Liliskarlina, Dian Ekawaty 119
ANALISIS IMPLEMENTASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI
KABUPATEN GOWA
Liliskarlina1, Dian Ekawaty2,
*Prodi Kesehatan Masyarakat,Universitas Patria Artha, Indonesia * E-mail: liliskarlina@patria-artha.ac.id
Abstrak
Tujuan : Mengetahui Upaya pemerintah dalam memberikan perlindungan sosial merupakan bentuk tanggung jawab dalam mensukseskan pembangunan kesehatan. Untuk menjamin kebutuhan seluruh rakyat, pemerintah menerapkan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang saat ini diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan. Secara implementatif, program ini masih menunjukkan adanya kendala dan masih menuai polemik di kalangan masyarakat. Studi ini dilakukan secara kualitatif dengan pendekatan fenomenologi untuk menganalisis implementasi kebijakan JKN dalam pemberian pelayanan kesehatan di Kabupaten Gowa. Proses pengumpulan data dilakukan dengan mengkaji secara mendalam bagaimana pengalaman penerima pelayanan JKN di Kabupaten Gowa melalui wawancara mendalam, telusur dokumen, dan observasi lapangan. Hasil penelitian mengidentifikasi 3 (tiga) tema, yaitu: Merasa pelayanan lebih baik dari sebelumnya; Senang dengan kinerja perawat; dan Puas dengan biaya perawatan yang sesuai. Analisis implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui makna pengalaman partisipan dilihat dari merasa puasnya dengan perawatan di RS meliputi aspek pelayanan, SDM, dan biaya. Penelitian ini merekomendasikan kepada masyarakat Kabupaten Gowa untuk ikut berpartisipasi dalam program Jaminan Kesehatan Nasional, baik secara mandiri atau bersubsidi (bagi masyarakat kurang mampu). Sehingga dengan demikian, upaya dalam peningkatan status kesehatan masyarakat dapat tercapai.
Kata Kunci :BPJS Kesehatan; Jaminan Kesehatan Nasional; Kepuasan
Pendahuluan
Melalui UU No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), pemerintah melakukan formulasi dalam
bentuk perlindungan sosial untuk
menjamin kebutuhan seluruh rakyat,
yaitu program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN). Perlindungan ini dilakukan oleh badan penyelenggara jaminan sosial, yaitu JAMSOSTEK dan ASKES. Tahun 2011, kebijakan ini kemudian diperbaharui dan menghasilkan UU No. 24 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Sebagai penyelenggara SJSN, BPJS
melaksanakan salah satu programnya melalui BPJS kesehatan.
Lahirnya BPJS kesehatan dilakukan agar setiap peserta mendapatkan manfaat
jaminan kesehatan yang bersifat
pelayanan kesehatan perorangan (Perpres No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan). Pada tahun 2016, jumlah
peserta BPJS per-Maret mencapai
163.327.183 jiwa. Distribusi peserta BPJS ini terdiri dari 63% peserta penerima bantuan iuran (PBI) (103.735.804 jiwa), 24% peserta pekerja penerima upah (PPU) (38.97.09 jiwa), dan 13% peserta mandiri
(20.993.770 jiwa) (infobpjs.net).
Sementara data per Oktober 2016, jumlah peserta BPJS telah meningkat yaitu 169,5 juta jiwa. Angka ini kurang lebih mencapai 66,11% dari total penduduk Patria Artha Journal of Nursing Science 2018. Vol. 2(2), 119 - 128
Issn: 2549 5674 e-issn: 2549 7545 Reprints and permission: http://ejournal.patria-artha.ac.id/index.php/jns
Liliskarlina, Dian Ekawaty 120
Indonesia pada tahun 2016 yang
berjumlah 256,5 juta jiwa (Tempo, 2016).
Alotnya rancangan kebijakan
peraturan pendukung pelaksanaan SJSN oleh DPR RI membuat Pemerintah Pusat baru bisa mengesahkan Setelah 7 (tujuh) tahun berselang. Salahsatunya pada tahun 2011 dengan membentuk Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. Merupakan Badan
Hukum yang ditugaskan untuk
menyelenggaarakan Program Jaminan Sosial. Khusus untuk Program Jaminan Kesehatan Nasional diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang sudah dimulai sejak 1 Januari 2014. Dengan dilaksanakannya Program JKN oleh BPJS Kesehatan
diharapkan masyarakat nantinya
mendapatkan pemenuhan atas hak-hak dasar kesehatan.
Program Kesehatan Gratis (Jamkesda) di Provinsi Sulawesi Selatan mulai diintegrasikan ke BPJS Kesehatan pada tahun 2015. Berdasarkan hasil Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKP IP) Dinas Kesehatan Provinsi Sul-Sel tahun 2015, jumlah peserta program Kesehatan Gratis yang terintegrasi dengan JKN adalah 1.101.779 jiwa. Adapun jumlah penduduk Sul-Sel yang menjadi peserta BPJS mandiri mencapai 467.494 jiwa. Pada
November 2015, enam dari 24
Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan telah melaksanakan MoU integrasi
dengan BPJS. Sementara 18
kabupaten/Kota lainnya melaksanakan MoU tersebut pada tanggal 1 Januari 2016.
Pada awal tahun 2017, Pemerintah Kabupaten Gowa memutuskan untuk
melepas diri dari integrasi BPJS
Kesehatan, melalui Bupati Gowa
diungkapkan bahwa keputusan ini
dilakukan sebagai sebuah inovasi sekaligus penghematan karena adanya pemotongan DAK pemerintah pusat. Pada tahun 2016, Pemkab Gowa telah menganggarkan Rp. 14 Miliar untuk kesehatan gratis dan Rp. 4 Miliar untuk program BPJS Kesehatan (pembayaran iuran untuk PBI). Olehnya
itu, upaya yang dilakukan oleh
pemerintah agar tidak terjadi double
pembayaran adalah memilih untuk tetap melanjutkan program kesehatan gratis yang sudah berjalan sejak tahun 2009.
Olehnya itu, Pemkab Gowa
menganggarkan Rp. 16 Miliar untuk program kesehatan gratis terhadap 119.601 jiwa masyarakat miskin. Angka ini sama dengan jumlah peserta BPJS Kesehatan PBI tahun 2016 (Hasanuddin, 2017).
Pada implementasi program JKN melalui BPJS Kesehatan di kabupaten Gowa, menunjukkan adanya perbedaan tingkat kepuasan pasien JKN dengan
pasien umum terhadap dimensi
ketersediaan informasi. Kepuasan pasien JKN di instalasi rawat inap RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa sebesar 55,3% dan pasien umum mencapai 91,3% (Safitri, Maidin, & Arifah, 2015). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada salah satu pasien penerima layanan kesehatan gratis di kabupaten Gowa pada Juni 2016 lalu, memberikan apresiasi positif atas tersedianya program kesehatan gratis. Upaya pemerintah ini dianggap sangat membantu masyarakat miskin dalam menikmati pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
diketahuinya makna pengalaman
penerima pelayanan JKN terhadap
pelayanan kesehatan di Kabupaten Gowa Manfaat Penelitian
1. Bagi Penyelenggara dan Pelaksana Pelayanan JKN
Hasil penelitian ini dapat menjadi
landasan dalam mengevaluasi
implementasi program JKN yang sedang berlangsung, baik kepada BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara program BPJS kesehatan, maupun kepada Pemerintah
Daerah yang menerapkan program
Kesehatan Gratis.
2.Bagi Penerima Manfaat Pelayanan JKN
Penelitian ini memberikan ruang lebar kepada masyarakat sebagai penerima
manfaat pelayanan JKN untuk
Liliskarlina, Dian Ekawaty 121
terkait implementasi program JKN
terutama di Kabupaten Gowa sebagai sebuah upaya evaluasi. Hal ini menjadi penting sebagai salah satu alternatif
upaya untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan yang diterima. Metode Penelitian
Tahapan Penelitian
Penelitian ini diawali dengan membaca studi literatur yang berkaitan dengan judul penelitian yang kami usulkan. Selanjutnya diadakan studi lapangan dan pengambilan data sekunder dan data
primer. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi untuk memahami makna
pengalaman partisipan dengan
diterapkannya kebijakan JKN melalui BPJS dan Kesehatan Gratis dalam pelayanan kesehatan masyarakat di Kabupaten Gowa melalui pendekatan fenomenologi.
Partisipan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang paham atau pelaku yang terlibat langsung dengan topik penelitian. Partisipan yang dipilih adalah yang dianggap relevan dalam memberikan informasi mengenai analisis implementasi kebijakan JKN melalui BPJS Kesehatan dan Kesehatan Gratis di Kabupaten Gowa. Dengan demikian, informasi dapat diperoleh secara akurat dan berdasarkan perspektif pelaku yang terlibat langsung.
Teknik pemilihan partisipan pada penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling yang didasarkan pada
kebutuhan penelitian. Oleh karena itu, kriteria partisipan dalam penelitian ini adalah Penerima Pelayanan JKN dengan kriteria :
a.
Pasien pengguna layanan jaminankesehatan (peserta BPJS Kesehatan dan/atau layanan Kesehatan Gratis)
b.
Tercatat sebagai pasien di RumahSakit tempat penelitian paling lama dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir.
c.
Usia 25-50 tahun. Memilikikemampuan kognitif yang baik (tidak dalam kondisi sakit jiwa, sakit
kronik, dan segala bentuk
keterbatasan lainnya)
Lokasi Penelitian
Pengambilan data yang
dibutuhkan dalam penelitian dilakukan di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa.
Peubah yang Diukur/Diamati
Sesuai dengan tujuan yang telah
diuraikan maka diharapkan telah
diketahuinya makna pengalaman
penerima pelayanan JKN terhadap
pelayanan kesehatan di Kabupaten Gowa.
Model yang digunakan
Pengumpulan data pada penelitian
ini dilakukan melalui wawancara
mendalam (indepth interview) kepada partisipan dan penelusuran dokumen. Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara semi terstruktur dengan menggunakan
pertanyaan terbuka (open- ended
questions), dengan menanyakan topik
yang berada pada pedoman wawancara dan selanjutnya menindaklanjuti respon yang diberikan partisipan (Pope, Royen, & Baker, 2013). Prinsip dalam proses wawancara ini adalah memfasilitasi
partisipan untuk mengungkapkan
pengalamannya, sehingga peneliti tidak mendominasi pembicaraan dan tetap menindaklanjuti respon yang ditunjukkan oleh partisipan dengan menanyakan kembali saat partisipan belum memahami inti pertanyaan dari peneliti. Proses wawancara pada penelitian ini akan dilakukan selama 45-60 menit dalam sekali pertemuan, atau disesuaikan dengan kemampuan dan persetujuan partisipan.
Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Tahap ini merupakan bagian dari proses wawancara kepada partisipan, yang terbagi menjadi 3 (tiga) fase, yaitu: a. Fase Orientasi
Fase ini merupakan awal proses wawancara yang dilakukan antara peneliti dan partisipan yang didahului dengan menanyakan kesiapan partisipan untuk memulai proses wawancara. Sebelumnya dibuat kesepakatan dengan partisipan tentang waktu dan tempat wawancara,
Liliskarlina, Dian Ekawaty 122 lama proses wawancara, serta proses
pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan alat rekam.
B. Fase Kerja
Fase ini dimulai dengan
mengajukan sebuah pertanyaan terbuka,
yaitu: “Bagaimana pengalaman
Bapak/Ibu/Saudara saat dirawat di RSUD Syekh Yusuf?” Pertanyaan ini menjadi acuan dasar bagi peneliti untuk dapat menggali informasi-informasi selanjutnya dari partisipan. Pedoman wawancara menjadi panduan dalam mengarahkan proses wawancara agar pembicaraan tetap mengarah pada tujuan penelitian. Kebebasan diberikan kepada partisipan untuk mengeksplorasi pengalaman dan pendapatnya.
Proses wawancara ini tidak hanya fokus pada informasi-informasi verbal dari partisipan. Respon non verbal dari partisipan juga menjadi sumber data bagi peneliti. Informasi verbal terekam melalui alat perekam, sedangkan respon non verbal didokumentasikan melalui lembar
field note. Oleh karena itu, field note
menjadi alat bantu untuk
mendokumentasikan segala respon non verbal yang ditunjukkan oleh partisipan. C. Fase Terminasi
Fase ini merupakan fase akhir dari wawancara yang dilakukan kepada partisipan. Wawancara akan berakhir jika pertanyaan-pertanyaan inti telah dijawab
dan dikemukakan oleh partisipan.
Pertanyaan-pertanyaan inti ini menjadi bagian integral dari tujuan penelitian. Selain itu, wawancara juga diakhiri jika sewaktu-waktu partisipan meminta untuk menunda atau mengundurkan diri sebagai partisipan.
Analisis Data
Langkah ini merupakan proses untuk mengidentifikasi dan menganalisis data yang diperoleh, baik dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan (field
note), maupun berdasarkan hasil penemuan dokumen tertulis. Proses analisis data ini dilakukan secara sistematis untuk dapat memudahkan dalam merumuskan makna pengalaman
penerima pelayanan JKN di Kabupaten Gowa. Afiyanti dan Rachmawati (2014) merumuskan 4 (empat) sistematika
analisis data pada fenomenologi
deskriptif, yaitu: 1) Membaca kembali semua data yang telah didapatkan dan menentukan kata kunci (melakukan
koding); 2) Mengidentifikasi makna dari
beberapa kata kunci dan
mengelompokkannya (membuat kategori-kategori); 3) Mengelompokkan makna dari kategori-kategori untuk membentuk sub tema; 4) Mengidentifikasi makna dari setiap sub tema untuk membentuk tema. Tema inilah yang akan menjadi inti dari proses analisis data. Proses ini disebut oleh Creswell (2013) sebagai proses penyaringan data. (field note), maupun berdasarkan hasil penemuan dokumen tertulis. Proses analisis data ini dilakukan
secara sistematis untuk dapat
memudahkan dalam merumuskan makna pengalaman penerima pelayanan JKN di
Kabupaten Gowa. Afiyanti dan
Rachmawati (2014) merumuskan 4
(empat) sistematika analisis data pada
fenomenologi deskriptif, yaitu: 1)
Membaca kembali semua data yang telah didapatkan dan menentukan kata kunci (melakukan koding); 2) Mengidentifikasi makna dari beberapa kata kunci dan mengelompokkannya (membuat kategori-kategori); 3) Mengelompokkan makna adari kategori-kategori untuk membentuk sub tema; 4) Mengidentifikasi makna dari setiap sub tema untuk membentuk tema. Tema inilah yang akan menjadi inti dari proses analisis data. Proses ini disebut oleh Creswell (2013) sebagai proses penyaringan data.
Hasil
Latarbelakang Partisipan
Partisipan pada penelitian ini adalah
Pasien pengguna layanan jaminan
kesehatan (peserta BPJS Kesehatan dan/atau layanan Kesehatan Gratis) di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa, sebanyak 4 (empat) orang. Partisipan merupakan representasi dari pendekatan fenomenologi yang digunakan pada
penelitian ini melalui wawancara
mendalam untuk memahami fenomena yang dialami.
Liliskarlina, Dian Ekawaty 123 Adapun karakteristik partisipan dan Key
Informant tersebut dapat dilihat melalui
tabel di bawah ini:
Tabel 5.1 Latar belakang Partisipan Katego ri P1 P2 P3 P4 No. Partisi pan 01 02 03 04 Umur 24 tahun 23 tahun 34 tahun 43 tahun Jenis Kelami n Pere mpua n Laki-laki Laki-laki Peremp uan Agama Islam Islam Islam Islam Pendidi
kan Terakh ir
SMA S1 SMA SMA
Pekerj
aan Mahasiswa Tidak bekerj a PNS di Kanto r Bupat i IRT Status pernik ahan Belu m meni kah Belum menik ah Sudah meni kah Sudah menika h Diagno sa medis Post op. Tu. Mam mae DBD Thyp
oid Tu. Ovariu m Jumlah
hari rawat
3 hari 7 hari 4 hari 4 hari
Ruang Perawa tan IV VII (Tulip lantai 3) VII (Tulip lantai 2) III Asuran si Keseha tan BPJS Kelas 1 BPJS Kelas 1 BPJS Kelas 2 KIS (Kartu Indones ia Sehat) Kelas 3 Berdasarkan tabel 4.1 tergambarkan tentang latarbelakang partisipan bahwa semua partisipan berada pada usia yang
berbeda, dengan rentang 23-43 tahun. Terdapat 3 (tiga) partisipan dengan latar belakang pendidikan SMA dan seorang lainnya adalah sarjana (S1). Satu orang partisipan bekerja sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) sementara tiga orang lainnya adalah tidak bekerja. Dua diantaranya belum menikah. Latar belakang penyakit keempat partisipan terlihat bahwa 2 orang adalah pasien bedah dan 2 orang pasien interna. Lama rawat mulai dari 3 hingga 7 hari. Semua partisipan dirawat pada ruang perawatan yang berbeda. Ada yang dirawat di ruang perawatan IV dengan menggunakan BPJS kelas 1, ada yang di ruang perawatan VII (Tulip lantai 3) dengan menggunakan BPJS kelas 1, ada yang di ruang perawatan VII (Tulip lantai 2) dengan menggunakan BPJS kelas 2, dan ada pula di ruang perawatan III
dengan menggunakan KIS (Kartu
Indonesia Sehat). Partisipan yang dirawat dengan menggunakan BPJS kelas 1 pada partisipan ini adalah partisipan pengguna BPJS umum (non PNS), yang sebelumnya pernah dirawat di ruang VVIP pada rumah sakit yang sama.
5.2 Analisis Kualitatif
Penelitian ini mengidentifikasi 3 (tiga) tema terkait pengalaman penerima pelayanan JKN terhadap pelayanan kesehatan di Kabupaten Gowa melalui studi fenomenologi. Tema tersebut akan
dideskripsikan melalui narasi hasil
penelitian dari hasil wawancara dan catatan lapangan (field note).
1. Merasa pelayanan lebih baik dari sebelumnya
Dua orang partisipan merasa bahwa pelayanan di Rumah Sakit ini lebih
baik dari sebelumnya. Seorang
partisipan mengungkapkan bahwa pelayanan di IGD saat ini lebih bagus dari tahun lalu. Hal ini tergambar dalam ungkapan partisipan berikut:
“Kita’ kalo masuk di IGD dulu itu, nda’ langsung diinfus ... Padahal kita’ kan kalo masuk IGD, harusnya pertolongan pertamanya di IGD yang diinfus. Tapi dulu nda’ terlalu cepat orang diinfus ... Saya bandingkan lebih bagus dari tahun lalu“ (P2).
Liliskarlina, Dian Ekawaty 124
Alasan lain yang memengaruhi
kepuasan saat dirawat adalah faktor kinerja perawat. Dua orang partisipan
merasa senang mendapatkan
penanganan yang cepat dari perawat saat memiliki keluhan. Hal ini
sebagaimana terungkap dari
pernyataan: “Pelanki-pelan ki
caranya, baru dia tanya-tanya ka juga itu hari. Karena yang dia pas waktu nda jalan ki infus, sempat ki juga dia, baru pelan ki caranya. Kalo ditensika juga, kusuka ki karena baik ki, lembut ki. Maksudnya nda terlalu terburu-buru ki” (P1).
3. Puas dengan biaya perawatan yang sesuai
Biaya perawatan yang harus dibayar
sebanding kualitas pelayanan yang
diperoleh, juga memberikan kepuasan
partisipan saat dirawat. Hal ini
sebagaimana terungkap pada
pernyataan:“Trus selisih pembayarannya
juga terjangkau ji. Maksudnya cocok, pas ji begitu. Masalah selisihnya dengan pelayanan yang didapat. Maksudnya sesuailah. Pas ji antara pelayanan yang didapat dengan pembayarannya” (P2).
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, kualitas kinerja perawat dapat membuat pasien merasa
puas saat menerima pelayanan
keperawatan di rumah sakit. Indikator kinerja perawat yang disebutkan dapat dilihat dari kualitas skil perawat saat
melakukan pemasangan infus dan
ketelitian pada saat melakukan injeksi obat kepada pasien. Seorang pasien merasa senang jika perawat dapat
memasang infus dengan hati-hati.
Begitupula saat memberikan obat injeksi kepada pasien. Kedua kondisi ini
dianggap bahwa perawat dapat
memberikan tindakan secara terampil. dari penelitian ini didukung oleh hasil
studi yang dilakukan oleh
Hafizurrachman, Trisnantoro, dan
Bachtiar (2011) bahwa kemampuan perawat merupakan variabel yang sangat memengaruhi kinerja perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan di
Rumah Sakit Umum Daerah. Muninjaya (2004) menambahkan bahwa salah satu penyebab hadirnya kepuasan pasien adalah melalui keterampilan perawat
saat memberikan pelayanan
keperawatan. Studi lain juga
menyebutkan bahwa kompetensi perawat
sangat memengaruhi kinerjanya
(Budiawan, 2015).
Kompetensi yang dimaksud dapat dilihat dari tingkat pengetahuan perawat, keterampilan, dan sikap yang ditunjukkan saat menerapkan asuhan keperawatan. Kompetensi perawat ini juga dapat
dikaitkan sebagai upaya dalam
meningkatkan keselamatan pasien (Riu, 2014).
Alasan lain yang dikemukakan oleh orang
Makassar terhadap kepuasan yang
dirasakan setelah dirawat adalah
kesesuaian selisih biaya perawatan dengan pelayanan yang didapatkan. Senada dengan studi yang dilakukan oleh Surianti (2015) bahwa jaminan yang cukup dapat memengaruhi kepuasan pasien selama dirawat. Sebaliknya, bahwa tingginya biaya perawatan dapat menjadi salah satu sumber keluhan
terhadap pelayanan kesehatan
(Muninjaya, 2004).
Pada penelitian ini, tidak ada yang mengeluhkan tentang biaya perawatan yang sulit dijangkau selama dirawat. Selain karena selisih biaya perawatan yang dianggap masih dapat dijangkau bagi pasien pengguna BPJS, penggunaan asuransi kesehatan bagi masyarakat miskin melalui program KIS (Kartu
Indonesia Sehat), dianggap cukup
membantu dalam menerima pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Berbeda dengan hasil penelitian ini, studi yang
dilakukan oleh Ribeiro (2015)
menunjukkan bahwa variabel harga tidak signifikan memengaruhi kepuasan pasien. Adapun studi yang dilakukan oleh Farianita (2016) menyatakan bahwa
kepuasan peserta BPJS terhadap
pelayanan yang didapatkan dapat
Liliskarlina, Dian Ekawaty 125 Keempat faktor tersebut adalah persepsi
prosedur pelayanan, persepsi pelayanan sumber daya manusia, persepsi pelayanan obat, dan persepsi fasilitas. Sementara Rahman (2015) memberikan gambaran tentang mutu pelayanan kesehatan peserta BPJS di Instalasi Rawat Jalan RSUD Syekh Yusuf, Kabupaten Gowa. Studi ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan tersebut dapat ditinjau dari
kompetensi teknis,
keterjangkauan/akses, kesinambungan,
efektivitas, efesiensi, keamanan,
kenyamanan, informasi, ketepatanwaktu, dan hubungan antarmanusia di instalasi rawat jalan di RSUD Syekh Yusuf. Pada studi lain, Fakianti (2015) menyebutkan bahwa kualitas pelayanan yang dapat memengaruhi kepuasan pasien BPJS di Instalasi Rawat Inap RSUD Haji Makassar
adalah terkait komunikasi dokter,
komunikasi obat, lingkungan rumah sakit, dan pelayanan makanan.
Selain faktor kemampuan perawat, biaya, dan sikap (attitude) perawat, beberapa hasil studi lainnya mengemukakan bahwa aspek accessibility (lokasi yang strategis) ikut menunjang kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan (Lestari, Yulianthini, & Suwendra, 2016; Sahertian, 2015; dan
Wangge, 2013). Semakin mudah
dijangkau, maka akan semakin membuat
pasien merasa puas menerima pelayanan. Namun, dalam penelitian ini tidak ada
yang merasa puas karena faktor
accessibility ini.
Selain karena jarak dari rumah keempat partisipan ke RSUD Syekh Yusuf cukup
dekat, prasyarat sebagai peserta
pengguna asuransi kesehatan yang harus dirawat di rumah sakit tersebut dapat menjadi alasan bagi partisipan. Oleh karena itu, faktor accessibility ini tidak begitu signifikan memengaruhi kepuasan dalam menerima pelayanan di rumah sakit tersebut.
Kesimpulan dan Saran
Analisis implementasi Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) melalui makna
pengalaman partisipan dilihat dari
merasa puasnya dengan perawatan di RS meliputi aspek pelayanan, SDM, dan biaya.
Penelitian ini merekomendasikan kepada masyarakat Kabupaten Gowa untuk ikut berpartisipasi dalam program Jaminan Kesehatan Nasional, baik secara mandiri atau bersubsidi (bagi masyarakat kurang mampu). Sehingga dengan demikian,
upaya dalam peningkatan status
kesehatan masyarakat dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Afiyanti, Y., & Rachmawati, I.,
N.(2014). Metodologi
penelitian kualitatif dalam riset keperawatan. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Aspers, P. (2009). Empirical
phenomenology: A qualitative
research approach (The
cologne seminars). Indo-Pacific
Journal of Phenomenology, 9(2), 1- 12. http://doi.org/10.1080/20797 222.2009.11433992..
Ayres, L. (2007). Qualitative research proposals part III: sampling and
data collection. J Wound
Ostomy Continence Nurse ( J WOCN), 34(3), 242- 244.
Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan. (2016).
Pelaksanaan program JKN 2015 di Sul-Sel cukup berhasil.
Diperoleh dari
http://www.bpkp.go.id/
Behzion, Hadi, & Baghishani,
Mostafa.(2014). Criteria and
Measures of Customer Satisfaction. Germany: Lambert Academic Publishing.
Liliskarlina, Dian Ekawaty 126 Creswell, J. W. (2013). Qualitative
inquiry and research design: choosing among five approaches. Singapore: Sage.
Davies, D., & Dodd, J. (2002). Qualitative research and the question of rigor.
Qualitative health research, 12(2),
279-289.
http://doi.org/10.1177/104973 230201200211
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. (2015). LKj IP Dinas Kesehatan Provinsi 2015. Diperoleh dari: https://sulselprov.go.id Effendy,O.U.(2008).Dinamika komunikasi.Bandung:PT Remaja Rosdakarya Offset. Endraswara,S.(2006).Metode, teori,
teknik penelitian kebudayaan: ideologi, epistemologi, dan aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Widyatama.
Fain,J.(2004).Reading, understanding,
and applying nursing research.
United States of America: F.A.Davis Company.
Gibbs, L., Kealy, M., Willis, K., Green,
J., Welch, N., & Daly,
J.(2007).What have sampling and data collection got to do with good qualitative research?.
Australian and New Zealand Journal of Public Health, 31(6),
540-544.
http://doi.org/10.1111/j.1753-6405.2007.00140.x
Hasanuddin, M.(2017). Pemkab Gowa
keluar dari integrasi BPJS kesehatan. Antara-news.
Diperoleh dari:
http://www.antarasulsel.com/
Hasanuddin,M.(2017). DPR minta
penjelasan keluarnya Gowa integrasi BPJS. Antara-news.
Diperoleh dari:
http://www.antarasulsel.com/
Ilahi,P.,P.(2016).Hubungan kepuasan
pasien pengguna BPJS terhadap kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas nagrak, sukabumi.
Skripsi dipublikasikan. Diperoleh dari:
http://repository.uinjkt.ac.id
Info BPJS Kesehatan.(2014).
Membanggakan, BPJS mampu menerapkan good governance.
Diperoleh dari:
https://www.bpjs- kesehatan.go.id.
Kuswarno,E.(2006).Tradisi fenomenologi
pada penelitian komunikasi kualitatif: sebuah pengalaman
akademis. Mediator, 7 (1), 47-58.
MacDougall, C., & Fudge, E. (2001). Planning and recruiting the sample for focus groups and in-depth interviews. Qualitative
Health Research, 11(1). 117-
126.
http://doi.org/10.1177/1049732 01129118975
Nugroho, P. (2016). Perbedaan KIS dan
BPJS kesehatan. Diperoleh dari:
https://www.panduanbpjs.com
Putra,W.,M. (2014). Analisis
implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah sakit umum kota tangerang selatan tahun 2014.
(skripsi dipublikasikan). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Putri,N.,E.(2014).Efektivitas penerapan
jaminan kesehatan nasional
melalui BPJS dalam pelayanan kesehatan masyarakat miskin di kota Padang. Tingkap, X (2). 175
189. Diperoleh dari:
http://ejournal.unp.ac.id/index .php/tingkap/article/view/4421 /0
Royanah,U.(2015).Analisis tingkat
Liliskarlina, Dian Ekawaty 127
jaminan kesehatan nasional bukan penerima bantuan iuran (non-PBI) di puskesmas halmahera kota semarang tahun 2015. Skripsi
dipublikasikan. Diperoleh dari: http://lib.unnes.ac.id/20284/1/ 6411411166-S.pdf
Safitri,Maidin,danArifah.(2015).
Perbandingan kepuasan pasien JKN dan umum terhadap pelayanan perawat rawat inap RSUD Syekh Syusuf. (abstrak).
Diperoleh dari:
http://repository.unhas.ac.id
Syaputra,A.,U.(2015).Hubungan mutu
pelayanan BPJS kesehatan dengan kepuasan pasien di instalasi rawat inap kelas I rumah sakit umum daerah sekayu tahun 2015. Akademi
Keperawatan Pemerintah
Kabupaten Musi Banyuasin.
Diperoleh dari:
http://repository.unhas.ac.id/ Tempo online.(2016). Oktober 2016
jumlah peserta JKN 169,5 juta jiwa. Diperoleh dari: https://m.tempo.com
Ulinuha,F., E.(2014).Kepuasan pasien
BPJS (badan penyelenggara jaminan sosial) terhadap pelayanan di unit rawat jalan (URJ) rumah sakit permata medikasemarang. Diperoleh darihttp://eprints.dinus.ac.id/6 709/
Vivianti,M.(2015).Hubungan kualitas
pelayanan administrasi BPJS dengan kepuasan pasien di rawat jalan rumah sakit petrokimia, gresik. (skripsi dipublikasikan).Surabaya: Universitas Airlangga.Diperoleh dari:http://repository.unair.ac.i d/29625/.