• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH OPINI GOING CONCERN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH OPINI GOING CONCERN"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

EFFECT GOING CONCERN OPINION, MANAGEMENT TURNOVER, REPUTATION AUDITORS AND FINANCIAL DISTRESS TO TURN PUBLIC ACCOUNTING FIRM IN THE

MANUFACTURING COMPANIES ON BEI By :

NAME : SURYO SUHARYO

NPM : 0811031054 No. Telp : 085710680685

Email : [email protected]

Preceptor I : Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt. Preceptor II : Retno Yuni Nur, S.E., M.Sc., Akt. Issues regarding the change of KAP has been widely studied by researchers, academics, and practitioners in developed countries. AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) agreed that the phenomenon of change of auditors is a major problem faced by the CPA. In Indonesia, this issue enough attention, especially for government and regulatory agencies such as the legislature. The objective of this study is to investigate the effect of going concern opinion, management changes, auditor reputation and financial distress on auditor changes. I collect the data from ICMD with employing purposive sampling.

This research uses financial statements data of companies listed in Bursa Efek Indonesia (BEI) from year 2008-2012. Based on method purposive sampling, research sample total is 100 companies. Hypothesis in this research are tested by logistics regression

The results show that going concern opinion is insignificant for auditor changes, management changes significant to auditor changes, auditor reputation is not significant to auditor changes and financial distress is significant to auditor changes. This study concludes that going concern opinion and auditor reputation are insignificant on the auditor changes but management changes and financial distress are significant on the auditor changes.

Keywords : Going concern opinion, management changes, auditor reputation, financial distress and auditor changes.

(2)

ABSTRAK

PENGARUH OPINI GOING CONCERN, PERGANTIAN MANAJEMEN, REPUTASI AUDITOR DAN FINANCIAL DISTRESS TERHADAP PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh :

NAMA : SURYO SUHARYO

NPM : 0811031054

No. Telp : 085710680685

Email : [email protected]

Pembimbing I : Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt. Pembimbing II : Retno Yuni Nur, S.E., M.Sc., Akt.

Isu-isu mengenai pergantian KAP telah banyak diteliti oleh para peneliti, akademisi, dan praktisi di negara-negara maju. AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) menyepakati bahwa fenomena pergantian auditor merupakan masalah utama yang dihadapi oleh CPA. Di Indonesia, isu ini cukup mendapat perhatian terutama bagi pemerintah dan badan regulator seperti lembaga legislatif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk melakukan auditor switching. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah opini going concern , pergantian manajemen, reputasi auditor, dan financial distress dan auditor switching. Saya mengumpulkan data dari ICMD dengan menggunakan purposive sampling. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2008-2012. Berdasarkan metode purposive sampling, total penelitian sampel adalah 100 perusahaan. Hipotesis dalam

penelitian ini diuji dengan regresi logistic

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa disimpulkan hipotesis pertama opini going concern tidak berpengaruh signifikan. Hipotesis kedua disimpulkan pergantian manajemen tidak berpengaruh signifikan. Hipotesis ketiga menyimpulkan reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Hipotesis keempat dihasilkan financial distress tidak berpengaruh secara signifikan.

Kata Kunci: opini going concern, pergantian manajemen, reputasi auditor, financial distress, pergantian kantor akuntan publik.

(3)

Latar Belakang

Berkembangnya profesi akuntan publik adalah sejalan dengan perkembangan perusahaan itu. Kemajuan usaha suatu perusahaan menuntut kinerja perusahaan yang terus-menerus ditingkatkan. Peningkatan kinerja tersebut dapat dilihat dari pertanggung jawaban keuangan perusahaan yang bersangkutan. Dalam

menjalankan profesinya, salah satu jasa yang diberikan oleh akuntan publik adalah jasa pemeriksaan laporan keuangan agar dapat dipergunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Laporan keuangan merupakan laporan yang berisi informasi keuangan sebuah perusahaan. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.

Pemberian opini tertentu pada laporan keuangan dianggap memberi pengaruh tertentu terhadap motivasi pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP). Opini audit going concern yang dikeluarkan oleh auditor diyakini memiliki pengaruh besar terhadap pergantian KAP (Sinarwati, 2010). Pemberian opini audit going concern dianggap akan memberikan respon negatif terhadap harga saham, sehingga memungkinkan terjadinya pergantian KAP. Opini audit going concern adalah opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat

merpertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP, 2001). Opini audit ini merupakan suatu audit report dengan modifikasi mengenai going concern yang

mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis atau tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya di masa yang akan datang (Komalasari, 2007 yang dikutip Sinarwati, 2010).

Isu-isu mengenai pergantian KAP telah banyak diteliti oleh para peneliti, akademisi, dan praktisi di negara-negara maju. AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) menyepakati bahwa fenomena pergantian auditor merupakan masalah utama yang dihadapi oleh CPA (Ismail, 2008 yang dikutip Rahmawati, 2011). Di Indonesia, isu ini cukup mendapat perhatian terutama bagi pemerintah dan badan regulator seperti lembaga legislatif (DPR). Bentuk campur tangan pemerintah dalam menangani isu pergantian KAP ini yaitu dengan

dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan No 423/KMK.06/2002, lalu diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan

No17/PMK.01/2008, dan peraturan yang terbaru yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011. Pembaharuan-pembaharuan ini adalah bentuk dari pengawasan pemerintah terhadap kinerja KAP.

Pergantian KAP memiliki dua sifat, yaitu wajib (mandatory) dan sukarela (voluntary). Pergantian KAP yang bersifat mandatory adalah pergantian yang dilakukan karena peraturan pemerintah, sedangkan pergantian KAP yang bersifat voluntary yaitu pergantian yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti opini going

(4)

concern, pergantian manajemen, reputasi auditor, financial distress dan sebagainya.

Di Indonesia, peraturan mengenai pergantian KAP telah diatur pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 tentang “Jasa Akuntan Publik” (pasal 2). Peraturan ini membahas mengenai pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Peraturan tersebut mengalami perubahan dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik. Perubahan yang dilakukan yaitu pertama, pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik paling lama 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik 3 (tiga) tahun buku berturut-turut (pasal 3 ayat 1). Kedua, akuntan publik dan Kantor Akuntan Publik dapat menerima kembali penugasan audit umum untuk klien setelah 1 (satu) tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien yang sama (pasal 3 ayat 2 dan 3). Pembatasan jangka waktu dianggap perlu dilakukan. Hal ini disebabkan jangka waktu ikatan yang panjang dapat menyebabkan auditor independen atau akuntan publik menjalin hubungan kekeluargaan yang berlebihan, loyalitas yang kuat, atau hubungan emosional dengan klien. Hubungan ini pada tahap tertentu dapat mengancam independensi, juga penurunan kualitas dan kompetensi auditor saat mereka mulai mengevaluasi bukti audit (Nasser et al., 2006 yang dikutip Widiawan, 2011). Oleh karena itu, kualitas laporan audit yang dihasilkan dapat menurun, sehingga keputusan yang diambil oleh para pihak yang berkepentingan berdasarkan laporan audit dapat pula keliru atau tidak tepat.

Oleh karena itu, reputasi seorang auditor sangatlah dipertimbangkan oleh perusahaan sebagai pengguna jasanya. Semakin tinggi reputasi auditor yang dipergunakan jasanya oleh perusahaaan, semakin tinggi pula tingkat kepercayaan dari stakeholder. Akuntan publik adalah pihak independen yang dianggap mampu menjembatani benturan kepentingan antara pihak prinsipal (stakeholder) dengan pihak agen, yaitu manajemen. Dalam hal ini peran akuntan publik adalah memberi opini terhadap kewajaran laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen.

Para investor lebih cenderung untuk mempercayai data akuntansi yang dihasilkan oleh auditor dari KAP yang bereputasi (Praptitorini dan Januarti, 2007, dikutip Sinarwati, 2010), sehingga suatu perusahaan akan lebih cenderung untuk

menggunakan jasa auditor yang bereputasi baik khususnya KAP Big 4 . Dengan demikian bila suatu perusahaan telah memakai KAP yang dianggap bereputasi, maka perusahaan tersebut kemungkinan besar tidak akan mengganti KAP-nya. Pergantian manajemen merupakan pergantian direksi perusahaan yang terutama disebabkan oleh keputusan rapat umum pemegang saham (RUPS) dan direksi berhenti karena kemauan sendiri sehingga pemegang saham harus mengganti manajemen yang baru yaitu direktur utama atau CEO (Chief Executive Officer). Adanya CEO yang baru mungkin akan adanya perubahan kebijakan dalam bidang

(5)

akuntansi, keuangan, dan pemilihan KAP (Damayanti dan Sudarma, 2008). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya pergantian manajemen memungkinkan klien untuk memilih auditor baru yang lebih berkualitas. Darmayanti dan Sudarma (2008) menyatakan bahwa ada dorongan yang kuat untuk berpindah auditor pada perusahaan yang terancam bangkrut. Perusahaan-perusahaan yang terancam bangkrut (mengalami kesulitan keuangan) menghadapi ketidakpastian dalam bisnisnya, sehingga menimbulkan kondisi yang

mengakibatkan perpindahan KAP. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan lebih cenderung untuk melakukan pergantian KAP dikarenakan ketidakmampuan untuk membayar fee audit (Schwartz dan Soo, 1995 yang dikutip Darmayanti, 2008).

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Sinarwati (2010) yang juga menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian terdahulu. Pada penelitian Sinarwati (2010), populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003-2007 dan masih mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 17/PMK.01/2008, sedangkan pada penelitian ini populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan sampel perusahaan manufakur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012 dan menggunakan acuan peraturan terbaru yaitu Undang-Undang Nomor 5 tahun 2011.

1.1 Perumusan Masalah dan Batasan Masalah 1.2.1 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka perumusan masalah yang diangkat dalam peneltian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah Opini Going concern mempengaruhi perusahaan melakukan auditor switching?

2. Apakah pergantian manajemen mempengaruhi perusahaan melakukan auditor switching?

3. Apakah reputasi auditor mempengaruhi perusahaan melakukan auditor switching?

4. Apakah financial distress mempengaruhi perusahaan melakukan auditor switching?

(6)

1.2.2 Batasan Masalah

Untuk memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang lingkup dan arah yang jelas, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang diteliti menggunakan faktor opini going concern, pergantian manajemen, reputasi auditor, financial distress.

2. Perusahaan manufakur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012

3. Fokus pada voluntary auditor switching (masa penugasan KAP sebelum 5 tahun.

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menyediakan bukti empiris bahwa terdapat pengaruh opini going concern, pergantian manajemen, reputasi auditor, dan kesulitan keuangan (financial distress) terhadap keputusan perusahaan di Indonesia untuk melakukan auditor switching.

2. Untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh paling signifikan terhadap keputusan perusahaan di Indonesia untuk melakukan auditor switching pada perusahaan manufakur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2012.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta informasi yang berguna bagi pihak yang berkepentingan, antara lain:

Manfaat Teoritis:

1. Penelitian ini sebagai sumber referensi dan informasi untuk memungkinkan penelitian selanjutnya mengenai pembahasan auditor switching..

2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan dan wawasan terhadap pengembangan pengauditan khususnya mengenai auditor switching.

Manfaat Praktis:

Dapat dijadikan sebagai bahan informasi pada profesi akuntan publik tentang praktik auditor switching yang dilakukan perusahaan

(7)

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pergantian Kantor Akuntan Publik

Pergantian kantor akuntan publik dalam dunia usaha dilatarbelakangi oleh banyak hal. Ada yang berdasarkan aturan pemerintah (mandatory) dan juga keinginan perusahaan itu sendiri (voluntary). Pergantian kantor akuntan publik (KAP) yang bersifat wajib terjadi karena peraturan pemerintah. Peraturan pemerintah tentang pergantian KAP di Indonesia yaitu Keputusan Menteri Keuangan No.

423/KMK.06/2002, dan Keputusan Menteri Keuangan No. 359/KMK.06/2003 yang membatasi sebuah KAP memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan paling lama lima tahun buku berturut-turut, dan akuntan publik memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan paling lama tiga tahun berturut-turut.

Peraturan ini kemudian disempurnakan lagi dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik. Peraturan ini membatasi pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk enam tahun buku berturut-turut, dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk tiga tahun buku berturut-turut.

Adapun pergantian kantor akuntan publik (KAP) yang bersifat sukarela

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Perubahan yang terjadi dalam faktor tersebut dapat menyebabkan benturan kepentingan perusahaan klien dengan kepentingan KAP, atau kepentingan salah satu pihak tidak terpenuhi. Pergantian auditor secara wajib dengan secara sukarela bisa dibedakan atas dasar pihak mana yang menjadi fokus perhatian dari isu tersebut. Jika pergantian auditor terjadi secara sukarela, maka perhatian utama adalah pada sisi klien. Sebaliknya, jika pergantian terjadi secara wajib, perhatian utama beralih kepada auditor (Febrianto, 2009 dalam Widiawan, 2011).

Ketika klien mengganti auditornya saat tidak ada aturan yang mengharuskan pergantian dilakukan, yang terjadi adalah salah satu dari dua hal: auditor mengundurkan diri atau auditor diberhentikan oleh klien. Manapun di antara keduanya yang terjadi, perhatian adalah pada alasan mengapa peristiwa itu terjadi dan kemana klien tersebut akan berpindah. Jika alasan pergantian tersebut adalah karena ketidaksepakatan atas praktik akuntansi tertentu, maka diekspektasi klien akan pindah ke auditor yang dapat bersepakat dengan klien. Jadi, fokus perhatian peneliti adalah pada klien (Wijayanti, 2010).

Sebaliknya, ketika pergantian auditor terjadi karena peraturan yang membatasi tenure, seperti yang terjadi di Indonesia, maka perhatian utama beralih kepada auditor pengganti, tidak lagi kepada klien. Pada pergantian secara wajib, yang terjadi adalah pemisahan paksa oleh peraturan. Ketika klien mencari auditor yang baru, maka pada saat itu informasi yang dimiliki oleh klien lebih besar

dibandingkan dengan informasi yang dimiliki auditor. Ketidaksimetrisan informasi ini logis karena klien pasti memilih auditor yang kemungkinan besar akan lebih mudah untuk sepakat tentang praktik akuntansi mereka. Sementara itu,

(8)

auditor bisa jadi tidak memiliki informasi yang lengkap tentang kliennya. Jika kemudian auditor bersedia menerima klien baru, maka hal ini bisa terjadi karena auditor telah memiliki informasi yang cukup tentang klien baru itu atau auditor melakukannya untuk alasan lain, misalnya alasan finansial (Wijayanti 2010). 2.1.2 Agency Theory

Teori agensi membahas tentang masalah prinsipal dan agen dalam pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan, antara pemasok modal yang berbeda, dan dalam pemisahan penanggungan risiko, pembuatan keputusan dan fungsi pengendalian dalam perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976 yang dikutip Widiawan, 2011). Pihak yang berperan sebagai prinsipal adalah pemegang saham, sedangkan pihak yang bertindak sebagai agen adalah manajer..

Masalah yang kemudian muncul dalam hubungan agensi adalah ketidak

lengkapan informasi, yaitu saat tidak semua kondisi diketahui oleh kedua belah pihak. Hal ini disebut dengan asimetri informasi. Ada dua jenis asimetri informasi yaitu adverse selection dan moral hazard. Adverse selection adalah tipe informasi asimetri yaitu satu orang atau lebih pelaku transaksi usaha yang potensial

mempunyai informasi lebih atas yang lain. Adverse selection ini dapat terjadi karena beberapa pihak seperti manajer, dan para pihak internal perusahaan lainnya lebih mengetahui kondisi saat ini, dan prospek ke depan perusahaan daripada prinsipal. Oleh karena itu, jika manajer bekerja dengan standar yang lebih baik daripada yang ditetapkan oleh prinsipal, maka prinsipal hanya akan menilai dengan standar umum yang diketahuinya saja (Morris, 1987 dalam Widiawan, 2011). Hal ini menyebabkan kerugian bagi manajer karena seharusnya dapat dinilai lebih oleh prinsipal. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian sinyal oleh manajer kepada prinsipal tentang kualitas kerja, salah satunya adalah dengan menunjuk Kantor Akuntan Publik yang independen, dan dipercaya oleh publik. Moral hazard adalah suatu tipe asimetri informasi. Dalam kasus ini manajer lebih mengutamakan kepentingannya sendiri. Hal ini terjadi karena adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian, sehingga prinsipal tidak dapat mengamati seluruh aksi manajer yang dapat berbeda dengan apa yang diharapkan prinsipal

(Hendriksen dan Breda, 1982 dalam Widiawan, 2011).

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan masalah agensi disebabkan oleh adanya perbedaan kepentingan dan informasi asimetri antara principal dan agent.

Menurut Defond, dalam Suparlan dan Andayani (2010) manajer melihat pergantian auditor dalam mengatasi konflik agensi. Sedangkan Shleifer et al, (1997) dalam Suparlan dan Andayani (2010) menyatakan corporate governance yang baik merupakan salah satu isu yang penting dalam masalah keagenan. 2.1.3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 Republik Indonesia tentang Akuntan Publik

Peraturan tentang pergantian kantor akuntan publik sudah muncul pada tahun 2002 dalam bentuk Keputusan Menteri Keuangan. Didalam pasal 6 ayat 4 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423 tahun 2002 tersebut dikatakan: Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat

(9)

dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5 (Lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut- turut. Pada tahun 2003, keputusan tahun 2002 tersebut diamandemen dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 359/KMK.06/2003.

Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3. Peraturan ini mengatur tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut, dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Akuntan publik dan kantor akuntan boleh menerima kembali penugasan setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien yang di atas.

Peraturan terbaru yang mengatur akuntan public tertuang dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011. Peraturan yang membahas pergantian KAP terdapat dalam pasal 4 yang terdiri 2 ayat. Dengan terbitnya Undang-undang Nomor 5 tahun 2011 ini maka ketentuan lama tidak berlaku lagi atau perlu disesuaikan lebih lanjut. Adapun perbedaan dengan peraturan sebelumnya terletak pada tidak adanya batasan waktu bagi KAP, namun bagi seorang akuntan publik dibatasi paling lama 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Jadi masih bisa menggunakan jasa dari KAP yang sama tetapi akuntan harus diganti bila sudah melewati batas masa 3 (tiga) tahun.

2.2 Opini Going Concern

Going concern merupakan kelangsungan hidup usaha suatu entitas bisnis. Dengan adanya going concern maka suatu entitas bisnis dianggap akan mampu

mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek (Setyarno dkk, 2006). Jadi, ketika auditor memberikan opini audit mengenai going concern kepada auditee pada laporan keuangan yang

dihasilkannya, itu merupakan suatu sinyal bahwa auditee memiliki risiko tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidup dalam bisnis dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

Mengacu pada Statement On Auditing Standar No. 59 (AICPA, 1998) dalam Januarti (2009), auditor harus memutuskan apakah mereka yakin bahwa auditee akan bisa bertahan di masa yang akan datang. SA Seksi 508 paragraf 11 huruf c (IAPI, 2011) menyatakan bahwa keragu-raguan yang besar pada kemampuan entitas usaha untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jadi jika terdapat keragu-raguan yang besar terhadap kemampuan perusahaan untuk dapat mempertahankan keberlangsungan hidupnya, maka auditor dapat memberikan opini audit going concern.

2.3 Pergantian Manajemen

Pergantian manajemen perusahaan terjadi jika perusahaan mengubah jajaran dewan direksinya. Apabila perusahaan mengubah dewan direksi, baik direktur maupun komisaris akan menimbulkan adanya perubahan dalam kebijakan perusahaan. Pergantian manajemen dalam perusahaan sering kali diikuti oleh perubahan kebijakan dalam perusahaan. Begitu pula dalam hal pemilihan KAP.

(10)

Jika manajemen yang baru berharap bahwa KAP yang baru lebih bisa diajak bekerjasama dan lebih bisa memberikan opini seperti yang diharapkan oleh manajemen, disertai dengan adanya preferensi tersendiri tentang auditor yang akan digunakannya, pergantian KAP dapat terjadi dalam perusahaan. Perusahaan akan mencari KAP yang selaras dengan kebijakan dan pelaporan akuntansinya. Jansen dan Meckling (1976) menyatakan hubungan keagenan adalah suatu kontrak di mana satu atau lebih orang (principal) melibatkan orang lain (agent) untuk melakukan beberapa layanan atas nama mereka dan kemudian

mendelegasikan sebagian kewenangan pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Berdasarkan argumen di atas dapat disimpulkan bahwa kontrak antara principle (pemegang saham) dan agent (manajemen) merupakan kesepakatan dimana pemilik atau pemegang saham perusahaan menunjuk manajemen untuk mengelola perusahaan.

2.4 Reputasi Auditor

Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor mengenai laporan keuangan suatu perusahaan. Hal ini berarti auditor mempunyai peranan penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu kualitas audit merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh para auditor dalam proses pengauditan.

Meutia (2004) mengatakan bahwa kualitas audit bukanlah merupakan suatu yang dapat langsung diamati. Persepsi terhadap kualitas audit berkaitan dengan reputasi auditor. Dalam hal ini reputasi baik dari perusahaan audit merupakan gambaran yang paling penting. Investor akan lebih cenderung pada data akuntansi yang dihasilkan dari auditor yang bereputasi (Praptitorini dan Januarti 2007). Perusahaan tidak akan mengganti KAP jika KAP nya sudah bereputasi. 2.5 Financial distress

Ketidakpastian dalam bisnis pada perusahaan-perusahaan yang terancam

bangkrut menimbulkan kondisi yang dapat mendorong perusahaan berpindah KAP. Faktor-faktornya antara lain perusahaan tidak setuju dengan hasil pemeriksaan auditor atau opini yang diberikan auditor pada laporan keuangan perusahaan adalah pendapat wajar dengan pengecualian, pergantian manajemen perusahaan, fee audit. Faktor-faktor tersebut sering terjadi dalam bisnis yang mengalami ketidakpastian, sehingga perusahaan yang mengalami

kesulitan keuangan cenderung berpindah KAP daripada perusahaan yang sehat. Menurut Schwartz dan Soo (1995) yang dikutip Sinarwati (2010) menyatakan bahwa kecenderungan untuk berpindah KAP pada perusahaan yang bangkrut lebih sering daripada perusahaan yang tidak bangkrut.

Altman dan McGough (1974) dalam Fanny dan Saputra (2005) menyarankan penggunaan model prediksi kebangkrutan sebagai alat bantu auditor untuk menilai kemampuan perusahaan mempertahankan kelangsungan hidupnya, karena

(11)

penelitiannya menemukan bahwa tingkat prediksi kebangkrutan dengan menggunakan suatu model prediksi mencapai tingkat keakuratan 82%

dibandingkan dengan menggunakan metoda lain, sebagai contoh hanya melihat dari laba bersih sebelum pajak yang negatif. Fanny dan Saputra (2005)

menemukan bahwa penggunaan model prediksi kebangkrutan yang

dikembangkan oleh Altman mempengaruhi ketepatan pemberian opini audit dibandingkan dengan The Zmijeski model dan The Springate model.

Model yang telah dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi. Revisi yang dilakukan oleh Altman merupakan penyesuaian yang dilakukan agar model prediksi kebangkrutan ini tidak hanya digunakan untuk perusahaan-perusahaan manufaktur yang private melainkan juga dapat diaplikasikan untuk perusahaan-perusahaan manufaktur yang go publik.

Hasil penelitian yang dikembangkan Altman:

Z' = 0,717Z1+ 0,874Z2 + 3,107Z3 + 0,420Z4 + 0,998Z5 Dalam hal ini:

Z1 = net working capital / total assets Z2 = retained earnings / total assets

Z3 = earnings before interest and taxes / total assets Z4 = book value of equity / book value of debt Z5 = sales / total assets

2.6 Model Penelitian

Untuk menggambarkan pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen dikemukakan suatu kerangka pemikiran teoritis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian kantor akuntan publik. Variabel independen dalam penelitian ini opini going concern, pergantian manajemen, reputasi auditor, financial distress. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah pergantian KAP.

(12)

Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran (+) (+) (-) (+) 2.7 Pengembangan Hipotesis

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan faktor-faktor opini going concern, pergantian manajemen, reputasi auditor, dan financial distress dalam

mempengaruhi perusahaan melakukan auditor switching.

2.7.1 Pengaruh Ukuran Opini Going concern terhadap Pergantian Kantor Akuntan publik

Dengan adanya going concern maka suatu entitas bisnis dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek (Setyarno dkk, 2006 dalam Sinarwati, 2010). Jadi, ketika auditor memberikan opini audit mengenai going concern kepada auditee pada laporan keuangan yang dihasilkannya, itu merupakan suatu sinyal bahwa auditee memiliki risiko tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidup dalam bisnis dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

Pada perusahaan yang sakit banyak ditemukan masalah going concern

(Ramadhany, 2004). Menurut McKeown (1991) yang dikutip Sinarwati (2010) menyatakan bahwa semakin kondisi perusahaan terganggu atau memburuk maka akan semakin semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern. Jones (1996), Melumad dan Ziv (1997) menyatakan bahwa jika suatu perusahaan mendapat opini going concern maka akan mendapatkan suatu

Pergantian KAP Pergantian Manajemen Reputasi Auditor Financial Distress Opini Going concern

(13)

respon harga saham negatif sehingga besar kemungkinan akan dilakukan

pergantian auditor oleh manajemen jika auditor mengeluarkan opini audit going concern.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diperkirakan bahwa opini going concern berpengaruh positif terhadap pergantian KAP. Oleh sebab itu H1 dirumuskan sebagai berikut:

H1: Opini going concern berpengaruh positif terhadap pergantian

kantor akuntan publik

2.7.2 Pengaruh Pergantian Manajemen Terhadap Pergantian Kantor Akuntan Publik

Pergantian manajemen dalam perusahaan sering kali diikuti oleh perubahan kebijakan dalam perusahaan. Begitu pula dalam hal pemilihan KAP. Berdasarkan teori agensi, Dewan Direksi akan menunjuk KAP yang dapat mendukung

pencapaian tujuannya. Jika manajemen yang baru berharap bahwa KAP yang baru lebih bisa memberikan opini seperti yang diharapkan oleh manajemen, disertai dengan adanya preferensi tersendiri tentang auditor yang akan digunakannya, pergantian KAP dapat terjadi dalam perusahaan. Perusahaan akan mencari KAP yang selaras dengan kebijakan dan pelaporan akuntansinya. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diperkirakan bahwa pergantian manajemen berpengaruh positif tehadap pergantian KAP. Oleh sebab itu H2 dirumuskan sebagai berikut:

H2: Pergantian manajemen berpengaruh positif terhadap pergantian

kantor akuntan publik

2.7.3 Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Pergantian Kantor Akuntan Publik

Auditee yang lebih besar mempunyai operasional yang kompleks, adanya pemisahan antara manajemen dan kepemilikan sangat memerlukan KAP yang dapat mengurangi agency cost (Watts dan Zimmerman, 1986). KAP yang berkualitas sangat diperlukan untuk meningkatkan kredibiltas perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan besar memiliki kecenderungan lebih rendah untuk berganti auditor dibandingkan perusahaan yang kecil. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor mengenai laporan keuangan suatu perusahaan. Investor akan lebih cenderung pada data akuntansi yang dihasilkan dari auditor yang bereputasi (Praptitorini dan Januarti 2007). Perusahaan tidak akan mengganti KAP jika KAP nya sudah bereputasi. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diperkirakan bahwa reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap pergantian KAP. Oleh sebab itu H3 dirumuskan sebagai berikut:

H3: Reputasi Auditor berpengaruh negatif terhadap pergantian

(14)

2.7.4 Pengaruh financial distress terhadap pergantian kantor akuntan publik

Kesulitan keuangan perusahaan klien dapat berpengaruh terhadap pergantian KAP. Scwartz dan Menon (1985) dalam Widiawan (2011) mempertimbangkan potensi kebangkrutan sebagai variabel yang mempengaruhi pergantian KAP. Potensi kebangkrutan merupakan kesulitan solvabilitas yaitu kewajiban keuangan perusahaan sudah melebihi kekayaannya. Dalam lingkungan perusahaan yang berpotensi

bangkrut, terdapat pengaruh yang besar terhadap putusnya hubungan kerja antara manajemen, dan auditor yang menyebabkan perusahaan mengganti auditornya, seperti adanya permasalahan metode akuntansi, ketidakpuasan atas pendapat auditor, atau ketidakpuasan terhadap kinerja auditor. Kemudian, Francis dan Wilson (Nasser

et al., 2006 dalam Widiawan, 2011) menyatakan bahwa perusahaan yang bangkrut

dan sedang mengalami posisi keuangan yang tidak sehat cenderung akan

menggunakan KAP yang mempunyai independensi yang tinggi untuk meningkatkan kepercayaan diri perusahaan di mata pemegang saham dan kreditor untuk mengurangi resiko litigasi. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diperkirakan bahwa financial distress berpengaruh positif terhadap pergantian KAP. Oleh sebab itu H4 dirumuskan sebagai berikut :

H4: Financial distress berpengaruh positif terhadap pergantian kantor

akuntan publik.

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahan-

perusahaan manufakur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2008-2012. Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu suatu teknik pengambilan sampling berdasarkan kriteria-kriteria dan tujuan tertentu. Kriteria yang dipakai adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan manufakur yang terdaftar di BEI.

2. Perusahaan tersebut telah melakukan pergantian KAP dalam periode tahun 2008-2012.

3. Mengandung informasi yang mencakup semua definisi operasional penelitian, yaitu: pemberian opini audit going concern, perusahaan melakukan pergantian manajemen (pergantian CEO), reputasi auditor/KAP, perusahaan mengalami kesulitan keuangan. 4. Mengalami laba bersih setelah pajak negatif sekurang-kurangnya dua

perioda laporan keuangan selama perioda pengamatan (2008-2012) karena auditor cenderung tidak memberikan opini audit going concern pada perusahaan yang memperoleh laba positif.

(15)

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu berupa laporan keuangan auditan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 – 2012 untuk keperluan analisis data. Data diperoleh dari website Indonesian Stock Exchange (www.idx.co.id) dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Selain itu penulis juga mengumpulkan data sebagai landasan teori dan penelitian terdahulu dari buku, internet serta sumber data tertulis lainnya yang berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan.

3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel dependen penelitian ini adalah pergantian KAP. Definisi variabel pergantian KAP adalah perusahaan manufakur yang terdaftar di BEI dalam periode 2008-2012, telah melakukan pergantian KAP selama periode tersebut dan melakukan pergantian bukan karena mandatory. Ketentuan mengenai pergantian KAP di Indonesia telah dijelaskan dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 dan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2. Variabel pergantian KAP ini adalah variabel dummy, jika perusahaan

melakukan pergantian KAP diberi kode 1 dan jika tidak diberi kode 0 (Nasser, et al.,2006 yang dikutip Widiawan, 2011). Kemudian variabel independen dalam penelitian ini ada empat variabel, yaitu:

1. Opini Going Concern

Variabel opini going concern adalah variabel dummy, jika perusahaan

mendapatkan opini going concern diberi kode 1 dan jika tidak diberi kode 0. Maksud dari opini going concern adalah jika dalam laporan auditor

independen terdapat pernyataan auditor atas kelangsungan hidup entitas, baik yang tertera dalam paragraf ke empat laporan auditor independen maupun dalam penjelasan atas laporan keuangan auditan (Sinarwati, 2010). 2. Pergantian Manajemen

Pergantian manajemen merupakan pergantian direksi perusahaan yang

terutama disebabkan oleh keputusan rapat umum pemegang saham dan direksi berhenti karena kemauan sendiri. Variabel pergantian manajemen

menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan klien mengganti direksi atau CEO maka diberikan nilai 1. Jika perusahaan klien tidak mengganti direksi atau CEO, maka diberikan nilai 0 (Damayanti, 2007 yang dikutip Sinarwati 2010).

3. Reputasi Auditor

Dalam penelitian ini reputasi auditor diproksikan sebagai KAP yang berafiliasi dengan Big 4 Auditors . Variabel ini adalah variabel dummy dimana jika KAP

(16)

termasuk dalam Big Four Auditors diberi kode 1 dan jika tidak diberi kode 0. Adapun auditor yang termasuk dalam kelompok Big 4 Auditors yaitu : 1) KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst&Young. 2) KAP Osman Bing Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte Touche

Tohmatsu.

3) KAP Sidharta, Sidharta, Widjaja berafiliasi dengan KPMG. 4) KAP Haryanto Sahari berafiliasi dengan Pricewaterhouse Coopers. 4. Financial Distress

Financial Distress adalah suatu tampilan atau keadaan secara keseluruhan atas kondisi keuangan perusahaan selama perioda tertentu yang digambarkan dengan hasil laba bersih (net profit) negatif selama beberapa tahun yang akhirnya akan mengarah ke kebangkrutan (Endri, 2009). Financial distress diukur dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan Revised Altman, yang terkenal dengan istilah Z score. Z score yang merupakan suatu formula yang

dikembangkan oleh Altman untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan pada beberapa perioda sebelum terjadinya kebangkrutan. Formulanya adalah: Z’ = 0.717Z1 +0.874Z2 + 3.107Z3 + 0.420Z4+ 0.998Z5

Dalam hal ini:

Z1 = net working capital/ total assets Z2 = retained earnings/ total assets

Z3 = earnings before interest and taxes/ total assets Z4 = book value of equity/ book value of debt Z5 = sales/ total assets

3.4 Metode Analisis

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah regresi logistik karena variabel dependennya bersifat dikotomi (melakukan auditor switching dan tidak melakukan auditor switching). Asumsi normal distribution tidak dapat dipenuhi karena variabel independen merupakan campuran antara variabel kontinyu (metrik) dan kategorial (non-metrik). Dalam hal ini dapat dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi logistik (logistic regression) karena tidak perlu asumsi normalitas data pada variabel bebasnya.

3.4.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), deviasi standar (standard deviation), dan maksimum-minimum.

Mean digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan dari sampel. Deviasi standar digunakan untuk menilai disperse rata-rata dari sampel. Maksimum-minimum digunakan untuk melihat nilai maksimum dan minimum dari populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian.

(17)

3.4.2 Menilai Keseluruhan Model Fit (Overall Fit Model)

Sebelum melakukan analisis terhadap regresi logistik, terlebih dahulu menilai keseluruhan model fit terhadap data. Untuk melihat apakah suatu model fit dengan data perlu dilihat nilai -2 Log Likelihood. Pengujian ini dilakukan dengan

membandingkan antara nilai -2 Log Likelihood pada awal (Block = 0) untuk model dengan konstanta saja dengan nilai -2 Log Likelihood pada akhir (Block=1) untuk model dengan konstanta dan variabel independen. Penurunan nilai -2 Log Likelihood mengindikasi bahwa model regresi semakin baik.

3.4.3 Menguji Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Test)

Kelayakan model regresi dilakukan dengan pengujian Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test untuk mengetahui apakah data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit), melalui kriteria sebagai berikut:

a. Jika nilai signifikansi Hosmer and Lemeshow ≤ 0,05, artinya ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memperbaiki nilai observasinya. b. Jika nilai signifikansi Hosmer and Lemeshow > 0,05, artinya model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena fit dengan data observasinya.

3.4.4 Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi logistik (logistic

regression). Analisis dilakukan dengan melihat pengaruh opini audit going concern yang diberikan oleh auditor, reputasi auditor, pergantian komisaris yang dilakukan oleh perusahaan, kesulitan keuangan yang dialami oleh perusahaan, dan kepemilikan perusahaan oleh institusi terhadap

pergantian auditor/KAP (auditor switching) yang dilakukan oleh perusahaan manufakur yang terdaftar di BEI.

Adapun model regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut: SWITCH = βo + β1OGC + β2 DIR + β3 KAP + β4 FD + e

Keterangan : b0 = Konstanta

βi = Koefisien Regresi, di mana i=1,2,3,4 SWICTH = Pergantian KAP

OGC = Opini Going Concern DIR = Pergantian manajemen KAP = Reputasi Auditor FD = Financial distress

(18)

e = Error

Pengujian hipotesis pada regresi logistik dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi (α) 5%. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis akan didasarkan pada nilai p-value. Keputusan berdasarkan probabilitas sebagai berikut:

a. Jika p-value > 0,05 maka hipotesis ditolak b. Jika p-value < 0,05 maka hipotesis diterima

4.1 Analisis Data dan Hasil Penelitian

Analisis data serta pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 21.0 versi for windows. Data yang berhubungan dengan penelitian sebelum dilakukannya analisis data dapat ditunjukkan melalui Lampiran.

4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai rata-rata (mean), maksimum dan minimum, standar deviasi dari variabel-variabel independen yaitu opini going concern, pergantian manajemen, reputasi auditor, dan financial distress.

Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS, maka diperoleh hasil analisis statistik deskriptif yang disajikan pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Frequency

Std. Deviation SWITCH 100 0 1 37 0,499 GC 100 0 1 69 0,494 DIR 100 0 1 31 0,465 FD 100 -1548.47 9.96 - 170.857 KAP 100 0 1 21 0,409 Valid N (listwise) 100

Sumber : Hasil Olahan SPSS

Nilai minimum SWITCH sebesar 0 menunjukkan bahwa tidak melakukan pergantian KAP pada perusahaan tersebut. Nilai maksimum SWITCH sebesar 1 menunjukkan mengalami pergantian KAP pada perusahaan tersebut. Nilai deviasi standar sebesar 0,499 menunjukkan bahwa ukuran penyebaran data dari variabel

(19)

SWITCH adalah 0,499. Hal ini berarti besarnya peningkatan maksimum yang mungkin dari rata-rata variabel ukuran klien adalah +0,499 sedangkan penurunan yang mungkin adalah -0.499.

Nilai minimum ukuran KAP sebesar 0 menunjukkan bahwa KAP yang digunakan tergolong KAP Non Big Four pada perusahaan tersebut. Nilai maksimum ukuran KAP sebesar 1 menunjukkan bahwa KAP yang digunakan tergolong KAP Big Four pada perusahaan tersebut. Nilai deviasi standar sebesar 0,409 menunjukkan bahwa ukuran penyebaran data dari variabel ukuran KAP adalah 0,409. Hal ini berarti besarnya peningkatan maksimum yang mungkin dari rata-rata variabel ukuran KAP adalah +0,409 sedangkan penurunan yang mungkin adalah -0.409. Nilai minimum ukuran perusahaan sebesar 0 menunjukkan bahwa perusahaan tidak mendapatkan opini going concern. Nilai maksimum ukuran perusahaan sebesar 1 menunjukkan bahwa perusahaan menerima opini going concern. Nilai deviasi standar sebesar 0,494 menunjukkan bahwa ukuran penyebaran data dari variabel ukuran perusahaan adalah 0,494. Hal ini berarti besarnya peningkatan maksimum yang mungkin dari rata-rata variabel ukuran perusahaan adalah +0,494 sedangkan penurunan yang mungkin adalah -0,494.

Nilai minimum pergantian dewan komisaris sebesar 0 menunjukkan bahwa tidak mengalami pergantian dewan direksi pada perusahaan tersebut. Nilai maksimum pergantian dewan komisaris sebesar 1 menunjukkan bahwa melakukan pergantian dewan direksi pada perusahaan tersebut. Nilai deviasi standar sebesar 0,464 menunjukkan bahwa ukuran penyebaran data dari variabel pergantian dewan komisaris adalah 0,465. Hal ini berarti besarnya peningkatan maksimum yang mungkin dari rata-rata variabel pergantian komisaris adalah +0,465 sedangkan penurunan yang mungkin adalah -0.465.

Nilai minimum financial distress sebesar -1548.47 menunjukkan bahwa ukuran perusahaann paling kecil yaitu PT Hanson International Tbk pada tahun 2009. Nilai ini menunjukkan bahwa PT Hanson International Tbk mengalami financial distress perusahaan yang paling kecil dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan selama periode pengamatan. Nilai maksimum financial distress sebesar 9.96 berasal dari PT Intanwijaya Internasional Tbk pada tahun 2010. Nilai ini menunjukkan bahwa PT Intanwijaya Internasional Tbk mengalami financial distress perusahaan yang paling besar dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan selama periode pengamatan. Nilai deviasi standar sebesar 170.857 menunjukkan bahwa ukuran penyebaran data dari variabel financial distress adalah 170.857. Hal ini berarti besarnya

peningkatan maksimum yang mungkin dari rata-rata variabel financial distress adalah +170.857 sedangkan penurunan yang mungkin adalah -170.857.

Dapat dilihat dibawah ini tabel 4.2 menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perpindahan KAP yang dilakukan oleh perusahaan

(20)

Tabel 4.2 Matriks Klasifikasi Predicted SWITCH Percentage Correct Observed 0 1 Step 1 SWITCH 0 57 6 90,5 1 27 10 27,0 Overall Percentage 67,0

Sumber : Hasil Olahan SPSS

Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan melakukan perpindahan KAP adalah sebesar 27%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi yang digunakan, terdapat sebanyak 10 perusahaan (27%) yang diprediksi akan melakukan perpindahan KAP dari total 37 perusahaan yang melakukan perpindahan KAP. Kekuatan prediksi model perusahaan yang tidak melakukan perpindahan KAP adalah sebesar 13,4%, yang berarti bahwa dengan model regresi yang digunakan ada

sebanyak 57 perusahaan (90,5%) yang diprediksi tidak melakukan perpindahan KAP dari total 63 perusahaan yang tidak melakukan perpindahan KAP.

i. Menilai Keseluruhan Model Fit (Overall Fit Model)

Untuk melihat apakah suatu model fit dengan data perlu dilihat nilai -2 Log Likelihood. Model dari statistik -2 Log Likelihood dapat digambarkan melalui tabel sebagai berikut:

Tabel 4.3

Gambaran Jumlah Kasus Penelitian Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 100 100,0 Missing Cases 0 ,0 Total 100 100,0 Unselected Cases 0 ,0 Total 100 100,0

(21)

Tabel 4.3

Gambaran Jumlah Kasus Penelitian Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 100 100,0 Missing Cases 0 ,0 Total 100 100,0 Unselected Cases 0 ,0 Total 100 100,0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Sumber : Hasil Olahan SPSS

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah seluruh perusahaan yang diolah dalam penelitian ini adalah 100 perusahaan dan setelah dilakukan uji kelayakan model, perusahaan yang dapat dianalisis tetap sebesar 100 perusahaan yang berarti tidak ada perusahaan yang mengalami eror.

Tabel 4.4 Variabel Dependen Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value

0 0

1 1

Sumber : Hasil Olahan SPSS

Tabel 4.4 menunjukkan nilai yang diberikan untuk variabel dependen. Variabel ini merupakan variabel dummy yang memiliki dua kategori, yaitu 1 melakukan auditor switching dan 0 tidak melakukan auditor switching.

Tabel 4.5

Nilai -2 Log Likelihood untuk Model yang Hanya Memasukkan Konstanta Iteration -2 Log likelihood Coefficients Constant Step 0 1 131,795 -,520 2 131,791 -,532 3 131,791 -,532

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 131,791

c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than ,001.

(22)

Tabel 4.5 menunjukkan nilai -2 Log Likelihood untuk model yang hanya

memasukkan konstanta. Kemudian untuk melihat nilai -2 Log Likelihood dengan model yang mengunakan konstanta dan variabel independen dapat digambarkan dengan tabel berikut:

Tabel 4.6

Nilai -2 Log Likelihood untuk Model dengan Konstanta dan Variabel Independen

Step -2 Log

likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 118,554a ,124 ,169

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.

Sumber : Hasil Olahan SPSS

Tampilan output SPSS memberikan 2 nilai -2 Log Likelihood, yaitu untuk model yang hanya memasukkan konstanta (Tabel 4.5) dan untuk model yang dengan konstanta dan variabel independen (Tabel 4.6). Nilai -2 Log Likelihood untuk model yang hanya memasukkan konstanta adalah sebesar 131,795 dan nilai -2 Log Likelihood untuk model dengan konstanta dan variabel independen adalah sebesar 118,554. Penurunan nilai -2 Log Likelihood dari 131,795 menjadi 118,554 mengindikasikan bahwa model fit dengan data. Hal ini berarti bahwa dengan adanya penambahan variabel opini going concern, pergantian manajemen, reputasi auditor, dan financial distress dapat memperbaiki model fit. 4.1.3 Menguji Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Model)

Kelayakan model regresi dilakukan dengan pengujian Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test (Ghozali, 2001). Pengujian ini untuk mengetahui apakah data empiris cocok atau sesuai dengan model, dengan kriteria sebagai berikut: a. Jika nilai signifikansi Hosmer and Lemeshow ≤ 0,05, artinya ada perbedaan

signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memperbaiki nilai observasinya. b. Jika nilai signifikansi Hosmer and Lemeshow > 0,05, artinya model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena fit dengan data observasinya.

(23)

Tabel 4.7

Nilai Statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 9,545 8 ,298

Sumber : Hasil Olahan SPSS

Berdasarkan pengujian tersebut, nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test adalah sebesar 9,545 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,298. Nilai signfikansi tersebut di atas 0,05 dan dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model tersebut diterima, yang artinya tidak ada perbedaan dengan data sehingga model dapat dikatakan fit.

ii. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis menggunakan regresi logistik dilakukan dengan memasukkan seluruh variabel independen, yaitu opini going concern, pergantian manajemen, reputasi auditor, dan financial distress. Pengujian ini bertujuan untuk melihat pengaruh opini going concern, pergantian manajemen, reputasi auditor, dan financial distress terhadap auditor switching. Hasil pengujian regresi logistik disajikan dalam tabel 4.8

Tabel 4.8

Hasil Pengujian Regresi Logistik Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a GC -,799 ,470 2,893 1 ,089 ,450 DIR ,662 ,479 1,908 1 ,167 1,939 KAP -1,748 ,724 5,834 1 ,016 ,174 FD -,054 ,030 3,299 1 ,069 ,947 Constant -,004 ,367 ,000 1 ,991 ,996

a. Variable(s) entered on step 1: GC, DIR, KAP, Z.

Dari hasil regresi logistik didapat persamaan regresi sebagai berikut: SWITCH = 0,004 – 0.799GC + 0,662DIR - 1,748KAP - 0,054FD 4.2 Pembahasan

4.2.1 Opini Going Concern

Pengujian variabel opini going concern menggunakan regresi logistik menghasilkan koefisien regresi bernilai negatif sebesar 0,799 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,089. Apabila dibandingkan dengan tingkat signifikansi 0,05 (5%), maka nilai signifikansi opini going concern lebih besar dari tingkat

(24)

signifikansi 0,05 (p > α) sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama tidak terdukung. Hal tersebut menunjukkan bahwa opini going concern tidak berpengaruh positif secara signifikan terhadap auditor switching. Variabel opini going concern pada penelitian ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching. Meskipun secara konsep opini going concern dapat menjadi faktor yang mempengaruhi auditor switching , namun dalam penelitian tidak berhasil mendukung pernyataan tersebut.Tidak berpengaruhnya opini going concern terhadap pergantian KAP mungkin disebabkan oleh jumlah amatan yang menerima opini going concern tidak mencukupi. Hal ini terbukti dari 100 amatan terdapat 37 amatan yang memperoleh opini going concern dan 63 yang tidak memperoleh opini going concern. Penelitian ini mendukung dengan penelitian Sinarwati (2010) yang tidak menemukan bukti atas pengaruh opini going concern terhadap auditor switching.

4.2.2. Pergantian Manajemen

Pengujian variabel pergantian manajemen menggunakan regresi logistik menghasilkan koefisien regresi bernilai positif sebesar 0,662 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,167. Apabila dibandingkan dengan tingkat signifikansi 0,05 (5%), maka nilai signifikansi ukuran perusahaan lebih besar dari tingkat

signifikansi 0,05 (p > α) sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua tidak terdukung. Hal tersebut menunjukkan bahwa pergantian manajemen tidak

berpengaruh positif secara signifikan terhadap auditor switching. Variabel pergantian manajemen pada penelitian ini tidak berpengaruh positif secara signifikan terhadap auditor switching. Meskipun secara konsep pergantian manajemenn dapat menjadi faktor yang mempengaruhi auditor switching, namun dalam penelitian ini tidak menyatakan demikian. Hasil penelitian

mengindikasikan bahwa adanya pergantian dewan direksi tidak selalu diikuti dengan pergantian kebijakan perusahaan dalam menggunakan jasa suatu KAP. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebijakan dan pelaporan akuntansi KAP lama tetap dapat diselaraskan dengan kebijakan manajemen baru dengan cara

melakukan negosiasi ulang antara kedua pihak. Adanya fenomena seperti ini erat kaitannya dengan keadaan perusahaan publik di Indonesia yang mayoritas dikuasai dan dijalankan bersama oleh orang-orang dalam satu keluarga. i. Reputasi Auditor

Pengujian variabel reputasi auditor menggunakan regresi logistik menghasilkan koefisien regresi bernilai negatif sebesar 1,748 dengan nilai signifikansi sebesar 0,016. Apabila dibandingkan dengan tingkat signifikansi 0,05 (5%), maka nilai signifikansi reputasi auditor lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 (p < α) sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga terdukung. Hal tersebut menunjukkan bahwa reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap auditor switching. Variabel reputasi auditor pada penelitian ini berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching. Dalam penelitian variabel reputasi auditor berhasil mendukung pernyataan tersebut. Berdasarkan teori agensi yang

(25)

ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara pemilik dengan manajemen sangat diperlukan, dalam hal ini adalah auditor independen. Investor akan lebih cendrung pada data akuntansi yang dihasilkan dari auditor yang bereputasi (Praptitorini dan Januarti 2007). Perusahaan tidak akan mengganti KAP jika KAP nya sudah bereputasi. Perusahaan akan mencari KAP yang kredibilitasnya tinggi untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan di mata pemakai laporan keuangan itu.

iii. Financial distress

Pengujian variabel financial distress menggunakan regresi logistik menghasilkan koefisien regresi bernilai negatif sebesar 0,054 dengan nilai signifikansi sebesar 0,069. Apabila dibandingkan dengan tingkat signifikansi 0,05 (5%), maka nilai signifikansi financial distress lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 (p > α) sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis keempat tidak terdukung. Hal tersebut menunjukkan bahwa financial distress tidak berpengaruh positif secara signifikan terhadap auditor switching. Variabel financial distress pada penelitian ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching. Meskipun secara konsep financial distress dapat menjadi faktor yang mempengaruhi auditor switching, namun dalam penelitian ini tidak menyatakan demikian. Peneliti menduga hal ini disebabkan perusahaan dalam kondisi financial distress akan berusahan memberikan sinyal positif kepada investor, salah satu caranya melalui tidak melakukan pergantian KAP karena memperhatikan presepsi pemegang saham sebagai pemilik dana perusahaan, jika perusahaan sering berganti KAP timbul anggapan negatif.

5.1 Simpulan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012. Faktor-faktor yang terpilih sebagai variabel independen adalah opini going concern, pergantian manajemen, reputasi auditor, dan financial distress. Dari hasil beberapa pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini, diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:

a. Hasil pengujian analisis regresi logistik dengan α = 0,05 diperoleh p-value yang lebih besar dari alpha (α), tingkat signifikan opini going concern sebesar 0,089 menunjukkan bahwa secara statistik tidak terbukti terdapat

(26)

pengaruh opini going concern terhadap auditor switching selama lima tahun pengamatan (2008-2012).

b. Hasil pengujian analisis regresi logistik dengan α = 0,05 diperoleh p-value yang lebih besar dari alpha (α), tingkat signifikan pergantian manajemen sebesar 0,167 menunjukkan bahwa secara statistik tidak terbukti terdapat pengaruh pergantian manajemen terhadap auditor switching selama lima tahun pengamatan (2008-2012).

c. Hasil pengujian analisis regresi logistik dengan α = 0,05 diperoleh p-value yang lebih kecil dari alpha (α), tingkat signifikan reputasi audior sebesar 0,016 menunjukkan bahwa secara statistik terbukti terdapat pengaruh reputasi audior terhadap auditor switching selama lima tahun pengamatan (2008-2012).

d. Hasil pengujian analisis regresi logistik dengan α = 0,05 diperoleh p-value yang lebih besar dari alpha (α), tingkat signifikan financial distress sebesar 0,069 menunjukkan bahwa secara statistik tidak terbukti terdapat pengaruh financial distress terhadap auditor switching selama empat tahun

pengamatan (2008-2012).

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang diharapkan dapat menjadi pertimbangan selanjutnya mengenai auditor switching :

1. Penelitian ini hanya menguji pengaruh variabel-variabel opini going concern, pergantian manajemen, reputasi auditor, dan financial distress terhadap auditor switching. Variabel-variabel lain yang mungkin

berpengaruh juga terhadap auditor switching tidak diuji dalam penelitian ini. Misalnya, sejumlah variabel penting seperti karakteristik corporate governance yang dapat meningkatkan pengetahuan mengenai audit tenure dan auditor switching di Indonesia, tidak dimasukkan ke dalam model regresi.

2. Auditor switching dalam penelitian ini hanya memperhatikan pergantian pada tingkat KAP, tidak memperhatikan pergantian auditor independen yang bertanggung jawab terhadap opini audit.

3. Pengukuran variabel financial distress dalam penelitian ini menggunakan proksi rasio DER, sehingga kurang bisa menggambarkan kondisi kesulitan keuangan yang sedang dialami perusahaan.

(27)

5.3 Saran

Bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan auditor switching sebaiknya mempertimbangkan beberapa saran di bawah ini demi hasil penelitian yang lebih baik dan akurat, yaitu;

1. Penelitian selanjutnya hendaknya dapat menambah variabel independen seperti pergantian komite audit, pertumbuhan perusahaan. Melihat pergantian tidak hanya KAP tetapi juga auditor yang bertanggung jawab terhadap opini.

2. Beberapa variabel tidak terbukti pada penelitian ini sebaiknya pada penelitian selanjutnya digunakan proxy yang lain dari variabel tersebut, sehingga diharapkan dapat mencerminkan variabel yang digunakan.

Gambar

Gambar 2.1  Rerangka Pemikiran  (+)  (+)  (-)  (+)  2.7  Pengembangan Hipotesis
Tabel 4.1  Statistik Deskriptif
Tabel 4.2  Matriks Klasifikasi  Predicted     SWITCH  Percentage Correct  Observed  0  1     Step 1  SWITCH  0  57  6  90,5        1  27  10  27,0     Overall Percentage        67,0
Tabel 4.4  Variabel Dependen  Dependent Variable Encoding  Original Value  Internal Value

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH REPUTASI AUDITOR, DISCLOSURE , UKURAN PERUSAHAAN DAN OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA TERHADAPi. PENERIMAAN OPINI AUDIT

REPUTASI AUDITOR, DISCLOSURE , UKURAN PERUSAHAAN OPINI TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI Tahun

diatas maka peneliti mengambil judul penelitian: “Pengaruh Tenure, Reputasi Auditor, Disclosure dan Ukuran Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern” (Studi

Hipotesis yang diajukan adalah (1) Audit tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern, (2) Reputasi auditor berpengaruh terhadap penerimaan opini audit

Hipotesis yang diajukan adalah (1) Audit tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern, (2) Reputasi auditor berpengaruh terhadap penerimaan opini audit

Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris pengaruh positif reputasi KAP terhadap penerimaan opini audit going concern , untuk menemukan bukti

Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa variable auditor switching tidak berpengaruh tehadap opini audit going concern, financial distress tidak berpengaruh tehadap opini

dalam penelitian ini ( auditor switching , ukuran KAP, perubahan manajemen, opini audit going concern , kompleksitas perusahaan, opini audit, fee audit, dan.. financial distress