Mahasiswa
FKp
Adakan
Pengabdian Masyarakat di
Tambaksari
UNAIR NEWS – Pengabdian masyarakat sekarang banyak diwujudkan
oleh mahasiswa dalam berbagai bentuk kegiatan. Salah satunya adalah GBGC (Gelar Bakti GEN Corps) yang dilaksanakan oleh BSO GEN Corps dari Fakultas Keperawatan (FKp) UNAIR. Kegiatan GBGC ini merupakan salah satu progam kerja yang diadakan oleh GEN Corps setiap tahunnya. Tahun 2016 ini, GBGC berhasil dilaksanakan di Jalan Bogen kelurahan Ploso kecamatan Tambaksari RT.07 RW.04, Surabaya.
Daerah Bogen menjadi salah satu sasaran pada kegiatan ini karena rerata masyarakat di daerah tersebut adalah golongan ekonomi menengah kebawah. Selain itu, angka kejadian Diabetes Mellitus, Asam Urat dan Hipertensi di daerah tersebut termasuk tinggi.
“GBGC adalah kegiatan pengabdian masyarakat tahunan dan merupakan pengaplikasian dari pembelajaran di organisasi kami. Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk selangkah lebih dekat dengan masyarakat, saling membantu dan berbagi,” ungkap Amalia Khasanah selaku ketua GEN Corps.
Kegiatan ini berlangsung Selama dua hari pada tanggal 21- 22 Mei 2016. Hari pertama, kegiatan yang diadakan yakni penyuluhan mengenai “Hidup sehat bebas hipertensi, asam urat dan diabetes melitus”. Materi ini disampaikan oleh Ery Yannata S.Kep.,Ns. Pada penyuluhan tersebut, sekitar 93 warga Bogen turut hadir dan aktifnya bertanya pada pemateri maupun fasilitator tentang materi yang disampaikan. Kegiatan dilanjutkan dengan pemeriksaan gratis yang terdiri dari pemeriksaan gula darah, asam urat dan juga pendididkan kesehatan. Warga juga terlihat mengantri dengan sabar untuk
mendapatkan pemeriksaan dan juga pendidikan kesehatan.
“Antusias warga terlihat dari banyaknya yang bertanya mengenai hasil pemeriksaaan dan juga pendidikan kesehatan yang diberikan sewaktu acara berlangsung,” imbuhnya.
Di hari kedua, GEN Corps bersama warga Bogen melaksanakan Jalan Sehat. Kegiatan ini diikuti hampir semua warga Bogen termasuk anak kecil pun ikut meramaikan kegiatan jalan sehat. Endri, salah satu warga Bogen menyampaikan bahwa kegiatan yang diadakan oleh Anak GEN Corps FKp UNAIR ini sangat bermanfaat bagi warga, baginya dengan adanya penyuluhan dan pemeriksaan gratis warga bisa tahu tanda gejala penyakit yang sering dialami warga.
“Kalau kami sudah tahu gejala dari awal kan bisa segera periksa ke rumah sakit,” jelasnya.
Mewakili RT.07 Endri juga menyampaikan bahwa semisal jika ada kegiatan lagi, ia berharap dilakukan disini lagi. Hal ini dikarenakan warga Bogen merasa senang dengan adanya kegiatan tersebut.
“Saya selaku perwakilan RT 07 mengucapkan terimakasih kepada GEN Corps atas dua hari acara di daerah kami,” ungkapnya. (*) Penulis : Winahyu, Mahasiswa Fakultas Keperawatan UNAIR
Editor : Nuri Hermawan
Juarai Pekan Seni Mahasiswa
Daerah, Siap Berlaga ke
Tingkat Nasional
UNAIR NEWS – Pekan Seni Mahasiwa Daerah (Peksimida) sedang
berlangsung. Ada berbagai macam kategori yang dilombakan pada ajang ini. Pada Selasa (17/5) lalu, bertempat di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Universitas Brawijaya (UB), puluhan mahasiswa UNAIR ikut berkompetisi dengan mahasiswa dari perguruan tinggi se-Jawa Timur untuk memperebutkan gelar juara. Pemenang pada tiap kategori, nantinya akan mewakili Jawa Timur untuk mengikuti Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) 2016 yang akan diselenggarakan di Kendari, Sulawesi Tenggara, pertengahan September nanti.
Ada puluhan bidang seni yang dilombakan pada Peksimida ini. Minggu lalu, kompetisi bidang Keroncong berlangsung di UMM, sedangkan tangkai penulisan cerpen, lakon, dan puisi dilangsungkan di UB. Chendra Mitra Affandi mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) memperoleh juara I untuk kategori tangkai penulisan puisi. Selain Chendra, tim dari Unit Kegiatan Tari dan Karawitan (UKTK) memperoleh Juara III untuk kategori tari, dan Elly Raheliyawati memperoleh Juara Harapan I untuk kategori penulisan cerpen.
“Pada lomba penulisan puisi lalu, disediakan waktu 4 jam dengan tema ‘lingkungan’. Tema diberikan panitia pada saat hari H pelaksanaan lomba,” ujar Cema.
Peksiminas merupakan program Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI yang diadakan t i a p d u a t a h u n s e k a l i . A i r l a n g g a G o t T a l e n t y a n g diselenggarakan oleh Direktorat Kemahasiswaan UNAIR merupakan ajang kompetisi bagi mahasiswa UNAIR sebelum seleksi menuju Peksimida. Chendra atau yang lebih akrab disapa Cema, menjadi perwakilan UNAIR sekaligus perwakilan Jawa Timur pada cabang tangkai penulisan puisi yang akan mengikuti Peksiminas nanti. “Yang saya persiapkan untuk Peksiminas nanti adalah melatih
kepekaan, memperbanyak bacaan, latihan menulis setiap hari,” ujar Cema.
“Cabang lain yang akan menyusul dalam Peksimida adalah cabang komik strip, baca puisi, monolog, vocal grup, dan seriosa,” ujar M. Aminuddin Ghufron Ali Musmar selaku Ketua Forum Komunikasi UNAIR 2016. (*)
Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Nuri Hermawan
Ide Menarik dari Kampus
Unggulan Negeri Kanguru
UNAIR NEWS – Kampus tua yang kaya dengan nilai historis
menarik untuk diceritakan. Termasuk keberadaan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dan Universitas of Western Australia (UWA). Sebagai kampus tua yang sama-sama telah berumur lebih dari seabad ini, kedua kampus tersebut menyimpan pesona tersendiri.
Baru-baru ini, Wakil Dekan III FK UNAIR Prof. Dr. Ni Made Mertaniasih, dr., MS., Sp.MK(K) bersama Ketua Unit International Office and Partnership (IOP) FK UNAIR Linda Dewanti, dr., MKes., MHSc., Ph.D berkesempatan berkunjung ke Universitas of Western Australia.
Selama di sana, mereka berkeliling ke sejumlah tempat penting. Menariknya, ada banyak fasilitas akadamik dan penunjang aktivitas belajar di sana yang dapat diadaptasi di UNAIR. Kesemuanya mereka abadikan dalam sebuah catatan perjalanan. Berikut cerita pengalaman Prof. Mertaniasih dan dokter Linda selengkapnya:
Cerita dari Universitas Australia Barat (UWA)
Sebagaimana kampus lainnya, Universitas Airlangga dipandang sebagai mitra yang potensial bagi Universitas Australia Barat (UWA). Dalam kesempatan khusus, UWA mengundang delegasi FK UNAIR sebagai perwakilan delegasi dari Indonesia bersama sepuluh delegasi lainnya dari Inggris, Jerman, Spanyol, Brazil, Jepang untuk berkunjung dan bergabung dalam ‘partnersday program’ di UWA, Perth, Australia.
Kedatangan kami di UWA rupanya bebarengan dengan perayaan O’Day Festival. Yakni sebuah event seperti pesta selamat datang terbesar yang diselenggarakan oleh sebuah perkumpulan untuk mahasiswa baru. Ada satu tempat berkumpulnya klub dari berbagai fakultas dan berbagai komunitas. Di sana, mereka menyediakan informasi dan pameran seputar program kegiatan yang bisa diikuti oleh mahasiswa.
Acara tersebut memang diperuntukkan bagi para mahasiswa baru sebelum memulai kuliah semester pertama. Para mahasiswa dari berbagai latar belakang budaya, bahasa dan ras dapat menikmati acara pameran yang dikemas menarik diiringi penampilan grup musik, wisata kuliner, dan bagi-bagi hadiah.
Berkeliling menikmati sekitaran kampus UWA memberikan keasyikan tersendiri. Dalam sejarahnya, kampus tua yang berdiri sejak tahun 1911 itu memiliki pesona bangunan klasik. UWA memelihara bangunan kuno dengan ukiran arsitektur yang eksotis. Ruang terbuka UWA ditumbuhi banyak pepohonan rindang sehingga tercipta suasana sejuk. Pemandangan elok kian lengkap karena mereka juga memelihara binatang khas seperti burung merak di salah satu bangunan, dan angsa di kolam depan utama gedung kampus.
Konsep lingkungan asri yang dipertahankan di UWA membawa keuntungan dari segala aspek. Meskipun UWA terletak di daerah pinggiran kota Perth, hal itu justru menguntungkan bagi para mahasiswa yang mendambakan suasana belajar yang tenang,
nyaman, serta jauh dari keramaian. Bayangkan betapa menyenangkannya belajar sembari menikmati semilir sejuknya angin perbukitan, kicauan burung, serta sejuknya pemandangan hijau di sekitar.
Fasilitas umum terbaik
Dalam perkembangannya, UWA memiliki sembilan fakultas, termasuk fakultas kedokteran. Sekadar informasi, UWA merupakan perguruan tinggi pertama di Australia Barat dan menduduki peringkat perguruan tinggi top 100 dunia.
Pencapaian tersebut tak lepas dari kualitas berbagai aspek pendukung. Seperti penyediaan fasilitas dan akomodasi yang dirancang agar dapat menunjang segala keperluan mahasiswa dan para tamu. Dan tampaknya, UWA telah menyediakan berbagai fasilitas tersebut secara memadai.
Di gerbang utama UWA, para pengunjung UWA akan menemukan mesin ‘Help Point’ yang terhubung dengan pusat informasi. Dengan mesin itu, para tamu dapat bertanya dan memperoleh informasi secara langsung melalui ‘Help Point’.
Di setiap perempatan atau persimpangan jalan, ada banyak rambu dan peta untuk menuju setiap bangunan, departemen bahkan fakultas. Ruang terbuka kampus juga begitu luas. Hijau, nyaman dan bersih sehingga semua orang merasa nyaman berada disana. Di pintu masuk perpustakaan, ada pusat informasi dengan tanda ‘ASK’ untuk menyambut setiap orang yang membutuhkan informasi. Di dekat pintu keluar, ada kotak khusus untuk pengembalian buku yang dianggap sebagai ‘Koleksi buku yang paling dicari’ untuk menghindari salah taruh buku.
Perpustakaan itu menerapkan “mobile shelving” (rak bergerak) yang berarti semua rak buku bisa dipindahkan dengan mudah sehingga lebih banyak rak bisa disimpan. Dengan demikian, maka pemanfaatan area ruangan perpustakaan jadi lebih efisien. ‘Parents room’ juga tersedia di perpustakaan.
Selain kenyamanan di area perpus, kantin di sana juga menawarkan kenyamanan serupa. Dengan area bangunan yang cukup luas, kantin di sana menyediakan bermacam menu yang menggugah selera, pelayanan mandiri, dan menerapkan sistem satu harga untuk semua menu makanan. Fasilitas menyenangkan semacam itu menjadikan kantin sebagai tempat favorit berkumpul para mahasiswa sambil bersantap siang. Sekeliling kantin juga didesain meriah. Disekelilingnya dipasang banyak bendera dari negara-negara mitra atau asal negara dari setiap mahasiswa UWA.
UWA juga menyediakan tiga jenis asrama untuk mahasiswanya. Mulai dari asrama yang paling sederhana hingga mewah dengan kapasitas hingga 500 mahasiswa. Asrama berlokasi di kampus dan dilengkapi dengan fasilitas hiburan sepeti biliar, games, dan tenis meja. Ada pula fasilitas olahraga yang disediakan oleh UWA.
Di seberang kampus, berdiri sebuah hotel kampus yang menyediakan akomodasi untuk para tamu universitas dan keluarga mahasiswa. Staf hotel UWA adalah para mahasiswa UWA yang sedang bekerja paruh waktu.
Di UWA juga terdapat banyak tempat-tempat lainnya yang menarik, seperti museum seni, gedung teater, fasilitas olahraga, pojok alumni, dan social groups. Alumni dan pendonor yang berjasa cukup dihargai. Nama mereka dicatat di dalam ataupun di luar bangunan kampus. Termasuk tiga peraih nobel Laureate seperti Professor Barry Marshall di bidang Fisiologi (tahun raih 2015), Professor Brian Schmidt di bidang Fisika (2011), dan Robin Warrem di bidang Kedokteran (2005).
Satu lagi yang menarik. Keberadaan bangunan kampus yang klasik di sana juga dikelola dan dibuka untuk umum. Oleh karenanya unit bisnis UWA menyediakan paket pernikahan bagi masyarakat umum.
tampak begitu menarik. Koridor gedung dikelilingi pilar tinggi nan menjulang menjadikannya sebagai lokasi favorit pemotretan acara pernikahan. Karena keindahan bangunan tersebut, menjadikan kampus UWA sebagai tempat paling terkenal sebagai tempat penyelenggarakaan pernikahan di Perth. (*)
Penulis: Sefya Hayu, Prof. Dr. Ni Made Mertaniasih, dr., MS., Sp.MK(K) dan Linda Dewanti, dr., MKes., MHSc., Ph.D.
Editor: Defrina Sukma S
Tadabbur Kebangsaan Bareng
Cak Nun dan Kiai Kanjeng di
UNAIR
UNAIR NEWS – Sebagai bagian dari pusat ilmu pengetahuan dan
kebudayaan, Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat (PIH) Universitas Airlangga akan menghadirkan tadabbur kebangsaan bersama budayawan Emha Ainun Nadjib dan Kiai Kanjeng, Kamis (26/5). Budayawan yang akrab disapa Cak Nun beserta rombongan didaulat untuk mengisi pengajian dan pertunjukan seni musik di halaman depan Kantor Manajemen UNAIR.
Ketua PIH UNAIR, Drs. Suko Widodo, M.Si, mengatakan, kehadiran Cak Nun dan Kiai Kanjeng merupakan bagian dari merekatkan kedekatan UNAIR dengan masyarakat Surabaya. Artinya, UNAIR bersama-sama dengan masyarakat turut aktif dalam proses pencarian kebenaran (tadabbur) mengenai kebangsaan.
“Acara ini terbuka untuk sivitas akademika, baik itu mahasiswa, pimpinan, dan alumni UNAIR. Masyarakat Surabaya dan sekitarnya juga dipersilakan untuk datang ke Kampus C UNAIR, Kamis malam,” tutur Suko.
Acara akan dimulai dengan penampilan musik akustik yang dimeriahkan oleh musisi lokal Sapto. Dilanjutkan dengan mukadimah oleh Kiai Kanjeng, sambutan dari Rektor UNAIR Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak, dan tadabbur kebangsaan oleh Cak Nun. (*)
Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Nuri Hermawan
Menjadi
Pemimpin
Bukan
Sekedar Pemimpi
UNAIR NEWS – “Pemuda Hari Ini adalah Pemimpin Masa Depan”.
Ungkapan tersebut merupakan gagasan besar yang menyadarkan pentingnya langkah pemuda hari ini untuk menentukan masa depan bangsa. Berbagai langkah dan persiapan dilakukan melalui beragam hal, salah satunya adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Airlangga. Bekerja sama dengan PT. XL Axiata Tbk., BEM UNAIR menggelar Talkshow bertajuk “Leadership and Scholarship XL Future Leader”, Sabtu (21/5). Acara yang dilangsungkan di Aula Excellence with Morality, Fakultas Psikologi (FPsi) UNAIR tersebut, bertujuan untuk mencari pemuda yang punya mimpi untuk diajak mewujudkan mimpinya.
Ahmad Pradipta, mewakili PT. Xl Axiata Tbk. yang datang ke UNAIR, menuturkan bahwa acara yang telah berlangsung untuk kali kelima ini sengaja diadakan untuk mencari potensi pemuda, terkhusus mahasiswa UNAIR.
“Sudah beberapa kali acara seperti ini dilakukan di UNAIR. Selain strategis, UNAIR memiliki mahasiswa yang berpotensi
cukup besar di bidang kepemimpinan,” jelasnya.
Dipta, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa acara talkshow ini merupakan sosialisasi kepada para mahasiswa. Setelah talkshow berakhir, ada beberapa tahapan seleksi dan pembinaan bagi mahasiswa yang lolos hingga tahap akhir. Ia juga menambahkan bahwa pemilihan tema “Jalan Pemimpi Jadi Pemimpin” merupakan tema besar yang ada sejak tahun pertama.
“Kegiatan ini merupakan media bagi pemuda yang mempunyai mimpi besar untuk mewujudkan mimpinya, namun belum tahu caranya. Makanya kami adakan acara semacam ini,” imbuhnya.
Senada dengan Dipta, mewakili BEM UNAIR, Ratna Dewi Kumalasari menuturkan bahwa kegiatan kerja sama ini merupakan kegiatan yang memiliki banyak keuntungan, terlebih bagi mahasiswa. Mahasiswa yang menjabat sebagai Menteri Hubungan Luar BEM UNAIR tersebut menegaskan bahwa selain pemberian beasiswa, program tersebut juga memberikan beragam pelatihan untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan.
“Keuntungannya bagi mahasiswa yaitu selain mendapat beasiswa juga ada pembinaan untuk kepemimpinan,” jelasnya.
Acara tersebut juga mengundang siswa SMA se-Surabaya. Hal ini dimaksudkan juga sebagai media bagi BEM untuk mengenalkan beragam beasiswa dan jalur masuk yang ada di UNAIR.
“Kami juga membuka stan mengenai informasi penerimaan mahasiswa baru di UNAIR dan berbagai beasiswa yang ada di UNAIR untuk adik-adik SMA,” paparnya.
“Menjadi pemimpin bukanlah mimpi,” tegas Ratna diakhir wawancara. (*)
Penulis : Nuri Hermawan
Dua Kali Gagal Seleksi, Lutvy
Arsanti Wakili UNAIR di Ajang
Mawapres Nasional
UNAIR NEWS – Pernah gagal dalam seleksi Mahasiswa Berprestasi
(Mawapres), tidak jadi penghalang bagi Lutvy Arsanti untuk mencapai harapannya. Dua kali gagal dalam ajang seleksi, kini mahasiswa jurusan D3 Bahasa Inggris Fakultas Vokasi UNAIR tersebut berkesempatan untuk mewakili UNAIR dalam ajang Mawapres tingkat Nasional.
Ditanya mengenai tekat untuk menjadi Mawapres, mahasiswa yang akrab disapa Lutvy tersebut mengungkapkan bahwa langkahnya ingin menjadi Mawapres bermula saat mengikuti PPKMB di awal mahasiswa baru. Mahasiswa yang mulanya tidak memiliki minat dalam organisasi tersebut akhirnya mulai menjajaki dan mencoba untuk mengikuti ajang melatih kepemimpinan sebagai salah satu syarat untuk menjadi Mawapres.
“Awalnya penasaran saat ada pemateri mengenai Mawapres waktu PPKMB dulu, dari itu saya mulai pahami persyaratannya apa saja yang diperlukan, salah satunya harus aktif organisasi yang mulanya hal yang kurang saya minati,” jelasnya.
Tekat untuk menjadi Mawapres tidak dilaluinya dengan mudah, b e r b a g a i t a n t a n g a n t e l a h i a h a d a p i . T e r l e b i h s a a t berkesempatan untuk maju ke tingkat nasional kali ini harus diterima saat tengah menyelesaikan tugas akhir sebagai syarat meraih gelar Ahli Madya. Ia mengaku, sempat ada keinginan untuk menolak tawaran Garuda Sakti untuk melanjutkan langkahnya ke ajang nasional.
karena takut bentrok dengan TA,” imbuh mahasiswa yang hobi menulis dan mendengarkan musik tersebut.
Rasa ingin mundur mahasiswa kelahiran Mojokerto, 8 Agustus 1995 dari ajang Mawapres Nasional bukan tanpa sebab. Pasalnya, selepas lulus dari D3 Bahasa Inggris, ia berencana akan alih jenis ke program Strata 1.
“Karena setelah lulus Diploma saya mau lanjut ke S1, jadi butuh persiapan yang matang juga,” tegasnya.
Dibalik berbagai hal yang memberatkan langkah untuk maju ke tingkat nasional, mahasiswa peraih IPK 3.72 tersebut memiliki trik dan cara tersendiri untuk membagi berbagai tugasnya tersebut. Selain lihai dalam mengatur waktu, Lutvy juga memiliki motivasi bahwa kesempatan itu tidak datang untuk yang kedua kalinya.
“Kesempatan itu hanya sekali, ya harus dimaksimalkan,” tegasnya.
Tidak hanya motivasi dan kecerdasan dalam manajemen waktu, baginya mental juga perlu dipersiapkan. Berbekal dari cerita seniornya yang memiliki pengalaman yang sama, tidak sedikit dari mereka yang memilih untuk mundur dari Mawapres demi tugas akhir. Sebab itulah di akhir perbincangan ia menegaskan betapa pentingnya untuk mempersiapkan segala hal sejak dini termasuk untuk menjadi Mawapres.
“Berbekal pengalaman tersebut, penting untuk menyiapkan semua hal sejak dini, semua memang tidak bisa dadakan, termasuk untuk menjadi seorang Mawapres,” pungkasnya. (*)
Penulis : Nuri Hermawan Editor : Dilan Salsabila
Manusia
Selayaknya
Menghormati
dan
Tidak
Menyakiti Binatang
UNAIR NEWS – Manusia dan binatang memang sudah selayaknya
hidup berdampingan dan saling mendukung satu sama lain. Maka sudah sepantasnya kalau manusia sebagai makhluk Tuhan yang lebih berakal untuk bersikap menghormati dan tidak menyakiti binatang.
Tetapi dari beberapa kalangan yang bersentuhan langsung dengan binatang, masih banyak yang tidak mengindahkan kesejahteraan hewan, khususnya pada binatang ternak dan binatang kesayangan. Hingga saat ini masih sering terjadi kasus dimana hewan ternak disembelih dalam keadaan tersiksa dan tidak menggunakan tata cara yang seharusnya. Begitu pula yang terjadi pada penelantaran dan penyiksaan hewan peliharaan hingga menyebabkan kematian.
Latar belakang inilah yang mendasari diselenggarakannya Seminar dan Talkshow dengan tema “Pemeliharaan Hewan Ternak dan Hewan Kesayangan Berdasarkan Animal Welfare dalam Perspektif Publik”, yang diselenggarakan oleh Prodi Kedokteran Hewan PDD UNAIR Banyuwangi, di Rumah makan Pondok Wina Banyuwangi, Sabtu (21/5) kemarin.
Dalam acara tersebut menghadirkan pembicara-pembicara yang a h l i p a d a b i d a n g n y a b a i k d i t i n g k a t n a s i o n a l d a n internasional. Antara lain dr. Riska Yulinta Viandini, MMR, salah satu ahli Groomming bersertifikat internasional, dan Prof. Dr. Bambang Sektiari Lukiswanto, drh., DEA., Guru Besar FKH UNAIR yang juga Ketua Badan Penjamin Mutu (BPM) UNAIR.
PRAKTIK groomming disela seminar tentang “Pemeliharaan Hewan Ternak dan Hewan Kesayangan Berdasarkan Animal Welfare dalam Perspektif Publik”, oleh PDD UNAIR Banyuwangi, Sabtu (21/5). (Foto: A Zakky Multazam)
“Kami berharap dengan diadakannya kegiatan ini kedepan dapat meningkatkan pengetahuan tentang kepedulian terhadap kesejahteraan hewan, khususnya untuk peserta seminar ini dan masyarakat Banyuwangi pada umumnya,” ujar Welly, ketua pelaksana acara ini.
Seminar dan talkshow yang dilaksanakan di sebuah rumah makan di Banyuwangi ini tidak hanya menyajikan materi ilmiah, tetapi juga dilengkapi dengan praktik groomming (pemeliharaan hewan kesayangan) serta pameran hewan yang menghadirkan berbagai komunitas pecinta hewan se-Kabupaten Banyuwangi. (*)
Penulis : A Zakky Multazam Editor : Bambang Bes
Banyak
Istilah
Yang
Melecehkan Masyarakat Adat
UNAIR NEWS – Indonesia adalah negara yang paling kaya denganragam kebudayaan. Pernyataan itu dilontarkan oleh Abdun Nababan selaku Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) pada diskusi publik bertema “Tantangan Eksistensi Masyarakat Adat dalam Pusaran Industrialisasi”, pada Selasa (24/5).
Abdun menyatakan, walaupun Indonesia punya beragam budaya, namun ada saja makna miring terhadap masyarakat adat. “Di kongres masyarakat adat nusantara pada tahun 1999, masih banyak pelecehan bagi masyarakat adat dalam bentuk istilah, misalnya istilah “Rehabilitasi Budaya”. Nah, masyarakat adat dianggap belum berbudaya sehingga perlu direhabilitasi,” ujar Sekjen AMAN dalam diskusi yang dihelat di Aula B. Soesetijo Fakultas Hukum Universitas Airlangga tersebut.
Abdun juga menyayangkan maraknya kasus pelanggaran hak asasi manusia masyarakat adat di daerah-daerah yang kaya sumber daya alam. “Kalau ada aktivis dari masyarakat adat, tidak lama pasti hilang, entah kemana orangnya,” terang Abdun.
Selain Abdun, anggota komunitas tradisional Sedulur Sikep atau Samin dari Pati, Gunritno, juga hadir dalam diskusi yang sama. Menurutnya, masyarakat adat merupakan tonggak perlawanan dalam menghadapi perdagangan bebas. Ia menyayangkan sikap banyak pihak yang menganggap tindakan masyarakat adat merupakan bentuk pengkhianatan terhadap negara.
“Alasan kami (Suku Samin) untuk tidak membayar pajak adalah karena kami yang memiliki, lalu kenapa harus ada yang mengatur. Sedangkan, semua orang yang tidak mengikuti peraturan pemerintah di-PKI- kan (dianggap sebagai anggota Partai Komunis Indonesia). Kami Sedulur Sikep tidak seperti
itu, kami hanyalah menjunjung tinggi kejujuran,” jelas Gunritno.
Dalam kesempatan yang sama, Gunritno juga bercerita tentang perlawanan Suku Samin terhadap pembangunan pabrik semen di Rembang, Jawa Tengah. Gunritno menjelaskan, secara legal formal terdapat kesalahan dalam rencana pembangunan itu. Pasalnya, sebagian besar lokasi pendirian pabrik sebagaimana yang tertera pada surat perijinan, merupakan daerah khusus industri pertanian.
“Kami sudah mengadakan evaluasi bersama Gubernur Jateng untuk mendiskusikan, mana yang dianggap dapat mensejahterakan masyarakat, apakah itu dari sektor pertambangan atau dari sektor pertanian,” terang Gunritno.
Joeni Arianto Kurniawan, S.H., M.A., selaku Ketua Pusat Studi Pluralisme Hukum FH UNAIR mengungkapkan, masyarakat adat dianggap memiliki sifat autochthonous, yaitu tatanan asli. Masyarakat adat dianggap sebagai identitas dari Bhineka Tunggal Ika dan salah satu sumber filosofi bangsa.
“Jadi, bisa saya tekankan bahwa sebuah suku itu memiliki hukum sendiri, namun mereka menamai hukum tersebut sesuai dengan adat mereka sendiri,” terang Joeni.
Dengan dihelatnya diskusi itu, Joenie berharap agar mahasiswa sebagai penerus bangsa dapat mendekatkan diri dengan masyarakat adat. “Mereka kelak akan jadi hakim, jaksa, lawyer dan para penegak hukum. Di mana hak-hak masyarakat adat kan bagaimanapun juga dilindungi oleh hukum. Nah, penegakkannya itu tergantung pada para penegak hukum,” pungkasnya. (*)
Penulis : Dilan Salsabila Editor : Defrina Sukma S
Delegasi UNAIR Raih Juara
Kompetisi Studi Ekonomi Islam
UNAIR NEWS – Delegasi Universitas Airlangga berhasilmemperoleh juara pada kompetisi SELF (Sharia Economic Learning Forum) Student Converence Sustainable Development yang diadakan oleh Kelompok Studi Ekonomi Islam – Islamic Economist Society (KSEI ICON!) Universitas Udayana, Bali. Kompetisi tingkat nasional tersebut diselenggarakan pada 12-15 Mei lalu. Kompetisi yang telah berjalan ke-13 kali ini mengangkat tema “Pengoptimalan Sumber Daya yang Adil dan Seimbang untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia”. Ada lima subtema bahasan, yakni pariwisata, industri kreatif, agrokomplek, sosial politik, dan kelautan.
Dengan paper berjudul “BERAGAM (Beras Analog Gembili): Upaya Pemanfaatan Gembili (Dioscorea esculenta) sebagai Pengganti Beras Konvensional untuk Mendukung Indonesia Sehat dan Sejahtera” Zuhairoh Naily S., Aprila Dila P., dan Ahmad Farid A. berhasil meraih juara I pada subtema agrokomplek. Ketiganya merupakan anggota dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Penalaran UNAIR.
Selain itu, tim lain yang beranggotakan Zakka Farisy B, Lusi Sulistyaningsih, dan Khaula Qurrata’ayun berhasil meraih juara I pada subtema kelautan. Paper yang mereka bawakan berjudul “Strategi Peningkatan Produktivitas Nelayan Gerbangkertosusila Melalui Sistem Tanggung Renteng Pada Koperasi Berbasis ITQS”. Ketiganya merupakan mahasiswa semester empat pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR.
“Yang mendasari kelompok kami mengambil judul itu karena keinginan kami untuk dapat mengoptimalkan potensi yang
dimiliki oleh sektor kelautan dan perikanan Indonesia, dengan menggunakan koperasi sebagai medianya,” ujar Zakka Farisy yang juga mendapatkan penghargaan sebagai Best Delegate.
Ada tiga sesi pada kompetisi ini, terdiri dari presentasi paper, Focus Group Discussion (FGD), dan terakhir konferensi. Pada tahap presentasi dan FGD ditentukan pemenang pada masing masing subtema. Sedangkan tahap konferensi menentukan satu orang delegasi terbaik dari seluruh delegasi yang mengikuti rangkain acara kegiatan SELF hingga selesai.
“Kami berharap semoga kedepannya dapat memotivasi teman-teman mahasiswa UNAIR yang lain untuk terus mengembangkan riset menurut keilmuannya masing-masing, sehingga mampu membawa nama Airlangga menjadi semakin baik,” pungkas Zakka. (*)
Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Nuri Hermawan
UNAIR dan Curtin University
Diskusikan
Kerjasama
Internasional
UNAIR NEWS – Rombongan dari Universitas Curtin yang dipimpin Deputy Vice Chancellor International Seth Kunin, berkunjung ke
Universitas Airlangga (UNAIR), Senin (23/5). Kedatangan perwakilan universitas multikultural terbesar se-Australia Barat itu untuk membahas mengenai kerjasama internasional dengan UNAIR.
Tim Universitas Curtin diterima oleh Wakil Rektor III UNAIR Prof. Amin Alamsjah, didampingi Wakil Dekan III dari beberapa
fakultas di UNAIR yang terkaitan dengan bidang pembahasan diskusi. Sedangkan dari Universitas Curtin selain Seth Kunin juga terdapat Celia Cornwal, Dean International Faculty of
H e a l t h S c i e n c e s , s e r t a G r a n t O ’ n e i l l s e b a g a i D e a n International from Curtin Business Sciences.
Dalam diskusi yang diadakan di Gedung Manajemen UNAIR ini juga dihadiri perwakilan dari Australian Technology Network (ATN) Indonesia, Josephine Ratna. Diskusinya dibagi dalam dua pokok bidang, yaitu bidang kesehatan serta bidang bisnis dan ekonomi.
“Semuanya terkait dengan kegiatan universitas untuk menjadi
world class university (WCU), sehingga yang bisa kita genjot
adalah melalui kerjasama internasional,” ujar Dian Ekowati, Ph.D., Kepala International Office and Partnership (IOP) UNAIR.
Dalam pembahasannya, diskusi kerjasama tersebut memiliki tiga fokus sebagai topik utama, yaitu; Joint Research, Academic
Collaboration, dan Exchange. “Kerjasama untuk hari ini
fokusnya ada tiga, jadi kita ngomongin joint collaboration terkait dengan riset, lalu juga ada academik collaboration terutama dalam konteks pengembangan dual program, lalu yang ketiga kita berbicara mengenai exchange, baik exchange
profesor maupun student, baik short course maupun jangka
panjang. Tapi intinya adalah untuk publikasi internasional,” tambah Dian.
Atas terlaksananya diskusi UNAIR dengan Universitas Curtin, Prof. Amin berharap agar kedua universitas dapat melanjutkan beberapa program yang tercakup dalam empat pilar UNAIR, yaitu;
Academic Excellence, Research Excellence, Community Excellence
dan University Holding. Hal ini guna mendukung untuk menaikkan peringkat UNAIR masuk kedalam 500 besar dunia.
“Saya berharap kedepan kita bisa terus mengembangkan dan melanjutkan beberapa program kita seperti double degree, joint
research, dan beberapa seminar internasional,” pungkas Wakil
Rektor III UNAIR. (*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Bambang BES