• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PENGORGANISASIAN DI YAYASAN MASJID AL FALAH SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MANAJEMEN PENGORGANISASIAN DI YAYASAN MASJID AL FALAH SURABAYA."

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PENGORGANISASIAN DI YAYASAN MASJID

AL FALAH SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

Dalam Bidang Manajemen Dakwah

Oleh :

AHMAD SYAMSU KURNIAWAN

NIM. B04211039

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Ahmad Syamsu Kurniawan, 2015. Manajemen Pengorganisasian di Yayasan

Masjid Al Falah Surabaya. Skripsi Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata kunci : Manajemen, Pengorganisasian, Masjid

Masalah penelitian yang diteliti dalam skripsi ini ialah bagaimanakah manajemen pengorganisasian di Yayasan Masjid Al Falah Surabaya?. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif, yaitu mendeskripsikan data. Dalam menjawab permasalahan diatas, penelitian lapangan ini menggunakan metode deskriptif kualitatif fenomenologi yang dimaksudkan untuk

menggambarkan, memaparkan keadaan atau fenomena yang sedang terjadi sebagaimana adanya pada saat penelitian dilakukan, yang dimaksud yaitu data tentang Manajemen Pengorganisasian di Yayasan Masjid Al Falah Surabaya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Dan melakukan analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif fenomenologi. Kemudian untuk keabsahan data penulis menggunakan triangulasi data.

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa manajemen pengorganisasian di Yayasan Masjid Al Falah Surabaya secara teori struktur organisasi telah terlaksana dengan penilaian yang cukup bagus, perbedaan manajemen

pengorganisasian di tiap bagian berbeda-beda mulai dari tingkat tertinggi sampai terendah. Proses manajemen pengorganisasian dalam perencanaan dilakukan oleh pembina yang memberikan arahan program dasar atau kebijakan dasar kepada pengurus, kemudian oleh pengurus disampaikan kepada ketua bagian yang selanjutnya akan disederhanakan menjadi program kerja untuk tiap bidang masing-masing. Dalam hal ini ada pengawas yang mengevaluasi atau mengarahkan jalannya program kerja agar sesuai dengan tujuan yang

(6)

A. Penelitian Terdahulu Yang Relevan...12

B. Kerangka Teori...14

b. Desain dan struktur organisasi...21

3. Perspektif Islam...32

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian...35

B. Lokasi Penelitian...36

C. Jenis dan Sumber Data...36

(7)

E. Teknik Pengumpulan Data...43

F. Teknik Validitas Data...47

G. Teknik Analisis Data...48

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian...50

1. Sejarah berdirinya Yayasan Masjid Al Falah Surabaya...50

2. Lambang Yayasan Masjid Al Falah Surabaya...56

3. Keadaan Geografis Yayasan Masjid Al Falah Surabaya...56

4. Fungsi Utama Yayasan Masjid Al Falah Surabaya...57

5. Profil Sekilas Tiap Bagian Unit atau Lembaga...58

B. Penyajian Data...77

1. Struktur Organisasi Yayasan Masjid Al Falah Surabaya...77

C. Pembahasan Hasil Penelitian (Analisis Data)...97

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...106

B. Saran dan Rekomendasi...108

C. Keterbatasan Penelitian...109 DAFTAR PUSTAKA

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan ini semua hal tidak bisa lepas dari yang namanya manajemen. Semua kegiatan butuh pengaturan bahkan diri kita sendiripun diatur melalui akal pikiran kita yang sistematis dan terkontrol. Dalam perkembangannya ilmu manajemen ini juga mempunyai beberapa pengertian yang berbeda pula, banyak pakar yang mengartikan pada intinya ialah planning, organizing, actuating dan contolling. Baik lembaga profit maupun non-profit sangat membutuhkan pengaturan untuk mengelola organisasi lembaganya supaya dapat mencapai tujuan yang ditetapkan lebih mudah. Ilmu manajemen banyak klasifikasinya ada manajemen SDM, manajemen keuangan, manajemen pemasaran, bahkan manajemen organisasi. Dalam perkembangannya ilmu ini berkembang di kalangan umat Islam dan lahir ilmu manajemen dakwah.

(9)

yang mengatur atau memimpin satu komando dalam suatu perusahaan atau lembaga, kalau orang itu berjalan tidak sesuai aturan agama khususnya Islam maka dia dapat merugikan orang lain dan karena perilakunya tidak sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits.

Manajemen diartikan sebagai aktivitas pendayagunaan sumber daya manusia dan materil dalam suatu kerjasama organisasional melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengawasan untuk pencapaian tujuan organisasi secara efisien dan efektif.1

Pengertian pengorganisasian menurut Sondang P. Siagian MPA, pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggungjawab dan wewenang sedemikian rupa, sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.2

Pengorganisiran dilakukan untuk menghimpun dan mengatur semua sumber-sumber yang diperlukan, termasuk manusia. Sehingga pekerjaan yang dikehendaki dapat dilaksanakan dengan berhasil. Dengan cara mengorganisir, orang-orang dipersatukan dalam pelaksanaan tugas-tugas yang saling berkaitan. Mengorganisasi perlu karena kerja yang akan dilakukan adalah terlampau banyak untuk ditangani oleh seorang perorangan saja. Karena itulah,

1 Ulbert Silalahi, 1992, Studi Tentang Ilmu Administrasi, Sinar Baru, Bandung, hal. 137.

2 Susilo Martoyo, 1998, Pengetahuan Dasar Manajemen dan Kepemimpinan, BPFE,

(10)

diperoleh pembantu-pembantu, dan diciptakan masalah memperoleh kegiatan kelompok yang efektif.3

Pengorganisasian dalam suatu pekerjaan pada organisasi penting adanya, karena proses ini harus dilakukan oleh manajer sebagai alat mempermudah proses pekerjaan agar, cepat, tepat untuk mencapai tujuan bersama organisasi tersebut. Pimpinan mengorganisir anggotanya dengan membagikan dan mengelompokkan masing-masing tugas atau program kerja sesuai bidang dan keahliannya. Dalam pengorganisasian juga ada caranya misalnya harus sesuai teori untuk lebih spesifik dalam melihat indikatornya, yang menjadi rujukan dalam mengorganisasi lembaga yang ada evaluasi dengan teori organisasi yang terus berkembang juga perlu dilakukan supaya tujuan dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen yaitu organizing, diantara lainnnya juga ada planning yaitu perencanaan awal

berdirinya organisasi berupa visi misi atau tujuan utama organisasi tersebut. kemudian actuating yaitu pelaksanaan, hal ini tidak bisa lepas dari organizing sebelumnya, dalam proses ini pelaksanaan atau penerapan program-program yang telah dicanangkan harus dijalankan sesuai jadwal, dan yang terakhir controling yaitu dalam proses ini perlu diadakan pengawasan maksudnya dalam proses ini manajer melihat dan nantinya bisa mengevaluasi pekerjaan yang sudah berjalan, apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan dalam

3 G.R. Terry dan L. W. Rue, 1996, Dasar-Dasar Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta, hal.

(11)

sasaran tujuan atau teori yang akan diterapkan. Adapun hakikat pengorganisasian yang diterangkan dalam Al Qur’an seperti pada surat

Ash-Shaff ayat 4 sebagai berikut :

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang

di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti

suatu bangunan yang tersusun kukuh.” (Q. S. Ash-Shaff : 4).4

Dari surat ini kita bisa lihat makna dari surat ini jika dihubungkan dengan kegiatan sehari-hari apabila dalam bekerja maupun aktivitas lainnya yang intinya Allah SWT lebih menyukai barisan yang teratur bisa juga diartikan pengaturan organisasi dalam penelitian ini.

Dalam masyarakat yang selalu berpacu dalam kemajuan zaman dinamika masjid-masjid sekarang ini banyak menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu dan tehnologi. Artinya masjid tidak hanya berperan sebagai tempat ibadah shalat, tetapi juga sebagai wadah beraneka kegiatan jama’ah umat Islam. Sebab masjid merupakan integritas dan identitas umat Islam yang mencerminkan tata nilai ke-Islamannya. Dengan demikian peranan masjid

4 Yayasan penyelenggara penerjemah Al qur’an, 2014, AL-‘ALIM Al qur’an dan

(12)

tidak hanya menitikberatkan pada pola aktivitas ukhrowi dan aktivitas duniawi.5

Masjid merupakan tempat beribadah umat Islam atau rumah Allah SWT sekilas dalam bahasa arab diartikan tempat bersujud atau menyembah Allah SWT. Masjid memiliki fungsi inti seperti itu, namun juga harusnya menjadi tempat untuk meningkatkan iman dan taqwa, mensejahterakan umat Islam secara ekonomi, maupun tempat untuk bersilahturahmi antar umat muslim lainnya, dan saling membantu. Pengembangan setiap masjid melalui beberapa proses untuk menjadi maju dan bisa dikatakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan umat manusia khususnya umat Islam. Yayasan Masjid Al Falah terus mengadakan perubahan dan perbaikan dalam menjalankan fungsi utama masjid, baik dari segi bangunannya maupun kegiatannya sebagaimana untuk memakmurkan masjid tersebut. Firman Allah yang menjelaskan tentang pengelolaan masjid terdapat dalam surat At-Taubah ayat 18 sebagai berikut :



“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah

orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta

(13)

tetap melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada

apapun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka

termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q. S. At-Taubah : 18).6

Setelah peneliti mengamati beberapa masjid yang ada di Surabaya, kemudian menemukan masjid yang dirasa baik dalam manajemen pengorganisasiannya yaitu Yayasan Masjid Al Falah Surabaya, maka peneliti tertarik untuk lebih memahami manajemen pengorganisasian yang berjalan disana dan akan menghubungkan dengan salah satu teori manajemen pengorganisasian. Sejarah berdirinya Masjid Al Falah Surabaya pada mulanya bertepatan dengan awal bulan suci Ramadhan 1393 H yang bertepatan pula dengan tanggal 27 September 1973 M, Masjid Al Falah yang terletak di Jl. Raya Darmo 137 A Surabaya.7

Dari Yayasan Masjid Al Falah Surabaya kita dapat menelaah sebagian dari perkembangan suatu organisasi kemasjidan yang saat ini belum banyak adanya. Masjid ini bisa menjadi salah satu penggerak pemberdayaan masjid yang memang diarahkan untuk kepentingan umat khususnya umat Islam. Semua kegiatan utamanya untuk perkembangan umat manusia ke arah yang lebih baik iman dan taqwanya, kita juga bisa bersinergi dalam hal kehidupan dan beragama baik bimbingan emosional, spiritual maupun IQ. Dalam masjid

6 Ibid.., hal. 190.

7 M. Khusnul Aqib Supandi dan Achmad Zawawi Hamid, 2008, 35 Tahun Yayasan Masjid

(14)

ini banyak lembaga lainnya yang intinya untuk melayani umat, misalnya dalam bidang pendidikan, sosial, dana, dakwah, maupun kesehatan.

Memang sudah ada beberapa masjid di Indonesia yang sudah berkembang, dari segi etnografi dapat mempengaruhi perkembangan masjid tetapi hal tersebut bukanlah menjadi hambatan karena agama Islam telah berkembang dan bukan seperti awal keberadaannya dulu, berjihad dengan jalan yang baik akan mendapatkan ridha Allah SWT, yaitu dengan memakmurkan masjid dan menjadikannya sesuai dengan tujuan yang kita harapkan.

Struktur dan program kerja tiap bagian pengurus Yayasan Masjid Al Falah Surabaya akan membentuk kerjasama yang kokoh untuk menjalankan kegiatan tersebut. Bentuk manajemen pengorganisasian yang baik akan mengantarkan visi dan misi lembaga lebih mudah tercapai secara efektif dan efisien. Maka dalam penelitian ini peneliti tertarik dalam hal tersebut dan mengambil penelitian yang berjudul “Manajemen Pengorganisasian di Yayasan Masjid Al Falah Surabaya”.

(15)

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah manajemen pengorganisasian di Yayasan Masjid Al Falah Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimanakah manajemen pengorganisasian yang diterapkan di Yayasan Masjid Al Falah Surabaya agar tujuan organisasi lembaga yang telah ditetapkan dari awal bisa terwujud dengan baik.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

a) Memberikan masukan dan menambah wawasan keilmuan bagi peneliti dan juga bagi para peneliti lain untuk mengembangkan penelitian sejenis dalam disiplin ilmu manajemen dakwah khususnya manajemen pengorganisasian.

b) Sebagai bahan kajian ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi institusi maupun akademis serta mahasiswa tentang manajemen pengorganisasian masjid.

2. Secara Praktis

(16)

E. Definisi Konsep

Untuk menambah pemahaman mengenai judul penelitian ini, maka perlu dijelaskan konseptualisasi tentang judul yang dikaji dalam penelitian ini supaya terhindar dari kesalahan memahami penelitian ini, dan mendapatkan interpretasi yang sesuai, maka peneliti menguraikan makna dari masing-masing istilah yang ada dalam judul penelitian, antara lain yaitu :

1. Manajemen

Manajemen pada pokoknya ialah proses kegiatan dari seorang pimpinan yang harus dilakukan dengan mempergunakan cara-cara ilmiah maupun yang praktis untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dengan melalui kerjasama orang lain sebagai sumber tenaga kerja, serta memanfaatkan sumber-sumber lainnya dan waktu yang tersedia untuk itu, dengan cara yang setepat-tepatnya.8 Setiap organisasi apapun bentuknya senantiasa akan berupaya semaksimal mungkin supaya tercapai tujuan organisasi yang bersangkutan agar efektif dan efisien. Efektifitas maupun efisiensi organisasi sangat bergantung pada baik buruknya manajemen organisasinya. Dalam hal ini manajemen dikaitkan dalam perkembangan masjid bagi kesejahteraan umat yang berjalan agar sesuai fungsinya, dan melalui proses pengaturan tersebut akan menjadikan sistem masjid menjadi lebih sistematis dan terencanakan program kerjanya.

8 FX. Soejadi, 1996, Menunjang Berhasilnya Proses Manajemen, PT. Gunung Agung,

(17)

2. Manajemen Pengorganisasian

Pengorganisasian pada hakikatnya mengandung pengertian sebagai proses penetapan struktur peran-peran melalui penentuan aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dan bagian-bagiannya, pengelompokan akvifitas-aktivitas, penugasan kelompok-kelompok aktivitas kepada manajer-manajer, pendelegasian wewenang untuk melaksanakannya, pengkoordinasian hubungan-hubungan wewenang dan informasi, baik horizontal maupun vertikal dalam struktur organisasi.9 Baik lembaga profit maupun non-profit pasti memerlukan pengorganisasian untuk mencapai tujuan, hal ini diterapkan dalam pembuatan struktur organisasi yang mempunyai tanggungjawab dan wewenang masing-masing, sesuai bidangnya agar lebih cepat menyelesaikan masalah sesuai bidangnya tersebut dan hal ini pasti memerlukan keahlian. Masjid juga perlu pengorganisasian apalagi kalau banyak unit lembaga, program, dan sarana prasarana yang dijalankan untuk meningkatkan pengembangan dan menjaga keberadaan fasilitasnya. Maka manajemen pengorganisasian bisa juga dapat dikatakan ilmu yang mengatur tentang pembagian tugas pada organisasi, hal ini saling berkaitan karena pengorganisasian ialah salah satu indikator dari manajemen.

9 M. Karebet Widjaja Kusuma dan M. Ismail Yusanto, 2003, Pengantar Manajemen

(18)

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka berpikir dalam penulisan skripsi, untuk lebih mudah memahami penulisan skripsi ini, maka disusunlah sistematika pembahasan.

Pada BAB I yaitu Pendahuluan, berisikan tentang gambaran umum yang meliputi : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, defini konsep, dan sistematika pembahasan.

Pada BAB II yaitu Kerangka Teoritik, berisikan tentang kajian kepustakaan konseptual, yang meliputi konsep dasar manajemen pengorganisasian, gambaran kerangka teori yang dipakai, dan perspektif Islam tentang manajemen pengorganisasian.

Pada BAB III yaitu Metode Penelitian, berisikan tentang metode penelitian yang menjelaskan tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik validitas data, serta teknik analisis data.

Pada BAB IV yaitu Penyajian dan Analisis Data, menjelaskan mengenai gambaran umum objek penelitian, penyajian data dan pembahasan yang memaparkan fakta-fakta beserta penerapan teorinya.

(19)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Penelitian terdahulu yang Relevan

1. Studi tentang pengorganisasian muslimat NU tingkat wilayah Jawa Timur dalam mengembangkan Dakwah Islamiyah, Erni Sri Wahyuni, 2002 Fakultas dakwah, Manajemen Dakwah (MD). Penelitian ini menitikberatkan pada pengorganisasian muslimat NU Tingkat Wilayah Jawa Timur dalam mengembangkan dakwah Islamiyah. Dimana organisasi muslimat NU ditingkat wilayah Jawa Timur sebagai organisasi yang bersifat sosial keagamaan yang menganut faham ahlus sunnah wal jama’ah di dalam mengembangkan dakwah dalam meletakkan dirinya sebagai media dakwah, sehingga untuk mencapai tujuannya sangat memperhatikan sistem pengorganisasian yang baik.

(20)

oleh pimpinan sudah berjalan pada basis organisasi yang dilandaskan pada versi dan misi.

Sedangkan penelitian ini menitikberatkan pada manajemen pengorganisasian, khususnya pengorganisasian pada Yayasan Masjid Al Falah Surabaya dalam mengatur struktur organisasinya. Dengan demikian latar belakang penelitian tidak sama.

Tabel 2. 1

Penelitian Terdahulu yang Relevan

NO KETERANGAN PENELITIAN TERDAHULU PENELITIAN

SEKARANG

1 Disusun oleh Erni Sri Wahyuni

Yulia Ningrum Ahmad Syamsu Kurniawan

2 Judul penelitian Studi tentang pengorganisasian

3 Objek penelitian muslimat NU Tingkat Wilayah

(21)

(22)

memanfaatkan sumber-sumber lainnya dan waktu yang tersedia untuk itu, dengan cara yang setepat-tepatnya.10 Setiap organisasi apapun bentuknya senantiasa akan berupaya agar dapat tercapainya tujuan organisasi yang secara efektif dan efisien. Efektifitas maupun efisiensi organisasi sangat bergantung pada baik buruknya manajemen organisasinya. Tiga pokok penting dalam definisi manajemen yaitu : pertama, adanya tujuan yang ingin dicapai; kedua, tujuan dicapai dengan mempergunakan kegiatan orang-orang lain dan yang ketiga, kegiatan-kegiatan orang-orang lain itu harus dibimbing dan diawasi.11

2. Manajemen Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, wewenang yang secara relatif di delegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.12 Pengorganisasian (organizing) berasal dari kata Organize yang diberi arti to arrange as to constitute in interdependent parts, cach having a special function or relation with respect to the whole yang berarti menyusun atau mengatur bagian-bagian yang berhubung-hubungan satu

10 Ibid., FX. Soejadi., Menunjang Berhasilnya Proses Manajemen., hal. 3.

11M. Manullang, 1990, Dasar-Dasar manajemen, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 16.

(23)

sama lain, dimana tiap-tiap bagian mempunyai satu tugas khusus atau berhubungan dengan keseluruhan.13

Dari kedua pengertian tersebut mengandung arti bahwa organisasi adalah proses penyusunan orang dan sumber daya fisik untuk melaksanakan rencana dan mencapai tujuan organisasi. Jika dalam fungsi perencanaan, tujuan dan rencana ditetapkan, maka dalam pengorganisasian rencana tersebut diturunkan dalam sebuah pembagian kerja tertentu dalam sebuah struktur organisasi dimana didalamnya terdapat kejelasan bagaimana rencana organisasi akan dilaksanakan, dikoordinasikan, dan dikomunikasikan14

a) Struktur Organisasi

Menurut Stoner dan Wankell yang dikutip dalam buku H. B. Siswanto mengatakan struktur organisasi adalah susunan dan hubungan antar bagian komponen dan posisi dalam suatu perkumpulan (Organizational structure can defined as the arrangement and interrelationship of the component parts and positions of a company).

Struktur organisasi menspesifikasi pembagian aktivitas kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi atau aktivitas yang beraneka macam dihubungkan sampai batas tertentu, juga menunjukkan tingkat spesialisasi aktivitas kerja. Struktur organisasi juga menunjukkan hierarki dan struktur otoritas organisasi serta memperlihatkan hubungan

13Sukarna, 1992, Dasar-Dasar Manajemen, C.V. Mandar Maju, Bandung, hal. 37.

14Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, 2005, Pengantar Manajemen, Kencana,

(24)

pelaporannya. Struktur organisasi memberikan stabilitas dan kontinuitas yang memungkinkan organisasi mempertahankan kedatangan dan kepergian individu serta untuk mengkoordinasikan hubungannya dengan lingkungan.

Adapun menurut Gibson dan kawan-kawan yang mengungkapkan penekanan bahwa struktur bertalian dengan hubungan yang relatif pasti yang terdapat di antara pekerjaan dalam organisasi. Hubungan yang pasti tersebut timbul dari proses keputusan sebagai berikut :

1. Pembagian kerja (division of labor),

2. Departementalisasi (departementalization), 3. Rentang kendali (span of control), dan 4. Delegasi (delegation).15

1. Pembagian kerja

Pada dasarnya mengorganisir adalah suatu proses pembagian kerja. Kerja dapat dibagi-bagi secara garis mendatar maupun garis tegak. Pembagian kerja secara vertikal didasarkan atas penetapan garis-garis kekuasaan dan menentukan tingkat-tingkat yang membentuk bangunan organisasi itu secara tegak. Selain dari menetapkan kekuasaan, pembagian kerja vertikal memudahkan arus komunikasi dalam organisasi.

(25)

Pembagian kerja secara horisontal didasarkan atas spesialisasi kerja. Asumsi dasar yang melandasi pembagian kerja garis datar adalah bahwa, dengan membuat setiap tugas pekerja menjadi terperinci, makin banyak pekerjaan yang dapat dihasilkan dengan usaha yang sama melalui peningkatan efisiensi dan kualitas. Secara terperinci, pembagian kerja horisontal berakhir dengan keuntungan sebagai berikut :

1. Lebih sedikit kecakapan diperlukan seseorang.

2. Lebih mudah untuk memperinci kecakapan-kecakapan yang diperlukan untuk penyaringan atau tujuan-tujuan latihan. 3. Mengulangi atau mempraktekkan kerja yang sama

mengembangkan kemahiran.

4. Penggunaan kecakapan-kecakapan secara efisien terutama sekali dengan menggunakan kecakapan-kecakapan terbaik setiap pekerja.

5. Kemampuan untuk beroperasi bersama-sama.

6. Lebih banyak terdapat keseragaman dalam produksi akhir, jika setiap potong selalu diproduksikan oleh orang yang sama.16

(26)

2. Departementalisasi

Proses menguraikan aktivitas serta kekuasaan pekerjaan itu bersifat analitis ; artinya, seluruh tugas organisasi dipecah berturut-turut menjadi tugas-tugas lebih kecil. Akan tetapi, kemudian pimpinan harus menggabungkan tugas yang terbagi-bagi tadi menjadi kelompok atau departemen.

(27)

dasar pengelompokan pekerjaan. Dasar pengelompokan ini disebut departementalisasi.17

3. Rentang kendali (Span of Control)

Asas batas kendali (Span of Control). Pada hal ini sering terjadi adanya penerapan dari asas hierarki tersebut yang terlampau luas sehingga berakibat adanya pembagian hierarki organisasi yang mengakibatkan adanya rentang kendali struktur organisasi yang terlampau lebar. Dengan terlampau lebarnya rentang kendali organisasi maka dapat berakibat terjadinya keterbatasan pengendalian dari atasan terhadap bawahannya (Span of Control). Dalam hal ini seorang akan memiliki batas kendali terhadap bawahannya. Semakin banyak bawahan yang harus diawasi dan dikoordinasikan maka akan banyak yang tidak dapat dikendalikannya karena akan banyak yang berada di luar batas pengendaliannya. Oleh karena itu pula diusahakan agar seorang atasan tidak membawahi terlalu banyak bawahan, pada umumnya batas pengendalian seseorang berkisar antara empat sampai enam bawahan.18

17James L Gibson, 1994, Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses, Erlangga, Jakarta, hal. 14.

18 Indriyo Gitosudarmo dan Agus Mulyono, 2001, Prinsip Dasar Manajemen, BPFE,

(28)

4. Pendelegasian wewenang

Manajer memutuskan seberapa besar wewenang yang harus didelegasikan kepada setiap pekerjaan dan pelaksananya. Seperti yang diketahui, kekuasaan memberi hak kepada setiap orang untuk mengambil keputusan tanpa persetujuan pimpinan lebih tinggi dan menuntut ketaatan orang lain. Seorang manajer penjualan berhak mengangkat wiraniaga (keputusan) dan berhak mempekerjakan mereka di wilayah tertentu (ketaatan). Manajer penjualan lainnya mungkin tidak mempunyai hak mengangkat, tetapi berhak untuk menetapkan wilayah kerja. Oleh karena itu, tingkat wewenang yang didelegasikan dapat relatif tinggi atau relatif rendah dalam kaitannya dengan kedua aspek wewenang. Di samping itu, untuk pekerjaan tertentu, ada serangkaian bentuk alternatif pendelegasian wewenang.19

b) Desain dan Struktur Organisasi

Kehidupan organisasi kebanyakan tergantung pada otoritas yang konsentrasi di puncak, bersama dengan keterampilan intelegensi pengambilan keputusan dan manajemen. Pada zaman modern, desain organisasi telah dipengaruhi oleh dua macam kekuatan pokok, yaitu :

(29)

1. Setelah pengembangan historikal yang berlangsung secara lambat. Ide tentang kekuatan yang terpacu pada rakyat telah mempengaruhi struktur organisasi.

2. Kompleksitas tehnologikal yang makin meningkat telah menyebabkan munculnya kompleksitas yang makin meningkat pada desain organisasi. Dahulu kala pemimpin organisasi mengenal siapa di lingkungan organisasinya. Dewasa ini hal tersebut tidak mungkin lagi.

Sehubungan dengan desain organisasi dalam mencapai efektifitas dan efisiensi, serta tindakan yang rasional seseorang manajer harus memahami secara jelas struktur organisasi. Meninjau bagan organisasi tidak hanya melihat selembar kertas atau figura di dinding, tidak hanya dapat melihat dan mengamati konfigurasi posisi, tapi juga harus penjabaran tugas dan garis wewenang di antara bagian satu organisasi. Dalam hal ini struktur organisasi dapat menjadi suatu hal yang kompleks. Kemampuan organisasi memberikan reaksi secara tepat terhadap lingkungan dan menjaga efisiensi rasio dari input ke output sebagian ditentukan oleh strukturnya.

(30)

A. Yuki sebenarnya struktur adalah perencanaan formal guna mencapai pembagian tenaga yang efektif dan efisien dan koordinasi aktivitas-aktivitas anggotanya. Karena struktur organisasi mencakup hubungan-hubungan peran dan perlengkapan, maka cukup sulit untuk menentukan cara guna memberikan gambaran dan klasifikasi struktur yang berlainan.

Menurut Gibson struktur organisasi adalah pola formal aktivitas dan hubungan diantara sub unit organisasi. Model dalam organisasi ada dua aspek, yaitu struktur organisasi dan desain organisasi. Pengertian desain organisasi berkaitan dengan struktur organisasi secara menyeluruh. Dan berencana mengubah filosofi orientasi tim. Usaha ini akan memberikan struktur baru dan tugas, wewenang dan hubungan antara personel yang dipercayai akan menghubungkan perilaku individu dan kelompok dalam meningkatkan kinerja mutu. Proses perilaku ini memberikan kehidupan terhadap struktur organisasi. Dengan kata lain interaksi manusia dalam organisasi ditentukan dalam sebuah struktur. Konsep struktur organisasi terlihat abstrak dan hanya khayal. Akan tetapi sesungguhnya kenyataannya mempengaruhi setiap orang dalam organisasi.

(31)

organisasi yang merupakan peta hubungan peserta organisasi. Peta organisasi ini biasanya dilengkapi dengan uraian posisi dan petunjuk-petunjuk manual organisasi yang berusaha menentukan tugas berbagai posisi itu dan interaksi antara mereka secara spesifik.

Di sisi lain Siagian memandang suatu cara yang lazim untuk menggambarkan struktur organisasi dengan cetakan peta organisasi yang merinci wewenang formal jaringan komunikasi dalam organisasi. Menyediakan peta sederhana untuk menunjukan secara umum kegiatan-kegiatannya dan jarak dari puncak menunjukan status relatifnya. Garis-garis antara berbagai posisi dan posisi itu dipakai untuk menunjukan interaksi formal yang ditetapkan. Kebanyakan peta organisasi bersifat hierarki yang menentukan hubungan antara atasan dan bawahan langsung organisasi sebagai wadah berarti melihatnya dari paling sedikit tiga sudut pandang.

1. Melihat organisasi sebagai suatu struktur melalui lima hal yang harus tergambar yaitu :

a. Jenjang hierarki jabatan-jabatan manajerial yang jelas sehingga terlihat ; “Siapa yang bertanggung jawab kepada siapa”.

b. Pelembagaan berbagai jenis kegiatan operasional sehingga nyata jawaban terhadap pertanyaan ; “Siapa yang” melakukan apa?”. c. Berbagai saluran komunikasi yang terdapat dalam organisasi

(32)

d. Jaringan informasi yang dapat digunakan untuk berbagai kepentingan, baik yang sifatnya institusional maupun individual; e. Hubungan antara satu satuan kerja dengan berbagai satuan kerja

yang lain.

2. Dalam praktik desain struktur organisasi, menurut Handoko ada lima tipe atau desain organisasi yang umum dikenal ialah : (a) Tipe lini, (b) Tipe lini dan staf, (c) Tipe fungsional, (d) Tipe matriks, dan (e) Tipe Panitia.

Melihat ciri-cirinya, tipe lini misalnya hanya cocok dan tepat untuk digunakan apabila dalam situasi dan kondisi sebagai berikut :

1. Organisasi masih berukuran kecil,

2. Jumlah karyawan masih sedikit dan oleh karenanya masih saling mengenai secara pribadi,

3. Tugas yang diemban tidak terlalu rumit, 4. Produk organisasi relatif homogen,

5. Hubungan atasan-bawahan masih bersifat personal,

6. Pengetahuan dan keterampilan yang dituntut dari para karyawan belum terlalu spesialistik, dan

(33)

Gambar 1. 1 Struktur Organisasi Lini

Sebaliknya, bagi suatu organisasi yang besar, tipe yang lebih tepat digunakan adalah tipe lini dan staf dengan berbagai cirinya, sebagai berikut :

1. Jumlah karyawan yang dipekerjakan besar.

2. Sudah terdapat delinisasi yang jelas antara tugas pokok dan kegiatan penunjang.

3. Tuntutan akan pengetahuan dan keterampilan yang spesialistik sudah tinggi.

4. Hubungan langsung antara atasan dengan semua karyawan sudah tidak mungkin lagi.

5. Sudah diperlakukan beberapa jenjang jabatan manajerial.

6. Kecanggihan sarana dan prasarana sudah merupakan salah satu persyaratan penting untuk dipenuhi.

7. Terdapat diversifikasi kegiatan dalam usaha mencapai tujuan dan berbagai sasaran organisasi.

Pimpinan

(34)

Gambar 1. 2 Organisasi Lini dan Staf

Apabila organisasi bergerak dalam kegiatan yang bagian-bagiannya menyelenggarakan aktivitas yang sangat spesialistik. Misalnya memiliki toko serba ada atau lembaga penelitian dan pengembangan, tipe organisasi yang dipandang paling cocok adalah organisasi tipe fungsional, tipe ini dipandang tepat digunakan apabila situasi dan kondisi sebagai berikut :

1. Para karyawan terlibat dalam kegiatan yang sangat spesialistik. 2. Diperlukan hubungan atasan-bawahan yang relatif lentur. 3. Otonomi satuan-satuan kerja dalam organisasi relatif besar.

Pimpinan

Pembantu Pimpinan

Pimpinan pelaksana

Pimpinan pelaksana

Pimpinan pelaksana

(35)

4. Sifat pekerjaan menuntut daya inovasi dan kreativitas yang tinggi para pelaksanaannya.

5. Tingkat pendelegasian wewenang, terutama dalam hal pengembalian keputusan yang teknikal dan operasional tinggi. 6. Jenjang jabatan manajerial relatif kecil, sedangkan sebaliknya

jenjang jabatan fungsional dan profesional lebih besar.

Gambar 1. 3 Organisasi Fungsional

Disamping tipe-tipe tersebut, organisasi matriks. Tipe ini mempunyai daya tarik kuat karena memanfaatkan berbagai segi positif tipe-tipe organisasi lain. Ciri khas tipe ini ialah dua hal yang digambarkan sekaligus dalam suatu matriks, yaitu kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan secara terprogram dan satuan-satuan kerja yang menyelenggarakannya secara terkoordinasi.

Pimpinan

Manager Manager Manager Manager

(36)

Gambar 1. 4

Organisasi Matriks Sekolah Tinggi

Kegiatan

Pejabat

Program

Pendidikan Penelitian Pengabdian Masyarakat Pembantu Ketua I

Pembantu Ketua II Pembantu Ketua III Ketua Jurusan

Sering terlihat dalam praktek bahwa dalam menjalankan roda organisasi diperlukan pembentukan panitia untuk menangani tugas tertentu. Artinya, memang benar bahwa struktur organisasi disusun dengan menggunakan tipe organisasi-organisasi tertentu berdasarkan keyakinan dan pengetahuan bahwa tipe tersebut merupakan tipe yang paling tepat untuk digunakan mewadahi setiap kegiatan organisasi. Sepuluh faktor yang biasanya dijadikan sebagai dasar pertimbangan : 1. Besar kecilnya organisasi

2. Jumlah karyawan 3. Sifat tugas

4. Jenis berbagai kegiatan 5. Beban kerja

(37)

7. Rentang kendali

8. Pola pendelegasian wewenang 9. Pola hubungan atasan-bawahan 10.Tingkat formalisasi perumusan tugas

Dengan berbagai pertimbangan tersebut, kelompok manajerial dalam organisasi telah sepakat bahwa dengan memilih dan menggunakan tipe organisasi tertentu, terlihat dua hal pokok yaitu :

1. Semua kegiatan yang dilakukan organisasi secara terus-menerus oleh tenaga purna waktu sudah tertampung dalam wadah yang dipilih; 2. Semua tugas, wewenang, dan tanggung jawab telah “terbagi habis”

dalam arti bahwa semua kegiatan telah terwadahi dan tidak ada satu kegiatan pun yang terlewatkan atau terberai karena wadah yang tidak jelas dan sebaliknya tidak ada kegiatan yang bertumpuk lebih dari satu satuan kerja.

Teori organisasi membuka jalan bagi situasi yang menggunakan panitia dapat dibenarkan apabila organisasi menghadapi satu dari dua kondisi berikut :

a. Timbul tugas-tugas baru sebagai akibat perubahan, baik yang sifatnya internal maupun eksternal, yang tidak atau sukar.

b. Diperhitungkan sebelumnya.

(38)

3. Penerapan prinsip-prinsip organisasi. Jika dimuka telah ditekankan bahwa tidak ada satu tipe yang cocok untuk semua jenis organisasi dalam rangka pewadahan semua kegiatannya, harus ditekankan pula bahwa tipe organisasi apapun yang dipilih tipe tersebut harus tetap dikaitkan dengan serangkaian prinsip organisasi seperti :

a. Kejelasan tujuan b. Kejelasan misi c. Kejelasan fungsi d. Kejelasan arah

e. Kesatuan komando atau perintah

f. Pemahaman dan penerimaan tujuan dan berbagai sasaran oleh para anggota organisasi

g. Pola pendelegasian wewenang yang jelas

h. Keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab setiap orang

i. Rentang kendali

(39)

Mengabaikan prinsip-prinsip tersebut pada akhirnya akan merugikan organisasi sendiri, tipe apapun yang dipilih untuk digunakan.20

Maka manajemen pengorganisasian itu dapat disimpulkan sebagai pengaturan struktur organisasi kemasjidan untuk lebih spesifik dalam pelaksanaan indikator teori agar sesuai dengan tujuan, semua proses tersebut harus dilakukan secara efektif dan efisien, proses pembentukan struktur dan pemilihan desain organisasi akan memudahkan proses birokrasi antara atasan dan bawahan bahkan timbal balik kepada jama’ah masjid khususnya dalam penelitian ini ialah pada Yayasan Masjid Al Falah Surabaya, penerapan indikator teori yang telah dijabarkan di atas sebagai tolak ukur perkembangan manajemen pengorganisasian dalam yayasan lembaga tersebut.

3. Manajemen Pengorganisasian Menurut Pandangan Islam

“Sungguh Allah menyuruhmu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan

20Ismail Nawawi, 2010, Perilaku Organisasi Teori, Transformasi Aplikasi pada

(40)

hukum di antara manusia, hendaknya kamu menetapkannya dengan

adil. Sungguh Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran

kepadamu. Sungguh Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.” (Q. S

An-Nisa’ : 58).21

Ajaran Islam adalah ajaran yang mendorong umatnya untuk melakukan segala sesuatu secara terorganisasi dengan rapi. Hal ini dinyatakan dalam surat Ash-Shaff ayat 4, ucapan Ali bin Abi Thalib yang sangat terkenal yaitu :

“Hak atau kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi,

bisa dikalahkan oleh kebatilan yang lebih terorganisir dengan

rapi”. (Ali bin Abi Thalib)

Berdasarkan perkataan Ali di atas, dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian sangatlah urgen, bahkan kebatilan dapat mengalahkan suatu kebenaran yang tidak terorganisir.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda,

“Allah sangat mencintai jika seseorang melakukan

perbuatan yang terutama dilakukan dengan itqan (kesungguhan dan

keseriusan).”(HR. Thabrani)

Kesungguhan dan keseriusan dalam hal ini termasuk sungguhan dan keseriusan dalam hal ini termasuk kesungguhan dan keseriusan

(41)

mengorganisasi suatu kegiatan. Dalam sebuah hadits lain juga dikemukakan,

“Jika anda ingin melakukan sebuah perbuatan atau

pekerjaan, maka pikirkanlah akibatnya. Jika perbuatan itu baik,

teruskan, dan jika perbuatan itu jelek, maka berhentilah.” (HR.

Ibnul Mubarak).

Pesan memikirkan akibat dari suatu perbuatan merupakan larangan untuk melakukan sesuatu tanpa sasaran yang jelas, tanpa organisasi yang rapi, dan tanpa tujuan yang jelas.

Organisasi dalam pandangan Islam bukan semata-mata wadah, melainkan lebih menekankan pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan secara rapi. Organisasi lebih menekankan pada pengaturan mekanisme kerja. Dalam sebuah organisasi, tentu adanya pemimpin dan bawahan.22

22 Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, 2003, Manajemen Syariah Dalam Praktik,

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan lain-lain.23

Sedangkan untuk jenis penelitian, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif fenomenologi yaitu dengan observasi tentang pengorganisasian yang berjalan dalam objek penelitian, karena sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui manajemen pengorganisasian di Yayasan Masjid Al Falah Surabaya mengenai bagaimanakah struktur dan pembagian kerjanya dan akan menganalisa berdasarkan berbagai teori yang digunakan dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah secara sistematis, faktual, dan akurat mengungkap tentang fakta-fakta serta sifat hubungan antara fenomena yang diselidiki.

23 Lexy J. Moleong, 2008, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung,

(43)

B. Lokasi Penelitian

Objek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah manajemen pengorganisasian di Yayasan Masjid Al Falah Surabaya yang terletak di Jalan Raya Darmo 137 A Surabaya, kelurahan darmo, kecamatan wonokromo karena dirasa sudah baik dalam proses manajemen khususnya dalam pengorganisasian masjid pada tiap unit atau bagian anggota pengurus Yayasan Masjid Al Falah Surabaya. Peneliti akan berada di lokasi penelitian dan mencari beberapa data yang berkaitan dengan manajemen pengorganisasian masjid, dari data-data yang sudah ada kemudian mengevaluasi dan mengkonfirmasi kebenaran data tersebut pada tiap bagian yang ada. Dalam penelitian ini peneliti telah mendapat persetujuan dari kantor kesekretaritan apabila akan ke tiap unit yang ada bisa menunjukkan surat pengantar yang sudah mendapat persetujuan dari Ketua Umum Yayasan Masjid Al Falah Surabaya.

C. Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan jenis dan sumber datanya, jenis data dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber yang diamati dan dicatat untuk pertama kalinya.24 Dalam hal ini data yang dihimpun adalah terkait tentang manajemen pengorganisasian di

(44)

Yayasan Masjid Al Falah Surabaya melalui observasi dan wawancara terhadap beberapa ketua bagian yang lebih mengerti tentang manajemen pengorganisasian di Yayasan Masjid Al Falah Surabaya. Data ini diperoleh dari hasil permintaan keterangan pada pihak-pihak informan. Beberapa dari primer yaitu manajemen (planning,

organizing, actuating, controlling), dan manajemen

pengorganisasiannya (pembagian kerja, departementalisasi, rentang kendali, pendelegasian wewenang dan desain struktur organisasi).

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang bukan di usahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti.25 Data yang dihimpun adalah latar belakang sejarah, visi misi, struktur organisasi, dan data dokumentasi di Yayasan Masjid Al Falah Surabaya beserta tiap unit bagiannya. Data ini diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh peneliti dari subjek penelitian dan biasanya dari dokumentasi atau buku-buku literatur. Dalam hal ini peneliti diberi beberapa buku dari yayasan yang berkaitan tentang penelitian misalnya sekilas profil Yayasan Masjid Al Falah Surabaya, yang meliputi sejarah, visi dan misi, program kerja tiap bagian unit dan menjelaskan tentang manajemen pengelolaan dan pengorganisasian yang sudah berjalan di Yayasan Masjid Al Falah Surabaya.

(45)

2. Sumber Data

Sumber data adalah sesuatu yang sangat penting dalam suatu penelitian. Yang dimaksud dengan sumber data dalam suatu penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh.26 Berdasarkan jenisnya sumber data dibagi dua yaitu :

a. Informan

Sumber data ini berupa informan, adapun informan yang memberikan informasi dalam penelitian ini yaitu : Bapak H. Sigit Prasetya selaku Ketua Umum Yayasan, Bapak Rustanto Setyawan. SE selaku bagian Kesekretariatan, Bapak Ashari selaku HRD Lembaga Pendidikan Al Falah, Bapak Zawawi Hamid selaku Ketua Bagian Muhtadin, Bapak Ir. H. Yazid Abdul Kadir Baya’syut selaku Ketua Bagian Bazis,

Bapak Maryono selaku Koordinator Dakwah, dan Ibu Novariana Rahmawati selaku karyawan staf Poliklinik Umum Yayasan Masjid Al Falah Surabaya. Data tersebut berupa jawaban atas pertanyaan yang diajukan melalui wawancara secara langsung dengan berdasarkan judul penelitian yaitu manajemen pengorganisasian di Yayasan Masjid Al Falah Surabaya. Peneliti memilih informan tersebut disebabkan karena mereka merupakan sumber yang tepat untuk informasi dari penelitian yang peneliti teliti.

(46)

b. Dokumen

Dokumen yaitu sumber data berupa tulisan atau catatan yang berhubungan dengan masalah-masalah yang dibahas dalam penelitian. Dalam hal ini sumber data sekunder yang didapat berupa dokumen mengenai latar belakang, visi misi, struktur organisasi, program kerja tiap bagian dan data lainnya. Maksudnya adalah dokumen yang berkaitan dengan judul penelitian dan data lainnya yang berkaitan dengan penelitian. Kebanyakan data ini didapat dari bagian kesekretariatan Yayasan Masjid Al Falah Surabaya dan dengan melakukan observasi tentang keabsahan data tersebut.

D. Tahap-Tahap Penelitian

Adapun tahap-tahap penelitian yang akan dilakukan adalah : 1. Tahap pra lapangan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan kegiatan pra lapangan dengan tahapan sebagai berikut :

a. Memilih lapangan penelitian

(47)

b. Menentukan informan dan key informan

Informan merupakan orang yang memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Fungsi dari informan adalah jika peneliti membutuhkan informasi terkait dengan penelitian, maka informan dapat memenuhinya dengan cepat. Sedangkan key informan adalah orang yang memberikan informasi tentang informasi yang terkait, serta dapat memberikan data-data yang diperlukan peneliti terkait dengan penelitian tersebut. Dalam hal ini key informan yang diwawancarai ialah Ketua Umum Yayasan, sebagian Ketua serta staf karyawan tiap unit bagian yang ada di Yayasan Masjid Al Falah Surabaya.

c. Menyusun rancangan penelitian

Tahap pra lapangan yang dilakukan pertama kali adalah menyusun rancangan penelitian. Rancangan penelitian yang dimaksud adalah penyusunan proposal penelitian yang terdiri dari judul penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, kerangka teori, metode penelitian, sistematika penelitian, serta jadwal penelitian.

d. Mengurus surat perizinan

(48)

penelitian di lembaga Yayasan Masjid Al Falah Surabaya. Setelah itu memberikan surat pengantar tersebut kepada kesekretariatan untuk meminta persetujuan dari Ketua Yayasan untuk meneliti di tempat tersebut sekaligus meminta izin untuk memberikan waktu luang bagi ketua pengurus maupun anggota lainnya dalam melakukan wawancara sehingga dapat lebih leluasa untuk berbicara dan memberikan data-data yang diperlukan oleh peneliti. Tujuan dari perizinan ini adalah supaya data-data yang dibutuhkan lebih mudah diperoleh dan hasilnya lebih valid.

2. Tahap pekerjaan lapangan

a. Menyiapkan perlengkapan penelitian dan mental

Peneliti berusaha menyiapkan segala alat dan perlengkapan yang diperlukan sebelum terjun ke lapangan penelitian, antara lain bulpoint, pensil, tipe ex, penghapus, buku tulis, kertas, map plastik, laptop, flash disk, handphone (untuk merekam dan memotret). Selain itu peneliti mempersiapkan diri dan mental secara matang dan serius untuk membahas penelitian ini. Dan yang harus diperhatikan ketika melakukan wawancara dengan narasumber, peneliti harus bisa menjaga emosi objek.

b. Memasuki lapangan, menjajaki, serta menilai keadaan lapangan (survey)

(49)

penelitian. Bertujuan untuk mengenal unsur yang ada di lapangan, yaitu keadaan dan sikap sasaran dalam mencari sebuah data atau informasi yang valid dan akurat. Peneliti melakukan dengan seksama dan teliti sehingga mengetahui kondisi yang sebenarnya. Peneliti juga harus menjalin keakraban dengan pimpinan beserta karyawannya, sehingga terjadi komunikasi yang baik, selain itu menjalin silaturahmi barangkali langkah yang ditempuh guna memperlancar kegiatan penelitian.

c. Melakukan wawancara dan pengamatan sambil mencatat atau merekam

Dalam tahapan ini, peneliti mulai melakukan wawancara dan observasi mengenai penelitian terkait, sambil mencatat atau merekam data-data apa saja yang dibutuhkan. Peneliti harus mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dengan cara merekam dan mencatat informasi yang diperoleh dari informan serta menggambarkan fisik yang diamati.

d. Tahap analisis data

(50)

e. Penulisan laporan

Tahap dimana peneliti menuangkan hasil dari penelitian ke dalam suatu laporan. Tahap ini adalah tahap akhir dari seluruh prosedur penelitian, dan disini peneliti dituntut kekreatifannya dalam menulis. Tentunya penulisan laporan sesuai dengan prosedur penelitian, karena penulisan yang baik akan menghasilkan kualitas yang baik pula terhadap penelitian. Adapun penulisannya mulai dari tahap pertama yaitu perumusan masalah sampai tahap akhir yaitu analisa data yang ditunjang dengan keabsahan data yang ditulis dalam penulisan yang berbentuk skripsi. Dalam penulisan ini ditunjang sistematika pembahasan.27

E. Teknik Pengumpulan Data

Ada berbagai macam teknik pengumpulan data dalam proses penelitian akan tetapi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Metode Pengamatan (Observasi)

Pengamatan (observasi) adalah suatu proses yang kompleks, dimana tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis, dua diantaranya yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.28 Atau alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan

27 Tim Fakultas Dakwah, 2008, Pedoman Teknis Penulisan Skripsi, IAIN Sunan Ampel

Surabaya, Surabaya, hal. 27.

(51)

mencatat secara sistematika gejala-gejala yang diteliti.29 Dari hasil pengamatan (observasi) dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang masalahnya.

Dengan menggunakan pengamatan (observasi) ini, peneliti mendapatkan data tentang:

a. Profil Yayasan Masjid Al Falah Surabaya

b. Struktur organisasi Yayasan Masjid Al Falah Surabaya

2. Wawancara (interview)

Wawancara (interview) adalah metode tanya jawab dengan seseorang untuk suatu pembicaraan. Metode dalam konteks ini berarti proses memperoleh suatu fakta atau data dengan melakukan komunikasi langsung (tanya jawab secara lisan) dengan responden penelitian, baik secara tema wicara atau menggunakan teknologi komunikasi (jarak jauh).30 Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil.31 Selain itu, wawancara ini dapat dipakai untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi.

Teknik wawancara yang dipilih oleh peneliti adalah indeptinterview atau wawancara mendalam, yakni teknik yang dilakukan oleh peneliti

29 Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, 1997, Metodologi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta,

hal 79.

30Ibid., Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, 1997, Metodologi Penelitian., hal. 85.

(52)

dengan menggunakan panduan atau pedoman wawancara yang telah disiapkan sesuai dengan fokus penelitian, wawancara yang dilakukan bersifat terbuka dan terstruktur. Dengan teknik wawancara ini, peneliti dapat memperoleh data sebagai berikut :

a. Program kerja tiap pengurus di Yayasan Masjid Al Falah Surabaya b. Cara pembagian kerja pengurus beserta anggota di Yayasan Masjid

Al Falah Surabaya

c. Cara merangkap kegiatan kerja di Yayasan Masjid Al Falah Surabaya

d. Cara pimpinan mendelegasikan wewenang dan tugas kepada anggota di Yayasan Masjid Al Falah Surabaya

e. Hubungan antara ketua dan anggota di Yayasan Masjid Al Falah Surabaya, dll.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan fenomena, peristiwa yang sudah berlalu dan dikumpulkan dalam bentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain.

(53)

a. Sejarah berdirinya Yayasan Masjid Al Falah Surabaya beserta tiap bagiannya.

Jenis, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber Data TPD

1 Sejarah Dokumentasi D

2 Lambang Dokumentasi D

3 Struktur organisasi Wawancara dan Dokumentasi

W+D

4 Program kerja Wawancara dan

Dokumentasi

TPD : Teknik Pengumpulan Data

O : Observasi

W : Wawancara

(54)

F. Teknik Validitas Data

Sebelum diproses dalam bentuk laporan yang disajikan. Agar tidak terjadi kesalahan maka digunakan teknik keabsahan data, yaitu teknik triangulasi.

Adapun triangulasi sendiri adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu.32 Jadi triangulasi merupakan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi saat mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan wawancara diperiksa dalam keabsahan data, kemudian dibandingkan dengan hasil pengumpulan data yang lain, seperti observasi dan dokumentasi. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam tahap triangulasi adalah:

1. Peneliti melakukan pengecekan tentang hasil dari pengamatan, wawancara maupun hasil data yang diperoleh dengan cara lain (pengamatan, wawancara dan dokumentasi). Pengecekan dilakukan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam manajemen pengorganisasian di Yayasan Masjid Al Falah Surabaya, yaitu antara ketua yayasan dengan pengurus lain ditiap bidang masing-masing.

2. Peneliti meneliti apa yang dikatakan ketua yayasan tentang manajemen pengorganisasian dan wawancara kepada pihak lain yang berkaitan,

(55)

secara umum dengan mengecek data yang sudah ada apakah sesuai atau tidak.

Maka dengan demikian, penelitian ini tidak cukup dengan hanya mengandalkan data dari hasil penelitian di lapangan selain dapat diperoleh melalui sumber lain data penelitian, dimana sebagaimana pelengkap dan pembanding dari data tersebut.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, megorganisasikan data, memilah-memilih menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.33 Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan observasi.34 Analisis data ini bertujuan untuk mengetahui manajemen pengorganisasian di Yayasan Masjid Al Falah Surabaya.

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman yaitu suatu aktivitas yang meliputi data reduction, data display, dan conclusions drawing/ vertification. Untuk lebih memahami teknik tersebut, maka akan

dijelaskan sebagai berikut:35 1. Data Reduction

33 Ibid., Lexy J.., Metodologi Penelitian Kualitatif.., hal. 248.

34 Ibid., Sugiyono.., Memahami Penelitian Kualitatif.., hal. 89.

(56)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya. Dalam hal ini, ketika peneliti memperoleh data dari lapangan dengan jumlah yang cukup banyak. Maka perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Adapun hasil dari mereduksi data, peneliti telah memfokuskan pada bidang manajemen pengorganisasian di Yayasan Masjid Al Falah Surabaya. Hal ini dilakukan peneliti dengan mengamati serta meninjau kembali hasil wawancara yang akan dilakukan dengan pihak Yayasan dan orang-orang yang berkaitan didalamnya.

2. Data Display

Setelah data direduksi, selanjutnya peneliti mendisplay data yang berarti mengorganisir data, menyusun data dalam suatu pola hubungan sehingga semakin mudah untuk dipahami. Dalam hal ini, peneliti memfokuskan pada beberapa metode pengorganisasian di Yayasan Masjid Al Falah Surabaya. Dengan demikian, hasil dari data display ini mampu memudahkan peneliti dalam upaya pemaparan dan penegasan kesimpulan.

3. Conclusions Drawing/ Verification

(57)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manajemen pengorganisasian di Yayasan Masjid Al Falah Surabaya sesuai teori manajemen. Pertama, dalam perencanaan (planning) dilakukan oleh pembina yang bertugas untuk memberikan arahan kebijakan dasar. Kedua, pengorganisasian (organizing) dilakukan oleh pengurus yang bertugas untuk menterjemahkan dan menjabarkan arahan kebijakan dasar dari pembina menjadi program kegiatan bagi tiap bagian yang bernaung di yayasan tersebut. Ketiga, pelaksanaan (actuating) dilakukan oleh tiap bagian yang dipimpin oleh kepala bagian yang membawahi bidang masing-masing. Keempat, pengawasan (controlling) dilakukan oleh pengawas tugasnya ialah mengevaluasi setaip program kegiatan yang sudah berjalan agar diarahkan sesuai rencana awal supaya lebih efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.

(58)

lembaga formalnya, pasti sistem berbeda-beda dalam tiap bagiannnya dapat dinilai dari program kerja struktur yang mempunyai formalitas berbeda pula.

2. Departementalisasi pada yayayan ini dapat terlihat dari bagan struktur organisasinya yaitu ada organ pembina, pengurus, pengawas, dan kabag sendiri. Untuk departementalisasi di tiap bagian berbeda antara lembaga satu dengan yang lain bisa di lihat dari salah satu struktur organisasi bagaimana mengelompokkan bagian dan bidang, ada yang dari pembentukan organisasi sendiri seperti yayasan lembaga formal dan juga ada yang ditetapkan dari yayasan lembaga tersebut.

3. Rentang kendali dalam yayasan lembaga ini pimpinan cenderung banyak anggotanya bisa dilihat dari struktur organisasi yaitu pengurus yang mengatur lebih dari lima anggota atau kabag, koordinator bidang yang paling berperan. Untuk bagian yang ada pimpinannya sudah sesuai dengan indikator teori karena anggota lebih mudah terkoordinasi. 4. Pendelegasian dan wewenang yayasan lembaga lebih berpusat pada

pengurus, jadi tiap prosedur harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu, pengambilan keputusan lebih banyak dilakukan pengurus dan pembina selaku pemilik lembaga. Pendelegasian kepada bawahan bisa secara lisan dan tertulis.

(59)

organisasi kecil yang kebanyakan memiliki ketua atau kepala bagian. Dalam momen tertentu bisa seperti struktur matriks karena adanya sistem Add Hoc, yang artinya ada pembentukan pimpinan baru dalam kegiatan tersebut yang sifatnya sementara.

B. Saran dan Rekomendasi

Saran :

Penelitian tentang manajemen pengorganisasian baik dilakukan oleh seorang manajer supaya lebih mengerti kondisi suatu lembaga tersebut apakah sudah bisa berjalan dengan baik atau belum struktur pengorganisasiannya. Menilai bagaimanakah proses manajemen pengorganisasian yang sudah berjalan selama ini apakah sudah sesuai prosedur dari rencana awal untuk pengadaan program kerjanya agar dapat lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan.

Bagi lembaga :

(60)

Rekomendasi :

Untuk penelitian selanjutnya :

Mengingat pentingnya manajemen pengorganisasian di suatu lembaga akan berpengaruh dengan perkembangan organisasi lebih cepat khususnya pada Yayasan Masjid Al Falah, agar penelitian selanjutnya untuk mendalami tentang manajemen pengorganisasian khusus dalam salah satu lembaga yang bernaung di Yayasan Masjid Al Falah Surabaya, atau lebih fokus proses, prinsip, budaya manajemen pengorganisasiannya.

C. Keterbatasan Penelitian

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Silalahi, Ulbert, 1992, Studi Tentang Ilmu Administrasi Konsep, Teori dan Dimensi, CV Sinar Baru, Bandung.

Martoyo, Susilo, 1998, Pengetahuan Dasar Manajemen dan Kepemimpinan, BPFE, Yogyakarta.

Terry, George R. dan Rue, L.W, 1996, Dasar-dasar Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta.

Hafidhuddin, Didin, dan Tanjung, Hendri, 2003, Manajemen Syariah Dalam Pratik, Gema Insani, Jakarta.

Nawawi, Ismail, 2010, Perilaku Organisasi Teori, Transformasi Aplikasi pada Organisasi Bisnis, Politik, dan Sosial, CV Dwiputra Pustaka Jaya,

Jakarta.

Sule, Erni Trisnawati dan Saefullah, Kurniawan, 2009, Pengantar Manajemen, Kencana, Jakarta.

Yayasan penyelenggara penerjemah Al qur’an, 2014, AL-‘ALIM Al qur’an dan terjemahannya Edisi Ilmu Pengetahuan, PT Mizan Bunaya Kreativa,

Bandung.

Moh. E. Ayub, dkk, 1992, Manajemen Masjid, Sinar Baru, Jakarta.

Aqib Supandi, H. M. Khusnul dan Zawawi Hamid, Drs. Achmad, 2008, 35 Tahun Yayasan Masjid Al Falah Surabaya.

Soejadi, FX., 1996, Menunjang Berhasilnya Proses Manajemen, PT. Gunung Agung, Jakarta.

Widjaja Kusuma, M. Karebet dan Yusanto, M. Ismail, 2003, Pengantar Manajemen Syariat, Khairul Bayan, Jakarta.

(62)

Hasibuan, Malayu S.P., 1996, Organisasi dan Motivasi, Bumi Aksara, Jakarta.

Sukarna, 1992, Dasar-dasar Manajemen, Mandar Maju, Bandung.

Sule, Ernie Tisnawati dan Saefullah, Kurniawan, 2005, Pengantar Manajemen, Kencana, Jakarta.

Siswanto, H. B., 2006, Pengantar Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta.

Gibson, James L, 1994, Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses, Erlangga, Jakarta.

Gitosudarmo, Indriyo dan Mulyono, Agus, 2001, Prinsip Dasar Manajemen, BPFE, Yogyakarta.

Moleong, Lexy J., 2008, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Tim Fakultas Dakwah, 2008, Pedoman Teknis Penulisan Skripsi, IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung.

Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, 1997, Metodologi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta.

Gambar

Tabel 2. 1
Gambar 1. 1
Gambar 1. 2
Gambar 1. 3
+4

Referensi

Dokumen terkait

Untuk bakau yang berkriteria belta hanya didapatkan dua jenis yaitu Rhizophora apiculata dan Bruguiera gymnorhiza yang masing-masing mempu- nyai nilai penting 237,82% dan

Opsi adalah kontrak antara holder dan writer dimana writer memberikan hak (bukan kewajiban) kepada holder untuk membeli atau menjual aset dari writer dengan harga tertentu

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi minat lansia mengunjungi posyandu lansia di Kelurahan Tuah Karya di

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan Simulator mata pelajaran jaringan dasar materi kabel UTP, dan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang

(2) Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran yang berbasis student centered learning dalam pendekatan saintifik pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri se

telah dibuat dan mengadakan penilaian untuk mengetahui keterampilan siswa dalam Merinci bagian-bagian struktur teks Laporan Hasil Observasi. Dari hasil observasi

Permasalahan yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya rekonstruksi tentang biografi tokoh (Syekh Burhanuddin) dan kiprahnya dalam mengembangkan

D. Guru menugaskan siswa untuk menilai hasil analisis etika kewargaan digital dengan menggunakan format penilaian yang sudah ada dengan jujurc. E. Siswa untuk menyajikan