• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAMATAN DEBIT AIR SALURAN DRAINASE DAERAH BENANGA SUB DAS KARANG MUMUS KECAMATAN SAMARINDA UTARA. Oleh : BENNET ADHITYA RAMDHAN NIM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGAMATAN DEBIT AIR SALURAN DRAINASE DAERAH BENANGA SUB DAS KARANG MUMUS KECAMATAN SAMARINDA UTARA. Oleh : BENNET ADHITYA RAMDHAN NIM."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAMATAN DEBIT AIR SALURAN DRAINASE DAERAH

BENANGA SUB DAS KARANG MUMUS KECAMATAN

SAMARINDA UTARA

Oleh :

BENNET ADHITYA RAMDHAN

NIM. 100500154

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

S A M A R I N D A

2013

(2)

ii

PENGAMATAN DEBIT AIR SALURAN DRAINASE DAERAH

BENANGA SUB DAS KARANG MUMUS KECAMATAN

SAMARINDA UTARA

Oleh :

BENNET ADHITYA RAMADHAN

NIM. 100500154

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

S A M A R I N D A

2013

(3)

PENGAMATAN DEBIT AIR SALURAN DRAINASE DAERAH

BENANGA SUB DAS KARANG MUMUS KECAMATAN

SAMARINDA UTARA

Oleh :

BENNET ADHITYA RAMADHAN

NIM. 100500154

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

S A M A R I N D A

2013

(4)

iv Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Ir. Hasanudin, MP NIP.19630805 198903 1 005 Menyetujui,

Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan

Ir. Dadang Suprapto, MP NIP.19620101 198803 1 003

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Ilmiah : Pengamatan Debit Air Saluran Drainase Daerah Benanga Sub Das Karang Mumus Kecamatan

Samarinda Utara.

Nama : Bennet Adhitya Ramadhan

NIM : 100500154

Program Studi : Manajemen Lingkungan

Jurusan : Manajemen Pertanian

Lulus ujian pada tanggal : ... Pembimbing,

Ir.Dadang Suprapto, MP NIP. 196201011988031003

Penguji II, Penguji I,

(5)

ABSTRAK

BENNET ADHITYA R. Pengamatan Debit Air Saluran Drainase Daerah Benanga

Sub Das Karang Mumus Kecamatan Samarinda Utara(di bawah bimbingan Dadang Suprapto).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui debit air saluran drainase daerah benanga wilayah sub Das Karang Mumus di daerah Benanga di Kecamatan Samarinda Utara.

Penelitian ini telah dilaksanakan di saluran Drainase daerah Benanga suatu wilayah Sub Das Samarinda Utara. Waktu penelitian kurang lebih 2 bulan termasuk orientasi lapangan, persiapan alat dan bahan, pengelolaan data dan penyusunan karya ilmiah.

Tidak ada hujan, normal maka kecepatan debit normal karena tidak ada hujan.

Sesudah hujan, ketika tingkat presipitasinya naik debit air pun akan naik.hujan menyebabkan peningkatan volume air. Jika terjadi hujan dengan intensitas relatif besar atau kejadian hujan dengan durasi yang panjang dan telah melampaui kapasitas infiltrasi maka akan menghasilkan debit yang akan besar.

Kata kunci: Debit Air, Salur Drainase, Daerah Benanga Sub Das Karang Mumus

(6)

vi

RIWAYAT HIDUP

Bennet Adhitya R, lahir pada tanggal 8 Maret 1992 di

Kota Samarinda, Kalimantan Timur, merupakan putra ketiga dari pasangan suami istri Bapak Hamidan dan Arbiana.

Tahun 1997 memulai pendidikannya di TK Gelatik, selanjutnya pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar Negeri 028 Samarinda, Kecamatan Samarinda Ilir, Kabupaten Samarinda pada tahun 1998 dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 melanjutkan pendidikan menengah pertamanya di SMP Negeri 17 Samarinda dan lulus pada tahun 2007. Pendidikan menengah atasnya dimulai di SMA Negeri 11 Samarinda pada tahun 2007 dan lulus pada tahun 2010.

Pendidikan tingginya dimulai pada tahun 2010 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian pada Program Studi Manajemen Lingkungan. Selama menempuh pendidikan tinggi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, ia telah mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) selama kurang lebih dua bulan terhitung sejak tanggal 4 Maret sampai 3 Mei 2013 di CV. Arjuna Coal Sites,

Penulis menyusun Karya Ilmiah yang berjudul pengamatan debit air saluran drainase daerah benanga sub das karang mumus kecamatan samarinda utara.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, karena hanya Dialah zat yang pantas dipuji, Rabb semesta alam, Dialah maha pencipta, maha melihat dan maha pemberi rezeki. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada pimpinan Nabi dan Rasul, Nabi Muhammad SAW yang diutus oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi semesta alam. Atas ijin-Nya pula karya ilmiah ini dapat diselesaikan oleh penulis dengan judul pengamatan debit air saluran drainase daerah benanga sub das karang mumus kecamatan samarinda utara.

Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis selama Dua bulan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh sebutan Ahli Madya Manajemen Lingkungan pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP. , selaku Dosen Pembimbing. 2. selaku Penguji I

3. selaku Penguji II

4. Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP., selaku Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan.

5. Bapak Ir. Hasanudin, MP., selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian. 6. Bapak Ir. Wartomo, MP., selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri

Samarinda.

7. Bapak Fachruddin Azwari ST., MSi selaku Kepala Laboratorium Laboratorium Kualitas Udara dan Cuaca, Program Studi Manajemen Lingkungan.

8. Seluruh dosen dan staf pengajar di Program Studi Manajemen Lingkungan Jurusan Manajemen Pertanian.

9. Bapak dan Mamak serta untuk do’anya dan telah memberikan dukungan baik materi maupun moril kepada penulis.

10. Seluruh rekan-rekan mahasiswa /mahasiswi angkatan 2010 yang telah banyak membantu penulis dalam Karya Ilmiah.

Penulis menyadari bahwa apa yang telah tersusun ini masih banyak terdapat kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan saran yang bersifat

(8)

viii

membangun dari para pembaca demi lebih baiknya karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca sehingga dapat memberikan wawasan tambahan bagi para pembaca.

Penulis Sei Keledang, Juli 2013.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. Tinjauan Umum Tentang Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus Asap Cair... 3

B. Tinjauan Umum mengenai Debit air ... 4

C. Pengukuran Debit Air dengan menggunakan Metode Embodys Float ... 6

BAB III. METODE PENELITIAN ... 7

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 7

B. Alat dan Bahan Penelitian ... 7

C. Prosedur Kerja Penelitian ... 7

D. Analisa Data ... 11

BAB IV. HASIL DAN PEMBAH ASAN ... 12

A. Hasil ... 12

B. Pembahasan ... 13

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 15

A. Kesimpulan ... 15

B. Saran ... 15

DAFTAR PUSTAKA ... 16

(10)

x

DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Hasil Pengukuran Kecepatan Arus Rata-rata Selama

Pengamatan………. 12

2. Hasil Pengukuran Luas Penampang Basah Total .. .………...…….. 12 3. Hasil Pengukuran Debit Air dan Nilai Standar Deviasinya Selama

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Halaman

1. Meteran untuk panjang saluran drainase dan kedalaman

draina…………..……..……… 18

2. Alat tulis di gunakan untuk mencatat hasil pengamatan di lapangan…………..……… ………. 18

3. Bola ping pong di gunakan untuk mengukur kecepatan arus …….. 19

4. Patok kayu untuk mengetahui kedalaman air ……….… 19

5. Stopwatch untuk mengukur kecepatan debit air ………. 19

6. Mungukur lebar saluran drainase ………. 20

7. Mengukur jarak patok tiap per patok kayu ……… 20

8. Mengukur kedalaman tiap masing masing patok kayu ……….. 20

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat dipandang sebagai sistem alami yang menjadi tempat berlangsungnya proses-proses biofisik hidrologis maupun kegiatan sosial-ekonomi dan budaya masyarakat yang kompleks. Proses-proses biofisik hidrologis DAS merupakan proses alami sebagai bagian dari suatu daur hidrologi atau yang dikenal sebagai siklus air. Sedang kegiatan sosial-ekonomi dan budaya masyarakat merupakan bentuk intervensi manusia terhadap sistem alami DAS, seperti pengembangan lahan kawasan budidaya. Hal ini tidak lepas dari semakin meningkatnya tuntutan atas sumberdaya alam (air, tanah, dan hutan) yang disebabkan meningkatnya pertumbuhan penduduk yang membawa akibat pada perubahan kondisi tata air DAS (Anonim, 2009a).

Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali mengarah pada kondisi yang kurang diinginkan, yaitu peningkatan erosi dan sedimentasi, penurunan produktivitas lahan, dan percepatan degradasi lahan. Hasil akhir perubahan ini tidak hanya berdampak nyata secara biofisik berupa peningkatan luas lahan kritis dan penurunan daya dukung lahan, namun juga secara sosial ekonomi menyebabkan masyarakat menjadi semakin kehilangan kemampuan untuk berusaha dilahannya. Oleh karena itu, peningkatan fungsi kawasan budidaya memerlukan perencanaan terpadu agar beberapa tujuan dan sasaran pengelolaan DAS tercapai, seperti : erosi tanah terkendali, hasil air optimal, dan produktifitas dan daya dukung lahan terjaga. Dengan demikian degradasi lahan dapat terkendali dan kesejahteraan masyarakat dapat terjamin (Anonim, 2009b).

(13)

Salah satu Indikator kualitas DAS adalah fluktuasi aliran permukaan yang tidak terlalu tinggi. Hal ini bisa di lihat dengan pengukuran debit air di waktu hujan dan ketika hari terang (Hartono, 2006).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui debit air saluran drainase Daerah Benanga sub das Karang Mumus Kecamatan Samarinda Utara.

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai bagaimana cara dalam pengukuran debit air dan dari kegunaan pengukuran debit air, serta dapat mengetahui konstanta perairan dan menghitung debit air tersebut dengan menggunakan rumus.

(14)

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus

Sub DAS bagian dari DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya

melalui anak sungai ke sungai uatama. Setiap DAS terbagi habis ke dalam Sub DAS-Sub DAS. Sub DAS suatu wilayah kesatuan ekosistem yang terbentuk secara alamiah, air hujan meresap atau mengalir melalui cabang aliran sungai yang membentuk bagian wilayah DAS. Sub-sub DAS suatu wilayah kesatuan ekosistem yang terbentuk secara alamiah, dimana air hujan meresap atau mengalir melalui ranting aliran sungai yang membentuk bagian dari Sub DAS

(Anonim, 2008).

Samarinda adalah salah satu kota sekaligus merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan Timur. Seluruh wilayah kota ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Kartanegara. Dengan Sungai Mahakam yang membelah di tengah Kota Samarinda, yang menjadi gerbang menuju pedalaman Kalimantan Timur. Kota ini memiliki luas wilayah 718 kilometer persegi dan berpenduduk 726.223 juta jiwa menjadikan kota ini berpenduduk terbesar di seluruh Kalimantan Timur.

Secara geografis, wilayah Sub DAS Karang Mumus terletak pada koordinat antara 0°17’30” - 0°30’00” LS dan 117°06’00” - 117°22’00” BT. Berdasarkan peta Administrasi dan peta Topografi dengan skala 1:50.000, luas Sub DAS Karang Mumus 31.475 hektar. Panjang sungai Karang Mumus adalah 42 Km, dengan pemanfaatan tergantung kebutuhan individu atau kebanyakan.

DAS Karang Mumus merupakan prioritas urutan pertama DAS kritis di Kaltim. BPDAS Mahakam Berau (2004) menyatakan, luas lahan kritis di Kota

(15)

Samarinda mencapai 32.705 ha, sedangkan yang potensial kritis mencapai luasan 9.141 ha. Luas lahan kritis tersebut yang terluas berada pada kawasan Samarinda Utara (9.106 ha) yang merupakan kawasan DAS Karang Mumus

(Anonim, 2007).

Gambar. 01 Peta Sub DAS karang Mumus Samarinda

B. Tinjauan Umum mengenai Debit air

Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3 – 1,4 milyard km3 air, 97,5 % adalah air laut, 1,75 % berbentuk es dan 0,73 % berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah, dan sebagainya. Hanya 0,001 % berbentuk uap di

(16)

5

udara. Air di bumi ini mengulangi terus-menerus sirkulasi, prosipitasi, dan pengaliran keluar (out flow). Air menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan. Sesudah melalui beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke permukaan laut atau daratan.sebelum tiba ke permukaan bumi sebagian langsung menguap ke udara dan sebagian tiba ke permukaan bumi. Tidak semua bagian hujan yang jatuh ke permukaan bumi mencapai permukaan tanah. Sebagian akan tertahan tumbuh-tumbuhan dimana sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau mengalir melalui dahan-dahan ke permukaan tanah.

Debit air adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu (sungai/saluran/mata air) per satuan waktu (ltr/dtk, m3/dtk, dm3/dtk). Pemilihan lokasi pengukuran debit air dapat dilakukan di bagian sungai yang relatif lurus, jauh dari pertemuan cabang sungai, tidak ada tumbuhan air, aliran tidak turbulen, dan aliran tidak melimpah melewati tebing sungai. (Sosrodarsono, 2006).

Menurut Asdak (2007), debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai persatuan waktu.

Data debit atau aliran sungai merupakan informasi yang paling penting bagi pengelola sumberdaya air. Debit puncak (banjir) diperlukan untuk merancang bangunan pengendali banjir. Sementara data debit aliran kecil diperlukan untuk perencanaan lokasi (pemanfaatan) air untuk berbagai macam keperluan, terutama pada musim kemarau panjang. Debit aliran rata-rata tahunan dapat memberikan gambaran potensi sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan dari suatu daerah aliran sungai.

Sebagian besar debit aliran pada saluran drainase yang masih alamiah adalah debit aliran yang berasal dari air tanah atau mata air dan debit aliran air

(17)

permukaan (air hujan). Dengan demikian aliran air pada sungai kecil pada umumnya lebih menggambarkan kondisi hujan daerah yang bersangkutan.

C. Pengukuran Debit Air dengan menggunakan Metode Embodys Float

Kecepatan aliran saluran drainase pada satu penampang saluran tidak sama. Kecepatan aliran selokan ditentukan oleh bentuk aliran, geometri saluran dan faktor-faktor lainnya. Kecepatan aliran selokan diperoleh dari rata-rata kecepatan aliran pada tiap bagian penampang selokan tersebut. Namun apabila alat tersebut tidak tersedia, kecepatan aliran dapat diukur dengan metode Embodys Float .

Embodys Float Method adalah suatu cara pengukuran debit air sederhana dengan menggunakan pelampung berupa bola plastik/bola pingpong untuk mengetahui laju aliran air suatu permukaan perairan (Anonim, 2005).

Menurut Anonim (2005) ntuk menggunakan metode Embodys Float beberapa syarat perairan yang harus dipenuhi yaitu:

a. Jauh dari pertemuan cabang perairan. b. Tidak turbulen.

c. Perairan relatif lurus d. Tidak ada tumbuhan air

(18)

7

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di saluran Drainase Sub DAS Sungai Karang Mumus daerah Benanga Samarinda Utara. waktu penelitian kurang lebih 2 bulan termasuk orientasi lapangan, persiapan alat dan bahan, pengelolaan data dan penyusunan karya ilmiah.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan ini terdiri dari : a. Bola ping-pong, digunakan untu mengukur kecepatan arus

b. Meteran/tali ukur, digunakan untuk mengukur panjang saluran drainase dan kedalaman drainase

c. Patok kayu (jarlon) sebanyak 3 buah untuk mengetahui tinggi air. d. Stopwatch, menghitung kecepatan aliran pada masing-masing titik

e. Kalkulator, digunakan untuk mengelola data hasil pengamatan di lapangan.

f. Alat tulis menulis. digunakan untuk mencatat data-data hasil pengukuran debit air

g. Kamera digital, digunakan untuk dokumentasi.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Orentasi lapangan: Orentasi lapangan ini dilakukan untuk mengetahuai keadaan tempat penelitian yakni saluran drainase Sub DAS Karang Mumus daerah Benanga, Samarinda Utara

(19)

2. Persiapan alat penelitian: Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan selama kegiatan pengamatan dilapangan

3. Persiapan pengukuran debit air

Sebelum mengadakan pengukuran, pemilihan lokasi merupakan hal penting yang harus diperhatikan, karena kesesuaian lokasi akan berpengaruh terhadap akurasi hasil pengukuran. Kriteria lokasi yang ideal untuk melakukan pengukuran dengan metode Embodys Float telah dijelaskan diatas.

4. Pengukuran debit air

Seperti halnya kedalaman air permukaan, kecepatan aliran permukaan juga diambil tiga titik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini :

l1 l2 l3

V1 V2 V3

d1 d2 d3

Keterangan :

11,12,13, = Lebar masing-masing seksi (m)

V1,V2,V3, = Kecepatan arus masing-masing seksi (m/detik) d1,d2,d3 = Kedalaman masing-masing seksi (m)

Gambar 4. Rancangan pembagian luas penampang dan letak pengukuran kecepatan arus.

Untuk mengukur kecepatan aliran air permukaan digunakan bola pimpong sebagai benda apung. Sungai dibagi menjadi tiga bagian yaitu tepi kanan, tengah, dan tepi kiri. Kemudian pelampung dilarutkan pada masing-masing bagian. Dengan jarak 20 meter. Waktu mengalir air

(20)

9

pelampung di ukur dengan jam. Untuk mengetahui kecepatan arus sungai, panjang sungai tidak ada ketentuan harus 20 meter atau 50 meter. Yang ada menurut Gordon et al (1992) dalam ASDAK (2007) menyebutkan dalam metoda benda apung yang diperhatikan hanya jarak antara dua titik sekurang-kurangnya memberikan waktu 20 detik..

Adapun prosedur pengukuran debit air sungai dilakukan sebagai berikut :

a. Pengukuran Curah Hujan b. Pengukuran Kecepatan Arus c. Pengukuran luas penampang

1) Mengukur kedalaman secara lengkap dengan papan duga (d1,d2,d3).

2) Mengukur lebar sungai pada masing-masing seksi (11,22,33), kemudian dirata-ratakan, dan dicatat sebagai lebar sungai. Sehingga luas penampang sungai dapat diperhitungkan dengan rumus :

A = d1 x 11 + d2 x 12 + d3 x 13………di x In

Dimana :

A = Total luas penempang basah dari masing-masing seksi (m2) di…n= Kedalaman air sungai ke – i (m)

Li…n= Lebar penampang bagian seksi ke – i (m) 5. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan penulis untuk memproses data yang diperoleh meliputi kegiatan peninjauan, pengamatan dan pengukuran serta pengambilan data dan informasi melalui pengamatan langsung

(21)

dilapangan. Untuk data hasil pengamatan dapat di aplikasikan dalam tabel berikut :

A. Pengukuran Debit Sungai

Tabel 1. Hasil Pengukuran Kecepatan Arus Rata-rata Selama Pengamatan.

Tanggal

Waktu Tempuh

Pelampung Kecepatan Arus

Kecepatan Arus

(detik) (m/detik) Rata-rata

A B C A B C (m/detik)

Tabel 2. Hasil Pengukuran Luas Penampang Basah Total

Tanggal Lebar (m) Kedalaman (m) Luas Penampang (m2) Luas Penampang A B C A B C A B C Total (m2)

Tabel 3. Hasil Pengukuran Debit Air dan Nilai Standar Deviasinya Selama Pengamatan

Tanggal Curah Luas

Kecepatan Arus Faktor Sungai Debit Air

Hujan Penampang Rata-rata Alami (m3/dtk)

(mm) Total (m2) (m/dtk)

0,75 0,75

6. Penulisan Karya Ilmiah

Semua data hasil kegiatan penelitian yang sudah diperoleh untuk selanjutnya penulis tuangkan dalam bentuk Karya Ilmiah.

(22)

11

A. Analisa Data

Setelah diperoleh data-data mengenai lebar drainase, ketinggian air dan laju aliran, maka dapat menghitung debit air dengan menggunakan rumus

(Asdak, C. 1995) :

Q = A.V.K Dimana :

Q = Debit aliran sungai (m3/dtk)

A = Luas penampang basah sungai/saluran drainase V = Kecepatan arus sungai (m/dtk)

K = Konstanta kecepatan arus sungai

Melihat konstanta air jika berpasir maka konstanta air 0,8 dan jika berlumpur konstanta air 0.9

(23)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil Pengukuran Kecepatan Arus Rata-rata Selama Pengamatan yang dilakukan di aliran sungai dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.

Hasil Pengukuran Kecepatan Arus Rata-rata Selama Pengamatan .

Tanggal Kondisi Keadaan

Curah Luas Kecepatan Arus Sungai Faktor Debit Air Hujan Penampang Rata-rata Alami (m3/dtk)

(mm) Total (m2) (mdtk) 1/7/2013 Sesudah hujan 23,5 1,87 0,20 0,9 0,34 2/7/2013 Sesudah hujan 23,5 1,87 0,25 0,9 0,42 3/7/2013 Tidak ada hujan 0 1,87 0,20 0,9 0,34 4/7/2013 Sesudah hujan 0 1,87 0,20 0,9 0,34 5/7/2013 Sesudah hujan 23,5 1,87 0,24 0,9 0,40 6/7/2013 Sesudah hujan 23,5 1,87 0,26 0,9 0,44 7/7/2013 Sesudah hujan 23,5 1,87 0,20 0,9 0,34 8/7/2013 Sesudah hujan 23,5 1,87 0,20 0,9 0,34 9/7/2013 Sesudah hujan 23,5 1,87 0,21 0,9 0,35 10/7/2013 Sesudah hujan 23,5 1,87 0,20 0,9 0,34 11/7/2013 Sesudah hujan 51 1,87 0,28 0,9 0,47 12/7/2013 Sesudah hujan 51 1,87 0,26 0,9 0,44 13/7/2013 Tidak ada hujan 0 1,87 0,19 0,9 0,32 14/7/2013 Sesudah hujan 51 1,87 0,27 0,9 0,45 15/7/2013 Sesudah hujan 51 1,87 0,20 0,9 0,34 16/7/2013 Sesudah hujan 51 1,87 0,20 0,9 0,34

(24)

13

Tabel 4 (Lanjutan) 17/7/2013 Sesudah hujan 51 1,87 0,20 0,9 0,34 18/7/2013 Tidak ada hujan 0 1,87 0,20 0,9 0,34 19/7/2013 Sesudah hujan 51 1,87 0,20 0,9 0,34 20/7/2013 Tidak ada hujan 0 1,87 0,20 0,9 0,34 21/7/2013 Tidak ada hujan 0 1,87 0,19 0,9 0,32 22/7/2013 Tidak ada hujan 0 1,87 0,29 0,9 0,49 23/7/2013 Tidak ada hujan 0 1,87 0,29 0,9 0,49 24/7/2013 Sesudah hujan 25,3 1,87 0,27 0,9 0,45 25/7/2013 Tidak ada hujan 0 1,87 0,20 0,9 0,34 26/7/2013 Sesudah hujan 25,3 1,87 0,20 0,9 0,34 27/7/2013 Tidak ada hujan 0 1,87 0,20 0,9 0,34 28/7/2013 Tidak ada hujan 0 1,87 0,21 0,9 0,35 29/7/2013 Tidak ada hujan 0 1,87 0,21 0,9 0,35 30/7/2013 Tidak ada hujan 0 1,87 0,23 0,9 0,39

Nilai hasil perhitungan debit air 0.37 m3/dtk

Dari hasil pengukuran debit air di areal Benanga daerah lempake, Kecamatan Samarinda Utara pada tabel 4. dapat dibuat grafik hasil perhitungan yang tercantum pada gambar 1 sebagai berikut:

(25)

Gambar 1. Grafik Hasil Perhitungan

B. Pembahasan

Hasil pengamatan debit air di areal Benanga daerah lempake, Kecamatan Samarinda Utara adalah 0,37 m3/dtk. Pengukuran debit air dilakukan dengan perbedaan tidak ada hujan dan sesudah hujan. Kedua jenis pengukuran pengamatan debit air ini bisa di bedakan.

Debit aliran adalah laju aliran air yang melewati suatu penampang melintas pada anak sungai. Dari kedua debit aliran tersebut dapat dibedakan:

1. Debit air saat tidak ada hujan pada tanggal : a. 3/7/2013 debit air sebesar: 0,34 m3/detik.

b. 13/7/2013 debit air sebesar: 0,34 m³/detik.

c. 18/7/2013 debit air sebesar: 0,34 m³/detik.

d. 20/7/2013 debit air sebesar 0,34 m3/detik.

e. 21/7/2013 debit air sebesar 0,34 m3/detik.

f. 22/7/2013 debit air sebesar 0,34 m3/detik

0,35 0,37 0,39 0,41 0,43 0,45 0,47 0,49 sesudah hujan tidak ada hujan

(26)

15

g. 23/7/2013 debit air sebesar 0,32 m3/detik.

h. 25/7/2013 debit air sebesar 0,34 m3/detik.

i. 27/7/2013 debit air sebesar 0,34 m3/detik.

j. 28/7/2013 debit air sebesar 0,35 m3/detik.

k. 29/7/2013 debit air sebesar 0,35 m3/detik.

l. 30/7/2013 debit air sebesar 0,39 m3/detik

2. Debit air sesudah hujan pada tanggal : a. 1/7/2013 debit air sebasar 0,34 m³/detik

b. 2/7/2013 debit air sebasar 0,42 m³/detik

c. 4/7/2013 debit air sebesar 0,34 m³/detik

d. 5/7/2013 debit air sebesar 0,40 m³/detik

e. 6/7/2013 debit air sebesar 0,44 m³/detik

f. 7/7/2013 debit air sebesar 0,35 m³/detik

g. 8/7/2013 debit air sebesar 0,34 m³/detik

h. 9/7/2013 debit air sebesar 0,35 m³/detik

i. 10/7/2013 debit air sebesar 0,34 m³/detik

j. 11/7/2013 debit air sebesar 0,47 m³/detik

k. 12/7/2013 debit air sebesar 0,44 m³/detik

l. 14/7/2013 debit air sebesar 0,45 m³/detik

m. 15/7/2013 debit air sebesar 0,34 m³/detik

n. 16/7/2013 debit air sebesar 0,34 m³/detik

o. 17/7/2013 debit air sebesar 0,35 m³/detik

p. 19/7/2013 debit air sebesar 0,34 m³/detik

q. 24/7/2013 debit air sebesar 0,45 m³/detik

(27)

Debit air pada hari tidak ada hujan rata-rata sebesar 0,34 m³/detik pada sesudah hujan dengan rata-rata debit air sebesar 0,439 m³/detik dan. Debit air sungai adalah tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat ukur pemukaan air sungai. Pengukuran debit air dilakukan tiap hari, atau dengan pengertian yang lain debit atau aliran sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu (Anonim,2009).

(28)

17

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan debit air di Benanga daerah Lempake Kecamatan Samarinda Utara dari pembahasan dapat di ambil suatau kesimpulan adalah sebagai berikut:

1. Tidak ada hujan, ketika presipitasinya normal maka kecepatan debit normal karena tidak ada hujan.

2. Sesudah hujan, ketika tingkat presipitasinya naik debit air pun akan naik.hujan menyebabkan peningkatan volume air. Jika terjadi hujan dengan intensitas relatif besar atau kejadian hujan dengan durasi yang panjang dan telah melampaui kapasitas infiltrasi maka akan menghasilkan debit yang akan besar.

B. Saran

1. Perlu adanya pengamatan lanjutan tentang pengamatan debit air yang lainya di Benanga Daerah Lempake Samarinda Utara sehingga dapat memberikan

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Metode Pengukuran Arus Air.

http://www.nature.com/cara-cara-mengukur-laju-aliran-air.html diakses pada tanggal 24 Januari 2013

Anonim. 2007. Pengelolaan DAS Karang Mumus Kota Samarinda.

http://timpakul.web.id/karangmumus-2.html. Diakses pada tanggal 13 Januari 2012.

Anonim. 2008. Pengertian Sub DAS.

http://www.google.com/pengertian-sub-daerah-alian-sungai.html diakses pada tanggal 23 Januari 2013

Anonim. 2009a. Daerah Aliran Sungai. http://www.google.com/DAS.html diakses

pada tanggal 24 Januari 2013

Anonim. 2009b. Kondisi Hidrologi DAS.

http://blogspot.com/kondisi-hidrologi-DAS.html diakses pada tanggal 24 Januari 2013

ASDAK. 2007. Hidrologi dan pengelolaan daerah aliran sungai. Gadjah Mada

University press. Yogyakarta.

Hartono. 2008 . Indikator Kualitas DAS. Gagasmedia. Jakarta

(30)

17

Gambar 2. Meteran untuk panjang saluran drainase dan kedalaman drainase

Gambar 3. Alat tulis di gunakan untuk mencatat hasil pengamatan di lapangan

(31)

Gambar 4. Bola ping pong di gunakan

untuk mengukur kecepatan arus

Gambar 5. patok kayu untuk mengetahui

kedalaman air

(32)

19

Gambar 7. Mungukur lebar saluran drainase

Gambar 9. Mengukur kedalaman tiap masing masing patok kayu

Gambar 8. Mengukur jarak patok tiap

(33)
(34)

21

Gambar. 1 Tabel perhitungan Percepatan Arus.

Tanggal

Kondisi Keadaan

Jarak Waktu Tempuh Pelampung (detik) Kecepatan Arus (m/detik) Kecepatan Arus Rata-rata tempuh (m) A B C A B C (m/detik) 1/7/2013 Sesudah hujan 5 18.58 29.93 31.8 0.27 0.17 0.16 0.20 2/7/2013 sesudah hujan 5 16.65 20.12 25.21 0.30 0.25 0.20 0.25 3/7/2013 Tidak ada hujan 5 18.32 28.45 30.8 0.27 0.18 0.16 0.20 4/7/2013 Sesudah hujan 5 19.01 29.33 31.6 0.26 0.17 0.16 0.20 5/7/2013 Sesudah hujan 5 15.98 24.5 24.5 0.31 0.20 0.20 0.24 6/7/2013 sesudah hujan 5 15.51 20.21 23.51 0.32 0.25 0.21 0.26 7/7/2013 Sesudah hujan 5 19.21 28.91 31.21 0.26 0.17 0.16 0.20

8/7/2013 Tidak ada hujan 5 19.41 26.11 31.1 0.26 0.19 0.16 0.20

9/7/2013 Sesudah hujan 5 18.51 26.21 30.2 0.27 0.19 0.17 0.21 10/7/2013 Sesudah hujan 5 20.1 25.31 31.11 0.25 0.20 0.16 0.20 11/7/2013 sesudah hujan 5 14.21 19.21 23.41 0.35 0.26 0.21 0.28 12/7/2013 sesudah hujan 5 15.2 21.21 24.51 0.33 0.24 0.20 0.26 13/7/2013 Tidak ada hujan 5 20.1 28.21 31.51 0.25 0.18 0.16 0.19 14/7/2013 sesudah hujan 5 14.21 19.31 24.51 0.35 0.26 0.20 0.27 15/7/2013 sesudah hujan 5 14.25 19.5 23.1 0.35 0.26 0.22 0.27 16/7/2013 Sesudah hujan 5 19.51 25.21 31.5 0.26 0.20 0.16 0.20 17/7/2013 Sesudah hujan 5 19.71 26.2 33.2 0.25 0.19 0.15 0.20

18/7/2013 Tidak ada hujan 5 19.51 25.31 33.21 0.26 0.20 0.15 0.20

19/7/2013 Sesudah hujan 5 18.53 26.3 34.1 0.27 0.19 0.15 0.20

20/7/2013 Tidak ada hujan 5 18.21 26.36 34.15 0.27 0.19 0.15 0.20

21/7/2013

Tidak ada

hujan 5 19.1 27.21 36.5 0.26 0.18 0.14 0.19

(35)

23/7/2013 Tidak ada hujan 5 13.5 18.25 23.5 0.37 0.27 0.21 0.29 24/7/2013

sesudah

hujan 5 14.21 20.51 22.35 0.35 0.24 0.22 0.27

25/7/2013 Tidak ada hujan 5 20.19 27.51 31.19 0.25 0.18 0.16 0.20

26/7/2013

Sesudah

hujan 5 19.29 25.51 33.2 0.26 0.20 0.15 0.20

27/7/2013 Tidak ada hujan 5 19.4 25.55 35.1 0.26 0.20 0.14 0.20

28/7/2013 Tidak ada hujan 5 18.31 21.5 37.1 0.27 0.23 0.13 0.21

29/7/2013 Tidak ada hujan 5 19.51 21.43 35.2 0.26 0.23 0.14 0.21

30/7/2013 Tidak ada hujan 5 18.21 20.43 30.51 0.27 0.24 0.16 0.23

Gambar

Tabel 1.  Hasil Pengukuran Kecepatan Arus Rata-rata Selama Pengamatan.
Tabel 4. Hasil Pengukuran Kecepatan Arus Rata-rata Selama Pengamatan .
Gambar 1. Grafik Hasil Perhitungan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uji regresi linier ganda menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa tentang cara mengajar dosen dan lingkungan belajar berpengaruh positif terhadap motivasi

Hasil dari penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Khan dkk (2016) menemukan bahwa pelatihan berhubungan positif dan singinfikan terhadap kinerja

Pada perhitungan optimasi, tekanan optimum separator adalah sebesar 10.2 bar menghasilkan daya output turbin maksimal sebesar 131.54 MW dan efisiensi

(2010) yang menyatakan bahwa bank yang lebih fokus pada kegiatan utamanya atau dengan kata lain less diversified memiliki kinerja yang lebih baik karena memiliki

Pada tanggal 2 s/d 7 Pebruari 2010 Komisi I Bidang Pemerintahan dan Hukum DPRD Provinsi Sumatera Barat melaksanakan Kunjungan Kerja Study Komperatif ke Provinsi Bali dan DKI

Kandou Manado dalam kurun waktu 1 tahun, yaitu dari 1 Januari 2012 sampai 31 Desember 2012, terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan diantaranya adalah didapatkan

Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan pemilihan Perguruan Tinggi Swasta adalah kualitas pengajar, prospek lulusan, pilihan jurusan yang beragam dan tersedia, fasilitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang keuangan, khusunya mengenai perbedaan kinerja saham suatu