• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASIH EKSISKAH SEBENARNYA BENDAHARA BARANG? (Suatu koreksi atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MASIH EKSISKAH SEBENARNYA BENDAHARA BARANG? (Suatu koreksi atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

ABSTRAK

Semenjak bergulirnya Reformasi Keuangan Negara, dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keungan Negara dilanjutkan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, kedua undang-undang tersebut merupakan pengganti Indische Comptabilitaits Wet (ICW). Dampak bergulirnya Undang-Undang tersebut diatas, keberadaan Bendahara Barang tidak dikenal lagi. Yang masih ada hanyalah Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran, Bendahara Umum Negara dan Bendahara Umum Daerah.

Padahal dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Dalam BAB I KETENTUAN UMUM bagian pertama, Pengertian pada pasal 1 angka 14 dinyatakan bahwa Bendahara itu pada intinya mempunyai tugas tidak hanya menerima, menyimpan, dan membayar/menyerahkan uang atau surat berharga tetapi juga barang-barang Negara/Daerah. Dari pengertian tersebut menjadi masalah kenapa tidak ada lagi Bendahara Barang yang sebelum Reformasi Keuangan Negara keberadaannya masih ada.

PENDAHULUAN

Sebelum lahirnya Reformasi Keuangan Negara, yang ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara dan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor: 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara maka keberadaan Bendahara Barang tersebut yang pada waktu itu dikenal dengan sebutan Bendaharawan Barang masih ada yang berlandaskan pada pasal 77 Indische

Comptabilitaits Wet (ICW) Staatblad 1925 No. 448 selanjutnya diubah dan diundangkan dalam

Lembaran Negara 1954 Nomor 6, 1955 Nomor 49, dan terakhir Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1968. Bendaharawan Barang tersebut tersebar pada beberapa Kementerian Negara/Lembaga, misal

MASIH EKSISKAH SEBENARNYA BENDAHARA BARANG ?

(Suatu koreksi atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara)

Oleh Drs. Herri Waloejo Widyaiswara Pusdiklat KNPK

(2)

2

Kementerian Pertahanan sering dikenal Bendaharawan Materiil yang mengurus Barang Persediaan berupa Peralatan Persenjataan, Bendaharawan Barang pada Kementerian Pekerjaan Umum berupa Barang Persediaan Tidak Habis Dipakai (Contoh Kerangka Jembatan Baja/Balley). Jembatan ini terdiri dari kerangka baja yang dapat dipasang dan dibongkar dalam waktu singkat, oleh karena itu jembatan Balley ini sangat diperlukan dalam keadaan darurat untuk mengganti secara cepat yang digunakan sementara karena jembatan yang lama tersebut runtuh/rusak berat akibat terjangan banjir/bencana alam misal pada waktu tsunami Aceh.

Landasan Hukum Bendaharawan Barang tersebut adalah pasal 77 ICW yang berbunyi : “Bendaharawan adalah orang-orang dan

badan-badan negara yang diserahi tugas penerimaan, penyimpanan, pembayaran, atau penyerahan uang atau kertas-kerja berharga dan barang-barang termaksud diperlukan membuat pertanggungan jawab kepada badan pengawas keuangan mengenai perhitungan pengurusan yang telah dilakukannya. “(Seminar tentang Indonesische Comptabiliteits Wet tanggal 30 Agustus sampai 5 September 1970 di Jakarta Cetakan kedua Penerbit InstitutI lmu Keuangan Departemen Keuangan Jakarta).

Disamping Bendaharawan Barang tersebut diatas pada masa sebelum reformsi juga telah dikenal adanya Bendaharawan Penerima dan Bendaharawan Pengeluaran. Bendaharawan Penerima sering dikenal dengan Bendaharawan Penyetor Tetap yaitu yang mengurus Penerimaan Anggaran Pendapatan Negara, sedangkan Bendaharawan Pengeluran yang mengurus anggaran belanja negara seperti Belanja Gaji, Belanja Proyek, dan Belanja Rutin. Serta Belanja Pensiun.

PERMASALAHAN

Semenjak adanya Reformasi Keuangan Negara berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tersebut diatas, reformasi dibidang Keuangan Negara telah memasuki hampir satu dasawarsa. Namun pada pelaksanaannya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004, hanya Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran serta Bendahara Umum Negara/Daerah yang masih eksis sedangkan untuk Bendaharawan Barang tersebut keberadaannya tidak ada lagi. Apakah sesuai dengan ketentuan

(3)

3

perundang-undangannya memang demikian? Padahal

keberadaan Bendahara Barang tersebut selaku yang mengurus barang persediaan sangat penting.

Pada prinsipnya yang menjadi obyek pengurusan Bendahara Barang adalah Barang Kelas D sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep.225/MK/V/4/1971 tanggal 13 April 1971 pasal 5 yang berbunyi sebagai berikut :

“Barang-Barang Milik Negara/Kekayaan Negara yang termasuk Barang Persediaan adalah

Barang-Barang yang disimpan dalam Gudang, Veem atau ditempat penyimpanan lainnya” (Sumber Buku Masalah Pengurusan Keuangan Negara Jilid I Karangan M.N. Azmy Achir Drs.Keu, Penerbit CV Yulianti Bandung).

Secara teori dapat disampaikan bahwa Bendahara itu terdiri dari Bendahara Uang (Geld

Comptabel) dan Bendahara Barang (Materil Comptabel), Bendahara Uang dibagi menjadi Bendahara

Umum dan Bendahara Khusus, Bendahara Umum dibagi menjadi Bendahara Umum Negara dan Bendahara Umum Daerah, sedangkan Bendahara Khusus dibagi menjadi Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran. Bagaimana dengan kedudukan selanjutnya Bendahara Barang? Kelihatannya terputus sudah, tidak dibicarakan/dibahas dan dijabarkan lagi dalam pasal-pasal selanjutnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 dan peraturan lebih lanjut.

PEMBAHASAN MASALAH

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pada Bab I ketentuan Umum, Bagian Pertama Pengertian Pasal 1 angka 14 dikatakan bahwa Bendahara adalah setiap orang atau badan yang diberi tugas untuk dan atas nama Negara/Daerah, menerima, menyimpan, dan membayar/menyerahkan uang atau surat berharga atau barang-barang Negara/daerah. Kemudian Pasal 1 angka 17 dinyatakan bahwa Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan Negara/Daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan kerja Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah. Selanjutnya pada pasal 1 angka 18 dinyatakan bahwa Bendahara Pengeluaran adalah Orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayar, menatausahakan, dan mempertanggung



Barang-Barang Milik Negara/Kekayaan Negara yang

termasuk Barang-Barang Persediaan adalah Barang-Barang yang disimpan dalam Gudang, Veem atau ditempat

penyimpanan lainnya



(4)

4

jawabkan, uang untuk keperluan Belanja Negara/Daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan kerja Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah.

Pada Pasal 10 diatur bahwa :

1. Bendahara Penerimaan/Pengeluaran diangkat oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/ Bupati/ Walikota untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan/anggaran belanja pada kantor/Satuan Kerja dilingkungan Kementerian Negara Lembaga/Satuan kerja perangkat Daerah.

2. Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional.

3. Bendahara penerimaan/Pengeluaran tidak boleh dirangkap oleh Kuasa Pengguna Anggaran atau Kuasa Bendahara Umum Negara.

4. Bendahara penerimaan/Pengeluaran dilarang melakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung, kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/penjualan tersebut.

Berdasarkan hal tersebut diatas apabila kita hubungkan dengan pengertian dari Bendahara Penerimaan pada pasal 1 angka 17 dan Bendahara Pengeluaran pasal 1 angka 18 adalah sebenarnya tidak lepas dari pengertian bendahara itu sendiri pada pasal 1 angka 14 dimana kedua bendahara tersebut tugas dan fungsinya mengurus masalah uang atau surat berharga, sedangkan yang mengurus barang itu siapa? Semestinya pengurusan barang, dalam hal

menerima, menyimpan, dan menyerahkan dan memelihara barang yang dalam hal ini berupa barang adalah Bendahara Barang yang dalam hal ini tugas dan fungsinya sama seperti pada pasal 10, yang penekanannya hanya pada barang persediaan.

(5)

5

FUNGSI BENDAHARA BARANG (SUMBER DARI BUKU MASALAH

PENGURUSAN KEUANGAN NEGARA JILID I SUATU PENGANTAR TEKNIS KARANGAN M.N. AZMY AKHIR Drs.Keu)

1. Menerima Barang-barang dari Kuasa Pengguna Barang melalui pengadaan Barang dan Jasa;

2. Memelihara Barang-barang tersebut secara teratur dan tertib ditempat-tempat yang disediakan, baik mengenai keamanan maupun dalam hal penjagaan kualitas barang tersebut;

3. Mengeluarkan barang-barang tersebut untuk keperluan instansinya dan mempertanggungjawabkannya;

4. Menatausahakan barang-barang tersebut dalam buku barang dan membuat buku-buku pembantu berdasarkan jenis barang yang ada dalam gudang atau ditempat-tempat yang disediakan.

KESIMPULAN

1. Bendahara barang tersebut masih eksis apabila berlandaskan pada Pasal 1 angka 14 dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang intinya bahwa Bendahara tersebut yang diurus tidak hanya masalah uang/kertas berharga tetapi juga barang. 2. Bendahara barang, tugas dan fungsinya serta kedudukannya sama seperti pada bendahara

penerimaan dan bendahara pengeluaran sebagimana telah diatur dalam pasal 10 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan negara.

3. Oleh karena itu peranan Bendahara Barang tetap eksis dan dapat diakomodasikan dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pada Bagian Ketiga Bendahara Penerimaan/Bendahara Pengeluaran Pasal 10 ayat 1 sampai 5.

4. Apabila kedudukan Bendahara Barang tersebut dapat diakomodir dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 meskipun melalui proses yang panjang, maka dalam rangka peningkatan kompetensinya akan menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Kekayaan Negara dan Pusdiklat Kekayaan Negara dan Perimbangan Keuangan sama seperti halnya Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran untuk meningkatkan kompetensinya menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan.

Bendahara barang tersebut masih eksis apabila berlandaskan pada Pasal 1 angka 14

dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara yang intinya bahwa Bendahara tersebut yang diurus tidak hanya masalah uang/kertas berharga

tetapi juga barang.

(6)

6

.

SUMBER/REFERENSI:

Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan

Negara.

Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang

Perbendaharaan Negara.

Institut Ilmu Keuangan – Dept Keuangan, Seminar Tentang Indonesische Comptabiliteits Wet, Tanggal 30 Agustus sampai 5 September 1970 di Jakarta, Cetakan kedua.

M.N. Azmy Achir, Masalah Pengurusan Keuangan Negara: Suatu Pengantar Teknis jilid I, Bandung, CV. Yulianti, 1975.

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 ayat (5) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Pasal 333 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23

Menimbang bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 ayat (5) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Pasal 333 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23

Berdasarkan data dari Badan Keluarga Berencana dan Perlindungan Ibu dan Anak, pada tahun 2015 terdapat 192 kelompok Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan

Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara Undang-undang Nomor 7 Tahun 2006

Di Provinsi Bengkulu untuk Tahun 2010, data angka kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat (community based data) yang diperoleh melalui studi

makanan tidak sama dengan jumlah radiasi yang dipancarkan pembangkit.. • Dosis ditentukan intensitas dan lama

Paradigma merupakan cara yang mendasar untuk melakukan persepsi, berfikir dan menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu yang khusus tentang

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 37 ayat (1) Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun