• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN

YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN

KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH

( Pennisetum purpureum)

SKRIPSI

TRI MULYANINGSIH

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

(2)

RINGKASAN

TRI MULYANINGSIH. D14102045. 2006. Penampilan Domba Ekor Tipis (Ovis aries) Jantan yang Digemukkan dengan Beberapa Imbangan Konsentrat dan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Sri Rahayu, MSi

Pembimbing Anggota : Ir. Maman Duldjaman, MS

Seiring bertambahnya jumlah penduduk kebutuhan daging cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Permasalahan yang selama ini terjadi yaitu penyediaan daging di Indonesia belum mencukupi kebutuhan masyarakat. Domba merupakan salah satu ternak sebagai sumber penyedia daging tetapi sistem pemeliharaan yang kurang baik menyebabkan produksi dan produktifitas domba rendah. Penggemukan merupakan usaha pemeliharaan domba dalam waktu singkat yang mampu menghasilkan kualitas maupun kuantitas daging secara baik. Faktor utama yang berpengaruh dalam program penggemukan adalah mutu pakan.

Suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui performa domba ekor tipis jantan yang digemukkan dengan imbangan pakan konsentrat dan rumput gajah serta untuk mengetahui perbandingan rumput gajah dan konsentrat yang tepat sebagai pakan domba telah dilaksanakan di peternakan domba Mitra Tani Farm, Desa Tegal Waru, Ciampea, Bogor.Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai dengan Agustus 2005.

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba Ekor Tipis yang berjumlah 16 ekor dengan pakan konsentrat dan rumput gajah. Rancangan percobaan yang adigunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola searah dengan empat taraf perlakuan dan empat ulangan. Perlakuannya adalah pakan, taraf perlakuannya P1= 100% K+ 0% RG, P2= 75% K+ 25% RG, P3= 50% K+ 50% RG, P4= 25% K+ 75% RG, dimana K adalah konsentrat dan RG adalah rumput gajah. Peubah yang diamati adalah konsumsi nutrisi pakan, pertambahan bobot badan, panjang badan, lingkar dada, efisiensi pakan, dan income over feed cost. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA), jika perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah yang diukur maka akan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan’s untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan tersebut.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perlakuan pakan sangat berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan, efisiensi pakan dan IOFC (P<0,01). Perlakuan pakan berpengaruh nyata terhadap pertambahan lingkar dada (P<0,05) tetapi tidak berpengaruh terhadap konsumsi bahan kering, konsumsi protein, konsumsi TDN dan pertambahan panjang badan.

(3)

ABSTRACT

Performance of Male Thin Tail Sheep Fattened with some Ratio of Concentrate and Elephant Grass (Pennisetum purpureum)

Mulyaningsih, T., S. Rahayu and M. Duldjaman

This research was conducted to determine the effect of differentiation ratio concentrate and Pennisetum purpureum on the growth rate and economic value that was producted from the fattenning of thin tail sheep. This research was carried out in Mitra Tani Farm, Tegalwaru Ciampea Bogor for 9 weeks. Six teen males thin tail sheep aged less than 1 year with average body 0f 14,55 ±1,92 kg (CV 13,12%). Sheep were devided into 4 groups of 4 treatment each. In this research Randomized Block Design was used. Data were analized using analisis Duncan’s Multiple Range Test. The lambs were housed in individual pen. The treatments were P1 (100% concentrate : 0% Pennisetum purpureum), P2 (75% concentrate : 25% Pennisetum

purpureum), P3 (50% concentrate : 50% Pennisetum purpureum), P4 (25%

concentrate : 75% Pennisetum purpureum). The result of a research shows that the effect of treatment are very significant (P<0,01) for increasing of body weight, feed efficiency and income over feed cost. The significant (P<0.05) for increasing heart girth. The body length, dry matter, protein and Total Digestible Nutrient consumption shows that the effect is not significant.

(4)

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN

YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN

KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH

( Pennisetum purpureum)

TRI MULYANINGSIH D14102045

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

(5)

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN

YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN

KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH

( Pennisetum purpureum)

Oleh

TRI MULYANINGSIH D14102045

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 20 Maret 2006

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Sri Rahayu, MSi Ir. Maman Duldjaman, MS NIP : 131 667 775 NIP : 130 422 709

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, MRur.Sc NIP : 131 624 188

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 18 Oktober 1983 di Malang Jawa Timur. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Abdul Choliq, BA dan Minarsih, SPd.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1996 di SD Negeri 2 Amadanom, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SMP Negeri 1 Dampit dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2002 di SMU Negeri 1 Gondanglegi.

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2002.

Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Organisasi Daerah Arek- Arek Malang (AREMA) Bogor. Penulis aktif menjadi anggota Club Ruminansia Kecil yang merupakan salah satu cabang kegiatan Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak tahun 2004-2005. Penulis sering mengikuti pelatihan dan magang yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak dalam berbagai bidang peternakan.

(7)

RINGKASAN

TRI MULYANINGSIH. D14102045. 2006. Penampilan Domba Ekor Tipis (Ovis aries) Jantan yang Digemukkan dengan Beberapa Imbangan Konsentrat dan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Sri Rahayu, MSi

Pembimbing Anggota : Ir. Maman Duldjaman, MS

Seiring bertambahnya jumlah penduduk kebutuhan daging cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Permasalahan yang selama ini terjadi yaitu penyediaan daging di Indonesia belum mencukupi kebutuhan masyarakat. Domba merupakan salah satu ternak sebagai sumber penyedia daging tetapi sistem pemeliharaan yang kurang baik menyebabkan produksi dan produktifitas domba rendah. Penggemukan merupakan usaha pemeliharaan domba dalam waktu singkat yang mampu menghasilkan kualitas maupun kuantitas daging secara baik. Faktor utama yang berpengaruh dalam program penggemukan adalah mutu pakan.

Suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui performa Domba Ekor Tipis jantan yang digemukkan dengan imbangan pakan konsentrat dan rumput gajah serta untuk mengetahui perbandingan rumput gajah dan konsentrat yang tepat sebagai pakan domba telah dilaksanakan di peternakan domba Mitra Tani Farm, Desa Tegal Waru, Ciampea, Bogor.Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai dengan Agustus 2005.

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah Domba Ekor Tipis yang berjumlah 16 ekor dengan pakan konsentrat dan rumput gajah. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola searah dengan empat taraf perlakuan dan empat ulangan. Perlakuannya adalah pakan, taraf perlakuannya P1= 100% K+ 0% RG, P2= 75% K+ 25% RG, P3= 50% K+ 50% RG, P4= 25% K+ 75% RG, dimana K adalah konsentrat dan RG adalah rumput gajah. Peubah yang diamati adalah konsumsi nutrisi pakan, pertambahan bobot badan, panjang badan, lingkar dada, efisiensi pakan, dan income over feed cost. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA), jika perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah yang diukur maka akan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan tersebut.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perlakuan pakan sangat berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan, efisiensi pakan dan IOFC (P<0,01). Perlakuan pakan berpengaruh nyata terhadap pertambahan lingkar dada (P<0,05) tetapi tidak berpengaruh terhadap konsumsi bahan kering, konsumsi protein, konsumsi TDN dan pertambahan panjang badan.

(8)

ABSTRACT

Performance of Male Thin Tail Sheep Fattened with some Ratio of Concentrate and Elephant Grass (Pennisetum purpureum)

Mulyaningsih, T., S. Rahayu and M. Duldjaman

This research was conducted to determine the effect of differentiation ratio concentrate and Pennisetum purpureum on the growth rate and economic value that was producted from the fattenning of thin tail sheep. This research was carried out in Mitra Tani Farm, Tegalwaru Ciampea Bogor for 9 weeks. Six teen males thin tail sheep aged less than 1 year with average body 0f 14,55 ±1,92 kg (CV 13,12%). Sheep were devided into 4 groups of 4 treatment each. In this research Randomized Block Design was used. Data were analized using analisis Duncan’s Multiple Range Test. The lambs were housed in individual pen. The treatments were P1 (100% concentrate : 0% Pennisetum purpureum), P2 (75% concentrate : 25% Pennisetum

purpureum), P3 (50% concentrate : 50% Pennisetum purpureum), P4 (25%

concentrate : 75% Pennisetum purpureum). The result of a research shows that the effect of treatment are very significant (P<0,01) for increasing of body weight, feed efficiency and income over feed cost. The significant (P<0.05) for increasing heart girth. The body length, dry matter, protein and Total Digestible Nutrient consumption shows that the effect is not significant.

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 18 Oktober 1983 di Malang Jawa Timur. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Abdul Choliq, BA dan Minarsih, SPd.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1996 di SD Negeri 2 Amadanom, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SMP Negeri 1 Dampit dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2002 di SMU Negeri 1 Gondanglegi.

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2002.

Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Organisasi Daerah Arek- Arek Malang (AREMA) Bogor. Penulis aktif menjadi anggota Club Ruminansia Kecil yang merupakan salah satu cabang kegiatan Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak tahun 2004-2005. Penulis sering mengikuti pelatihan dan magang yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak dalam berbagai bidang peternakan.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas ridlo dan rahmatNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan, serta sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Judul skripsi ini adalah ”Penampilan Domba Ekor Tipis (Ovis aries) Jantan yang Digemukkan dengan Beberapa Imbangan Konsentrat dan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)” disusun dan diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Pakan adalah salah satu faktor penting dalam suatu usaha peternakan. Masyarakat pada umumnya menggunakan pakan hijauan sebagai sumber pakan utama bagi ternaknya. Pada umumnya hijauan di Indonesia mempunyai kualitas yang rendah sehingga kurang mampu mendukung produktivitas ternak yang maksimal karena penyediaan energi, protein dan mineral tidak mencukupi. Konsentrat merupakan pakan yang mempunyai kualitas tinggi yang diharapkan dapat memberikan pengaruh produksi terhadap ternak. Skripsi ini berisi tentang pengaruh imbangan pakan konsentrat dan rumput gajah terhadap performa Domba Ekor Tipis.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Saran dan kritik adalah jalan menuju sempurna. Penulis selalu terbuka untuk perubahan dan dengan lapang menerima semua perbaikan. Skripsi ini merupakan bentuk pengabdian penulis sebagai mahasiswa perguruan tinggi terhadap ilmu pengetahuan dan masyarakat. Pengabdian ini kecil untuk dibanggakan akan tetapi terlalu besar untuk diabaikan. Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi baru dan memberi manfaat terutama di bidang peternakan.

Bogor, Maret 2006

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Perumusan Masalah ... 2 Tujuan ... 2 Manfaat ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Domba Ekor Tipis ... 3

Pertumbuhan Domba ... 4

Penggemukan Domba ... 5

Iklim dan Pertumbuhan Domba ... 6

Pakan dan Pertumbuhan Domba ... 6

Konsentrat ... 6

Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) ... 7

Kebutuhan Nutrisi Domba ... 9

Energi ... 9

Protein ... 10

Total Digestible Nutrient (TDN) ... 11

METODE ... 12

Tempat dan Waktu ... 12

Materi ... 12

Rancangan ... 13

Perlakuan ... 14

Model Percobaan ... 14

Analisa Data ... 14

Peubah yang diamati ... 14

Prosedur ... 16

Persiapan Ternak ... 16

Adaptasi Pakan ... 16

(12)

Pemeliharaan ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

Konsumsi Nutrisi Domba ... 19

Konsumsi Bahan Kering ... 19

Konsumsi Protein ... 21

Konsumsi TDN ... 23

Pertumbuhan ... 24

Pertambahan Bobot Badan ... 24

Pertambahan Lingkar Dada ... 26

Pertambahan Panjang Badan ... 28

Efisiensi Pakan ... 29

Income Over Feed Cost (IOFC) ... 30

KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

Kesimpulan ... 33

Saran ... 33

UCAPAN TERIMAKASIH ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Sifat-Sifat Domba Prolifik ... 3

2. Nilai Gizi Konsentrat dan Rumput Gajah ... 12

3. Pengelompokkan Domba Berdasarkan Bobot Badan ... 17

4. Rataan Konsumsi Bahan Kering Harian Domba ... 19

5. Rataan Konsumsi Protein Kasar Harian Domba ... 22

6. Rataan Konsumsi TDN Harian Domba ... 23

7. Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian Domba ... 25

8. Rataan Pertambahan Lingkar Dada Harian Domba ... 27

9. Rataan Pertambahan Panjang Badan Harian Domba ... 28

10. Rataan Efisiensi Pakan Domba ... 29

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kurva Pertumbuhan Hewan ... 5

2. Garis Besar Penggunaan Energi Bahan Makanan oleh Ternak Ruminansia ... 10

3. Pakan Konsentrat dan Rumput Gajah ... 13

4. Alat dan Obat-Obatan ... 13

5. Penimbangan Domba ... 18

6. Grafik Rataan Konsumsi Bahan Kering Mingguan……… ... 20

7. Grafik Rataan Konsumsi Protein Kasar Mingguan ... 22

8. Grafik Rataan Konsumsi TDN Mingguan ... 24

9. Grafik Rataan Bobot Badan Mingguan ... 26

10. Grafik Rataan Lingkar Dada Mingguan ... 27

11. Grafik Rataan Panjang Badan Mingguan ... 28

12. Diagram Efisiensi Pakan Selama Penggemukan Domba ... 30

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Sidik Ragam Konsumsi Bahan Kering Harian ... 40

2. Sidik Ragam Konsumsi Protein Kasar Harian ... 41

3. Sidik Ragam Konsumsi TDN Harian ... 42

4. Sidik Ragam Bobot Badan Harian ... 43

5. Uji Lanjut Duncan Bobot Badan Harian ... 43

6. Sidik Ragam Pertambahan Lingkar Dada Total ... 44

7. Uji Lanjut Duncan Pertambahan Lingkar Dada Total ... 44

8. Sidik Ragam Pertambahan Panjang Badan Total ... 45

9. Sidik Ragam Efisiensi Pakan Total ... 46

10. Uji Lanjut Duncan Efisiensi Pakan Total ... 46

11. Sidik Ragam Income Over Feed Cost (IOFC) Total ... 47

12. Uji Lanjut Duncan Income Over Feed Cost (IOFC) Total ... 47

13. Data Curah Hujan Daerah Cibanteng dan Sekitarnya (mm/m2) ... 48

(16)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kebutuhan produk hewani masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini dapat dilihat pada tingkat konsumsi daging nasional sejak tahun 1999 sampai dengan 2002 yang mengalami peningkatan, yaitu dari 1.089.312 ton menjadi 1.292.542 ton. Kenaikan kebutuhan daging tersebut disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk, kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adanya peningkatan tingkat konsumsi daging belum diiringi peningkatan penyediaan daging yang mencukupi sehingga dilakukan impor untuk memenuhinya. Impor daging dari tahun 1999 sampai dengan 2002 mengalami peningkatan dari 22.911,8 menjadi 44.665,6 ton (Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, 2003).

Domba termasuk salah satu komoditi ternak yang ikut berperan dalam pemenuhan kebutuhan daging. Impor ternak domba meningkat dari tahun 1999 sampai dengan 2002 yaitu dari 220.711 ekor menjadi 431.945 ekor (Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, 2003). Populasi ternak yang tinggi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan daging dalam negeri dan juga turut menunjang program pemerintah untuk menjadikan domba sebagai salah satu komoditi ekspor yang sejajar dengan komoditi lainnya.

Penggemukan domba merupakan salah satu kegiatan yang turut menunjang program pemerintah. Daging yang tersedia tidak hanya dalam jumlah yang banyak tetapi juga dengan kualitas yang lebih baik. Hal ini dapat dicapai karena masih terdapat sumber daya yang belum dimanfaatkan dengan maksimal yang berupa tenaga kerja yang besar, wilayah yang luas, sumber Hijauan Makanan Ternak dan mengikutsertakan para petani sebagai usaha pengentasan kemiskinan.

Masyarakat pada umumnya menggunakan pakan hijauan sebagai sumber pakan utama bagi ternaknya. Pada umumnya hijauan di Indonesia mempunyai kualitas yang rendah sehingga kurang mampu mendukung produktivitas ternak yang maksimal karena penyediaan energi, protein dan mineral tidak mencukupi. Pakan yang mengandung serat tinggi dapat membatasi tingkat konsumsi nutrisi bagi ternak. Menurut Chanjula et al. (2004) bahwa selain tingginya kandungan serat dan rendahnya kandungan protein serta mineral, hijauan tropis menghasilkan produk

(17)

akhir pencernaan yang tidak seimbang dan berpengaruh terhadap penggunaan energi. Perbaikan dalam pemberian pakan merupakan salah satu faktor yang penting dalam peningkatan produktivitas ternak. Untuk memperoleh produktivitas ternak yang maksimum diperlukan pakan yang seimbang. Oleh karena itu perlu adanya pengkajian mengenai imbangan pakan yang menghasilkan pertumbuhan domba yang optimal dan efisien. Pakan merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam usaha penggemukan domba. Pengkajian mengenai penggunaan pakan yang tepat perlu dilakukan agar dapat dicapai efisiensi produksi dan efisiensi ekonomi.

Perumusan Masalah

Pakan merupakan faktor terpenting dalam usaha penggemukan sehingga diperlukan formulasi ransum yang tepat. Formulasi ransum yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan domba yang optimal. Kualitas pakan juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan domba sehingga dalam penelitian ini digunakan konsentrat dan rumput gajah sebagai pakan penggemukan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa Domba Ekor Tipis jantan yang digemukkan dengan imbangan pakan konsentrat dan rumput gajah serta untuk mengetahui perbandingan rumput gajah dan konsentrat yang tepat sebagai pakan domba.

Manfaat

Data yang diperoleh digunakan sebagai data untuk mengetahui imbangan pakan yang tepat secara ekonomis dan diharapkan dapat menjadi informasi yang berguna bagi penelitian-penelitian berikutnya khususnya bagi petani maupun peternak.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA Domba Ekor Tipis

Domba Ekor Tipis merupakan domba asli Indonesia dikenal sebagai domba Lokal, domba Kampung atau domba Kacang, disebut demikian karena tubuhnya yang kecil (Sumoprastowo, 1987). Domba ini tidak jelas asal-usulnya dan dijumpai di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah (Devendra dan McLeroy, 1992). Konsentrasi Domba Ekor Tipis terbesar terdapat di propinsi Jawa Barat (Iniquez dan Gunawan,1990).

Karakteristik domba Lokal diantaranya bertubuh kecil, lambat dewasa, berbulu kasar, tidak seragam, hasil daging relatif sedikit (Murtidjo, 1993) dan pola warna bulu sangat beragam dari bercak putih, coklat, hitam atau warna polos putih dan hitam umumnya (Tiesnamurti, 1992). Tiesnamurti (1992) menyatakan bahwa bobot dewasa dapat mencapai 30-40 kg pada jantan dan betina 20-25 kg dengan persentase karkas berkisar antara 44-49%. Ekor pada domba Lokal umumnya pendek (Devendra dan McLeroy, 1992) dengan ukuran panjang rata-rata 19,3 cm, lebar pangkal ekor 5,6 cm dan tebal 2,7 cm (Tiesnamurti, 1992). Domba Ekor Tipis merupakan domba prolifik. Menurut Tiesnamurti (1999) sifat-sifat domba prolifik dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Sifat-Sifat Domba Prolifik

Sifat Tunggal Kembar Dua Kembar > 3 Rata-rata bobot lahir (kg)

Rata-rata bobot sapih Per ekor (kg)

Kematian prasapih (%)

Laju pertumbuhan prasapih (gr/ekor/hari)

Laju pertumbuhan lepas sapih (gr/ekor/hari)

Umur pubertas betina (hari) Rata-rata bobot badan setahun (kg)

2.6 15.2 10 130 119 359.1 25 1.8 10.3 17 95 124 359.2 20 1.2 8.1 30 75 135 312 18

Rataan jumlah anak perkelahiran (litter size) Domba Ekor Tipis (Jawa Barat) adalah 1.79 ± 0.81 ekor sedangkan Domba Ekor Tipis dari Sumatra adalah 1.54 ± 0.68 ekor (Iniquez dan Gunawan, 1990).

(19)

Pertumbuhan Domba

Pertumbuhan umumnya diukur dengan berat dan tinggi. Pengukuran bobot tubuh berguna untuk menentukan tingkat konsumsi, efisiensi pakan dan harga (Parakkasi, 1999). Herman (2003) menjelaskan domba muda mencapai 75% bobot dewasa pada umur satu tahun dan 25% lagi enam bulan kemudian yaitu pada umur 18 bulan, dengan pakan yang sesuai kebutuhannya. Pada tahun pertama, pertumbuhan sangat cepat terutama beberapa bulan setelah lahir, 50% bobot pada umur satu tahun dicapai dalam tiga bulan pertama, 25% lagi pada tiga bulan ke dua dan 25 % berikutnya dicapai dalam enam bulan terakhir.

Domba jantan muda mempunyai potensi untuk tumbuh lebih cepat daripada domba betina muda, pertambahan bobot hidup lebih cepat, konsumsi pakan lebih banyak dan penggunaan ransum lebih efisien untuk pertumbuhan badan (Anggorodi,1990). Hal ini dikarenakan adanya testoteron (dihasilkan testes), sekresi testoteron yang tinggi akan menyebabkan sekresi androgen tinggi pula. Hormon kelamin jantan ini mengakibatkan pertumbuhan yang lebih cepat pada ternak jantan dibandingkan dengan ternak betina, terutama setelah munculnya sifat-sifat kelamin sekunder pada ternak jantan (Soeparno, 1992). Anggorodi (1990) menyatakan pertumbuhan murni mencakup pertambahan dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging, tulang, jantung, otak dan semua jaringan-jaringan tubuh lainnya (kecuali jaringan lemak), dan alat-alat tubuh.dilihat dari sudut kimiawi pertumbuhan murni adalah suatu penambahan jumlah protein dan zat-zat mineral yang tertimbun dalam tubuh. Pertambahan berat akibat penimbunan lemak atau penimbunan air bukanlah pertumbuhan murni.

Berdasarkan NRC (1985), pertambahan berat badan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain total protein yang diperoleh setiap hari, jenis ternak, umur, keadaan genetis, lingkungan, kondisi setiap individu dan tata laksana. Goodwin (1974) mengemukakan bahwa pada semua hewan pertumbuhan pada awalnya berlangsung lambat dan meningkat dengan cepat, kemudian kembali lebih lambat pada saat hewan mendekati dewasa tubuh, secara umum dapat terlihat pada Gambar 1.

(20)

Umur Gambar 1. Kurva Pertumbuhan Hewan (Goodwin, 1974)

Kebutuhan makanan maupun zat-zat makanan pada ternak didasarkan pada bobot badan. Pada ternak yang sedang mengalami pertumbuhan, kebutuhan zat-zat makanan ini akan terus bertambah terus sejalan dengan pertambahan bobot badan yang dicapai sampai batas umur dimana tidak terjadi lagi pertumbuhan (Siregar, 1984).

Penggemukan Domba

Penggemukan domba banyak dilakukan oleh peternak maupun pedagang dengan prinsip memberikan perlakuan selama pertumbuhan untuk memperoleh nilai tambah yang lebih besar, dalam bentuk pertambahan bobot badan (Suharya dan Setiadi, 1992). Sistem pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki pertambahan bobot badan harian karena pemberian pakan dasar dan pakan tambahan cukup sesuai dengan kebutuhan domba. Selain itu dengan pemeliharaan secara intensif ini ternak domba dikandangkan penuh sehingga dapat menghemat energi dan dapat dimanfaatkan penuh untuk produksi daging (Mathius, 1998).

Usaha penggemukan domba digemari petani sebagai usaha ternak komersial karena dinilai lebih ekonomis, relatif cepat, rendah modal serta lebih praktis. Ternak domba yang digemukkan biasanya bakalan domba lepas sapih yang berumur 8-12 bulan (masa tumbuh). Bakalan yang dipilih adalah domba kurus dan sehat. Kondisi masa pertumbuhan dan kondisi yang relatif kurus dari pasar cukup ideal untuk penggemukan domba yang berlangsung sekitar 2-3 bulan (Yamin, 2001). Hewan yang digunakan dalam penggemukan jika belum dewasa, maka kegiatan tersebut bersifat membesarkan sambil menggemukkan atau memperbaiki kualitas karkas (Parakkasi, 1999).

(21)

Iklim merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan domba. Iklim itu sendiri terbentuk karena perpaduan dari beberapa faktor iklim seperti suhu, kelembaban, curah hujan, angin dan tekanan udara. Berdasarkan penelitian Munier et

al. (2004) di Lembah Palu, pada bulan September (musim kemarau) terjadi

penurunan bobot badan DEG sebesar 0,5 kg karena pada bulan ini tidak turun hujan dan disertai panas terik sehingga terjadi kekeringan pada hijauan pakan (rumput alam dam leguminosa), terbatas ketersediaannya dan mengakibatkan penurunan kualitas hijauan pakan. Namun kondisi ini tidak berlangsung lama pada bulan Oktober (musim penghujan) terjadi kenaikan bobot badan sebesar 0,8 kg. Iklim juga berpengaruh terhadap konsumsi pakan ternak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Martawidjaja bahwa konsumsi makanan (BK) untuk domba yang dipelihara pada musim penghujan adalah rata-rata 542 g/ekor/hari, sedangkan untuk domba yang dipelihara pada musim kemarau rata-rata 618 g/ekor/hari.

Pertumbuhan dipengaruhi oleh ketinggian tempat, jenis ternak dan interaksi antara ketinggian dengan jenis ternak. Ketinggian tempat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan domba. Hasil penelitian pada dua lokasi di D.I. Yogyakarta, masing-masing berketinggian 137 m dari permukaan laut (lokasi I) dan 925 m dari permukaan laut (lokasi II) yaitu pertumbuhan domba di lokasi I lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan domba di lokasi II. Pertambahan bobot badan domba pada lokasi I 108 g/hari sedangkan di lokasi II pertambahan bobot badan domba sebesar 120 g/hari (Siregar, 1984).

Pakan dan Pertumbuhan Domba Konsentrat

Konsentrat merupakan makanan yang mengandung serat kasar rendah tetapi kandungan zat-zat makanan yang dapat dicerna tinggi sebagai sumber utama zat makanan adalah karbohidrat, lemak dan protein (Crampton dan Harris, 1969). Penggunaan konsentrat (terutama yang banyak mengandung biji-bijian) yang lebih tinggi akan mempercepat pertambahan bobot badan dan efisiensi pakan lebih baik. Penentuan jumlah konsentrat yang tepat merupakan salah satu cara optimasi kapasitas pencernaan untuk mendapatkan efisiensi pemanfaatan pakan yang lebih baik (Purbowati, 2001). Menurut Munier et al. (2004) pemberian pakan tambahan

(22)

pada DEG selama pengkajian memperlihatkan produktivitas yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa pemberian pakan tambahan. Pertambahan bobot badan harian dan bobot badan akhir lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pemberian pakan tambahan yaitu pada perlakuan pemberian pakan tambahan terjadi peningkatan bobot badan sebesar 27,3 g dan pada perlakuan tanpa pemberian pakan tambahan terjadi penurunan bobot 12 g.

Pemberian pakan konsentrat dalam ransum dapat meningkatkan jumlah konsumsi pakan domba. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Martawidjaja (1985) bahwa rata-rata konsumsi domba yang diberikan konsentrat adalah 580 g/ekor/hari atau meningkat 57% dibandingkan dengan yang tidak diberi yaitu 371 g/ekor/hari. Martawidjaja (1986) menambahkan pemberian konsentrat pada domba sangat berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan domba tanpa konsentrat rata-rata 18 g/ekor/hari, dan dengan konsentrat 71 g/ekor/hari atau meningkat 294%.

Parakkasi (1999) menyatakan bahwa pemberian konsentrat yang terlampau banyak akan meningkatkan konsentrasi energi ransum dan dapat menurunkan tingkat konsumsi sehingga tingkat konsumsi itu sendiri berkurang. Tingkat energi dapat mempengaruhi bobot badan. Hal ini dibuktikan oleh Purbowati (2001) dalam penelitiannya yaitu peningkatan aras konsentrat dari 60% ke 70% dan 80% meningkatkan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) yang dihasilkan. Peningkatan aras 60% ke 70% meningkatkan PBBH sebesar 42,19% sedangkan dari aras konsentrat 60% ke 80% meningkatkan PBBH sebesar 47,88%.

Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)

Rumput gajah (Pennisetum purpureum) merupakan salah satu jenis rumput yang dapat tumbuh di daerah tropis. Kandungan Bahan Kering rumput gajah umumnya rendah yaitu 12-18%, tetapi seiring dengan meningkatnya umur tanaman kandungan BK ini cepat meningkat. Kandungan serat kasar berkisar dari 26,0-40,5%. Beta-N sekitar 30,4 -49,6% dengan kandungan lemak kasar 1,0-3,6%. Kandungan Phosphornya cukup tinggi yaitu 0,28-0,39% dan pada batang 0,38-0,52%, sedangkan Ca masing-masing 0,43-0,48% dan 0,14-0,23% pada daun dan batang. Kandungan TDN berkisar dari 40-67% dengan kecernaan Bahan Kering sekitar 48-71% (Tim Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB, 2003). Skerman

(23)

dan Riveros (1990) menambahkan rumput gajah mempunyai sistem perakaran yang kuat dengan rizhoma yang merambat. Tinggi sekitar 180-360 cm, helai daun bercabang ke atas dengan lebar 20-40 mm dan tepi daun menebal. Rumput ini dapat beradaptasi pada daerah dingin dan tumbuh baik pada area dengan curah hujan tinggi (1500 mm per tahun) yang diikuti sistem perakaran yang dalam untuk bertahan saat musim kering. Waktu panen kadang-kadang pada umur 6-8 minggu. Rumput gajah mempunyai kandungan bahan kering yang sangat tinggi tapi rendah kandungan protein jika dipotong masih muda. Mc Donald et al. (1988) menyatakan rumput gajah segar dengan kandungan air dan serat kasar yang tinggi (81,50% dan 33,10%) akan membatasi kemampuan ternak dalam mengkonsumsi ransum. Hal ini dikarenakan kapasitas tampung rumen terbatas sehingga menyebabkan konsumsi BK menjadi turun.

Pakan dasar rumput gajah dapat meningkatkan nilai balance energi sehingga dapat meningkatkan pertambahan bobot badan. Pada pakan dasar rumput gajah ini, peningkatan aras konsentrat 60%, 70%, dan 80% meningkatkan balance energi (3,31; 3,73 dan 4,76 Mcal/hari) dan pertambahan bobot badan yang dihasilkan adalah 96,83; 120,04; dan 142,86 g/hari (Purbowati, 2001). Purbowati (2001) menambahkan bahwa nilai balance energi pada kelompok pakan rumput gajah (3,93 Mcal) lebih tinggi daripada pakan jerami padi (3,13 Mcal). hal ini dikarenakan konsumsi energi pada pakan rumput gajah (0,47 Mcal/kgBB0,75) lebih tinggi daripada jerami padi (0,42 Mcal/kgBB0,75). Hasil penelitian Tangendjaja et al. (1994) bahwa domba ekor tipis yang digemukkan dengan pakan hijauan rumput gajah dan jerami yang diberikan secara terpisah menghasilkan pertambahan bobot badan 90,5 g/ekor/hari sedangkan pemberian pakan hijauan tersebut dicampur menghasilkan pertambahan bobot badan 115,0 g/ekor/hari. Oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa untuk penggemukan dengan menggunakan pakan rumput gajah harus ditambahkan pakan tambahan untuk mendapatkan pertambahan bobot badan yang optimal.

(24)

Energi

Hewan yang sedang tumbuh membutuhkan energi untuk hidup pokok, pertumbuhan, gerak otot dan sintesa jaringan baru (Tillman et al., 1991). NRC (1985) mengemukakan bahwa kebutuhan energi ternak untuk hidup pokok adalah jumlah energi dalam pakan yang harus dikonsumsi setiap hari bukan untuk mendapat ataupun kehilangan energi tubuh, energi tersebut digunakan untuk memelihara kelestarian hidup dan mempertahankan keutuhan alat-alat tubuh.

Berdasarkan NRC (1985) kebutuhan energi bagi ternak domba dipengaruhi oleh umur, ukuran tubuh, jenis kelamin, pertumbuhan, kebuntingan, laktasi dan produksi. Faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan dan cuaca dapat mengurangi dan meningkatkan kebutuhan energi. Defisiensi energi dapat mengakibatkan pertumbuhan lambat, bobot tubuh berkurang, fertilitas menjadi rendah, reproduksi gagal, produksi susu menurun, masa laktasi pendek, kualitas bulu rendah, daya tahan tubuh terhadap parasit, penyakit berkurang dan angka kematian tinggi. Ensminger (1991) defisiensi nutrisi yang umum terjadi pada domba, yang dapat disebabkan oleh kekurangan pakan atau karena pengkonsumsian pakan dengan kualitas rendah. Kurangnya konsumsi energi mengakibatkan pertumbuhan lambat atau berhenti, bobot hidup berkurang, fertilitas menjadi rendah, reproduksi gagal, produksi susu berkurang, masa laktasi pendek, kualitas wol rendah, daya tahan tubuh terhadap penyakit berkurang dan angka kematian tinggi.

Menurut Anggorodi (1990) penentuan kriteria energi yang umum adalah dalam bentuk energi bruto (GE), energi dapat dicerna (DE), energi metabolis (ME) atau energi netto (NE) dan jumlah zat-zat makanan yang dapat dicerna (TDN). Hubungan antara berbagai nilai energi tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Energi pakan dapat didefinisikan sebagai kalori yang terkandung dalam pakan. Kalori ini berasal dari senyawa-senyawa organik seperti karbohidrat, protein dan lemak. Ternak memerlukan energi untuk berlangsungnya proses metabolisme di dalam tubuhnya. Konsumsi energi yang berlebihan oleh ternak akan mengarahkan penggunaan energi untuk memproduksi lemak tubuh yang lebih tinggi (Haryanto, 1992).

(25)

Gambar 2. Garis Besar Penggunaan Energi Bahan Makanan oleh Ternak Ruminansia (Tillman et al., 1991).

Protein

Protein adalah senyawa kimia yang tersusun atas asam-asam amino. Asam amino tersebut diperlukan oleh ternak dan ternak tidak dapat mensintesa (membuat) sendiri di dalam tubuhnya (Haryanto, 1992). Winarno (1992) menyatakan bahwa protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh. Protein berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh, zat pembangun dan pengatur. Protein berfungsi sebagai zat pembangun karena protein merupakan bahan pembentuk jaringan-jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh. Protein digunakan sebagai bahan bakar jika kebutuhan energi tubuh terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Menurut NRC (1985) protein merupakan unsur penting dalam tubuh hewan dan diperlukan terus menerus untuk memperbaiki sel dalam proses sintesis. Transformasi protein ke dalam protein tubuh merupakan proses penting dalam nutrisi dan metabolisme. Fungsi dari protein antara lain untuk membangun dan memelihara protein jaringan dan organ tubuh, menyediakan energi dalam tubuh, menyediakan sumber lemak badan dan menyediakan asam amino (Tillman, 1991).

NRC (1985) menyatakan bahwa pada saat pertumbuhan, seekor ternak membutuhkan kadar protein yang tinggi pada ransumnya yang akan digunakan untuk proses pembentukan jaringan tubuh. Anggorodi (1990) menambahkan bahwa protein

Gross Energi

Energi Feses (FE) Digestible Energi (DE)

Energi Metabolisme(ME)

Heat Energi Net Energi (NE)

Net energi untuk produksi • Pertumbuhan

• Wool • Susu Maintenance

(26)

yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia yaitu dalam bentuk protein kasar dan protein dapat dicerna. Protein dalam bahan makanan termasuk dalam zat-zat yang mengandung nitrogen. Menurut Ensminger (1991) bahwa kebutuhan protein domba dipengaruhi oleh umur, masa pertumbuhan, kebuntingan, laktasi, ukuran dewasa/masak, kondisi tubuh dan rasio energi protein.

Bahan pakan dengan sumber protein yang tinggi pada umumnya mahal harganya. Oleh karena itu penyusunan ransum harus memperhatikan kandungan protein agar tidak berlebihan sehingga didapatkan nilai ekonomis yang optimal. Kadar protein pada masing-masing bahan baku penyusun ransum berbeda sesuai dengan sifat spesifik pakan tersebut (Haryanto, 1992).

Total Digestable Nutrient (TDN)

Total Digestable Nutrient (TDN) merupakan nilai yang menunjukkan jumlah

dari zat-zat makanan yang dapat dicerna oleh hewan, yang merupakan jumlah dari semua zat-zat makanan organik yang dapat dicerna seperti protein, lemak, serat kasar dan BETN. Untuk perhitungan jumlah lemak perlu dikalikan 2,25 karena energi nilai lemak 2,25 kali lebih tinggi daripada nilai zat-zat karbohidrat dan protein (Anggorodi, 1990).

Total Digestable Nutrient (TDN) suatu bahan makanan dinyatakan dengan

bagian dari bahan makanan yang dimakan yang tidak diekskresikan dalam feses. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna perlu diketahui guna mempertinggi efisiensi konversi makanan. Faktor-faktor tersebut adalah suhu lingkungan, laju perjalanan melalui alat pencernaan, bentuk fisik bahan makanan, komposisi ransum dan pengaruh terhadap perbandingan dari zat makanan lainnya. Kadar TDN bahan pakan pada umumnya berhubungan terbalik dengan serat kasarnya (Anggorodi, 1990). Aboenawan (1991) menyatakan bahwa TDN merupakan salah satu cara untuk mengetahui energi pakan. Semakin tinggi nilai TDN suatu pakan maka pakan tersebut akan semakin baik karena semakin banyak zat-zat makanan yang dapat digunakan.

(27)

METODE Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Mitra Tani Farm, Desa Tegal Waru RT 04 RW 05 Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Penelitian ini telah dilaksanakan sejak 5 Agustus 2005 sampai dengan 7 Oktober 2005 (9 minggu).

Materi Ternak

Ternak domba yang digunakan adalah ternak Domba Ekor Tipis jantan umur kurang dari satu tahun yang berjumlah 16 ekor dengan bobot tubuh awal 14,55 ± 1,92 kg (CV 13,20%). Ternak yang digunakan berasal dari pengumpul lokal di Cianjur Jawa Barat.

Ransum

Ransum terdiri atas pakan konsentrat dan hijauan berupa rumput gajah (Pennisetum purpureum). Konsentrat yang digunakan merupakan konsentrat komersial. Bahan-bahan yang digunakan dalam penyusunan konsentrat adalah dedak padi, pollard, tepung roti afkir, bungkil kopra, tetes, onggok, kacang afkir, kulit coklat, vitamin mix, kapur, garam dan urea. Rumput gajah yang digunakan merupakan hasil penanaman sendiri dengan umur pemotongan 1 bulan sekali. Adapun kandungan nutrisi yang terkandung dalam kedua bahan pakan tersebut tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Nutrisi Konsentrat dan Rumput Gajah Pakan Komposisi BK Abu PK SK LK Beta-N ---(%)---Konsentrat 85,36 100 12,98 14,62 14,10 16,52 16,86 19,75 5,12 5,99 36,80 43,11 Rumput Gajah 17,20 100 10,00 1,72 16,69 2,87 46,86 8,06 0,28 1,63 24,82 4,27 Keterangan : BK = Bahan Kering Beta-N = Bahan ekstrak tanpa Nitrogen

PK = Protein Kasa SK = Serat Kasar LK = Lemak Kasar

Sumber : Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Institut Pertanian Bogor 2005

(28)

Gambar 3. Pakan Konsentrat dan Rumput Gajah Kadang dan Peralatan

Kandang yang digunakan adalah kandang individu berbentuk panggung dengan ukuran 90 cm x 40 cm x 60 cm. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum. Peralatan yang digunakan adalah alat pemotongan dan pencacah rumput manual ( sabit/ golok), baskom, timbangan dengan kapasitas 10 kg untuk menimbang ransum dan sisanya, timbangan besar dengan kapasitas 100 kg untuk menimbang bobot hidup domba, ban bekas sebagai penahan domba pada saat ditimbang, gunting, meteran, tongkat ukur, tatakan, kuas, sarung tangan, kertas label, suntikan, obat cacing dan antibiotik.

Gambar 4. Alat dan Obat-Obatan

Rancangan Perlakuan

Perlakuan yang diberikan adalah imbangan pakan konsentrat dan rumput gajah dalam ransum. Adapun perlakuan yang digunakan yaitu :

P1 = konsentrat 100% + rumput gajah 0% P2 = konsentrat 75% + rumput gajah 25% P3 = konsentrat 50% + rumput gajah 50% P4 = konsentrat 25% + rumput gajah 75%

(29)

Model Percobaan

Model percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola searah dengan 4 macam perlakuan. Masing-masing macam perlakuan terdiri dari empat ulangan. Model rancangan yang digunakan menurut Matjik dan Sumertajaya (2002) adalah:

Yij = µ + τi + βj+ εij Keterangan :

i = 1,2,3,4 dan j = 1,2,3,4

Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j µ = Rataan umum β

τi = Pengaruh perlakuan ke-i βj = Pengaruh perlakuan ke-j

εij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dan apabila ada pengaruh nyata antar perlakuan akan dilanjutkan dengan uji jarak ganda Duncan. Peubah yang Diamati

Pertambahan Bobot Badan Harian (g). Pertambahan bobot badan domba dapat diketahui dengan penimbangan bobot hidup.

PBBH= BBn- BBo

Lama penelitian (63 hari)

Keterangan: PBBH = Pertambahan Bobot Badan Harian (g) BBn = Bobot badan akhir pelihara (g)

BBo = Bobot badan awal pelihara (g)

Pertambahan Panjang Badan Total (cm). Panjang badan diperoleh dari hasil pengukuran jarak antar tulang Humerus lateralis dan tulang Tuber ischii.

PPBT = PBn- PB0

Keterangan : PPBT = Pertambahan Panjang Badan Total (cm) PBn = Panjang Badan akhir pelihara (cm)

(30)

PB0 = Panjang Badan awal pelihara (cm)

Pertambahan Lingkar Dada Total (cm). Lingkar dada diukur dengan melingkarkan pita ukur di belakang scapula.

PLDT = LDn - LD0

Keterangan : PLDT = Pertambahan Lingkar Dada Total (cm) LDn = Lingkar Dada akhir (cm)

LD0 = Lingkar Dada awal (cm)

Konsumsi Bahan Kering Harian (g). Konsumsi BK dihitung dari konsumsi pakan segar dikali persentase kadar BK dalam pakan.

KBKH = KPSH x % BK zat makanan

Keterangan : KBKH = Konsumsi Bahan Kering Harian (g) KPSH = Konsumsi Pakan Segar Harian (g) BK = Bahan Kering

Konsumsi Protein Kasar Harian (g). Konsumsi Protein dihitung dari konsumsi pakan segar dikali persentase kadar PK dalam pakan.

KPKH = KPSH x % PK zat makanan

Keterangan : KPKH = Konsumsi Protein Kasar Harian (g) KPSH = Konsumsi Pakan Segar Harian (g) PK = Protein Kasar

Konsumsi TDN (g). Persentase TDN dalam pakan menurut Hartadi et al. (1990) didapatkan dengan rumus berikut :

a) pasture, tanaman padangan, hijauan diberikan segar. Termasuk dalam kelompok ini adalah semua hijauan dipotong atau tidak dan diberikan segar.

% TDN = -26,685 + 1,334(SK) + 6,598(LK) + 1,423(BeTN) + 0,967(PK) – 0,002(SK)2 – 0,670(LK)2 – 0,024(SK)(BeTN) – 0,055(LK)(BeTN) - 0,146(LK)(PK) + 0,039(LK)2(PK).

b) termasuk dalam kelompok ini adalah bahan-bahan dengan protein kasar kurang dari 20% da serat kasar kurang dari 18% atau dinding sel kurang dari 35% .

% TDN = 22,822 – 1,440(SK) – 2,875(LK) + 0,655(BeTN) + 0,863(PK) + 0,020(SK)2 – 0,078(LK)2 + 0,018(SK)(BeTN) + 0,045(LK)(BeTN) - 0.085(LK)(PK) – 0,020(LK)2(PK).

(31)

KTDNH(BK) = KPH (BK) x %TDN zat makanan

Keterangan : KTDNH = Konsumsi Total Digestible Nutrient Harian (g) KPH = Konsumsi Pakan Harian (g)

TDN = Total Digestible Nutrient BK = Bahan Kering

Efesiensi pakan. Efisiensi pakan dihitung dari pertambahan bobot badan dibagi konsumsi bahan kering. Semakin tinggi nilai yang diperoleh semakin efesien pakan yang diberikan.

EP = PBBT KBKT

Keterangan : EP = Efisiensi Pakan

PBBT = Pertambahan Bobot Badan Total (kg) KBKT = Konsumsi Bahan Kering Total (kg)

Income Over Feed Cost (IOFC). Pendapataan yang diperoleh setelah dikurangi biaya pakan selama pemeliharan.

IOFC = (Harga jual – Harga beli) – Biaya pakan

Keterangan : IOFC = Income Over Feed Cost (Rp) Harga jual domba = Rp 15500,-/kg Bobot Hidup Harga beli domba = Rp 13000,-/kg Bobot Hidup Harga konsentrat = Rp 850,-/kg

Harga rumput = Rp 100,-/kg Prosedur Persiapan

Seminggu sebelum dimulai penelitian kandang dibersihkan, persiapan bahan dan peralatan. Domba jantan sebanyak 16 ekor dipilih berdasarkan keseragaman umur kemudian dipisahkan untuk memperoleh perawatan antara lain pencukuran bulu, pemberian obat cacing (Kalbazen) dan antibiotik (Vetoxy).

Adaptasi Pakan

Adaptasi pakan dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian selama dua minggu. Minggu pertama domba dikandangkan secara kelompok dengan pemberian

(32)

pakan konsentrat sebanyak 0,5 kg/ekor dan rumput gajah ad libitum. Minggu kedua domba ditempatkan di kandang individu. Penimbangan bobot badan, pengukuran lingkar dada dan panjang badan dilakukan pada akhir periode adaptasi dan digunakan sebagai data awal penelitian.

Pengelompokkan Ternak

Domba yang digunakan dalam penelitian sebagai materi penelitian dikelompokkan menjadi 4 kelompok. Jumlah kelompok sama dengan jumlah ulangan. Domba diurutkan berdasarkan bobot badan dimulai dari yang terendah sampai tertinggi. Pengelompokkan dilakukan berdasarkan bobot badan dimana setiap kelompok dipilih secara random untuk menentukan perlakuan. Tujuan pengelompokkan yaitu untuk memperkecil keragaman antar kelompok. Domba tersebut ditempatkan dalam kandang individu yang dilengkapi tempat makan dan minum. Hasil pengelompokkan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengelompokkan Domba Berdasarkan Bobot Badan

kelompok Perlakuan 1 2 3 4 ---(Kg)---K1 K2 K3 K4 11 13,75 15,5 17,5 12,5 12,5 16 16 12,5 14,5 16 16,5 12 14 15,5 17 Keterangan: K1 = kelompok domba dengan kisaran bobot badan 11,0-12,5 kg

K2 = kelompok domba dengan kisaran bobot badan 12,5-14,5 kg K3 = kelompok domba dengan kisaran bobot badan 15,5-16,0 kg K4 = kelompok domba dengan kisaran bobot badan 16,0-17,5 kg

Pemeliharaan

Ternak domba diberi pakan 3 kali sehari, yaitu pemberian pakan konsentrat pada pagi hari (06.00-07.00 WIB) dan pakan rumput pada siang (12.00-13.00 WIB) dan sore hari (16.00-17.00 WIB). Pemberian pakan konsentrat dalam bentuk kering yang diberikan dalam wadah plastik berupa baskom. Rumput gajah diberikan dalam bentuk segar dengan dilakukan pencacahan sebelumnya (± 2-3 cm). Tujuan pencacahan untuk mempermudah domba pada saat mengkonsumsi rumput dan lebih

(33)

efisien dalam penggunaan tempat pakan. Pakan yang diberikan berdasarkan kebutuhan total bahan kering yaitu 5% dari bobot badan (NRC, 1985).

Penggemukan domba dalam penelitian ini dilakukan selama 9 minggu (± 2 bulan). Sisa pakan dari pemberian sebelumnya ditimbang dan tidak diberikan lagi. Pemberian air minum dilakukan ad libitum. Penimbangan domba, pengukuran lingkar dada dan panjang badan dilakukan setiap seminggu sekali. Penimbangan domba dilakukan dengan cara menggantung ternak dengan ban bekas yang dimodifikasi untuk menahan ternak pada perutnya.

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Nutrisi Domba Konsumsi Bahan Kering

Konsumsi bahan kering merupakan satu faktor yang sangat penting karena kapasitas mengkonsumsi pakan secara aktif merupakan faktor pembatas yang mendasar pada pemanfaatan pakan (Devendra dan McLeroy, 1992). Kebutuhan bahan kering per ekor per hari untuk domba Indonesia dengan bobot badan 10 -20 kg adalah 3,1%-4,7% dari bobot badan untuk pertambahan bobot badan harian sebesar 0-100 g (Haryanto dan Djajanegara, 1993). Menurut NRC (1985) domba dengan bobot badan 10-20 kg membutuhkan BK 0,5-1 kg. Rataan konsumsi bahan kering dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi BK.

Tabel 4. Rataan Konsumsi Bahan Kering Harian Domba

Perlakuan Konsumsi Bahan Kering (g/ekor/hari)

Konsentrat Rumput gajah Total P1 P2 P3 P4 775,40 ± 86,21 (100%)* 548,02 ± 161,72 (83,45%)* 436,75 ± 53,10 (59,53%)* 197,42 ± 28,16 (35,39%)* 0,00 ± 0,00 (0%)* 108,69 ± 33,11 (16,55%)* 296,90 ± 74,08 (40,47%)* 360,36 ± 119,58 (64,61%)* 775,40 ± 103,0 656,71 ± 130,9 733,65 ± 122,4 557,78 ± 160,1 Rataan 680,59 ± 138,87 Keterangan: P1 = 100% Konsentrat 0% Rumput Gajah

P2 = 75% Konsentrat 25% Rumput Gajah P3 = 50% Konsentrat 50% Rumput Gajah P4 = 25% Konsentrat 75% Rumput Gajah * = Persentase pakan yang terkonsumsi

Konsumsi bahan kering harian domba pada penelitian berkisar 3,25%-4,48% dari bobot badan atau 0,56-0,78 kg. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian Haryanto dan Djajanegara maupun NRC. Rataaan konsumsi bahan kering pakan pada setiap perlakuan sama meskipun kuantias pakan yang diberikan berbeda. Hal ini dimungkinkan kecernaan pakan konsentrat dengan rumput gajah berbeda. Kecernaan bahan kering pakan berkonsentrat lebih tinggi dibandingkan dengan daun

(35)

leguminosa atau rumput-rumputan (Parakkasi, 1999). McDonald et al. (1988) mengemukakan bahwa rumput gajah segar dengan kandungan air dan serat kasar yang tinggi (81,50% dan 33,10%) akan membatasi kemampuan ternak dalam mengkonsumsi ransum. Hal ini disebabkan kapasitas tampung rumen terbatas sehingga menyebabkan konsumsi BK menjadi turun. Semakin tinggi kandungan serat kasar dalam ransum maka semakin rendah kecernaan dari ransum tersebut dan akan menurunkan konsumsi bahan kering dari ransum. Parakkasi (1999) juga menyatakan bahwa pemberian konsentrat terlampau banyak akan meningkatkan konsentrasi energi ransum dan dapat menurunkan tingkat konsumsi sehingga tingkat konsumsi berkurang.

Rataan konsumsi bahan kering domba perlakuan pakan 100% konsentrat lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini dimungkinkan tingkat palatabilitas domba terhadap konsentrat tinggi. Church dan Pond (1988) menyatakan bahwa konsumsi pakan dipengaruhi oleh palatabilitas sedangkan palatabilitas pakan tergantung pada bau, rasa, tekstur dan temperatur pakan yang diberikan. Disamping itu konsentrat merupakan pakan yang kaya akan zat gizi karena mengandung nutrisi yang seimbang dan mudah dicerna karena struktur pakannya yang halus. Struktur pakan yang halus akan memudahkan mikroorganisme di dalam rumen untuk mencerna lebih cepat sehingga rumen lebih cepat kosong. Hal tersebut menyebabkan tingkat konsumsi pakan domba meningkat. Tillman et al. (1991) menambahkan semakin banyak bahan yang dapat dicerna berarti lebih cepat aliran digesta dan menyebabkan ruangan yang tersedia lebih longgar untuk penambahan pakan.

0 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 minggu ko ns ums i B K (k g) P1 P2 P3 P4

(36)

Peningkatan maupun penurunan konsumsi bahan kering tiap minggu dapat dilihat pada Gambar 6. Pada minggu pertama penelitian diketahui bahwa konsumsi bahan kering pada P4 semakin meningkat sedangkan ketiga perlakuan lainnya menurun. Hal ini disebabkan pada awal penelitian curah hujan di lokasi penelitian rendah sehingga berpengaruh terhadap kadar air rumput gajah (BMG, 2005). Curah hujan yang rendah akan berpengaruh terhadap bahan kering rumput gajah, pada P4 pemberian rumput gajah paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Oleh karena itu konsumsi bahan kering pada P4 sudah dipastikan akan meningkat. Minggu kedua penelitian sudah mulai memasuki musim penghujan, berdasarkan Badan Meteorologi dan Geofisika (2005) Dramaga-Bogor desa Tegal Waru dan sekitarnya pada bulan September-Oktober terjadi peningkatan curah hujan (Lampiran 13). Hal ini berpengaruh terhadap kandungan air rumput gajah sehingga tingkat konsumsi hijauan ternak yang terlihat pada P4 yaitu tingkat konsumsi bahan kering semakin menurun. Faktor lain yang menyebabkan penurunan tingkat konsumsi pada P4 tersebut yaitu terdapat domba yang menderita penyakit Orf (keropeng). Selama penelitian domba yang sakit mendapat perawatan dan kondisi tubuhnya kembali seperti semula dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Rumput gajah dengan permukaan yang tajam dimungkinkan dapat melukai mulut domba sehingga akan mempengaruhi nafsu makan domba. Menurut Skerman dan Riveros (1990) daun rumput gajah yang sudah tua bersifat tajam dan kadang-kadang membuat masalah pada ternak pada saat merumput.

Konsumsi Protein

Protein merupakan bagian terpenting dari jaringan-jaringan tubuh pada hewan. Hewan tidak dapat membuat protein dari zat-zat anorganik seperti halnya tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu hewan perlu mendapat protein dari bahan makanan. Apabila makanan tidak cukup mengandung protein maka tubuh tidak dapat membuat jaringan-jaringan dan tidak dapat memelihara jaringan tersebut. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan terganggu dan produksi turun (Anggorodi dan Wahyu, 1969). Rataan konsumsi harian domba dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

(37)

Tabel 5. Rataan Konsumsi Protein Harian Domba

Perlakuan Konsumsi Protein Kasar (g/ekor/hari)

Konsentrat Rumput gajah Total P1 P2 P3 P4 128,09 ± 14,24 (100%)* 90,50 ± 26,71 (83,29%)* 72,11 ± 8,77 (59;60%)* 32,61 ± 4,65 (35,00%)* 0,00 ± 0,00 (0%)* 18,15 ± 5,53 (16,71%)* 48,87 ± 12,36 (40,40%)* 60,65 ± 19,95 (65,00%)* 128,09 ± 14,52 108,65 ± 20,05 120,98 ± 20,35 93,26 ± 24,02 Rataan 112,43 ± 22,89 Keterangan: P1 = 100% Konsentrat 0% Rumput Gajah

P2 = 75% Konsentrat 25% Rumput Gajah P3 = 50% Konsentrat 50% Rumput Gajah P4 = 25% Konsentrat 75% Rumput Gajah * = Persentase pakan yang terkonsumsi

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata. Rataan konsumsi protein domba pada penelitian adalah 112,43 g/ekor/hari. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan pokok protein domba pada penelitian tercukupi jika berdasarkan Haryanto (1992) bahwa kebutuhan total protein domba dengan bobot 10-20 kg dengan pertambahan bobot tubuh 100 g/hari berkisar 102,7-135,8 g. Menurut NRC (1985) domba dengan bobot tubuh 10-20 kg membutuhkan protein sebesar127-167 g/hari untuk pertumbuhan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan protein domba lokal Indonesia berbeda dengan kebutuhan protein domba pada daerah temperate.

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Minggu K ons um si PK (k g) P1 P2 P3 P4

(38)

Grafik rataan konsumsi protein mingguan dapat dilihat pada Gambar 7. Rataan konsumsi protein tertinggi pada P1 dan terendah pada P4. Hal ini disebabkan P1 tidak mengkonsumsi rumput gajah dan P4 konsumsi rumput gajah lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Rumput gajah yang digunakan sebagai pakan dalam penelitian mempunyai kandungan serat kasar yang tinggi. Menurut Agni (2005) penggunaan ampas teh dalam ransum domba diketahui bahwa meningkatnya kandungan serat kasar dengan semakin meningkatnya penggunaan ampas teh turut mengambil andil dalam menurunkan konsumsi protein sifat

voluminous serat kasar menurunkan konsumsi protein karena ruang rumen tidak

segera tersedia. Konsumsi TDN

Hasil dari perhitungan berdasarkan rumus Hartadi et al. (1990) diketahui kandungan TDN dalam pakan konsentrat dan rumput gajah yang digunakan sebagai ransum penelitian adalah 55,05% dan 59,49% (dalam BK). Rataan konsumsi TDN pada tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak nyata berpengaruh terhadap konsumsi TDN.

Tabel 6. Rataan Konsumsi TDN(BK) Harian Domba

Perlakuan Konsumsi TDN (g/ekor/hari) Konsentrat Rumput gajah Total P1 P2 P3 P4 426,86 ± 47,46 (100%)* 301,68 ± 89,03 (82,35%)* 240,43 ± 29,23 (57,63%)* 108,68 ± 15,50 (33,64%)* 0,00 ± 0,00 (0%)* 64,66 ± 7,56 (17,65%)* 176,63 ± 19,16 (42,37%)* 214,38 ± 26,52 (66,36%)* 426,86 ± 56,80 366,34 ± 95,18 417,16 ± 70,61 323,06 ± 55,36 Rataan 383,16 ± 51,00 Keterangan: P1 = 100% Konsentrat 0% Rumput Gajah

P2 = 75% Konsentrat 25% Rumput Gajah P3 = 50% Konsentrat 50% Rumput Gajah P4 = 25% Konsentrat 75% Rumput Gajah * = Persentase pakan yang terkonsumsi

Rataan konsumsi TDN pada semua perlakuan sebesar 383,16 g/ekor/hari atau berkisar 323,06-426,86 g/ekor/hari. Kisaran tersebut belum mencukupi kebutuhan

(39)

pokok TDN menurut National Research Council (1985) untuk domba dengan bobot badan 10-20 kg sebesar 400-800 g/ekor/hari. Perbedaan ini dimungkinkan adanya perbedaan faktor genetik dengan domba yang digunakan dalam penelitian. Asriningrum (2003) menyatakan bahwa TDN yang tinggi menyebabkan konsumsi ransum rendah, karena energi yang terkandung dalam ransum lebih tinggi sehingga ternak cepat kenyang. Pakan yang digunakan dalam penelitian diketahui bahwa kandungan TDN pada konsentrat lebih rendah dibandingkan kandungan TDN pada rumput gajah. Hal ini yang memungkinkan konsumsi ransum pada P1 lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Grafik rataan konsumsi TDN mingguan dapat dilihat pda Gambar 8. 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Minggu Ko ns um si T D N (k g/ ek or /m in gg u) P1 P2 P3 P4

Gambar 8. Grafik Rataan Konsumsi TDN Mingguan Pertumbuhan Pertambahan Bobot Badan

Rataan pertambahan bobot badan harian domba pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan sangat berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan domba (P<0,01). Martawidjaja (1986) mengemukakan bahwa pemberian konsentrat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan domba. Pertambahan bobot badan domba tanpa konsentrat rata-rata 18 g/ekor/hari dan dengan konsentrat 71 g/ekor/hari.

(40)

Tabel 7. Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Domba Perlakuan PBBH ( g/ekor/hari) P1 P2 P3 P4 126,99 ± 23,59A 64,49 ± 23,45B 68,45 ± 23,67B 24,80 ± 17,86C Huruf besar superskrip menunjukkan sangat berbeda nyata (P<0,01).

Keterangan: P1 = 100% Konsentrat 0% Rumput Gajah P2 = 75% Konsentrat 25% Rumput Gajah P3 = 50% Konsentrat 50% Rumput Gajah P4 = 25% Konsentrat 75% Rumput Gajah

Cheeke (1999) menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas pakan mempengaruhi pertambahan bobot tubuh. Pertambahan bobot badan dari ke empat macam perlakuan sangat berbeda meskipun jumlah konsumsi protein kasar sama. Pertambahan bobot badan tertinggi pada P1 dan terendah pada P2. Hal ini dimungkinkan kuantitas pakan tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan tetapi faktor kualitas pakan dimungkinkan yang mempengaruhi pertambahan bobot badan. Protein tercerna dari konsentrat berbeda dengan rumput gajah, dimana protein tercerna konsentrat tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan rumput gajah. Menurut Aguilera (1973) daya cerna protein kasar akan tertekan dengan meningkatnya kadar serat kasar dalam ransum. Kandungan serat kasar rumput gajah sangat tinggi, meskipun konsumsi protein kasar pada semua macam perlakuan sama tetapi berpengaruh terhadap kecernaan pakan tersebut. Menurut Tillman et al. (1991) faktor yang mempengaruhi daya cerna makanan diantaranya adalah komposisi zat makanan yaitu serat kasar. Serat kasar yang tinggi akan menyebabkan laju pergerakan zat makanan tinggi sehingga kerja enzim pencernaan tidak optimal dan akhirnya menurunkan kecernaan. Hasil penelitian Agni (2005) yaitu kombinasi protein kasar yang tinggi dan kandungan serat kasar yang rendah mampu memberikan nilai kecernaan protein tinggi dimana waktu yang tersedia bagi mikroba untuk memdegradasi pakan lebih lama sehingga jumlah protein yang dapat didegradasi lebih banyak. Hal ini dapat diartikan bahwa jika kandungan serat kasar tinggi maka nilai kecernaan protein akan rendah karena waktu yang tersedia bagi mikroba rumen untuk mendegradasi pakan tidak lama sehingga jumlah protein yang didegradasi lebih sedikit.

(41)

0 5 10 15 20 25 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Minggu B obo t B ada n (k g/ ek or /m in gg u) P1 P2 P3 P4

Gambar 9. Grafik Rataan Bobot Badan Mingguan

Rataan bobot badan mingguan dapat dilihat pada Gambar 9. Domba yang mendapat perlakuan dengan imbangan konsentrat 50%-100% meskipun terjadi penurunan konsumsi pakan tetapi tidak menyebabkan terjadinya penurunan bobot badan. Hal ini dimungkinkan karena konsentrat merupakan pakan yang mempunyai kualitas bagus, meskipun sedikit konsumsi pakan domba tetapi asupan nutrisi sudah mencukupi kebutuhan pokok. Nilai nutrisi yang terkandung dalam pakan yang diberikan pada hewan ternak adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi pertambahan bobot badan ternak. Ransum yang memiliki nilai nutrisi yang tinggi dan memiliki palatabilitas yang baik dapat dengan cepat meningkatkan PBB hewan ternak selama penggemukkan.

Pertambahan Lingkar Dada

Indikator pertumbuhan selain pertambahan bobot badan yaitu pertambahan lingkar dada dan pertambahan panjang badan. Menurut Dwiyanto (1982) dari hasil penelitiannya pada domba di Kabupaten Garut diketahui bahwa komponen tubuh yang mempunyai hubungan paling erat dengan bobot hidup adalah lingkar dada dan panjang badan. Hal ini dimungkinkan karena lingkar dada dan panjang badan merupakan komponen tubuh utama yang memberikan bentuk pada tubuh. Rataan pertambahan lingkar dada pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8. Hasil

(42)

sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan nyata berpengaruh terhadap pertambahan lingkar dada (P<0,05).

Tabel 8. Rataan Pertambahan Lingkar Dada Total (PLDT) Domba

Perlakuan PLDT (cm/ekor) P1 P2 P3 P4 7,73 ± 1,72a 5,10 ± 1,72b 5,18 ± 1,30b 3,63 ± 0,40b Huruf kecil superskrip menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).

Keterangan: P1 = 100% Konsentrat 0% Rumput Gajah P2 = 75% Konsentrat 25% Rumput Gajah P3 = 50% Konsentrat 50% Rumput Gajah P4 = 25% Konsentrat 75% Rumput Gajah

Pertambahan lingkar dada tertinggi pada Perlakuan 100% konsentrat 0% rumput gajah dan terendah pada perlakuan 25% konsentrat 75% rumput gajah. Hal ini disebabkan domba pada P1 mempunyai bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan P2, P3 dan P4. Menurut Yohanes (1987) dari hasil penelitiannya pada kambing Kacang diketahui bahwa ukuran tubuh yang lebih tepat sebagai penduga bobot hidup adalah lingkar dada karena mempunyai nilai koefisien korelasi yang paling tinggi yaitu 0,98 untuk jantan dan 0,96 untuk betina. Pertambahan maupun penurunan lingkar dada dapat dilihat pada Gambar 10. Pertambahan maupun penurunan lingkar dada tersebut berkorelasi positif dengan pertambahan bobot badan.

50 52 54 56 58 60 62 64 66 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Minggu L ing ka r D ada (c m) ) P1 P2 P3 P4

(43)

Pertambahan Panjang Badan

Rataan pertambahan panjang badan dapat dilihat pada Tabel 9. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang badan. Hal ini disebabkan karena domba yang digunakan dalam penelitian berumur mendekati dewasa, sehingga dimungkinkan pertumbuhan tulang sudah mulai menurun. Kisaran pertambahan panjang badan selama penelitian yaitu 5,53-7,13 cm. Domba yang digunakan dalam penelitian mempunyai umur yang seragam yaitu kurang dari satu tahun sehingga pertumbuhan tulang yang terjadi tidak ada perbedaan.

Tabel 9. Rataan Pertambahan Panjang Badan Total (PPBT) Domba

Perlakuan PPBT (cm/ekor) P1 P2 P3 P4 7,13 ± 1,48 4,69 ± 0,52 7,00 ± 1,17 5,53 ± 2,52 Keterangan: P1 = 100% Konsentrat 0% Rumput Gajah

P2 = 75% Konsentrat 25% Rumput Gajah P3 = 50% Konsentrat 50% Rumput Gajah P4 = 25% Konsentrat 75% Rumput Gajah

38 40 42 44 46 48 50 52 54 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Minggu P an ja ng B ada n ( cm ) P1 P2 P3 P4

Gambar 11. Grafik Rataan Panjang Badan Mingguan

Menurut Soeparno (1992) bahwa selama pertumbuhan, tulang tumbuh secara kontinu dengan kadar laju pertumbuhan yang relatif lambat sedangkan pertumbuhan

(44)

otot relatif lebih cepat sehingga rasio otot dengan tulang meningkat selama pertumbuhan.

Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan merupakan kebalikan dari konversi pakan. Efisiensi pakan merupakan perbandingan antara pertambahan bobot badan yang dihasilkan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi. Nilai efisiensi pakan yang semakin tinggi menunjukkan bahwa pakan tersebut semakin baik. Menurut Anggorodi (1990) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi pakan diantaranya adalah laju perjalanan pakan di dalam saluran pencernaan, bentuk fisik bahan makanan dan komposisi nutrien ransum. Rataan efisiensi pakan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan Efisiensi Pakan Domba

Perlakuan Efisiensi Pakan P1 P2 P3 P4 0,17 ± 0,02A 0,10 ± 0,04B 0,09 ± 0,03B 0,04 ± 0,02C Huruf besar superskrip menunjukkan sangat berbeda nyata (P<0,01).

Keterangan: P1 = 100% Konsentrat 0% Rumput Gajah P2 = 75% Konsentrat 25% Rumput Gajah P3 = 50% Konsentrat 50% Rumput Gajah P4 = 25% Konsentrat 75% Rumput Gajah

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa efisiensi pakan sangat dipengaruhi oleh perbedaan persentase konsentrat dan rumput gajah (P<0,01). Perlakuan 100% konsentrat 0% rumput gajah memiliki efisiensi pakan tertinggi sebesar 0,17 sedangkan terendah dengan nilai 0,04 pada perlakuan 25% konsentrat 75% rumput gajah. Konsentrat yang diberikan mempunyai kandungan nutrisi yang lebih baik (serat kasar yang lebih rendah) dibandingkan dengan rumput gajah meskipun ternak mengkonsumsi pakan dalam jumlah sedikit tetapi menghasilkan pertambahan bobot badan yang baik. Semakin tinggi persentase konsentrat yang diberikan semakin tinggi efisiensi pakan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Haryanto (1992) bahwa efisiensi pemanfaatan zat-zat pakan dipengaruhi oleh tingkat kecernaan serta laju pembentukan jaringan tubuh. Semakin tinggi kualitas pakan dapat meningkatkan

(45)

efisiensi pemanfaatan zat-zat makanan meskipun belum tentu efisien secara ekonomis. Purbowati (2001) menambahkan bahwa penentuan jumlah konsentrat yang tepat merupakan salah satu cara optimasi kapasitas pencernaan untuk mendapatkan efisiensi pemanfaatan pakan yang lebih baik.

0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16 0,18 1 Perlakuan E fis ie n si P ak an P1 P2 P3 P4

Gambar 12. Diagram Efisiensi Pakan Selama Penggemukan Domba Income Over Feed Cost (IOFC)

Tujuan akhir dari usaha penggemukan domba adalah mendapatkan keuntungan ekonomi yang maksimal. IOFC adalah pendapatan yang diterima setelah dikurangi biaya pakan selama pemeliharaan. Perhitungan IOFC dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pertambahan bobot badan, harga pakan dan jumlah konsumsi selama pemeliharaan. Rataan perhitungan IOFC dapat dilihat pada Tabel 11. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa Income Over Feed Cost sangat dipengaruhi oleh perbedaan persentase pakan yang diberikan (P<0,01). Domba yang diberi 100% konsentrat 0% rumput gajah memiliki IOFC tertinggi dari semua macam perlakuan dan terendah pada domba yang diberi pakan 25% konsentrat 75% rumput gajah. IOFC pada P1 sangat berbeda nyata dengan semua macam perlakuan. Hal ini disebabkan domba pada P1 mempunyai pertambahan bobot badan yang tinggi sehingga harga jual domba menjadi tinggi pula. IOFC pada P2 tidak berbeda nyata dengan P3 maupun P4, tetapi P3 sangat berbeda nyata dengan P4. Hal ini disebabkan biaya pakan pada P2 dan P3 sama dengan pertambahan bobot badan lebih tinggi dibandingkan dengan P4. Nilai IOFC pada P4 rendah meskipun biaya pakannya rendah karena rataan pertambahan bobot badan domba pada perlakuan ini rendah.

(46)

Tabel 11. Rataan Perhitungan IOFC Domba Selama Penggemukan Perlakuan Peubah Harga Jual Domba Harga Beli Domba

Biaya Pakan IOFC

---Rp/ekor---P1 P2 P3 P4 343.906,3 214.093,8 301.281,3 250.906,3 184.437,5 185.250 196.625 190.125 48.679,38 38.358,88 38.113,38 25.472,38 110.789 ± 18.923A 60.235 ± 17.372BC 66.543 ± 19.919B 35334 ± 16.737C Huruf besar superskrip menunjukkan sangat berbeda nyata (P<0,01).

Keterangan: P1 = 100% Konsentrat 0% Rumput Gajah P2 = 75% Konsentrat 25% Rumput Gajah P3 = 50% Konsentrat 50% Rumput Gajah P4 = 25% Konsentrat 75% Rumput Gajah IOFC = Income over Feed Cost

Pendapatan yang diterima berasal dari pertambahan bobot badan selama penggemukan dikali harga jual domba per kilogram (kg) bobot hidup sedangkan pengeluaran berdasarkan harga dan konsumsi pakan. Harga jual maupun harga beli domba yang digunakan berdasarkan harga yang berlaku di peternakan lokasi penelitian (Mitra Tani Farm).

0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 1 Perlakuan IO F C ( R p/ ek or /9 m ingg u ) P1 P2 P3 P4

Gambar 13. Diagram Income Over Feed Cost Selama Penggemukan Domba Biaya pakan yang rendah tidak selalu menentukan keuntungan yang besar. Meskipun biaya pakan yang dikeluarkan tinggi dengan pertambahan bobot badan yang tinggi dapat diperoleh keuntungan yang besar pula. Penggemukan domba selama 9 minggu dari hasil penelitian diketahui bahwa dengan perlakuan 100%

(47)

konsentrat 0% rumput gajah merupakan alternatif pilihan yang paling menguntungkan dalam metode pemberian pakan.

(48)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Perlakuan pakan yang memberikan hasil terbaik adalah imbangan pakan100% konsentrat 0% rumput gajah (P1) untuk penggemukan domba selama 9 minggu (± 2 bulan). Pemberian pakan pada P1 menghasilkan efisiensi pakan tertinggi. Secara umum domba dengan P1 memiliki performa paling baik dan IOFC tertinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Konsentrat merupakan pakan yang baik untuk digunakan dalam program penggemukan dengan lama penggemukan selam 9 minggu.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai metode pemberian pakan pada program penggemukan dengan imbangan pakan konsentrat dan rumput gajah dalam bentuk pelet. Hal ini dimaksudkan agar pakan yang dikonsumsi oleh ternak tersebut sesuai dengan jumlah imbangan pakan yang diberikan.

Gambar

Tabel 1. Sifat-Sifat Domba Prolifik
Gambar 2. Garis Besar Penggunaan Energi Bahan Makanan oleh Ternak Ruminansia                   (Tillman et al., 1991)
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Konsentrat dan Rumput Gajah
Gambar 3. Pakan Konsentrat dan Rumput Gajah   Kadang dan Peralatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Masalah-masalah yang dapat dengan tepat dimodelkan dengan menggunakan pendekatan System Dynamics adalah masalah-masalah yang paling sedikitnya mempunyai sifat dinamis, dalam arti

Pernyataan berikut merupakan strategi yang harus kepala sekolah lakukan agar peserta didiknya memiliki kompetensi pada dimensi sikap, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan

Data yang dikumpulkan dianalisis oleh peneliti; dan dalam proses tersebut kesalahan gramatika, koherensi paragraph dan pelaksanaan tugas komunikasi bercerita dan

Penelitian yang telah dilakukan Idharmahadi Adha, (2011) dengan memanfaatkan abu sekam padi sebagai pengganti semen pada metoda stabilisasi tanah di Lampung

Hasil penelitian yang dilakukan dapat menjelaskan secara teknis dalam hal pelaksanaan pekerjaan perbaikan jalan di atas tanah lunak dengan perkuatan

Aplikasi berbasis web ini bekerja secara klien-server terdiri dari dua form utama yang menggunakan bahasa pemrograman web PHP4 dan MySQL

Random number ini digunakan untuk meminimumkan error pada bilangan acak yang terdapat pada pembobotan v dan w , sehingga hasil dari pembangkitan random number ini

Kami telah mereviu Laporan Keuangan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk Tahun Anggaran 2011 berupa Neraca, Laporan Realisasi Anggaran dan Catatan atas Laporan