• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I KEBIJAKAN PENGARUSUTAMAAN DAN LINTAS BIDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I KEBIJAKAN PENGARUSUTAMAAN DAN LINTAS BIDANG"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

II.1 - 1

BAB I

KEBIJAKAN PENGARUSUTAMAAN DAN LINTAS BIDANG

1.1. PENGARUSUTAMAAN

1.1.1. Pengarusutamaan Pembangunan Berkelanjutan Kondisi Saat ini

Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan yang berprinsip untuk memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Untuk mencapai keberlanjutan yang menyeluruh, diperlukan keterpaduan antara 3 pilar pembangunan, yaitu keberlanjutan dalam aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan yang berintegrasi dan saling memperkuat satu dengan yang lain.

Walaupun Indonesia telah menyusun National Sustainable Development Strategy

(Agenda 21) pada tahun 1997 yang berisi rekomendasi kepada sektor dalam penerapan

prinsip pembangunan berkelanjutan hingga tahun 2020 serta ditetapkannya pengarus-utamaan pembangunan berkelanjutan sebagai salah satu prinsip dalam Rencana Kerja Pemerintah setiap tahun pada RPJM 2004-2009. Namun, hingga saat ini belum ada suatu sistem, serta mekanisme yang andal untuk melakukan pengintegrasian isu pembangunan berkelanjutan tersebut ke dalam program-program pembangunan secara terarah.

Pada tahun 2009 dengan ditetapkannya UU 32/2009 mengenai Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup telah diwajibkan dilakukannya Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dalam penyusunan Kebijakaan, Program dan Rencana Pembangunan. Hal ini merupakan salah satu upaya mengarusutamakan prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam pembangunan Indonesia. Hal ini dilakukan setelah penerapan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sejak akhir 1980an dirasa tidak mencukupi untuk mengurangi dampak lingkungan dari suatu kegiatan pembangunan.

Selain itu, pada RPJMN 2010-2014 telah ditetapkan prinsip-prinsip pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan yang meliputi 3 pilar yaitu pilar ekonomi, sosial dan lingkungan hidup dengan indikator-indikator utamanya. Hingga tahun 2010 penerapan KLHS serta penerapan sistem pengarusutamaan pembangunan masih dalam upaya meletakkan dasar-dasar kebijakan serta penerapan KLHS pada tata ruang dan perencanaan di daerah. Untuk itu, hal ini masih perlu terus untuk dikembangkan terutama pada tahun 2011.

Permasalahan dan Sasaran

Walaupun sudah dilakukan berbagai upaya untuk menanggulangi kerusakan lingkungan hidup, pencemaran dan penurunan kualitas daya dukung lingkungan hidup terus terjadi. Untuk itu, diperlukan pengelolaan lingkungan hidup yang terintegrasi dari hulu ke hilir dan lintas sektoral. Selain itu, diperlukan suatu upaya pengintegrasian pembangunan berkelanjutan ke dalam pembangunan sektoral.

Banyaknya pemangku kepentingan yang berperan dalam pembangunan berkelanjutan mengharuskan adanya koordinasi serta sinergi yang baik antarberbagai pihak tersebut. Setiap pihak mempunyai peran dan fungsi dalam menggerakkan subsistem yang

(2)

II.1 - 2

membentuk sistem pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, pembangunan berkelanjutan harus bersifat membuka akses seluruh pihak agar dapat berperan aktif dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan itu. Pemerintah diharapkan dapat memberikan arah, kebijakan, standar-standar, manual, serta kerangka kebijakan penunjang lainnya yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan.

Sasaran pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan pada tahun 2011 adalah (1) teradopsinya pertimbangan ekonomi, sosial, lingkungan, dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan (2) terpeliharanya kualitas lingkungan hidup yang ditunjukkan dengan membaiknya indeks kualitas lingkungan hidup tahun 2011; dan (3) disepakati, disusun, dan digunakannya indeks kualitas lingkungan hidup sebagai salah satu alat untuk mengukur pembangunan yang berkelanjutan.

Arah Kebijakan

Pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan dilakukan dengan memperhatikan

aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi dalam menyusun kerangka strategis, struktur

kelembagaan, strategi dan kebijakan nasional, sektoral dan wilayah, serta dalam proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan. Pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan juga harus dilakukan dengan memperhatikan permasalahan strategis lingkungan dan sosial yang ada.

Pengarusutamaan dilakukan dengan cara yang terstruktur dengan kriteria sebagai berikut: (1) kegiatannya merupakan upaya integral dalam kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan; (2) kegiatan tidak mengimplikasikan adanya tambahan pendanaan (investasi) yang signifikan karena berasaskan koordinasi dan sinergi; (3) pembangunan dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi sosial kemasyarakatan, kondisi daya dukung dan daya tampung lingkungan dalam proses perencanaan dan pelaksanaannya; dan (4) pengarusutamaan terutama dilakukan pada sektor yang memberikan dampak besar terhadap kualitas lingkungan dan di wilayah/daerah yang rawan kerusakan lingkungan, diprioritaskan pada kegiatan strategis pelestarian daya dukung dan daya tampung lingkungan serta keadilan dan keberlanjutan sosial.

Kegiatan pembangunan tidak mengabaikan kemampuan daya dukung lingkungan yang menopang kegiatan pembangunan tersebut. Tiga indikator daya dukung lingkungan utama sebagai penopang pembangunan adalah daya dukung lahan, daya dukung air, dan udara. Daya dukung sumber daya lahan dapat dilihat dari (1) daya serap air (infiltrasi air), (2) kualitas lahan, (3) tutupan lahan, dan (4) laju erosi lahan. Kegiatan pembangunan hendaknya memperhatikan daya dukung sumber daya lahan itu. Daya dukung sumber daya air dapat dilihat dari kualitas air, diupayakan agar kegiatan pembangunan yang ada tidak menurunkan kualitas air setempat dan kuantitas air, diupayakan agar kegiatan pembangunan yang memanfaatkan air tidak mengeksploitasi air melebihi daya pemulihan dan pengisiannya kembali.

Pertimbangan utama dalam pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan dalam aspek sosial adalah: (1) struktur sosial masyarakat: kegiatan pembangunan yang direncanakan diupayakan mempertimbangkan struktur sosial masyarakat agar tidak terjadi konflik dan benturan nilai yang tidak diinginkan dan (2) partisipasi masyarakat pelaku

dan marjinal/minoritas: kegiatan pembangunan yang direncanakan telah memasukkan

unsur partisipasi masyarakat/pemangku kepentingan dan masyarakat marjinal terutama dalam proses pengambilan keputusan serta peran-peran lainnya.

(3)

II.1 - 3

Berkaitan dengan itu, pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan mempunyai indikator kinerja yang mencerminkan 3 pilar pembangunan yaitu: (1) ekonomi: indikator ekonomi makro seperti pertumbuhan ekonomi, dan dampak ekonomi; (2) sosial: tingkat partisipasi masyarakat pelaku pembangunan, partisipasi masyarakat marginal/minoritas (kaum miskin dan perempuan), dampak terhadap struktur sosial masyarakat, serta tatanan atau nilai sosial yang berkembang di masyarakat; dan (3) lingkungan hidup: dampak terhadap kualitas air, udara dan lahan serta ekosistem (keanekaragaman hayati).

1.1.2. Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

Tata kelola pemerintahan yang baik merupakan tatanan pengelolaan manajemen yang ditandai dengan penerapan prinsip-prinsip tertentu, antara lain: keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi, supremasi hukum, keadilan, dan partisipasi. Penerapan tata kelola pemerintahan yang baik secara konsisten dan berkelanjutan oleh sebuah negara mempunyai peranan yang sangat penting bagi tercapainya sasaran pembangunan nasional, dan dapat menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi secara efektif dan efisien. Terbangunnya tata kelola pemerintahan yang baik dalam manajemen pemerintahan, tercermin dari berkurangnya tingkat korupsi, makin tingginya keberhasilan pembangunan di berbagai bidang, meningkatnya kualitas pelayanan publik, dan terbentuknya birokrasi pemerintahan yang profesional dan berkinerja tinggi. Oleh karena itu, guna mewujudkan visi pembangunan nasional berupa kesejahteraan masyarakat, demokrasi, dan keadilan, maka tata kelola pemerintahan yang baik dalam manajemen pemerintahan harus dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan.

Sejalan dengan komitmen dan prioritas pemerintah untuk memantapkan dan memperluas pelaksanaan reformasi birokrasi pada seluruh instansi pemerintah, maka implementasi kebijakan tata kelola pemerintahan yang baik bersifat sangat penting dan strategis.

Implementasi kebijakan tata kelola pemerintahan yang baik pada tahun 2011 diharapkan dapat mencapai sasaran yang optimal. Dalam penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, sasaran yang ingin dicapai pada setiap kementerian/lembaga (K/L), antara lain: tersedianya sistem penegakan disiplin beserta penanganan atas pelanggaran disiplin pada PNS, penerapan sistem pakta integritas dan sistem pelaporan gratifikasi, dan penyampaian LHKPN para pejabat dan penyelenggara negara. Seluruh K/L diharapkan telah menerapkan sistem pengendalian intern sesuai pedoman dan terus ditingkatkan efektivitasnya. Demikian pula penerapan e-procurement untuk mencegah praktek KKN dalam pengadaan barang dan jasa terus diperluas pada seluruh instansi pemerintah. Akuntabilitas pengelolaan keuangan terus diperkuat melalui pemeriksaan oleh auditor eksternal (BPK), termasuk melalui peningkatan tindak lanjut atas hasil audit. Disamping itu, sistem pengaduan masyarakat terus disempurnakan dalam rangka peningkatan efektivitas penanganan pengaduan masyarakat.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik, pada tahun 2010 diharapkan seluruh K/L telah melakukan review atas peraturan/kebijakan pelayanan publik yang ada di instansi masing-masing dan menyusun rencana perbaikan. Kementerian PAN dan RB, bertugas mengkoordinasikan dan memastikan upaya peningkatan kualitas pelayanan publik di setiap K/L. Selanjutnya, pada tahun 2011 diharapkan setiap K/L melakukan evaluasi kinerja pelayanan publik pada setiap unit pelayanan publik dengan menggunakan instrumen yang kredibel. Dengan adanya dan diberlakukannya Standar Pelayanan, Maklumat Pelayanan, Sistem Pengaduan, dan Sistem Evaluasi Kinerja tersebut, diharapkan kualitas

(4)

II.1 - 4

pelayanan publik dapat meningkat, sebagai upaya untuk mencapai Skor Integritas Pelayanan Publik 8,0 pada tahun 2014. Pada tahun 2011 diharapkan setiap K/L menetapkan 3-5 unit pelayanan publik untuk ditingkatkan secara signifikan kualitas pelayanannya dalam waktu 1 tahun sebagai quick wins pelayanan publik K/L yang bersangkutan.

Sedangkan dalam rangka peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi, pada tahun 2011 seluruh K/L diharapkan telah melakukan kajian yang mendalam tentang penataan kelembagaan dengan melakukan restrukturisasi organisasi dan tata kerja instansi untuk rightsizing yang didasarkan visi, misi, strategi dan analisis obyektif. Seluruh K/L juga ditargetkan telah mengembangkan sistem ketatalaksanaan dengan melengkapi SOP utama. Sasaran lainnya adalah; pengelolaan manajamen kepegawaian yang lebih baik, melalui pengembangan dan penerapan sistem rekruitmen pegawai, sistem penilaian kinerja pegawai, sistem promosi dan penempatan pada jabatan struktural, sistem diklat, dan kode etik pegawai. Pengembangan e-government termasuk manajemen kearsipan berbasis TIK terus ditingkatkan. Selanjutnya, diperkuat pula dengan penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP).

Sebagaimana telah menjadi komitmen pemerintah, maka reformasi birokrasi instansi diharapkan terlaksana secara menyeluruh pada instansi pusat pada tahun 2011 dan secara bertahap dilaksanakan pada instansi pemerintah daerah. Untuk itu, diperlukan kapasitas pengelolaan dan pengendalian yang kuat, baik selama proses penyiapan, dalam proses konsultasi dan asistensi, maupun setelah pelaksanaan reformasi birokrasi pada instansi. Berdasarkan atas hal tersebut, langkah-langkah yang harus ditempuh oleh Kementerian/Lembaga dalam rangka penyiapan dan peningkatan kualitas pelaksanaan reformasi birokrasi agar secara bertahap menginternalisasikan dan menginstitusionalisasi kebijakan pengarusutamaan tata kelola pemerintahan pada Rencana Kerja Kementerian/Lembaga masing-masing, sehingga mampu mempercepat dan memantapkan pelaksanaan reformasi birokrasi secara sistematis, terukur dan berkelanjutan. Disamping itu, implementasi kebijakan pengarusutamaan tata kelola pemerintahan yang baik, secara langsung turut memperbaiki sistem manajemen dan organisasi, kelembagaan dan sumber daya manusia aparatur pada instansi pemerintah, serta makin meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan penyelenggaraan pelayanan publik yang berkualitas.

Adapun implementasi kebijakan pengarusutamaan tata kelola pemerintahan yang baik pada tahun 2011 untuk ditetapkan sebagai indikator yang perlu diterapkan dan dicapai sasarannya pada tahun 2011 pada masing-masing Rencana Kerja Kementerian/Lembaga sebagaimana tabel di bawah ini.

(5)

II.1 - 5 TABEL 1.2

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGARUSUTAMAAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK RKP TAHUN 2011 MELALUI RENCANA KERJA KEMENTERIAN/ LEMBAGA

TAHUN 2011 BESERTA INDIKATORNYA No. Isu/Kebijakan Nasional Kebijakan Instansi dalam

Rencana Kerja K/L 2011 Indikator di setiap instansi

Target Rencana Kerja K/L 2011 1. Peningkatan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas KKN

1.1 Penegakan disiplin

PNS di seluruh instansi pemerintah

Penegakan peraturan mengenai disiplin PNS

- Sistem penegakan disiplin yang efektif

- Sistem penegakan disiplin telah tersedia dan diimplementasikan - % Pelanggaran disiplin

mendapatkan sanksi - Meningkatnya pelanggaran disiplin yang mendapatkan sanksi

1.2 Penerapan pakta

integritas bagi pejabat pemerintah

Penerapan pakta integritas bagi pejabat Eselon I, II, dan III

% pejabat telah menandatangani dan melaksanakan pakta integritas

Telah tersedia sistem penerapan pakta integritas dan diimplementasikan 1.3 Kepatuhan penyampaian Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN)

Mewajibkan pejabat untuk

melaporkan LHKPN % pejabat yang telah melaporkan LHKPN Meningkatnya pejabat yang telah menyampaikan LHKPN

1.4 Kebijakan antikorupsi Mewajibkan pelaporan

gratifikasi Tersedianya sistem pelaporan gratifikasi Meningkatnya implementasi sistem pelaporan gratifikasi 1.5 Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) Penerapan sistem pengendalian internal yang efektif

Tersedia dan terlaksananya sistem pengendalian internal yang efektif

Diterapkannya SPIP sesuai pedoman. Pembinaan penerapan SPIP dilakukan oleh BPKP.

1.6 Pengembangan Sistem

e-Procurement

Nasional

Penerapan e-procurement dalam pengadaan barang dan jasa % pengadaan menggunakan e-procurement Meningkatnya pengadaan menggunakan e-procurement

1.7 Tindak lanjut hasil

pemeriksaan BPK

Peningkatan tindak lanjut atas temuan hasil pemeriksaan

% temuan yang ditindaklanjuti Meningkatnya temuan

yang ditindaklanjuti 1.8 Akuntabilitas

pengelolaan keuangan Negara

Peningkatan akuntabilitas pengelolaan anggaran dan pelaporannya

Opini BPK atas LK K/L Meningkatnya kualitas

opini BPK 1.9 Pengaduan masyarakat Tindaklanjut pengaduan

masyarakat - Tersedianya sistem pengaduan masyarakat yang efektif - Telah tersedia sistem pengaduan masyarakat yang efektif dan diimplementasikan

(6)

II.1 - 6 No. Isu/Kebijakan Nasional Kebijakan Instansi dalam

Rencana Kerja K/L 2011 Indikator di setiap instansi

Target Rencana Kerja K/L 2011

- % Penyelesaian tindak lanjut atas pengaduan yang disampaikan masyarakat

- Meningkatnya penyelesaian tindak lanjut pengaduan masyarakat

2. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

2.1 Penerapan Standar

Pelayanan pada Unit Penyelenggara Pelayanan Publik

Penerapan Standar Pelayanan Publik untuk seluruh unit

penyelenggara pelayanan publik

% unit penyelenggara pelayanan publik yang sudah menerapkan Standar Pelayanan

Meningkatnya unit penyelenggara pelayanan publik yang menerapkan standar pelayanan

2.2 Penerapan Maklumat

Pelayanan pada unit pelayanan publik

Menerapkan maklumat pelayanan untuk unit pelayanan publik

% unit pelayanan publik yang sudah menerapkan maklumat pelayanan

Meningkatnya unit pelayanan publik yang menerapkan maklumat pelayanan

2.3 Penerapan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu untuk pelayanan utama dan investasi

Penerapan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Pemerintah Daerah menerapkan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)/One Stop Services (OSS)

Meningkatnya Pemda yang menerapkan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan berfungsi efektif melalui koordinasi Kementerian PAN dan RB, BKPM dan Kemendagri.

2.4 Penerapan Manajemen

Pengaduan Penerapan manajemen pengaduan yang efektif pada unit penyelenggara pelayanan publik

% unit pelayanan publik yang menerapkan manajemen pengaduan yang efektif

Meningkatnya unit pelayanan publik pada K/L yang menerapkan manajemen pengaduan yang efektif 2.5 Percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik Menyusun rencana percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik dan melaksanakannya sesuai batas waktu yang ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang pelayanan publik

- Tersusunnya rencana

peningkatan kualitas pelayanan publik pada unit penyelenggara pelayanan publik

Tersusunnya rencana peningkatan kualitas pelayanan publik

- Terlaksananya rencana peningkatan kualitas pelayanan publik sesuai batas waktu yang ditetapkan

Terlaksananya rencana peningkatan kualitas pelayanan publik

2.6 Pelaksanaan evaluasi

dan penilaian terhadap kinerja pelayanan publik

Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan penilaian kinerja kepada unit penyelenggara pelayanan publik yang ada

- Tersedianya sistem evaluasi kinerja pelayanan publik

- Tersusunnya sistem evaluasi kinerja pelayanan publik dan dimplementasikan pada setiap unit pelayanan publik yang ada di K/L dengan instrumen yang kredibel

(7)

II.1 - 7 No. Isu/Kebijakan Nasional Kebijakan Instansi dalam

Rencana Kerja K/L 2011 Indikator di setiap instansi

Target Rencana Kerja K/L 2011

- % Unit Penyelenggara Pelayanan Publik yang mendapat penilaian baik

- Meningkatnya unit penyelenggara pelayanan publik yang mendapat penilaian baik - Setiap K/L menetapkan

3-5 unit pelayanan publik sebagai Quick

Wins.

3. Peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi

3.1 Penataan kelembagaan

instansi pemerintah Melakukan restrukturisasi organisasi dan tata kerja instansi untuk rightsizing di dasarkan visi, misi, strategi dan analisis obyektif, serta tupoksi.

% Tersusunnya struktur

kelembagaan (organisasi dan tata kerja) yang proporsional, efektif, efisien

Meningkatnya kelembagaan dan tatalaksana instansi pemerintah yang proporsional, efektif dan efisien

3.2 Penataan ketatalaksanaan instansi pemerintah

Penyederhanaan proses bisnis dan penyusunan SOP utama

% SOP utama telah tersusun sesuai dengan proses bisnis yang lebih sederhana

Tersusunnya 50% SOP utama pada setiap K/L sesuai dengan proses bisnis yang lebih sederhana

3.3 Pemantapan kualitas

manajemen SDM Penerapan manajemen SDM

yang berkualitas (transparan dan berbasis merit/kompetensi)

- Tersedianya sistem rekrutmen

yang transparan - Tersedia sistem rekrutmen pegawai yang transparan dan berbasis merit/kompetensi serta mulai

diimplementasikan

- Tersedianya sistem penilaian

kinerja yang terukur - Tersedia sistem penilaian kinerja yang terukur dan mulai diimplementasikan

- Tersedianya sistem promosi dan mutasi yang terbuka dan transparan

- Tersedia sistem promosi dan penempatan dalam jabatan struktural yang terbuka, transparan, dan berbasis

merit/kompetensi, serta diimplementasikan. - Tersedianya sistem diklat

berbasis merit dan kompetensi - Tersedia sistem diklat berbasis merit dan kompetensi, serta merupakan bagian integral dari fungsi pembinaan kapasitas dan karir pegawai,

(8)

II.1 - 8 No. Isu/Kebijakan Nasional Kebijakan Instansi dalam

Rencana Kerja K/L 2011 Indikator di setiap instansi

Target Rencana Kerja K/L 2011

serta meningkatkan kinerja lembaga - Tersedianya sistem penegakan

kode etik yang efektif, disertai penerapan reward and

punishment

- Tersedia sistem kode etik instansi, dan diimplementasikan dengan penegakannya secara efektif 3.4 Pengembangan dan penerapan e-Government Pengembangan dan penerapan e-Government

Tersusunnya rencana penerapan

e-Government yang konkrit dan

terukur

Tersusunnya rencana penerapan e-Government

3.5 Sistem kearsipan dan

dokumentasi berbasis TIK

Penerapan manajemen kearsipan dan

dokumentasi berbasis TIK

Manajemen kearsipan dan dokumentasi sudah dilaksanakan dengan sistem berbasis TIK

Tersedia sistem kearsipan dan dokumentasi berbasis TIK, serta diimplementasikan secara efektif. 3.6 Penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Aparatur Penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

% penerapan SAKIP (renstra, penilaian kinerja, kontrak kinerja, pengendalian, dan lain-lain)

Makin meningkatnya kualitas penerapan SAKIP (renstra,

penilaian kinerja, kontrak kinerja, pengendalian, dan lain-lain)

1.1.3. Pengarusutamaan Gender

Pembangunan nasional selama ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Untuk itu, pembangunan nasional selayaknya memberikan akses yang memadai serta adil dan setara bagi perempuan dan laki-laki untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan memanfaatkan hasil-hasil pembangunan, serta turut mempunyai andil dalam proses pengendalian/kontrol pembangunan. Hal ini juga tercermin pada salah satu agenda pembangunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, yaitu agenda kelima, pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Upaya yang telah dilakukan adalah dengan menerapkan strategi pengarusutamaan gender di setiap bidang pembangunan.

Pengarusutamaan gender dalam pembangunan adalah strategi yang digunakan untuk mengurangi kesenjangan antara penduduk laki-laki dan perempuan Indonesia dalam mengakses dan mendapatkan manfaat pembangunan, serta meningkatkan partisipasi dan mengontrol proses pembangunan. Pengarusutamaan gender (PUG) dilakukan dengan mengintegrasikan perspektif (sudut pandang) gender ke dalam proses pembangunan di setiap bidang. Penerapan pengarusutamaan gender akan menghasilkan kebijakan publik yang lebih efektif untuk mewujudkan pembangunan yang lebih adil dan merata bagi seluruh penduduk Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan.

Pencapaian pengarusutamaan gender dalam pembangunan ditunjukkan oleh peningkatan nilai Gender-related Development Index (GDI) atau Indeks Pemberdayaan Gender (IPG) dan Gender Empowerment Measure (GEM) atau Indeks Pemberdayaan

(9)

II.1 - 9

Gender (IDG). Berdasarkan data Human Development Report (HDR), nilai IPG Indonesia meningkat dari 0,704 pada tahun 2004 (UNDP, 2006) menjadi 0,726 pada tahun 2007 (UNDP, 2009). Peningkatan ini dikontribusikan oleh penurunan tingkat kesenjangan angka melek huruf perempuan dengan laki-laki serta penurunan kesenjangan Angka Partisipasi Kasar (APK) SD-SMA perempuan dan laki-laki. Sementara itu, IDG juga menunjukkan peningkatan dari 0,597 pada tahun 2004 menjadi 0,623 pada tahun 2008 (KPPPA-BPS, 2009). Hal ini disebabkan oleh: (i) meningkatnya partisipasi perempuan di bidang politik; (ii) meningkatnya proporsi perempuan sebagai pengambil keputusan; (iii) menurunnya kesenjangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan dengan laki-laki; dan (iv) meningkatnya rata-rata upah pekerja perempuan di sektor nonpertanian.

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pengarusutamaan gender dalam pembangunan adalah: (i) Masih rendahnya kualitas hidup dan peran perempuan, antara lain, disebabkan oleh terjadinya kesenjangan gender dalam hal akses, manfaat, dan partisipasi dalam pembangunan, serta penguasaan terhadap sumber daya, terutama di bidang politik, jabatan-jabatan publik, dan di bidang ekonomi; (ii) Masih belum memadainya jumlah dan kualitas tempat pelayanan bagi perempuan korban kekerasan karena banyaknya jumlah korban yang harus dilayani dan luasnya cakupan wilayah yang harus dijangkau; (iii) Masih belum efektifnya kelembagaan PUG dan pemberdayaan perempuan, yang terlihat dari: (a) belum optimalnya penerapan peranti hukum, peranti analisis, dan dukungan politik terhadap kesetaraan gender sebagai prioritas pembangunan; (b) belum memadainya kapasitas kelembagaan dalam pelaksanaan PUG, terutama sumber daya manusia, serta ketersediaan dan penggunaan data terpilah menurut jenis kelamin dalam siklus pembangunan; dan (c) masih rendahnya pemahaman mengenai konsep dan isu gender serta manfaat PUG dalam pembangunan, terutama di kabupaten/kota.

Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka sasaran

pengarusutamaan gender adalah meningkatnya kesetaraan gender, yang ditandai dengan:

(a) meningkatnya kualitas hidup dan peran perempuan terutama di bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi termasuk akses terhadap penguasaan sumber daya, dan politik dan pengambilan keputusan; (b) meningkatnya persentase cakupan perempuan korban kekerasan yang mendapat penanganan pengaduan; dan (c) meningkatnya efektivitas kelembagaan PUG dalam perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan dan program pembangunan yang responsif gender di tingkat nasional dan daerah.

Pengarusutamaan gender dilakukan melalui tiga isu nasional. Pertama, peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan, melalui peningkatan akses terhadap pelayanan yang berkualitas serta harmonisasi peraturan perundangan dan pelaksanaannya di semua tingkat pemerintahan, dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Kedua, perlindungan perempuan terhadap berbagai tindak kekerasan, melalui upaya-upaya pencegahan, pelayanan, dan pemberdayaan. Ketiga, peningkatan kapasitas kelembagaan PUG dan pemberdayaan perempuan.

(10)

II.1 - 10

TABEL 1.3.

TARGET KINERJA PEMBANGUNAN PENGARUSUTAMAAN GENDER TAHUN 2011

No ISU / KEBIJAKAN NASIONAL INDIKATOR

TARGET TAHUN

2011 PROGRAM PELAKSANA

1. Peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan

1.1 Penyediaan Layanan

Pendidikan TK 1)

Rasio APK peserta didik TK/TKLB perempuan:laki-laki >0,98 Program Pendidikan Taman Kanak-kanak dan Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan Nasional 1.2 Penjaminan Kepastian Layanan Pendidikan SD 1)

Rasio APM peserta didik perempuan/laki-laki pada SD/SDLB >0,98 Program Pendidikan Taman Kanak-kanak dan Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan Nasional 1.3 Peningkatan Akses

dan Mutu Madrasah Ibtidaiyah 1)

Rasio APM peserta didik perempuan:laki laki pada MI

>0,98 Program Pendidikan Islam Kementerian Agama 1.4 Penjaminan Kepastian Pendidikan SMP 1)

Rasio APM peserta didik perempuan/laki-laki pada SMP/SMPLB >0,97 Program Pendidikan Taman Kanak-kanak dan Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan Nasional 1.5 Peningkatan Akses

dan Mutu Madrasah Tsanawiyah 1)

Rasio APM peserta didik perempuan:laki laki pada MTs

>0,97 Program

Pendidikan Islam Kementerian Agama

1.6 Penyediaan dan

Peningkatan Pendidikan SMA 1)

Rasio APK peserta didik perempuan/laki-laki pada SMA/SMK/SMLB >0,85 Program Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1.7 Peningkatan Akses

dan Mutu Madrasah Aliyah 1)

Rasio APK peserta didik perempuan:laki laki pada MA

>0,85 Program

Pendidikan Islam Kementerian Agama

1.8 Penyediaan Layanan

Akademik Program Studi 1)

Rasio APK peserta didik

perempuan/laki-laki pada PT 1,08 Program Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional

1.9 Peningkatan Akses

dan Mutu Pendidikan Tinggi Islam 1)

Rasio APK peserta didik perempuan:laki laki pada PTA

1,12 Program

Pendidikan Islam Kementerian Agama 1.10 Penyediaan Layanan

Pendidikan Kesetaraan 1)

Rasio jumlah peserta didik orang dewasa laki-laki:perempuan menurut kabupaten/kota 0,7 Program Pendidikan Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional 1.11 Penyediaan Layanan Pendidikan Masyarakat 1) 1 Disparitas gender penduduk berkeaksaraan usia ≥ 15 tahun 2,7% Program Pendidikan Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional 2 Persentase kab/kota yang

telah menerapkan pengarusutamaan gender bidang pendidikan 23,0% 3 Persentase penduduk perempuan berkeaksaraan dasar yang memperoleh layanan kecakapan hidup

(11)

II.1 - 11

No ISU / KEBIJAKAN NASIONAL INDIKATOR TARGET TAHUN

2011 PROGRAM PELAKSANA

1.12 Penyediaan Guru

untuk Seluruh Jenjang Pendidikan 1)

Rasio guru perempuan:laki-laki yang bersertifikat pendidik 68,00% Program Peningkatan Mutu dan Kesejahteraan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Nasional

1.13 Peningkatan Mutu dan Kesejahteraan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Madrasah 1)

Rasio guru perempuan:laki-laki yang bersertifikat pendidik

60% Program

Pendidikan Islam Kementerian Agama

1.14 Pembinaan Pelayanan

Kesehatan Ibu dan Reproduksi 1)

1 Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh nakes terlatih (cakupan PN)

86 Bina Gizi dan

Kesehatan Ibu dan Anak

Kementerian Kesehatan 2 Persentase ibu hamil yang

mendapatkan pelayanan antenatal (cakupan K4) 88 1.15 Pembinaan Keperawatan dan Kebidanan 1)

Jumlah Puskesmas yang menerapkan pelayanan kebidanan sesuai standar dan pedoman

140 Bina Gizi dan

Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan 1.16 Pembinaan Pelayanan Kesehatan Komunitas dan Gender Persentase kab/kota minimal memiliki 2 puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan responsif gender

25 Bina Gizi dan

Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan 1.17 Penyehatan Lingkungan 1)

Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas 62,5 Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan 1.18 Penanggulangan Krisis Kesehatan 1)

Jumlah kab/kota yang mempunyai kemampuan tanggap darurat dalam penanganan bencana 150 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan 1.19 Pembinaan ketahanan keluarga 1)

Jumlah kebijakan kegiatan pembinaan ketahanan keluarga - Program Kependudukan dan Keluarga Berencana BKKBN 1.20 Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi pengendalian penduduk dan KB 1)

Persentase PUS, WUS, dan remaja yang mengetahui informasi Kependudukan dan KB melalui media massa (cetak dan elektronik) dan media luar ruang 95% Program Kependudukan dan Keluarga Berencana BKKBN 1.21 Pengelolaan pembangunan kependudukan dan KB provinsi

1 Persentase komplikasi berat

yang dilayani 0,12% Kependudukan Program

dan Keluarga Berencana BKKBN Provinsi 2 Persentase kegagalan KB yang dilayani 0,03%

(12)

II.1 - 12

No ISU / KEBIJAKAN NASIONAL INDIKATOR TARGET TAHUN

2011 PROGRAM PELAKSANA 3 Persentase pengetahuan remaja tentang: a. Kesehatan reproduksi remaja b. HIV AIDS c. Perencanaan kehidupan berkeluarga 53% 67% 15% 1.22 Pelayanan Sosial Lanjut Usia 1)

Jumlah lanjut usia terlantar yang berhasil dilayani, dilindungi dan direhabilitasi baik di dalam maupun di luar panti (jiwa)

27.837 Program Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial 1.23 Bantuan Sosial

Korban Bencana Alam 1)

Jumlah korban bencana alam yang berhasil dibantu dan dilayani (jiwa)

39.500 Program Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial 1.24 Bantuan Sosial Korban Bencana Sosial 1)

Jumlah korban bencana sosial yang berhasil dibantu dan dilayani (jiwa)

42.400 Program Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial 1.25 Pedoman, petunjuk

teknis dan bimbingan teknis/supervisi/publik asi/sosialisasi penyelenggaraan pemilu dan pendidikan pemilih 3)

1 Jumlah modul pendidikan pemilih untuk kelompok perempuan,miskin, cacat, pemilih pemula, lansia

5 Program Penguatan Kelembagaan Demokrasi dan Perbaikan Proses Politik KPU

2 Jumlah kegiatan pendidikan pemilih bagi caleg

perempuan

10

3 Jumlah kader parpol perempuan yang mendapatkan pendidikan politik 100 1.26 Pengembangan Nilai-nilai Kebangsaan 3)

Jumlah forum sosialisasi pengembangan nilai kebangsaan untuk pemuda, perempuan, aparatur pemerintah 15 Program Pembinaan Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri 1.27 Pembinaan dan Pengembangan Budaya Politik 3) Jumlah materi/modul pendidikan politik bagi calon pemilih pemula 3 Modul tentang Pendidikan Politik bagi calon pemilih Pemula Program Pembinaan Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri 1.28 Fasilitasi Lembaga Perwakilan dan Partisipasi Politik 3)

Jumlah paket kerjasama dengan organisasi masyarakat sipil dalam peningkatan partisipasi politik perempuan 100 Program Pembinaan Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri 1.29 Pembinaan Penyelenggaraan Kegiatan di bidang Kesehatan dan Perawatan warga binaan pemasyarakatan 4)

Persentase bayi, ibu hamil, ibu menyusui dan kelompok resiko tinggi yang

memperoleh perlindungan secara tepat waktu dan akuntabel 35% Program Pembinaan dan Penyelenggaraan Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM

(13)

II.1 - 13

No ISU / KEBIJAKAN NASIONAL INDIKATOR TARGET TAHUN

2011 PROGRAM PELAKSANA

2. Perlindungan Perempuan terhadap Berbagai Tindak Kekerasan

2.1 Penyusunan dan

harmonisasi kebijakan perlindungan

perempuan dari tindak kekerasan 1)

Persentase cakupan perempuan korban kekerasan yang mendapat penanganan pengaduan 60 Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan KPP dan PA 2.2 Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan Asia Timur dan Pasifik 3)

Tingkat penanganan isu

illegal migrant dan human traficking serta isu-isu

lainnya 25% Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika

Kementerian Luar Negeri

2.3 Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan Asia Selatan dan Tengah 3)

Tingkat penanganan isu

illegal migrant dan human traficking serta isu-isu

lainnya 25% Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika

Kementerian Luar Negeri 2.4 Peningkatan perlindungan dan pelayanan WNI/BHI di Luar Negeri 3) Prosentase pemberian bantuan hukum (advokasi dan lawyer) bagi WNI terutama tenaga kerja wanita 29.17% Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran Kementerian Luar Negeri 2.5 Peningkatan Perlindungan Pekerja Perempuan dan Penghapusan Pekerja Anak 2) 1 Persentase perusahaan

yang memenuhi norma kerja perempuan dan anak

20% Program Perlindungan Tenaga Kerja dan Pengembangan Sistem Pengawasan Ketenagakerjaan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2 Tersedianya kebijakan

dalam upaya perlindungan pekerja perempuan dan anak Sosialisasi Pedoman Pengawasan Norma Kerja Perempuan 3 Jumlah pengawas ketenagakerjaan dalam pengawasan norma kerja perempuan dan anak yang ditingkatkan kapasitasnya

150

2.6 Pembinaan Penempatan dan Perlindungan TKI Luar Negeri 2)

1 Persentase calon pekerja migran yang terlayani dan tercatat pada dinas tenaga kerja provinsi dan kabupaten 100% calon pekerja migran terlayani Program Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(14)

II.1 - 14

No ISU / KEBIJAKAN NASIONAL INDIKATOR TARGET TAHUN

2011 PROGRAM PELAKSANA 2.7 Pencegahan dan Penanggulangan Segala Bentuk Kekerasan terhadap Perempuan dan Pemenuhan Hak Korban 4)

1 Tingkat pelibatan dan penyikapan aparat negara dalam upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan serta

perlindungan, penegakan dan pemajuan HAM perempuan 30% Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Komnas HAM Komnas HAM (Komnas Perempuan)

2 Tingkat pelibatan dan penyikapan masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan serta

perlindungan, penegakan dan pemajuan HAM perempuan

30%

3 Tingkat rekomendasi hasil pengkajian dan penelitian yang terkait dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan instrumen internasional yang relevan bagi perlindungan HAM perempuan

35%

4 Jumlah pemantauan

termasuk pencarian fakta dan pendokumentasian pelanggaran HAM perempuan 2 5 Prosentase pengaduan pelanggaran HAM perempuan yang ditindaklanjuti 80% 6 Prosentase sistem pemulihan korban pelanggaran HAM yang dikembangkan

40%

7 Meningkatnya fungsi

kelembagaan Komnas Perempuan dalam rangka menciptakan lembaga yang independen, transparan, dan akuntabel dalam menjalankan mandat Komnas Perempuan

40%

3. a. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan

3.1 Penyusunan dan

harmonisasi kebijakan bidang pendidikan yang responsif gender 1)

1 Jumlah kebijakan

pelaksanaan PUG dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan 1 Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan KPP dan PA

2 Jumlah K/L dan pemda yang

(15)

II.1 - 15

No ISU / KEBIJAKAN NASIONAL INDIKATOR TARGET TAHUN

2011 PROGRAM PELAKSANA

ARG di bidang pendidikan prov 2

3 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam

penyusunan data terpilah di bidang pendidikan K/L 1 prov 2 3.2 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan bidang kesehatan yang responsif gender 1)

1 Jumlah kebijakan

pelaksanaan PUG di bidang kesehatan 1 Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan KPP dan PA

2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan ARG di bidang kesehatan

K/L 1

prov 5

3 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam

penyusunan data terpilah di bidang kesehatan

K/L 1

prov 2

3.3 Penyusunan dan

harmonisasi kebijakan bidang sumber daya alam dan lingkungan yang responsif gender 1)

1 Jumlah kebijakan

pelaksanaan PUG di bidang sumber daya alam dan lingkungan - Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan KPP dan PA

2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan ARG di bidang sumber daya alam dan lingkungan

K/L 2

prov 5

3 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam

penyusunan data terpilah di bidang sumber daya alam dan lingkungan K/L 1 prov 2 3.4 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan partisipasi perempuan di bidang politik dan pengambilan keputusan 1)

1 Jumlah kebijakan

pelaksanaan PUG di bidang politik dan pengambilan keputusan 1 Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan KPP dan PA

2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan ARG di bidang politik dan pengambilan keputusan

K/L 3

prov 7

3 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam

penyusunan data terpilah di bidang politik dan

pengambilan keputusan

K/L 3

prov 3

3.5 Penyusunan dan

harmonisasi kebijakan bidang hukum yang responsif gender 1)

1 Jumlah kebijakan

pelaksanaan PUG di bidang hukum - Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan KPP dan PA

(16)

II.1 - 16

No ISU / KEBIJAKAN NASIONAL INDIKATOR TARGET TAHUN

2011 PROGRAM PELAKSANA

2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan ARG di bidang hukum

K/L 1

prov 8

3 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penyusunan data terpilah di bidang hukum K/L 2 prov 7 3.6 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan bidang ketenagakerjaan yang responsif gender 1) 1 Jumlah kebijakan

pelaksanaan PUG di bidang ketenagakerjaan 1 Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan KPP dan PA

2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan ARG di bidang

ketenagakerjaan

K/L 1

prov 5

3 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam

penyusunan data terpilah di bidang ketenagakerjaan

K/L -

prov 2

3.7 Penyusunan dan

harmonisasi kebijakan koperasi, usaha mikro dan kecil, industri, dan perdagangan yang responsif gender 1)

1 Jumlah kebijakan

pelaksanaan PUG di bidang koperasi, usaha mikro dan kecil, industri, dan perdagangan - Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan KPP dan PA

2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan ARG di bidang koperasi, usaha mikro dan kecil, industri, dan perdagangan

K/L 4

prov 4

3 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam

penyusunan data terpilah di bidang koperasi, usaha mikro dan kecil, industri, dan perdagangan K/L 2 prov 4 3.8 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan bidang pertanian, kehutanan, perikanan, kelautan, ketahanan pangan, dan agrobisnis yang responsif gender 1) 1 Jumlah kebijakan

pelaksanaan PUG di bidang pertanian, kehutanan, perikanan, kelautan, ketahanan pangan, dan agrobisnis 4 Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan KPP dan PA

2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan ARG di bidang pertanian, kehutanan, perikanan, kelautan, ketahanan pangan, dan agrobisnis

(17)

II.1 - 17

No ISU / KEBIJAKAN NASIONAL INDIKATOR TARGET TAHUN

2011 PROGRAM PELAKSANA

prov 7

3 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam

penyusunan data terpilah di bidang pertanian,

kehutanan, perikanan, kelautan, ketahanan pangan, dan agrobisnis

K/L 3

prov 4

3.9 Penyusunan dan

harmonisasi kebijakan bidang IPTEK dan sumber daya ekonomi yang responsif gender 1)

1 Jumlah kebijakan

pelaksanaan PUG di bidang IPTEK dan sumber daya ekonomi 1 Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan KPP dan PA

2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan ARG di bidang IPTEK dan sumber daya ekonomi

K/L 1

prov 5

3 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam

penyusunan data terpilah di bidang IPTEK dan sumber daya ekonomi K/L 1 prov 2 3.10 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan bidang infrastruktur yang responsif gender 1)

1 Jumlah kebijakan

pelaksanaan PUG di bidang infrastruktur 2 Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan KPP dan PA

2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan ARG di bidang infrastruktur

K/L 1

prov 1

3 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam

penyusunan data terpilah di bidang infrastruktur K/L prov 2 3.11 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan perlindungan

perempuan dari tindak kekerasan 1)

1 Jumlah kebijakan

perlindungan perempuan dari tindak kekerasan

4 Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan KPP dan PA

2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan kebijakan perlindungan perempuan dari tindak kekerasan

K/L 3

prov 14

3 Jumlah kompilasi data perlindungan perempuan dari tindak kekerasan

(18)

II.1 - 18

No ISU / KEBIJAKAN NASIONAL INDIKATOR TARGET TAHUN

2011 PROGRAM PELAKSANA

4 Persentase cakupan

perempuan korban kekerasan yang mendapat penanganan pengaduan

60

5 Persentase cakupan anak korban kekerasan yang mendapat penanganan pengaduan 60 3.12 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan penyusunan data gender 1) 1 Jumlah kebijakan

penerapan sistem data gender 2 Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan KPP dan PA

2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan kebijakan pelaksanaan sistem data terpilah gender

K/L 4

prov 8

3 Tersedianya sistem data

gender 1 3.13 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan perlindungan masalah sosial perempuan 1) 1 Jumlah kebijakan

perlindungan masalah sosial perempuan 1 Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan KPP dan PA

2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan kebijakan perlindungan masalah sosial perempuan

K/L 1

prov 4

3 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam

penyusunan data

perlindungan masalah sosial perempuan K/L 1 prov 1 3.14 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan perlindungan tenaga kerja perempuan 1) 1 Jumlah kebijakan perlindungan tenaga kerja perempuan - Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan KPP dan PA

2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan kebijakan perlindungan tenaga kerja perempuan

K/L 1

prov 5

3 Jumlah kompilasi data perlindungan tenaga kerja perempuan K/L 1 prov 2 3.15 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan perlindungan korban perdagangan orang 1) 1 Jumlah kebijakan perlindungan korban tindak pidana perdagangan orang

1 Program

Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan

(19)

II.1 - 19

No ISU / KEBIJAKAN NASIONAL INDIKATOR TARGET TAHUN

2011 PROGRAM PELAKSANA

Perempuan

2 Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi dalam penerapan kebijakan perlindungan korban tindak pidana perdagangan orang

K/L 10

prov 15

3 Jumlah kompilasi data perlindungan korban tindak pidana perdagangan orang

K/L 1

prov 1

3.16 Sistem Informasi

Manajemen 4)

Jumlah data perkara yang disajikan dalam rangka pelayanan system informasi manajemen berdasarkan jenis penanganan perkara termasuk jenis perkara KDRT, perkara anak, dan perkara lainnya (statistikkriminal) 1 SIM Program Dukungan Manajemen & Pelaksanaan Tugas Teknis Kejaksaan RI Kejaksaan Agung 3.17 Kegiatan Kerjasama HAM 4) Persentase harmonisasi rancangan peraturan perUUan dalam perspektif HAM 100% Program Perlindungan dan Pemenuhan HAM Kementerian Hukum dan HAM 3.18 Kegiatan Perancangan Peraturan Perundang-undangan 4) Persentase Peraturan Perundang-undangan di bidang mekanisme Perlindungan Saksi dan Pelapor 40% Program Pembentukan Hukum Kementerian Hukum dan HAM 3.19 Kegiatan Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan 4) Persentase Peraturan Perundang-undangan di bidang mekanisme Perlindungan Saksi dan Pelapor 40% Program Pembentukan Hukum Kementerian Hukum dan HAM Keterangan:

1) Kegiatan ini tercantum pada Bab II (Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama) 2) Kegiatan ini tercantum pada Bab III (Bidang Ekonomi)

3) Kegiatan ini tercantum pada Bab VI (Bidang Politik)

(20)

II.1 - 20 1.2 . KEBIJAKAN LINTAS BIDANG 1.2.1. Penanggulangan Kemiskinan

1.2.1.1. Kondisi Umum Pendahuluan

Sebagai program prioritas lintas bidang, penanggulangan kemiskinan dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik kementerian/lembaga di pusat, maupun dinas teknis di tingkat daerah serta didukung oleh para pihak baik perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat maupun masyarakat sendiri. Sehubungan dengan itu, tingkat kemiskinan yang dicerminkan oleh tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan dan pemenuhan kebutuhan dasar yang merupakan cerminan dimensi non pendapatan dari kemiskinan, merupakan hasil akhir dari berbagai upaya tersebut yang dilakukan oleh berbagai pihak. Selain itu, pencapaian tingkat kemiskinan pada tahun tertentu merupakan rangkaian hasil dari upaya yang dilakukan tahun-tahun sebelumnya secara konsisten dan kontinyu. Secara garis besar, tingkat kemiskinan pada tahun 2009 dicapai sebesar 14,15 persen, dan pada tahun 2010 diharapkan akan menurun menjadi sebesar 12-13,5 persen. Sasaran tingkat kemiskinan pada tahun 2010 tersebut akan dicapai apabila berbagai kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang direncanakan dilaksanakan pada tahun 2010 dapat mencapai hasil yang optimal, serta beberapa kondisi ekonomi makro dapat diwujudkan terutama tingkat pertumbuhan yang mencukupi dan inflasi yang terkendali. Secara rinci pelaksanaan kebijakan dan program serta rencana pelaksanaan tahun 2010 diuraikan dalam bagian berikut.

Pelaksanaan program tahun 2009 dan rencana pelaksanaan tahun 2010

Realisasi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 adalah sebesar 4,5 persen, didukung oleh pertumbuhan sektor pertanian sebesar 4,1 persen. Pertumbuhan sektor pertanian yang cukup stabil ini merupakan faktor penting, karena bukan saja dapat mempertahankan mata pencaharian masyarakat di daerah perdesaan, namun juga menjaga dan mencukupi pasokan bahan komoditas pokok terutama bahan pangan. Pertumbuhan sektor pertanian tersebut tercermin diantaranya pada produksi padi yang cukup tinggi yaitu mencapai 64,3 juta ton gabah kering giling, sehingga cadangan beras pemerintah yang dapat dihimpun Badan Urusan Logistik (Bulog) mencapai sebesar 514 ribu ton pada akhir Desember 2009. Dukungan produksi dan stok beras ini telah berhasil mengendalikan laju inflasi pada tahun 2009 mencapai sebesar 2,78 persen. Pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 5,8 persen, dan sektor pertanian diharapkan tumbuh 3,6 persen. Selain itu, inflasi ditargetkan dapat dikendalikan sebesar 5,3 persen, agar kesejahteraan masyarakat yang dicapai melalui peningkatan pendapatan dapat secara riil dinikmati masyarakat.

Penyerapan tenaga kerja juga masih meningkat, yaitu mencapai 104,87 juta tenaga kerja, meskipun sebanyak 72,72 juta (69 %) adalah tenaga kerja di sektor informal. Penyerapan tenaga kerja di sektor informal yang meningkat ini memberikan kelangsungan pendapatan bagi masyarakat di sekitar garis kemiskinan. Agar masyarakat dapat meningkat pendapatannya, selama tahun 2010-2014, sasaran penciptaan kesempatan kerja adalah sebesar 9,6-10,7 juta pekerja.

Selain itu, program penanggulangan kemiskinan yang sudah direncanakan, terutama yang tercakup di dalam 3 (tiga) klaster penanggulangan kemiskinan dapat terlaksana dengan baik, sebagaimana diuraikan berikut ini. Untuk meringankan beban pemenuhan kebutuhan dasar dan agar rumah tangga miskin dan anggotanya dapat terpenuhi kebutuhan

(21)

II.1 - 21

dasarnya, maka berbagai program dalam Klaster 1 telah dilaksanakan secara optimal. Hal ini dapat dilihat pada realisasi penyaluran subsidi Raskin per 29 Desember 2009 sebesar 3,24 juta ton atau 97,37 % dari pagu Januari-Desember 2009, sehingga rencana distribusi sebesar 3,33 juta ton kepada 18,5 juta rumah tangga sasaran dapat dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya, pada akhir Desember 2009, realisasi total Jamkesmas adalah sebesar Rp 4,41 Triliun (99%) dari alokasi sebesar Rp 4,46 Triliun. Peserta Jamkesmas 2009 tetap 76,4 juta orang, disesuaikan dengan hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2008. Penyediaan Jamkesmas terus disediakan sebagai upaya kuratif, sehingga pada tahun 2010 sasaran Jamkesmas direncanakan masih melayani 76,4 juta orang, walaupun jumlah orang miskin sudah menurun. Pemberian beasiswa pendidikan untuk siswa miskin juga ditingkatkan dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia masyarakat miskin. Rencana pemberian beasiswa untuk siswa miskin pada tahun 2009 sebanyak 5,3 juta siswa, dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga mereka dapat menikmati pendidikan dengan tenang dan menyelesaikannya sebagai bekal kehidupan ke depan serta dapat membantu masyarakat miskin memenuhi kebutuhan dasarnya.

Selanjutnya, pelaksanaan program keluarga harapan (PKH) yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan program pendidikan dan kesehatan terutama pada masyarakat miskin terus ditingkatkan kualitas pelaksanaannya. Lebih jauh PKH dimaksudkan agar masyarakat miskin tetap menjaga anak mereka di sekolah dan menyelesaikan wajib belajar serta memelihara kesehatan balita mereka, sehingga pertumbuhan anak balita pada masa golden years dapat dilakukan secara optimal. Pada tahun 2009, pelaksanaan PKH pada rumah tangga sangat miskin, baru dapat dilakukan pada 726 ribu rumah tangga sangat miskin di 70 Kabupaten pada 13 Provinsi. Jumlah ini pada tahun 2010 ditingkatkan menjadi 816 ribu rumah tangga sangat miskin, di 88 Kabupatan pada 20 Provinsi. Selain itu, penanganan masyarakat dengan masalah kesejahteraan sosial juga semakin diperluas cakupannya. Pada tahun 2010 diharapkan pelayanan terhadap sekitar 300 ribu jiwa dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga tekad pemerintah untuk mewujudkan pembangunan inklusif dapat dilakukan secara bertahap dan semakin baik kualitasnya.

Sementara itu, pelaksanan program Klaster II Pemberdayaan Masyarakat terus diperluas dan ditingkatkan kualitasnya, agar semakin efektif dalam mewujudkan kemandirian dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Pada tahun 2009 sudah dapat dilaksanakan pelayanan PNPM Mandiri Inti di 6.408 Kecamatan di seluruh Indonesia. Untuk melanjutkan upaya ini, pada tahun 2010 PNPM Mandiri Inti dilaksanakan dan akan mencakup pemberdayaan masyarakat di lebih dari 6.321 Kecamatan. Untuk melaksanakan PNPM Mandiri Inti di kecamatan-kecamatan tersebut dilakukan dengan penempatan 17.890 fasilitator sebagai pendamping masyarakat dan didukung dengan penyaluran bantuan langsung masyarakat sebesar Rp 11 triliun yang berasal dari APBN dan APBD. Pelaksanaan PNPM Mandiri, selain dilakukan oleh PNPM Mandiri Inti, juga didukung oleh pelaksanaan PNPM pendukung yaitu diantaranya: (i) PNPM Generasi sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas generasi penerus, yang pada tahun 2009 dilakukan di 164 kecamatan di 21 kabupaten pada 5 provinsi, dan pada tahun 2010 akan dilaksanakan di 189 Kecamatan, 25 Kabupaten dan 5 Provinsi; (ii) PNPM Perikanan dan kelautan pada tahun 2009 dilaksanakan di 133 Kecamatan, 120 Kabupaten dan 33 Provinsi; (iii) PNPM Agribisnis (PUAP) yang pada tahun 2009 dilaksanakan di 9.884 Desa, dan pada tahun 2010 akan menjangkau 10.000 Desa, ditujukan agar usaha agribisnis berkembang dan meningkat kualitasnya.

(22)

II.1 - 22

(KUR) sampai pada periode 2008-2009 mencapai hampir Rp 17,88 triliun, dan mencakup sekitar 2,55 juta nasabah, dengan rata-rata pembiayaan/kredit sebesar Rp 7,15 juta per debitur. Sektor yang menyerap KUR terbesar adalah sektor perdagangan, restoran, dan hotel, dengan proporsi KUR mencapai 70,78 persen, dan proporsi debitur 81,79 persen. Sektor lainnya yang cukup besar menyerap KUR yaitu pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan sebesar 14,5 persen, dengan proporsi debitur sebesar 9,95 persen.

Sementara itu, dalam rangka meningkatkan akses penguasaan dan pemilikan tanah/lahan bagi masyarakat miskin, dilakukan pula penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T). Pada tahun 2009, telah dilakukan redistribusi tanah sebanyak 336.396 bidang. Selanjutnya, diperkirakan pada tahun 2010 sebanyak 210.000 bidang lagi akan diredistribusikan status pemilikan dan penguasaannya.

Pencapaian Hasil Pelaksanaan

Sebagai hasil dari pelaksanaan berbagai program di atas, tingkat kemiskinan yang pada tahun 2008 sebesar 15,42 persen, dapat diturunkan menjadi sebesar 14,15 persen pada tahun 2009. Dengan tingkat kemiskinan pada tahun 2009 yang mencapai 14,15 persen tersebut, berarti terjadi kecenderungan penurunan kemiskinan, baik secara absolut maupun persentase, sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel 1.

TABEL. 1

JUMLAH PENDUDUK MISKIN INDONESIA (2004- 2009)

Tahun Jumlah Penduduk

Miskin (juta)

Persentase thd total penduduk pd tahun ybs (poverty Incidence) 2004 36,15 16,66 2005 35,10 15,97 2006 39,30 17,75 2007 37,17 16,58 2008 34,96 15,42 2009 32,53 14,15

Sumber: Susenas berbagai tahun. BPS

Meskipun demikian, pada tahun 2009 masih terdapat sebanyak 32,5 juta orang yang hidup di bawah garis kemiskinan, sehingga masih memerlukan kerja keras kita semua. Secara grafik, perkembangan angka kemiskinan disajikan dalam Gambar 1.

(23)

II.1 - 23 36. 1 35.1 39 .3 37.2 3 5.0 32. 5 16 .7 16.0 1 7.8 16 .6 15.4 1 4.2 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah Pend Miskin % Pend Miskin

GAMBAR 1: PERKEMBANGAN ANGKA KEMISKINAN INDONESIA TAHUN 2004-2009

Sumber: BPS, berbagai tahun (diolah)

1.2.1.2. Permasalahan dan Sasaran

Permasalahan penanggulangan kemiskinan dalam tahun 2011, diantaranya adalah sebagai berikut: (1) masih belum berkembangnya iklim usaha yang kondusif di daerah, sehingga belum mampu menarik investasi lokal serta belum meluasnya budaya usaha di masyarakat, yang berakibat pada belum optimalnya kesempatan usaha ekonomi untuk peningkatan pendapatan dan daya beli di daerah; (2) masih kurang efektifnya penyelenggaraan bantuan dan jaminan sosial, dan masih terbatasnya jumlah dan kapasitas sumber daya manusia, seperti tenaga lapangan yang terdidik dan terlatih serta memiliki kemampuan dalam penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial. Permasalahan pada pelaporan dan pendataan jumlah korban akibat bencana yang disampaikan dari lokasi bencana seringkali kurang tepat dan akurat; (3) tingkat pemenuhan beberapa kebutuhan dasar (indikator kemiskinan non pendapatan) misalnya pada kecukupan pangan (kalori), layanan kesehatan, air bersih dan sanitasi masih rendah, dan cukup timpang antar golongan pendapatan; (4) pemenuhan hak dasar terutama bagi masyarakat miskin dan termarjinalkan perlu diperluas sejalan dengan pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Dalam kaitan ini perbaikan akses penguasaan pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T) terutama bagi masyarakat yang memiliki tanah pertanian kurang dari 0,5 ha masih perlu dilakukan; (5) masih banyaknya rumah tangga yang meskipun sudah meningkat kesejahteraannya, namun masih berada pada kelompok hampir miskin, sehingga rentan terhadap gejolak ekonomi dan sosial (bencana alam, gangguan iklim dan konflik sosial). Hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2008 menunjukkan jumlah Rumah Tangga Hampir Miskin (RTHM) masih sebanyak 7,66 juta rumah tangga, meningkat dibanding data PSE 2005 yang besarnya 6,97 juta rumah tangga; (6) permasalahan kemiskinan dan tingkat keparahan kemiskinan yang berbeda antara Jawa/Bali dengan daerah lainnya, sehingga memerlukan penanganan yang berbeda; dan (7) masih kurang optimalnya pelibatan masyarakat terutama masyarakat miskin dalam pelaksanaan

(24)

program-II.1 - 24 program penanggulangan kemiskinan.

Selanjutnya, dengan memperhatikan perkembangan capaian tahun 2009, permasalahan serta perkiraan pelaksanaan tahun 2010 sebagaimana diuraikan di atas, tingkat kemiskinan ditargetkan dapat diturunkan menjadi 11,5-12,5 persen dari jumlah penduduk pada tahun 2011.

1.2.1.3. Strategi dan Arah Kebijakan

Untuk mencapai sasaran tersebut, maka arah kebijakan untuk mendukung pencapaian sasaran tingkat kemiskinan tersebut dalam tahun 2011 adalah sebagai berikut: (i) mendorong pertumbuhan yang pro-rakyat miskin dengan memberi perhatian khusus pada usaha-usaha yang melibatkan orang-orang miskin dan orang-orang dengan kondisi khusus; (ii) meningkatkan kualitas kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan melalui kebijakan afirmatif/keberpihakan; dan (iii) meningkatkan efektivitas pelaksanaan penurunan kemiskinan di daerah.

Arah kebijakan tersebut di atas akan dilakukan melalui 4 (empat) fokus prioritas yaitu:

Fokus 1. Peningkatan dan Penyempurnaan Kualitas Kebijakan Perlindungan Sosial Berbasis Keluarga.

Pada Fokus 1, dalam tahun 2011, bantuan sosial terpadu diarahkan untuk pembentukan perlindungan sosial berbasis keluarga bagi rumah tangga miskin. Selain itu, akan dilakukan juga penyatuan sistem pentargetan pada masing-masing program bantuan sosial ini. Penajaman dan keterpaduan dimulai dengan program bantuan subsidi beras bagi keluarga miskin (Raskin), bantuan beasiswa dan pendidikan usia dini untuk anak dari keluarga miskin, serta jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), termasuk pendidikan bagi orang tua yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi (parenting education). Sementara itu, peningkatan dan penyempurnaan kualitas kebijakan perlindungan sosial dilakukan pula dalam rangka pelaksanaan pembangunan yang berkeadilan (justice for all), terutama untuk kelompok masyarakat termajinalkan.

Selanjutnya, pada tahun 2011 akan dilakukan pula: (i) peningkatan cakupan pelayanan kepada masyarakat dengan masalah sosial terutama yang berada pada Rumah Tangga Miskin (RTM), serta korban bencana dan komunitas adat terpencil; (ii) penyempurnaan kriteria, proses penargetan, serta proses seleksi penerima bantuan sosial, pengembangan sistem informasi manajemen yang berkualitas, serta peningkatan jumlah dan perluasan cakupan sasaran program; (iii) perluasan cakupan Program Keluarga Harapan (PKH) menjadi 1.116 ribu Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM); (iv) penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T) melalui redistribusi tanah sebanyak 181.825 bidang.

Fokus 2. Menyempurnakan dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan PNPM Mandiri.

Dalam Fokus 2, pada tahun 2011, penyempurnaan pelaksanaan PNPM Mandiri dilakukan melalui: (i) melanjutkan pelaksanaan PNPM Mandiri inti di 6.383 Kecamatan di seluruh Indonesia; (ii) peningkatan efektivitas dampak PNPM Mandiri dan peningkatan kualitas lembaga keswadayaan masyarakat yang sudah terbangun melalui PNPM Mandiri; dan (iii) peningkatan kualitas integrasi PNPM Mandiri Inti dengan

(25)

II.1 - 25

Penguatan, dengan pemanfaatan lembaga keswadayaan sebagai wadah partisipasi masyarakat terhadap pembangunan di wilayahnya dan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat desa dan kecamatan.

Fokus 3. Peningkatan akses usaha mikro dan kecil kepada sumberdaya produktif.

Dalam Fokus 3, pada tahun 2011 akan dilakukan: (i) lanjutan dukungan penjaminan untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR), agar akses usaha mikro terhadap kegiatan ekonomi dapat terus diperluas, serta kualitas pelaksanaan KUR dapat ditingkatkan; (ii) peningkatan jangkauan pelayanan pembiayaan bagi koperasi dan UKM serta kapasitas dan pelayanan lembaga keuangan bukan bank; dan (iii) revitalisasi sistem diklat perkoperasian.

Fokus 4. Peningkatan sinkronisasi dan efektivitas koordinasi penanggulangan kemiskinan serta harmonisasi antar pelaku.

Dalam Fokus 4 pada tahun 2011 akan dilakukan: (i) peningkatan koordinasi dan sinkronisasi melalui Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan; (ii) peningkatan peran TKPKD dalam koordinasi program-program penanggulangan kemiskinan untuk percepatan penurunan kemiskinan di daerah. Termasuk di dalam kegiatan ini adalah pemeliharaan dan penggunaan data kemiskinan yang konsisten dan akurat secara kontinyu baik untuk perencanaan, pelaksanaan dan monitoring program-program penanggulangan kemiskinan di daerah; (iii) memperkuat kemandirian desa dalam pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan; meningkatkan ketahanan desa sebagai wilayah produksi; serta meningkatkan daya tarik perdesaan melalui peningkatan kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan pendapatan seiring dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dan lingkungan; dan (iv) penanganan kantung-kantung kemiskinan terutama yang berada di daerah tertinggal, terdepan dan terluar, termasuk pembangunan sarana dan prasarana dasar dan pendukung (meliputi listrik, air, jalan penghubung antarpulau) di pulau-pulau kecil dan pulau-pulau kecil terluar. Upaya (iv) ini terkait dengan pelaksanaan Prioritas 10. Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik.

1.2.2. Perubahan Iklim Global

1.2.2.1. Kondisi Umum

Perubahan iklim yang terjadi dalam satu abad terakhir telah menjadi isu global sekaligus merupakan tantangan pembangunan nasional. Sedikitnya terdapat empat indikator yang menunjukkan terjadinya perubahan iklim yang berdampak signifikan terhadap berlangsungnya kehidupan, yaitu kenaikan permukaan air laut, kenaikan temperatur udara, perubahan curah hujan, dan iklim, serta peningkatan frekuensi iklim ekstrim yang berdampak pada peningkatan frekuensi dan intensitas bencana terkait iklim, seperti banjir, kekeringan, kebakaran hutan, dan menurunnya keanekaragaman hayati.

Indonesia sebagai negara kepulauan sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Dampaknya secara sosial dan ekonomi dapat menurunkan pendapatan petani/nelayan antara lain karena berubahnya musim tanam dan bencana alam yang semakin kerap terjadi.

(26)

II.1 - 26

nyata pula menyebabkan permasalahan pembangunan di berbagai sektor. Sebagai contoh, kenaikan muka air laut yang terjadi di Indonesia telah mempengaruhi pola perhubungan antar pulau, kerusakan sarana dan prasarana pesisir, intrusi air laut yang makin tinggi, dan kemampuan nelayan untuk melaut dan mencari nafkah. Selain itu, pola perubahan cuaca juga telah mempengaruhi pola tanam pertanian serta pola penyakit yang ada di Indonesia. Selain dampak perubahan iklim tersebut, Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Internasional juga perlu menyumbang upaya untuk mengurangi laju perubahan iklim dengan mengurangi emisi karbon dan meningkatkan penyerapan karbon. Hal ini dilakukan khususnya pada sektor-sektor energi, kehutanan, lahan gambut, dan limbah.

Tahun 2009 Indonesia telah berinisiatif menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) pada tahun 2020 sebesar 26 persen dari kondisi tanpa rencana aksi (business as usual-BAU) dengan usaha sendiri, serta menurunkan 41 persen jika dibantu dengan dukungan dari internasional. Upaya adaptasi dan mitigasi tersebut adalah dalam kerangka pembangunan berkelanjutan dan berkeseimbangan baik dari aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.

Pada tahun 2009 telah mulai disusun Roadmap Sektor untuk Perubahan Iklim yang berisi program perubahan iklim baik di bidang mitigasi dan adaptasi untuk 9 sektor utama perubahan iklim hingga tahun 2030. Selain itu pada tahun 2010 telah disusun Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca yang merupakan perwujudan komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi GRK sebesar 26 persen pada tahun 2020.

1.1.2.2. Permasalahan dan Sasaran

Banyaknya pemangku kepentingan yang berperan dalam penanggulangan perubahan iklim mengharuskan adanya koordinasi serta sinergi yang baik antarberbagai pihak tersebut. Oleh karena itu, upaya ini harus bersifat membuka akses seluruh pihak agar dapat berperan aktif di dalamnya terutama dalam mewujudkannya. Untuk itu, penanggulangan perubahan iklim tidak dapat dilakukan semata oleh satu sektor/bidang pembangunan karena sumber dan dampak perubahan iklim terkait dengan berbagai kegiatan pembangunan di banyak sektor, seperti kehutanan, energi, pertanian, dan kelautan.

Dalam hal penanganan perubahan iklim, berbagai upaya adaptasi dan mitigasi yang dilakukan, perlu terus diikuti dengan peningkatan kapasitas, mencakup kapasitas kelembagaan penanganan dampak perubahan iklim, dan kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam penanganannya.

Berbagai isu terkait dengan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim adalah sebagai berikut: (1) Rendahnya kapasitas sumber daya manusia dan institusi pengelola dan penanganan yang bersifat parsial dan terkotak-kotak; (2) Masih terbatasnya ketersediaan data dan informasi terkait dengan adaptasi dan mitigasi; dan (3) Masih kurangnya kesadaran masyarakat dan pemerintah daerah terhadap upaya penanganan perubahan iklim dimana masyarakat masih belum menyadari perlunya merubah pola hidup terkait dengan adanya penomena perubahan iklim ini.

Mengingat hal-hal tersebut di atas, sasaran kebijakan lintas bidang perubahan iklim dalam RKP 2011 adalah: (1) Meningkatnya kapasitas adaptasi perubahan iklim di sektor pertanian, kelautan perikanan, pesisir, sarana dan prasarana, kesehatan; (2) Meningkatnya kapasitas mitigasi perubahan iklim di sektor pertanian, kehutanan, lahan gambut, energi, transportasi, industri dan pengolaan limbah; (3) Tersusunnya sistem MRV nasional perubahan iklim; (4) Tersusunnya Sistem Inventori GRK Nasional

Gambar

GAMBAR 1: PERKEMBANGAN ANGKA KEMISKINAN INDONESIA TAHUN 2004-2009

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Rata-rata persentase membran plasma utuh (MPU) spermatozoa kambing Boer juga mengalami penurunan setelah perlakuan pemisahan dengan sentrifugasi gradien densitas

Meskipun informasi yang tersedia tidak komprehensif, beberapa kesamaan dan perbedaan di antara unsur megalitik di kawasan Melanesia setidaknya dapat menjadi pertimbangan

Deli Serdang menceritakan kepada saksi Djulmaidi Siregar bahwa dirumah saksi Hamdan Siregar telah terjadi perzinahan yang dilakukan oleh istrinya saksi Junita

Hasil Uji kesamaan dua rata-rata data tes awal diperoleh nilai signifikansi 0,431 atau signifikansi lebih dari 0,05 maka terima H0 artinya tidak ada perbedaan

Hal ini disebabkan pada siklus ketiga kemampuan sudah meningkat sesuai dengan yang diharapkan, anak sudah fokus dalam kegiatan bermain dengan menggunakan kotak angka, sudah

Banyaknya pesanan dalam satu bulan, yang mengakibatkan ongkos oprasional perusahaan meningkat, sehingga banyaknya nilai piutang yang ada diluar, maka dari itu perusahaan

Dari 20 tanaman yang ditelaah dari sumber data review berupa jurnal dan internet, kayu manis memiliki efek hepatoprotektor terbesar dengan dosis 10 mg/Kg BB, diikuti

Dasar Akuntansi merupakan mata kuliah wajib yang diberikan bagi mahasiswa semester I Program Studi Manajemn Informatika Jenjang Diploma III, Fakultas Ilmu