• Tidak ada hasil yang ditemukan

M01687

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " M01687"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1

ISSN NO : 1978-6522

COST BENEF IT ANALYSIS

PENGEMBANGAN MODEL

TEKNOLOGI BIOGAS DI DUSUN TO’DURIAN,

PATA’PADANG, TORAJA UTARA

Eunike Rismayani Allufris *Gustin Tanggulungan

* Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana

(gustin@staff.uksw.edu)

ABSTRACT

A This study aims to analyze the feasibility of alternative development models of biogas

technology in the hamlet To 'Durian, District Sanggalangi', North Toraja , using the Cost - Benefit Analysis (CBA). Feasibility assessment based on NPV > 0 and BCR> 1 with a discount rate of 24%, and the IRR rate of> 24%. The results showed that individual models worthy of 6 households, the choice between individual or communal models feasible for 9 households, and decent communal models for 5 communities consisting of 20 households. The benefits to be derived from the application of biogas technology is the provision of alternative energy sources, reduction of health and environmental problems, and additional incomes. Cost needed include installation costs, maintenance costs, and the cost of socialization. The farmers need socialization of these technologies to achieve adopt awareness.

Keywords: cost - benefit analysis, NPV, BCR, IRR, biogas technology

PENDAHULUAN

(2)

2

ISSN NO : 1978-6522

Teknologi biogas pada dasarnya juga dimaksudkan untuk mengatasi kelangkaan energi dengan menciptakan sumber energi alternatif. Biogas dihasilkan dari limbah peternakan dan pertanian yang relatif mudah diperoleh di lingkungan masyarakat pedesaan (Simamora, 2006). Masyarakat pedesaan atau sekitar pinggir hutan yang umumnya masih menggunakan kayu sebagai bahan bakar akan terbantu dengan teknologi tersebut yang sekaligus mengatasi masalah lingkungan dari menurunnya populasi pohon karena dgunakan sebagai bahan bakar.

Meskipun demikian, keputusan untuk mengadopsi suatu teknologi baru selayaknya didahului dengan uji kelayakan. Analisis biaya dan manfaat (cost-benefit analysis) adalah salah satu informasi akuntansi manajemen yang dapat menyediakan informasi perbandingan cost dan benefit atas suatu alternatif tindakan oleh pengambil keputusan. CBA berguna untuk menilai apakah keputusan yang dipilih dapat memanfaatkan secara efisien sumber daya yang langka dengan pengambilan alternatif kebijakan yang relevan untuk menerapkan suatu kriteria keputusan yang tepat (Fuguitt dan Wilcox, 1999; Campbell dan Brown, 2003). Pemerintah di beberapa tempat telah mengupayakan berbagai penelitian dan program untuk merealisasi program biogas dengan memanfaatkan limbah ternak. Namun belum ada kajian untuk model pengembangan yang dapat diterapkan pada masyarakat pemilik ternak di pedesaan Toraja.

Penelitian ini bertujuan menganalisis kemungkinan pengembangan teknologi biogas bagi masyarakat pedesaan Toraja khususnya pada wilayah yang menjadi lokasi penelitian ini dengan pendekatan cost-benefit analysis. Untuk itu dirumuskan persoalan penelitian “ apakah teknologi biogas layak diadopsi masyarakat pemilik ternak di Dusun To’ Durian, Kecamatan Sanggalangi’, Kabupaten Toraja Utara dan bagaimanakah model pemanfaatan teknologi biogas yang dapat dipilih oleh setiap rumah tangga?

(3)

3

ISSN NO : 1978-6522

masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menimbulkan kesadaran untuk mengadopsi teknologi biogas sebagai sumber energi alternatif yang juga dapat mengurangi masalah yang ditimbulkan oleh kegiatan beternak tersebut. Penelitian ini juga diharapkan menjadi referensi untuk penelitian terkait.

TELAAH LITERATUR Cost Benefit Analysis (CBA)

Cost Benefit Analysis (CBA) adalah suatu prosedur sistematis dan analitis yang membandingkan manfaat dan biaya dalam mengevaluasi suatu proyek atau program yang bersifat sosial (Mishan dan Quah, 2007). Bappenas (2011), secara sederhana mengartikan “manfaat” adalah hal-hal positif atau menguntungkan suatu pihak apabila suatu pilihan diambil sedangkan “biaya/cost” diartikan sebagai hal-hal negatif atau merugikan suatu pihak. Identifikasi biaya maupun manfaat proyek kemudian didiskontokan dengan discount rate tertentu (Ismaryanto, 1992).

Dengan CBA keputusan kebijakan mempertimbangkan hasil perbandingan cost dan benefit terkait proyek/program tersebut. CBA berguna untuk menilai apakah keputusan yang dipilih dapat memanfaatkan secara efisien sumber daya yang langka dengan pengambilan alternatif kebijakan yang relevan untuk menerapkan suatu kriteria keputusan yang tepat (Fuguitt dan Wilcox, 1999; Campbell dan Brown, 2003). Di sektor publik, CBA digunakan untuk mengevaluasi nilai akhir dari sebuah proyek publik dan memberikan arah apakah sebuah proyek kemudian layak dijalankan atau tidak (Puslitbang Sosial, Ekonomi dan Lingkungan, 2011).

(4)

4

ISSN NO : 1978-6522

apabila NPV sama dengan nol. NPV dan IRR yang semakin tinggi berarti semakin besar manfaat bersih yang diperoleh (Ruijs, 2008).

Model Pengembangan Teknologi Biogas

Terdapat dua model pengembangan teknologi biogas yang umumnya diterapkan oleh peternak, yaitu: model individual (skala rumah tangga) dan model komunitas (skala komunal). Teknologi biogas skala rumah tangga dapat dikembangkan jika rumah tangga pemilik ternak memiliki kecukupan limbah ternak dan memiliki kesediaan dan komitmen untuk menerapkan teknologi ini secara berkelanjutan (Junus, 1995:6). Adapun skala komunal akan dapat diterapkan apabila: (1) masyarakat yang tergabung dalam sebuah komunitas suka bergotong–royong (2) jarak antar rumah tangga yang tergabung dalam sebuah komunitas berdekatan; (3) adanya komitmen dari semua rumah tangga yang tergabung dalam komunitas untuk menerapkan teknologi secara berkelanjutan.

Cost dan Benefit Teknologi Biogas

(5)

5

ISSN NO : 1978-6522

Pada tahap awal adopsi teknologi biogas keterlibatan pemerintah dan aktor-aktor sosial lainnya sangat diperlukan untuk mendorong dan menarik minat masyarakat. Sehubungan dengan itu akan ada biaya sosialisasi. Kegiatan sosialisasi tersebut dapat berupa ceramah tentang manfaat biogas, demonstrasi cara pembuatan biogas dan praktek pelatihan penggunaan biogas. Proses dan biaya sosialisasi juga dilakukan setelah pembuatan teknologi biogas untuk meningkatkan loyalitas dan kepercayaan masyarakat untuk keberlanjutan penggunaan teknologi biogas (Baba, 2008).

Ada berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan teknologi biogas. Teknologi yang menggunakan bahan baku feses ternak dapat mengurangi pencemaran lingkungan (Yusriadi, 2011). Teknologi ini juga memberi dampak positif terhadap lingkungan, diantaranya membantu program pelestarian hutan, tanah dan air, mengurangi polusi udara dan meningkatkan sanitasi lingkungan. Selain itu, penerapan teknologi biogas dapat mengurangi masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh limbah ternak (Muryanto, 2006).

(6)

6

ISSN NO : 1978-6522

Hasil dari biogas dapat diubah menjadi beberapa bentuk energi, yaitu energi panas atau dengan bantuan generator diubah menjadi energi listrik maupun mekanik (Haryati, 2006). Perbandingan hasil konversi energi biogas per 1m3 untuk berbagai penggunaan adalah seperti yang ditunjukkan tabel 2 berikut ini:

Tabel 2.

Konversi Energi Biogas per 1 m3 dan Penggunaannya

Tenaga pengangkut Konversi

Penerangan Sebanding dengan lampu 60 – 100 W selama 6 jam.

Memasak Untuk memasak 3 jenis makanan untuk 5 – 6 orang

Pengganti bahan bakar

(7)

7

ISSN NO : 1978-6522

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan studi kasus di Dusun To’ Durian, Lembang Pata’padang, Kecamatan Sanggalangi’, Kabupaten Toraja Utara. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan: 1) merupakan kawasan pedesaan; 2) keberadaan peternak dalam skala yang beragam; 3) ketersediaan akses data. Data diperoleh dengan cara observasi dan wawancara ke rumah penduduk.

Data dan Asumsi

Data penelitian berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara kepada masyarakat, tokoh masyarakat dan pemerintah setempat. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur terkait manfaat dan biaya teknologi biogas, potensi biogas, dan nilai konversi biogas ke berbagai macam penggunaan. Data yang terkumpul, dianalisis dengan menggunakan beberapa konsep dan asumsi berikut ini :

1. Satu rumah sebagai satu rumah tangga

2. Semua rumah tangga dan komunitas bersedia mengadopsi teknologi biogas dan dapat bekerjasama untuk pengembangan reaktor biogas secara komunal (satu komunitas adalah rumah dengan jarak maksimal 50 meter)

3. Pemilihan ukuran reaktor biogas didasarkan pada potensi maksimal biogas pada setiap keluarga/komunitas yakni sesuai jumlah kepemilikan hewan ternak pada saat penelitian dan akan dipertahankan sepanjang umur reaktor biogas.

4. Satu batang pohon setara dengan 100 kg kayu bakar. Biaya replacement untuk sebatang pohon adalah US $ 0,965 (Krause & Koomey (1989) dalam Renwick at al (2007)). Satu ikat kayu bakar (satuan yang lazim di masyarakat) setara dengan 3 kg.

5. Upah rata – rata buruh tani per hari (8 jam) adalah Rp 25.000,00

6. Penyakit yang ditimbulkan oleh lingkungan yang tercemar lebih rentan menyerang anak–anak daripada usia dewasa. Penyakit demam dan diare yang sering menyerang anak-anak setempat menjadi proxy dalam penelitian ini. 7. Semua masyarakat melakukan pengobatan di Puskesdes Pata’padang dengan

(8)

8

ISSN NO : 1978-6522

8. Tersedia pasar untuk menjual pupuk organik sebagai hasil sampingan dari reaktor biogas dengan harga Rp 350,00/kg untuk pupuk padat dan Rp 500,00/liter untuk pupuk cair.

9. Harga metana sama dengan emisi karbon dan tersedia pasar emisi karbon menurut harga Protokol Kyoto yaitu U$ 10 per ton CO2e.

10.Suku bunga tingkat petani adalah 24 persen dan konstan setiap tahunnya (Moll,1989).

11.Tahun dasar dalam perhitungan adalah tahun 2013.

12.Kurs terhadap USD adalah kurs tengah BI pada bulan Agustus, 2013 sebesar Rp 10.318,00.(

http://www.bi.go.id/id/moneter/informasi-kurs/transaksi-i/Default.aspx)

13.Umur ekonomis instalasi biogas adalah 20 tahun

Langkah Analisis Data

Langkah analisis data adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi kemungkinan pengembangan alternatif model individu atau komunitas berdasarkan jarak antar rumah.

2. Penghitungan potensi biogas pada rumah tangga atau komunitas.

3. Identifikasi ukuran digester biogas yang sesuai untuk potensi biogas pada rumah tangga atau komunitas

4. Eliminasi rumah tangga dan komunitas yang tidak potensial

5. Mengestimasi cost dan benefit pada setiap rumah tangga dan atau komunitas yang potensial

6. Menghitung NPV, BCR, dan IRR.

7. Menentukan kelayakan adopsi model pengelolaan biogas berdasarkan nilai NPV> 0, BCR> 1, dan IRR >i (discount rate).

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Penelitian

(9)

9

ISSN NO : 1978-6522

Lampiran 2. Dari tabel tersebut terlihat bahwa 91 persen rumah tangga di Dusun To’ Durian melakukan aktivitas beternak.

Tabel 4.

Populasi Rumah Tangga dan Kepemilikan Ternak

KETERANGAN JUMLAH %

Jumlah rumah tangga 67 100%

Rumah tangga yang tidak melakukan aktivitas beternak 6 9% Rumah tangga yang melakukan aktivitas beternak 61 91%

Sumber: Data Diolah, 2014

Potensi Model Pengembangan Ukuran Reaktor Biogas

Hasil identifikasi ukuran reaktor biogas untuk rumah tangga dan komunitas menunjukkan ada 15 rumah tangga yang tidak potensial mengadopsi teknologi ini karena kapasitas limbah ternak tidak cukup untuk semua ukuran digester biogas (lampiran 3). Sedangkan kapasitas reaktor yang potensial dibangun adalah sebagai berikut :

Potensi Biogas Pada Skala Rumah Tangga dan Komunitas

(10)

10

ISSN NO : 1978-6522

(jumlah ternak itik x rata-rata produksi gas hewan itik per hari x 30 hari). Sedangkan perhitungan potensi biogas per bulan untuk komunitas adalah total penjumlahan potensi perbulan seluruh rumah tangga yang tergabung dalam sebuah komunitas.

Hasil perhitungan potensi biogas per bulan menunjukkan potensi biogas untuk 46 rumah tangga yang memiliki hewan ternak di Dusun To’ Durian, Kecamatan Sanggalangi’, Kabupaten Toraja Utara adalah sebesar 2.491,52 m3. Total potensi biogas skala individu adalah 1.415,28 m3. Sedangkan total potensi biogas untuk skala komunal sebesar 1.076,24 m3. Penghitungan potensi biogas ini menjadi dasar

untuk menentukan besar potensi subsitusi manfaat bila teknologi biogas diadopsi.

Jenis dan Jumlah Biaya

Biaya Instalasi Teknologi Biogas

Perhitungan biaya instalasi biogas untuk rumah tangga/individu mencakup semua kebutuhan alat dan bahan pembuatan instalasi biogas, biaya tenaga ahli, tukang, dan asisten tukang. Komponen biaya instalasi mengikuti daftar kebutuhan biaya di Kota Salatiga dengan penyesuaian harga berlaku di lokasi penelitian. Perhitungan biaya instalasi untuk model komunal lebih besar daripada model rumah tangga karena ada beberapa tambahan alat sesuai jumlah rumah tangga yang tergabung dalam suatu komunitas, yaitu: pipa gas utama (1,5”), knee polos 0,5” PVC, pipa PVC AW 0,5”, valve gas utama KITZ, kompor, selang gas PE, T PVC 0,5”, T drat dalam 0,5”, sokdrat luar PVC 0,5”, sokdrat dalam PVC 0,5”, manometer, water drain, dan lem pipa PVC.

Hasil perhitungan biaya instalasi biogas per unit untuk model rumah tangga dengan ukuran reaktor 4 m3 yakni Rp 6.488.500,00; ukuran reaktor 6 m3 sebesar Rp 7.233.500,00; ukuran reaktor 10 m3 sebesar Rp 9.168.500,00; dan ukuran reaktor 12

m3 sebesar Rp 10.093.500,00. Adapun biaya instalasi untuk model komunal berkisar

(11)

11

ISSN NO : 1978-6522

Biaya Reparasi dan Pemeliharaan

Biaya reparasi dan pemeliharaan adalah biaya untuk kebutuhan mereparasi dan memelihara instalasi biogas agar kondisi fisik instalasi dapat bertahan lama dan beroperasi dengan baik. Rata – rata biaya reparasi dan pemeliharaan menggunakan acuan biaya rata-rata di Kota Salatiga yakni Rp 200.000,00 per tahun untuk semua ukuran digester biogas.

Biaya Sosialisasi

Menurut pemerintah setempat dan beberapa tokoh masyarakat, kegiatan sosialisasi program-program kepada masyarakat setempat relatif mudah dilakukan karena dapat disampaikan pada acara-acara adat atau kegiatan ibadah yang frekuensi kejadiannya tinggi. Dan masyarakat pedesaan umumnya akan mudah mengikuti suatu program apabila terbukti hasilnya, sehingga sosialisasi disarankan dilakukan dalam bentuk pelatihan pembuatan sebuah pilot project. Sehubungan dengan itu perhitungan biaya sosialisasi menggunakan asumsi biaya pilot project di salah satu potensi model komunal yaitu di lokasi To’ Gereja. Pemilihan tersebut dengan pertimbangan bahwa lokasi ini dekat dengan gereja, salah satu fasilitas publik penting di daerah ini, dengan lingkungan yang terlihat kumuh karena menjadi lokasi kandang hewan para pemilik ternak yang memiliki lahan tersebut. Biaya untuk instalasi tersebut adalah berkisar Rp 11.564.500,00 dengan tambahan kebutuhan pelatihan lainnya, maka total biaya terhitung mencapai Rp 15.000.000,00.

Identifikasi Jenis Dan Nilai Manfaat Tersedianya Bahan Bakar secara Mandiri

(12)

12

ISSN NO : 1978-6522

1. Menentukan kuantitas kebutuhan bahan bakar yang terpenuhi dan nilai konversinya ke harga elpiji.

2. Menentukan jumlah penghematan waktu dari kegiatan pengumpulan bahan bakar kayu dan nilai konversinya sebagai pendapatan berdasarkan rata-rata tarif upah per jam setempat.

Total benefit berupa ketersediaan bahan bakar secara mandiri dan penghematan waktu pengumpulan bahan bakar mencapai Rp 34.542.000,00 untuk instalasi model individual dan Rp 60.662.000,00 untuk instalasi komunal. Terdapat beberapa reaktor yang akan memiliki kapasitas sisa yang seharusnya bisa dikonversi ke kebutuhan bahan bakar kendaraan bermotor yang juga menjadi kebutuhan penting masyarakat setempat. Akan tetapi manfaat ini tidak diperhitungkan karena proses konversi tersebut membutuhkan alat dan biaya tambahan yang tidak tersedia informasinya.

Tersedianya Pupuk Organik Secara Mandiri

Bahan keluaran dari proses pembuatan biogas adalah pupuk organik berupa pupuk padat dan pupuk cair yang kuantitasnya tergantung ukuran reaktor biogas. Pupuk organik sebagai hasil sampingan tersebut akan mengurangi biaya pembelian pupuk oleh para peternak yang juga mayoritas petani. Disamping itu akan ada penghematan waktu produktif yang semula untuk menangani pupuk kandang. Langkah perhitungan manfaat dari ketersediaan pupuk organik dilakukan sebagai berikut:

1. Menghitung kuantitas keluaran pupuk padat dan pupuk cair organik berdasarkan ukuran reaktor biogas.

2. Menentukan nilai moneter keluaran pupuk dengan cara : ( Q pupuk padat x Rp 350,00) + (Q pupuk cair x Rp 500,00).

Perhitungan penghematan waktu dari penanganan pupuk kandang dilakukan sebagai berikut :

(13)

13

ISSN NO : 1978-6522

2. Mengukur dan menghitung penghematan waktu mengumpulkan pupuk kandang ke satuan moneter per tahun dengan menggunakan informasi rata – rata upah pekerja masyarakat setempat yakni Rp 3.000,00/jam dengan cara : (jam per penanganan pupuk x rata-rata upah buruh per jam x intensitas pengumpulan per bulan x 12 bulan)

Total benefit terhitung dari ketersediaan pupuk organik secara mandiri dan penghematan waktu penanganan pupuk kandang mencapai Rp 33.756.000,00 untuk instalasi model individual dan Rp 55.428.000,00 untuk instalasi komunal. Dengan demikian teknologi biogas memberikan manfaat pengurangan biaya pembelian pupuk, tambahan penghasilan dari kapasitas pupuk yang tidak terpakai, serta realokasi waktu yang semula digunakan untuk menangani pupuk kandang.

Peningkatan Kualitas Kesehatan

Penanganan limbah ternak melalui teknologi biogas mengurangi masalah kesehatan sehingga memberi manfaat penghematan biaya pengobatan dalam hal ini digunakan proxy biaya pengobatan penyakit diare. Menurut masyarakat setempat, anak-anak umumnya lebih rentan terhadap penyakit diare daripada orang tua sehingga dalam penghitungan hanya diperhitungkan biaya berobat oleh anak-anak.

Penghitungan manfaat kesehatan per tahun untuk tiap rumah tangga maupun komunitas dilakukan dengan cara : (jumlah anak x intensitas berobat dalam setahun x tarif berobat). Pemanfaatan limbah menjadi biogas berpotensi meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat setempat yakni penghematan biaya berobat bagi penggunaan skala individu diperkirakan sebesar Rp 4.140.000 per tahun dan untuk skala komunal adalah sebesar Rp 14.080.000 per tahun.

Peningkatan Kualitas Lingkungan

Manfaat Pengurangan Pohon Untuk Keperluan Kayu Bakar

(14)

14

ISSN NO : 1978-6522

penyelamatan hutan lokal digunakan proxy biaya replacement. Biaya replacement dalam hal ini adalah biaya penanaman pohon kembali. Metode perhitungannya dilakukan sebagai berikut:

1. Menghitung penggunaan kg kayu bakar per tahun berdasarkan rata-rata penggunaan saat ini.

2. Konversi penggunaan kg kayu bakar per tahun ke satuan pohon. 3. Menentukan biaya penanaman pohon/tahun dalam nilai rupiah.

4. Menentukan manfaat penghematan penanaman pohon/tahun dengan cara (persentase) pemenuhan kayu bakar dikalikan dengan biaya penanaman pohon/tahun.

Total manfaat pengurangan pohon dari substitusi kayu bakar ke gas bio untuk skala individu sebesar Rp 2.771.099,00 per tahun, sedangkan untuk skala komunal sebesar Rp 4.389.826,00 per tahun .

Manfaat Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca

Pemanfaatan limbah ternak melalui teknologi biogas dapat membantu mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Nilai pengurangan emisi GRK dari setiap instalasi biogas dihitung berdasarkan total pengurangan emisi dan harga pasar pengurangan karbon melalui mekanisme CDM (Clean Development Mechanism) di bawah Protokol Kyoto. Perhitungan nilai moneter pengurangan emisi GRK adalah sebagai berikut :

1. Menghitung pengurangan emisi GRK untuk setiap instalasi biogas. Setiap instalasi biogas dapat mengurangi emisi GRK rata – rata 5t CO2/instalasi/tahun

(berdasarkan proyek pengembangan CDM biogas di Nepal, 2005).

2. Menetapkan harga pasar penjualan karbon/ ton. Satu ton pengurangan emisi gas CO2 diukur berdasarkan harga karbon yang ada di pasar internasional sesuai

dengan Protokol Kyoto yaitu sebesar U$ 10 per ton CO2e dengan menggunakan

Kurs Tengah BI pada bulan Agustus, 2013 sebesar Rp 10.318,00.

(15)

15

ISSN NO : 1978-6522

= 5 ton x U$ 10/ton x Rp 10.318,00 = Rp 515.900,00.

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu program sensitif terhadap suatu perubahan. Salah satu variabel yang dapat berubah adalah variabel discount rate. Menurut Likke et al (2000) dalam analisis cost benefit dengan menggunakan NPV dan BCR, variabel yang paling berpengaruh adalah discount rate. Tingkat discount rate diubah untuk melihat bagaimana nilai cost dan benefit mengalami perubahan pada tingkat discount rate yang lebih tinggi maupun pada tingkat discount rate yang lebih rendah (Perkins, 1994). Penelitian ini menggunakan tingkat discount rate sebesar 24 persen yaitu tingkat suku bunga pinjaman yang menurut Moll (1989) berlaku pada petani di Jawa Barat. Dalam penelitian ini discount rate diasumsikan konstan setiap tahun dan disimulasikan pada tingkat 15 persen, 30 persen, dan 40 persen.

Analisis Kelayakan Adopsi Teknologi Biogas Analisis NPV, BCR, dan IRR

Hasil perhitungan cost dan benefit menunjukkan nilai akhir NPV yang positif, BCR lebih besar dari 1 (BCR> 1), dan tingkat IRR lebih besar dari 24% (IRR > 24%). Nilai penghitungan IRR sangat tinggi dibandingkan tingkat suku bunga yang berlaku di Indonesia yang berkisar antara 5,75 persen sampai dengan 12,25 persen. Analisis tersebut menunjukkan bahwa dari 61 rumah tangga yang ada di lokasi penelitian, teknologi biogas skala rumah tangga dan skala komunitas layak diadopsi dalam bentuk :

1. Model skala rumah tangga saja oleh 6 rumah tangga

2. Model skala komunal oleh 5 komunitas yang terdiri atas 20 rumah tangga.

(16)

16

ISSN NO : 1978-6522

Analisis Sensitivitas

Hasil analisis sensitivitas pada beberapa tingkatan discount rate menunjukkan baik model skala individu maupun skala komunal terlihat bahwa semakin tinggi tingkat discount rate maka nilai NPV dan BCR yang dihasilkan semakin menurun. Pada tingkat discount rate 15 persen, nilai NPV> 0 dan BCR> 1 dan nilainya cukup besar. Akan tetapi pada tingkat discount rate 30 persen nilai NPV dan BCR menurun tetapi NPV tetap positif dan nilai BCR masih > 1. Demikian pula pada tingkat discount rate 40 persen. Hal ini menunjukkan bahwa adopsi teknologi ini memberikan manfaat yang lebih besar daripada biayanya sehingga layak untuk diadopsi.

SIMPULAN DAN SARAN

Pendekatan Cost Benefit Analysis untuk potensi adopsi teknologi biogas di Dusun To’Durian, Lembang Pata’padang, Kecamatan Sanggalangi’, Kabupaten Toraja Utara, menunjukkan adanya benefit berupa tersedianya bahan bakar secara mandiri, tersedianya pupuk organik secara mandiri, peningkatan kualitas kesehatan, dan peningkatan kualitas lingkungan. Sedangkan cost yang teridentifikasi dan dapat dihitung adalah biaya instalasi reaktor biogas, biaya reparasi dan pemeliharaan reaktor oleh masyarakat, dan biaya sosialisasi. Terdapat pula manfaat yang teridentifikasi tetapi tidak dapat dihitung berupa kelebihan kapasitas yang seharusnya dapat dikonversi ke energi lainnya misalnya untuk bahan bakar kendaraan bermotor.

Berdasarkan kriteria NPV yang positif, BCR>1, dan IRR > 24 persen, maka teridentifikasi ada 6 rumah tangga dapat mengadopsi model individual, 20 rumah tangga dapat tergabung dalam 5 komunitas untuk mengadopsi model komunal, dan 9 rumah tangga dapat memilih diantara model rumah tangga atau model komunal. Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yaitu:

(17)

17

ISSN NO : 1978-6522

mengelola model komunal, semua hewan piaraan dikandangkan, serta kayu bakar diperoleh dengan cara menebang pohon.

2. Analisis sensitivitas hanya menggunakan faktor discount rate, sedangkan faktor lain yang juga mudah berubah belum dianalisis diantaranya perubahan jumlah hewan yang diternakkan, pola pemeliharaan hewan ternak masyarakat setempat yang tidak selalu dikandangkan, dan penambahan jumlah anggota keluarga. Sehubungan dengan itu pihak pemerintah, stakeholder lainnya, maupun peneliti yang bergerak dalam pengusahaan kesejahteraan ekonomi masyarakat pedesaan dapat menjadikan penelitian ini sebagai referensi awal untuk penelitian lanjutan yang terkait.

DAFTAR PUSTAKA :

Anonim. Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang. (2011). Kementerian Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan Pengembangan – Puslitbang Sosial, Ekonomi dan Lingkungan.

Baba, S. (2008). Rekayasa Teknologi Biogas untuk Diadopsi Peternak Sapi Potong di Sulawesi Selatan. Prosding Seminar Nasional Sapi Potong – Palu, 24 November 2008: 140 – 150.

Bappenas (2011). Kajian Ringkas Pengembangan Dan Implementasi Metode Regulatory Impact Analysis (Ria) Untuk Menilai Kebijakan (Peraturan Dan

Non Peraturan) Di Kementerian Ppn/Bappenas,

http://birohukum.bappenas.go.id/data/data_kajian/Draft%20Policy%20Pape

r%2013juli.pdf, diunduh 1 Juni 2014.

BSP Nepal. (2005). Clean Development Mechanism Simplified Project Design Document For Small Scale Project Activities (Version 02).

Campbell, H. F.& Brown, R. P. C. (2003). Benefit-Cost Analysis-Financial and Economic Appraisal Using Spreadsheets. New York: Cambridge University Press.

(18)

18

ISSN NO : 1978-6522

Haryati, T. (2006). Biogas Limbah Peternakan yang Menjadi Sumber Energi Alternatif. Wartazoa Vol. 16, No.3: 160 – 169.

Ismaryanto, S. (1992). Pengukuran Eksternalitas Lingkungan Proyek Proyek Pembangunan Pendekatan Analisis Biaya Dan Manfaat. Jakarta: Pusat Antar Universitas – Studi Ekonomi Universitas Indonesia.

Junus, M. (1995). Teknik Membuat Dan Memanfaatkan Unit Gas Bio. Yokyakarta: Gadjah Mada University Press.

Likke., Liewelyn, R. & Musianto, L. (2000). Analisis Cost-Benefit terhadap Industri Rokok di Indonesia. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol.2, No. 2, September 2000.

Mishan, E. J. & Quah, E. (2007). Cost Benefit Analysis, Fifth Edition. London and New York: Routledge, Taylor & Francis Group.

Moll, H.A.J. (1989). Farmers and Finance: Experience with Institutional Savings andCredit in West Java. Dissertation. Wageningen Agricultural University, TheNetherlands. Wageningen Economic Studies, Netherlands.

Muryanto., Hermawan, A., Muntoha. & Widagdo. (2006). Rekomendasi Teknologi

Instalasi Biogas Drum Skala Rumah

Tangga,http://jateng.litbang.deptan.go.id(diakses tanggal 8 Juli 2013). Renwick, M., Subedi, P. S., & Hutton, G. (2007). A Cost-Benefit Analysis of

National And Regional Integrated Biogas And Sanitation Programs In Sub-Saharan Africa. Draft Final Report Prepared For The Dutch Ministry Of Foreign Affairs, 26 – 27.

Ruijs,A. (2008). The Role of Social Cost-Benefit Analysis Revisited - The role of CBA In River Basin Management In The Netherlands. Water Economic and Institutions Group.

Simamora., Salundik., Wahyuni & Surajin. (2006). Membuat Biogas Pengganti Bahan Bakar Minyak Dan Gas Dari Kotoran Ternak. Jakarta Selatan : PT. Agro Media.

(19)

19

ISSN NO : 1978-6522

Yusriadi. (2011). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Adopsi Peternak Sapi Perah Tentang Teknologi Biogas Di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

(20)

20

ISSN NO : 1978-6522

No Keterangan Unit Harga Satuan Jumlah Total Jumlah Total Jumlah Total Jumlah Total Jumlah Total

(21)

21

ISSN NO : 1978-6522

A. Jenis Kelamin Responden

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2014

B. Usia Responden

Sumber: Data Primer yang Diolah,2014

Pria 14 21%

Wanita 53 79%

Total 67 100%

JENIS KELAMIN JUMLAH RESPONDEN

(ORANG) PERSENTASE

< 11 0 0%

11 − 7 10%

− 13 19%

− 18 27%

− 12 18%

− 12 18%

> 60 5 7%

USIA (TAHUN) JUMLAH RESPONDEN

(22)
(23)
(24)

24

ISSN NO : 1978-6522

Jumlah Total Jumlah Total Jumlah Total Jumlah Total Jumlah Total

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 5.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Bab ini memuat teori-teori yang menunjang dan mempunyai kaitan dengan permasalahan yang diangkat oleh penulis dalam penelitian ini, yaitu teori : Tentang dampak tayangan

Berdasarkan topik dan judul ilmiah diatas, penelitian yang membedakan dengan apa yang telah dilakukan oleh peneliti lain yaitu memfokuskan kepada bagaimana cara

Zat – zat kimia yang kami gunakan sebagai terlarut yakni bubuk Natriumthiosulfat dan zat pelarutnya adalah Aquades.Berdasarkan dasar teori yang penulis

Sekolah wajib menerima calon peserta didik yang berdomisili pada radius zona terdekat dari sekolah paling sedikit sebesar 90% (sembilan puluh perseratus) dari total jumlah

 jumlah penduduk miskin Kota Kupang tahun 2013 paling rendah di antara kabupaten lain, yaitu hanya sebesar 10,57 persen, sedangkan Sumba Timur tertinggi dengan 32,42

Dalam hal ini penggunaan bahan bakar, sistem pemipaan, pemanfaatan energi, sampai semua yang berhubungan dengan sistem boiler sangat diperhatikan untuk memaksimalkan kerja boiler

- - 40 - Orang Waktu pelaksanaan yg tersedia utk kegiatan tsb tidak pencukupi / memadai dikarenakan adanya revisi. Mengembalikan Anggaran yang tersedia ke KPKD