• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. akan dilakukan oleh peneliti yang sekarang. Bersama Anak, Mandiri dan di Panti Wredha. Tujuan penelitian yaitu untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. akan dilakukan oleh peneliti yang sekarang. Bersama Anak, Mandiri dan di Panti Wredha. Tujuan penelitian yaitu untuk"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil-hasil penelitian terdahulu yang difungsikan sebagai bahan perbandingan dan pembeda dalam hal pembahasan dan kajian. Adapun hasil penelitian yang dijadikan perbandingan dan pembeda tidak akan terlepas dari topik penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yang sekarang.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Novie Indriani (2012) yang memiliki judul Perbedaan Kepuasan Hidup Lansia Dini Yang Tinggal Bersama Anak, Mandiri dan di Panti Wredha. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui adanya perbedaan tentang persepsi kepuasan hidup (life

satisfaction) pada lansia dini yang tinggal di rumah sendiri, lansia dini yang

tinggal di rumah anak, dan lansia dini yang tinggal di panti wredha. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan antara kepuasan hidup lansia dini yang tinggal di rumah sendiri, di rumah anak dan di panti wredha. Kelompok lansia dini yang tinggal bersama anak memiliki kepuasan hidup yang lebih tinggi. Sedangkan kelompok lansia yang tinggal di panti wredha memiliki kepuasan hidup yang paling rendah.15

Kedua penelitian yang dilakukan oleh Hilda Dewi Isnaeni (2012) dengan judul Kebahagiaan Lansia Yang Tinggal Di Panti Wreda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika psikologis lansia yang tinggal di

(2)

panti. Hasil penelitian menunjukkan adanya kebahagiaan yang dirasakan oleh lansia ketika tinggal di panti Dharma Bakti Surakarta. Kebahagiaan yang dirasakan oleh lansia berasal dari pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan sandang, pangan, papan, hiburan dan kepedulian yang diberikan oleh para petugas panti.16

Ketiga penelitian yang dilakukan oleh Ratri Gumelar (2014) dengan judul Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lansia (Studi Kasus Program Pelayanan Kesejahteraan Lansia di UPT Panti Wredha Budhi Dharma Kota Yogyakarta, Ponggalan UH. 7/003 RW 14 RW V, Yogyakarta). Tujuan peneliti adalah untuk mengetahui pengaruh kesejahteraan sosial lansia serta hambatan yang dihadapi di UPT Panti Wredha Budhi Dharma Kota Yogyakarta dalam aspek program pelayanan. Hasil penelitian menemukan adanya beberapa program yang dilaksanakan oleh pihak panti tidak dijadikan sebagai salah satu faktor utama dalam peningkatan kesejahteraan sosial para lansia yang tinggal di panti.17

Keempat penelitian yang dilakukan oleh Yusnia Pratiwi (2015) dengan judul Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kualitas Hidup Lanjut Usia di Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh dukungan sosial terhadap kualitas hidup lanjut usia. Hasil penelitian menemukan adanya hubungan maupun pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup lansia serta adanya hubungan

16 Isnaeni, Hilda Dewi. 2012. Loc. cit. 17 Gumelar, Ratri. 2014. Loc. cit

(3)

dengan kerekatan emosional, hubungan sosial, pengakuan, hubungan yang dapat diandalkan dan kemungkinan membantu.18

Kelima penelitian yang dilakukan oleh Nova Ariyanthi (2016) dengan judul Hubungan dukungan Sosial dengan Kebermaknaan Hidup Pada Lansia di Panti Wreda. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup pada lansia di panti wreda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan siginfikan antara dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup lansia di panti.19

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Tujuan Hasil Penelitian

1. Novie Indriani (2012)

Perbedaan

Kepuasan Hidup Lansia Dini Yang Tinggal Bersama Anak, Mandiri dan di Panti Wredha. Untuk mengetahui adanya perbedaan tentang persepsi kepuasan hidup (life satisfaction) pada lansia dini yang tinggal di rumah sendiri, lansia dini yang tinggal di rumah anak, dan lansia dini yang tinggal di panti wredha.

Adanya

perbedaan antara kepuasan hidup lansia dini yang tinggal di rumah sendiri, di rumah anak dan di panti wredha.

Kelompok lansia dini yang tinggal

bersama anak

memiliki

kepuasan hidup yang lebih tinggi. Sedangkan kelompok lansia yang tinggal di panti wredha memiliki kepuasan hidup yang paling rendah.

18 Pratiwi, Yusnia. 2015. Loc. cit. 19 Ariyanthi, Nova. 2016. Loc.cit.

(4)

2. Hilda Dewi Isnaeni (2012) Kebahagiaan Lansia Yang Tinggal Di Panti Wreda. Untuk mengetahui dinamika psikologis lansia yang tinggal di panti. Adanya kebahagiaan yang dirasakan oleh para lansia ketika tinggal di panti Dharma Bakti Surakarta. Kebahagiaan yang dirasakan oleh lansia berasal dari pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan sandang, pangan, papan, hiburan dan kepedulian yang diberikan oleh para petugas panti. 3. Ratri Gumelar (2014) Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lansia (Studi Kasus Program Pelayanan Kesejahteraan Lansia di UPT Panti Wredha Budhi Dharma Kota Yogyakarta, Ponggalan UH. 7/003 RW 14 RW V, Yogyakarta). Untuk mengetahui pengaruh kesejahteraan sosial lansia serta hambatan yang dihadapi di UPT Panti Wredha Budhi Dharma Kota Yogyakarta dalam aspek program pelayanan Adanya beberapa program yang dilaksanakan oleh pihak panti tidak dijadikan sebagai salah satu faktor

utama dalam

peningkatan kesejahteraan sosial para lansia yang tinggal di panti 4. Yusnia Pratiwi (2015) Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kualitas Hidup Lanjut Usia di Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan Untuk mengetahui adanya pengaruh dukungan sosial terhadap kualitas hidup lanjut usia.

Adanya hubungan maupun pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup lansia serta adanya hubungan dengan kerekatan emosional, hubungan sosial,

(5)

pengakuan, hubungan yang dapat diandalkan dan kemungkinan membantu. 5. Nova Ariyanthi (2016) Hubungan dukungan Sosial dengan Kebermaknaan Hidup Pada Lansia di Panti Wreda. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup pada lansia di panti wreda. Terdapat hubungan yang positif dan siginfikan antara dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup lansia di panti. 6. Andung Eko Wijayanto Bentuk Dukungan Sosial Lembaga Terhadap Perwujudan Kepuasan Hidup Lansia (Studi di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang) Untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk dukungan sosial lembaga serta menjelaskan proses dukungan sosial lembaga terhadap lansia dalam meningkatkan kepuasaan hidup lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang. Ditargetkan dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk dukungan sosial lembaga serta menjelaskan proses dukungan sosial lembaga tersebut terhadap perwujudan kepuasan hidup lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang.

Berdasarkan uraian penelitian terdahulu, terdapat beberapa hal yang telah dijelaskan berkaitan dengan adanya dukungan-dukungan keluarga maupun sosial, peningkatan kesejahteraan lansia yang ada di panti, kebermaknaan hidup lansia di panti maupun kepuasan lansia yang tinggal bersama keluarga, secara mandiri dan di panti. Perbedaan penelitian yang dilakukan saat ini dengan penelitian terdahulu yaitu peneliti akan berfokus pada identifikasi bentuk dukungan sosial lembaga dan proses dukungan

(6)

sosial lembaga tersebut dilaksanakan. Peneliti juga akan menghubungkan dukungan sosial terhadap perwujudan kepuasan hidup lansia yang tinggal di panti. Secara spesifiknya penelitian saat ini akan berfokus pada mengidentifikasi dan menjelaskan bentuk serta proses dukungan sosial lembaga yang diberikan oleh pegawai maupun pengasuh klien kepada lansia terhadap kepuasan hidup lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang.

2.2 Konsep Lansia

2.2.1 Pengertian Lanjut Usia

Menurut Setyonegoro lanjut usia adalah orang yang telah berusia lebih dari 65 tahun. Sedangkan menurut Reimer (1999) seseorang telah memasuki tahapan lansia jika adanya perubahan dalam ciri-ciri fisiknya seperti hilangnya dan menurunnya keberfungsian gigi, rambut memutih dan kulit menjadi keriput.20 Selain itu dalam aspek sosialnya, lansia juga mengalami penurunan keberfungsiannya di dalam keluarga dan masyarakat. World Health Organization (WHO) juga memberikan batasan terhadap lanjut usia yang diantaranya: usia pertengahan yakni rentan umur 45-59 tahun, usia lanjut rentan yakni umur 60-74 tahun, usia lanjut usia yakni rentan umur 75-90 tahun dan sangat tua yakni lebih dari 90 tahun.21

20 http://repository.ump.ac.id/154/3/BAB%20II_Eza%20Kemal%20F..pdf (diakses pada 14

Februari 2019)

21 Demartoto, Argyo. 2007. Pelayanan Sosial Non Panti Bagi Lansia. Surakarta: UNS Press. Hal.

(7)

Pada aspek keberfungsionalnya, lanjut usia digolongkan menjadi dua bagian yaitu lanjut usia potensial dan lanjut usia tidak potensial. Lanjut usia potensial yakni lanjut usia yang secara fisiknya masih memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan. Sedangkan lanjut usia tidak potensial yaitu lanjut usia yang kemampuan fisiknya menurun sehingga membutuhkan bantuan atau pertolongan dari orang lain.22

2.2.2 Kebutuhan Lanjut Usia

Pada umumnya kebutuhan lanjut usia meliputi:23

a. Kebutuhan Jasmani

Kebutuhan jasmani yaitu kebutuhan yang secara alami dirasakan dan memiliki dampak secara langsung oleh individu. Kebutuhan jasmani bersifat fundamental dikarenakan jika kebutuhan jasmani tidak terpenuhi, maka setiap individu ataupun kelompok akan merasa terancam hidupnya dan dapat menimbulkan ketidakseimbangan secara mental. Kebutuhan jasmani dapat diperoleh melalui adanya pelayanan dalam aspek pemenuhan kesehatan, makanan, perumahan, pakaian, olahraga dan alat bantu lainnya yang berguna untuk menunjang aktivitas individu maupun kelompok.

22 Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

23 Jayaputra, Achamadi. 2005. Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Indonesia. Riset tidak diterbitkan.

Pusat Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial, Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial. Depsos RI Jakarta.

(8)

b. Kebutuhan Mental/Kebutuhan Rohani

Kebutuhan mental atau rohani adalah kebutuhan yang diinginkan oleh setiap individu untuk mendapatkan dan merasakan ketenangan di dalam hidupnya. Pelaksanaan kebutuhan mental atau rohani dapat ditemukan melalui kegiatan pelayanan konseling, konsultasi dengan pemuka agama dengan tujuan untuk menghasilkan jiwa yang tenang dan damai.

c. Kebutuhan Sosial

Kebutuhan sosial adalah aspek kebutuhan untuk saling berkomunikasi, berinteraksi antara individu yang satu dengan individu lainnya dalam kehidupan bermasyarakat. Kebutuhan sosial dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang membangun seperti bimbingan sosial, rekreasi, sosialisasi atau penyuluhan.

2.2.3 Hak dan Kewajiban Lanjut Usia

Lanjut usia merupakan warga negara yang memiliki hak yang sama dengan warga negara lainnya. Dijelaskan dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 bahwa lanjut usia mempunyai hak yang sama tanpa adanya perbedaan dengan yang bukan lanjut usia baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hak tersebut meliputi:

a. Pelayanan keagamaan,dan mental spiritual. b. Pelayanan kesehatan.

(9)

c. Pelayanan kesempatan kerja.

d. Pelayanan pendidikan.dan pelatihan.

e. Mendapatkan kemudahan. dalam setiap penggunaan fasilitas.sarana dan prasarana umum.

f. Kemudahan dalam.layanan dan bantuan hukum. g. Perlindungan.sosial.

h. Bantuan sosial.

Selain adanya hak yang sama, lanjut usia juga memiliki kewajiban yang diatur dalam undang-undang nomor 13 tahun. 1998 yaitu:

a. Membimbing dan memberikan nasihat kepada yang lebih muda berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya, terutama di lingkungan keluarganya.

b. Membagikan ilmu pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan yang dimilikinya kepada generasi penerus.

c. Mengajarkan sikap teladan. kepada generasi penerus dalam segala aspek kehidupan.

2.2.4 Karakteristik.Lanjut Usia

Adapun karakteristik usia lanjut meliputi:24

a. Periode Penurunan (Kemunduran)

24 Hurlock, E.B. 2006. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan

(10)

Penurunan yang dialami oleh lansia disebabkan oleh faktor fisik kemampuan untuk melakukan kegiatan menjadi terbatas. Selain itu, persepsi lanjut usia terhadap pekerjaan juga mengalami perubahan. Lanjut usia menilai pekerjaan akan menjadi sesuatu yang sulit untuk diraihnya dikarenakan melemahnya kemampuan fisik tersebut.

b. Sikap/Penerimaan Lanjut Usia

Reaksi orang terhadap masa tua berbeda-beda, ada yang berpikir bahwa pensiun merupakan masa yang menyenangkan. Tapi disisi lain ada yang berpikir bahwa pensiun sebagai ganjaran. Bagi lanjut usia yang berpikir pensiun menyenangkan adalah lanjut usia yang telah ikhlas untuk menerima kondisi yang saat ini dialaminya. Namun bagi lanjut usia yang berpikir bahwa pensiun sebagai ganjaran mengindikasikan bahwa lanjut usia tersebut masih belum mampu untuk menerima keadannya. c. Stigma.Kepada Lanjut Usia

Stigma yang berkembang di masyarakat menunujukan bahwa lanjut usia termasuk golongan yang menyusahkan orang yang usianya lebih muda. Selain itu adanya gambar dan tulisan dalam majalah-majalah juga menyebutkan bahwa lanjut usia termasuk golongan yang tidak menyenangkan dan kaku.

(11)

Umumnya terdapat sikap sosial terhadap orang-orang usia lanjut yang kurang positif dari keluarga dan masyarakat. Lanjut usia dirasa kurang dihormati dan dihargai bahkan terdapat beberapa pandangan yang menyebutkan bahwa lanjut usia dianggap sebagai penggangu. Padahal di fase ini lanjut usia masih membutuhkan adanya perhatian dan penghargaan. e. Status Sebagai Minoritas

Sebagai akibat dari pandangan dan sikap sosial yang negatif terhadap lanjut usia menyebabkan adanya pembatasan dalam interaksi sosialnya. Lanjut usia serasa tidak bisa hidup bebas dikarenakan banyak sekali aturan-aturan yang membatasinya padahal lanjut usia membutuhkan ruang yang cukup bagi dirinya untuk bersosialisasi dengan orang lain.

f. Kurang Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan

Kurangnya penyesuaian lanjut usia dengan lingkungan akan mempengaruhi kehidupan yang dijalaninya. Terlebih adanya perilaku sosial yang negatif dan kurangnya pemberian penghargaan dari keluarga dan masyarakat terhadap perbuatan di masa lalu menyebabkan pemikiran yang negative serta akan bersikap untuk menarik diri dari lingkungan.

2.2.5 Tugas Perkembangan.Usia Lanjut

Lanjut usia memiliki tugas perkembangan baru yang menyangkut kehidupan pribadinya. Sebagaimana halnya tugas perkembangan

(12)

yang ada dan harus dijalani oleh fase-fase sebelumnya, individu yang berada pada fase lanjut usia juga memiliki tugas perkembangan yang harus dilalui dengan sebaik-baiknya. Tugas perkembangan yang hendaknya dilalui para lansia meliputi:

a. Menyesuaikan diri.akibat menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan.

b. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun.

c. Menyesuaikan diri dengan kematian.pasangan hidup. d. Menjalin hubungan dengan orang-orang seusianya.

e. Membentuk.pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.

f. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes dan harmonis.25

2.3 Dukungan Sosial

2.3.1 Pengertian Dukungan Sosial

Menurut Sarafino (2011) dukungan.sosial merupakan wujud dari kenyamanan, penghargaan/apresiasi, perhatian, maupun bantuan secara langsung yang diterima individu dari seseorang maupun kelompok.26 Konsep dukungan sosial yang disampaikan oleh Sarafino menitikberatkan pada dorongan sosial yang berada di sekeliling individu maupun kelompok. Dukungan sosial dapat

25 Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana. Hal. 318

26 Maulina, Yusri. Dukungan Sosial dan Subjective Well Being Pada Lanjut Usia Bersuku Jawa di

Provinsi Jawa Tengah. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas

(13)

disampaikan melalui perasaan, perhatian dengan tujuan untuk memberikan semangat, pertolongan sehingga kebahagiaan dapat untuk dirasakan.

2.3.2 Sumber-Sumber.Dukungan Sosial

Sumber dukungan sosial merupakan salah satu aspek dasar yang harus dipahami dan dimengerti dalam tahapan dukungan sosial. Melalui pengetahuan dan pemahaman tersebut, seseorang akan mengetahui situasi dan keinginannya sehingga dukungan sosial akan memiliki makna yang berarti bagi. Sumber dukungan sosial banyak diperoleh individu melalui lingkungan sekitarnya seperti sahabat, pasangan hidup, keluarga, saudara, rekan kerja dan organisasi komunitas.

Sumber-sumber dukungan sosial dikelompokkan oleh.Sarafino (1994) yang meliputi:27

a. Orang-orang disekitar individu seperti keluarga, teman dekat, atau rekan.

b. Profesional seperti psikolog atau dokter yang berguna untuk menganalisis secara psikis maupun klinis.

c. Kelompok-kelompok dukungan sosial seperti komunitas, organisasi dan perkumpulan-perkumpan yang lainnya.

27 Kirana, Chenia Ilma., Raharjo, Santoso Tri., Wibowo, Hery. 2016. Dukungan Sosial Bagi Waria

(14)

2.3.3 Bentuk Dukungan Sosial

Menurut Sarafino (1994) terdapat empat bentuk dukungan sosial yang disebut sebagai The Social Provision Scale. Adapun komponen-komponennya adalah:28

a. Dukungan.Emosional

Dukungan emosional merupakan dukungan yang berhubungan dengan hal yang bersifat emosional atau pengatur ritme.emosi dan ekspresi. Dukungan emosional meliputi ekspresi empati, kepedulian dan perhatian pada individu, memberikan rasa nyaman, memberikan perasaan dicintai serta bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain.

b. Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan adalah bentuk dukungan yang terjadi melalui ekspresi seseorang dengan menunjukkan penghargaan yang bernilai positif terhadap individu. Dukungan penghargaan meliputi pemberian semangat, persetujuan tentang.ide-ide yang dimunculkannya. Bentuk dukungan ini membantu individu dalam membangun harga diri dan semangat untuk bersaing.

c. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental merupakan dukungan yang

memberikan bantuan secara nyata (tangible.aid) atau dukungan

(15)

alat.(instrumental aid) secara langsung kepada individu yang sedang membutuhkan. Bentuk dukungan instrumental seperti pemenuhan kesehatan, penyediaan fasilitas yang layak.

d. Dukungan Informasi

Dukungan informasi merupakan dukungan yang

memberikan.penjelasan tentang situasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh individu. Dukungan ini diberikan dengan cara menyediakan informasi, memberikan saran.secara langsung, atau umpan balik tentang kondisi individu. Dukungan ini dapat membantu individu untuk mengenali masalahnya dan mencari solusi.

2.3.4 Manfaat Dukungan Sosial

Menurut Johnson.dan Johnson (1991) terdapat empat manfaat yang di dapat melalui dukungan sosial, yaitu:29

a. Dukungan sosial yang.dihubungkan dengan pekerjaan akan meningkatkan produktivitas.

b. Meningkatkan kesejahteraan.psikologis dan penyesuaian diri dengan memberikan rasa memiliki.

c. Memperjelas identitas diri dan meningkatkan harga diri. d. Mengurangi stres dan.memelihara kesehatan secara fisik.

29 Adicondro, Nobelina & Pernamasari, Alfi. 2011. “Dukungan Sosial pada Siswa Self Learning

(16)

2.3.5 Dukungan Lembaga Sosial

Menurut Sumner.lembaga sosial/kemasyarakatan adalah sebagai perbuatan, cita-cita, sikap dan perlengkapan kebudayaan yang.mempunyai sifat kekal serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Dukungan lembaga sosial memiliki peran penting yaitu.untuk menciptakan keteraturan dan integrasi dalam masyarakat.30

Menurut Soerjono Soekanto, secara umum lembaga sosial/kemasyarakatan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia. Pada dasarnya lembaga soaial/kemasyarakatan mempunyai beberapa fungsi, yaitu antara lain:

a. Pedoman kepada anggota masyarakat.dalam hal untuk bersikap pada saat menghadapi masalah terutama yang memiliki hubungan dengan kebutuhan-kebutuhan privat.dan sosial di masyarakat.

b. Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan.

c. Memberikan arahan kepada.masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial seperti adanya pengawasan.yang dilakukan oleh masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.31

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas mengenai dukungan lembaga sosial dapat ditarik kesimpulan adanya dorongan sosial

30 Abdulsyani. 2012. Sosiologi: Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 76 31 Ibid. Hal. 79

(17)

secara kelembagaan yang ditujukan untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan berbagai pola kemasyarakatan.

2.3.6 Proses Dukungan Sosial (Praktik Pekerjaan Sosial)32

a. EIC (Engagement, Intake, Contract)

Merupakan suatu tahap awal dalam praktik dukungan, yaitu kontak awal dengan klien yang berakhir dengan kesepakatan untuk terlibat dalam keseluruhan proses.

b. Assesment (Pengungkapan dan pemahaman masalah)

Merupakan suatu tahapan untuk mempelajari masalah-masalah yang dihadapi klien. Tahap ini berisi: pernyataan masalah, assesmen kepribadian, analisis situsional, perumusan secara integratif dan evaluasi.

c. Planning (Rencana)

Merupakan suatu pemilihan strategi, teknik dan metode yang didasarkan pada proses assesmen masalah

d. Intervention (Intervensi)

Merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan berencana dalam diri klien

e. Evaluation (Evaluasi)

Merupakan suatu penilaian terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam planning, serta melihat kembali kemajuan-kemajuan yang telah dicapai sehubungan dengan tujuan.

f. Termination (Terminasi)

32

https://www.academia.edu/6384425/intervensi_pekerjaan_sosial_generalis_social_work_generalis t_ (diakses pada 28 Oktober 2019)

(18)

Tahap ini dilakukan bilatujuan-tujuan yang telah disepakati dalam kontrak telah dicapai dan mungkin sudah tak dapat dicapai kemajuan-kemajuan yang tak berarti dalam pemecahan masalah.

2.4 Kepuasan Hidup (Life Satisfaction)

2.4.1 Pengertian Kepuasan Hidup (Life Satisfaction)

Hurlock (1996) mendefinisikan kepuasan.hidup sebagai keadaan yang sejahtera dan adanya kesengan hati yang.dirasakan oleh seseorang.33 Kondisi tersebut akan menimbulkan.harapan-harapan yang baru akibat adanya kepuasan hati yang muncul dari dalam dirinya.

Berdasarkan beberapa penjelasan yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan hidup adalah pemahaman dan penilaian terhadap berbagai tafsir dalam kehidupan yang bersumber pada standar atau kriteria-kriteria tertentu yang telah ditentukan oleh suatu individu. Selain itu adanya dukungan yang positif dari sekeliling individu membuatnya merasa nyaman dan diperhatikan sehingga kepuasan hati akan terwujud.

2.4.2 Aspek-Aspek Perwujudan Kepuasan Hidup

Menurut Hurlock,(2004) aspek perwujudan kepuasan hidup adalah sebagai berikut:34

a. Menerima

33 Hurlock, E.B. Op. cit. Hal. 443

34 Ramdani. 2017. “Perbedaan Kepuasan Hidup Antara Lansia Hinterland Dengan Lansia

(19)

Sikap menerima. akan muncul setelah individu mampu untuk menyesuaikan diri dengan baik. Kebahagiaan yang di dapat terletak pada aspek menikmati keadaan yang saat ini telah dimilikinya.

b. Kasih sayang

Kasih sayang merupakan rasa yang muncul dari,sikap yang diterima oleh orang lain. Pemberian kasih sayang dari orang lain akan membuat individu menjadi lebih,semangat dan merasa dirinya diperhatikan.

c. Prestasi

Kerja keras, kemampuan dan pengorbanan menjadi modal seseorang untuk memperoleh,prestasi dari orang lain seperti perhatian dari orang,lain dan mendapatkan beberapa nominal uang.

Sedangkan menurut,Mc.Clelland (1987), terdapat beberapa aspek,pencapaian kepuasan (need,for achievement) yang meliputi:35

a. Inovatif

Individu yang memiliki,kepuasan adalah individu yang memiliki inovasi yang tinggi. Hal ini dikarenakan mereka lebih menyukai hal-hal yang bersifat terampil,dan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.

b. Pola Komunikasi Yang Baik (feedback)

35http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/41572/Chapter%20II.pdf?sequence=3&is

(20)

Individu yang memiliki,kepuasan menyukai situasi yang mana mereka mendapatkan perhatian atas hal-hal yang dilakukannya. Perhatian tersebut didasarkan pada respon yang diberikan oleh orang lain terhadap dirinya.

c. Adanya Tanggungjawab

Individu yang memiliki kepuasan akan memiliki tanggung jawab terhadap sesuatu yang sedang,dikerjakannya dikarenakan hal tersebut mampu untuk menumbuhkan kepercayaan yang ada dalam diri seseorang.

Berdasarkan berbagai hal yang telah dikemukakan dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang yang dapat menikmati kehidupannya cenderung akan lebih bahagia dan puas dalam menjalani kehidupannya. Individu mengalami kepuasan ketika memiliki kemampuan untuk berinovasi, memiliki gairah atau semangat hidup yang tinggi, mampu menilai dirinya sendiri, memiliki kemampuan dalam hal beradaptasi diri dengan berbagai kondisi dan lingkungannya, adanya keinginan secara pribadi dan aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan di lembaga serta masih ingin melakukan kontak sosial dengan orang lain.

(21)

2.4.3 Faktor-Faktor Pendukung Kepuasan Hidup

Menurut Hurlock (1980), beberapa faktor pendukung terhadap,kepuasan hidup pada seorang individu antara lain:36

a. Kesehatan

Kesehatan yang baik,,memungkinkan individu pada usia berapa pun dapat melakukan aktivitas. Sedangkan kesehatan yang,,buruk akan menjadi penghambat untuk mencapai kepuasan hidup.

b. Jenis Pekerjaan

Dalam kehidupan, semakin rutin,,sifat pekerjaan dan semakin sedikit kesempatan yang dialami oleh seseorang dalam hal bekerja maka semakin kurang pula intensitas kepuasan diri. c. Pola Kehidupan Lanjut Usia

Jika pola kehidupan memungkinkan seseorang untuk berinteraksi dengan orang-orang lain baik di dalam keluarga maupun,,dengan teman-teman dan tetangga di dalam masyarakat maka kondisi tersebut akan memperbesar kepuasan hidup. d. Harapan dan Pencapaian

Jika harapan-harapan itu bersifat realistis,dan mampu untuk diwujudkan, individu akan merasa puas.setelah harapannya tersebut tercapai.

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan dari ketiga video profile tersebut dengan Perancangan Video Profil sebagai Media Informasi Pada Lorin Solo Hotel adalah dilihat dari konsep video dengan

Hal yang masih belum terakomodasi dan perlu diatur dalam Permenhub sehubungan dengan eksistensi transportasi online ini adalah kerjasama kemitraan, tanggung jawab

No Judul Jenis Karya Penyelenggara/ Penerbit/Jurnal Tanggal/ Tahun Ketua/ Anggota Tim Sumber Dana Keterangan 1 NA NA NA NA NA NA NA GL. KEGIATAN

Semakin jauh jarak pelanggan dari sentral, maka akan semakin kecil nilai SNR (Signal to Noise Ratio) yang dihasilkan. Hal ini membuktikan bahwa jarak berbanding

dalam rangkaian acara yang digelar hingga 12 Februari ini juga terdapat prosesi pengangkatan jabatan yang dilakukan langsung oleh Dirut Sumber Daya Manusia

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Aktivitas Fisik Sehari-hari Dengan

Tokoh dan juga perwatakan memiliki peranan penting dalam sebuah karya sastra sebab watak atau karakter tokoh menghasilkan pergeseran, perbedaan kepentingan dan

Downward communicationi merupakan komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannnya yang