Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh
Muafa Erni Vidyawati A02212075
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Tradisi Sedekah Bumi Di Desa Laban Kecamatan
Menganti Kabupaten Gresik “Studi Akulturasi Islam dan Hindu”. Sedangkan
fokus masalahnya adalah (1) Bagaimana tradisi sedekah bumi Desa Laban
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik itu dilaksanakan? (2) Segi apa saja yang
berakulturasi dalam tradisi sedekah bumi Desa Laban Kecamatan Menganti
kabupaten Gresik?
Dalam menjawab rumusan masalah tersebut penulis menggunakan motedoe
kebudayaan yang meliputi lokasi penelitian dan pengumpulan sumber.
Pendekatan Antropologi serta teori Akulturasi. J. Powel mengungkapkan bahwa
akulturasi dapat diartikan sebagai masuknya nilai-nilai budaya asing ke dalam
budaya lokal tradisional. Sehingga dari pendekatan itu dapat dilihat apa saja yang
terkait dalam upacara tradisi sedekah bumi. Serta dapat melihat akulturasi Islam
dan Hindu yang terdapat dalam tradisi sedekah bumi tersebut.
Maka dari hasil yang penulis simpulkan bahwa Tradisi Sedekah Bumi
Akulturasi Islam dan Hindu mempunyai fungsi sebagai seorang manusia kita
harus senantiasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. (1) Tradisi sedekah
bumi di desa Laban dilaksanakan ketika pada saat musim panen padi yang
dilaksanakan pada bulan Mei. (2) Macam-macam sesaji berupa beras maupun
kelapa. Ini merupakan perpaduan antara Islam dan Hindu (macam-macam sesaji).
Pertunjukan yang merupakan serangkaian dari pelaksanaan tradisi sedekah bumi
tersebut adalah unsur-unsur dari agama Hindu. Do’a-do’a yang dibacakan ketika
ABSTRACT
This thesis entitled The tradition of Alms Earth Menganti In the village of
Laban District of Gresik "Acculturation Study of Islam and Hinduism". While the
focus of the problem is (1) How did the tradition of alms earth Laban village
Menganti District of Gresik conducted? (2) Segi what acculturated in the tradition
of alms earth Laban village Menganti District of Gresik?
In answer to the problem formulation, the author uses motedoe culture that
includes the location of research and gathering resources. Anthropological
approaches and Acculturation theory. J. Powel revealed that acculturation can be
interpreted as the entry of foreign cultural values into traditional local culture. So
from that approach can be seen what is involved in traditional ceremonies earth
alms. And can see the acculturation of Islam and Hindu traditions contained in the
earth alms.
So from the results that the authors conclude that the tradition of Alms
Earth Acculturation Islam and Hinduism has a function as a human being we
should always give thanks to God Almighty. (1) The tradition of alms earth in the
village of Laban held at a time when the harvest season of rice held in May. (2)
Various offerings of rice and coconut. It is a blend of Islamic and Hindu (assorted
offerings). The show is a series of implementation alms tradition of the earth are
the elements of Hinduism. Prayer-prayer that was read when the execution of the
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……… i
PERNYATAAN KEASLIAN ……….. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… iii
PENGESAHAN ………... iv
MOTTO ……… v
PERSEMBAHAN ……… vi
ABSTRAK ……… vii
ABSTRAC ……… viii
PEDOMAN TRANSLITERASI……… ix
KATA PENGANTAR ………. x
DAFTAR ISI ……… xii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1
B. Rumusan Masalah ……… 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan ………. 7
E. Penelitian Terdahlu ……….. 8
F. Metodologi Penelitian ……….. 9
G. Sistematika Pembahasan ……….. 12
BAB II : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DESA LABAN KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK A. Letak Geografis ………. 14
B. Sistem Pemerintahan Desa Laban ………. 16
C. Kondisi Sosial Agama ……… 25
D. Kondisi Sosial Ekonomi ………. 27
E. Kondisi Sosial Budaya ……… 30
BAB III : TRADIS SEDEKAH BUMI DI DESA LABAN KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK A. Latar Belakang Dilaksanakan Sedekah Bumi ……… 34
B. Waktu dan Tempat ……….. 37
C. Jalannya Sedekah Bumi ……….. 38
1. Persiapan Tradisi Sedekah Bumi ………. 38
2. Proses Tradisi Sedekah Bumi ……….. 43
A. Dasar Tradisi Sedekah Bumi ……… 51
B. Tujuan Tradisi Sedekah Bumi ……….. 52
C. Pelaksanaa Tradisi Sedekah Bumi ……….... 53
D. Kelengkapan Tradisi Sedekah Bumi ………. 55
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 58
B. Saran ……… 59
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Suatu kenyataan bahwa masyarakat Indonesia memiliki berbagai macam adat
dan kebudayaan yang berbeda, karena masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai
macam suku bangsa termasuk agamapun banyak aliran yang berkembang.
Nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang tumbuh di dalam masyarakat
berguna untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan. Nilai-nilai dan
norma-norma itu dibentuk sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, yang
pada akhirnya menjadi adat istiadat. Adat istiadat diwujudkan dalam bentuk tata
upacara.
Kebudayaan memiliki unsur-unsurnya secara universal, yang saling terkait
satu dengan yang lainnya dalam membentuk corak kebudayaan secara
keseluruhan, sesuai dengan potensi, fungsi, dan sifat dari unsur-unsur dan
hubungan-hubungan diantara unsur-usnur tersebut. Unsur-unsur universal
mencakup:
1. Sistem bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Sistem keyakinan (religi)
4. Sistem kekerabatan dan organisasional
6. Sistem teknologi
7. Sistem kesenian1
Dari unsur-unsur keudayaan sudah menjadi bagian dari tiga wujud kebudayaan
yaitu wujudnya yang berupa sistem budaya, sosial dan berupa unsur-unsur
kebudayaan fisik.2
Tradisi adalah kebiasaan nenek moyang yang masih dijalankan oleh
masyarakat saat ini. Tradisi agama banyak ditemukan dibeberapa daerah di
Indonesia. Tradisi bahasa Latin : tradio “diteruskan” atau kebiasaan dalam
pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama
dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari
suatu Negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang mendasar dari
tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik
tertulis atau lisan, karena tanpa adanya ini suatu tradisi dapat punah.
Islam menyuguhkan tradisinya di Jawa dengan upacara-upacara seperti
Maulid Nabi, Rajab, Suro dan lain sebagianya. Namun masyarakat Jawa selalu
mengkaitkan tatacara upacara aslinya. Yaitu slametan dan nyadran untuk
menghormati nenek moyang mereka dalam rangka mendapatkan berkah.
Masyarakat Jawa adalah masyarakat yang sikap hidupnya mendasarkan
kepada adat-istiadat, yaitu tatacara hidup yang diwariskan oleh lingkungannya
1
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: PT: Rineka Cipta. 1990), 203-204. 2
sejak berabad-abad lamanya. Sebelum agama Hindu dan budha masuk, masyarakat
Jawa didalam menaggapi alam lingkunnya, selalu memandang bahwa benda-benda
mempunyai daya hidup dan mempunyai kekuatan yang berpengaruh terhadap
hidup dan kehidupannya, yang kemudian disebut animism-dinamisme.
Berbagai macam upacara adat yang terdapat di dalam masyarakat pada
umumnya dan masyarakat Laban khusunya adalah merupakan pencerminan bahwa
semua perencanaan, tindakan, dan perbuatan telah diatur oleh tata nilai luhur. Tata
nilai luhur tersebut diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi
berikutnya. Perubahan-perubahan tata nilai menuju perbaikan sesuai dengan
tuntunan zaman. Yang jelas bahwa tata nilai yang dipancarkan melalui tata
upacara adat merupakan manifestasi tata kehidupan masyarakat Jawa yang serba
hati-hati agar dalam melaksanakan segala sesuatu mendapatkan keselamatan baik
lahir maupun batin.3
Dalam kehidupan keberagamaan, kecenderungan untuk mengakomodasi Islam
dengan budaya Jawa sempat melahirkan kepercayaan-kepercayaan serta
upacara-upacara ritual seperti upacara-upacara sedekah bumi.
Tradisi Sedekah Bumi merupakan salah satu adat berupa prosesi seserahan
hasil bumi dari masyarakat kepada alam. Tradisi ini biasanya ditandai dengan
pesta rakyat yang diadakan di balai desa atau di lahan pertanian maupun
tempat-tempat yang dianggap sakral oleh masyarakat. Tradisi ini sudah berlangsung turun
3
termurun dari nenek moyang kita, dan berkembang di Pulau Jawa, terutama di
wilayah yang kuat akan budaya agraris.4
Di Jawa peneyebaran agama Islam dihadapkan kepada dua jenis lingkungan
budaya kejawen, yaitu lingkungan budaya istana (Majapahit) yang telah menyerap
unsur-unsur Hinduisme dan budaya pedesaan (wong cilik) yang masih hidup
dalam bayangan animism-dinamisme. Ini dapat dilihat dengan hasil peninggalan
orang-orang dahulu misalnya Candi Borobudur, Candi Penataran di Blitar dan
lain-lain.5
Sedekah Bumi adalah salah satu upacara tradisional untuk mengungkapkan
rasa syukur kepada Sang Pencipta. Tradisi ini masih banyak kita jumpai pada
masyarakat di daerah pedesaan, yang kehidupannya ditopang dari sektor pertanian.
Tradisi Sedekah Bumi ini menjadi sarana ucapan terima kasih warga setempat
kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang diberikan. Seluruh
penduduk berkumpul dengan penuh suka cita untuk mengungkapkan rasa terima
kasih mereka melalui berbagai kegiatan ritual keagamaan dan pesta rakyat. Bagi
masyarakat Jawa khususnya para kaum petani, Tradisi sedekah bumi bukan
sekedar rutinitas atau ritual yang sifatnya tahunan. Akan tetapi, tradisi sedekah
bumi mempunyai makna yang mendalam. Selain mengajarkan rasa syukur tradisi
sedekah bumi juga mengajarkan pada kita bahwa manusia harus hidup harmonis
dengan alam semesta. Ritual sedekah bumi inilah yang menurut mereka sebagai
4
Soekmono, Pengantar Sejarah kebudayaan Inonesia Jilid II (Jakarta: Kanisius, 1990), 28. 5
salah satu simbol yang paling dominan bagi masyarakat Jawa karena menunjukan
rasa cinta kasih sayang dan sebagai penghargaan manusia atas bumi yang telah
memberi kehidupan bagi manusia. Sehingga dengan begitu maka tanah yang
dipijak tidak akan pernah marah seperti tanah longsor dan banjir dan bisa
bersahabat bersandingan dengan masyarakat yang menempatinya.
Menurut, Koentjaraningrat akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila
kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing
yang berbeda. Syarat adanya terjadi proses akulturasi adalah adanya persenyawaan
(affinity) yaitu penerimaan kebudayaan tanpa rasa terkejut, kemudian adanya
kseragaman (homogenity) seperti nilai baru yang tercerna akibat keserupaan
tingkat dan corak budayanya.
Akultuasi terjadi melalui kontak budaya yang diantaranya yaitu kontak
sosial pada seluruh lapisan masyarakat, sebagian masyarakat, atau individu dalam
dua masyarakat. Hasil akulturasi budaya ditentukan oleh kekuatan dari setiap
budaya. Semakin kuat suatu budaya maka akan semakin cepat penyebaraannya.
Akulturasi di Indonesia terdiri dari beberapa proses diantaranya yang
pertama subtitusi yakni proses yang mengganti unsur budaya tradisional dengan
unsur budaya modern yang lebih memudahkan masyarakat. Kedua originasi yakni
proses masuknya budaya modern yang benar-benar baru dan belum dikenal
Seperti akulturasi di desa Laban yakni Sedekah Bumi. Acara dipusatkan di
tengah-tengah balai desa Laban. Pada acara tersebut, seluruh masyarakat Laban
harus hadir. Tujuannya untuk keselamatan bersama dan masyarakat pun membawa
nasi kuning, nasi putih dan jajanannya seperti onde-onde, kucur, renginang, ketan,
kocor, apem, wingko dll.6
Sedekah Bumi diadakan dan masing-masing warga diminta membawa
sesaji dari rumah. Sesaji itu merupakan simbol permohonan keselamatan
masyarakat kepada Tuhan Yang Mahaesa. Inti Sedekah Bumi itu untuk
menghindarkan masyarakat dari bencana sekaligus sebagai bentuk perseduluran
antar warga.
Ritual yang diadakan menampilkan hiburan seperti wayang kulit. tradisi
ditutup dengan doa bersama yang dipimpin tokoh-tokoh agama, baik dari agama
Hindu maupun Islam. Sedekah bumi merupakan bagian dari budaya yang
berkembang dalam masyarakat Laban. Tradisi tersebut merupakan akulturasi
kebudayaan dan agama.
A.Rumusan Masalah
Dalam pembatasan masalah dan perumusan masalah ini, penulis akan
membatasi yang disesuaikan judul, Trdaisi Sedekah Bumi di Desa Laban
Kecamatan Menganti Gresik “Studi Akulturasi Islam dan Hindu”. Kajian ini
6
dibatasi dengan pembahasan yang bersifat kohesif dan terfokus, sehingga tidak
keluar dari masalah apa yang tertulis. Berikut masalah peneliti ini dibuat:
1. Bagaimana tradisi sedekah bumi Desa Laban Kecamatan Menganti Kabupaten
Gresik itu dilaksanakan?
2. Segi apa saja yang berakulturasi dalam tradisi sedekah bumi Desa Laban
Kecamatan Menganti kabupaten Gresik?
B.Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Ingin mengetahui kondisi masyarakat agama Islam dan Hindu.
2. Untuk mengetahui juga akultursi apa saja yang ada dalam tradisi sedekah bumi
tersebut.
3. Untuk menambah khazanah kepustakaan Sejarah Islam.
C. Pendekatan dan Kerangka Teori
Suatu hal yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya adalah
akal. Dengan akalnya manusia mampu berbudaya, sehingga kelangsungan
hidupnya bisa berlanjut. Sesuai dengan orientasi di atas, penulis menggunakan
pendekatan antropologi. Antropologi yaitu ilmu yang mempelajari makhluk
anthropos atau manusia, merupakan suatu integrasi dari beberapa ilmu yang
masing-masing mempelajari suatu komplek masalah-masalah khusus mengenai
agama dengan cara melihat wujud praktek yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat wujud praktek keagamaan yang dimaksudkan di sini adalah tentang
tradisi-tradisi atau upacara-upacara yang dijalankan oleh masyarakat muslim dan
Hindu di laban Menganti Gresik Tradisi Sedekah Bumi.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori akulturasi. J. Powel
mengungkapkan bahwa akulturasi dapat diartikan sebagai masuknya nilai-nilai
budaya asing ke dalam budaya lokal tradisional. Budaya yang berbeda itu bertemu,
yang luar mempengaruhi yang telah mapan untuk menuju suatu keseimbangan.7
Koentjaraningrat juga mengartikan akulturasi sebagai suatu kebudayaan dalam
masyarakat yang dipengaruhi oleh suatu kebudayaan asing yang demikian berbeda
sifatnya, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tadi lambat laun diakomodasikan
dan diintegrasikan ke dalam kebudayaan itu sendiri tanpa kehilangan kepribadian
dan kebudayaannya.8
D.Penelitian Terdahulu
1. Peneliti Agus Atiq Murtadlo “Akulturasi Islam dan budaya Lokal dalam tradisi
upaca sedekah laut di pantai teluk penyu kabupaten Cilacap”. Fokus peneliti ini
adalah akulturasi Islam dan budaya lokal.
7
W.M. Bakker SJ, Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Kanisius, 1984), 115.
8
2. Peneliti Ma’rifah “Upaya Dakwah K.H. Zaini Rasyid dalam mengubah Upacara
Ritual Sedekah Bumi di Desa Tebuwung Kecamatan Dukun Kabupaten
Gresik”. Fokus Peneliti ini adalah upaya dakwah dalam mengubah upacara
ritual sedekah bumi.
Sementara penulisan skripsi ini yang berjudul “Tradisi Sedekah Bumi di
desa Laban Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik “Studi Akulturasi Islam dan
Hindu” ini penulis mengungkap keberadaan tradisi sedekah bumi di desa Laban
Kecamatan Menganti karena terdapat segi Akulturasi antara masyarakat Islam dan
Hindu.
E.Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di desa Laban Kecamatan Menganti kabupaten
Gresik. Subyek penelitian skripsi ini adalah masyarakat desa Laban dan tokoh
agama yang ada di desa Laban.
2. Pengumpulan Sumber
Tahapan pertama dalam penelitian sejarah megumpulkan
informasi-informasi yang terkait dengan penelitian yang akan dibahas. Untuk itu pada
tahap ini dilakukan cara-cara pengumpulan sumber sebagai berikut:
a. Metode observasi atau pengamatan dilakukan agar dapat memebrikan
kebiasaan masyarakat setempat. Di samping itu metode observasi juga
digunakan sebagai langkah awal yang baik untuk menjalin interaksi sosial
dengan tokoh masyarakat dan siapa saja yang terlibat dalam penelitian ini.
b. Metode interview atau wawancara dilakukan dengan bertatap muka dan
mendengarkan secara langsung informasi-informasi dan
keterangan-keterangan. Penulis melakukan tanya jawab secara langsung kepada
pelaku, orang yang mengetahu tentang akulturasi Islam dan Hindu.
Menurut prosedurnya penulis melakukan wawancara bebas terpimpin yaitu
kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin dengan menyusun
pokok-pokok permasalahan, selanjutnya proses wawancara berlangsung
mengikuti situasi.
c. Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu
jenis data primer dan data sekunder. Jenis data adalah akulturasi serta
tindakan orang yang diwawancarai dan diamati. Hal ini dapat dikatakan
data primer karena diperoleh dan dikumpulkan dari sumber pertama. Data
primer yang berasal dari wawancara mendalam berkaitan dengan informan
kunci, yakni orang yang dianggap tahu dan orang sebagai pelaku tentang
dilaksanakannya akulturasi Islam dan Hindu. Selanjutnya data sekunder
adalah dokumen, buku yang ada kaitannya dengan masalah ini, serta
d. Bahan dan Sumber
Untuk memperoleh data dalam penulisan skripsi ini, maka penulis
menggunakan sumber-sumber diantaranya:
1) Sumber kepustakaan (data literatur)
Sumber yang digunakan untuk mencari teori tentang masalah-masalah
teoritis yang diteliti, yaitu mencari kepustakaan dari buku-buku serta
tulisan-tulisan lainnya yang ada hubungannya dengan pembahasan
dalam skripsi ini.
2) Sumber Lapangan (data empiris)
Sumber data ini dari lokasi penelitian yaitu desa Laban Kecamatan
Menganti kabupaten Gresik.
a) Informan adalah individu-individu yang memiliki beragam posisi,
sebagai mempunyai akses sebagai informan yang dibutuhkan
peneliti. Adapun informan dalam penelitian ini terdiri dari tokoh
masyarakat, aparat desa dan masyarakat yang ada di desa Laban.
Dalam hal ini tentunya dipilih informan kunci yang lebih
memahami masalah pokok yang menjadi obyek penelitian ini,
dimana juga mampu memberikan informasinya secara akurat dan
b) Peristiwa dan aktifitas, setiap rangkaian kegiatan yang berkaitan
dengan penulisan skripsi ini. Dala peristiwa dari proses kegiatan
selametan yang dilakukan di desa Laban Kecamatan Menganti
Kabupaten Gresik.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan penulisan, maka skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab,
dan tiap-tiap bab dibagi menjadi beberapa bagian yang susunan lengkapnya adalah
sebagai berikut:
Pada bab pertama pendahuluan berisi tentang gambaran umum yang meliputi
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
pendekatan dan kerangka teori, penelitian terdahulu dan metodologi penelitian.
Dalam metode penelitian juga berisi pembahasan lokasi,waktu penelitian dan
teknik pengumpulan data.
Pada bab kedua menjelaskan tentang kondisi desa Laban, yang meiputi
letak geografis, sosial agama, sosial ekonomi dan sosial budaya.
Pada bab ketiga menjelaskan kondisis di lapangan tempat dimana peneliti
mengadakan penelitian terutama pada saat pelaksanaan sedekah bumi, latar
belakang, dasar dan tujuannnya dilaksanakannya tradisi sedekah bumi.
Pada bab keempat menjelaskan analisa dari pelaksanaan Sedekah Bumi
akulturasi budaya Islam dan Hindu yang terdapat dalam tradisi sedekah bumi di
desa Laban.
Pada bab kelima sebagai bab terakhir berisi penutupan antara lain
kesimpulan dan saran-saran. Kesimpulan merupakan jawaban dari rumusan
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis
Secara geografis Desa Laban terletak pada posisi 7,8 Lintang Selatan dan 12,9
Bujur Timur. Topografi krtinggian desa ini adalah berupa dataran sedang yaitu
sekitar 3 m di atas permukaan laut. Berdasarkan data BPS kabupaten Gresik tahun
2014, selama tahun 2014 curah hujan di Desa Laban rata-rata mencapai 1000 m3
curah hujan terbanyak terjadi pada bulan januari – februari hingga mencapai
merupakan curah hujan tertinggi selama kurun waktu 2012-2015.1
Secara administratif, desa Laban terletak di wilayah Kecamatan Mengati
Kabupaten Gresik dengan posisi dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga.
Batasan-batasan wilayah ini adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Made,
Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Setro,
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Randegansari,
Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Lakarsanti.
Jarak tempuh desa Laban ke kecamatan Menganti sekitar 3 km, yang dapat
ditempuh dengan waktu 20 menit. Sedangkan jarak ke kabupaten Gresik adalah
35 km yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 2 jam.
1
Pembagian lahan di desa Laban sebagian besar adalah lahan Pertanian
tanaman pangan Padi di musim penghujan sedangkan Jagung dan Polowijo di
musim kemarau. Pada lahan tegalan banyak digunakan untuk tanaman
perkebunan mangga gadung yang di kirim ke Jakarta maupun Bandung.
Sebagai sumber pendapatan asli desa (PADES) sangat berperan dalam
pelaksanaan pemeintah, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan
pemberdayaan masyarakat. Hal ini mengingat disamping Kepala Desa dan
perangkat desa mendapat penghasilan tetap melalui dana ADD dari kabupaten
juga mendapat tambahan penghasilan dari pengelolahan Tanah Kas Desa
tersebut.
Kantor desa Laban maupun balai desa Laban saat ini sudah respresentatif
untuk melayani warga masyarakat, meskipun masih kekurangan mebelair untuk
rak buku maupun meja kursi tamu. Adapun lahan lainnya tercatat sebagaimana
pada table berikut:
Tabel 1.d
Uraian Sumber daya Alam Volume Satuan Keterangan
Lahan persawahan 123, 038 Ha
Lahan perkebunan 54, 664 Ha
Waduk 2, 447 Ha
Makam 1, 130 Ha
Lapangan 0, 874 Ha
Tkd 16, 874 Ha
Lain-lain 5, 227 Ha
Dari data potensi desa ini menunjukkan jumlah penduduk sejumlah 7860 jiwa
dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1985 jiwa. Dengan rincian jumlah
menurut jenis kelamin adalah perempuan 3865 jiwa dan laki-laki 4004 jiwa.
B. Struktur Pemerintahan Desa Laban
Berdasarkan cerita orang-orang dahulu sejarah terbentuknya desa Laban yaitu
konon katanya disekitar kawasan desa Laban tersebut banyak sekali ditumbuhi
pohonn yang rindang dan sejuk yang namanya pohon laban yang tumbuh subur,
karena terlalu banyaknya pohon laban yang tumbuh subur, maka pohon tersebut
dikeramatkan dan dijadikan nama desa untuk desa Laban itu sendiri.2
Penduduk desa Laban sampai saat ini tidak tahu bentuk dan model pohon
tersebut, mungkin saat ini pohon laban sudah tidak ada lagi dan tidak tumbuh lagi
di desa Laban.
2
Kepala pemerintah desa Laban mulai dari dulu sampai sekarang dapat
disusun secara berurutan sebagai berikut:
1. Kunto
2. Lembu Suro
3. Aluwi
4. Ngaseri
5. Giman
6. Munali
7. Muktar
8. Mukamad
9. Asy’ary
10.Subriyanto
11.Slamet Efendi kepala desa sekarang
Sebagai sebuah desa, sudah tentu struktur kepemimpinan desa Laban
tidak bias lepas dari stuktur administratif pemerintah pada level diatasnya.
Hal ini dapat dilihat dalam bagan berikut:
Nama Pejabat Pemerintah Desa Laban
Table 1.a
No Nama Jabatan
2 Eko Hs Sekertaris Desa
3 - Kaur Pemerintah
4 Jurawi Kaur Umum
5 Deshyta Dwi FW Kasi Ekobak
6 M Suripto Kasi Kesra
7 Bambang Subadri Kasi Trantib
8 Suprapto Ketua RW I
9 Joko Santoso Ketua RW II
10 Samsuri Ketua RW III
11 Paiman Ketua RW IV
12 Mian abror Ketua RW V
13 Suyono Ketua RW VI
14 Hery Susanto Ketua RW VII
15 Samir Ketua RT I
16 Subani Ketua RT II
17 Yuliono Ketua RT III
18 Agus Sulistiono Ketua RT IV
19 Syaikhul Rosyidin Ketua RT V
20 Hamsyah Ketua RT VI
21 Sugiono Ketua RT VII
23 Moh Soleh Ketua RT IX
24 Malikin Ketua RT X
25 Agus Widayat Ketua RT XI
26 Mat nur Ketua RT XII
27 Samsir Ketua RT XIII
28 Marjoko Ketua RT XVI
29 Nuriyadi Ketua RT XV
30 Kamaludin Ketua RT XVI
31 Kusaini Ketua RT XVII
32 Suprat Ketua RT XVII
33 Maskur Ervianto Ketua RT XIX
34 Sukirno Ketua RT XX
35 Suhari Ketua RT XXI
36 Markadi Ketua RT XXII
37 Nyono Ketua RT XXIII
38 Arif Harianto Ketua RT XXIV
Daftar Masalah dan Potensi Dari Bagian Kelmbagaan
ke masyarakat pengurus lengkap
Pendidikan adalah salah satu hal penting dalam tingkat SDM (Sumber
Daya Manusia) yang dapat memepengaruhi dalam jangka panjang pada
peningkatan perekonomian.3 Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka
akan mendongkrak tingkat kecakapan masyarakat yang pada gilirannya akan
mendorong tumbuhnya keterampilan kewirausahaan dan lapangan kerja baru,
sehingga akan membantu program pemerintah dalam mengentaskan
pengangguran dan kemiskinan. Prosesntase tingkat pendidikan desa Laban
rata-rata berpendidikan SD atau sederajat samapai SMA.
Rendahnya kualitas tingkat pendidikan di desa Laban tidak terlepas dari
terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan yang ada, disamping tentu
masalah ekonomi dan pandangan hidup masyarakat. Sarana pendidikan di
desa Laban baru tersedia di tinggkat pendidikan dasar 9 tahun (SD dan SMP),
sementara untuk pendidikan tingkat menengah ke atas berada ditempat lain.
Solusi yang bias menjadi alternative bagi persoalan rendahnya Sumber
Daya Manusia (SDM) di desa Laban yaitu melalui pelatihan dan kursus.
Namun sarana atau lembaga ini ternyata juga belum tersedia dengan baik di
desa Laban bahkan beberapa lembaga bimbingan belajar dan pelatihan yang
pernah ada tidak bias bekembang.
Pelayanan kesehatan adalah hak setiap warga masyarakat dan merupakan
hal yang penting bagi peningkatan kualitas masyarakat ke depan. Masyarakat
yang produktif harus didukung oleh kondisi kesehatan. Salah satu cara untuk
mengukur tingkat kesehatan masyarakat dapat dipilih dari banyaknya
masyarakat yang terserang penyakit. Dari data yang menunjukkan adanya
jumlah masyarakat yang terserang penyakit relatif tinggi. Adapun penyakit
yang sering diderita anatara lain infeksi pernafasan, malaria, penyakit sisitem
otot dan jaringan peningkat. Data tersebut menunjukkan bahwa gangguan
kesehatan yang sering dialami penduduk adalah penyakit yang bersifat cukup
berat dan memiliki durasi yang cukup lama bagi kesembuhannya, yang
diantaranya disebabkan perubahan cuaca serta kondisi lingkungan yang
kurang sehat. Ini tentu mengurangi daya produktifitas masyarakat desa Laban
secara umum.
Daftar Sumber Daya Manusia Table 1.c
No URAIAN SUMBER DAYA MANUSIA
VOLUME SATUAN KETERANGAN
1 Jenis kelamin Kepala
Rumah Tangga
a. Laki-laki 1842 Orang
8. Jasa Pendidikan /
jasa kesehatan / jasa
kemasyarakatan dan
pemerintah
5 %
6 Lapangan Usaha
Penduduk
1. Pertanian (Padi dan
Palawijo)
40 %
2. Perikanan Budidaya 5 %
3. Industry Pengolahan 10 %
4. Bangunan/
konstruksi
10 %
5. Perdagangan 20 %
6. Jasa Pendidikan /
jasa kesehatan / jasa
kemasyarakatan dan
pemerintahan
5 %
7. Peternakan 5 %
C. Kondisi Sosial Agama
Jumlah penduduk tersebut menurut data yang beragam Islam sebanyak
7254 jiwa, data ini saya peroleh dari data potensi desa 2015/2016. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa penduduk desa Laban 80% beragama Islam
dan yang 20% beragama non muslim.4 Terlepas apakah mereka aktif
menjalankan syari’at Islam atau tidak namun mereka mempunyai respon yang
besar terhadap kegiatan kemasyarakatan yang condong Islam, terbukti dengan
data-data yang saya peroleh meeka mempunyai kegiatan rutin sebagai berikut:
Adanya kelompok-kelompok tahlilan, ada dua macam kelompok yaitu:
a. Tahlilan yang diadakan setiap hari minggu malam dan tahlilan dilakukan
di setiap rumah penduduk berdasarkan Rt.
b. Tahlilan akbar yang dilaksanakan di masjid desa Laban yang mengikuti
adalah warga desa Laban yang dilakukan setiap satu bulan sekali.
c. Ada juga tempat bersholawat (diba’an) yang dilakuka oleh anak-anak
kecil setiap seminggu sekali tepatnya pada hari sabtu malam bertempat
dirumahnya setiap anak yang ikut bergiliran.
d. Kegiatan ceramah agama (pengajian) yang diadakan bila memperingati
hari-hari besar Islam seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj dll.
Dalam penyiaran agama Islam di desa Laban terdapat sarana Masjid
Hidayatullah dan Masjid Sabilil Huda. Ke dua Masjid tersebut terletak di desa
Laban namun dari keduanya itu yang digunakan untuk solat jum’at hanyalah
masjid Sabilil Huda. Karena merupakan pusat kegiatan keIslamian dan
peniaran agama Islam.
Lebih dari itu untuk mengetahui kemurnian Islam mereka dapat
diketahui realita yang lain selain mereka juga aktif dalam mengikuti kegiatan
yang berbau keagamaan seprti tersebut mereka juga aktif dalam melaksanakan
acara-acara seperti bersih desa, suro, safar dll.
Selain agama Islam yang merupakan mayoritas di desa Laban ada juga
yang beragama Hindu, hal ini terbukti dengan keberadaan tempat beribadah
Pura terletak di tengah-tengah desa Laban yang bernama “Pura Jagad
Dumadi”.
Di desa Laban yang beragama Hindu ada 150 kepala keluarga. Adapun
ritual orang Hindu dinataranya sebagai berikut:
a. Potong Gigi adalah upacara keagamaan Hindu. Upacara ini termasuk
upacara manusa yadnya yang dilakukan pada saat potong gigi dengan
mengkikis 6 gigi bagian atas yang berbentuk taring. Tujuan dari upacara
ini adalah untuk mengurangi sifat buruk pada diri seseorang.
b. Ngaben adalah upacara pembakaran jenazah. Ngaben merupakan ritual
Puncak upacara ngaben yaitu pada pembakaran keluhuran (Lembu atau
vihara yang terbuat dari kayu atau kertas) besrerta dengan jenazah.
c. Tingkeban (Nujuhbulanan) Upacara tingkeban adalah salah satu tradisi
masyarakat Jawa, upacara ini disebut juga mitoni berasal dari kata pitu
yang artinya tujuh. Upacara ini dilaksanakan pada usia kehamilan tujuh
bulan dan pada kehamilan pertama kaili. Upacara ini bermakna bahwa
pendidikan bukan saja setelah dewasa akan tetapi semnjak benih tertanam
didalam rahim ibu yang sedang hamil di mandikan dengan air kembang
dan disertai doa yang bertujuan untuk memohon kepata Tuhan Yang Maha
Esa agar selalu diberkan rahmat dan berkah sehingga bayi yang akan
dilahirkan selamat dan sehat.
d. Ogoh-ogoh merupakan serangkaian upacara tawur kesanga masyarakat
Hindu. Ogoh-ogoh sebagai lambing sifat-sifat negatife yang harus dilebur
agar tidak menganggu kehidupan manusia.5
D. Kondisi Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Laban yang akan saya
bicarakan berkisar pada mata pencaharian dan partisipasi masyarakat dalam
kehidupan sosial ekonomi.
Mata pencaharian dapat dikelompokkan menjadi:
1. Pertanian
2. Peternakan
3. Perikanan
4. Perdagangan
5. Pertukangan
6. Kepegawaian
Penduduk desa Laban yang mata pencaharian bertani ada area tegal
164,434 Ha. Adapun untuk sawah tanaman padi dan palawijo 123,038 Ha.
Tanaman yang dihasilkan selain padi dan palawijo ada jagung, ubi jalar,
kacang panjang dll. Selain tanaman juga bisa ditanam sperti pohon kelapa,
mangga, pisang dll.
Di desa Laban area perkebunan hanya seluas 54,664 Ha yang berupa
pekarangan. Karena sebenarnya sebagaian besar warga desa Laban bermata
pencaharian sebagai pegawai pabrik dan berdagang.
Tingkat pendapatan rata-rata penduduk desa Laban Rp 1.000.000.
secara umum mata pencaharian warga masyarakat desa Laban dapat
diidentifikasi ke dalam beberapa sektor yaitu pertanian, jasa/dagang, industri,
dll. Berdasarkan data yang ada, masyarakat yang bekerja di sektor pertanian
berjumlah 20 %, yang bekerja disektor jasa berjumlah 5 %, yang bekerja
disektor industri 40 % dan bekerja di sektor lain-lain 35 %.6
6
Kantor desa Laban maupun Balai desa Laban saat ini sudah representif
untuk melayani warga masyarakat, meskipun masih kekurangan rak buku,
meja dan kursi tamu.
Lembaga kemasyarakatan di desa Laban masih perlu ditangani karena
belum mempunyai kantor sendiri yaitu PKK, Karang Taruna, LPMD dan BPD
hal tersebut tidak mengurangi Lembaga tersebut beraktifitas.
Adapun masalah dalam segi potensi kalender musim sebagai berikut:
Kalender Musim
Table 2.a
No Maslah Potensi
1 Kekurangan air bersih Sumber air ada
2 Kekurangan pangan Tanah sawah masih cukup luas
3 Banyak penyakit Dekat dengan klinik dan
puskesmas
4 Banjir Gotong royong warga
5 Angin puyuh -
6 Panen Sulit mencari tenaga kerja
7 Tanam Sulit mencari tenaga kerja
tanam
E. Kondisi Sosial Budaya
Membicarakan tentang sosial budaya yang berkembang dimasyarakat
Laban pasti ada perubahan dinamika politik dan system politik di Indonesia
yang lebih demokratis memberikan pengaruh kepada masyarakat untuk
menerapkan suatu mekanisme poolitik yang dipandanglebih demokratis.
Dalam konteks politik lokal desa Laban hal ini tergambar dalam pemilihan
kepala desa dan pemilihan-pemilihan lain (pilpres, pemilukda, dan pilgub)
yang melibatkan warga masyarakat desa secara umum.
Khusus untuk pemilihan kepala desa Laban sebagaimana tradisi kepaa
desa di Jawa, biasanya para peserta kandidat nya adalah mereka yang secara
trah memiliki hubungan elit kepala desa lama. Hal ini tidak terlepas dari
anggapan masyarakat banyak di desa-desa bahwa jabatan kepala desa adalah
jabatan garis tangan keluarga-keluarga tersebut. Fenomena ini inilah yang
biasa disebut pulung dalam tradisi Jawa bagi keluarga-keluarga tersebut.
Jabatan kepala desa merupakan jabatan yang tidak serta merta dapat
diwariskan kepada anak cucu. Mereka dipilih karena kecerdasan, etos kerja,
sebelum masa jabatannya habis, jika ia melanggar peraturan maupun
norma-norma yang berlaku.
Pada bulan Juli dan November 2013 masyarakat desa Laban juga
dilibatkan dalam pemilihan Gubernur Jawa Timur putara I dan II secara
langsung. Walaupun tingkat partisipasinya lebih rendah dari pada pilihan
kepala desa, namun hamper 70 % daftar pemilih tetap, memebrikan
pilihannya. Ini adalah progres demokrasi yang cukup signifikan di desa
Laban.7
Berdasarkan deskripsi bebrapa fakta diatas, dapat dipahami bahwa
desa Laban mempunyai dinamika political loka yang bagus. Hal ini terlihat
dari segi pola kepemimpinan, mekanisme, pemilihan kepemimpinan, sampai
dengan partisipasi masyarakat dalam menerapkan system politik demokratis
ke dalam kehidupan politik lokal.
Di desa Laban budaya masyarakat Jawa sangat terasa. Desa Laban
dalam hal kegiatan agama Islam misalnya, suasananya sangat dipengaruhi
oleh aspek budaya dan sosial Jawa. Hal ini tergambar dari dipakainya
kalender Jawa/ Islam masih adanya nyadran, slametan, tahlilan, mithoni yang
semuanya merupakan sisi akulturasi budaya Islam dan Jawa.
Dengan semakin terbukanya masyarakat terhadap informasi, hal-hal
lama ini mulai mendapat respon baik dari masyarakat. Hal ini menandai
babak baru dinamika sosial dan budaya, sekaligus tantangan baru bersama
masyarakat desa Laban dalam rangka merespon tradisi lama ini telah
mewabah dan menjamur kelembagaan sosial, politik, agama dan budaya di
desa Laban tentunya hal ini membutuhkan kearifan sendiri.
Dalam catatn sejarah, selama ini belum pernah terjadi bencana alam
dan sosial yang cukup berarti di desa Laban isu-isu terkait dengan itu, seperti
kemiskinan dan bencana alam, tidak smapai pada titik kronis yang
membahayakan masyarakat dan sosial.
Daftar Sumber Daya Sosial Budaya
Table 2.b
No Uraian Sumber Daya Sosial Budaya
Volume Satuan Keterangan
1 Festival Budaya Tari 1 Kali
2 Sedekah Bumi 1 Kali
3 Upacara Adat 2 Kali
5 Kerja Bakti 4 Kali
BAB III
TRADISI SEDEKAH BUMI DI DESA LABAN
KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK
A. Latar Belakang Dilaksanaan Sedekah Bumi
Perkataan "Sedekah Bahasa Arab: ةقدص transliterasi: sadakah adalah
pemberian seorang Muslim kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas tanpa
dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Sedekah lebih luas dari sekadar zakat
maupun infak. Karena sedekah tidak hanya berarti mengeluarkan atau
menyumbangkan harta. Namun sedekah mencakup segala amal atau perbuatan
baik. Dalam sebuah hadis digambarkan, “Memberikan senyuman kepada
saudaramu adalah sedekah.
Makna sedekah yang dimaksudkan dalam hadits adalah segala macam
bentuk kebaikan yang dilakukan oleh setiap muslim dalam rangka mencari
keridhaan Allah SWT. Baik dalam bentuk ibadah atau perbuatan yang secara
lahiriyah terlihat sebagai bentuk taqarrub kepada Allah SWT.
Menurut rumusan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat dalam
bukunya “ Manusia dan Kebudayaan di Indonesia” pengertian slametan
“Selametan adalah suatu upacara makan bersama makanan yang telah
diberi do’a sebelumdibagikan”. (Koentjaraningrat, 1970: 340)
Dengan demikian yang dimaksud dengan slametan diatas adalah upacara
terima kasih atau upacara rasa syukur atau hasil panen pada pada
pelaksanaannya setelah panen. Selametan atau sedekah bumi ini dilakukan
dengan maksud untuk menanggulangi mala petaka yang bakal terjadi baik
yang akan menimpa badannya maupun yang akan menimpa tanamannya,
sebab hamper semua selametan bertujuan untuk memperoleh keselamatan
dengan tidak ada peganggu satu apapun.
Asal-usul tradisi sedekah bumi yang dilaksanakan masyarakat desa Laban
tidak lepas dari cerita rakyat yang terbentuk dalam suatu penuturan yang
terbesar secara lisan dan diwariskan secara turun teumurun kepada masyarakat
setempat. Dalam masyarakat tradisional, cerita rakayat biasanya diyakini akan
kebenarannya, tetapi pada masyarakat yang sudah ada dipengaruhi unsur
kebudayaan modern dan kemajuan zaman, keyakinan itu sudah mulai luntur.
Cerita rakyat pada dasarnya akan selalu tersimpan dalam ingatan. Maka
dalam penyajiannya cerita tersebut tidak memiliki bentuk yang tetap. Ketidak
tetapan tersebut disebabkan ketidak mampuan seseorang yang untuk
mengingat cerita secara lengkap, adanya tuntutan untuk menyelarasikan cerita
nalar antara generasi yang dulu dengan generasi sekarang dalam
meneceritakan sesuatu karena terpengaruh oleh zaman.
Desa Laban memiliki kekayaan alam yang begitu besar dan melimpah
sehingga berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat Laban khususnya
para petani.
Akan halnya dengan desa-desa yang ada di Kecamatan Menganti, desa
Laban juga memiliki kebudayaan warisan nenek moyang yakni tradisi ritual
sedekah bumi yang bersifat sacara pelaksanaanya. Kegiatan tradisi sedekah
bumi ini dilakukan setiap bulan Mei setelah panen padi karena menurut
mereka bulan Mei adalah bulan disaat pergantian musim hujan ke musim
kemarau. Karena tradisi sedekah bumi selalu dinanti masyarakat Laban
sehingga semua warga desa senantiasa datang untuk mengikuti atau
menyaksikan tradisi sedekah bumi ini.
Menurut cerita para penduduk desa Laban, tradisi seperti ini sudah ada
sejak dulu zaman nenek moyang, karena menurut mereka ini adalah warisan
yang patut untuk dilakukan sehingga masyarakat Laban pun meneruskan
tradisi ini karena baik bagi desa mereka.
Berawal dari kepercayaan masyarakat terhadap nenek moyang timbul lah
tradisi sedekah bumi yang sampai sekarang tetap eksis keberadaannya.
tasyakuran panen padi dan melindungi desa dari segala bencana atau mara
bahaya. Dengan lewat tradisi sedekah bumi ini pemerintah desa secara
langsung member wejangan tentang pentingnya bersyukur dan kerja keras
untuk membangun dan meningkatkan perekonomian bangsa dan Negara
umumnya terutama warga desa Laban pada khususnya.
Demikianlah asal-usul timbulnya tradisi sedekah bumi yang ada di desa
Laban yang diadakannya secara turun temurun hingga sekarang masih ada.
B. Waktu dan Tempat
Dalam menentukan waktu pelaksanaan upacara tradisi sedekah bumi yaitu
pada tanggal 29 Mei 2016 yang merupakan dimana tanggal yang sudah
memasuki wilayah musim kemarau dan musim panen bagi warga masyarakat
desa Laban. Setiap tahunnya tanggal yang bertepatan dengan sedekah
berubah-ubah.
Tempat pelaksanaan tradisi sedekah bumi tersebut berada ditengah-tenagh
lapangan desa Laban, namun dikarenakan pada saat itu hujan turun lebat dan
keadaan lapangan yang tidak memadai akhirnya tradisi sedekah bumi
dilaksanakan dibalai desa Laban.1
C. Jalannya Sedekah Bumi
Dua bulan sebelum tradisi sedekah bumi dilaksanakan, bagian seketariat
desa atau administrasi disibukkan dengan segala sesuatu yang menyangkut
surat menyurat. Diantara surat tersebut ditujukan kepada seponsor-sponsor
tetap dan administrasi pemerintah serta yang menyangkut dan yang
berkepentingan dalam hal sedekah bumi.
Satu bulan sebelumnya panitia yang sudah terbentuk atas dasar
musyawarah yang melibatkan kepala desa, kasun, RT dan Rw. Kepanitian
yang sudah dibentuk ini telah mendapatkan persetujuan dari semua pihak
perangkat desa dan warga masyarakat desa Laban. Panitia yang sudah
terbentuk mempunya fungsi dan tugasnya sendiri-sendiri termasuk kebersihan
lingkungan. Petugas keamanan baik hansip atau satpam sudah mulai
mempersiapkan diri dan tenaga yang kuat untuk siap bertugas.
Langkah-langkah yang diambil dalam rangka melaksanakan tradisi
sedekah bumi sebagai berikut:
1. Persiapan Tradisi Sedekah Bumi
Sebagaimana biasa yang sering kita jumpai, ketika akan
menyelanggarakan kegiatan terutama berskala besar perlu diadakan
persiapan-persiapan terlebih dahulu, dengan tujuan agar aktifitas yang akan kita
laksanakan dapat berjalan dengan lancar dan membuahkan hasil seperti yang
Tradisi sedekah bumi ini seperti juga upacara-upacara tradisional lainnya,
langkah pertama adalah dengan membentuk kepanitiaan atas dasar
musyawarah, yang terdiri dari
- Kepala Desa
- Pamong Desa,
- Ketua RT, RW
- Tokoh masyarakat yang dikoordinir langsung oleh Kepala Desa.
Adapun tugas dari kepanitiaan ini adalah mengatur jalannya kegiatan
tradisi dari awal sampai akhir.
Setelah kepanitiaan dibentuk, baru mereka menyusun
persiapan-persiapan apa saja yang perlu dipersiapkan untuk kegiatan upacara tradisi
sedekah bumi, diantaranya adalah pencarian anggaran dana pihak ketua
pelaksana tradisi sedekah bumi sudah mengirimkan proposal untuk
permohonan bantuan dana yang ditujukan kepada :
- RS Surya Medika
Selain mengajukan proposal ketua pelaksana tradisi sedekah bumi juga
Bersih lingkungan dan segala hal yang menyangkut keamanaan dan
kebersihan yang sudah mulai dipersiapkan. Dalam hal ini keamanan pihak
desa selain hansip dan satpam juga tapi para panitia meminta bantuan kepada :
- Petugas Kepolisian Kecamatan Menganti.
- Satuan Keamanan Kecamatan Lakar Santri.
Dalam persiapan upacara tradisi sedekah bumi, selain sibuk ditempat
upacara dilakukan dibalai desa juga disibukkan oleh ibu-ibu warga
masyarakat desa Laban yang mempersiapkan untuk kegiatan tersebut, seperti
memasak, membuat tumpeng, dan lain-lainnya. Semua itu menunjukkan
bahwa tradisi masyarakat desa Laban masih memiliki cirri khas
keramah-tamahan, dengan memberikan jaumuan terhadap tamu yang datang baik warga
desa maupun tamu atau para undangan dari luar desa yang mengikuti kegiatan
tersebut.
Hal biaya secara keseluruhan ditaggung oleh pihak panitia pelaksana
Tradisi Sedekah Bumi seperti sesaji, pakaian seragam, terop, wayang,
masyarakat hanya sebagai pelaksana.
Adapun macam-macam sesaji yang dipersipakan pada upacara tradisi
sedekah bumi diantaranya adalah :
1) Minuman
- Kopi
2) Beras
3) Kelapa Parut
4) Nasi dikepal
5) Telur
6) Kecap
7) Kue-kue
Kue-kue yang disajikan adalah kue khas desa Laban, karena kue
tersebut sudah mnjadi adat yang disetiap tahunnya selalu ada dan tidak boleh
ketinggalan.
8) Bunga yang sudah diambil dari tangkai dan diacmpuri dengan Melati,
Kenanga Merah, Kenanga Putih.2
9) Tumpeng Raksasa, tumpeng ini dibuat oleh para panitia dan warga dari
orang Islam dan Hindu yang ada di desa Laban. Tumpeng ini alasnya
terbuat dari kayu yang bisa dipegang dan diangakat orang banyak.
Karena tumpeng ini hanya terbuat dari buah-buahan dan sayuran
diantaranya adalah:
Buah-buahan :
- Buah Apel
- Bauh Jeruk
- Buah Per
- Buah Anggur
- Buah Semangka Kuning dan Merah
Sayuran :
- Cabai
- Wortel
- Terong
- Kacang Panjang
- Tomat
Perlengkapan sesaji yang seperti itu merupakan sisa-sisa
kepercayaan zaman mitos. Mitos adalah cerita-cerita kuno yang
dituturkan dengan bahasa indah dan isinya dianggap petuah, berguna bagi
kehidupan lahir batin serta dipercayai dan dijunjung tinggi oleh
pendukungnya dari generasi satu ke generasi berikutnya, biasanya mitos
menceritakan perihal kejadian bumi, langit, nenek moyang, manusia,
dewa, dan upacara yang berhubungan dengan keagamaan dan
kepercayaan.
Maksud diselenggarakan sesaji dalam upacara trsebut adalah
mendukung kepercayaan masyarakat terhadap adanya kekuatan Tuhan
Syetan, Demit dan lain-lain. Supaya tidak menganggu keselamatan,
keahagiaan , ketentraman hidup dan kesehatan masyarakat desa Laban
atau sebaliknya yaitu meminta berkah dan perlindungan dari Tuhan Yang
Maha Esa agar menolong dan dijauhkan atau dihindarkan gangguan dari
makhluk halus lainya.
2. Peoses Tradisi sedekah Bumi
Setelah beberapa perlengkapan tradisi sedekah bumi dipersiapkan
maka tradisi tersebut akan segera dimulai. Adapum macam-macam
perlengkapan tersebut diantaranya adalah : sesaji, tumpeng, tumpeng
raksasa desa.
Tradisi sedekah bumi yang ada di desa Laban dilaksanakan setiap 1
tahun sekali setelah panen padi. Pada hari pertama yaitu pada tanggal 28
Mei 2016 dimulai pukul 20.00-23.00 wib biasanya diadakan kegiatan
mele’an (jagongan) disertai dengan tontonan orkes, pada saat hari kedua
tanggal 29 Mei 2016 pukul 11.00-13.30 adalah acara tradisi sedekah bumi
dengan diarak nya tumpeng raksasa beserta kepala desa dan istrinya yang
diiringi dengan alunan musik yang terbuat dari bambu dan gong, alat
tersebut merupakan alat musik orang Hindu yang biasanya dipakai pada
saat arakan ogoh-ogoh.
Warga desa Laban mayoritas beragama Islam, dan minoritas beragam
sehingga dalam aktifitasnya masih mengacu pada buday-budaya yang
telah diwariskan oleh nenek moyang.
Kepercayaan masyarakat desa Laban pada hal-hal yang lain sudah
begitu menangkar yang sangat sulit untuk dihilangkan. Sehingga kalau
tradisi sedekah bumi tidak diadakan, maka akan terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti panen rusak, bahaya kelaparan, dan lain sebagainya.
Puncak keramaian dari proses jalannya tradisi sedekah bumi adalah
pada saat datangnya hari pelaksanaan. Karena disaat itu segenap panitia
sekaligus bersama stafnya berkumpul di Balai Desa dalam rangka
menyambut datangnya Bapak Kepala Desa beserta Istrinya diiringi dengan
alunan music tradisional dengan diaraknya tumpeng raksasa yang terbuat
dari buah-buahan segar.
Adapun susunan acara tradisi sedekah bumi diantaranya adalah:
1) Pembukaan
2) Pembacaan Do’a
3) Sambutan-sambutan :
- Bapak Kepala Desa Laban
- Panitia Pelaksana Tradisi Sedekah Bumi
4) Pembacaan dan penjelasan tentang tradisi sedekah bumi (ikrar)
Sebagaimana Ikrar yang telah dibacakan pada waktu slametan
Nyelani atur dumateng sederek sepuh utawi enom sedoyo
kulo sa’dremi nglanteraken hajatipun sederek jaler mila
istri sedoyo wau caos muli matur kanjeng eyang sekalian pramilo dipun muli metri dipun suweni suap pandunganipun, rahayu wilujeng, wilujengo anggenipun
sami satu gregriyo, wilujeng sa’kluarganipun sedoyo wilujengo sa’kluarganipun sedoyo, wilujengo sak pola
tingkahipun sampun wonten alangan satunggal punopo kajawi sangking punikoingkah wayah kolo rumiyen
karibetan pengglih sa’kelebete karibetan penggalih
ingkang wayah suwun idilantaran kanjeng eyang sekalian panembahan sampun kedatengan lan kinabulan panyuwuni pun ingkang wayah sedoyo sami sowan dateng ten balai deso sekalian panembahan mawi wilujeng.
Sedoyo wau kagem saos dahar kajeng eyang sekalian
sa’rene sampun kedateng sedoyo pikajengipun ingkang
wayah sedoyo sami angleksanani nadaripuin ing dinten puniko mugi kanjeng eyang sekalian kreso nrimo sampon ngantos nagih tampo nyambut sageto luar ing dinten puniko kajawi sangking puniko ingkang wayah sedoyo
sami idi anggenipun pados sandang lan pangan sa’lami
nipun mugi sageto gampang gangsar pados sandang lan panen pari mugi lancar, drajatipun sageto semulur kebejanipun sageto kedateng sedoyo panyuwuni.
Ingkah wayah sedoyo sami ngabekti wonten ing pesarean balai deso nipun kanjeng eyang panembahan sekalian. Dawuhi pun kanjeng eyang sekalian mugi kanjeng eyang dipun dawuhi nyoto idi ingkang bade kecadong asto kaleh
kaembon sa’laminipun gesang ingkang wayah sedoyo
sageto tetepo imanipun mentepo panggenanipun langgeng
sami griyo geriyo sa’laminipun sa’kluarganipun sedoyo
anggenipun sami ngabekti dating eyang skalian lan Tuhan Yang Maha Esa.
Terjemahannya sebagai berikut :
dalam berkeluarga, semoga sehat seluruh kluarganya, selamat dalam melakukan seluruh kegiatan tidak ada halangan sesuatupun kecuali dari pada itu semua ananda dulu mempunyai masalah-masalah dalam kebingunan ananda minta lewat nenk moyang panembahan sekalian karena sudah terkabul seluruh permintaan anda, kami semua datang untuk persembahan dengan selamat di balai desa. Semua ini disajikan sebagai sajian kepada nenek moyang.
Berhubung sudah tecapai semua keinginan kami semua melaksanakan nadar di hari ini semoga nenek moyang memberikan keberkahan kepada panen padi kami semua.
Kami meminta do’a restu dalam mencari nafkah sandang,
pangan selama-lamanya, dapat meningkatkan derajatnya dan mendapatkan keuntungan-keuntungan serta dapat terkabul semua keinginannya.
Semoga kami semua selalu diberi kesehatan, diberikan panen padi yang baik dan desa ini terhindar dari bahaya atau bencana apapun. Maka kita wewujudkan rasa syukur ini kepada arwah leluhur dan Tuhan Yang Maha Esa dengan mengadakan trdisi sedekah bumi.
5) Slametan dilanjutkan dengan pembagian tumpeng yang telah dibawa
masyarakt dari rumah untuk dimakan bersama-sama dibalai desa yang
diikuti bapak-bapak, anak kecil maupun ibu-ibu.
6) Pembagian Hadiah Kupon
7) Slametan dilanjutkan dengan pembagian tumpeng yang sudah dibawa
oleh warga. Pembagian tumpeng tersebut dibagikan kepada orang
yang berada disekitar balai desa maupun warga yang dari luar desa
Laban yang menyaksikan acara tradisi sedekah bumi tersebut.
Setelah serangkaian acara tradisi sedekah bumi tersebut
berkahir barulah tumpeng raksasa tadi menjadi rebutan
warga-warga pengunjung yang hadir dibalai desa. Pada saat malam
harinya dilanjutkan dengan tontonan wayang.3
Pegelaran Wayang kulit dimaksudkan agar semua permintaan
mereka dikabulkan, karena wayang disini merupakan sarana yang
digunakan sebagai penghubung antara mereka dengan Tuhan Yang
Maha Esa. Pagelaran wayang ini ditayangkan semalam suntuk
sampai pagi subuh, karena mereka beranggapan bahwa waktu
malam itulsh yang baik untuk berdo’a sehingga akan dengan
mudah permintaan mereka didengarkan.
Penutupan dilanjtukan dengan so’a selamat :
َح َ يْن دلا ىِف َنِت َا َنبَ
ِةَنَس
ِةَنَسَح ِةَ ِخ آا ىِفَو
ِ نلا َ اَ َع َنِقَو
Artinya :
“Ya Tuhan Kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan diakhirat dan
periharalah kami dari siksa api neraka. “
BAB IV
BEBERAPA SEGI AKULTURASI PADA SEDEKAH BUMI
DI DESA LABAN
Ditengah-tengah masyarakat ada satu anggapan cukup kuat tentang sedekah
bumi yang sudah menjadi tradisi masyarakat Laban dan berkembang sampai sekarang
ini adalah merupakan produk sinkritisasi keyakinan atau kepercayaan yang bersumber
dari berbagai agama baik dari keyakinan Animisme dan Dinamisme, maupun juga
agama-agama yang datang kemudian seperti Hindu, Budha dan Islam.
Persepsi semacam ini kiranya cukup beralasan, sebab sejarah juga
membuktikan bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya dan Jawa khusunya
adalah suatu masyarakat yang mengalami penempatan dan berbagai agama kemudian
agama tersebut menjadi pegangan hidup bagi segenap bangsa dan masyarakat
nusantara.
Dari berbagai macam agama yang berkembang khusunya di pulau Jawa dan
Indonesia pada umunya, yang diawali pertama kalinya oleh agama Hindu dan Budha
(kurang lebih sekitar abad ke-4 M, dua abad sebelum Nabi Muhammad SAW di
lahirkan).1 Kemudian diikuti selanjutnya oleh agama Islam yang dating kira-kira abad
ke-6 atau abad ke-7 M.2 Dari sini lalu timbul suatu bentuk perpaduan budaya agama
1
Hamka, Sejarah Umat Islam Jilid IV (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), 26. 2
corak sifatnya. Hal ini yang kemudian oleh para ahli ilmu diistilahkan dengan sebutan
proses akulturasi. Sebagaimana yang dikatakan oleh bapak Ali Murtopo bahwa yang
sesungguhnya terjadi di Indonesia setelah masuknya pengaruh Hindu secara cultural
adalah yang kita kenal dengan nama Akulturasi. Artinya masyarakat dan kebudayaan
Nusantara tetap sebagai suatu subyek yang berkembang memperkaya diri dengan
unsur-unsur kebudayaan Hindu.3
Dari akulturasi budaya semacam itu, kemudian mengendap menjadi suatu
kepercayaan yang mentradisi secara turun temurun dari generasi ke generasi hingga
sekarang ini. Demikian pula dengan tradisi sedekah bumi yang dilakukan oleh
masyarakat desa Laban .
Masyarakat sebagai bagian dari masyarakat Jawa dan Indonesia pada
umumnya yang kesemuanya itu tidak dapat dipisah-pisakhan. Dalam dinamika
budaya dan tradisi senantiasa diwarnai pula oleh gerakan perkembangan budaya dan
tradisi yang terjadi di Jawa atau Indonesia secara luas,
Proses dinaminasi budaya dan tradisi khususnya Jawa dan nusantara pada
umumnya diperkaya oleh berbagai agama yang masuk ke Indonesia seperti dikatakan
oleh bapak Ali Murtopo sendiri yang anatar lain sebagai berikut :
Harus diakui bahwa baik Hindu maupun agama Islam ikut memperkaya an masyarakat dan kebudayaan Nusantara, khususnya dibidang religi, bidang kemayarakatan, serta dibidang kesenian. Selain itu ada juga
kelompok yang dating bersama kaum penjajahan Kristen atau kelompok Khatolik.4
Kebudayaan itu sendiri pada dasarnya adalah tradisi dari gagasan-gagasan
atau ide-ide sebagai subyek utama yang kemudian tertuang dalam karya-karya nyata
pada perilaku manusia, maka cara untuk mengetahui dan memahami unsur-unsur
akulturasinya tidak ada cara lain kecuali harus memahami simbol-simbol atau
perilaku nyata pada gerak kehidupan manusianya. Budiono Herusatoto dalam hal
simbol budaya ini mengatakan :
Kebudayaan sendiri terdiri dari gagasan-gagasan, simbol-simbol, dan nilai-nilai sebagai hasil karya dan perilaku manusia. Sehingga tidaklah berlebih apabila dikatakan bahwa begitu eratnya kebudayaan manusia dengan simbol-simbol, sehinggga manusia dapat pula disebut sebagai mahluk bersimbol. Dengan perkataan lain dunia kebudayaan adalah dunia penuh simbol. Manusia berfikir dengan berperasaan dan bersikap dengan ungkapan-ungkapan yang simbolis.5
Untuk memudahkan dalam pembahasan ini maka akan diuraikan sedemikian
rupa sesuai dengan segi-segi yang ada pada tradisi sedekah bumi dimana
selengkpanya adalah sebagai berikut :
A. Dasar Tradisi Sedekah Bumi
Sebagaimana telah disebutkan dalam bab sebelumnya ( Bab III ) bahwa yang
menjadi dasar tradisi sedekah bumi adalah mengikuti kebiasaan orang-orang
terdahulu. Mereka beranggapan bahwa tradisi sedekah bumi adalah warisan dari
leluhur mereka yang harus dilestarikan dan dilaksanakan. Jika tidak dilaksanakan
4
Ibid., 27. 5
maka akan membawa bencana besar bagi desa mereka. Salah seorang ibu Supiani
di desa Laban mengatakan bahwa :
Tradisi yang biasa dilaksanakan masyarakat desa Laban adalah mengikuti kebiasaan-kebiasaan dari orang-orang tua terdahulu sehingga kami tidak dapat meninggalkannya, apalagi meninggalkan hal yang demikian itu takutnya akan membawa membawa malapetaka atau bencana bagi kami seperti timbulnya wabah penyakit, hama merusak tanaman atau bencana yang lain semua itu kami hindarikan dengan melaksanakan upacara tradisi sedekah bumi.6
Bagi realitas tersebut tampak bahwa masyarakat desa Laban masih
begitu kuat keyakinan terhadap pelaksanaan tradisi sedekah bumi sebagai
penolak bala’. Artinya mereka berkeyakinan terhadap roh-roh halus,
mahluk-mahluk halus yang mampu mempengaruhi kehidupan mereka. Dengan
demikian maka dapat ditegaskan bahwa kepercayaan Animisme dan
Dinamisme yang merupakan kepercayaan Hindu sesuai dengan pernyataan
yang mengatakan bahwa :
Tempat rakyat bersandar dan mempercayai diri tetaplah Brahmana, kasta tertinggi dalam pembagian caturwarna. Kitab suci rakyat Hindu tetap Weda. Kepercayaan akan banyak Dewa dan berbagai macam mahluk halus lainnya tetap pula berlangsung.7
Kepercayaan tersebut sangat dominan mendasari pelaksanaan tradisi
sedekah bumi di desa Laban tersebut. Tradisi sedekah bumi yang biasanya
dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya Jawa khususnya
adalah merupakan pengembangan dari budaya Maulid Nabi, namun
6
masyarakat desa Laban tradisi tersebut mengalami perkembangan yang
akhirnya sebagai dasar pokok tradisi itu adalah sudah mengalami sinkritisasi,
baik dari Hindu ataupun Islam.
B. Tujuan Tradisi Sedekah Bumi
Ditinjau dari latar belakang sejarahnya, dimana tradisi itu pada mulanya
bertujuan yang tadinya bersifat menghormati setelah itu berupa menjadi meminta
perlindungan dari berbagai malapetaka, dan ditimpahkan berkah panen nya agar
semakin meningkat rizqinya, sesuai dengan hasil wawancara adalah :
“setiap diadakan tradisi sedekah bumi saya selalu membuat sesajen untuk diletakkan dibalai desa, didepan tempat tontonan ludruk, dan diberikan kepada sinden, dengan alasan sebagai syarat supaya tidak terjadi apa-apa dan dilancarkan semua urusan”
Dari uraian diatas maka dapat ditarik pengertian bahwa ditinjau dari
tujuan sedekah bumi, maka tradisi sedekah bumi tersebut mengalami dan
merupakan akulturasi budaya dari agama Hindu. Sebab kepercayaan terhadap
kekuatan gaib yang bias memberikan perlindungan dan pertolongan terhadap
kelangsungan hidup manusia. Maka kepercayaan ini identik dengan kepercayaan
agama Hindu yang mempercayai adanya mahluk halus yang banyak merugikan
C. Pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi
Ditinjau dari pelaksanaan tardisi sedekah bumi yang terjadi dan
dilaksanakan oleh masyarakat desa Laban tidak luput dari asimilasi
bermacam-macam agama yang ada di Indonesia yaitu Islam dan Hindu. Hal ini dapat dilihat
pada rangkaian acara meliputi :
- Kirap sesaji dimana pelaksanaan tradisi ini lebih diperkaya dengan sesaji yang
semuanya itu dipersembahkan kepada arwah para leluhur.
Hal ini adalah merupakan buadaya yang diambil dari agama Hindu yang
dimaksudkan untuk mempengaruhi para Dewa agar berkenan menolong manusia,
dalam faham agama Hindu.8
Pertunjukan wayang, pada mulanya Wayang adalah hiburan bagi
masyarakat dalalm rangkaian acara tersebut, namun kenyataan yang terjadi dalam
prakteknya adalah sebagai penolak bala’.9 Pertunjukan wayang telah kita lihat
sebagai upacara kepercayaan bangsa Indonesia yang mula-mula dengan tujuan
menolak bala’. Sesuailah pernyataan ini dengan pendapat H. Muh Said dalam
bukunya yang antara lain mengatakan :
Pertunjukan wayang telah kita lihat sebagai tradisi kepercayaan bangsa Indonesia yang mula-mula dengan tujuan menolak bala’.
8
Orang Hindu mula-mula datang ke Indonesia kira-kira pada permulaan
Masehi untuk bermacam-macam tujuan antara lain untuk mengembangkan
agamnya dan berdagang. Yang baik dan yang buruk menurut etika Hindu ini
disampaikan dalam bentuk lakon pertunjukan wayang biarpun kurang disadari
oleh penonton.
Bahwa terjadinya pelaksaan tradisi sedekah bumi ini terjadi
penyimpangan disebabkan karena kurangnya pendidikan agama, pada dasarnya
setiap individu sejak lahir telah memiliki fitrah tauhid yang dapat tumbuh dan
berkembang baik menuju kesempurnaan, lalu mengenai perkembangan
berikutnya tergantung pada pendidikan selanjutnya.
Bahkan sebelum manusia lahir ke dunia, Allah telah mendidiknya tentang
ajaran Islam dan Tauhid sebagaimana firman Allah dalam surat al-A’raf ayat 172
-173:
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa