• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teknik Industri

2.1.1 Peta Proses Operasi

2.1.1.1 Definisi Peta Proses Operasi

Peta proses operasi (Sutalaksana, p21) merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai urutan-urutan operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai produk jadi utuh maupun sebagai komponen, dan juga memuat informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa lebih lanjut, seperti : waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat atau alat atau mesin yang dipakai.

2.1.1.2 Kegunaan Peta Proses Operasi

Dengan adanya informasi-informasi yang bisa dicatat melalui peta proses operasi, kita bisa memperoleh banyak manfaat diantaranya :

• Dapat mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya.

• Dapat memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan memperhitungkan efisiensi di tiap operasi/pemeriksaan).

• Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik

• Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai • Sebagai alat untuk latihan kerja

(2)

2.1.1.3 Prinsip-prinsip Pembuatan Peta Proses Operasi

Untuk bisa menggambarkan Peta Proses Operasi dengan baik, ada beberapa prinsip yang perlu diikuti sebagai berkut :

o Pertama-tama, pada baris paling atas dinyatakan kepalanya “Peta Proses Operasi” yang diikuti oleh identifikasi lain seperti nama objek, nama pembuat peta, tanggal dipetakan cara lama atau cara sekarang, nomor peta dan nomor gambar.

o Material yang akan diproses diletakkan di atas garis horisontal, yang menunjukkan bahwa material tersebut masuk ke dalam proses.

o Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang menunjukkan terjadinya perubahan proses.

o Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan sesuai dengan urutan operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk tersebut atau sesuai dengan proses yang terjadi.

o Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi.

Agar diperoleh gambar Peta Proses Operasi yang baik, produk yang biasanya paling banyak memerlukan operasi, harus dipetakan terlebih dahulu, berarti dipetakan dengan garis vertikal di sebelah kanan kertas.

(3)

2.1.2 Peramalan

2.1.2.1 Definisi Peramalan

Peramalan (bp1.blogger.com) dapat diartikan sebagai penggunaan data masa lalu dari sebuah variabel atau kumpulan variabel untuk mengestimasikan nilai dimasa yang akan datang. Untuk membuat peramalan dimulai dengan mengeksplorasi data dari waktu yang lalu dengan mengembangkan pola data dengan asumsi bahwa pola data waktu yang lalu itu akan berulang lagi pada waktu yang akan datang, misalnya berdasarkan data dan pengalaman pada 12 bulan yang terakhir, pendapatan perusahaan dalam setiap bulan Januari menurun drastis bila di bandingkan dengan sebelas bulan yang lain. Berdasarkan pola tersebut perusahaan mestinya dapat meramalkan bahwa pada bulan Januari tahun berikutnya akan terjadi penurunan pendapatan.

Peramalan merupakan bagian penting bagi setiap perusahaan / organisasi bisnis dalam setiap pengambilan keputusan manajemen yang sangat signifikan. Peramalan menjadi dasar bagi perencanaan jangka panjang perusahaan. Dalam area fungsional finansial, peramalan

memberikan dasar dalam menentukan anggaran dan pengendalian biaya. Pada bagian pemasaran, peramaln penjualan dibutuhkan untuk merencanakan produk baru, kompensasi tenaga penjual, dan beberapa keputusan penting lainnya. Selanjutnya, pada bagian produksi dan operasi menggunakan data-data peramalan untuk perencanaan kapasitas, fasilitas, produksi, penjadwalan, dan pengendalian persediaan.

(4)

2.1.2.2 Jenis Peramalan

Jenis Peramalan dapat dibedakan berdasarkan jangka waktu, ruang lingkup dan metode yang digunakan. Berdasarkan jangka waktu peramalan dapat dibedakan menjadi :

• Peramalan Jangka Panjang

Biasanya dilakukan oleh pemimpin perusahaan yang bersifat umum, yang berfungsi sebagai dasar untuk membuat peramalan jangka panjang.

• Peramalan Jangka Pendek

Biasanya dilakukan pimpinan pada tingkat menengah maupun bawah dan lebih bersifat operasional. Perlu diketahui bahwa tidak ada batasan yang baku mengenai panjang atau pendeknya waktu tersebut.

Berdasarkan ruang lingkupnya dapat dibedakan menjadi :

• Peramalan Mikro

Peramalan kondisi perusahaan dalam 5 tahun yang akan datang.

• Peramalan Makro

(5)

Berdasarkan Metode yang digunakan :

• Metode Kualitatif (non-statistik)

Peramalan ini didasarkan pada individu-individu penilaian orang yang dilakukan

peramalan dan tidak tergantung pada data-data yang akurat (pengolahan dan analisis data historis yang tersedia), metode ini digunakan untuk peramalan produk baru dimana tidak ada data historis. Teknik pada metode ini yang digunakan adalah Teknik Delphi, Kurva pertumbuhan, Marketing Research, dll.

• Metode Kuantitatif (statistik)

Berdasarkan pada rekayasa atas data historis yang ada secara memadai tanpa intuisi dan penilaian subyektif oleh orang yang melakukan peramalan. Menurut Makridakis, Wheelwright, dan Mc.Gee(1983:8-9) diterapkan 3 kondisi berikut pada peramalan kuantitatif : Informasi mengenai keadaan pada waktu yang tersedia, Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik(angka), Waktu yang akan datang (disebut asumsi kontinuitas).

(6)

2.1.2.3 Metode Peramalan

2.1.2.3.1 Metode Kualitatif (Non-Statistik)

Metode ini digunakan dimana tidak ada model matematik, biasanya dikarenakan data yang ada tidak cukup representatif untuk meramalkan masa yang akan datang. Peramalan ini menggunakan pertimbangan pendapat para pakar yang ahli dibidangnya. Teknik model

peramalan kualitatif berusaha untuk menggunakan penilaian (judgement) atau faktor subyektif individu dalam peramalan. Model ini sangat berguna terutama ketika faktor subyektif diharapkan sangat penting atau ketika data kuantitatif yang akurat sulit didapatkan.

Analisis kualitatif dapat menjadi teknik peramalan yang sangat berguna jika

memungkinkan pengumpulan dan organisasi yang sistematis untuk data yang diturunkan dari opini yang tidak terbias dan terinformasi tetapi, metode-metode kualitatif dapat memberikan hasil yang membias ketika beberapa individu tertentu mendominasi proses peramalan melalui reputasi, kekuatan kepribadian, atau posisi stategis dalam organisasi.

2.1.2.3.2 Metode Kuantitatif (Statistik)

Teknik peramalan kuantitatif sangat beragam, dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu dan untuk berbagai maksud. Setiap teknik yang akan dipilih memiliki sifat, ketepatan, tingkat kesulitan dan biaya tersendiri yang harus dipertimbangkan.

Dalam melakukan peramalan dengan metode Kuantitatif terdapat beberapa tahapan dalam peramalan sebagai berikut :

(7)

2. Membuat Diagram Pencar (Plot Data)

3. Memilih Model Peramalan yang tepat

4. Lakukan Peramalan

5. Hitung Kesalahan Ramalan

6. Pilih Metode Peramalan dengan Kesalahan terkecil

7. Lakukan Verifikasi

Makridakis, Wheelwright dan McGee (1992) menjelaskan bahwa pada umumnya peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut :

1. Tersedia informasi tentang masa lalu (data historis)

2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk numerik

3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa mendatang.

Peramalan dengan menggunakan metode deret waktu didasarkan pada pendugaan masa depan yang dilakukan berdasarkan nilai masa lalu dari suatu variabel dan / atau kesalahan peramalan di masa lalu. Tujuan metode peramalan deret waktu seperti itu adalah menemukan pola dalam deret data historis dan mengekstrapolasikan pola dalam deret data tersebut ke masa depan.

(8)

Menurut Makridakis, Wheelwright dan McGee (1992), langkah penting dalam memilih suatu metode deret waktu yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola datanya. Pola data dapat dibedakan menjadi empat, yaitu :

1. Pola horisontal, terjadi bilamana data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan atau stasioner terhadap nilai rata-ratanya.

2. Pola musiman, terjadi bilamana suatu deret data dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan atau hari pada minggu tertentu)

3. Pola siklis, terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis atau ekonomi.

4. Pola tren, terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan jangka panjang dalam data.

(9)

2.1.3 Linear Programming

2.1.3.1 Definisi Linear Programming

Linear Programming (http://lecture.brawijaya.ac.id/rosihan) adalah suatu model

umum yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang terbatas secara optimal. Masalah tersebut timbul apabila seseorang diharuskan untuk memilih atau menentukan tingkat setiap kegiatan yang akan dilakukannya, dimana masing-masing kegiatan membutuhkan sumber yang sama sedangkan jumlahnya terbatas.

Dalam model Linear Programming dikenal 2 (dua) macam fungsi, yaitu :

1. Fungsi tujuan adalah fungsi yang menggambarkan tujuan sasaran di dalam permasalahan

Linear Programming yang berkaitan dengan pengaturan secara optimal

sumberdaya-sumberdaya, untuk memperoleh keuntungan maksimal atau biaya minimal. Pada umumnya nilai yang akan dioptimalkan dinyatakan sebagai Z.

2. Fungsi batasan merupakan bentuk penyajian secara matematis batasan-batasan kapasitas yang tersedia yang akan dialokasikan secara optimal ke berbagai kegiatan.

2.1.3.2 Asumsi-asumsi Dasar Linear Programming

Terdapat 4 asumsi dasar dalam Linear Programming, yaitu :

1. Proportionality

Naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber atau fasilitas yang tersedia akan berubah secara sebanding (proportional) dengan perubahan tingkat kegiatan.

(10)

2. Additivity

Nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi, atau dalam Linear Programming dianggap bahwa kenaikan dari nilai tujuan (Z) yang diakibatkan oleh kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian nilai Z yang diperoleh dari kegiatan lain.

3. Divisibility

Keluaran (output) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan dapat berupa bilangan pecahan. Demikian pula dengan nilai Z yang dihasilkan.

4. Deterministic (Certainty)

Asumsi ini menyatakan bahwa semua parameter yang terdapat dalam model Linear

Programming (aij, bi Cj) dapat diperkirakan dengan pasti, meskipun jarang dengan tepat.

2.1.3.3 Model Linear Programming

(11)

Gambar 2.3 Model Matematika Linear Programming 2.1.3.4 Metode Simpleks

Karena kesulitan menggambarkan grafik berdimensi banyak, maka penyelesaian masalah

Linear Programming yang melibatkan lebih dari dua variabel menjadi tak praktis atau tidak

mungkin. Dalam keadaan ini kebutuhan metode solusi yang lebih umum menjadi nyata. Metode umum itu dikenal dengan nama algoritma Simpleks yang dirancang untuk menyelesaikan seluruh masalah, baik yang melibatkan dua variabel atau lebih. Informasi yang dapat diperoleh dari metode simpleks jauh lebih besar daripada sekedar menentukan nilai-nilai optimum dari variabel dan fungsi tujuan. Pada kenyataannya, metode simpleks juga dapat memberikan interpretasi ekonomi.

Metode Simpleks (Taha,p61) merupakan prosedur aljabar yang bersifat iteratif, yang bergerak selangkah demi selangkah, dimulai dari suatu titik ekstrim pada daerah fisibel (ruang solusi) menuju ke titik ekstrim yang optimum.

(12)

2.1.3.5 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas (Taha,p23) dirancang untuk mempelajari pengaruh perubahan dalam parameter model Linear Programming terhadap pemecahan optimum. Analisis seperti ini dipandang sebagai bagian integral dari pemecahan (yang diperluas) dari setiap masalah LP. Analisis ini memberikan karakteristik dinamis pada model yang memungkinkan seorang analis untuk mempelajari prilaku pemecahan optimum sebagai hasil dari perubahan dalam parameter model. Tujuan akhir dari analisis ini adalah untuk memperoleh informasi tentang pemecahan optimum yang baru dan yang dimungkinkan (yang bersesuaian dengan perubahan dalam parameter tersebut) dengan perhitungan tambahan yang minimal. Analisis sensitivitas terutama sangat sesuai untuk mempelajari pengaruh variasi dalam koefisien biaya/laba dan jumlah sumber daya yang tersedia terhadap pemecahan optimum.

2.1.4 Safety Stock

2.1.4.1 Pengujian Kecukupan Data

Menurut Sutalaksana (1979, p.134), uji kecukupan data dilakukan untuk mendapatkan apakah jumlah data hasil pengamatan cukup untuk melakukan penelitian. Untuk menghitung banyaknya pengukuran yang diperlukan untuk tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% adalah sebagai berikut :

(

)

2 2 2 40 ' ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ =

X X X N N

Dimana: N'= Jumlah data yang diperlukan

(13)

i

X = Data pengamatan

Analisa kecukupan data :

Apabila N’ ≤ N , maka jumlah data sudah cukup Apabila N’ > N, maka jumlah data belum cukup

Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari data pengukuran sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen, sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran yang sangat banyak.

2.1.4.2 Perhitungan Safety Stock

Safety stock merupakan jumlah dari persediaan barang jadi, yang juga disebut sebagai

“buffer stock”, yang digunakan untuk memenuhi permintaan pelanggan ketika terjadi hal yang tiba-tiba.

Rumus untuk menghitung safety stock (Greene, 1997, p309) adalah:

Safety stock = Safety Factor * Standar Deviasi

Standar deviasi merupakan hasil perhitungan yang menggunakan data permintaan selama

periode yang bersangkutan. Rumus untuk menghitung standar deviasi (S) adalah: S =

2 (x-x)

n ∑

Dengan x = jumlah permintaan dalam periode yang bersangkutan, x = rata-rata permintaan selama periode yang bersangkutan,

(14)

n = jumlah periode data permintaan. Tabel 2.1 Safety Factor Service Level (%) Safety Factor

50 0,00 55 0,13 60 0,25 65 0,39 70 0,52 75 0,67 80 0,84 84 1,00 85 1,04 90 1,28 95 1,65 99 2,33 100 3,61 2.1.5 Sistem Persediaan

Sistem persediaan (Baroto, 2002, p54) adalah suatu mekanisme mengenai bagaimana mengelola masukan-masukan yang sehubungan dengan persediaan menjadi output, dimana untuk itu diperlukan umpan balik agar output memenuhi standar tertentu. Sistem ini bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya produk jadi, barang dalam proses, komponen, dan bahan baku secara optimal. Kriteria optimal adalah minimasi biaya total yang terkait dengan persediaan, yaitu biaya penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya kekurangan persediaan.

Variabel keputusan dalam pengendalian persediaan tradisional dapat diklasifikasikan ke dalam variabel kuantitatif dan variabel kualitatif. Secara kuantitatif diartikan bahwa berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan atau dibuat, kapan pemesanan atau pembuatan harus dilakukan, berapa jumlah persediaan pengaman, dan bagaimana mengendalikan persediaan. Secara kualitatif, masalah persediaan berkaitan dengan sistem pengoperasian persediaan yang

(15)

akan menjamin kelancaran pengelolaan persediaan adalah jenis barang apa yang dimiliki, dimana barang tersebut tersedia, berapa jumlah barang yang sedang dipesan, dan siapa saja yang menjadi pemasok masing-masing item.

2.1.5.1 Tipe Persediaan

Secara fisik, item persediaan dapat dikelompokkan dalam lima kategori (Baroto, 2002, p52), yaitu :

1. Bahan mentah (raw materials), yaitu barang-barang berwujud seperti baja, kayu, tanah liat, atau bahan-bahan mentah lainnya yang diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari pemasok, atau diolah sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksinya sendiri.

2. Komponen, yaitu barang-barang yang terdiri atas bagian-bagian (parts) yang diperoleh dari perusahaan lain atau hasil produksi sendiri untuk digunakan dalam pembuatan barang jadi atau barang setengah jadi.

3. Barang setengah jadi (work in process) yaitu barang-barang keluaran dari tiap operasi produksi atau perakitan yang telah memiliki bentuk lebih kompleks daripada komponen, namun masih perlu proses lebih lanjut untuk menjadi barang jadi.

4. Barang jadi (finished goods) adalah barang-barang yang telah selesai diproses dan siap untuk didistribusikan ke konsumen.

5. Bahan pembantu (supplies material) adalah barang-barang yang diperlukan dalam proses pembuatan atau perakitan barang, namun bukan merupakan komponen barang jadi.

(16)

2.1.5.2 Karakteristik Permintaan dan Model Persediaan

Permintaan dan lead time merupakan hal yang tidak pasti dalam sistem persediaan. Klasifikasi model persediaan yang berkaitan dengan permintaan adalah sebagai berikut : (Elsayed, 1994, p69)

1. Static deterministic inventory model (model persediaan statis deterministik). Model ini mempunyai ukuran permintaan yang deterministik karena ukuran permintaan dalam suatu periode diketahui dan konstan, dan laju permintaannya sama untuk setiap periode.

2. Dynamic deterministic inventory model (model persediaan dinamis deterministik). Model ini ukuran permintaannya untuk setiap periode diketahui dan konstan, tetapi laju permintaannya bervariasi (dinamis).

3. Static probabilistic inventory model (model persediaan statis probabilistik). Pada model ini, ukuran permintaannya bersifat acak, namun berdistribusi tertentu yang sama untuk setiap periodenya.

4. Dynamic probabilistic inventory model (model persediaan statis probabilistik). Pada model ini ukuran permintaannya bersifat acak, namun berdistribusi tertentu yang berbeda dan bervariasi untuk setiap periodenya.

2.1.5.3 Model EOQ

Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Ford Harris dari Westinghouse pada tahun 1915. Metode ini merupakan inspirasi bagi para pakar persediaan untuk mengembangkan metode-metode pengendalian persediaan lainnya. Metode ini dikembangkan atas fakta adanya biaya variabel dan biaya tetap dari proses produksi atau pemesanan barang. (Baroto, 2002, p57)

(17)

EOQ merupakan salah satu teknik pengendalian persediaan tertua dan paling terkenal. Teknik ini relatif mudah digunakan, tetapi didasarkan pada beberapa asumsi :

1. Tingkat permintaan diketahui dan bersifat konstan.

2. Lead time, yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan, diketahui, dan bersifat konstan.

3. Persediaan diterima dengan segera. Dengan kata lain, persediaan yang dipesan tiba dalam bentuk kumpulan produk, pada satu waktu.

4. Tidak mungkin diberikan diskon.

5. Biaya variabel yang muncul hanya biaya pemasangan atau pemesanan dan biaya penahanan atau penyimpanan persediaan sepanjang waktu.

6. Keadaan kehabisan stok (kekurangan) dapat dihindari sama sekali bila pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.

7. Harga per unit produk adalah konstan.

(18)

2.2 Sistem Informasi

2.2.1. Sistem

Sistem menurut O’Brien (2003, p8) adalah suatu kelompok dari elemen-elemen yang saling berhubungan dan berinteraksi satu sama lain dan menciptakan suatu kesatuan yang utuh. Elemen-elemen ini bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama dengan menerima input dan memproduksi output dalam proses transformasi yang terorganisir.

Sistem memiliki tiga komponen dasar yang saling berinteraksi :

1. Input : mencakup mendapatkan dan mengatur komponen atau elemen yang masuk ke sistem untuk diproses. Contohnya mencakup bahan mentah, data, usaha manusia.

2. Proses : mencakup proses transformasi yang mengubah input menjadi output. Contohnya mencakup proses manufaktur, perhitungan matematis, dan lain sebagainya.

3. Output : mencakup elemen yang telah melalui proses transformasi. Contoh mencakup jasa, produk dan informasi.

Selain ketiga komponen dasar tersebut, terdapat dua lagi komponen tambahan yaitu : 1. Feedback : data mengenai performa sistem.

2. Control : mecakup pengawasan dan evaluasi dari feedback untuk mengetahui bila sistem bergerak menuju tujuan yang telah ditetapkan.

2.2.2. Informasi

Untuk memahami konsep informasi, perlu untuk terlebih dahulu memahami konsep data. Data adalah kenyataan atau observasi mengenai fenomena tertentu atau transaksi bisnis tertentu yang merupakan pengukuran objektif dari karakteristik dari suatu objek pengamatan tertentu.

(19)

Informasi adalah data yang telah diolah sehingga memiliki makna tertentu bagi penggunanya.

2.2.3. Sistem Informasi

Sistem Informasi adalah sekumpulan orang, prosedur, dan sumber daya yang mengumpulkan, memproses dan menyalurkan informasi dalam suatu organisasi. Pengertian lainnya dari sistem informasi adalah sebagai suatu sistem yang menerima data sebagai input dan kemudian mengolahnya menjadi informasi sebagai outputnya.

Computer Based Information System (CBIS) adalah sistem informasi berbasis komputer

dimana sistem disini menyangkut kombinasi dari perangkat keras, perangkat lunak, sumber daya manusia, jaringan dan data yang berfungsi untuk melakukan kegiatan input, proses, output, penyimpanan dan kontrol yang mengubah sumber daya data menjadi produk berupa informasi.

Sumber daya sistem informasi menurut O’Brien (2003, p11-14) mencakup : 1. Sumber daya manusia

Sumber daya manusia mencakup pengguna akhir dan spesialis IS. Pengguna akhir adalah semua orang yang menggunakan sistem informasi dalam melaksanakan kegiatan dan tugas mereka. Spesialis IS mencakup system analyst, pengembang software dan orang yang mengoperasikan sistem tersebut.

2. Sumber daya perangkat keras (hardware)

Hardware mencakup semua peralatan fisik dan material yang digunakan dalam mengolah

informasi termasuk di dalamnya mesin seperti komputer (baik itu merupakan komputer

desktop, laptop, mainframe, dan lain sebagainya) serta semua perlengkapan lainnya seperti

(20)

3. Sumber daya perangkat lunak (software)

Software mencakup program dan prosedur. Program adalah serangkaian perintah yang

mengontrol jalannya hardware. Prosedur adalah serangkaian instruksi untuk mengolah informasi seperti prosedur input data, prosedur untuk mengoreksi kesalahan.

4. Sumber daya data

Data disini mencakup semua bentuk data termasuk data berupa angka, alfabet maupun karakter lain yang mendeskripsikan transaksi bisnis dan kejadian lainnya. Termasuk juga di dalamnya adalah konsep penyimpanan data seperti database.

5. Sumber daya jaringan

Sumber daya jaringan mencakup media komunikasi seperti teknologi komunikasi wireless,

microwave kabel serat optik dan lain sebagainya serta dukungan untuk jaringan seperti

modem.

Sistem Informasi menurut O’Brien (2003, p24) terbagi atas tiga kategori yaitu : 1. Operations Support Systems

Merupakan sistem operasi yang memproses data yang digunakan dalam operasi bisnis menjadi informasi yang dapat digunakan baik untuk keperluan internal maupun eksternal tanpa penekanan mengenai kegunaannya bagi manajemen (atau manager). Fungsinya adalah untuk mengefisiensikan transaksi bisnis, mengontrol proses bisnis, mendukung komunikasi dan kolaborasi serta update database.

Yang termasuk dalam Operations Support Systems adalah :

a. Transaction Processing Systems

Mengolah data yang didapat dari transaksi bisnis, mengupdate database operasional, dan mengahasilkan dokumen bisnis.

(21)

b. Process Control Systems

Memonitor dan mengontrol proses industri.

c. Enterprise Collaboration Systems

Mendukung kolaborasi dan kerja sama serta komunikasi dalam kegiatan perusahaan, tim dan kelompok kerja.

2. Management Support Systems

Merupakan sistem informasi yang berfokus pada penyediaan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan yang efektif bagi para manager. Yang termasuk dalam Management

Support Systems adalah :

a. Management Information Systems

Menyediakan informasi dalam bentuk laporan dan tampilan yang mendukung proses pembuatan keputusan bisnis.

b. Decision Support Systems

Menyediakan dukungan ad hoc untuk proses pengambilan keputusan bagi manager dan profesional bisnis lainnya.

c. Executive Information Systems

Menyediakan informasi yang kritis dari berbagai sumber untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi kaum eksekutif perusahaan.

3. Sistem informasi yang dapat mendukung operasi maupun kegiatan manajemen seperti:

a. Expert Systems

Sistem berbasis knowledge (pengetahuan) yang memberikan masukan atau nasihat dari sudut pandang ahli di bidang tersebut.

(22)

b. Knowledge Management Systems

Sistem berbasis knowledge yang mendukung penciptaan, pengorganisasian, dan penyebaran business knowledge dalam perusahaan.

c. Strategic Information Systems

Mendukung proses manajemen dan operasi yang memberikan perusahaan kemampuan strategis dalam mendapatkan keuntungan bersaing.

d. Functional Business Systems

Mendukung berbagai aplikasi operasional dan manajemen untuk fungsi bisnis mendasar dalam suatu perusahaan.

2.2.4. Sistem Informasi Manajemen

McLeod (2001, p239) mendefinisikan Sistem Informasi Manajemen (SIM) sebagai sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi pengguna yang memiliki kepentingan yang saman yaitu pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh organisasi / perusahaan. Output dari SIM adalah berupa laporan periodik, laporan khusus dan perhitungan matematis.

Model SIM dapat dijelaskan dalam Gambar 2.1. Dimana ditunjukkan bahwa data dan informasi didapat dari lingkungan. Database digunakan oleh software untuk menghasilkan laporan dan model matematis juga digunakan untuk menghasilkan perhitungan yang akan digunakan oleh pengambil keputusan dalam organisasi baik itu berupa manager maupun non

manager. Aliran data dan informasi dibedakan untuk menunjukkan yang mana yang merupakan input dan output dari komponen system.

(23)

(Sumber : McLeod, 2000, p240)

Gambar 2.4 Model Sistem

SIM memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah dalam dua cara: 1. Sumber daya informasi organisasi secara menyeluruh

SIM menyiapkan dan merupakan sarana untuk menghubungkan para manager dalam organisasi, sehingga informasi dapat digunakan bersama untuk mendukung pemecahan masalah yang dihadapi.

2. Pemahaman dan identifikasi masalah

Sesuai dengan konsep SIM yaitu sebagai penyedia informasi terus menerus bagi manager (pengambil keputusan). Penggunaan SIM dapat memberikan gambaran dan sinyal akan masalah yang dihadapi atau yang akan terjadi bila keputusan lebih lanjut tidak segera diambil. SIM juga membantu dalam hal pemahaman penyebab dari masalah tersebut.

(24)

2.2.5. Daur Hidup Sistem (System Life Cycle)

Daur Hidup Sistem adalah pengaplikasian pendekatan sistem untuk pengembangan sistem informasi dan subsistem berbasis komputer. Daur hidup sistem terdiri dari rangkaian tugas yang mengikuti pola tertentu dan dilakukan secara top-down sehingga dikenal dengan pendekatan air terjun (waterfall approach).

Daur hidup sistem menurut McLeod (2001, p123) terdiri dari lima fase dimana empat fase pertama berkaitan dengan upaya pengembangan sistem sehingga dikenal dengan sebutan

System Design Life Cycle (SDLC). Keempat fase tersebut adalah planning (perencanaan), analysis (analisa), design (perancangan) dan implementation (implementasi). Fase yang kelima

adalah use (pemakaian) yang mana akan berlangsung hingga sistem perlu untuk dirancang ulang atau dihentikan.

2.2.6. Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek (Object Oriented Analysis and Design) Analisa dan perancangan berorientasi objek (OOAD) menggunakan objek dan kelas sebagai konsep kunci dalam melakukan analisa dan perancangan. Objek sendiri adalah suatu entitas yang memiliki identitas, state dan behaviour. Dalam kegiatan analisa objek digunakan untuk mengelola pemahaman akan konteks sistem. Dalam perancangan objek digunakan untuk memahami dan mendefinisikan sistem.

Kelas menurut Mathiassen (2000, p4) adalah deskripsi dari sekumpulan objek yang berbagi struktur, behavioral pattern dan attributes yang sama. Kelas berguna untuk memahami dan menggambarkan objek dimana daripada mendeskripsikan masing-masing objek yang ada, akan lebih baik untuk membuat kelas yang berisi objek-objek dengan deskripsi yang sama.

(25)

Penganalisaan objek mendeskripsikan fenomena yang terjadi diluar sistem yang umumnya berdiri sendiri. Walaupun fenomena tersebut tidak dapat diatur namun tetap perlu diakui keberadaannya yang akan mempengaruhi sistem. Perancangan objek mendeskripsikan fenomena yang berada dalam sistem yang dapat dikendalikan.

Keunggulan dalam OOAD menurut Mathiassen (2000, p5-6) adalah :

a. Menyediakan informasi yang jelas mengenai konteks sistem. Dimana OOAD memfokuskan dengan kejelasan yang sama antara sistem dan konteksnya.

b. Hubungan yang erat antara analisa berorientasi objek dengan perancangan berorientasi objek, antar muka pengguna yang berorientasi objek dan programming yang berorientasi objek. Dalam kegiatan analisa, objek digunakan untuk menentukan system requirements dan dalam perancangan, objek digunakan untuk mendeskripsikan sistem. Objek juga digunakan untuk menggambarkan dan sebagai model dari situasi dalam organisasi mauun situasi di luar organisasi.

c. Objek memungkinkan pemahaman dengan cara yang alami terhadap masalah yang dihadapi. Aktivitas dalam OOAD mencakup kegiatan utama yaitu problem domain analysis,

application domain analysis, architecture design dan componen design. Selain itu terdapat

juga kegiatan tambahan yaitu preliminary analysis yang dilakukan sebelum keempat aktivitas tersebut yang bertujuan untuk menentukan sistem yang dibutuhkan dengan cara memahami situasi yang ada mengumpulkan ide-ide.

(26)

Sumber: Mathiassen et al (2000, p15)

Gambar 2.5 Aktivitas Utama dalam OOAD

2.2.6.1. System Choice

Perancangan sistem dimulai dengan mengumpulkan ide-ide mengenai sistem yang dibutuhkan serta mengumpulkan informasi mengenai situasi yang sedang dihadapai. Kegiatan ini merupakan preliminary analysis dimana pada tahap ini dilakukan perembukan demi tujuan pengumpulan ide mengenai sistem atau keadaaan yang ada saat ini dari berbagai sudut pandang pihak-pihak yang terlibat di dalamnya serta ide-ide berkaitan dengan sistem yang diinginkan dan dibutuhkan.

Hasil dari preliminary analysis ini adalah system definition yang menggambarkan pilihan sistem yang akan dikembangkan. System definition menjelaskan konteks sistem, informasi yang

(27)

harus dikandung dalam sistem, fungsi-fungsi dalam sistem, penggunaan serta batasan-batasan yang harus diperhatikan.

Dalam kegiatan preliminary analysis juga ditentukan FACTOR yang mana seperti dinyatakan oleh Mathiassen (2000, p39-40) merupakan enam kriteria :

a. Functionality : Fungsi dari sistem yang mendukung kegiatan dalam application domain. b. Application domain : Bagian dari organisasi yang mengatur, mengawasi dan mengontrol

problem domain.

c. Conditions : Kondisi dimana sistem akan dikembangkan dan digunakan.

d. Technology : Teknologi yang digunakan baik untuk mengembangkan sistem dan juga teknologi yang memungkinkan dan mendukung jalannya sistem.

e. Objects : Objek utama dalam problem domain

f. Responsibility : Tanggung jawab sistem secara keseluruhan dalam hubungannya dengan konteksnya.

Mathiassen (2000, p40) juga menyatakan bahwa FACTOR dapat digunakan dalam dua cara. Yang pertama adalah FACTOR dapat digunakan untuk mendukung kegiatan pembuatan

system definition, dimana keenam kriteria FACTOR dipertimbangkan formulasinya. Pada tahap

ini, FACTOR terlebih dahulu didefinisikan baru kemudian ditentukan system definitionnya. Cara kedua adalah dengan mendefinisikan terlebih dahulu system definition dan kemudian menggunakan keenam kriteria FACTOR untuk mengetahui bagaimana system definition yang dibuat telah memenuhi keenam faktor tersebut.

(28)

2.2.6.2. Problem Domain Analysis

Problem domain analysis berfokus pada upaya untuk mengetahui apa-apa saja

informasi yang perlu untuk ditangani oleh sistem. Kegiatan dalam problem domain analysis mencakup aktivitas kelas berupa penentuan objek, kelas dan event yang dirangkum dalam event

table. Kelas dan objek tersebut kemudian dibuat modelnya berdasarkan relasi struktural antara

kelas dan objeknya, untuk kemudian dilakukan pendeskripsian dari atribut dan behavior dari kelas dan objek tersebut.

2.2.6.2.1. Aktivitas Kelas

Aktivitas kelas dalam problem domain analysis merupakan kegiatan abstraksi, klasifikasi, dan pemilihan. Abstraksi merupakan kegiatan dimana problem domain diabstraksikan dalam bentuk objek dan kelas. Objek dan kelas tersebut kemudian diklasifikasikan dan kemudian dilakukan pemilihan kelas dan event yang digunakan untuk memodelkan problem domain. Konsep kelas dan event ini merupakan upaya untuk mendifinisikan dan membatasi problem domain.

Event table merupakan tabel yang merangkum kelas dan event dimana dalam event table

akan ditunjukkan event dimana objek tertentu terlibat di dalamnya dan juga event apa saja yang mempengaruhi objek tersebut.

2.2.6.2.2 Aktivitas Struktural

Bila dalam aktivitas kelas, kelas dan objek dikarakterisasi berdasarkan eventnya maka pada aktivitas struktural hal ini dikembangkan dengan menambahkan pendeskripsian hubungan struktural antara kelas dan objek tersebut. Sruktur ini kemudian digambarkan dalam suatu class

(29)

diagram (diagram kelas). Struktur menurut Mathiassen (2000, p72-77) terbagi atas dua yaitu

struktur antar objek dan struktur antar kelas : 1. Struktur antar kelas, yaitu: Generalisasi

Merupakan hubungan struktural antara dua atau lebih kelas yang khusus dengan kelas yang lebih umum. Relasi generalisasi dapat didefinisikan sebagai hubungan ‘adalah’ dimana

subclass (kelas yang khusus) juga adalah superclass (kelas yang umum). Contohnya adalah

antara kendaraan dengan truk dimana kendaraan adalah superclass dan truk adalah subclass dimana dapat dinyatakan bahwa truk adalah kendaraan. Dalam konsep generalisasi ini segala yang merupakan property dari superclass juga berlaku bagi subclassnya.

2. Struktur antar objek a. Agregasi

Menggambarkan hubungan antara dua atau lebih objek yang menunjukkan bahwa salah satu dari objek merupakan bagian dari suatu objek keseluruhan. Hubungan asosiasi dapat dinyatakan sebagai hubungan ‘bagian dari’. Contohnya adalah pada objek mobil dan roda dimana roda dapat dinyatakan sebagai bagian dari mobil.

b. Asosiasi

Hubungan asosiasi merupakan hubungan antara dua atau beberapa objek yang tidak mengimplikasikan adanya peringkat antar objek yang dihubungkannya tersebut. Asosiasi tidak memiliki nama, dimana bila tampak perlu untuk pemberian nama maka itu menandakan adanya kelas penghubung yang belum didefinisikan untuk hubungan tersebut.

(30)

2.2.6.2.3. Aktivitas Behavior

Pada aktivitas ini dilakukan pendefinisian atribut dan behavioral pattern (pola behavior) dari setiap kelas. Pola behavior adalah deskripsi dari semua kemungkinan event traces untuk semua objek dalam sebuah kelas. Event traces adalah urutan event yang melibatkan onjek tertentu.

Mathiassen (2000, p93) menyatakan bahwa behavioral pattern memiliki tiga bentuk yaitu

sequence (urutan), selection (pemilihan) dan iteration (perulangan). Sequence merupakan pola

dimana event terjadi setelah event tertentu diselesaikan. Selection merupakan pola dimana hanya satu event yang terjadi dari beberapa kemungkinan event yang dapat terjadi. Iteration merupakan pola event yang dapat terjadi berulang-ulang.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan behavioral pattern adalah event yang menyebabkan tebentuknya objek dalam sebuah problem domain dan event yang menyebabkan hilangnya objek tersebut. Hal lainnya adalah bahwa behavioral pattern harus mampu menggambarkan event traces yang diperbolehkan dan yang tidak legal.

Hasil dari aktivitas behavioral ini adalah statechart yang menggambarkan semua kemungkinan aktivitas dalam kelas mulai dari pembentukan kelas hingga ketika kelas tersebut diterminasi.

2.2.6.3. Application Domain Analysis

Application domain analysis berfokus pada upaya untuk menjawab pertanyaan

bagaimana sistem akan digunakan. Pada tahap ini akan dilakukan pendefinisian use cases, actor,

function dan interface dari system. Kegiatan analisa dapat dimulai baik dari analisa problem domain maupun pada analisa application domain masing-masing dengan titik berat yang

(31)

berbeda. Dimana bila diawali dengan application domain analysis maka fokus akan terletak pada pekerjaan pengguna sementara dengan memulai dari problem domain analysis fokus terletak pada aktivitas bisnis tersebut dan bukannya pada antarmuka sistem tersebut.

Dengan memulai dari problem domain analysis yang walaupun lebih sulit dibandingan dengan application domain analysis terdapat kelebihan berupa pendeskripsian object oriented yang lebih baik. Sementara problem domain lebih stabil sementara application domain lebih rentan terhadap perubahan. Bila terdapat perubahan pada problem domain maka fungsi dan antarmuka pasti berubah namun perubahan pada application domain dapat tidak menyebabkan perubahan pada problem domain.

2.2.6.3.1 Usage

Dalam aktivitas ini dilakukan pendefinisian bagaimana pengguna (user) berinteraksi dengan sistem. Hal ini dilakukan dengan pendefinisian use case dan actor. Use case adalah pola interaksi antara sistem dengan actor dalam application domain. Actor adalah abstraksi dari pengguna ataupun sistem lain yang berinteraksi dengan sistem. Use case memungkinkan suatu pemahaman atas sistem dari sudut pandang pengguna dan menyediakan dasar bagi pendefinisian dan pengevaluasian fungsi dan antarmuka.

Hasil dari aktivitas ini adalah use case diagram yang menggambarkan nteraksi antara

(32)

2.2.6.3.2 Functions

Function (fungsi) adalah fasilitas yang memungkinkan model agar berguna bagi para actors. Aktivitas ini berguna untuk menentukan kapabilitas dari pemrosesan sistem informasi

dimana function yang kompleks perlu untuk diberikan perhatian lebih.

Mathiassen (2000, p138) menyatakan bahwa terdapat empat tipe function yaitu :

1. Update : fungsi yang diaktifkan oleh event dalam problem domain dan menghasilkan perubahan di status dari model.

2. Signal : diaktifkan oleh perubahan status dari model dan mengakibatkan reaksi baik berupa tampilan bagi para aktor yan menyatakan hal tersebut atau intervensi langsung dalam

problem domain.

3. Read : diaktifkan oleh adanya keperluan akan informasi oleh para actors dan mengakibatkan sistem menampilkan bagian tertentu dari model yang berhubungan.

4. Compute : diaktifkan oleh adanya keperluan akan informasi oleh para actors yang perlu melibatkan komputasi dari informasi yang disediakan oleh para actos ataupun model. Hasilnya adalah berupa hasil komputasi tersebut.

2.2.6.3.3 Antarmuka

Antarmuka merupakan fasilitas yang memungkinkan model sistem dan function dari sistem agar dapat digunakan oleh para actors. Antarmuka sendiri dapat dibedakan atas antarmuka pengguna dengan antarmuka sistem.

Hasil dari kegiatan analisa antarmuka adalah navigation diagram yang menggambarkan setiap windows dan bagaimana hubungan antara setiap windows dan bagaimana mengakses setiap windows tersebut. Hasil lainnya adalah berupa sequence diagram dimana pada diagram ini

(33)

dijelaskan interaksi antar objek-objek melalui pesan-pesan yang disampaikan antar objek tersebut.

2.2.6.4. Architecture Design

Perancangan arsitektur merupakan suatu usaha untuk menstrukturisasi sistem berdasarkan bagian-bagiannya untuk memenuhi kriteria perancangan tertentu.

Kegiatan perancangan arsitektur terbagi atas dua kegiatan yaitu arsitektur komponen dan arsitektur proses. Arsitektur komponen berfokus pada aspek yang lebih stabil (kelas) dan merupakan struktur untuk keperluan deskripsi. Arsitektur proses lebih berfokus pada aspek yang dinamis (objek) dan menstrukturisasi proses dalam sistem agar terkoordinasi dan efisien. Arsitektur proses lebih berhubungan dengan pertimbangan fisikal dibandingkan dengan arsitektur komponen yang lebih berhubungan dengan aspek logikal.

Kegiatan dalam perancangan arsitektur menurut Mathiassen (2000, p176) adalah: 2.2.6.4.1. Prioritas perancangan (kriteria)

Kriteria merupakan kondisi atau sifat yang lebih diutamakan dalam suatu arsitektur. Perancangan yang baik perlu untuk menyeimbangkan antara berbagai kriteria dan karena kriteria-kriteria ini bisa jadi saling bertentangan maka prioritas dari kriteria tersebut menjadi penting.

Kriteria-kriteria tersebut adalah :

1. Usable : Kemampuan sistem untuk dapat diadaptasi dalam suatu organisasi, kegiatan kerja dan konteks teknis dalam organisasi tersebut.

(34)

3. Efficient : Eksploitasi ekonomis dari fasilitas teknis sistem. 4. Correct : Pemenuhan kebutuhan sistem.

5. Reliable : Pemenuhan ketepatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan fungsi - fungsi sistem. 6. Maintainable : Biaya untuk memperbaiki defect dari sistem.

7. Testable : Biaya untuk memastikan bahwa sistem yang dibuat dapat berfungsi sesuai sebagaimana mestinya.

8. Flexible : Biaya untuk mengubah sistem yang dibuat.

9. Comprehensible : Usaha yang diperlukan untuk mendapatkan pemahaman atas sistem. 10. Reuseable : Potensi untuk menggunakan bagian dari sistem dengan sistem terkait lainnya. 11. Portable: Biaya untuk memindahkan sistem ke perangkat teknis yang lain.

12. Interoperable : Biaya untuk penggunaan sistem dengan sistem yang lain.

Perancangan yang baik umumnya memiliki kriteria usable, flexible dan comprehensible.

Usable ditentukan oleh hubungan antara kualitas teknis sistem dengan penerapannya dalam

pekerjaan user. Flexible dan comprehensible membantu dalam perancangan dan pengimplementasian kegiatan.

2.2.6.4.2. Pendefinisian komponen

Komponen adalah kumpulan dari bagian program dengan tanggung jawabnya masing-masing. Arsitektur komponen adalah struktur sistem dari komponen-komponen yang saling berhubungan. Arsitektur komponen yang baik akan membantu pemahaman sistem, pengaturan perancangan dan menunjukkan kestabilan dari sistem tersebut.

(35)

Komponen sistem memiliki tiga bagian yaitu :

1. User interface : bertanggung jawab untuk membaca perintah dari tombol dalam tampilan, dan mengupdate tampilan yang memungkinkan interaksi antara pengguna dengan sistem. 2. Model : bertanggung jawab dalam menampung objek.

3. Function : bertanggung jawab dalam menyediakan fungsi dari sistem.

Terdapat tiga pola arsitektur yaitu : 1. The layered architecture pattern

Arsitektur ini memiliki beberapa komponen yang dirancang dalam bentuk lapisan-lapisan dimana terdapat antarmuka atas dan bawah. Antarmuka atas mendeskripsikan operasi yang disediakan oleh komponen di lapisan atas sementara antarmuka bawah mendeskripsikan operasi yang dapat diakses oleh komponen dari lapisan dibawahnya.

2. The generic architecture pattern

Arsitektur ini terdiri model sistem yang terletak di lapisan paling bawah, diikuti dengan dengan function diatasnya dan kemudian interface di lapisan teratas. Perangkat teknis bisa diletakkan di bawah model dimana perangkat teknis ini terhubung dengan model dan

interface.

3. The client-server architecture pattern

Dikembangkan untuk sistem yang terdistribusi di beberapa area geografis yang berbeda. Komponen dari arsitektur ini mencakup sebuah server dan beberapa klien dimana klien-klien ini menggunakan server secara independen satu sama lainnya.

(36)

2.2.6.4.3. Pendefinisian Proses

Arsitektur proses merupakan struktur pengeksekusian sistem yang terdiri dari proses-proses yang interdependent. Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk mendefinisikan struktur fisik dari sistem. Hasil dari aktivitas ini adalah deployment diagram. Deployment diagram menjelaskan konfigurasi sistem dalam bentuk processor dan objek yang terkait dengan processor dimana processor adalah unit yang melakukan proses.

2.2.6.5. Component Design

Sistem komponen yang umum terdiri atas komponen fungsi dan komponen model. Perancangan komponen terdiri dari kegiatan untuk mendefinisikan kedua komponen tersebut dan bagaimana menghubungkan komponen-komponen. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menentukan penerapan kebutuhan dalam kerangka kerja arsitektur.

2.2.6.5.1. Model Component

Model component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan model problem domain. Tujuan dari model component adalah untuk mengantarkan data historis dan masa kini ke functions, antarmuka dan juga bagi pengguna serta sistem lain yang menggunakannya. Hasil dari

kegiatan ini adalah revised class diagram dari hasil analisa event dan struktur kelas yang ada.

2.2.6.5.2. Function Component

Funciton component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan apa yang

menjadi keperluan fungsional. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan akses terhadap model kepada antarmuka pengguna dan sistem lainnya. Dengan demikian function component

(37)

adalah penghubung antara model dan penggunaannya. Hasil dari kegiatan ini adalah class

diagram dengan operasi dan spesifikasi dari operasi yang kompleks. Spesifikasi bagi operasi

yang kompleks dapat digambarkan dalam bentuk operation specification, sequence diagram atau

Gambar

Gambar 2.1 Pola Data
Gambar 2.2 Model Linear Programming Secara Umum
Gambar 2.3 Model Matematika Linear Programming  2.1.3.4 Metode Simpleks
Tabel 2.1 Safety Factor  Service Level (%) Safety Factor
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang menujukkan faktor paling dominan dengan kasus difteri di Puskesmas Bangkalan tahun 2016, yaitu seorang anak yang

Penelitian dilakukan untuk melihat kinerja sistem MFC pada pengolahan air limbah industri pangan, dalam hal ini tahu dan cucian beras (catering), dengan

dalam kondisi yang damai dan dengan menghormati TUHAN, Allah Israel dan Daud juga bersyukur dapat menyelesaikan dengan baik dan menyaksikan raja yang meneruskan.

dengan perkembangan cara berpikirnya, anak lazimnya belum memiliki rasa pertimbangan yang matang, termasuk berkenaan dengan hal-hal yang membahayakan. Ia

Penulisan Karya Tulis Imiah yang berjudul “Perbedaan Diameter Lumen Arteri Umbilikalis pada Preeklampsia Berat dan Kehamilan Normotensi” ini dilakukan dalam rangka memenuhi

Hasil penelitian mencatat, keanekaragaman spesies tumbuhan berguna di HAIM yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebanyak 176 spesies yaitu untuk konstruksi berat 69

Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik lain yang lebih jauh atau tinggi dengan ancang-ancang lari cepat atau lambat dengan menumpu satu