• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mempergunakan medium bahasa (Pradopo (2010: ). Bahasa yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mempergunakan medium bahasa (Pradopo (2010: ). Bahasa yang"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

Karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa (Pradopo (2010:120-121). Bahasa yang digunakan dalam karya sastra bukanlah bahasa yang digunakan pada umumnya, melainkan bahasa yang mengandung tanda. Seperti yang diungkapkan oleh Endraswara (2011:63) bahwa “bahasa sastra itu tidak sembarang bahasa, melainkan bahasa khas yang memuat tanda-tanda”.

Salah satu karya sastra yang menggunakan bahasa yang singkat dan penuh makna adalah puisi. Puisi merupakan ekspresi jiwa yang dibangun oleh pilihan kata yang memikat dan mengandung makna yang dalam. Makna yang terkandung dalam puisi merupakan makna yang terbangun dari pengalaman imajinatif manusia. Banyak hal yang dapat diambil ketika membaca puisi karena di dalamnya terdapat masalah-masalah yang ingin diungkapkan oleh penyair, yaitu pengalaman imajinatif yang merupakan dokumen sosial. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Henri Guntur Tarigan (1984:8)

“Puisi merupakan ekspresi dari pengalaman imjinatif manusia, maka yang pertama kali yang kita peroleh bila kita membaca suatu puisi adalah pengalaman. Semakin banyak seseorang membaca puisi serta menikmatinya maka semakin banyak pula pengalaman yang diperoleh dan dinikmatinya, terlebih pula pengalaman imajinatif”

Puisi merupakan karya sastra populer di kalangan bangsa Arab. Puisi-puisi Arab sangat berkembang karena dipengaruhi oleh masalah-masalah sosial dan kejadian yang terjadi di negara-negara Arab seperti yang dipaparkan Starkey

(2)

(2006:80) bahwa “sastra Arab modern berkembang pesat terkait dengan politik dan perubahan sosial”.

Kemunduran Daulah Ustmaniyah pada akhir abad ke-18 sempat menjadi penyebab mundurnya kesusastraan Arab. Hal ini dikarenakan terganggunya proses keilmuan khususnya ilmu sastra. Pada saat itu pula, bangsa Eropa masuk dan mempengaruhi keilmuan yang ada di kalangan Arab termasuk ilmu sastra khususnya puisi. Setelah itu, bangsa Arab mulai giat kembali menekuni bidang sastra khususnya puisi. Akan tetapi, terjadi perubahan dari puisi Arab tradisional ke puisi Arab modern. Ini disebabkan oleh pengaruh yang dibawa bangsa Eropa sebagaimana paparan Muhdar (1983:180) bahwa “penyair Arab modern menyesuaikan dirinya dengan keadaan zaman modern, karena banyak dari mereka yang terpengaruh dengan aliran sastra Barat”.

Puisi Arab modern adalah puisi yang tidak terikat pada kaidah-kaidah puisi Arab tradisional, sebagaimana Sutiasumarga (2001:116) memaparkan bahwa “puisi pada masa ini lebih memperhatikan unsur pemikiran daripada unsur gaya, tidak banyak menggunakan kata-kata retoris seperti saj’ dan tibāq seperti pada masa sebelumnya”.

Nizār Qabbāniy adalah salah satu penyair puisi Arab modern yang seringkali mengangkat tema tentang cinta dan perempuan. Akan tetapi, karena kekalahan Arab dalam perang Arab-Israel Nizār Qabbāniy mulai mengangkat puisi-puisi yang bertema politik. Puisi “as-Sīratu aż-Żātiyyatu li Sayyāfin ‘Arabiyyin” dalam antologi puisi al-Qaṣā’idu as-Siyāsiyyatu karya Nizār Qabbāniy ini menceritakan tentang penguasa berbangsa Arab yang diktator dan

(3)

lalim kepada rakyatnya. Karena kelalimannya tersebut, menjadikan kehidupan rakyatnya penuh dengan kesengsaraan, berbanding terbalik dengan kehidupan penguasa tersebut yang penuh dengan kesejahteraan dan kemewahan.

Nizār Qabbāniy dalam menulis puisi selalu menggunakan kata-kata, bahasa dan gaya sehari-hari dan tidak bertele-tele, tetapi mengandung makna yang sangat dalam. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Gabay (1973:212) “Qabbāni's poetry is written from the heart, in a very simple style, economical, close to the vernacular, avoiding the decorative and pedantic” ‘Puisi Qabbāniy ditulis dari hati, dalam gaya yang sangat sederhana, ekonomis, dekat dengan bahasa sehari-hari, menghindari kata bertele-tele’. Puisi mempunyai kekuatan yang sangat besar sehingga berpengaruh besar juga bagi pembacanya. Oleh karena itu, “as-Sīratu aż-Żātiyyatu li Sayyāfin ‘Arabiyyin” dalam antologi puisi al-Qaṣā’idu as-Siyāsiyyatu karya Nizār Qabbāniy ini menarik untuk diteliti dan dikaji karena peneliti mendapatkan banyak hal, pengalaman, dan wawasan baru. 1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah makna puisi yang berjudul “as-Sīratu aż-Żātiyyatu li Sayyāfin ‘Arabiyyin” dalam antologi puisi al-Qaṣā’idu as-Siyāsiyyatu karya Nizār Qabbāniy.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna puisi yang berjudul “as-Sīratu aż-Żātiyyatu li Sayyāfin ‘Arabiyyin” dalam antologi puisi al-Qaṣā’idu as-Siyāsiyyatu karya Nizār Qabbāniy.

(4)

l.4 Tinjauan Pustaka

Penelitian terhadap Nizār Qabbāniy dan karya-karyanya sudah banyak dilakukan. Seperti essai tulisan Z.Gabay yang berjudul “The Poet and His Poetry” dalam jurnal Middle Eastern Studies, Vol. 9, No. 2 tahun 1973. Essai ini berisi tentang puisi-puisi Nizār. Karya yang berupa essai dari Arieh Loya dalam judul “Poetry as a Social Document: The Social Position of the Arab Woman as Reflected in the Poetry of Nizār Qabbāniy” dalam jurnal Middle Eastern Studies, Vol. 6, No. 4 (Oct., 1975). Karya ini mengungkapkan pandangan Nizār Qabbāniy tentang perempuan Arab dan menjelaskan tentang keadaan sosial yang dialaminya.

Muhamed Alkhalil pada tahun 2005 menulis disertasi yang berjudul “Nizar Qabbani:From Romance to Exile”. Disertasi tersebut berisi tentang kehidupan Nizār Qabbāniy yang terdiri atas karya-karya, biografi, serta perkembangan sosial politik. Selain itu, karya lain Nizār Qabbāniy yang sudah diteliti adalah puisi yang berjudul “Kitābatun ʻAla Judrani al-Manfā”. Puisi ini diteliti menggunakan analisis semiotik oleh Kartika F. Niemah pada tahun 2010. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa puisi “Kitābatun ʻAla Judrani al-Manfā” ditulis untuk menceritakan tekanan yang diberikan oleh penguasa terhadap penyair sehingga dia tidak dapat berkarya. Dalam skripsinya yang berjudul “Puisi Khamsa wa ʻIsyrīna Wardatan fī Syaʻri Balqīs yang diteliti oleh Laily Qodariyyah pada tahun 2011. Disimpulkan bahwa puisi Khamsa wa Isyrīna Wardatan fī Syaʻri Balqīs karya Nizār Qabbāniy ini diciptakan untuk mengenang istri tercintanya, Balqīs yang terbunuh dalam peristiwa bom bunuh diri.

(5)

Selanjutnya, puisi Asyhadu Allā Imra’tan Illā Anti. Puisi ini diteliti dengan memanfaatkan analisis semiotik Riffaterre oleh Shinta Fitria Utami pada tahun 2012. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa puisi Asyhadu Allā Imra’tan Illā Anti ditulis untuk mengenang istrinya, Balqīs ar-Rāwī yang setia menemaninya dan memberi semangat pada Nizār Qabbāniy.

Kemudian dalam skripsi Achmad Zaki yang meneliti puisi “al-Kitābatu bi al-Ḥibri as-Sirriyyi” pada tahun 2012 disimpulkan bahwa puisi Nizār Qabbāniy ini didedikasikan untuk para penyair yang karya-karyanya dilarang beredar oleh pemerintah. Puisi ini bercerita tentang kritikan penyair terhadap pemerintah yang membiarkan rakyatnya terlantar dan menderita karena perang. Di sisi lain, puisi ini bercerita tentang keserakahan pemerintah dalam memanfaatkan hasil alam untuk kepentingan pribadi mereka dan terjadinya keengsaraan-kesengsaraan bangsa karena ketidakpedulian pemerintah terhadap bangsanya. Selain itu, M. Yasif Femi M. dalam skripsinya yang meneliti puisi “Mansyūrāt Fidā’iyyah ‘ala Judrāni Isrāil” pada tahun 2012 berkesimpulan bahwa puisi tersebut adalah gambaran tentang perlawanan rakyat Palestin yang gagah berani untuk mendapatkan kemerdekaan dari penjajahan Israel. Kemudian puisi al-Quds yang diteliti oleh Alfia Pristidewi pada tahun 2012 yang dalam skripsinya menceritakan tentang Yerussalem kota suci tiga agama, yaitu Islam, Nasrani, dan Yahudi. Puisi tersebut juga menceritakan perjuangan rakyat Palestina dalam mempertahankan Yerussalem dari serangan Israel yang ingin merebutnya.

Sejauh pengamatan penulis, penelitian terhadap puisi “as-Sīratu aż-Żātiyyatu li Sayyāfin ‘Arabiyyin” dalam antologi puisi al-Qaṣā’idu as-Siyāsiyyatu

(6)

karya Nizār Qabbāniy belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, peneliti berinisiatif untuk meneliti puisi ini dengan menggunakan analisis semiotik.

1.5 Landasan Teori

Puisi adalah salah satu genre karya sastra yang mempunyai perbedaan dengan prosa. Prosa bersifat informative, sedangkan puisi bersifat sugestif dan asosiatif. Di dalam puisi banyak terdapat tanda, hal ini disebabkan “Puisi merupakan struktur tanda-tanda yang bersistem dan bermakna ditentukan oleh konvensi” (Pradopo, 2010:123). Oleh karena itu, untuk mengungkap tanda-tanda yang terdapat di dalam puisi diperlukan teori. Teori adalah sekumpulan proposisi yang saling berkaitan secara logis untuk menjelaskan sejumlah fenomena (Kesuma, 2007 : 37). Karena puisi merupakan karya sastra yang membutuhkan pemaknaan, Oleh karena itu, teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotik.

“Semiotik adalah model penelitian sastra dengan memperhatikan tanda-tanda” (Endraswara, 2011:64). Selain itu, Teeuw (1984:37) menyatakan bahwa “karya sastra sebagai gejala semiotik”. Sebagai salah satu jenis karya sastra, sudah tentu puisi juga menggunakan bahasa sebagai mediumnya. “Medium karya sastra bukanlah bahan yang bebas (netral) seperti bunyi pada seni ataupun warna pada lukisan” (Pradopo, 2010:121). Alat music tidak akan mempunyai arti apa-apa jika pengguna alat musik tersebut tidak menggunakannya untuk memainkan musik tertentu. Hal ini berbeda dengan bahasa, sebelum dipergunakan dalam karya sastra bahasa sudah mempunyai arti yang ditentukan oleh konvensi masyarakat. Bahasa yang dipergunakan sebagai medium karya sastra merupakan

(7)

sistem semiotik tingkat pertama, sebagaimana diungkapkan oleh Pradopo (2010:122) bahwa “bahasa yang merupakan sistem tanda yang kemudian dalam karya sastra menjadi mediumnya itu adalah sistem tanda tingkat pertama. Dalam semiotik, arti tanda bahasa sebagai sistem tanda tingkat pertama disebut meaning”. Karya sastra merupakan sistem semiotik tingkat kedua. “Dalam karya sastra, arti bahasa ditentukan oleh oleh konvensi sastra. Dengan demikian, timbullah arti baru yaitu arti sastra yang merupakan arti dari arti (meaning of meaning)” (Pradopo, 2010:122).

1.6 Metode penelitian

Sebagaimana paparan di atas bahwa teori yang digunakan adalah semiotik, maka metode yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah metode penelitian analisis semiotik yang dikemukakan oleh Riffaterre. Dalam memaknai puisi Riffatere (1978:1-6) mengungkapkan bahwa untuk memahami puisi ada empat langkah yang bisa dipergunakan, yaitu ketidaklangsungan ekspresi, pembacaan semiotik, matriks atau kata kunci, dan hipogram.

Hal pertama, untuk mengacu pada bahasa puisi adalah ketidaklangsungan ekspresi yang disebabkan oleh penggantian arti, penyimpangan arti, dan penciptaan arti. Hal kedua, untuk pemberian makna digunakan pembacaan semiotik yang dibagi menjadi pembacaan heuristik dan hermeneutik. Hal selanjutnya adalah pencarian matriks dan hipogram.

Pertama, ketidaklangsungan ekspresi itu disebabkan oleh tiga hal, yaitu penggantian arti (displacing of meaning), penggantian arti disebabkan oleh penggunaan metafora dan metomini. Metafora dan metomini adalah bahasa kiasan (figurative language), yang meliputi juga simile, personafikasi, sinekdoki,

(8)

perbandingan epos, dan alegori. Metafora juga bahasa kiasan yang mengumpamakan sesuatu hal dengan tidak menggunakan kata pembanding yaitu bagai, dan seperti. Dalam ilmu bahasa Arab dikenal dengan ilmu bayān yang terdapat di dalamnya tasybīh, istiʻārah, majāz dan kināyah. Penyimpangan arti (distorsing of meaning) yang terjadi di dalam bahasa puisi disebabkan oleh tiga hal yaitu ambiguitas, kontradiksi, nonsense. Ambiguitas muncul disebabkan oleh pemakaian bahasa sastra yang multimakna. Kontradiksi berupa situasi yang berlawanan, sedangkan nonsense adalah kata-kata tidak bermakna secara lingual. Dalam kesusastraan Arab hal tersebut terdapat dalam tibāq dan muqābalah. Sementara itu, penciptaan arti terjadi pada pengorganisasian ruang teks, seperti: sajak (rima), enjambement, homologue, dan tipografi. Dalam kesusastraan Arab terdapat ilmu al-arūd dan al-qāfiyah yang membahas pola irama dan rima dalam puisi Arab.

Kedua pemberian makna pada teks puisi memanfaatkan pembacaan semiotik. Pembacaan semiotik mencakup pembacaan heuristik dan hermeneutik. Pembacaan heuristik merupakan pembacaan yang sesuai dengan bahasa teks karya sastra. “Pembacaan heuristik adalah usaha untuk membaca puisi berdasarkan konvensi bahasa” (Pradopo, 2010:295). “Dalam pembacaan heuristik ini pembaca menginterpretasikan teks sastra secara referensial lewat tanda-tanda linguistik” (Riffaterre 1978:5). Adapun pembacaan hermeneutik adalah penafsiran dari teks karya sastra tersebut untuk mengetahui makna tersirat sebagaimana diungkapkan oleh Pradopo (2010:297) “pembacaan hermeneutik adalah pemberian makna

(9)

berdasarkan konvensi sastra”. Pembacaan hermeneutik dilakukan secara berulang-ulang untuk memahamai makna yang terkandung di dalam sebuah puisi.

Ketiga, setelah dilakukan pembacaan semiotik maka dilakukan pencarian matriks atau kata kunci. Matriks diperlukan untuk “membuka” sajak supaya dapat dipahami, sebagaimana diungkapkan oleh Pradopo (2010:299) matriks merupakan “kata yang menjadi kunci penafsiran sajak yang dikonkretisasikan”. Matriks dapat berupa sebuah kata, gabungan kata, atau sebuah kalimat yang tidak kelihatan dalam teks sastra itu sendiri. Matriks adalah bagian dari karya sastra yang tidak berwujud kecuali jika berada dalam varian yang tidak gramatikal. Varian akan ditentukan oleh wujud pertama, yaitu model. Matriks, model dan teks adalah varian dari struktur yang sama. Hal ini sebagaimana di ungkapkan oleh Riffatrerre (1978:19) bahwa:

“The matrix may be epitomized in one word, in which case the word will not appear in the text. It is always actualized in successive variants; the form of these variants is governed by the first or primery actualization, the model. Matrix, model and text are variants of the same structure”.

‘Matriks kemungkinan dapat dilambangkan dalam satu kata yang dalam penerapannya tidak kelihatan di dalam teks. Matriks selalu terwujud dari varian-varian.Bentuk varian-varian tersebut ditentukan oleh wujud pertama, yaitu model. Matriks, model, dan teks adalah varian-varian dari struktur yang sama’.

Keempat, setelah dilakukan pencarian matriks, maka dilakukan pencarian hipogram atau hubungan intertekstual. Pencarian hipogram dilakukan untuk mengetahui hubungan sebuah karya sastra dengan karya sastra yang lain. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Pradopo (2009:32) bahwa “ karya sastra tidak dapat lepas dari hal-hal yang menjadi latar penciptaanya, baik secara umum maupun khusus”.

(10)

Pada penelitian puisi yang berjudul “as-Sīratu aż-Żātiyyatu li Sayyāfin ‘Arabiyyin” dalam antologi puisi al-Qaṣā’idu as-Siyāsiyyatu karya Nizār Qabbāniy ini diteliti dengan satu metode analisis semiotik yang dikemukakan oleh Riffaterre, yaitu pembacaan semiotik yang dibagi menjadi pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik.

1.7 Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri atas empat bab. Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan, dan pedoman transliterasi. Bab II berisi biografi Nizar Qabbaniy dan karyanya, serta transliterasi puisi “as-Sīratu aż-Żātiyyatu li Sayyāfin ‘Arabiyyin”. Bab III berisi tentang analisis semiotik puisi “as-Sīratu aż-Żātiyyatu li Sayyāfin ‘Arabiyyin” karya Nizār Qabbāniy. Bab IV penutup, berisi kesimpulan penelitian.

1.8 Pedoman transliterasi Arab-latin

Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakan pedoman transliterasi dari keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987. 1. Konsonan

Fonem kosonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf. Dalam transliterasi ini, sebagian dilambangkan dengan huruf, sebagian dengan tanda, dan sebagian dilambangkan dengan huruf dan tanda sekaligus. Di bawah ini daftar huruf Arab dan trasliterasinya dengan huruf latin:

(11)

No Huruf Nama Huruf Latin

1 ا Alif Tidak dilambangkan

2 ب Ba B 3 ت Ta’ T 4 ث Sa Ṡ 5 ج Jim J 6 ح Ḥa’ Ḥ 7 خ Kha Kh 8 د Dal D 9 ذ Zal Ż 10 ر Ra R 11 ز Zai Z 12 س Sin S 13 ش Syin Sy 14 ص Sad Ṣ 15 ض Ad Ḍ 16 ط Ta Ṭ 17 ﻈ Za Ẓ 18 ع Ain ‘ 19 غ Gain G 20 ف Fa F 21 ق Qaf Q 22 ك Kaf K 23 ل Lam L 24 م Mim M 25 ن Nun N 26 و Wau W 27 ﻫ Ha H 28 ء Hamzah ` 29 ي Ya Y

(12)

2. Vokal

Vokal tunggal Vokal rangkap Vokal panjang

Tanda Huruf latin Tanda dan huruf Gabungan huruf Harakat dan huruf Huruf dan tanda A Au Ā I Ai Ī U Ū Contoh: /gasala / /d}aifa / /sa>la / 3. Ta> ` Marbu>t}ah

Ta> ` marbu>t}ah hidup atau mendapat harakat fath{ah, kasrah, atau d}ammah translitarasinya adalah /t/, sedangkan ta> ` marbu>t}ah mati atau mendapat harakat sukun transliterasinya adalah /h/.

Contoh:

/ Makkah al-Mukarramah /

4. Syaddah

Syaddah atau tasydi>d dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda syaddah atau tasydi>d. Dalam transliterasinya, tanda syaddah itu dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah tersebut.

(13)

Contoh:

/ rabbana> / 5. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf al. kata sandang tersebut dibedakan menjadi kata sandang yang diikuti h}uru>f syamsiyyah dan h}uru>f qamariyyah. Kata sandang yang diikuti h}uru>f syamsiyyah adalah kata sandang yang ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut, sedangkan kata sandang yang diikuti h}uru>f qamariyyah adalah kata sandang yang ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda simpang (-).

Contoh:

/ asy-syajaratu /

/ al-yaumu / 6. Hamzah

Hamzah yang ditransliterasikan dengan apostrof hanya berlaku untuk hamzah yang terletak di tengah dan belakang. Hamzah yang terletak di depan tidak dilambangkan dengan apostrof karena dalam tulisan Arab berupa Alif.

Contoh:

(14)

7. Penulisan kata

Pada dasarnya, setiap kata ditulis terpisah, tetapi untuk kata-kata tertentu yang penulisannya dalam huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka transliterasinya dirangkaikan dengan kata lain yang mengikutinya, contoh:

/ Wa innalla>ha lahuwa khair ar-ra>ziqi>n / atau dengan / Wa innalla>ha lahuwa khairur-ra>ziqi>n /

8. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab tidak dikenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasinya huruf kapital digunakan dengan ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

Contoh:

: /Wa ma> Muh}ammadun illa> rasu>l /

Referensi

Dokumen terkait

dapat berpengaruh pada sanitasi lingkungan yang berkurang. Kondisi sanitasi lingkungan yang berkurang, disebabkan oleh limbah domestik bertambah banyak dan

Achmadi PascaPerintis tersedia dokumen V-Legal untuk produk yang wajib dilengkapi dengan Dokumen V-Legal, dan telah sesuai dengan dokumen PEB dan dokumen

Berdasarkan data tersebut dari pengujian pola panas pasteurizer tahu dapat diasumsikan bahwa alat tersebut dapat secara efektif menurunkan jumlah bakteri pathogen Bacillus

Pada set pertama pemain/pasangan yang melakukan servis untuk pertama kali ditentukan dengan undian, sedangkan untuk set berikutnya dilakukan oleh pemenang dari set sebelumnya.

Peningkatan nilai kalor hasil torefaksi dengan reaktor COMB sedikit lebih rendah dibandingkan dengan torefaksi dengan waktu tinggal yang lebih lama. Hasil penelitian

Penyusunan Laporan Keuangan Satuan Kerja BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah untuk periode yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 Audited mengacu pada

menyajikan grafik yang menunjukkan bagaimana perubahan tekanan refrigerant R 717 di sepanjang pipa kapiler berdasarkan persamaan (1) sampai dengan (9) dan kaidah diagram alir

tercermin dalam sikap da prilau orang tua sebagai teladan yang dapat dicontoh anak. Dalam hubungan ini Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa “Rasa cinta, rasa bersatu dan