhadap empat siswa yang dianggap dapat mewakili semua subyek penelitian. Angket diberikan pada siswa dengan tujuan untuk memperoleh motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran kooperatif TGT dengan menggunakan permainan Tic Tac Toe.

HASIL

Berdasarkan hasil observasi awal, diketahui bahwa siswa kelas VII E SMPN 1 Sutojayan kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran matematika. Saat pembelajaran berlangsung, keterlibatan siswa masih rendah dan guru lebih mendominasi proses pembelajaran, siswa masih kurang terlibat dalam diskusi. Ketika ada soal dari guru, hanya beberapa siswa yang mau mengerjakan di depan kelas.

(3)

Siklus I

Tahap Perencanaan Tindakan Siklus I

Dalam perencanaan tindakan I disusun rencana tindakan sebelum

melaksanakan tindakan. Rencana tindakan ini disesuaikan dengan hasil observasi awal dan refleksi awal yang dilakukan peneliti.

Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pada pertemuan pertama dilaksanakan tahap penyajian kelas selama 20 menit, dilanjutkan diskusi kelompok pada tahap tim selama 25 menit dengan mengerjakan LKK 1 tentang luas dan keliling persegi, persegi panjang dan jajar genjang. Kemudian dilakukan pembahasan secara klasikal tentang jawaban LKK 1 oleh perwakilan kelompok selama 20 menit, kemudian 15 menit terakhir dipergunakan untuk mengambil kesimpulan materi. Sedangkan untuk pertemuan kedua dilaksanakan tahap turnamen dengan menggunakan permainan Tic Tac Toe dan penghargaan kelompok.

Karakteristik permainan Tic Tac Toe ini adalah adanya peserta, adanya aturan permainan, adanya unsur persaingan dan penentuan pemenang, permainan model Tic Tac Toe ini bertujuan untuk membentuk suatu garis dengan susunan mendatar, menurun, atau menyilang yang terdiri dari tiga petak. Aturan turnamen dengan menggunakan permainan Tic Tac Toe dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Kelas dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok (X) dan kelompok (O). b. Masing-masing kelompok ditunjuk seorang ketua kelompok yang tugasnya

menentukan jalannya permainan.

c. Sebelum permainan dimulai masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk mengerjakan soal nomor 1 sampai dengan 9 secara berpasangan dan masing-masing pasangan mendapatkan nomor soal yang berbeda. Kesembilan soal tersebut mempunyai skor yang berbeda sesuai dengan tingkat kesulitan soal. Sistem pengerjaannya yaitu dengan cara ketua kelompok membagikan amplop yang berisi soal. Masing-masing amplop berisi 1 nomor soal (nomor 1 sampai dengan 9), dan siswa mengerjakannya secara berpasangan. Siswa diberi batasan waktu dalam pengerjaan soal. Jika sampai batas waktu habis ada pasangan yang tidak dapat mengerjakan soalnya, maka pasangan tersebut diberi kesempatan untuk bertanya pada teman satu kelompoknya dengan batas waktu yang telah ditentukan pula. Setelah semua pasangan selesai mengerjakan soal, jawaban dimasukkan kembali ke dalam amplop dan diluar amplop diberi nama kedua pasangan yang mengerjakan soal tersebut.

Kemudian ketua kelompok mengambil kembali amplop dan menukarkannya dengan kelompok lawan.

d. Permainannya yaitu dengan cara ketua kelompok memilih nomor soal 1 sampai dengan 9 secara bergantian. Kesembilan nomor soal tersebut

disediakan dalam bentuk 9 petak dengan panjang 3 petak dan lebar 3 petak. Soal yang disediakan pada kesembilan petak tersebut merupakan kesembilan soal yang dikerjakan secara berpasangan tadi. Setelah ketua memilih nomor soal, soal kemudian dibacakan. Dan pasangan dari kelompoknya yang mengerjakan nomor soal tersebut mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. Jika soal pada nomor tersebut dikerjakan dengan benar maka nomor tersebut menjadi miliknya dan diberi tanda (X) atau (O) sesuai dengan yang menjawab benar. Setiap nomor soal mempunyai skor yang berbeda sesuai dengan tingkat kesulitan soal.

(4)

e. Kelompok yang dapat membentuk 3 (X) atau 3 (O) secara mendatar, menurun atau menyilang, mendapatkan tambahan skor.

f. Kelompok yang menjadi pemenang adalah kelompok dengan skor tertinggi.

Tahap Observasi Tindakan Siklus I

1) Hasil observasi terhadap motivasi belajar siswa

Data motivasi belajar siswa secara klasikal disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1. Persentase Motivasi Belajar Siswa Secara Klasikal pada Siklus I

Indikator Motivasi

Skor motivasi (%)

Rata-rata (%)

Kategori

Observer 1 Observer 2 Observer 3 Taraf

keberhasilan

Nilai dengan angka

Minat 85,71% 88,57% 85,71% 86,67% Sangat Baik A

Perhatian 77,78% 75,56% 88,89% 80,74% Baik B

Konsentrasi 72,00% 76,00% 80,00% 74,67% Cukup C

Ketekunan 80,00% 77,78% 86,67% 81,48% Baik B

Rata-rata 78,87% 79,48% 84,32% 80,89% Baik B

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa aspek motivasi belajar siswa hasil observasi pada siklus I yang tertinggi adalah minat sebesar 86,67% dengan taraf keberhasilan sangat baik, sedangkan aspek motivasi belajar yang paling rendah adalah ketekunan yaitu 74,67% dengan taraf keberhasilan cukup. Namun secara keseluruhan aspek motivasinya dapat dikatakan baik yaitu sebesar 80,89%. 2) Hasil catatan lapangan

Berdasarkan hasil catatan lapangan dapat diambil kesimpulan bahwa: a. Siswa lebih bersemangat saat belajar berkelompok, karena mereka dapat

berdiskusi serta bertukar pikiran dengan teman dalam satu kelompok. b. Guru masih mendominasi kelas, walaupun siswa sudah berani berpendapat

dan mempresentasikan hasil pekerjaannya. Hal ini dikarenakan diskusi kelompok belum optimal, dan siswa lebih suka langsung bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan.

c. Pada pertemuan I, siswa masih lama dalam berdiskusi karena siswa belum terbiasa mengerjakan LKK terutama yang berkaitan dengan konsep. d. Pada pertemuan II saat penjelasan aturan turnamen siswa masih bingung,

namun setelah pelaksanaan siswa lebih memahami dan cukup antusias. e. Pada saat turnamen dan teman menuliskan jawaban ke depan kelas, siswa

banyak yang tidak memperhatikan dan berbicara dengan teman lain. 3) Hasil angket motivasi belajar siswa

Hasil angket siswa sebelum tindakan menunjukkan persentase klasikal sebesar 74,83% dengan taraf keberhasilan cukup. Sedangkan hasil angket setelah tindakan, sebesar 83,88% dengan taraf keberhasilan baik. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan yaitu sebesar 9,05%, sesuai dengan hipotesis peneliti bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif TGT dengan menggunakan permainan Tic Tac Toe dapat meningkatkan motivasi belajar siswa SMPN 1 Sutojayan.

Tahap Refleksi Siklus I

Berdasarkan hasil refleksi maka peneliti merencanakan tindakan perbaikan untuk siklus II. Hasil refleksi tersebut dapat digambarkan pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Hasil refleksi siklus I dan rencana kegiatan siklus II

Refleksi siklus I Analisis Rencana sikus II

Siswa kelihatan belum siap menerima pelajaran di awal kegiatan pembelajaran

Siswa lelah karena pembelajaran dilaksanakan setelah upacara

Berusaha memfokuskan perhatian siswa dengan membuat tebak-tebakan sebelum kegiatan pembelajaran.

(5)

Saat penyajian kelas beberapa siswa terlihat kurang berkonsentrasi

Guru kurang tegas terhadap siswa.

Guru lebih tegas terhadap siswa yang kurang berkonsentrasi dan sering memberikan pertanyaan kepada siswa yang kurang fokus. Hanya beberapa siswa yang

aktif dalam kegiatan diskusi

Siswa kurang memahami maksud dan tujuan dari kegiatan diskusi.

Guru lebih menegaskan pada siswa untuk saling menolong dan bekerjasama dalam kelompok Siswa kurang

memperhatikan saat teman melakukan presentasi didepan kelas

Siswa cenderung bosan dan hilang konsentrasi

Guru lebih mengaktifkan siswa yang hilang konsentrasi untuk berpendapat terhadap materi yang dipresentasikan.

Ketika pembahasan soal turnamen siswa cenderung ramai dan berbicara sendiri dengan teman.

Hal ini terjadi karena siswa tidak dituntut untuk tahu akan jawaban dari soal.

Siswa diminta untuk mencatat hasil jawaban soal turnamen.

Siklus II

Perencanaan Tindakan II

Perencanaan tindakan II berisi rencana tindakan yang akan dilakukan, sesuai dengan hasil refleksi tindakan I, sehingga saat pelaksanaan tindakan tidak mengalami hambatan.

Pelaksanaan Tindakan II

Pertemuan pertama guru mengemukakan tujuan pembelajaran dan menjelaskan materi secara garis besar yaitu tentang luas dan keliling belah ketupat, layang-layang dan trapesium, dilanjutkan belajar kelompok. Setelah itu, dilakukan pembahasan bersama secara klasikal tentang jawaban LKK 2 oleh perwakilan kelompok. Sedangkan pertemuan kedua diadakan turnamen.

Observasi Tindakan Siklus II

1) Hasil observasi terhadap motivasi belajar siswa

Data motivasi belajar siswa secara klasikal disajikan dalam tabel 3 berikut.

Tabel 3. Persentase Motivasi Belajar Siswa Secara Klasikal pada Siklus II

Indikator Motivasi

Skor motivasi (%)

Rata-rata (%)

Kategori

Observer 1 Observer 2 Observer 3 Taraf

keberhasilan

Nilai dengan angka

Minat 88,57% 85,7% 88,57% 88,57% Sangat baik A

Perhatian 77,78% 80,00% 91,11% 82,96% Baik B

Konsentrasi 80,00% 76,00% 80,00% 78,67% Baik B

Ketekunan 86,67% 84,44% 84,44% 85,19% Sangat baik A

Rata-rata 82,70% 82,81% 84,92% 83,48% Baik B

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa aspek motivasi belajar siswa hasil observasi dalam kelompok pada siklus II yang tertinggi adalah minat dengan rata-rata 88,57% dengan taraf keberhasilan sangat baik sedangkan aspek motivasi belajar II yang paling rendah adalah konsentrasi dengan rata-rata persentase 78,67% dengan taraf keberhasilan baik. Dan secara keseluruhan aspek motivasinya dapat dikatakan baik yaitu dengan rata-rata persentase 83,48%. 2) Hasil catatan lapangan

Berdasarkan hasil catatan lapangan terlihat bahwa:

a. Siswa sudah lebih aktif, siswa sudah mau bertanya dan menjawab pertanyaan dan berani mengemukakan pendapat serta berani presentasi di depan kelas. b. Siswa tampak sudah senang dengan pelajaran matematika dan sudah tidak

(6)

c. Dalam setiap pembelajaran yang dilakukan pada siklus II, siswa yang aktif untuk memecahkan masalah dan menemukan konsep. Guru tidak terlalu mendominasi kelas, namun hanya bertindak sebagai fasilitator.

3) Hasil angket motivasi belajar siswa

Berdasarkan hasil analisis, persentase klasikal motivasi belajar siklus II adalah 85,85% dengan taraf keberhasilan sangat baik. Sedangkan pada siklus I sebesar 83,88%. Hal ini menunjukkan peningkatan sebesar 1,97%.

Tahap Refleksi Siklus II

Berdasarkan observasi diketahui bahwa aktivitas siswa semakin

meningkat, siswa menjadi bersemangat mengerjakan LKK pada kerja kelompok dan pada turnamen, dan suasana kelas menjadi tidak gaduh saat temannya maju ke depan kelas untuk menuliskan jawabannya.

PEMBAHASAN

Berdasarkan data dari hasil perhitungan angket siswa diperoleh bahwa persentase klasikal motivasi belajar siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran kooperatif TGT sebesar 74,83% dengan taraf keberhasilan cukup. Sedangkan setelah dilaksanakan pembelajaran kooperatif TGT dengan menggunakan permainan Tic Tac Toe hasilnya sebesar 83,88% dengan taraf keberhasilan baik. Dari hasil ini terlihat adanya peningkatan motivasi belajar siswa sebesar 9,05%. Sedangkan pada siklus II persentase klasikalnya sebesar 85,85% dengan taraf keberhasilan sangat baik. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 1,97% dari siklus I.

Data motivasi hasil lembar observasi siswa kelas VII E SMPN 1 Sutojayan juga dapat dianalisis berdasarkan 4 aspek, yaitu : (1) minat, (2) perhatian, (3) konsentrasi, dan (4) ketekunan. Pada siklus I aspek minat sebesar 86,67 dengan taraf keberhasilan sangat baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa menyukai model pembelajaran kooperatif TGT dengan menggunakan permainan Tic Tac Toe ini. Karena ini merupakan pembelajaran baru yang belum pernah diterapkan oleh guru mereka. Meskipun awalnya ada beberapa siswa yang masih belum terbiasa. Dan pada siklus II aspek minat ini mengalami peningkatan sebesar 1,90% menjadi 88,87% tergolong dalam kategori sangat baik.

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa aspek perhatian pada siklus I sebesar 80,74% dan pada siklus II sebesar 82,96%. Hal ini menunjukkan peningkatan sebesar 2,22%. Peningkatan hasil persentase juga ditunjukkan pada aspek konsentrasi, yaitu sebesar 4,00%. Pada siklus I aspek konsentrasi sebesar 74,67% dengan kategori cukup. Hal ini terjadi karena peran guru yang cenderung mendominasi sehingga siswa terkadang pecah konsentrasi dan melakukan hal lain di luar kegiatan pembelajaran. Namun pada siklus II guru sudah bisa menerapkan peran guru sebagai fasilitator, dan tidak mendominasi. Dan siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran dan bisa lebih berkonsentrasi. Oleh karena itu, pada siklus II aspek konsentrasi meningkat menjadi 78,67%.

Persentase klasikal aspek ketekunan siklus I diketahui sebesar 81,48% dan pada siklus II sebesar 85,19%, hal ini menunjukkan peningkatan sebesar 3,71%. Peningkatan ini terjadi disebabkan pada siklus I siswa kurang begitu aktif untuk membaca dan menulis materi pembelajaran. Sehingga pada siklus II guru berusaha agar siswa lebih aktif dalam membaca dan menulis. Hal ini dilakukan

(7)

dengan cara siswa diminta untuk membuat ringkasan tentang materi yang telah dipelajari baik dalam LKK ataupun kegiatan turnamen.

Pada siklus I diketahui bahwa pembelajaran Matematika dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif TGT dengan menggunakan permainan Tic Tac Toe dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, meskipun masih ditemukan kekurangan dalam penerapan pembelajaran kooperatif TGT dengan menggunakan permainan Tic Tac Toe. Sedangkan pada siklus II juga diketahui bahwa

pembelajaran Matematika dengan menggunakan permainan Tic Tac Toe telah membawa peningkatan motivasi belajar siswa. Adapun kekurangan dalam

penerapan pembelajaran kooperatif TGT dengan menggunakan permainan Tic Tac Toe pada siklus I adalah aktivitas saat belajar kelompok khususnya dalam hal memberi masukan pada pertanyaan yang ada pada LKK hanya siswa tertentu yang memberikan masukan saat diskusi.

Sesuai dengan pernyataan Rahayu (1998) bahwa pembelajaran kooperatif tidak semata-mata meminta siswa bekerja kelompok dengan cara mereka sendiri. Melainkan siswa harus bekerja sama agar setiap anggota kelompok dapat

menguasai materi. Beberapa anggota dalam kelompok mungkin akan

menunjukkan hasil yang rendah jika hanya beberapa siswa saja yang aktif. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengatur siswa ke dalam kelompok belajar yang kooperatif. Agar kondisi itu benar-benar terjadi, ada lima unsur pada

pembelajaran kooperatif yaitu: 1) saling ketergantungan positif, 2) interaksi langsung, 3) pertanggung jawaban individual, 4) keterampilan berinteraksi antar individu dan kelompok, dan 5) keefektifan proses kelompok.

Berdasarkan Tabel 1 dan 3 menunjukkan adanya peningkatan aspek motivasi belajar pada siklus I dan motivasi belajar pada siklus II. Hal ini sesuai dengan pendapat Siagian (1995) yang menyatakan bahwa motivasi belajar adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau kemampuan tenaga dan waktunya menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya. Sehingga para siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar.

Dari analisis data hasil motivasi belajar yang diperoleh dari angket siswa dan lembar observasi siswa terlihat adanya peningkatan. Hal ini juga sesuai pendapat Rahayu (1998) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dimana siswa bekerja dan belajar bersama dalam

kelompok-kelompok kecil, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok.

Lanjutnya menurut Slavin (1997), jika siswa ingin jadi tim yang sukses, mereka akan mendorong teman kelompok mereka agar berhasil dan akan saling membantu untuk mewujudkannya. Dengan demikian pembelajaran kooperatif dapat memotivasi siswa dalam segala situasi untuk bekerja sama dalam satu kelompok dan itu tidak hanya sekedar persaingan individu melainkan juga saling membantu temannya. Motivasi akan mempengaruhi kegiatan belajar akan tetapi motivasi juga dipengaruhi oleh tujuan. Apabila tujuan yang dicapai makin tinggi, maka motivasinya juga semakin besar sehingga kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan juga akan berjalan dengan baik.

Hal ini juga sesuai dengan penelitian Hidayati (2005) yang menyatakan bahwa motivasi belajar siswa akan mengalami peningkatan setelah dilakukan

(8)

model pembelajaran kooperatif TGT. Dan ini sesuai dengan hipotesis peneliti yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif TGT dengan menggunakan permainan Tic Tac Toe dapat meningkatkan motivasi belajar siswa SMPN 1 Sutojayan Blitar.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran kooperatif TGT dengan menggunakan permainan Tic Tac Toe yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut:

a. Tahap penyajian kelas yaitu kegiatan dimana guru menyampaikan materi pembelajaran sehingga dapat membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok. Guru aktif dalam membangun ketertarikan siswa, dan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.

b. Tahap tim, yaitu kegiatan saat siswa bekerja sama dalam kelompok

sehingga semua anggota kelompok memahami materi pembelajaran. Dalam hal ini, guru lebih menegaskan kepada siswa untuk saling bekerja sama dalam kelompok agar tidak ada anggota yang mendominasi.

c. Tahap turnamen, yaitu kegiatan pembelajaran dengan menggunakan permainan Tic Tac Toe yang bertujuan mengukur pemahaman siswa. d. Penghargaan kelompok, yaitu kegiatan pemberian penghargaan terhadap

kelompok sesuai dengan perolehan skor kegiatan turnamen.

2. Pembelajaran Matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif TGT dengan menggunakan permainan Tic Tac Toe ini dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa, yaitu dari hasil analisis data angket sebelum tindakan dan setelah tindakan pada siklus I yang mengalami peningkatan sebesar 9,05%, dari 74,83% dengan taraf keberhasilan cukup, menjadi 83,88% taraf keberhasilan baik. Sedangkan peningkatan dari siklus I ke siklus II

mengalami peningkatan sebesar 1,97%, yaitu dari 83,88%% menjadi 85,85% dengan taraf keberhasilan sangat baik. Dan persentase klasikal pada lembar observasi motivasi pada siklus I sebesar 80,89% menjadi 83,48% mengalami peningkatan sebesar 2,59%.

Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti berdasarkan dengan penelitian adalah:

1. Kepada guru Matematika untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif TGT dengan menggunakan permainan Tic Tac Toe sebagai alternatif

pembelajaran matematika di kelas.pada kompetensi dasar yang lain.

2. Kepada pihak sekolah untuk lebih bisa mengembangkan model pembelajaran kooperatif TGT dengan menggunakan permainan Tic Tac Toe sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

3. Kepada peneliti berikutnya dapat menerapkan pembelajaran kooperatif TGT dengan menggunakan permainan Tic Tac Toe yang lebih melibatkan

(9)

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi.

Jakarta: Bumi Aksara.

Azizah, S. N.L.2004.Perbandingan Hasil Belajar Siswa antara Siswa yang diajar dengan Pembelajaran Kooperatif model TGT dan Siswa yang diajar dengan Pembelajaran Konvensional pada Pokok Bahasan Statistika Kelas 2 SLTPN 2 Malang tahun ajaran 2003/2004. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hidayati, Ezzah. 2005. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model TGT

untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas 2 SMP Negeri 2 Pamekasan pada Pokok Bahasan Sistem Koordinasi. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Jugiyanto HM. 2006. Pembelajaran Metode Kasus. Yogjakarta:UGM Kahfi, M.S. 2003a. Pembelajaran Kooperatif dan Pelaksanaannya dalam

Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang. Kahfi, M.S. 2003b. Mengembangkan Skenario Pembelajaran Matematika

Berbasis Kompetensi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Moleong, Lexy J. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Depdikbud. Rahayu, Sri. 1998. Pembelajaran Kooperatif dalam Pengajaran IPA. Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan. Malang: Universitas Negeri Malang. Risnawati.2005. Pembelajaran Berdasarkan Masalah Melalui Metode Belajar

Kooperatif TPS Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X-5 SMAN 9 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Biologi FMIPA UM

Sardiman, A.M. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.

Slavin, R.E.1997. Coopertive Learning. Theory, Research And Practice (Second Edition). America: a. simun & Schuster Company.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dibuatlah suatu alat pendeteksi kebocoran gas dengan menggunakan sensor MQ-2 yang dapat mendeteksi gas LPG, serta menggunakan sistem SMS Gateway dengan modul SIM

Program yang bersifat cepat diwujudkan , yang dilaksanakan dalam kurun waktu tahun 2011-2012, dipilih dari daftar program/kegiatan dalam Rencana Aksi Percepatan Pembangunan

Kegiatan panen rata-rata dilakukan setiap bulan oleh petani, sehingga besarnya pendapatan petani dari usahatani kelapa atas biaya tunai pada strata I, II, dan III

Karna itu dengan penuh ketulusan dan kesadaran, penulis memohon “maaf” bila dalam karya ini masih terdapat banyak kekurangan dengan harapan agar dalam satu masa

ma pertumbuhan mikroba akan diha silkan produk protein sel tunggal (PST) atau biomassa selyang mengandung protein, hal ini berarti peningkatan pro tein kasar pada

Di Desa Taskombang menunjukkan ketidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan tingkat diversifikasi pangan, akan tetapi di Desa Ngerangan menunjukkan adanya

Kesimpulannya adalah bahwa pelatihan relaksasi, dalam hal ini relaksasi otot progresif langkah tepat untuk membantu perawat mengurangi kondisi ketegangan baik fisik

ditunjukkan melalui sikap Kho Ipin yang menyinggung tentang kualitas SDM terhadap kemajuan bangsa Indonesia. Dan ditunjukkan lewat sikap Kho Ipin dan Ci Iren berbuat baik