PENGAMATAN DEBIT AIR SALURAN DRAINASE DAERAH
BENANGA SUB DAS KARANG MUMUS KECAMATAN
SAMARINDA UTARA
Oleh :
BENNET ADHITYA RAMDHAN
NIM. 100500154
PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
S A M A R I N D A
2013
ii
PENGAMATAN DEBIT AIR SALURAN DRAINASE DAERAH
BENANGA SUB DAS KARANG MUMUS KECAMATAN
SAMARINDA UTARA
Oleh :
BENNET ADHITYA RAMADHAN
NIM. 100500154
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
S A M A R I N D A
2013
PENGAMATAN DEBIT AIR SALURAN DRAINASE DAERAH
BENANGA SUB DAS KARANG MUMUS KECAMATAN
SAMARINDA UTARA
Oleh :
BENNET ADHITYA RAMADHAN
NIM. 100500154
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
S A M A R I N D A
2013
iv Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Ir. Hasanudin, MP NIP.19630805 198903 1 005 Menyetujui,
Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan
Ir. Dadang Suprapto, MP NIP.19620101 198803 1 003
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah : Pengamatan Debit Air Saluran Drainase Daerah Benanga Sub Das Karang Mumus Kecamatan
Samarinda Utara.
Nama : Bennet Adhitya Ramadhan
NIM : 100500154
Program Studi : Manajemen Lingkungan
Jurusan : Manajemen Pertanian
Lulus ujian pada tanggal : ... Pembimbing,
Ir.Dadang Suprapto, MP NIP. 196201011988031003
Penguji II, Penguji I,
ABSTRAK
BENNET ADHITYA R. Pengamatan Debit Air Saluran Drainase Daerah Benanga
Sub Das Karang Mumus Kecamatan Samarinda Utara(di bawah bimbingan Dadang Suprapto).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui debit air saluran drainase daerah benanga wilayah sub Das Karang Mumus di daerah Benanga di Kecamatan Samarinda Utara.
Penelitian ini telah dilaksanakan di saluran Drainase daerah Benanga suatu wilayah Sub Das Samarinda Utara. Waktu penelitian kurang lebih 2 bulan termasuk orientasi lapangan, persiapan alat dan bahan, pengelolaan data dan penyusunan karya ilmiah.
Tidak ada hujan, normal maka kecepatan debit normal karena tidak ada hujan.
Sesudah hujan, ketika tingkat presipitasinya naik debit air pun akan naik.hujan menyebabkan peningkatan volume air. Jika terjadi hujan dengan intensitas relatif besar atau kejadian hujan dengan durasi yang panjang dan telah melampaui kapasitas infiltrasi maka akan menghasilkan debit yang akan besar.
Kata kunci: Debit Air, Salur Drainase, Daerah Benanga Sub Das Karang Mumus
vi
RIWAYAT HIDUP
Bennet Adhitya R, lahir pada tanggal 8 Maret 1992 di
Kota Samarinda, Kalimantan Timur, merupakan putra ketiga dari pasangan suami istri Bapak Hamidan dan Arbiana.
Tahun 1997 memulai pendidikannya di TK Gelatik, selanjutnya pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar Negeri 028 Samarinda, Kecamatan Samarinda Ilir, Kabupaten Samarinda pada tahun 1998 dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 melanjutkan pendidikan menengah pertamanya di SMP Negeri 17 Samarinda dan lulus pada tahun 2007. Pendidikan menengah atasnya dimulai di SMA Negeri 11 Samarinda pada tahun 2007 dan lulus pada tahun 2010.
Pendidikan tingginya dimulai pada tahun 2010 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian pada Program Studi Manajemen Lingkungan. Selama menempuh pendidikan tinggi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, ia telah mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) selama kurang lebih dua bulan terhitung sejak tanggal 4 Maret sampai 3 Mei 2013 di CV. Arjuna Coal Sites,
Penulis menyusun Karya Ilmiah yang berjudul pengamatan debit air saluran drainase daerah benanga sub das karang mumus kecamatan samarinda utara.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, karena hanya Dialah zat yang pantas dipuji, Rabb semesta alam, Dialah maha pencipta, maha melihat dan maha pemberi rezeki. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada pimpinan Nabi dan Rasul, Nabi Muhammad SAW yang diutus oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi semesta alam. Atas ijin-Nya pula karya ilmiah ini dapat diselesaikan oleh penulis dengan judul pengamatan debit air saluran drainase daerah benanga sub das karang mumus kecamatan samarinda utara.
Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis selama Dua bulan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh sebutan Ahli Madya Manajemen Lingkungan pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP. , selaku Dosen Pembimbing. 2. selaku Penguji I
3. selaku Penguji II
4. Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP., selaku Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan.
5. Bapak Ir. Hasanudin, MP., selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian. 6. Bapak Ir. Wartomo, MP., selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda.
7. Bapak Fachruddin Azwari ST., MSi selaku Kepala Laboratorium Laboratorium Kualitas Udara dan Cuaca, Program Studi Manajemen Lingkungan.
8. Seluruh dosen dan staf pengajar di Program Studi Manajemen Lingkungan Jurusan Manajemen Pertanian.
9. Bapak dan Mamak serta untuk do’anya dan telah memberikan dukungan baik materi maupun moril kepada penulis.
10. Seluruh rekan-rekan mahasiswa /mahasiswi angkatan 2010 yang telah banyak membantu penulis dalam Karya Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa apa yang telah tersusun ini masih banyak terdapat kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan saran yang bersifat
viii
membangun dari para pembaca demi lebih baiknya karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca sehingga dapat memberikan wawasan tambahan bagi para pembaca.
Penulis Sei Keledang, Juli 2013.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3
A. Tinjauan Umum Tentang Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus Asap Cair... 3
B. Tinjauan Umum mengenai Debit air ... 4
C. Pengukuran Debit Air dengan menggunakan Metode Embodys Float ... 6
BAB III. METODE PENELITIAN ... 7
A. Tempat dan Waktu Penelitian... 7
B. Alat dan Bahan Penelitian ... 7
C. Prosedur Kerja Penelitian ... 7
D. Analisa Data ... 11
BAB IV. HASIL DAN PEMBAH ASAN ... 12
A. Hasil ... 12
B. Pembahasan ... 13
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 15
A. Kesimpulan ... 15
B. Saran ... 15
DAFTAR PUSTAKA ... 16
x
DAFTAR TABEL
Nomor Tubuh Utama Halaman
1. Hasil Pengukuran Kecepatan Arus Rata-rata Selama
Pengamatan………. 12
2. Hasil Pengukuran Luas Penampang Basah Total .. .………...…….. 12 3. Hasil Pengukuran Debit Air dan Nilai Standar Deviasinya Selama
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Halaman
1. Meteran untuk panjang saluran drainase dan kedalaman
draina…………..……..……… 18
2. Alat tulis di gunakan untuk mencatat hasil pengamatan di lapangan…………..……… ………. 18
3. Bola ping pong di gunakan untuk mengukur kecepatan arus …….. 19
4. Patok kayu untuk mengetahui kedalaman air ……….… 19
5. Stopwatch untuk mengukur kecepatan debit air ………. 19
6. Mungukur lebar saluran drainase ………. 20
7. Mengukur jarak patok tiap per patok kayu ……… 20
8. Mengukur kedalaman tiap masing masing patok kayu ……….. 20
1
BAB I
PENDAHULUAN
Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat dipandang sebagai sistem alami yang menjadi tempat berlangsungnya proses-proses biofisik hidrologis maupun kegiatan sosial-ekonomi dan budaya masyarakat yang kompleks. Proses-proses biofisik hidrologis DAS merupakan proses alami sebagai bagian dari suatu daur hidrologi atau yang dikenal sebagai siklus air. Sedang kegiatan sosial-ekonomi dan budaya masyarakat merupakan bentuk intervensi manusia terhadap sistem alami DAS, seperti pengembangan lahan kawasan budidaya. Hal ini tidak lepas dari semakin meningkatnya tuntutan atas sumberdaya alam (air, tanah, dan hutan) yang disebabkan meningkatnya pertumbuhan penduduk yang membawa akibat pada perubahan kondisi tata air DAS (Anonim, 2009a).
Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali mengarah pada kondisi yang kurang diinginkan, yaitu peningkatan erosi dan sedimentasi, penurunan produktivitas lahan, dan percepatan degradasi lahan. Hasil akhir perubahan ini tidak hanya berdampak nyata secara biofisik berupa peningkatan luas lahan kritis dan penurunan daya dukung lahan, namun juga secara sosial ekonomi menyebabkan masyarakat menjadi semakin kehilangan kemampuan untuk berusaha dilahannya. Oleh karena itu, peningkatan fungsi kawasan budidaya memerlukan perencanaan terpadu agar beberapa tujuan dan sasaran pengelolaan DAS tercapai, seperti : erosi tanah terkendali, hasil air optimal, dan produktifitas dan daya dukung lahan terjaga. Dengan demikian degradasi lahan dapat terkendali dan kesejahteraan masyarakat dapat terjamin (Anonim, 2009b).
Salah satu Indikator kualitas DAS adalah fluktuasi aliran permukaan yang tidak terlalu tinggi. Hal ini bisa di lihat dengan pengukuran debit air di waktu hujan dan ketika hari terang (Hartono, 2006).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui debit air saluran drainase Daerah Benanga sub das Karang Mumus Kecamatan Samarinda Utara.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai bagaimana cara dalam pengukuran debit air dan dari kegunaan pengukuran debit air, serta dapat mengetahui konstanta perairan dan menghitung debit air tersebut dengan menggunakan rumus.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus
Sub DAS bagian dari DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya
melalui anak sungai ke sungai uatama. Setiap DAS terbagi habis ke dalam Sub DAS-Sub DAS. Sub DAS suatu wilayah kesatuan ekosistem yang terbentuk secara alamiah, air hujan meresap atau mengalir melalui cabang aliran sungai yang membentuk bagian wilayah DAS. Sub-sub DAS suatu wilayah kesatuan ekosistem yang terbentuk secara alamiah, dimana air hujan meresap atau mengalir melalui ranting aliran sungai yang membentuk bagian dari Sub DAS
(Anonim, 2008).
Samarinda adalah salah satu kota sekaligus merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan Timur. Seluruh wilayah kota ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Kartanegara. Dengan Sungai Mahakam yang membelah di tengah Kota Samarinda, yang menjadi gerbang menuju pedalaman Kalimantan Timur. Kota ini memiliki luas wilayah 718 kilometer persegi dan berpenduduk 726.223 juta jiwa menjadikan kota ini berpenduduk terbesar di seluruh Kalimantan Timur.
Secara geografis, wilayah Sub DAS Karang Mumus terletak pada koordinat antara 0°17’30” - 0°30’00” LS dan 117°06’00” - 117°22’00” BT. Berdasarkan peta Administrasi dan peta Topografi dengan skala 1:50.000, luas Sub DAS Karang Mumus 31.475 hektar. Panjang sungai Karang Mumus adalah 42 Km, dengan pemanfaatan tergantung kebutuhan individu atau kebanyakan.
DAS Karang Mumus merupakan prioritas urutan pertama DAS kritis di Kaltim. BPDAS Mahakam Berau (2004) menyatakan, luas lahan kritis di Kota
Samarinda mencapai 32.705 ha, sedangkan yang potensial kritis mencapai luasan 9.141 ha. Luas lahan kritis tersebut yang terluas berada pada kawasan Samarinda Utara (9.106 ha) yang merupakan kawasan DAS Karang Mumus
(Anonim, 2007).
Gambar. 01 Peta Sub DAS karang Mumus Samarinda
B. Tinjauan Umum mengenai Debit air
Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3 – 1,4 milyard km3 air, 97,5 % adalah air laut, 1,75 % berbentuk es dan 0,73 % berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah, dan sebagainya. Hanya 0,001 % berbentuk uap di
5
udara. Air di bumi ini mengulangi terus-menerus sirkulasi, prosipitasi, dan pengaliran keluar (out flow). Air menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan. Sesudah melalui beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke permukaan laut atau daratan.sebelum tiba ke permukaan bumi sebagian langsung menguap ke udara dan sebagian tiba ke permukaan bumi. Tidak semua bagian hujan yang jatuh ke permukaan bumi mencapai permukaan tanah. Sebagian akan tertahan tumbuh-tumbuhan dimana sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau mengalir melalui dahan-dahan ke permukaan tanah.
Debit air adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu (sungai/saluran/mata air) per satuan waktu (ltr/dtk, m3/dtk, dm3/dtk). Pemilihan lokasi pengukuran debit air dapat dilakukan di bagian sungai yang relatif lurus, jauh dari pertemuan cabang sungai, tidak ada tumbuhan air, aliran tidak turbulen, dan aliran tidak melimpah melewati tebing sungai. (Sosrodarsono, 2006).
Menurut Asdak (2007), debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai persatuan waktu.
Data debit atau aliran sungai merupakan informasi yang paling penting bagi pengelola sumberdaya air. Debit puncak (banjir) diperlukan untuk merancang bangunan pengendali banjir. Sementara data debit aliran kecil diperlukan untuk perencanaan lokasi (pemanfaatan) air untuk berbagai macam keperluan, terutama pada musim kemarau panjang. Debit aliran rata-rata tahunan dapat memberikan gambaran potensi sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan dari suatu daerah aliran sungai.
Sebagian besar debit aliran pada saluran drainase yang masih alamiah adalah debit aliran yang berasal dari air tanah atau mata air dan debit aliran air
permukaan (air hujan). Dengan demikian aliran air pada sungai kecil pada umumnya lebih menggambarkan kondisi hujan daerah yang bersangkutan.
C. Pengukuran Debit Air dengan menggunakan Metode Embodys Float
Kecepatan aliran saluran drainase pada satu penampang saluran tidak sama. Kecepatan aliran selokan ditentukan oleh bentuk aliran, geometri saluran dan faktor-faktor lainnya. Kecepatan aliran selokan diperoleh dari rata-rata kecepatan aliran pada tiap bagian penampang selokan tersebut. Namun apabila alat tersebut tidak tersedia, kecepatan aliran dapat diukur dengan metode Embodys Float .
Embodys Float Method adalah suatu cara pengukuran debit air sederhana dengan menggunakan pelampung berupa bola plastik/bola pingpong untuk mengetahui laju aliran air suatu permukaan perairan (Anonim, 2005).
Menurut Anonim (2005) ntuk menggunakan metode Embodys Float beberapa syarat perairan yang harus dipenuhi yaitu:
a. Jauh dari pertemuan cabang perairan. b. Tidak turbulen.
c. Perairan relatif lurus d. Tidak ada tumbuhan air
7
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di saluran Drainase Sub DAS Sungai Karang Mumus daerah Benanga Samarinda Utara. waktu penelitian kurang lebih 2 bulan termasuk orientasi lapangan, persiapan alat dan bahan, pengelolaan data dan penyusunan karya ilmiah.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan ini terdiri dari : a. Bola ping-pong, digunakan untu mengukur kecepatan arus
b. Meteran/tali ukur, digunakan untuk mengukur panjang saluran drainase dan kedalaman drainase
c. Patok kayu (jarlon) sebanyak 3 buah untuk mengetahui tinggi air. d. Stopwatch, menghitung kecepatan aliran pada masing-masing titik
e. Kalkulator, digunakan untuk mengelola data hasil pengamatan di lapangan.
f. Alat tulis menulis. digunakan untuk mencatat data-data hasil pengukuran debit air
g. Kamera digital, digunakan untuk dokumentasi.
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Orentasi lapangan: Orentasi lapangan ini dilakukan untuk mengetahuai keadaan tempat penelitian yakni saluran drainase Sub DAS Karang Mumus daerah Benanga, Samarinda Utara
2. Persiapan alat penelitian: Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan selama kegiatan pengamatan dilapangan
3. Persiapan pengukuran debit air
Sebelum mengadakan pengukuran, pemilihan lokasi merupakan hal penting yang harus diperhatikan, karena kesesuaian lokasi akan berpengaruh terhadap akurasi hasil pengukuran. Kriteria lokasi yang ideal untuk melakukan pengukuran dengan metode Embodys Float telah dijelaskan diatas.
4. Pengukuran debit air
Seperti halnya kedalaman air permukaan, kecepatan aliran permukaan juga diambil tiga titik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini :
l1 l2 l3
V1 V2 V3
d1 d2 d3
Keterangan :
11,12,13, = Lebar masing-masing seksi (m)
V1,V2,V3, = Kecepatan arus masing-masing seksi (m/detik) d1,d2,d3 = Kedalaman masing-masing seksi (m)
Gambar 4. Rancangan pembagian luas penampang dan letak pengukuran kecepatan arus.
Untuk mengukur kecepatan aliran air permukaan digunakan bola pimpong sebagai benda apung. Sungai dibagi menjadi tiga bagian yaitu tepi kanan, tengah, dan tepi kiri. Kemudian pelampung dilarutkan pada masing-masing bagian. Dengan jarak 20 meter. Waktu mengalir air
9
pelampung di ukur dengan jam. Untuk mengetahui kecepatan arus sungai, panjang sungai tidak ada ketentuan harus 20 meter atau 50 meter. Yang ada menurut Gordon et al (1992) dalam ASDAK (2007) menyebutkan dalam metoda benda apung yang diperhatikan hanya jarak antara dua titik sekurang-kurangnya memberikan waktu 20 detik..
Adapun prosedur pengukuran debit air sungai dilakukan sebagai berikut :
a. Pengukuran Curah Hujan b. Pengukuran Kecepatan Arus c. Pengukuran luas penampang
1) Mengukur kedalaman secara lengkap dengan papan duga (d1,d2,d3).
2) Mengukur lebar sungai pada masing-masing seksi (11,22,33), kemudian dirata-ratakan, dan dicatat sebagai lebar sungai. Sehingga luas penampang sungai dapat diperhitungkan dengan rumus :
A = d1 x 11 + d2 x 12 + d3 x 13………di x In
Dimana :
A = Total luas penempang basah dari masing-masing seksi (m2) di…n= Kedalaman air sungai ke – i (m)
Li…n= Lebar penampang bagian seksi ke – i (m) 5. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan penulis untuk memproses data yang diperoleh meliputi kegiatan peninjauan, pengamatan dan pengukuran serta pengambilan data dan informasi melalui pengamatan langsung
dilapangan. Untuk data hasil pengamatan dapat di aplikasikan dalam tabel berikut :
A. Pengukuran Debit Sungai
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kecepatan Arus Rata-rata Selama Pengamatan.
Tanggal
Waktu Tempuh
Pelampung Kecepatan Arus
Kecepatan Arus
(detik) (m/detik) Rata-rata
A B C A B C (m/detik)
Tabel 2. Hasil Pengukuran Luas Penampang Basah Total
Tanggal Lebar (m) Kedalaman (m) Luas Penampang (m2) Luas Penampang A B C A B C A B C Total (m2)
Tabel 3. Hasil Pengukuran Debit Air dan Nilai Standar Deviasinya Selama Pengamatan
Tanggal Curah Luas
Kecepatan Arus Faktor Sungai Debit Air
Hujan Penampang Rata-rata Alami (m3/dtk)
(mm) Total (m2) (m/dtk)
0,75 0,75
6. Penulisan Karya Ilmiah
Semua data hasil kegiatan penelitian yang sudah diperoleh untuk selanjutnya penulis tuangkan dalam bentuk Karya Ilmiah.
11
A. Analisa Data
Setelah diperoleh data-data mengenai lebar drainase, ketinggian air dan laju aliran, maka dapat menghitung debit air dengan menggunakan rumus
(Asdak, C. 1995) :
Q = A.V.K Dimana :
Q = Debit aliran sungai (m3/dtk)
A = Luas penampang basah sungai/saluran drainase V = Kecepatan arus sungai (m/dtk)
K = Konstanta kecepatan arus sungai
Melihat konstanta air jika berpasir maka konstanta air 0,8 dan jika berlumpur konstanta air 0.9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil Pengukuran Kecepatan Arus Rata-rata Selama Pengamatan yang dilakukan di aliran sungai dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.
Hasil Pengukuran Kecepatan Arus Rata-rata Selama Pengamatan .
Tanggal Kondisi Keadaan
Curah Luas Kecepatan Arus Sungai Faktor Debit Air Hujan Penampang Rata-rata Alami (m3/dtk)
(mm) Total (m2) (mdtk) 1/7/2013 Sesudah hujan 23,5 1,87 0,20 0,9 0,34 2/7/2013 Sesudah hujan 23,5 1,87 0,25 0,9 0,42 3/7/2013 Tidak ada hujan 0 1,87 0,20 0,9 0,34 4/7/2013 Sesudah hujan 0 1,87 0,20 0,9 0,34 5/7/2013 Sesudah hujan 23,5 1,87 0,24 0,9 0,40 6/7/2013 Sesudah hujan 23,5 1,87 0,26 0,9 0,44 7/7/2013 Sesudah hujan 23,5 1,87 0,20 0,9 0,34 8/7/2013 Sesudah hujan 23,5 1,87 0,20 0,9 0,34 9/7/2013 Sesudah hujan 23,5 1,87 0,21 0,9 0,35 10/7/2013 Sesudah hujan 23,5 1,87 0,20 0,9 0,34 11/7/2013 Sesudah hujan 51 1,87 0,28 0,9 0,47 12/7/2013 Sesudah hujan 51 1,87 0,26 0,9 0,44 13/7/2013 Tidak ada hujan 0 1,87 0,19 0,9 0,32 14/7/2013 Sesudah hujan 51 1,87 0,27 0,9 0,45 15/7/2013 Sesudah hujan 51 1,87 0,20 0,9 0,34 16/7/2013 Sesudah hujan 51 1,87 0,20 0,9 0,34
13
Tabel 4 (Lanjutan) 17/7/2013 Sesudah hujan 51 1,87 0,20 0,9 0,34 18/7/2013 Tidak ada hujan 0 1,87 0,20 0,9 0,34 19/7/2013 Sesudah hujan 51 1,87 0,20 0,9 0,34 20/7/2013 Tidak ada hujan 0 1,87 0,20 0,9 0,34 21/7/2013 Tidak ada hujan 0 1,87 0,19 0,9 0,32 22/7/2013 Tidak ada hujan 0 1,87 0,29 0,9 0,49 23/7/2013 Tidak ada hujan 0 1,87 0,29 0,9 0,49 24/7/2013 Sesudah hujan 25,3 1,87 0,27 0,9 0,45 25/7/2013 Tidak ada hujan 0 1,87 0,20 0,9 0,34 26/7/2013 Sesudah hujan 25,3 1,87 0,20 0,9 0,34 27/7/2013 Tidak ada hujan 0 1,87 0,20 0,9 0,34 28/7/2013 Tidak ada hujan 0 1,87 0,21 0,9 0,35 29/7/2013 Tidak ada hujan 0 1,87 0,21 0,9 0,35 30/7/2013 Tidak ada hujan 0 1,87 0,23 0,9 0,39Nilai hasil perhitungan debit air 0.37 m3/dtk
Dari hasil pengukuran debit air di areal Benanga daerah lempake, Kecamatan Samarinda Utara pada tabel 4. dapat dibuat grafik hasil perhitungan yang tercantum pada gambar 1 sebagai berikut:
Gambar 1. Grafik Hasil Perhitungan
B. Pembahasan
Hasil pengamatan debit air di areal Benanga daerah lempake, Kecamatan Samarinda Utara adalah 0,37 m3/dtk. Pengukuran debit air dilakukan dengan perbedaan tidak ada hujan dan sesudah hujan. Kedua jenis pengukuran pengamatan debit air ini bisa di bedakan.
Debit aliran adalah laju aliran air yang melewati suatu penampang melintas pada anak sungai. Dari kedua debit aliran tersebut dapat dibedakan:
1. Debit air saat tidak ada hujan pada tanggal : a. 3/7/2013 debit air sebesar: 0,34 m3/detik.
b. 13/7/2013 debit air sebesar: 0,34 m³/detik.
c. 18/7/2013 debit air sebesar: 0,34 m³/detik.
d. 20/7/2013 debit air sebesar 0,34 m3/detik.
e. 21/7/2013 debit air sebesar 0,34 m3/detik.
f. 22/7/2013 debit air sebesar 0,34 m3/detik
0,35 0,37 0,39 0,41 0,43 0,45 0,47 0,49 sesudah hujan tidak ada hujan
15
g. 23/7/2013 debit air sebesar 0,32 m3/detik.
h. 25/7/2013 debit air sebesar 0,34 m3/detik.
i. 27/7/2013 debit air sebesar 0,34 m3/detik.
j. 28/7/2013 debit air sebesar 0,35 m3/detik.
k. 29/7/2013 debit air sebesar 0,35 m3/detik.
l. 30/7/2013 debit air sebesar 0,39 m3/detik
2. Debit air sesudah hujan pada tanggal : a. 1/7/2013 debit air sebasar 0,34 m³/detik
b. 2/7/2013 debit air sebasar 0,42 m³/detik
c. 4/7/2013 debit air sebesar 0,34 m³/detik
d. 5/7/2013 debit air sebesar 0,40 m³/detik
e. 6/7/2013 debit air sebesar 0,44 m³/detik
f. 7/7/2013 debit air sebesar 0,35 m³/detik
g. 8/7/2013 debit air sebesar 0,34 m³/detik
h. 9/7/2013 debit air sebesar 0,35 m³/detik
i. 10/7/2013 debit air sebesar 0,34 m³/detik
j. 11/7/2013 debit air sebesar 0,47 m³/detik
k. 12/7/2013 debit air sebesar 0,44 m³/detik
l. 14/7/2013 debit air sebesar 0,45 m³/detik
m. 15/7/2013 debit air sebesar 0,34 m³/detik
n. 16/7/2013 debit air sebesar 0,34 m³/detik
o. 17/7/2013 debit air sebesar 0,35 m³/detik
p. 19/7/2013 debit air sebesar 0,34 m³/detik
q. 24/7/2013 debit air sebesar 0,45 m³/detik
Debit air pada hari tidak ada hujan rata-rata sebesar 0,34 m³/detik pada sesudah hujan dengan rata-rata debit air sebesar 0,439 m³/detik dan. Debit air sungai adalah tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat ukur pemukaan air sungai. Pengukuran debit air dilakukan tiap hari, atau dengan pengertian yang lain debit atau aliran sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu (Anonim,2009).
17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan debit air di Benanga daerah Lempake Kecamatan Samarinda Utara dari pembahasan dapat di ambil suatau kesimpulan adalah sebagai berikut:
1. Tidak ada hujan, ketika presipitasinya normal maka kecepatan debit normal karena tidak ada hujan.
2. Sesudah hujan, ketika tingkat presipitasinya naik debit air pun akan naik.hujan menyebabkan peningkatan volume air. Jika terjadi hujan dengan intensitas relatif besar atau kejadian hujan dengan durasi yang panjang dan telah melampaui kapasitas infiltrasi maka akan menghasilkan debit yang akan besar.
B. Saran
1. Perlu adanya pengamatan lanjutan tentang pengamatan debit air yang lainya di Benanga Daerah Lempake Samarinda Utara sehingga dapat memberikan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Metode Pengukuran Arus Air.
http://www.nature.com/cara-cara-mengukur-laju-aliran-air.html diakses pada tanggal 24 Januari 2013
Anonim. 2007. Pengelolaan DAS Karang Mumus Kota Samarinda.
http://timpakul.web.id/karangmumus-2.html. Diakses pada tanggal 13 Januari 2012.
Anonim. 2008. Pengertian Sub DAS.
http://www.google.com/pengertian-sub-daerah-alian-sungai.html diakses pada tanggal 23 Januari 2013
Anonim. 2009a. Daerah Aliran Sungai. http://www.google.com/DAS.html diakses
pada tanggal 24 Januari 2013
Anonim. 2009b. Kondisi Hidrologi DAS.
http://blogspot.com/kondisi-hidrologi-DAS.html diakses pada tanggal 24 Januari 2013
ASDAK. 2007. Hidrologi dan pengelolaan daerah aliran sungai. Gadjah Mada
University press. Yogyakarta.
Hartono. 2008 . Indikator Kualitas DAS. Gagasmedia. Jakarta
17
Gambar 2. Meteran untuk panjang saluran drainase dan kedalaman drainase
Gambar 3. Alat tulis di gunakan untuk mencatat hasil pengamatan di lapangan
Gambar 4. Bola ping pong di gunakan
untuk mengukur kecepatan arus
Gambar 5. patok kayu untuk mengetahui
kedalaman air
19
Gambar 7. Mungukur lebar saluran drainase
Gambar 9. Mengukur kedalaman tiap masing masing patok kayu
Gambar 8. Mengukur jarak patok tiap
21
Gambar. 1 Tabel perhitungan Percepatan Arus.
Tanggal
Kondisi Keadaan
Jarak Waktu Tempuh Pelampung (detik) Kecepatan Arus (m/detik) Kecepatan Arus Rata-rata tempuh (m) A B C A B C (m/detik) 1/7/2013 Sesudah hujan 5 18.58 29.93 31.8 0.27 0.17 0.16 0.20 2/7/2013 sesudah hujan 5 16.65 20.12 25.21 0.30 0.25 0.20 0.25 3/7/2013 Tidak ada hujan 5 18.32 28.45 30.8 0.27 0.18 0.16 0.20 4/7/2013 Sesudah hujan 5 19.01 29.33 31.6 0.26 0.17 0.16 0.20 5/7/2013 Sesudah hujan 5 15.98 24.5 24.5 0.31 0.20 0.20 0.24 6/7/2013 sesudah hujan 5 15.51 20.21 23.51 0.32 0.25 0.21 0.26 7/7/2013 Sesudah hujan 5 19.21 28.91 31.21 0.26 0.17 0.16 0.20
8/7/2013 Tidak ada hujan 5 19.41 26.11 31.1 0.26 0.19 0.16 0.20
9/7/2013 Sesudah hujan 5 18.51 26.21 30.2 0.27 0.19 0.17 0.21 10/7/2013 Sesudah hujan 5 20.1 25.31 31.11 0.25 0.20 0.16 0.20 11/7/2013 sesudah hujan 5 14.21 19.21 23.41 0.35 0.26 0.21 0.28 12/7/2013 sesudah hujan 5 15.2 21.21 24.51 0.33 0.24 0.20 0.26 13/7/2013 Tidak ada hujan 5 20.1 28.21 31.51 0.25 0.18 0.16 0.19 14/7/2013 sesudah hujan 5 14.21 19.31 24.51 0.35 0.26 0.20 0.27 15/7/2013 sesudah hujan 5 14.25 19.5 23.1 0.35 0.26 0.22 0.27 16/7/2013 Sesudah hujan 5 19.51 25.21 31.5 0.26 0.20 0.16 0.20 17/7/2013 Sesudah hujan 5 19.71 26.2 33.2 0.25 0.19 0.15 0.20
18/7/2013 Tidak ada hujan 5 19.51 25.31 33.21 0.26 0.20 0.15 0.20
19/7/2013 Sesudah hujan 5 18.53 26.3 34.1 0.27 0.19 0.15 0.20
20/7/2013 Tidak ada hujan 5 18.21 26.36 34.15 0.27 0.19 0.15 0.20
21/7/2013
Tidak ada
hujan 5 19.1 27.21 36.5 0.26 0.18 0.14 0.19
23/7/2013 Tidak ada hujan 5 13.5 18.25 23.5 0.37 0.27 0.21 0.29 24/7/2013
sesudah
hujan 5 14.21 20.51 22.35 0.35 0.24 0.22 0.27
25/7/2013 Tidak ada hujan 5 20.19 27.51 31.19 0.25 0.18 0.16 0.20
26/7/2013
Sesudah
hujan 5 19.29 25.51 33.2 0.26 0.20 0.15 0.20
27/7/2013 Tidak ada hujan 5 19.4 25.55 35.1 0.26 0.20 0.14 0.20
28/7/2013 Tidak ada hujan 5 18.31 21.5 37.1 0.27 0.23 0.13 0.21
29/7/2013 Tidak ada hujan 5 19.51 21.43 35.2 0.26 0.23 0.14 0.21
30/7/2013 Tidak ada hujan 5 18.21 20.43 30.51 0.27 0.24 0.16 0.23