• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA TINDAKAN ABORSI ILEGAL MENURUT ISLAM DAN KRISTEN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAKNA TINDAKAN ABORSI ILEGAL MENURUT ISLAM DAN KRISTEN."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh:

ANGGA ANDAR SAPUTRA NIM: E02211014

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Aborsi merupakan tindakan dengan sengaja mengakhiri kehidupan kandungan dalam rahim seorang perempuan hamil, aborsi dibedakan menjadi dua macam. Pertama, abortus spontaneous yakni keguguran dan abortus provocatus yakni tindakan pembunuhan yang disengaja, baik disebabkan oleh faktor medis maupun faktor non medis. Di Indonesia sendiri khususnya di kota-kota metropolitan seperti Jakarta, Surabaya, Bandung pemuda-pemudi nya pernah melakukan tindakan aborsi, baik legal maupun ilegal. Hal ini disebabkan banyak faktor, salah satunya faktor lingkungan yang kurang baik, sehingga individu tersebut berani mengambil keputusan melakukan tindakan aborsi ilegal.

Ada beberapa fokus masalah yang diteliti dalam penelitian ini. Peneliti memfokuskan jenis aborsi yang ilegal. Pertama, bagaimana Islam menilai tindakan aborsi ilegal. Kedua¸ bagaimana Kristen menilai tindakan aborsi ilegal.

Ketiga, Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan masyarakat (Islam dan Kristen)

melakukan aborsi ilegal. Kemudian penelitian ini disusun dengan tujuan.

Pertama¸ untuk mengetahui penilaian Islam dalam menyikapi tindakan aborsi

ilegal. Kedua, Untuk mengetahui penilaian Kristen dalam menyikapi tindakan aborsi ilegal. Ketiga, Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab individu tersebut melakukan tindakan aborsi ilegal.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif-kualitatif yang menggabungkan antara data lapanagan (field research) dan kepustakaan (library

research). Pendekatan interpretative dilakukan peneliti, baik dari perspektif

insider maupun outsider. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi,

wawancara, dan dokumentasi.

(6)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Penegasan Judul ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Kerangka Teori ... 8

G. Telaah Pustaka ... 12

H. Metode Penelitian ... 14

(7)

BAB II : TINDAKAN ABORSI ... 17

A. Pengertian Tindakan ... 17

B. Pengertian Aborsi ……….. ... 25

C. Hubungan Tindakan Dan Aborsi……….. 31

BAB III : PENYAJIAN DATA ... 35

A. Deskripsi Masyarakat (Islam Dan Kristen) Yang Melakukan Tindakan Aborsi Ilegal ... 38

B. Faktor-Faktor Penyebab Tindakan Aborsi Ilegal ... 45

BAB IV : ANALISIS DATA ... 50

A.Faktor Penyebab Masyarakat (Islam Dan Kristen) Melakukan Aborsi Ilegal ... 52

B. Makna Tindakan Aborsi Ilegal Bagi Masyarkat (Islam Dan Kristen) ... 56

BAB V : PENUTUP ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran Atau Rekomendasi ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64

LAMPIRAN ... 67

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zaman yang semakin modern membuat masyarakat Indonesia secara tidak langsung harus menerima kemajuan zaman. Hal ini menyebabkan kebudayaan asli Indonesia mulai terkikis oleh budaya-budaya luar yang lebih dominan.

Pemuda pemudi merupakan penerus generasi bangsa. Maju tidaknya bangsa dan negara ditentukan oleh generasi-generasi tersebut. Apabila generasi pemuda suatu bangsa baik, maka negara tersebut akan maju. Begitu juga sebaliknya. Di Indonesia, pemuda-pemudinya terlihat mulai terpengaruh oleh kebudayaan-kebudayaan dari luar, seperti cara berpakaian yang serba minimalis. Hal ini, oleh sebagian orang dianggap memicu terjadinya perilaku seks bebas di kalangan remaja.

(9)

Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Boyke Dian Nugraha, salah seorang seksolog terkenal saat ini, menunjukkan 16-20 persen dari remaja yang berkonsultasi kepadanya telah melakukan hubungan seks pranikah. Munculnya perilaku seks pranikah tidak hanya dipicu oleh adanya film porno, namun juga dengan masuknya film luar negeri ke Indonesia. Film tersebut mengandung pula unsur pornografi yang mengarah pada berhubungan seks.1

Fenomena-fenomena remaja yang telah merusak kebudayaan bangsa membuat dampak yang signifikan terhadap kemajuan bangsa Indonesia. Pemerintah melihat titik masalahnya terletak pada pendidikan, baik pendidikan secara intelektual maupun pendidikan moral. Dengan harapan apabila kedua pendidikan tersebut dapat terlaksana dengan baik maka tidak menutup kemungkinan perilaku seperti seks bebas dapat terhindarkan. Hal penting lain yang juga merupakan akibat dari seks bebas adalah tindakan aborsi yang saat ini banyak sekali digemari oleh kalangan remaja dan ibu-ibu muda. Mereka beranggapan tindakan aborsi ini merupakan hal yang wajar karena hal ini sudah banyak dilakukan oleh pemuda-pemudi zaman sekarang.

Ada beberapa tindakan aborsi, baik aborsi yang disengaja, maupun aborsi yang dilakukan dengan tidak sengaja atau dengan kata lain keguguran. Pertama, Pengguguran yang disengaja (procured abortion,

1Andrie Hertanti, “

Aborsi ( Studi Deskriptif Tentang Proses Pengambilan Keputusan

(10)

induced abortion, abortus provocatus), pembunuhan yang disengaja dan langsung diarahkan kepada manusia pada tahap awal hidupnya, antara saat pembuahan sampai dengan kelahirannya. Kedua, Aborsi terapeutik, aborsi yang dilakukan untuk menyelamatkan hidup atau kesehatan (fisik dan mental) seorang wanita hamil: kadang-kadang dilakukan sesudah pemerkosaan atau inses (incest). Ketiga, Aborsi terapeutik langsung, aborsi yang dilakukan untuk menyelamatkan hidup atau kesehatan (fisik dan mental) seorang wanita hamil. Tindakan medisnya sendiri bukan ditujukan langsung untuk membunuh janin itu tetapi pada suatu yang lainnya, misalnya pengangkatan rahim atau saluran telur yang didalamnya ada janinnya. Karena rahimnya diangkat maka janinnya ikut mati. Keempat, Aborsi eugenic, aborsi yang dilakukan terhadap janin yang cacat atau jenis kelaminnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Kelima, Keguguran (miscarriage, spontaneous abortion), aborsi yang terjadi secara alami. Aborsi yang terjadi tanpa campur tangan manusia tetapi terjadi secara alamiah oleh karena berbagai macam sebab. Secara moral, keguguran ini tidak menimbulkan masalah moral sebab terjadi tanpa campur tangan manusia.2

Dalam medis terdapat dua macam aborsi, yaitu aborsi spontan

(Abortus Spontaneous) yaitu terjadinya aborsi secara alamiah baik tanpa

sebab tertentu maupun karena sebab tertentu, seperti penyakit virus toxoplasma, anemia, demam tinggi, kecelakaan dan sebagainya, dan

2

(11)

aborsi yang disengaja (Abortus Provocatus) yaitu terjadinya aborsi karena adanya gangguan dari luar atau dapat dikatakan karena kesengajaan, seperti karena akibat pemerkosaan yang akhirnya si perempuan tersebut tidak menginginkan kehamilannya. Dari situlah muncul beberapa kasus perempuan yang hamil akibat perkosaan melakukan praktek aborsi atau pengguguran kandungan.3

Melihat fenomena-fenomena tindakan aborsi, penulis tergerak hatinya dan merasa simpati terhadap tindakan aborsi yang ada di Indonesia, dan penulis ingin sekali berbuat sesuatu atau paling tidak memberikan wawasan terhadap tindakan aborsi. Meski tindakan aborsi di Indonesia masih simpang siur untuk masalah hukumnya, akan tetapi apabila dilihat dari sudut pandang agama Islam dan agama Kristen masih memiliki kejelasan hukumnya. Aborsi pada zaman yang serba modern ini tidak hanya menerpa orang dewasa, akan tetapi hal ini telah menyerang anak-anak muda yang mana biasanya disebabkan mereka malu telah memiliki janin sebelum pernikahan.

Secara psikologi, seseorang yang melakukan aborsi biasanya merasa bersalah dan tidak dapat menerima sebuah kenyataan hidup yang telah diatur Allah swt. Dikarenakan sang ibu membunuh bayi yang ada dalam kandungannya, ibu-ibu tersebut kemudian dibayang-bayangi masalah. Dalam penelitian ini, penulis akan mengaitkan tindakan aborsi dengan

3Mustofa, “Pandangan Hukum Islam Dan Hukum Positif Di Indonesia Tentang Tindakan

(12)

dua sudut pandang agama, Islam dan Kristen. Selain itu penulis ingin mengetahui apa yang menjadi faktor penyebab seseorang melakukan tindakan aborsi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa faktor yang menyebabkan masyarakat (Islam Dan Kristen) melakukan aborsi ?

2. Apa makna tindakan aborsi bagi masyarakat (Islam Dan Kristen)

C. Penegasan Judul

Untuk menghindari kesalahpahaman pembaca, maka di sini penulis menegaskan terhadap pengertian judul penelitian yang akan dibahas. Yakni:

Tindakan Aborsi : Aborsi dalam pemaknaan terminologis adalah tindakan penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (sebelum usia 20 minggu kehamilan), bukan semata untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dalam keadaan darurat tetapi juga bias karena sang ibu tidak menghendaki kehamilan itu.4

4

Arrisalah, Legalisasi Aborsi (Majalah Mahasiswa Fakultas Syariah Dan Hukum UIN

(13)

Ilegal :Tidak resmi, melanggar hukum, melanggar pembawa agama itu yaitu Yesus Kristus.7

Jadi dalam skripsi ini mengkaji tentang tindakan aborsi ilegal yang terjadi di Surabaya dan di deskripsikan dari sudut pandang Islam dan Kristen, sehingga pembaca dapat mengetahui dengan jelas bagaimana Islam dan Kristen menyikapi tindakan aborsi ilegal yang pada zaman sekarang sering terjadi terutama di kota-kota metropolitan seperti Surabaya.

Kemudian peneliti juga mencoba menjelaskan beberapa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang tersebut melakukan tindakan aborsi secara ilegal. Ada beberapa penyebab yang mendorong seseorang melakukan aborsi dengan sengaja yaitu:8

1) Kemiskinan dan ketidakmampuan ekonomi

5

Amran YS. Chaniago, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Bandung: CV Pustaka Setia, 1996), 253.

6

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya,cet 5 (Jakarta: PT Universitas Indonesia, UI Press, 1985), 16-24.

7

Syamsul Arifin, Mini Cyclopedia (Surabaya: Bina Ilmu, 1989), 111.

8

(14)

2) Moralitas sosial

3) Ketakutan terhadap orang tua

4) Rasa malu dan aib terhadap tetangga 5) Relasi cinta yang tidak harmonis

6) Ketidaksengajaan yang mengakibatkan “kecelakaan” dan terpaksa hamil

7) Pihak pria melarikan diri dan tidak mau bertanggung jawab, sehingga menyebabkan status keibuan ekstra marital.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tindakan aborsi ilegal dalam perspektif Islam. 2. Untuk mengetahui tindakan aborsi ilegal dalam perspektif Kristen. 3. Untuk mengetahui faktor penyebab masyarakat melakukan aborsi

ilegal.

E. Manfaat Penelitian

(15)

ingin mencari faktor penyebab seseorang melakukan tindakan aborsi. Dengan demikian manfaat yang dapat diterima dari penelitian tentang aborsi ini ada dua, yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis:

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian tentang tindakan aborsi dapat memberikan wawasan yang luas, karena penelitian ini dilihat dari dua sudut pandang agama, Masyarakat dapat mengetahui bagaimana hukum Islam dan hukum Kristen terhadap tindakan aborsi, dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan mereka melakukan tindakan aborsi ilegal.

2. Secara Praktis

Secara Praktis penelitian ini dapat memberikan sebuah bukti di masyarakat kelak apa saja yang menjadi faktor seseorang melakukan aborsi, baik yang beragama Islam maupun Kristen. Pada akhirnya mereka dapat mengetahui bagaimana tindakan aborsi menurut agama mereka masing-masing, dan berfikir ulang untuk melakukan tindakan aborsi.

F. Kerangka Teori

(16)

dikembangkan dari teori tindakan aksinya Max Webber. Konsep Talcott Parsons yang terkenal yaitu AGIL. AGIL merupakan singkatan dari Adaptation, Goal attainment, Integration, Dan Latency.

1. Adaptation, dalam bahasa Indonesia artinya adaptasi. Maksudnya, suatu sistem harus mengatasi kebutuhan mendesak yang bersifat situasional external. Sistem itu harus beradaptasi dengan lingkungan nya dan mengadaptasikan lingkungan dengan kebutuhan- kebutuhannya.

2. Goal Attainment, dalam bahasa Indonesia artinya pencapaian tujuan. Suatu sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.

3. Integration, integrasi suatu sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian dari komponennya. Ia juga harus mengelola hubungan diantara tiga imperatif fungsional lainnya (A,G,L). 4. Latency, pemeliharaan pola. Suatu sistem harus menyediakan,

memelihara, dan memperbarui baik motovasi para individu maupun pola-pola budaya yang menciptakan dan menopang motovasi itu.9

Konsep AGIL didasari oleh konsep sistem tindakan secara umum, meliputi organisme behavioral, adalah sistem tindakan yang menangani fungsi adaptasi dengan menyesuaikan diri dan mentransformasi dunia eksternal. Sistem kepribadian, melaksanakan

9

(17)

fungsi pencapaian tujuan dengan mendefinisikan tujuan-tujuan sistem dan memobilisasi sumber-sumber daya untuk mencapainya. Sistem soial, menangani fungsi integrasi dengan mengendalikan bagian-bagian komponennya. Sistem Budaya, melaksanakan fungsi latensi dengan menyediakan norma-norma dan nilai-nilai bagi para actor yang memotifasi mereka untuk bertindak.

Talcott parsons kemudian mengenalkan apa yang ia sebut sebagai teori sistem, bahwa tindakan individu dipengaruhi oleh sistem sosial, sistem budaya dan sistem kepribadian. Dalam setiap sistem sosial, individu menduduki suatu tempat atau status tertentu dan bertindak atau berperan sesuai dengan norma atau aturan yang dibuat oleh sistem tersebut dan perilaku individu ditentukan pula oleh tipe kepribadiannya.10

Parsons mendefinisikan yang pertama, sistem sosial, didasarkan pada suatu pluralitas para aktor individu yang berinteraksi satu sama lain di dalam suatu situasi yang setidaknya mempunyai suatu aspek fisik atau lingkungan, para aktor yang termotivasi dalam kaitannya dengan tendensi ke arah “optimisasi kepuasan” dan relasi mereka dengan situasi-situasinya

saling meliputi, didefinisikan dan dimediasi dalam kerangka suatu sistem simbol-simbol yang terstruktur dan dianut bersama secara budaya.11

10

http://prasko17.blogspot.co.id/2012/09/teori-aksi-max-weber-dan-talcott-parsons.html (Rabu, 08 Oktober 2014, 20.15)

11

(18)

Kedua, Sistem budaya¸ merupakan kekuatan utama yang mengikat berbagai unsur dunia sosial, atau dalam peristilahannya, sistem tindakan. Kebudayaan dipandang sebagai simbol-simbol yang terpola dan teratur, sehingga digunakan sebagai sasaran bagi para aktor, kebudayaan juga dapat bergerak melalui sistem sosial yang satu ke sistem sosial yang lainnya melalui difusi dan dari sistem kepribadian yang satu dengan kepribadian yang lainnya melalui pendidikan.12

Ketiga, Sistem kepribadian, dikendalikan bukan hanya oleh sistem budaya tetapi juga oleh sistem sosial, untuk sementara waktu muatan utama struktur kepribadian berasal dari sistem sosial dan kebudayaan lewat sosialisasi. Definisi kepribadian dipandang Parsons sebagai sistem orientasi dan motivasi tindakan aktor individual yang terorganisasi. Komponen dasar kepribadian adalah “watak yang dibutuhkan” dan Parsons mendefinisikan watak yang dibutuhkan dengan

unit-unit motivasi tindakan yang paling signifikan untuk terjadinya suatu tindakan.13

Jadi individu dapat memutuskan untuk bertindak dipengaruhi oleh faktor-faktor norma dan nilai sosial yang ada di masyarakat setempat untuk menuntun individu tersebut melakukan tindakan sosial. Tindakan sosial individu tersebut juga merupakan tindakan yang rasional dengan dibantu sarana-sarana seperti yang ditawarkan oleh Talcott Parsons yakni

12

Ibid., 418.

13

(19)

AGIL yang merupakan teori sistem yang dapat digunakan untuk seluruh tindakan.

F. Telaah Pustaka

Dalam skripsi yang dibahas oleh saudara Andrie Hertanti dari Universitas Airlangga, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik yang mana dengan judul Aborsi (Study Deskriptif Tentang Proses Pengambilan Keputusan Aborsi Ilegal Yang Dilakukan Oleh Remaja Putri Di Kota

Surabaya) memberikan informasi yang sangat mendukung penulis dalam

menyelesaikan skripsinya. Dalam skripsi tersebut banyak sekali hal–hal tentang aborsi yang dibahas, diantaranya pengertian aborsi yaitu pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh. Teknik aborsi, yang mana terdiri dari 6 teknik, berikut beberapa tekniknya : adilatasi dan kuret, kuret dengan cara penyedotan, pil pembunuh,

peracunan dengan garam, histerotomi atau bedah cesar, pengguguran

kimia (prostaglandin).

(20)

pasangan anaknya, ada juga yang alasan pekerjaannya, apabila dia hamil dia akan dikeluarkan dari pekerjaannya. Jadi pada dasarnya skripsi yang diangkat oleh saudari Andrie Hertanti ini hampir sama dengan skripsi yang saya angkat, akan tetapi dalam skripsi saya terdapat dua sudut pandang agama, yakni Islam Dan Kristen. Hal itulah yang menjadi pembeda skripsi saya dengan skripsi saudari Andrie Hertanti dari Universitas Airlangga.

Kemudian ada buku yang diterbitkan oleh kanisius tahun 2005 yang dikarang oleh Dr.Cb.Kusmaryanto, dengan judul bukunya adalah Tolak Aborsi, Budaya kehidupan Versus Budaya 15-16, yang mana dalam buku ini dipaparkan dengan sangat terperinci makna dan pengertian dari Tindakan Aborsi tersebut, sehingga orang awam dapat memahami makna Aborsi yang sesungguhnya.

Selanjutnya penulis mengutip skripsi dari perpustakaan Universitas Airlangga dari fakultas hukum yang bernama Mustofa dengan judul

(Pandangan Hukum Islam Dan Hukum Positif Di Indonesia Tentang

Tindakan Aborsi Akibat Perkosaan)

(21)

Kristen, akan tetapi dalam skripsi Mustofa terdapat sudut pandang hukum positif di Indonesia, sedangkan saya tidak terlalu dalam membahas hal tersebut. Posisi skripsi saya terletak pada isi pembahasan dari skripsi Mustofa yang sama-sama membahas hukum aborsi dari sudut pandang Islam, sehingga memang ada beberapa poin-poin kemiripan antara skripsi saya dengan skripsi Mustofa.

G. Metode Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian merupakan salah satu faktor terpenting dan dapat menentukan hasil dari penelitian yang diperoleh, disini penulis akan menggunakan metode sebagai berikut:

a. Observasi Partisipatif

Metode observasi partisipan adalah sebuah cara pengambilan data melalui pengamatan dan pencatatan yang dilakukan secara langsung14. Metode ini dipergunakan untuk menggali data tentang tindakan aborsi ilegal yang ada di Surabaya.

b. Wawancara (interview)

Metode wawancara adalah sebuah cara dalam mengumpulkan data dengan tanya jawab yang dilakukan dengan seseorang yang telah melakukan tindakan aborsi secara ilegal.

c. Dokumentasi

14

(22)

Metode dokumentasi didalam penelitian ini adalah sebuah metode untuk mencari data mengenai sesuatu hal yang berupa dokumen-dokumen yang sangat berkaitan dengan topik penelitian15. Teknik dokumentasi ini merupakan jenis data sekunder. Data ini dipergunakan untuk menggali informasi atau data tentang tindakan aborsi ilegal menurut Islam dan Kristen di Surabaya.

2. Analisis Data

Dalam hal ini penulis meneliti kembali dari beberapa metode yang telah dipergunakan, agar penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan, maka metode yang dipakai adalah:

a. Metode Deskriptif Analisis yaitu data yang dihimpun melalui interview dan dokumentasi yang kemudian dilakukan analisi untuk memperoleh gambaran tentang semua tindakan aborsi ilegal dan untuk mendapatkan hasil laporan penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

b. Metode Content Analisis16, merupakan sebuah metode comporative yang digunakan untuk menganalisis argumen dan pendapat dari masing-masing informan, metode ini digunakan untuk lebih mempertajam isi sehingga dapat memberikan ringkasan padat secara langsung terhadap fokus pembahasan ini.

15

Koentjaradiningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995),73.

16

Sumadi Soeryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998),

(23)

H. Sistematika Penulisan

Sistematika ini dipergunakan untuk laporan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui makna atau fenomena yang terjadi secara obyektif. Sistematikanya diatur sebagai berikut:

BAB I merupakan awal bab, dimana bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, telaah pustaka, dan metodelogi penelitian yang menggunakan metodelogi wawancara yang mendalam.

Dalam BAB II merupakan isi dari skripsi yang mana terdiri dari pengertian aborsi secara umum, kemudian penilaian Islam terhadap tindakan aborsi ilegal, selanjutnya ada penilaian Kristen terhadap tindakan aborsi ilegal.

Kemudian dalam BAB III merupakan bab mengenai fakta-fakta yang ada dilapangan mengenai deskripsi seseorang yang pernah melakukan tindakan aborsi ilegal serta faktor-faktor apa saja yang menyebabkan seseorang tersebut melakukan tindakan aborsi ilegal.

BAB IV merupakan bab mengenai analisis data. Bab ini menjelaskan bagaimana Islam menilai tindakan aborsi ilegal, Kristen menilai tindakan aborsi ilegal serta keterkaitan teori Talcott Parsons terhadap faktor-faktor seseorang melakukan tindakan aborsi ilegal.

(24)
(25)

BAB II

TINDAKAN ABORSI

A. Pengertian Tindakan

Menurut Talcott Parsons, bahwa tindakan individu manusia itu diarahkan pada tujuan. Dengan kata lain tindakan tersebut dapat digambarkan yaitu individu sebagai pelaku dengan alat yang ada akan mencapai tujuan dengan berbagai macam cara, yang juga individu itu dipengaruhi oleh kondisi yang dapat membantu dalam memilih tujuan yang akan dicapai, dengan bimbingan nilai dan ide serta norma

Menurut Max Weber, tindakan sosial adalah tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna bagi dirinya sendiri dan diarahkan untuk mendapatkan tanggapan orang lain. Sebaliknya, tindakan individu yang diarahkan kepada benda mati dan tidak ada kaitannya dengan orang lain, bukan merupakan tindakan sosial.

(26)

Menurut Heri Purwanto, perilaku adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi.

Menurut Petty Cocopio, perilaku adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, obyek atau issue.

Menurut Chief, Bogardus, Lapierre, Mead dan Gordon Allport, menurut kelompok pemikiran ini sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecendrungan yang potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.

Menurut Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood, menurut mereka perilaku adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Berarti sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.

(27)

dalam seminggu, pengenalan waktu istirahat, dan rencana upah individu dibandingkan dengan upah kelompok.

Menurut Reward dan Reintforcement, menurut pendapat mereka tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kondisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh insight untuk pemecahan masalah.

Menurut Chester Barnard, Barnard dalam karyanya The Functions

of The Executive menekankan agar organisasi dan individu dapat berhasil,

organisasi atau individu tersebut harus mengembangkan kerja sama. Barnard menekankan pentingnya pengakuan terhadap adanya organisasi formal, Barnard merupakan orang pertama yang memperlakukan organisasi sebagai suatu system.

Menurut Parker Follet, keduanya memfokuskan studinya pada hubungan antara atasan dan bawahan, Follet meletakkan kelompok diatas individu. Melalui kelompok kemampuan individu dapat dimaksimalkan, organisasi ditentukan oleh kerjasama atasan dengan bawahan dengan meningkatkan partisipasi, komunikasi, kooordinasi, dan pembagian wewenang.

(28)

kerja, upah kualitas pengawasan dan pengakuan, promosi dan peningkatan profesionalisme.

Dari beberapa definisi mengenai tindakan sosial, maka dapat disimpulkan bahwa tindakan sosial merupakan suatu perilaku individu yang didasarkan atas reaksi dari lingkungan sekitar sehingga menimbulkan reaksi pada diri individu tersebut dan menimbulkan tanggapan dari luar individu tersebut. Tanggapan inilah yang dinamakan terjadinya interaksi sosial.

Teori tindakan yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengutamakan apa yang dikemukakan oleh Talcot Parsons. Talcott Parsons berpendapat bahwa teori ini dikembangkan dari teori tindakan aksinya Max Webber. Konsep Talcott Parsons yang terkenal yaitu AGIL. AGIL merupakan singkatan dari Adaptation, Goal attainment, Integration, Dan Latency.

1. Adaptation, dalam bahasa Indonesia artinya adaptasi. Maksudnya, suatu sistem harus mengatasi kebutuhan mendesak yang bersifat situasional external. Sistem itu harus beradaptasi dengan lingkungan nya dan mengadaptasikan lingkungan dengan kebutuhan- kebutuhannya.

(29)

3. Integration, integrasi suatu sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian dari komponennya. Ia juga harus mengelola hubungan diantara tiga imperatif fungsional lainnya (A,G,L). 4. Latency, pemeliharaan pola. Suatu sistem harus menyediakan,

memelihara, dan memperbarui baik motovasi para individu maupun pola-pola budaya yang menciptakan dan menopang motovasi itu.1

Konsep AGIL didasari oleh konsep sistem tindakan secara umum, meliputi organisme behavioral, adalah sistem tindakan yang menangani fungsi adaptasi dengan menyesuaikan diri dan mentransformasi dunia eksternal. Sistem kepribadian, melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan mendefinisikan tujuan-tujuan sistem dan memobilisasi sumber-sumber daya untuk mencapainya. Sistem soial, menangani fungsi integrasi dengan mengendalikan bagian-bagian komponennya. Sistem Budaya, melaksanakan fungsi latensi dengan menyediakan norma-norma dan nilai-nilai bagi para actor yang memotifasi mereka untuk bertindak.

Setelah mengetahui konsep dasar teori yang dikemukakan oleh Talcot Parsons, maka berikut ini contoh teori Talcot Parsons yakni AGIL apabila dihubungkan dengan proses sosialisasi terhadap seorang anak kecil yang akan menuju ke proses dewasa.

1

(30)

Proses sosialisasi pada tahap ini dapat digambarkan melalui kerangka A-G-I-L yang diperkenalkan oleh Talcott Parsons dalam menganalisis tindakan-tindakan sosial (D.P.Johnson, 1086, hlm. 128-136). Fase-fase seperti Adaption, Goal Attainment, Integration dan Laten

Pattern Maitenance tidak ada batasan yang jelas, karena merupakan suatu

proses yang terjadi secara sinambung. Fase-fase tersebut dalam proses sosialisasi dijelaskan sebagai berikut:

1. Fase Laten

Dalam fase ini proses sosialisasi yang berlangsung belum terlihat nyata. Pengenalan anak terhadap diri sendiri tidak jelas dan anak belum merupakan kesatuan individu yang berdiri sendiri dan dapat melakukan kontak sosial dengan lingkungannya. Di lain pihak, lingkungan pun belum melihat anak sebagai individu yang berdiri sendiri dan yang dapat mengadakan interaksi dengan mereka. Dalam tahun pertama ini, misalnya, anak masih dianggap sebagai bagian dari ibu, dan anak pada fase ini masih merupakan satu kesatuan yang disebut “two persons

system”.

2. Fase Adaptasi

(31)

anak hanya dapat belajar dengan baik atas bantuan dan bimbingan orang tuanya.

Hukuman dan penghargaan dari orang tua yang diberikan terhadap tingkah lakunya, banyak memberikan pengertian pada anak dalam belajar bagaimana seharusnya mereka bertindak dalam kehidupan-nya sehari— hari.

Tingkah laku yang mendapat penghargaan dari orang tua akan menimbulkan pengertian pada anak bahwa tingkah laku tersebut diterima oleh lingkungannya. Sebaliknya, hukuman yang diberikan oleh orang tua memberikan pengertian pada anak bahwa tingkah laku tersebut tidak dikehendaki. Dengan demikian anak mulai berkenalan, mulai mengerti meskipun masih terbatas sifatnya terhadap norma-norma sosial. Sikap-sikap orang tua selain memberikan pengaruh yang positif bagi anak dapat pula berdampak negative terhadap anak.

Hukuman yang tidak tepat dari segi waktu, bentuk yang diberlakukan orang tua terhadap anak, tingkah laku anak yang terlalu dibatasi oleh orang tua dapat menimbulkan rasa cemas, takut, kecewa dan berbagai hal yang dapat menghambat berlangsungnya proses sosialisasi.

3. Fase Pencapaian Tujuan

(32)

tingkah laku yang menimbulkan reaksi negative dari orang tua berusaha dihindarkan.

4. Fase Integrasi

Dalam fase ini tingkah laku anak tidak lagi hanya sekedar penyesuaian (adaptasi) ataupun untuk mendapatkan penghargaan dari orang tuanya (tujuan), namun sudah menjadi bagian dari dirinya sendiri yang memang ingin dilakukannya (terintegrasi dalam dirinya sendiri). Norma dan nilai yang ditananmkan oleh orang tuanya sudah menjadi diri anak atau kata hati “conscience” dari anak, bukan lagi merupakan sesuatu

yang berada di luar diri anak.

Dengan tertanamnya nilai dan norma dalam tahap ini, tingkah laku anak tidak perlu lagi dibatasi oleh larangan-larangan dari orang tuanya, sebab anak sudah dapat mengatur sendiri tingkah lakunya dan membatasi sendiri tingkah lakunya sesuai dengan kata hatinya.

Fase keempat ini biasanya dicapai oleh anak pada tahun kelima dari kehidupannya, dan pada saat ini anak sudah mulai mempunyai sikap-sikap tertentu dalam menghadapi lingkungan sosialnya.2

Fase-fase diatas merupakan fase seorang anak kecil yang menuju dewasa, akan tetapi dihubungkan dengan teori AGIL yang dikembangkan oleh Talcott Parsons, sehingga telah jelas dan mudah dimengerti bagaimana konsep AGIL tersebut diterapkan dalam proses sosialisasi masyarakat.

2

(33)

B. Pengertian Aborsi

Aborsi dalam pemaknaan terminologis adalah tindakan penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (sebelum usia 20 minggu kehamilan), bukan semata untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dalam keadaan darurat tetapi juga bisa sang ibu tidak menghendaki kehamilan itu.3Abortus Provocatus adalah istilah Latin yang secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan hukum. Maksudnya adalah dengan sengaja mengakhiri kehidupan kandungan dalam rahim seorang perempuan hamil.4. Dalam kamus Latin Indonesia sendiri, abortus diartikan sebagai wiladah sebelum waktunya atau keguguran. Pengertian aborsi atau Abortus Provocatus adalah penghentian atau pengeluaran hasil kehamilan dari rahim sebelum waktunya5 .Menurut Atmajaya dalam ensiklopedi nasional Indonesia disebutkan bahwa aborsi adalah keluarnya janin dari dalam rahim sebelum janin itu mampu hidup sendiri pada manusia berarti sebelum masa kehamilan 28 minggu.6

Secara umum istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda

3

Arrisalah, Legalisasi Aborsi (Majalah Mahasiswa Fakultas Syariah Dan Hukum UIN

Sunan Ampel Surabaya, ed 59, 2014), 9.

4

K.Bertens, Aborsi Sebagai Masalah Etika (Jakarta: Grasindo, 2002), 1.

5

Kusmariyanto, (t.k: t.p,2002), 203.

6

(34)

(sebelum bulan ke empat masa kehamilan). Sedangkan secara medis, aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan sebelum kandungan mencapai usia 20 minggu, yaitu sebelum janin dapat hidup di luar kandungan secara mandiri. Istilah aborsi sendiri sebenarnya digunakan untuk menggugurkan kandungan yang dilakukan dengan sengaja atau biasa disebut pengguguran, sedangkan ada istilah lain yang dinamakan dengan keguguran, dimana kejadian ini bukan dilakukan dengan sengaja, akan tetapi terjadi secara alamiah.

Sedangkan menurut Kartono Muhammad mengatakan bahwa abortus adalah terhentinya kehamilan yang terjadi di antara saat tertanamnya sel telur yang sudah dibuahi di rahim sampai kelahiran berusia 28 minggu.7

Jadi sebenarnya tindakan aborsi tersebut dibedakan menjadi 2 macam, yakni Abortus Spontaneus Dan Abortus Provocatus.

1. Abortus Spontaneus (Keguguran)

Abortus spontaneus atau Abortus tidak sengaja merupakan kecelakaan, kelainan, atau berbagai penyebab alami yang mengakibatkan janin keluar sebelum waktunya8. kandungan seorang ibu hamil dengan

7

Kartono Muhammad, Teknologi Kedokteran dan Tantangannya Terhadap Biotika (t.k:

t.p, t.th) 45.

8

(35)

spontan gugur dan terjadi karena ketidak sengajan yang dilakukan oleh ibu hamil tersebut. Hal ini dapat saja terjadi karena kematian proses alami dan juga tidak menimbulkan masalah etika, biasanya disebabkan oleh penyakit, atau bisa juga karena sebuah kecelakaan yang menyebabkan sang ibu hamil terjatuh dengan posisi perut terpukul, dan lain sebagainya.

Jadi abortus spontaneus pada dasarnya tidak mengganggu masalah etika dan moral, sebab aborsi ini terjadi tidak dengan sengaja dan juga sebenarnya ibu hamil juga tidak menginginkan aborsi tersebut terjadi, karena pada faktanya semua ibu hamil yang telah menikah menginginkan anak dalam kandungannya dapat hidup sehat seterusnya sampai dia lahir di dunia. Sehingga tidak ada masalah mengenai abortus spontaneus.

2. Abortus Provocatus

Abortus provocatus (induced abortion) adalah abortus yang

disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus provokatus bisa legal karena ada indikasi medis (disebut abortus

medicinalis) yaitu bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa

(36)

seks di luar perkawinan atau untuk mengakhiri kehamilan yang tidak dikehendaki. Jadi aborsi ini dilakukan dengan sengaja dan secara sadar karena penolakan terhadap janin dan alasan-alasan seperti ini tidak dibenarkan oleh hukum dan dianggap sebagai tindakan kejahatan. 9aborsi ini apabila dilakukan dengan sengaja merupakan pembunuhan terhadap makhluk insani yang dilakukan oleh manusia dan biasanya menimbulkan masalah etika, sebab aborsi ini dilakukan dengan sengaja dan apabila ditangani secara medis pasti aborsi ini merupakan jenis aborsi yang ilegal, sehingga hal tersebut sudah termasuk golongan pembunuhan.

Dari penjabaran dua jenis aborsi diatas, penulis akan lebih banyak membahas jenis Abortus Provocatus dibanding Abortus Spontaneus, hal ini dikarenakan jenis Abortus Provocatus merupakan jenis aborsi yang ilegal dan sesuai dengan judul skripsi penulis. Abortus Provocatus sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Abortus Provocatus Medicinalis Dan

Abortus Kriminalis. Abortus Provocatus Medicinalis merupakan tindakan

aborsi yang dilakukan dengan sengaja yang ditangani secara medis dengan indikasi penyakit, apabila diteruskan kehamilan tersebut dapat membahayakan antara sang bayi dan sang ibu, seperti contohnya ketika di dalam kandungan diketahui sang bayi mengalami cacat dan orang tua bayi tidak menginginkan hal itu terjadi, maka secara medis dilakukan tindakan aborsi, sehingga kelahiran yang diharapkan tidak dapat terjadi. Seperti itulah tindakan aborsi provocatus medicalis. Sedangkan aborsi provocatus

9

(37)

kriminalis merupakan tindakan aborsi yang dilakukan dengan sengaja yang ditanganin secara medis tanpa adanya indikasi penyakit atau sebab-sebab yang lain, jadi aborsi ini dapat dikatakan aborsi ilegal, karena aborsi yang dilakukan tanpa adanya indikasi suatu penyakit atau sebab-sebab medis yang lain, dan biasanya disebabkan karena masalah etika sosial. Contohnya seperti pasangan pemuda-pemudi yang belum menikah, akan tetapi telah mengandung. Kemudian mereka berdua memutuskan untuk melakukan aborsi, padahal janin yang dikandungnya serta sang ibu tidak terdapat indikasi-indikasi penyakit, maka inilah yang disebut tindakan aborsi ilegal. Dan tindakan aborsi provocatus kriminalis di Indonesia paling banyak dilakukan oleh pemuda-pemudi diluar nikah. Data menunjukkan hampir dua juta jiwa per-tahun penduduk Indonesia melakukan aborsi, baik itu aborsi provocatus spontaneous, maupun aborsi provocatus medicinalis dan kriminalis.

Ada beberapa faktor yang mendorong sehingga seorang dokter dapat melakukan pengguguran kandungan pada seorang ibu, yaitu antar lain:

a. Indikasi Medis; yaitu seorang dokter mengugurkan kandungan

se-orang ibu, karena dipandang bahwa nyawa wanita yang bersangkutan, tidak dapat tertolong bila kandungannya dipertahankan, karena diindapi penyakit yang berbahaya, antara lain;

(38)

2) Penyakit paru-paru 3) Penyakit ginjal

4) Penyakit hypertensi dan sebagainya

b. Indikasi Sosial; yaitu dilakukan pengguguran kandungan, karena

didorong oleh faktor kesulitan finansial, misalnya:

1) Karena seorang ibu sudah menghidupi beberapa orang anak, padahal ia termasuk sangat miskin

2) Karena wanita yang hamil itu, disebabkan oleh hasil pemerkosaan seorang pria yang tidak mau bertanggungjawab

3) Karena malu dikatakan dihamili oleh pria yang bukan suaminya, dan sebagainya.10

Ada beberapa penyebab yang mendorong seseorang melakukan aborsi dengan sengaja yaitu:

1) Kemiskinan dan ketidakmampuan ekonomi 2) Moralitas sosial

3) Ketakutan terhadap orang tua

4) Rasa malu dan aib terhadap tetangga 5) Relasi cinta yang tidak harmonis

6) Ketidaksengajaan yang mengakibatkan “kecelakaan”

dan terpaksa hamil

10

(39)

7) Pihak pria melarikan diri dan tidak mau bertanggung jawab, sehingga menyebabkan status keibuan ekstra marital.11

C. Hubungan Tindakan Dan Aborsi

Menurut Talcott Parsons seorang tokoh sosiolog menyatakan bahwa tindakan individu manusia itu diarahkan pada tujuan. Dengan kata lain tindakan tersebut dapat digambarkan yaitu individu sebagai pelaku dengan alat yang ada akan mencapai tujuan dengan berbagai macam cara, yang juga individu itu dipengaruhi oleh kondisi yang dapat membantu dalam memilih tujuan yang akan dicapai, dengan bimbingan nilai dan ide serta norma.

Seorang individu dalam melakukan tindakannya demi kepuasan sosial, sebelumnya diajak untuk berfikir bagaimana cara dan seperti apa individu itu melakukan tindakannya. Hal ini juga dipengaruhi oleh nilai, ide dan norma yang berlaku dalam masyarakat, sehingga tindakan tersebut apakah sudah sesuai dengan aturan-aturan dalam masyarakat. Dengan harapan tindakan yang dilakukan individu dapat diterima dengan baik oleh kelompok masyarakat setempat.

Talcott parsons kemudian mengenalkan apa yang ia sebut sebagai teori sistem, bahwa tindakan individu dipengaruhi oleh sistem sosial,

11

(40)

sistem budaya dan sistem kepribadian. Dalam setiap sistem sosial, individu menduduki suatu tempat atau status tertentu dan bertindak atau berperan sesuai dengan norma atau aturan yang dibuat oleh sistem tersebut dan perilaku individu ditentukan pula oleh tipe kepribadiannya.12

Telah jelas bahwa individu dalam melakukan tindakannya selalu ada yang mempengaruhi, baik itu pengaruh dari luar maupun pengaruh dari dalam. Pengaruh dari luar berupa interaksi sosial dan juga aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan pengaruh dari dalam dapat berupa karakter atau watak dari individu tersebut.

Sedangkan menurut peneliti tindakan sosial merupakan suatu perilaku individu yang didasarkan atas reaksi dari lingkungan sekitar sehingga menimbulkan reaksi pada diri individu dan menimbulkan tanggapan dari luar individu tersebut. Tanggapan inilah yang dinamakan terjadinya interaksi sosial.

Aborsi dalam pemaknaan terminologis adalah tindakan penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (sebelum usia 20 minggu kehamilan), bukan semata untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil

12

(41)

dalam keadaan darurat tetapi juga bisa sang ibu tidak menghendaki kehamilan itu.13

Aborsi dalam pandangan orang awam merupakan tindakan pembunuhan terhadap nyawa seseorang yang tidak bersalah dengan sangat kejam apabila dilihat dari sisi fisiknya. Namun sebenarnya tindakan aborsi sendiri ada yang dibolehkan baik oleh negara maupun agama, seperti contohnya seorang ibu yang sedang mengandung namun dalam perjalanan mengandung terdeteksi sebuah penyakit atau virus dalam kandungannya, maka hal ini diperbolehkan oleh hukum negara melakukan tindakan aborsi, sedangkan dalam Islam juga diperbolehkan.

Dalam fenomena sosial yang terjadi di masyarakat sekarang, banyak sekali penyebab aborsi ilegal disebabkan oleh rasa malu terhadap keluarga dan masyarakat sekitar akibat dia telah mengandung diluar nikah. Hal ini menjadi aib bagi keluarga besarnya apabila bayi dalam kandungan itu diteruskan, maka salusi singkatnya yakni dengan melakukan aboris. Dengan begitu masyarakat sekitar tidak mengetahuinya.

Hal ini berbeda dengan Kristen yang tetap memandang tindakan aborsi dalam bentuk apapun alasannya tetap dilarang, sebab tindakan aborsi merupakan salah satu dari tujuh tindakan yang dibenci Tuhan. Gereja Katolik melarang segala jenis aborsi dengan dalih apapun,

13

(42)

sekalipun dengan dalih kesehatan. Menyelamatkan diri dengan cara membunuh orang, sama sekali tidak dibenarkan14.

Kemudian untuk solusi yang ditawarkan Kristen adalah dengan tiada henti-hentinya berdoa kepada Tuhan untuk dilancarkan dalam hal mengandung dan semoga anak yang dikandungnya sehat. Hal itu dapat dilakukan, sebab kuasa Tuhan tidak ada yang dapat mengalahkan meskipun oleh ilmu pengetahuan manusia. Inilah kelebihan dan perbedaan Kristen dengan Islam dalam memandang fenomena aborsi ilegal.

Setelah kita mengetahui pengertian tindakan yang telah dijabarkan oleh beberapa tokoh ahli dan pengetian aborsi. Tindakan merupakan suatu aksi dari individu yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Sedangkan aborsi merupakan tindakan penghentian kehamilan atau dapat dikatan pembunuhan terhadap janin dengan sebab-sebab tertentu.

Jadi tindakan aborsi ilegal bisa dikatakan merupakan tindakan pembunuhan terhadap janin atau bayi yang tidak bersalah dengan sengaja yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dikarenakan rasa malu apabila memiliki janin diluar nikah. Sehingga orang yang melakukan tindakan aborsi tersebut dapat terhindar dari pembicaraan-pembicaraan negatif dari lingkungan masyarakat sekelilingnya.

14

(43)

BAB III

PENYAJIAN DATA

Dalam bab ini peneliti akan memaparkan hasil penelitiannya yang diperoleh dari wawancara yang mendalam terhadap individu yang telah melakukan tindakan aborsi secara ilegal di Surabaya. Tindakan aborsi merupakan hal yang sering terjadi, apalagi di kota-kota besar. Namun masyarakat beranggapan hal tersebut sebagai aib dan masih tabu untuk diceritakan, sehingga peneliti sedikit kesulitan untuk menemukan individu yang pernah melakukan aborsi.

Kasus aborsi semakin mencolok di kota-kota besar. Yang paling mencengangkan adalah lebih dari separuh pelaku aborsi adalah anak di bawah umur. Anak-anak ini baru berumur kurang dari 18 tahun. Ada berbagai cara yang biasa ditempuh remaja yang hamil di luar nikah untuk menggugurkan janin yang mereka kandung. Beberapa cara yang ditempuh dalam kasus aborsi itu misalnya dengan meminum pil peluruh janin atau dengan mendatangi tempat dukun pijat yang khusus menangani proses aborsi. Namun yang perlu digarisbawahi adalah semua ini merupakan langkah yang tidak aman karena melakukannya dengan cara ilegal. Kita bisa saja tidak mengetahui dosis yang tepat guna mengkonsumsi obat peluruh janin yang bisa berujung pada kematian lantaran over dosis.

(44)

aborsi dengan cara ini, perut mereka akan dipijat paksa agar janin di dalamnya mati. Hal ini tentu dapat memicu pendarahan hebat yang berujung pada kematian. Bisa saja resiko timbul apabila mereka menjadi korban maal praktek dari si dukun pijat.1

Fenomena aborsi ilegal yang baru-baru ini terjadi di Temanggung Wetang Gang Randu, Surabaya, Jawa Timur yakni terbongkarnya praktek aborsi ilegal oleh dukun beranak. Penggerebekan ini bermula dari terungkapnya kasus aborsi dengan tersangka Er, warga Simorejo Timur, Surabaya. Er merupakan otak dari pembunuhan sadis terhadap janin berusia enam bulan yang dikandung oleh FR. FR diketahui sebagai pacar VA. Dalam penggerebekan rumah tempat aborsi itu, polisi berhasil mengamankan Ad (66), seorang dukun bayi. Penggerebekan ini dipimpin oleh Kanit PPA Polrestabes Surabaya AKP Imacaluta Sherly Mayangsari. Penggerebekan yang dilakukan Kamis (10/12/2015) sekitar pukul 20.00 WIB ini membuat kaget warga sekitar. Setelah itu, polisi langsung mengamankan Ad dan dimasukkan ke dalam mobil polisi. Sedangkan Tim Inafis Polrestabes Surabaya melakukan olah TKP di rumah Ad. Selain mengamankan Ad, dari penggerebekan itu polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti di antaranya minyak yang digunakan untuk melakukan aborsi.2

Fenomena diatas merupakan salah satu fenomena tindakan aborsi ilegal yang ada di kota metropolitan Surabya. Hal ini telah menjadi bukti bahwa sangat

1

http://www.kasinobola.com/fenomena-kasus-aborsi-di-indonesia(Senin, 21 Desember 2015, 11.25).

2

(45)

banyak sekali remaja-remaja di Surabaya yang ingin melakukan tindakan aborsi ilegal, kemungkinan besar masih ada banyak praktek-praktek aborsi ilegal yang dilakukan oleh dukun beranak. Di Indonesia dalam hal aborsi mengambil posisi hukum yang paling keras, yaitu melarang semua aborsi, untuk semua alasan, kecuali untuk menyelamatkan nyawa ibu (disebut abortus provokatus medikalis atau terapetikus).3

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, para subyek menceritakan pengalaman dan pengetahuannya secara subyektif mengenai realita yang mereka alami dalam kehidupannya. Untuk kriteria objek, peneliti tidak membatasi umur dan disini peneliti hanya menggunakan nama inisial saja (bukan nama sebenarnya) untuk melindungi privasi dari subyek. Adapun subyek-subyek dalam penelitian ini bervariasi mulai dari usia, latar belakang ekonomi, dan sosial. Diantaranya adalah T yang berusia 35 tahun yang bertempat tinggal di daerah Sidoarjo, N yang berusia 28 tahun. Hal ini dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan jawaban yang bervariasi dari latar belakang subyek yang berbeda-beda.

Dalam menggali informasi melalui wawancara yang mendalam terhadap dua subyek tersebut, peneliti menghabiskan waktu kurang lebih satu bulan. Dengan harapan apa yang objek paparkan secara subyektif dapat membantu peneliti tentang gambaran-gambaran dari permasalahan yang dikaji oleh peneliti.

3“Tindakan medis

dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan

atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu.” Penjelasan Pasal

(46)

Berikut adalah latar belakang subyek, mulai dari pendidikan, usia, sejarah keluarga, pekerjaan, dan agama. Profil ini sangat diperlukan dalam membantu peneliti untuk menganalisa mengenai tindakan aaborsi ilegal menurut Islam dan Kristen.

3.1 Profil Subyek

3.1.1 Subyek 1 (T,46 tahun)

Subyek pertama adalah seorang PNS di salah satu Rumah Sakit yang ada di Surabaya. T merupakan teman dari orang tua peneliti, karena T memiliki hubungan yang dekat dengan orang tua peneliti, maka T bersedia untuk di wawancarai. Pendidikan terakhir subyek adalah sarjana perawat di universitas hang tuah Surabaya. Wawancara dengan T berlangsung di tempat kerja T yakni di salah satu Rumah Sakit di Surabaya. Kehidupan keluarga beliau begitu harmonis dengan suami dan kedua anaknya, beliau senantiasa memantau perkembangan anak-anaknya hingga dewasa, terbukti sampai saat ini beliau tidak menggunakan jasa pembantu untuk mengurus kedua anaknya. T beragama Katolik, dalam keagamaan beliau sangat taat beribadah, yang mana setiap minggu pagi subyek T selalu ke gereja. Kedua anaknya telah beranjak dewasa, anak yang pertama berusia 19 tahun dan yang kedua 15 tahun. Beliau pertama kali melakukan aborsi pada usia 43 tahun.

(47)

Mengganggu perkembangan janin juga. Saya juga repot bekerja jadi butuh perhatian lebih kalau punya bayi.”4

Pada kasus diatas terlihat bahwa subyek T melakukan aborsi dikarenakan faktor usia yang dirasa sudah terlalu tua untuk memiliki anak lagi yang masih kecil. Sebab di usia yang ke-44 tahun pada waktu itu sangat rentan penyakit apabila seorang ibu mengandung, baik itu penyakit yang dibawa sang ibu maupun penyakit dari sang janin yang dikandungnya. Salah satu contoh penyakit adalah darah tinggi yang disebabkan karena ketakutan. Jadi untuk menghindari hal-hal tersebut terjadi maka subyek T melakukan aborsi.

Kemudian selain faktor usia subyek T juga memiliki faktor lain yakni, dikarenakan subyek T sebelum menikah telah menjadi PNS (Pegawai Negri Sipil) salah satu Rumah Sakit di Surabaya, bahkan sampai beliau melakukan aborsi masih bekerja, maka dari itu beliau memutuskan untuk melakukan aborsi dikarenakan beliau yang sibuk bekerja dan juga merasa malu dengan rekan-rekan kerjanya apabila memiliki bayi lagi dengan usia seperti itu. Takutnya beliau tidak dapat mengurusi anaknya yang masih bayi dengan kesibukannya sebagai perawat rumah sakit. Sebab beliau bukan seorang ibu rumah tangga yang setiap waktu dapat mengurusi kadaan rumah dan anak-anaknya. Sedangkan suami beliau juga bekerja sebagai ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), sehingga otomatis sang suami juga tidak dapat sepenuhnya mengurusi seorang bayi

4

(48)

nantinya. Dan suami juga mendukung apa yang dilakukan istri itu terbaik, maka lakukan.

Setelah melahirkan anak keduanya, beliau tidak ingin menambah anak lagi dan menggunakan program KB, tetapi sebelum menggunakan KB ternyata beliau sudah mengalami kehamilan. Gejala itu beliau rasakan ketika sudah telat Menstruasi 2 bulan.

“waktu itu saya telat 1 bulan, kemudian saya cek hasilnya negative, kemudian di bulan kedua saya cek hasilnya positif terus saya ke dokter untuk di USG dan ternyata saya hamil”5

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa Subyek T telah mengalami kehamilan yang tidak dia inginkan, setelah mengetahui kehamilan nya beliau meminta pendapat suami dan memutuskan untuk melakukan aborsi. Beliau melakukan aborsi dengan cara meminum obat pil aborsi yakni pil cytotec pada usia kehamilan 2 bulan. Karena menurut beliau dengan pil, aborsi lebih mudah dilakukan dan praktis. Akan tetapi hal tersebut tidak berhasil membunuh janin Karena janin sudah terlalu besar, maka dari itu dia melakukan aborsi dengan cara

curet yaitu aborsi seperti pada umumnya dilakukan.

Subyek tinggal di daerah sidoarjo, dalam kehidupan keagamaannya subyek taat beribadah dan sedikit banyak memahami tentang agama, berikut komentar beliau ketika ditanya mengenai tindakan aborsi menurut agamanya.

“Jelas saya merasa berdosa mas setelah melakukan aborsi. Karena tidak semua orang diberi anugrah anak. Sedangkan saya sendiri menyia-nyiakannya”6

5

(49)

Dari kutipan wawancara diatas telah jelas diketahui bahwa subyek T merasa berdosa ketika melakukan tindakan aborsi, dan beliau juga menyakini dan memahami bahwa tindakan aborsi yang telah beliau lakukan itu dilarang dalam agama katolik yang di anutnya, dan tidak menutup kemungkinan dalam agama lain juga dilarang. Meskipun subyek T memahami tindakan aborsi itu berdosa, tetapi faktor usia dan kesibukannya bekerja di rumah sakit di Surabaya menuntut beliau untuk melakukan aborsi ilegal.

3.1.2 Subyek 2 (N.28 tahun)

Subyek kedua adalah seorang wanita yang berusia 28 tahun, yang tinggal di daerah Surabaya Utara, dia adalah seorang ibu rumah tangga. Suaminya berumur 29 tahun, dan bekerja di salah satu bank swasta di daerah Surabaya. Keduanya sudah berumah tangga sekitar 6 bulan yang lalu. Kehidupan keluarga subyek N sebelum menikah tidaklah baik, sebab orang tua beliau telah bercerai 3 tahun, dan beliau tinggal dengan ibunya di Surabaya, sedangkan bapaknya tinggal di Yogyakarta. Beliau telah menikah dan Suami berasal dari Sumbawa tetapi sudah tinggal di Surabaya kurang lebih 10 tahun. Kedua nya saling kenal di sosial media 2 tahun yang lalu. Suami yang dulunya kuliah di salah satu Universitas Negeri di Surabaya dan subyek N kuliah di salah satu universitas swasta di Surabaya. Keduanya menjalin hubungan selama 2 tahun dan akhirnya memutuskan untuk menikah.

6

(50)

Peneliti mengenal Subyek N dari salah satu temannya. Setelah peneliti beberapa kali melakukan komunikasi lewat telephone akhirnya Subyek N bersedia melakukan wawancara secara langsung dengan peneliti. Wawancara berlangsung di salah satu rumah makan di daerah Surabaya. Ketika wawancara melakukannya ya sama suami saya. Hehehe.”7

Subyek N mengaku melakukan hubungan seks diluar nikah dengan suaminya yang sekarang. Subyek N melakukan tindakan aborsi sebelum menikah dan aborsinya dilakukan di salah satu tempat praktek dokter di daerah Surabaya Selatan.

“Ya mungkin karena belum menikah ya, terus takut keluarga, yawes aku

lakukan aborsi. Faktornya itu sih mas, nggak ada faktor-faktor lain. Aborsinya juga sudah kesepakatan bersama mas, bukan keputusan diri sendiri.”8

Dari penjelasan subyek N telah jelas bahwa beliau melakukan tindakan aborsi ilegal dikarenakan faktor sosial yakni subyek N belum menikah dan dikhawatirkan beliau malu terhadap keluarga apabila telah memiliki bayi, namun

7

Subyek N, Wawancara, Surabaya, 07 Desember 2015.

8

(51)

belum menikah. Dalam norma-norma atau aturan yang berlaku di masyarakat pada umumnya, apabila memiliki seorang anak perempuan dewasa yang telah hamil dahulu padahal belum menikah, maka keluarga besar termasuk anak perempuan tersebut merasa malu terhadap orang-orang di sekelilingnya, karena kejadian tersebut termasuk aib bagi keluarga. Di zaman yang serba modern ini, apalagi di kota-kota besar seperti Surabaya, hal-hal seperti itu dapat diatasi dengan jalan pengambilan keputusan untuk melakukan aborsi secara ilegal, maka dengan begitu aib keluarga tidak akan tersebar ke masayarakat luas.

Dalam pengambilan keputusan melakukan aborsi ilegal subyek N hanya berdiskusi dengan pacarnya saja, sehingga orang tua subyek N dan orang tua kalau inget. Ya kalau kita liat orangkan yang pengen punya anak sampai berobat

kemana mana”9 aborsi. Namun setelah melakukan aborsi subyek N merasa terbebani, setiap kali mengingat hal itu beliau selalu merasa sedih dan berjanji tidak akan

9

(52)

mengulanginya lagi. Begitulah dampak psikis yang dialami oleh subyek T seusai melakukan aborsi.

Subyek N tidak mengalami dampak fisik yang terlalu berat sesudah melakukan tindakan aborsi. Karena beliau mengaku diberi obat dari dokter untuk menghilangkan rasa sakit setelah aborsi.

“gak sih, Alhamdulillah gak masalah. Ya gak ada yang sakit atau apa enggak, dan ini sudah hamil lagi Alhamdulillah, ini jalan 5 bulan. Pas setelah nikah langsung hamil lagi. Takut nya kan abis aborsi gak bisa hamil, tapi Alhamdulillah Allah masih ngasih kepercayaan lagi”10

Setelah subyek N melakukan tindakan aborsi, beliau menikah dengan pacarnya tesebut setahun kemudian. Satu bulan setelah menikah akhirnya subyek N hamil lagi, dan usia kandungan beliau sekarang menginjak 5 bulan, sehingga ketakutan beliau tidak bisa hamil lagi setelah aborsi tidak terjadi. Sebab kebanyakan wanita yang melakukan aborsi mengalami gangguan di rahimnya mengakibatkan kesulitan untuk hamil lagi dan juga dalam hal psikis sering mengalami trauma berat sampai ada yang hilang akal.

Tindakan aborsi ilegal saat ini di kota-kota besar seperti di Surabaya memang sangat-sangat mengkhawatirkan, hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor. Pada umumnya solusi aborsi ilegal tersebut dilakukan dikarenakan kecelakaan atau kehamilan yang tidak diinginkan. Fenomena-fenomena seperti itu sama halnya dengan apa yang dilakukan oleh subyek N, beliau melakukan aborsi dikarenakan malu terhadap keluarga apabila dia telah hamil di luar nikah.

10

(53)

Memang banyak sekali pemuda-pemudi di Surabaya yang melakukan aborsi di luar nikah.

3.2 Faktor-Faktor Penyebab Aborsi Ilegal

Dalam sub bab ini peneliti mencoba menjelaskan beberapa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang tersebut melakukan tindakan aborsi secara ilegal. Ada beberapa penyebab yang mendorong seseorang melakukan aborsi dengan sengaja yaitu:11

1) Kemiskinan dan ketidakmampuan ekonomi 2) Moralitas sosial

3) Ketakutan terhadap orang tua

4) Rasa malu dan aib terhadap tetangga 5) Relasi cinta yang tidak harmonis

6) Ketidaksengajaan yang mengakibatkan “kecelakaan”

dan terpaksa hamil

7) Pihak pria melarikan diri dan tidak mau bertanggung jawab, sehingga menyebabkan status keibuan ekstra marital.

Peneliti telah melakukan wawancara secara mendalam dengan beberapa orang yang telah melakukan tindakan aborsi ilegal, dari data

11

(54)

yang diperoleh bahwa subyek pertama yang beragama Katolik pernah melakukan tindakan aborsi disebabkan oleh faktor usia, dimana ketika itu beliau berusia 43 tahun. Dalam dunia medis memasuki usia seperti itu telah dikatakan memasuki usia menopause. Menopause adalah berhentinya secara fisiologis siklus menstruasi yang berkaitan dengan tingkat lanjut usia perempuan. Seorang wanita yang mengalami menopause alamiah sama sekali tidak dapat mengetahui apakah saat menstruasi tertentu benar-benar merupakan menstruasinya yang terakhir sampai satu tahun berlalu. Menopause kadang-kadang disebut sebagai perubahan kehidupan.12

Ketika menopause sudah mendekat, siklus dapat terjadi dalam waktu-waktu yang tidak menentu dan bukan hal yang aneh jika menstruasi tidak datang selama beberapa bulan. Pada usia empat puluh tahun, beberapa perubahan hormon yang dikaitkan dengan pra-menopause mulai terjadi. Penelitian telah membuktikan, misalnya, bahwa pada usia empat puluh tahun banyak wanita telah mengalami perubahan-perubahan dalam kepadatan tulang dan pada usia empat puluh empat tahun banyak yang menstruasinya menjadi lebih sedikit atau lebih pendek waktunya dibanding biasanya, atau malah lebih banyak dan/atau lebih lama.

Sudah semakin tua usia subyek T membuat beliau berfikir dua kali untuk memiliki seorang bayi lagi, sedangkan beliau sudah memiliki dua

12

(55)

orang anak yang pertama usia 19 tahun dan yang kedua 15 tahun. Akan menimbulkan banyak resiko ketika kehamilan yang dialami subyek T dilanjutkan, penyakit seperti darah tinggi dan anemia dapat menyerang subyek T sewaktu-waktu. Hal ini disebabkan usia beliau yang rentan penyakit ketika memiliki janin, sehingga membutuhkan perhatian lebih. Maka dari itu beliau tidak mau mengambil resiko dan memutuskan untuk melakukan aborsi ilegal.

Selain faktor usia, beliau juga wanita karier sehingga merasa malu dengan teman-teman kerjanya apabila memiliki bayi lagi. Sebab, dalam dunia kerja sebagai perawat memiliki bayi di usia 40 tahun ke atas akan menimbulkan pemikiran-pemikiran yang negative antar rekan kerja. Hal itu masih dianggap biasa. Begitu banyak sekali pertimbangan-pertimbangan yang dialami subyek T sehingga beliau dengan suami memutuskan untuk mengaborsi janin yang dikandungnya. Fenomena yang dialami subyek T termasuk dalam golongan ketiksengajaan yang mengakibatkan “kecelakaan” dan terpaksa hamil.

(56)

melakukan aborsi ilegal di salah satu tempat praktek dokter di Surabaya. Ketika itu usia kandungan belum menginjak satu bulan, sebab beliau dan pacarnya yg sekarang telah menjadi suaminya telah sepakat untuk melakukan aborsi sebelum keluarga besar mereka mengetahui hal tersebut. Mereka tidak ingin menjadi aib bagi keluarga, sebab dalam masyarakat hal tersebut merupakan aib yang sangat besar. Maka dari itu untuk menutupi aib tersebut mereka memutuskan untuk melakukan aborsi dan ketika aborsi subyek N berusia 27 tahun. Jadi pada subyek kedua ini melakukan tindakan aborsi disebabkan karena rasa malu dan aib terhadap keluarga dan masyarakat sekitar.

Faktor-faktor diatas telah menunjukkan betapa tipis dan kecilnya keimanan seseorang, sehingga dengan mudah mereka memutuskan untuk melakukan tindakan aborsi ilegal. Begitu mudahnya mereka memilih jalan aborsi ilegal demi nama baik mereka di pandangan masyarakat, sedangkan di pandangan Tuhan mereka masing-masing sangat berdosa dan hina. Padahal Tuhan mereka telah menunjukkan dengan dalil-dalilnya yang di wahyukan melalui Nabi mereka untuk dilarang membunuh antar sesame manusia.

(57)
(58)

BAB IV

ANALISIS DATA

Aborsi dalam pemaknaan terminologis adalah tindakan penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (sebelum usia 20 minggu kehamilan), bukan semata untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dalam keadaan darurat tapi juga bisa sang ibu tidak menghendaki kehamilan itu1.

Aborsi dalam dunia medis diperbolehkan sebab biasanya dalam dunia medis tindakan aborsi tersebut legal. Dikatakan legal karena aborsi tersebut dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan medis, contohnya seperti aborsi tersebut dilakukan karena terdeteksinya suatu penyakit dalam janin, hal ini dapat membahayakan antara sang ibu dengan janin yang ada dalam kandungan tersebut. Penyakit yang biasanya terjadi seperti penyakit virus toxoplasma, anemia, demam tinggi, sehingga ingin dan tidak ingin seorang dokter harus melaukan tindakan supaya salah satu dari mereka dapat terselamatkan nyawanya, biasanya yang banyak dikorbankan adalah sang bayi.

1

Arrisalah, Legalisasi Aborsi (Majalah Mahasiswa Fakultas Syariah Dan Hukum UIN

(59)

Fenomena hamil diluar nikah memang sering sekali terjadi dikalangan remaja. Kita harus memberikan info yang bnyak tentang seksualitas dan bahaya seks bebas. Dengan begitu remaja akan berfikir dua kali untuk melakukan seks bebas. Secara psikologis apabila anak hamil dan belum menikah kemudian pacarnya itu pasti merasa bingung karena hanya ada dua jalan, antara dilanjutkan atau digugurkan. Namun yang sedih lagi ketika anak tersebut tidak tahu harus cerita kepada siapa. Itulah dampak psikologis yang terjadi pada remaja hamil diluar nikah. Hal ini diutarakan oleh Risti, seorang anggota lembaga swadaya masyarakat yang mengurusi masalah-masalah anak di Surabaya.2

Kemudian salah satu dokter di Surabaya juga memaparkan pendapatnya mengenai bahaya aborsi ilegal pada remaja. Dampak psikologis yang dialami oleh remaja yang pernah melakukan aborsi ilegal akan terasa pada kehamilan berikutnya. Maka dari itu dalam dunia medis aborsi yang dilakukan selalu aman, karena kita sesuai dengan aturan medis yang baik dan benar. Organ itu bermacam-macam ada rahim, indung telur, saluran indung telur, ini semua dimanipulasi sedemikian rupa akan bisa rusak semua dan infeksi.3

2

Bahaya Aborsi Ilegal Pada Remaja, SBO TV, 17-12-2015 Pukul 13.00 WIB, (rekaman).

3

(60)

A. Faktor Yang Menyebabkan Masyarakat (Islam Dan Kristen)

Melakukan Aborsi Ilegal.

Dalam sub bab ini penulis menjelaskan faktor-faktor apa saja yang menjadi seseorang tersebut melakukan tindakan aborsi ilegal. Berdasarkan hasil wawancara secara langsung dengan seseorang yang telah melakukan tindakan aborsi ilegal, penulis dapat menjabarkan faktor penyebab satu-satu dari setiap subyek yang telah melakukan tindakan aborsi ilegal.

(61)

Setelah bermusyawarah dengan suami dan didukung faktor usia subyek T yang telah memasuki usia senja, serta situasi tempat kerja beliau juga tidak mendukung beliau memiliki anak lagi, sebab rekan-rekan beliau pasti membuat gossip bahkan sampai menghina, sehingga beliau merasa malu dan tertekan. Akhirnya, beliau dengan suami membuat keputusan untuk melakukan aborsi ilegal.

Kemudian ada informan kedua yakni subyek N. Beliau sekarang berusia 28 tahun dan beliau pertama kali melakukan aborsi ilegal usia 27 tahun, jadi berjarak satu tahun setelah melakukan aborsi beliau langsung menikah dengan pacarnya yang sekarang telah resmi menjadi suaminya. Suami beliau berusia 29 tahun, dan bekerja di salah satu bank swasta di Surabaya. Sebelum menikah, subyek N berpacaran dengan suaminya kurang lebih dua tahun, mengenal suaminya lewat sosial media yakni facebook, kemudian diteruskan bertukar nomer telepon. Usia pacaran mereka kurang lebih dua tahun, namun sebelum menginjak ke pernikahan subyek N telah mengandung janin dari pacarnya tesebut, dengan tanda-tanda beliau tidak datang bulan saat itu, kemudian beliau melakukan tes dengan test pack dan hasilnya positif. Setelah mengetahui hamil selang 2 minggu beliau bersama pacarnya memutuskan melakukan aborsi dan keluarga besar mereka berdua tidak mengetahui keadaan tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan. otomotif yang terdaftar pada Bursa Efek

Manusia sebagai makhluk sosial sejak lahir hingga sepanjang hidupnya senantiasa melakukan relasi interpersonal yang dapat membuat manusia terus belajar untuk

Sedangkan pada uji analisis regresi berganda diketahui bahwa kelengkapan produk secara simultan bersama dengan kemudahan akses, harga produk, metode pembayaran, dan

Kabupaten Labuhan Batu Selatan yaitu sesuai struktur organisasi sekolah, yaitu semua ikut berperan dalam penanganan siswa khususnya masalah kedisiplinan

Camat atau sebutan lain adalah pemimpin dan koordinator penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kerja kecamatan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan

masalah yang timbul dalam pembelajaran matematika.. 2) Guru mengetahui penalaran induktif siswa sehingga kemampuan. penalaran induktif siswa meningkat dalam menyelesaikan

Dalam hal ini misalnya Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai kota Pangkalpinang yang berperan untuk mengawasi peredaran barang yang masuk ke wilayah

6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia disebutkan bahwa, “ Negara Kepulauan adalah negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup