• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengantar. NAROTAMA Keberadaan, Perjuangan & Kesejarahannya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengantar. NAROTAMA Keberadaan, Perjuangan & Kesejarahannya"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pengantar

Pada awal tahun 1981 beberapa orang dosen UNAIR dan ITS serta beberapa tokoh masyarakat tergabung dalam Yayasan Pawiyatan Gita Patria ingin mengabdikan diri di bidang pendidikan dengan mendirikan suatu Universitas. Ketika sampai pada saat memilih nama universitas di pilih nama NAROTAMA. Pilihan ini didasarkan pada latar belakang ketokohan sejarah NAROTAMA dikaitkan dengan jiwa pengabdian kepada Negara maupun jiwanya sebagai tokoh yang mendukung membina dan membesarkan AIRLANGGA.

Tersirat dalam pemilihan nama tersebut adalah keinginan universitas yang baru didirikan tersebut yaitu UNIVERSITAS NAROTAMA dapat mendampingi dan menerapkan cita-cita dan harapan Universitas Airlangga yang sudah ada.

Tulisan NAROTAMA keberadaan, perjuangan dan kesejarahan, ini adalah hasil kajian Prof. Dr. Amiruddin Kasdi dalam rangka Dies Natalis / Lustrum IV Universitas Narotama, semoga menjadi berkah bagi masyarakat memahami tokoh Narotama dan menjadi inspirasi dan pendorong bagi seluruh Civitas Akademika dan Alumni Universitas Narotama Surabaya.

Semoga, Surabaya, 20 Mei 2004 Universitas Narotama Rektor (H.R. Djoko Soemadijo) NAROTAMA

(2)

I. Latar Belakang

Narotama adalah seorang tokoh, yang berhasil naik tangga sosial (social climbing) menjadi seorang pejabat tinggi. Hidup pada abad ke-11, yaitu zaman pemerintahan Airlangga kerajaan Kahuripan. Narotama adalah seorang besar di Indonesia dari zaman kuna yang tidak jelas asalnya dan setelah meninggal tidak diketahui tempat pemakamannya (pendarmaannya). Sebagai penghormatan kepada orang yang diduga berasal dari kalangan kebanyakan dan berhasil menjadi pejabat tinggi dan pembantu setia Prabu Airlangga itu, sejak awal tahun 1980-an di Surabaya namanya diangkat dan diabadikan sebagai nama sebuah perguruan tinggi : Universitas Narotama.

II. Sumber-Sumber Sejarah

Sumber sejarah yang berhubungan dengan tokoh Narotama yaitu bersumber tulisan kuna (epigrafis), dalam bentuk prasasti Pucangan atau prasasti Calcutta (karena disimpan di muesum Calcutta), bertarikh 963 Saka (1042 M). Prasasti ini terdiri dan dua bagian yaitu : bagian pertama ditulis dengan bahasa Jawa Kuna, dan bagian kedua dengan bahasa Sansekerta. Pada bagian Jawa Kuna Narotama tercantum sebanyak 3 kali, sedang pada bagian berbahasa Sansekerta disebutkan sekali.

Bagian teks berbahasa Jawa Kuna sebagai berikut (terjemahan) : 1. Turunlah titah baginda Maharaja Rakai Halu Lokeswara

(3)

daerah pucangan, wilayah Berahem, di Capuri tanah milik keluarga orang putiham.

2. Beliau hidup dalam hutan rimba di lereng gunung. Dia berteman dan berkata-kata dengan para petapa, yang suci tingkah lakunya. Dia diiringkan hamba sahayanya yang bertujuan dan berkeyakinan sama. Hamba-hamba itu bersedia membuktikan bukti setianya kepada Sri Baginda Maharaja tanpa diperlakukan baik-baik. Tuan Narotama namanya. 3. Sri Baginda Maharaja bertindak sebagai seorang pahlawan,

Sri Baginda Maharaja dengan rakryan kanuruhan tuan Narotama.

Bagian teks berbahasa Sansekerta (terjemahan) :

Tiada berapa lama sesudah itu ibukota habis terbakar menjadi abu. Tanpa ditemani oleh hamba pesuruh, namun ditemani hanya oleh Narotama, pergilah beliau masuk ke hutan rimba.

Dari pemberitaan prasasti Pucangan di atas terdapat struktur jabatan kerajaan, yaitu maharaja, sebagai pejabat tertinagi. Perintahperintahnya diterima oleh rakryan mahamantri I hino, dan dilaksanakan oleh rakryan kanuruhan yang diduduki oleh Narotama.

Dari pemberitaan tahun 1042 M. Narotama menjahat sebagai rakryan kanuruhan. Jabatan kanuruhan dalam birokrasi Kerajaan Airlangg berada pada peringkat ke 3, setelah maharaja dan mahamantri katrini.

III. Jabatan Kanuruhan dan Tugas-Tugas Narotama

Setelah tahun 947 M. kondisi sejarah dan pemerintahan di Jawa timur gelap, karena tidak ada atau belum ditemukannya sumber-sumber

(4)

sejarah dari zaman itu, sampai munculnya peristiwa penyerbuan Wura-wari terhadap ibukota kerajaan Darmawangsa. Saat itu tengah dilakukan upacara perkawinan antara putri Darmawangsa dan Airlangga.

Rakryan kanuruhan yang pada masa Airlangga dijabat oleh Narotama, merupakan pelaksana perintah raja.

Jadi apa sebenarnya tugas Narotama? Berdasarkan kajian tersebut di atas dapat dipastikan bahwa tugas Narotama yang utama ialah melaksanakan roda pemerintahan, alias titah raja. Selain itu juga melaksanakan tugas-tugas lain yang ditetapkan oleh Airlangga, sesuai dengan kebutuhan dan situasi zaman itu, yaitJ selama masa pemerintahan Airlangga (1019 M – 1042 M). Masa itu di bagi dalam babakan atau periode sebagai berikut :

1. Babak persiapan berupa penggemblengan diri lahir batin (1016 – 1019). Dalam periode ini Airlangga ditemani beberapa pengikutnya dan dipimpin oleh Narotama hidup sebagai petapa di lereng gunung (ri

himbanging wanagiri). Karena usianya masih muda (16 tahun), is

mendapat didikan terutarna dari pengikut, teman, Narotama dan tidak diragukan lagi juga oleh para petapa dalam hal keagamaan, filsafat dan tata tertib kehidupan.

2. Babak konsolidasi, dari 1019-1028. Pada tahun 1019 Airlangga dinobatkan menjadi raja. Usaha Airlangga untuk mempersatukan kembali kerajaan mertuanya: Darmawangsa, ialah melakukan konsolidasi kekuasaan di bawah pimpinan Narotama. Politik yang dijalankan ialah stabilisasi di pusat kekuasaan Airlangga, yang terletak di Halu. Lokasi halu diperkirakan di daerah antara Porong dan

(5)

Pasuruan. Langkah kedua, melakukan politik perimbanaan kekuasaan (balance power politic) dengan Sriwijaya di Sumatra. Menurut J.G. de Casparis politik itu dijalankan dengan melaksanakan perkawinan politik antara Airlangga dan putri Sriwijayu Sanggramawijaya. Sudah tentu seandainva teori Casparis itu benar, pelaksanaan tugas pribadi juga berada di pundak narotama.

3. Babak perjuangan pisik atau militer (1028-1035). Pada tahun 1028 M. Airlangga melancarkan berbagai peperangan untuk mempersatukan kembali kerajaan yang diwarisinya dengan menunciukkan para penguasa lokal yang melakukan aksi-aksi separatisme sepeninggal Darmawangsa. Kiranya dapat dipastikan Narotama bersama tuannva mcnaambil baaian secara aktif dalam persiapan, penyusunan strategi, bahkan sampai memimpin operasional di medan peperangan.

4. Babak stabilisasi atau Pembangunan (1035-1042). Pada masa ini Airlangga dengan bantuan Narotama, sebagai pelaksana pemerintahan melaksanakan pembangunan meliputi :

a. Di bidang ekonomi, pertanian dan perdagangan. Yaitu membuat bendungan Wringin Pitu untuk kepentingan pengairan dan pelayaran. Jun menetapkan Tuban sebagai pelabuhan internasional.

b. Di bidang kebudayaan dan kesenian. Pada masa ini disusunlah kakawin Arjunawiwaha oleh Pu Kanwa, dan melanjutkan penerjemahan Mahabarata yang telah dimulai pada zaman Darmawangsa.

(6)

c. Di bidang keagamaan dan kerokhanian, yaitu dengan membangun tempat-tempat suci, pertapan, asrama, patirtan, dan fasilitas lainnya untuk menunjang kehidupan beragama. Pada masa akhir pemerintahannya, ia memerintahkan Narotama sebagai kanuruhan untuk mendirikan pertapaan di Pucangan, tempat raja itu mengungsi, bertapa, menempa, dan menobatkan diri sebagai raja, jejak Narotama tampaknya hanya dapat diikuti sampai tahun 1042.

5. Babak kependetaan (1042-1049). Bagian akhir tugas-tugas Narotama dalam pemerintahan Airlangga, terekam pada prasasti Pucangan yang menjadi sumber utama kita. Prasasti ini dikeluarkan oleh Airlangga untuk memperingati 2 kejadian penting dalam hidupnya, yaitu :

a. Airlangga, merasa bahwa tugasnya untuk menyelamatkan dunia (kerajaannya negara) dari kehancuran telah selesai.

b. Pembangunan sebuah pctapaan di Pucangan, di lereng Gunung Penanggungan, perwujudan rasa syukur kepada Dewa serta para pendukung-pendukummya tatkala mengungsi di tempat itu. Monumen Pucangan itu sekaligus juta menandai berakhirnya tugas Airlangga mengatur Negara. Selanjutnya Airlangga meninggalkan kemegahan dan kemewahan istana menjadi petapa dengan nama Resi Genthayu.

Apabila menelaah perjalanan hidup Airlangga dan peranan Narotama sebagai pelaksana perintahnya sampai cita-cita itu terwujud, maka peranan Narotama dapat disebandingkan dengan peranan Gajah Mada pada masa

(7)

Majapahit. Oleh karena itu tidak berlebihan bila pada masa akhir pemerintahannya, Airlangga secara obyektif mengakui kelebihan Narotama, serta memberikan penghargaan kepada pembantunya itu, selain jabatan kanuruhan is juga disebutnya sebagai dharinamurti yang berarti orang yang mampu menegakkan/ mewujudkan hukum, undang-undang negara, hak dan keadilan, kebenaran, kewajiban, ibadah dan agama, kebajikan dan adat istiadat. Sebutan lainnya yaitu jam sure, yang berarti manusia dewa.

IV. Penutup

Sebagai akhir dari pembahasan tokoh kita ini ada kesimpulan-kesimpulan yang perlu dicatat.

Pertama, dengan adanya bukti-bukti yang berasal dari sumber yang kredibel (sahih) tidak diragukan lagi kesejarahan tokoh Narotama. Kedua, dari namanya nara utama (manusia utama), seperti telah dibuktikan dalam jabatan dan perjalanan hidupnya dengan perlindungan Airlangga, is telah berjuang menyelamatkan keutuhan Jawa, yang sejak pemindahan kekuasaan pada awal abad X, Jawa Timur terpecah belah, dalam berbagai kekuasaan kecil di tingkat lokal. Keutuhan yang dengan susah payah diperjuangkan, selanjutnya perjalanan sejarah Indonesia menapaki zaman Kediri yang utuh, stabil, makmur, dan berkembang. Disinilah sumbangan Narotama teibesar dan terpenting terhadap perjalanan sejarah Indonesia.

Tepat dan pantaslah kiranya tokoh kita ini menerima kehormatan sebagai guru dan teladan Airlangga, karena ialah sebenarnya yang

(8)

bertindak sebagai pelindung, pendidik, dan pembentuk pribadi anak muda yang terpaksa mengungs: ke hutan itu, hingga berhasil menjadi pemuda tangguh, berpribadi luhur, panglima yang ulung, dan raja besar nan bijak, yang taat serta konsisten mengamalkan ajaran agama. Semua yang telah disebutkan, tidak dapat dipisahkan dari peranan Narotama selama pengabdiannya kepada murid sekaligus juga tuannya disadari sepenuhnya oleh raja perkasa itu dengan menempatkannya pada jabatan sebagai penegak keadilan, hukum, pemerintahan dan adat dengan sebutan dharmanzurti.

Akhirnva semoga keteguhan jiwa, semangat, kesetiaan, perjuangan dan sikap tegas yang telah ditunjukkan oleh tokoh kita Narotama dalam mengabdi terhadap negara, rakyat dan juga kepada pemerintah (waktu ita : raja) dapat menjadi tauladan bagi kita semua.

Surabaya, 30 agustus 2001 Ttd.

Referensi

Dokumen terkait