• Tidak ada hasil yang ditemukan

8. Sop Asuhan Persalinan Normal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "8. Sop Asuhan Persalinan Normal"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Persalinan Normal

SOP

No. Dokumen :08/SOP.KIA/UPT-BLUD.PKM.KDR/I/2016

No Revisi :

Tanggal Terbit : 2 Januari 2016 Halaman : 1/10 UPT BLUD PUSKESMAS KEDIRI Rosmayadi,SKM.MPH NIP.19681212199003101 4

Pengertian Asuhan Persalinan Normal Adalah Keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala terletak di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.

2.Tujuan Sebagai acuan petugas dalam mencegah komplikasi persalinan 3.Kebijakan Keputusan Pemimpin UPT BLUD Puskesmas Kediri Nomor.

07.11/SK/UPT-BLUD.PKM.KDR/I/2016 tentang Pelayanan Klinis. 4.Referensi MNH, 2002 OBSTETRI, 2015 5.Prosedur 1. Alat b. Tensi Meter c. Meteran d. Stetoskop e. Doopler f. Partus set g. 2 kain bersih h. 2 handuk i. Celemek plastik

j. Perlengkapan perlindungan pribadi : masker, kaca mata, alas kaki tertutup

k. Perlak l. Lenec

m. 3 buah tempat sampah : basah, kering, tempat benda tajam n. Waslap

o. Gurita p. Sepatu boot q. Kacamata google

2. Bahan

a.Kapas DTT dalam tempatnya b. Spuit 2 ½ atau 3 ml c.2 ampul oksitosin 10 U

d. Kapas alkohol dalam tempatnya e.Larutan klorin 0,5 % dalam tempatnya f. Air DTT dalam tempatnya

g. Pembalut h. Kantong plastik

(2)

6.Prosedur 1. Bidan mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua :  Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

 Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau vaginanya

 Perineum menonjol

 Vulva-vagina dan sfingter anal membuka

2. Bidan memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan, yaitu :

1. Partus set :

a. 2 klem kelly atau kocher b. Gunting tali pusat c. Benang tali pusat d. ½ kocher

e. 1 ½ pasang sarung tangan DTT f. Kateter nelaton

g. Gunting episiotomi h. Kassa secukupnya

2. Kapas DTT dalam tempatnya 3. Spuit 2 ½ atau 3 ml

4. 1 ampul oksitosin 10 U

5. Kapas alkohol dalam tempatnya 7. DeLee

8. 2 kain bersih 9. 2 handuk 10. Celemek plastik

11. Perlengkapan perlindungan pribadi : masker, kaca mata, alas kaki tertutup

12. Perlak 13. Lenec 14. Tensimeter

15. Larutan klorin 0,5 % dalam tempatnya 16. Air DTT dalam tempatnya

17. 3 buah tempat sampah : basah, kering, tempat benda tajam 18. Kantung plastik atau pendil

19. Kain ibu 20. Pembalut 21. Gurita 22. Waslap

3. Mematahkan ampul oksitosin 10 U, dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

4. Bidan mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih 5. Bidan melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku.

(3)

Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan haduk satu kali pakai / pribadi yang bersih.

6. Bidan memakai sarung tangan DTT. Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk semua pemeriksaan dalam. Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkannya kembali di partus set/ wadah desinfeksi tingkat tinggi atau steril tampa mengkontaminasi tabung suntik.

Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik

7. Bidan membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kassa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kassa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminai, langkah # 10) 8. Dengan menggunakan teknik aseptik, bidan melakukan pemeriksaan

dalam untuk memastikan bahwa pembukaan sudah lengkap

 Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

9. Bidan mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti di atas).

10. Bidan memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus berakhir untuk memastikan DJJ dalam batas normal (100 – 180 x/mnt)  Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf

Mempersiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses persalinan

11. Bidan memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.

Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.

(4)

 Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.

 Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.

12. Bidan meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ibu merasa nyaman)

13. Bidan melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat untukmeneran :

 Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran

 Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran  Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya

(tidak meminta ibu berbaring terlentang)

 Menganjurkan ibu untuk istirahat di antara kontraksi

 Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu

 Menganjurkan asupan cairan per oral

 Menilai denyut jantung janin setiap lima menit

 Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera

Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran

 Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi

Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera

Persiapan pertolongan kelahiran bayi

14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.  Sediakan tempat untuk mengantisipasi terjadinya komplikasi

(5)

persalinan (asfiksia), sebelah bawah kaki ibu tempat yang datar alas keras. Beralaskan 2 kain dan 1 handuk. Dengan lampu sorot 60 watt (jarak 60 cm dari tubuh bayi)

Bidan meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu

15. Bidan membuka partus set

16. Bidan memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan Menolong kelahiran bayi

17. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir

 Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan hidung bayi setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola karet penghisap yang baru dan bersih

18. Bidan dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kassa yang bersih

19. Bidan memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :

 Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

 Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat, dan memotongnya.

20. Bidan menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

Lahirnya bahu

21. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior

(6)

22. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berda di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterio (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

23. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

Penanganan bayi baru lahir

24. Bidan menilai bayi dengan cepat (jika dalam penilaian terdapat jawaban tidak dari 5 pertanyaan, maka lakukan langkah awal), kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan)

25. Bidan segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat

26. Bidan menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu)

27. Bidan memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting, dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut

28. Bidan mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.

Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, mengambil tindakan yang sesuai.

29. Bidan memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA III Oksitosin :

30. Bidan meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

(7)

31. Bidan memberi tahu ibu bahwa ia akan disuntik

32. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, bidan memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dulu.

Penegangan tali pusat terkendali:

33. Bidan memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva 34. Bidan meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di

atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

35. Bidan menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan perenganganke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso-kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, menghentikan peragangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

36. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu

Mengeluarkan plasenta:

37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.

 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva

 Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan peregangan tali pusat selama 15 menit :

 Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM

 Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu

 Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan

 Mengulangi peregangan tali pusat selama 15 menit berikutnya  Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak

kelahiran bayi

38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, bidan melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta

(8)

dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut dan perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.

39. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepasakan selaput yang tertinggal

Rangsangan Taktil (Pemijatan) Uterus

40. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan kanan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras ).

MENILAI PERDARAHAN

41. Bidan memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.

 Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai

42. Bidan mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif

MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN

43. Bidan menilai ulang uterus dan memastikan berkontraksi dengan baik Mengevaluasi perdarahan pervaginam

44. Bidan mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air didensinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering

45. Bidan menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati di sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat

46. Bidan mengikat satu lagi simpul mati di bagian tali pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama

47. Bidan melepaskan klem bedah dan meletakkannya di dalam larutan klorin 0,5%.

(9)

Memastikan handuk atau kainnya bersih dan kering 49. Bidan menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI

Evaluasi

50. Bidan melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :

 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan

 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan  Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan

 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri

Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesia lokal dan mengunakan teknik yang sesuai.

51. Bidan mengajarkan ibu / keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus

52. Bidan mengevaluasi kehilangan darah

53. Bidan memeriksa tekanan darah, nadi dan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan.

 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan

 Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal Kebersihan dan Keamanan

54. Bidan menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk didekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah didekontaminasi

55. Bidan membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai

56. Bidan membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering

57. Bidan memastikan ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkannya

58. Bidan mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5%, dan membilasnya dengan air bersih

(10)

membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit

60. Bidan mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir Dokumentasi

Bidan melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)

Referensi

Dokumen terkait

14 Mendekontaminasikan sarung tangan dengan cara: mencelupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam

8) mendokumentasikan sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskan dalam keadaan terbalik serta

Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, dan bilas di air DTT tanpa melepas sarung tangan

1) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi. 2)

Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, dan bilas di air DTT tanpa melepas sarung tangan

Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, dan bilas di air DTT tanpa melepas sarung tangan

Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% bersihkan noda darah dan cairan tubuh, dan bilas di air DTT tanpa melepas sarung tangan

Estimasi darah yang keluar e Mencelupkan kedua tangan kedalam klorin 0,5 % membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tsb dengan air DTT dan mengeringkan dengan kain yang