• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRADISI SEDEKAH BUMI DI DESA LABAN KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK : STUDI AKULTURASI ISLAM DAN HINDU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TRADISI SEDEKAH BUMI DI DESA LABAN KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK : STUDI AKULTURASI ISLAM DAN HINDU."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh

Muafa Erni Vidyawati A02212075

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Tradisi Sedekah Bumi Di Desa Laban Kecamatan

Menganti Kabupaten Gresik “Studi Akulturasi Islam dan Hindu”. Sedangkan

fokus masalahnya adalah (1) Bagaimana tradisi sedekah bumi Desa Laban

Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik itu dilaksanakan? (2) Segi apa saja yang

berakulturasi dalam tradisi sedekah bumi Desa Laban Kecamatan Menganti

kabupaten Gresik?

Dalam menjawab rumusan masalah tersebut penulis menggunakan motedoe

kebudayaan yang meliputi lokasi penelitian dan pengumpulan sumber.

Pendekatan Antropologi serta teori Akulturasi. J. Powel mengungkapkan bahwa

akulturasi dapat diartikan sebagai masuknya nilai-nilai budaya asing ke dalam

budaya lokal tradisional. Sehingga dari pendekatan itu dapat dilihat apa saja yang

terkait dalam upacara tradisi sedekah bumi. Serta dapat melihat akulturasi Islam

dan Hindu yang terdapat dalam tradisi sedekah bumi tersebut.

Maka dari hasil yang penulis simpulkan bahwa Tradisi Sedekah Bumi

Akulturasi Islam dan Hindu mempunyai fungsi sebagai seorang manusia kita

harus senantiasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. (1) Tradisi sedekah

bumi di desa Laban dilaksanakan ketika pada saat musim panen padi yang

dilaksanakan pada bulan Mei. (2) Macam-macam sesaji berupa beras maupun

kelapa. Ini merupakan perpaduan antara Islam dan Hindu (macam-macam sesaji).

Pertunjukan yang merupakan serangkaian dari pelaksanaan tradisi sedekah bumi

tersebut adalah unsur-unsur dari agama Hindu. Do’a-do’a yang dibacakan ketika

(7)

ABSTRACT

This thesis entitled The tradition of Alms Earth Menganti In the village of

Laban District of Gresik "Acculturation Study of Islam and Hinduism". While the

focus of the problem is (1) How did the tradition of alms earth Laban village

Menganti District of Gresik conducted? (2) Segi what acculturated in the tradition

of alms earth Laban village Menganti District of Gresik?

In answer to the problem formulation, the author uses motedoe culture that

includes the location of research and gathering resources. Anthropological

approaches and Acculturation theory. J. Powel revealed that acculturation can be

interpreted as the entry of foreign cultural values into traditional local culture. So

from that approach can be seen what is involved in traditional ceremonies earth

alms. And can see the acculturation of Islam and Hindu traditions contained in the

earth alms.

So from the results that the authors conclude that the tradition of Alms

Earth Acculturation Islam and Hinduism has a function as a human being we

should always give thanks to God Almighty. (1) The tradition of alms earth in the

village of Laban held at a time when the harvest season of rice held in May. (2)

Various offerings of rice and coconut. It is a blend of Islamic and Hindu (assorted

offerings). The show is a series of implementation alms tradition of the earth are

the elements of Hinduism. Prayer-prayer that was read when the execution of the

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… i

PERNYATAAN KEASLIAN ……….. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… iii

PENGESAHAN ………... iv

MOTTO ……… v

PERSEMBAHAN ……… vi

ABSTRAK ……… vii

ABSTRAC ……… viii

PEDOMAN TRANSLITERASI……… ix

KATA PENGANTAR ………. x

DAFTAR ISI ……… xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Rumusan Masalah ……… 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan ………. 7

(9)

E. Penelitian Terdahlu ……….. 8

F. Metodologi Penelitian ……….. 9

G. Sistematika Pembahasan ……….. 12

BAB II : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DESA LABAN KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK A. Letak Geografis ………. 14

B. Sistem Pemerintahan Desa Laban ………. 16

C. Kondisi Sosial Agama ……… 25

D. Kondisi Sosial Ekonomi ………. 27

E. Kondisi Sosial Budaya ……… 30

BAB III : TRADIS SEDEKAH BUMI DI DESA LABAN KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK A. Latar Belakang Dilaksanakan Sedekah Bumi ……… 34

B. Waktu dan Tempat ……….. 37

C. Jalannya Sedekah Bumi ……….. 38

1. Persiapan Tradisi Sedekah Bumi ………. 38

2. Proses Tradisi Sedekah Bumi ……….. 43

(10)

A. Dasar Tradisi Sedekah Bumi ……… 51

B. Tujuan Tradisi Sedekah Bumi ……….. 52

C. Pelaksanaa Tradisi Sedekah Bumi ……….... 53

D. Kelengkapan Tradisi Sedekah Bumi ………. 55

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 58

B. Saran ……… 59

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Suatu kenyataan bahwa masyarakat Indonesia memiliki berbagai macam adat

dan kebudayaan yang berbeda, karena masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai

macam suku bangsa termasuk agamapun banyak aliran yang berkembang.

Nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang tumbuh di dalam masyarakat

berguna untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan. Nilai-nilai dan

norma-norma itu dibentuk sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, yang

pada akhirnya menjadi adat istiadat. Adat istiadat diwujudkan dalam bentuk tata

upacara.

Kebudayaan memiliki unsur-unsurnya secara universal, yang saling terkait

satu dengan yang lainnya dalam membentuk corak kebudayaan secara

keseluruhan, sesuai dengan potensi, fungsi, dan sifat dari unsur-unsur dan

hubungan-hubungan diantara unsur-usnur tersebut. Unsur-unsur universal

mencakup:

1. Sistem bahasa

2. Sistem pengetahuan

3. Sistem keyakinan (religi)

4. Sistem kekerabatan dan organisasional

(12)

6. Sistem teknologi

7. Sistem kesenian1

Dari unsur-unsur keudayaan sudah menjadi bagian dari tiga wujud kebudayaan

yaitu wujudnya yang berupa sistem budaya, sosial dan berupa unsur-unsur

kebudayaan fisik.2

Tradisi adalah kebiasaan nenek moyang yang masih dijalankan oleh

masyarakat saat ini. Tradisi agama banyak ditemukan dibeberapa daerah di

Indonesia. Tradisi bahasa Latin : tradio “diteruskan” atau kebiasaan dalam

pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama

dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari

suatu Negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang mendasar dari

tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik

tertulis atau lisan, karena tanpa adanya ini suatu tradisi dapat punah.

Islam menyuguhkan tradisinya di Jawa dengan upacara-upacara seperti

Maulid Nabi, Rajab, Suro dan lain sebagianya. Namun masyarakat Jawa selalu

mengkaitkan tatacara upacara aslinya. Yaitu slametan dan nyadran untuk

menghormati nenek moyang mereka dalam rangka mendapatkan berkah.

Masyarakat Jawa adalah masyarakat yang sikap hidupnya mendasarkan

kepada adat-istiadat, yaitu tatacara hidup yang diwariskan oleh lingkungannya

1

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: PT: Rineka Cipta. 1990), 203-204. 2

(13)

sejak berabad-abad lamanya. Sebelum agama Hindu dan budha masuk, masyarakat

Jawa didalam menaggapi alam lingkunnya, selalu memandang bahwa benda-benda

mempunyai daya hidup dan mempunyai kekuatan yang berpengaruh terhadap

hidup dan kehidupannya, yang kemudian disebut animism-dinamisme.

Berbagai macam upacara adat yang terdapat di dalam masyarakat pada

umumnya dan masyarakat Laban khusunya adalah merupakan pencerminan bahwa

semua perencanaan, tindakan, dan perbuatan telah diatur oleh tata nilai luhur. Tata

nilai luhur tersebut diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi

berikutnya. Perubahan-perubahan tata nilai menuju perbaikan sesuai dengan

tuntunan zaman. Yang jelas bahwa tata nilai yang dipancarkan melalui tata

upacara adat merupakan manifestasi tata kehidupan masyarakat Jawa yang serba

hati-hati agar dalam melaksanakan segala sesuatu mendapatkan keselamatan baik

lahir maupun batin.3

Dalam kehidupan keberagamaan, kecenderungan untuk mengakomodasi Islam

dengan budaya Jawa sempat melahirkan kepercayaan-kepercayaan serta

upacara-upacara ritual seperti upacara-upacara sedekah bumi.

Tradisi Sedekah Bumi merupakan salah satu adat berupa prosesi seserahan

hasil bumi dari masyarakat kepada alam. Tradisi ini biasanya ditandai dengan

pesta rakyat yang diadakan di balai desa atau di lahan pertanian maupun

tempat-tempat yang dianggap sakral oleh masyarakat. Tradisi ini sudah berlangsung turun

3

(14)

termurun dari nenek moyang kita, dan berkembang di Pulau Jawa, terutama di

wilayah yang kuat akan budaya agraris.4

Di Jawa peneyebaran agama Islam dihadapkan kepada dua jenis lingkungan

budaya kejawen, yaitu lingkungan budaya istana (Majapahit) yang telah menyerap

unsur-unsur Hinduisme dan budaya pedesaan (wong cilik) yang masih hidup

dalam bayangan animism-dinamisme. Ini dapat dilihat dengan hasil peninggalan

orang-orang dahulu misalnya Candi Borobudur, Candi Penataran di Blitar dan

lain-lain.5

Sedekah Bumi adalah salah satu upacara tradisional untuk mengungkapkan

rasa syukur kepada Sang Pencipta. Tradisi ini masih banyak kita jumpai pada

masyarakat di daerah pedesaan, yang kehidupannya ditopang dari sektor pertanian.

Tradisi Sedekah Bumi ini menjadi sarana ucapan terima kasih warga setempat

kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang diberikan. Seluruh

penduduk berkumpul dengan penuh suka cita untuk mengungkapkan rasa terima

kasih mereka melalui berbagai kegiatan ritual keagamaan dan pesta rakyat. Bagi

masyarakat Jawa khususnya para kaum petani, Tradisi sedekah bumi bukan

sekedar rutinitas atau ritual yang sifatnya tahunan. Akan tetapi, tradisi sedekah

bumi mempunyai makna yang mendalam. Selain mengajarkan rasa syukur tradisi

sedekah bumi juga mengajarkan pada kita bahwa manusia harus hidup harmonis

dengan alam semesta. Ritual sedekah bumi inilah yang menurut mereka sebagai

4

Soekmono, Pengantar Sejarah kebudayaan Inonesia Jilid II (Jakarta: Kanisius, 1990), 28. 5

(15)

salah satu simbol yang paling dominan bagi masyarakat Jawa karena menunjukan

rasa cinta kasih sayang dan sebagai penghargaan manusia atas bumi yang telah

memberi kehidupan bagi manusia. Sehingga dengan begitu maka tanah yang

dipijak tidak akan pernah marah seperti tanah longsor dan banjir dan bisa

bersahabat bersandingan dengan masyarakat yang menempatinya.

Menurut, Koentjaraningrat akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila

kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing

yang berbeda. Syarat adanya terjadi proses akulturasi adalah adanya persenyawaan

(affinity) yaitu penerimaan kebudayaan tanpa rasa terkejut, kemudian adanya

kseragaman (homogenity) seperti nilai baru yang tercerna akibat keserupaan

tingkat dan corak budayanya.

Akultuasi terjadi melalui kontak budaya yang diantaranya yaitu kontak

sosial pada seluruh lapisan masyarakat, sebagian masyarakat, atau individu dalam

dua masyarakat. Hasil akulturasi budaya ditentukan oleh kekuatan dari setiap

budaya. Semakin kuat suatu budaya maka akan semakin cepat penyebaraannya.

Akulturasi di Indonesia terdiri dari beberapa proses diantaranya yang

pertama subtitusi yakni proses yang mengganti unsur budaya tradisional dengan

unsur budaya modern yang lebih memudahkan masyarakat. Kedua originasi yakni

proses masuknya budaya modern yang benar-benar baru dan belum dikenal

(16)

Seperti akulturasi di desa Laban yakni Sedekah Bumi. Acara dipusatkan di

tengah-tengah balai desa Laban. Pada acara tersebut, seluruh masyarakat Laban

harus hadir. Tujuannya untuk keselamatan bersama dan masyarakat pun membawa

nasi kuning, nasi putih dan jajanannya seperti onde-onde, kucur, renginang, ketan,

kocor, apem, wingko dll.6

Sedekah Bumi diadakan dan masing-masing warga diminta membawa

sesaji dari rumah. Sesaji itu merupakan simbol permohonan keselamatan

masyarakat kepada Tuhan Yang Mahaesa. Inti Sedekah Bumi itu untuk

menghindarkan masyarakat dari bencana sekaligus sebagai bentuk perseduluran

antar warga.

Ritual yang diadakan menampilkan hiburan seperti wayang kulit. tradisi

ditutup dengan doa bersama yang dipimpin tokoh-tokoh agama, baik dari agama

Hindu maupun Islam. Sedekah bumi merupakan bagian dari budaya yang

berkembang dalam masyarakat Laban. Tradisi tersebut merupakan akulturasi

kebudayaan dan agama.

A.Rumusan Masalah

Dalam pembatasan masalah dan perumusan masalah ini, penulis akan

membatasi yang disesuaikan judul, Trdaisi Sedekah Bumi di Desa Laban

Kecamatan Menganti Gresik “Studi Akulturasi Islam dan Hindu”. Kajian ini

6

(17)

dibatasi dengan pembahasan yang bersifat kohesif dan terfokus, sehingga tidak

keluar dari masalah apa yang tertulis. Berikut masalah peneliti ini dibuat:

1. Bagaimana tradisi sedekah bumi Desa Laban Kecamatan Menganti Kabupaten

Gresik itu dilaksanakan?

2. Segi apa saja yang berakulturasi dalam tradisi sedekah bumi Desa Laban

Kecamatan Menganti kabupaten Gresik?

B.Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Ingin mengetahui kondisi masyarakat agama Islam dan Hindu.

2. Untuk mengetahui juga akultursi apa saja yang ada dalam tradisi sedekah bumi

tersebut.

3. Untuk menambah khazanah kepustakaan Sejarah Islam.

C. Pendekatan dan Kerangka Teori

Suatu hal yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya adalah

akal. Dengan akalnya manusia mampu berbudaya, sehingga kelangsungan

hidupnya bisa berlanjut. Sesuai dengan orientasi di atas, penulis menggunakan

pendekatan antropologi. Antropologi yaitu ilmu yang mempelajari makhluk

anthropos atau manusia, merupakan suatu integrasi dari beberapa ilmu yang

masing-masing mempelajari suatu komplek masalah-masalah khusus mengenai

(18)

agama dengan cara melihat wujud praktek yang tumbuh dan berkembang dalam

masyarakat wujud praktek keagamaan yang dimaksudkan di sini adalah tentang

tradisi-tradisi atau upacara-upacara yang dijalankan oleh masyarakat muslim dan

Hindu di laban Menganti Gresik Tradisi Sedekah Bumi.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori akulturasi. J. Powel

mengungkapkan bahwa akulturasi dapat diartikan sebagai masuknya nilai-nilai

budaya asing ke dalam budaya lokal tradisional. Budaya yang berbeda itu bertemu,

yang luar mempengaruhi yang telah mapan untuk menuju suatu keseimbangan.7

Koentjaraningrat juga mengartikan akulturasi sebagai suatu kebudayaan dalam

masyarakat yang dipengaruhi oleh suatu kebudayaan asing yang demikian berbeda

sifatnya, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tadi lambat laun diakomodasikan

dan diintegrasikan ke dalam kebudayaan itu sendiri tanpa kehilangan kepribadian

dan kebudayaannya.8

D.Penelitian Terdahulu

1. Peneliti Agus Atiq Murtadlo “Akulturasi Islam dan budaya Lokal dalam tradisi

upaca sedekah laut di pantai teluk penyu kabupaten Cilacap”. Fokus peneliti ini

adalah akulturasi Islam dan budaya lokal.

7

W.M. Bakker SJ, Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Kanisius, 1984), 115.

8

(19)

2. Peneliti Ma’rifah “Upaya Dakwah K.H. Zaini Rasyid dalam mengubah Upacara

Ritual Sedekah Bumi di Desa Tebuwung Kecamatan Dukun Kabupaten

Gresik”. Fokus Peneliti ini adalah upaya dakwah dalam mengubah upacara

ritual sedekah bumi.

Sementara penulisan skripsi ini yang berjudul “Tradisi Sedekah Bumi di

desa Laban Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik “Studi Akulturasi Islam dan

Hindu” ini penulis mengungkap keberadaan tradisi sedekah bumi di desa Laban

Kecamatan Menganti karena terdapat segi Akulturasi antara masyarakat Islam dan

Hindu.

E.Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Laban Kecamatan Menganti kabupaten

Gresik. Subyek penelitian skripsi ini adalah masyarakat desa Laban dan tokoh

agama yang ada di desa Laban.

2. Pengumpulan Sumber

Tahapan pertama dalam penelitian sejarah megumpulkan

informasi-informasi yang terkait dengan penelitian yang akan dibahas. Untuk itu pada

tahap ini dilakukan cara-cara pengumpulan sumber sebagai berikut:

a. Metode observasi atau pengamatan dilakukan agar dapat memebrikan

(20)

kebiasaan masyarakat setempat. Di samping itu metode observasi juga

digunakan sebagai langkah awal yang baik untuk menjalin interaksi sosial

dengan tokoh masyarakat dan siapa saja yang terlibat dalam penelitian ini.

b. Metode interview atau wawancara dilakukan dengan bertatap muka dan

mendengarkan secara langsung informasi-informasi dan

keterangan-keterangan. Penulis melakukan tanya jawab secara langsung kepada

pelaku, orang yang mengetahu tentang akulturasi Islam dan Hindu.

Menurut prosedurnya penulis melakukan wawancara bebas terpimpin yaitu

kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin dengan menyusun

pokok-pokok permasalahan, selanjutnya proses wawancara berlangsung

mengikuti situasi.

c. Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu

jenis data primer dan data sekunder. Jenis data adalah akulturasi serta

tindakan orang yang diwawancarai dan diamati. Hal ini dapat dikatakan

data primer karena diperoleh dan dikumpulkan dari sumber pertama. Data

primer yang berasal dari wawancara mendalam berkaitan dengan informan

kunci, yakni orang yang dianggap tahu dan orang sebagai pelaku tentang

dilaksanakannya akulturasi Islam dan Hindu. Selanjutnya data sekunder

adalah dokumen, buku yang ada kaitannya dengan masalah ini, serta

(21)

d. Bahan dan Sumber

Untuk memperoleh data dalam penulisan skripsi ini, maka penulis

menggunakan sumber-sumber diantaranya:

1) Sumber kepustakaan (data literatur)

Sumber yang digunakan untuk mencari teori tentang masalah-masalah

teoritis yang diteliti, yaitu mencari kepustakaan dari buku-buku serta

tulisan-tulisan lainnya yang ada hubungannya dengan pembahasan

dalam skripsi ini.

2) Sumber Lapangan (data empiris)

Sumber data ini dari lokasi penelitian yaitu desa Laban Kecamatan

Menganti kabupaten Gresik.

a) Informan adalah individu-individu yang memiliki beragam posisi,

sebagai mempunyai akses sebagai informan yang dibutuhkan

peneliti. Adapun informan dalam penelitian ini terdiri dari tokoh

masyarakat, aparat desa dan masyarakat yang ada di desa Laban.

Dalam hal ini tentunya dipilih informan kunci yang lebih

memahami masalah pokok yang menjadi obyek penelitian ini,

dimana juga mampu memberikan informasinya secara akurat dan

(22)

b) Peristiwa dan aktifitas, setiap rangkaian kegiatan yang berkaitan

dengan penulisan skripsi ini. Dala peristiwa dari proses kegiatan

selametan yang dilakukan di desa Laban Kecamatan Menganti

Kabupaten Gresik.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan penulisan, maka skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab,

dan tiap-tiap bab dibagi menjadi beberapa bagian yang susunan lengkapnya adalah

sebagai berikut:

Pada bab pertama pendahuluan berisi tentang gambaran umum yang meliputi

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

pendekatan dan kerangka teori, penelitian terdahulu dan metodologi penelitian.

Dalam metode penelitian juga berisi pembahasan lokasi,waktu penelitian dan

teknik pengumpulan data.

Pada bab kedua menjelaskan tentang kondisi desa Laban, yang meiputi

letak geografis, sosial agama, sosial ekonomi dan sosial budaya.

Pada bab ketiga menjelaskan kondisis di lapangan tempat dimana peneliti

mengadakan penelitian terutama pada saat pelaksanaan sedekah bumi, latar

belakang, dasar dan tujuannnya dilaksanakannya tradisi sedekah bumi.

Pada bab keempat menjelaskan analisa dari pelaksanaan Sedekah Bumi

(23)

akulturasi budaya Islam dan Hindu yang terdapat dalam tradisi sedekah bumi di

desa Laban.

Pada bab kelima sebagai bab terakhir berisi penutupan antara lain

kesimpulan dan saran-saran. Kesimpulan merupakan jawaban dari rumusan

(24)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Letak Geografis

Secara geografis Desa Laban terletak pada posisi 7,8 Lintang Selatan dan 12,9

Bujur Timur. Topografi krtinggian desa ini adalah berupa dataran sedang yaitu

sekitar 3 m di atas permukaan laut. Berdasarkan data BPS kabupaten Gresik tahun

2014, selama tahun 2014 curah hujan di Desa Laban rata-rata mencapai 1000 m3

curah hujan terbanyak terjadi pada bulan januari – februari hingga mencapai

merupakan curah hujan tertinggi selama kurun waktu 2012-2015.1

Secara administratif, desa Laban terletak di wilayah Kecamatan Mengati

Kabupaten Gresik dengan posisi dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga.

Batasan-batasan wilayah ini adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Made,

Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Setro,

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Randegansari,

Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Lakarsanti.

Jarak tempuh desa Laban ke kecamatan Menganti sekitar 3 km, yang dapat

ditempuh dengan waktu 20 menit. Sedangkan jarak ke kabupaten Gresik adalah

35 km yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 2 jam.

1

(25)

Pembagian lahan di desa Laban sebagian besar adalah lahan Pertanian

tanaman pangan Padi di musim penghujan sedangkan Jagung dan Polowijo di

musim kemarau. Pada lahan tegalan banyak digunakan untuk tanaman

perkebunan mangga gadung yang di kirim ke Jakarta maupun Bandung.

Sebagai sumber pendapatan asli desa (PADES) sangat berperan dalam

pelaksanaan pemeintah, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan

pemberdayaan masyarakat. Hal ini mengingat disamping Kepala Desa dan

perangkat desa mendapat penghasilan tetap melalui dana ADD dari kabupaten

juga mendapat tambahan penghasilan dari pengelolahan Tanah Kas Desa

tersebut.

Kantor desa Laban maupun balai desa Laban saat ini sudah respresentatif

untuk melayani warga masyarakat, meskipun masih kekurangan mebelair untuk

rak buku maupun meja kursi tamu. Adapun lahan lainnya tercatat sebagaimana

pada table berikut:

Tabel 1.d

Uraian Sumber daya Alam Volume Satuan Keterangan

Lahan persawahan 123, 038 Ha

Lahan perkebunan 54, 664 Ha

(26)

Waduk 2, 447 Ha

Makam 1, 130 Ha

Lapangan 0, 874 Ha

Tkd 16, 874 Ha

Lain-lain 5, 227 Ha

Dari data potensi desa ini menunjukkan jumlah penduduk sejumlah 7860 jiwa

dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1985 jiwa. Dengan rincian jumlah

menurut jenis kelamin adalah perempuan 3865 jiwa dan laki-laki 4004 jiwa.

B. Struktur Pemerintahan Desa Laban

Berdasarkan cerita orang-orang dahulu sejarah terbentuknya desa Laban yaitu

konon katanya disekitar kawasan desa Laban tersebut banyak sekali ditumbuhi

pohonn yang rindang dan sejuk yang namanya pohon laban yang tumbuh subur,

karena terlalu banyaknya pohon laban yang tumbuh subur, maka pohon tersebut

dikeramatkan dan dijadikan nama desa untuk desa Laban itu sendiri.2

Penduduk desa Laban sampai saat ini tidak tahu bentuk dan model pohon

tersebut, mungkin saat ini pohon laban sudah tidak ada lagi dan tidak tumbuh lagi

di desa Laban.

2

(27)

Kepala pemerintah desa Laban mulai dari dulu sampai sekarang dapat

disusun secara berurutan sebagai berikut:

1. Kunto

2. Lembu Suro

3. Aluwi

4. Ngaseri

5. Giman

6. Munali

7. Muktar

8. Mukamad

9. Asy’ary

10.Subriyanto

11.Slamet Efendi kepala desa sekarang

Sebagai sebuah desa, sudah tentu struktur kepemimpinan desa Laban

tidak bias lepas dari stuktur administratif pemerintah pada level diatasnya.

Hal ini dapat dilihat dalam bagan berikut:

Nama Pejabat Pemerintah Desa Laban

Table 1.a

No Nama Jabatan

(28)

2 Eko Hs Sekertaris Desa

3 - Kaur Pemerintah

4 Jurawi Kaur Umum

5 Deshyta Dwi FW Kasi Ekobak

6 M Suripto Kasi Kesra

7 Bambang Subadri Kasi Trantib

8 Suprapto Ketua RW I

9 Joko Santoso Ketua RW II

10 Samsuri Ketua RW III

11 Paiman Ketua RW IV

12 Mian abror Ketua RW V

13 Suyono Ketua RW VI

14 Hery Susanto Ketua RW VII

15 Samir Ketua RT I

16 Subani Ketua RT II

17 Yuliono Ketua RT III

18 Agus Sulistiono Ketua RT IV

19 Syaikhul Rosyidin Ketua RT V

20 Hamsyah Ketua RT VI

21 Sugiono Ketua RT VII

(29)

23 Moh Soleh Ketua RT IX

24 Malikin Ketua RT X

25 Agus Widayat Ketua RT XI

26 Mat nur Ketua RT XII

27 Samsir Ketua RT XIII

28 Marjoko Ketua RT XVI

29 Nuriyadi Ketua RT XV

30 Kamaludin Ketua RT XVI

31 Kusaini Ketua RT XVII

32 Suprat Ketua RT XVII

33 Maskur Ervianto Ketua RT XIX

34 Sukirno Ketua RT XX

35 Suhari Ketua RT XXI

36 Markadi Ketua RT XXII

37 Nyono Ketua RT XXIII

38 Arif Harianto Ketua RT XXIV

(30)

Daftar Masalah dan Potensi Dari Bagian Kelmbagaan

(31)

ke masyarakat pengurus lengkap

Pendidikan adalah salah satu hal penting dalam tingkat SDM (Sumber

Daya Manusia) yang dapat memepengaruhi dalam jangka panjang pada

peningkatan perekonomian.3 Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka

akan mendongkrak tingkat kecakapan masyarakat yang pada gilirannya akan

mendorong tumbuhnya keterampilan kewirausahaan dan lapangan kerja baru,

sehingga akan membantu program pemerintah dalam mengentaskan

pengangguran dan kemiskinan. Prosesntase tingkat pendidikan desa Laban

rata-rata berpendidikan SD atau sederajat samapai SMA.

Rendahnya kualitas tingkat pendidikan di desa Laban tidak terlepas dari

terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan yang ada, disamping tentu

masalah ekonomi dan pandangan hidup masyarakat. Sarana pendidikan di

desa Laban baru tersedia di tinggkat pendidikan dasar 9 tahun (SD dan SMP),

sementara untuk pendidikan tingkat menengah ke atas berada ditempat lain.

Solusi yang bias menjadi alternative bagi persoalan rendahnya Sumber

Daya Manusia (SDM) di desa Laban yaitu melalui pelatihan dan kursus.

Namun sarana atau lembaga ini ternyata juga belum tersedia dengan baik di

desa Laban bahkan beberapa lembaga bimbingan belajar dan pelatihan yang

pernah ada tidak bias bekembang.

(32)

Pelayanan kesehatan adalah hak setiap warga masyarakat dan merupakan

hal yang penting bagi peningkatan kualitas masyarakat ke depan. Masyarakat

yang produktif harus didukung oleh kondisi kesehatan. Salah satu cara untuk

mengukur tingkat kesehatan masyarakat dapat dipilih dari banyaknya

masyarakat yang terserang penyakit. Dari data yang menunjukkan adanya

jumlah masyarakat yang terserang penyakit relatif tinggi. Adapun penyakit

yang sering diderita anatara lain infeksi pernafasan, malaria, penyakit sisitem

otot dan jaringan peningkat. Data tersebut menunjukkan bahwa gangguan

kesehatan yang sering dialami penduduk adalah penyakit yang bersifat cukup

berat dan memiliki durasi yang cukup lama bagi kesembuhannya, yang

diantaranya disebabkan perubahan cuaca serta kondisi lingkungan yang

kurang sehat. Ini tentu mengurangi daya produktifitas masyarakat desa Laban

secara umum.

Daftar Sumber Daya Manusia Table 1.c

No URAIAN SUMBER DAYA MANUSIA

VOLUME SATUAN KETERANGAN

1 Jenis kelamin Kepala

Rumah Tangga

a. Laki-laki 1842 Orang

(33)
(34)

8. Jasa Pendidikan /

jasa kesehatan / jasa

kemasyarakatan dan

pemerintah

5 %

6 Lapangan Usaha

Penduduk

1. Pertanian (Padi dan

Palawijo)

40 %

2. Perikanan Budidaya 5 %

3. Industry Pengolahan 10 %

4. Bangunan/

konstruksi

10 %

5. Perdagangan 20 %

6. Jasa Pendidikan /

jasa kesehatan / jasa

kemasyarakatan dan

pemerintahan

5 %

7. Peternakan 5 %

(35)

C. Kondisi Sosial Agama

Jumlah penduduk tersebut menurut data yang beragam Islam sebanyak

7254 jiwa, data ini saya peroleh dari data potensi desa 2015/2016. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa penduduk desa Laban 80% beragama Islam

dan yang 20% beragama non muslim.4 Terlepas apakah mereka aktif

menjalankan syari’at Islam atau tidak namun mereka mempunyai respon yang

besar terhadap kegiatan kemasyarakatan yang condong Islam, terbukti dengan

data-data yang saya peroleh meeka mempunyai kegiatan rutin sebagai berikut:

Adanya kelompok-kelompok tahlilan, ada dua macam kelompok yaitu:

a. Tahlilan yang diadakan setiap hari minggu malam dan tahlilan dilakukan

di setiap rumah penduduk berdasarkan Rt.

b. Tahlilan akbar yang dilaksanakan di masjid desa Laban yang mengikuti

adalah warga desa Laban yang dilakukan setiap satu bulan sekali.

c. Ada juga tempat bersholawat (diba’an) yang dilakuka oleh anak-anak

kecil setiap seminggu sekali tepatnya pada hari sabtu malam bertempat

dirumahnya setiap anak yang ikut bergiliran.

d. Kegiatan ceramah agama (pengajian) yang diadakan bila memperingati

hari-hari besar Islam seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj dll.

Dalam penyiaran agama Islam di desa Laban terdapat sarana Masjid

Hidayatullah dan Masjid Sabilil Huda. Ke dua Masjid tersebut terletak di desa

(36)

Laban namun dari keduanya itu yang digunakan untuk solat jum’at hanyalah

masjid Sabilil Huda. Karena merupakan pusat kegiatan keIslamian dan

peniaran agama Islam.

Lebih dari itu untuk mengetahui kemurnian Islam mereka dapat

diketahui realita yang lain selain mereka juga aktif dalam mengikuti kegiatan

yang berbau keagamaan seprti tersebut mereka juga aktif dalam melaksanakan

acara-acara seperti bersih desa, suro, safar dll.

Selain agama Islam yang merupakan mayoritas di desa Laban ada juga

yang beragama Hindu, hal ini terbukti dengan keberadaan tempat beribadah

Pura terletak di tengah-tengah desa Laban yang bernama “Pura Jagad

Dumadi”.

Di desa Laban yang beragama Hindu ada 150 kepala keluarga. Adapun

ritual orang Hindu dinataranya sebagai berikut:

a. Potong Gigi adalah upacara keagamaan Hindu. Upacara ini termasuk

upacara manusa yadnya yang dilakukan pada saat potong gigi dengan

mengkikis 6 gigi bagian atas yang berbentuk taring. Tujuan dari upacara

ini adalah untuk mengurangi sifat buruk pada diri seseorang.

b. Ngaben adalah upacara pembakaran jenazah. Ngaben merupakan ritual

(37)

Puncak upacara ngaben yaitu pada pembakaran keluhuran (Lembu atau

vihara yang terbuat dari kayu atau kertas) besrerta dengan jenazah.

c. Tingkeban (Nujuhbulanan) Upacara tingkeban adalah salah satu tradisi

masyarakat Jawa, upacara ini disebut juga mitoni berasal dari kata pitu

yang artinya tujuh. Upacara ini dilaksanakan pada usia kehamilan tujuh

bulan dan pada kehamilan pertama kaili. Upacara ini bermakna bahwa

pendidikan bukan saja setelah dewasa akan tetapi semnjak benih tertanam

didalam rahim ibu yang sedang hamil di mandikan dengan air kembang

dan disertai doa yang bertujuan untuk memohon kepata Tuhan Yang Maha

Esa agar selalu diberkan rahmat dan berkah sehingga bayi yang akan

dilahirkan selamat dan sehat.

d. Ogoh-ogoh merupakan serangkaian upacara tawur kesanga masyarakat

Hindu. Ogoh-ogoh sebagai lambing sifat-sifat negatife yang harus dilebur

agar tidak menganggu kehidupan manusia.5

D. Kondisi Sosial Ekonomi

Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Laban yang akan saya

bicarakan berkisar pada mata pencaharian dan partisipasi masyarakat dalam

kehidupan sosial ekonomi.

Mata pencaharian dapat dikelompokkan menjadi:

1. Pertanian

(38)

2. Peternakan

3. Perikanan

4. Perdagangan

5. Pertukangan

6. Kepegawaian

Penduduk desa Laban yang mata pencaharian bertani ada area tegal

164,434 Ha. Adapun untuk sawah tanaman padi dan palawijo 123,038 Ha.

Tanaman yang dihasilkan selain padi dan palawijo ada jagung, ubi jalar,

kacang panjang dll. Selain tanaman juga bisa ditanam sperti pohon kelapa,

mangga, pisang dll.

Di desa Laban area perkebunan hanya seluas 54,664 Ha yang berupa

pekarangan. Karena sebenarnya sebagaian besar warga desa Laban bermata

pencaharian sebagai pegawai pabrik dan berdagang.

Tingkat pendapatan rata-rata penduduk desa Laban Rp 1.000.000.

secara umum mata pencaharian warga masyarakat desa Laban dapat

diidentifikasi ke dalam beberapa sektor yaitu pertanian, jasa/dagang, industri,

dll. Berdasarkan data yang ada, masyarakat yang bekerja di sektor pertanian

berjumlah 20 %, yang bekerja disektor jasa berjumlah 5 %, yang bekerja

disektor industri 40 % dan bekerja di sektor lain-lain 35 %.6

6

(39)

Kantor desa Laban maupun Balai desa Laban saat ini sudah representif

untuk melayani warga masyarakat, meskipun masih kekurangan rak buku,

meja dan kursi tamu.

Lembaga kemasyarakatan di desa Laban masih perlu ditangani karena

belum mempunyai kantor sendiri yaitu PKK, Karang Taruna, LPMD dan BPD

hal tersebut tidak mengurangi Lembaga tersebut beraktifitas.

Adapun masalah dalam segi potensi kalender musim sebagai berikut:

Kalender Musim

Table 2.a

No Maslah Potensi

1 Kekurangan air bersih Sumber air ada

2 Kekurangan pangan Tanah sawah masih cukup luas

3 Banyak penyakit Dekat dengan klinik dan

puskesmas

4 Banjir Gotong royong warga

5 Angin puyuh -

6 Panen Sulit mencari tenaga kerja

(40)

7 Tanam Sulit mencari tenaga kerja

tanam

E. Kondisi Sosial Budaya

Membicarakan tentang sosial budaya yang berkembang dimasyarakat

Laban pasti ada perubahan dinamika politik dan system politik di Indonesia

yang lebih demokratis memberikan pengaruh kepada masyarakat untuk

menerapkan suatu mekanisme poolitik yang dipandanglebih demokratis.

Dalam konteks politik lokal desa Laban hal ini tergambar dalam pemilihan

kepala desa dan pemilihan-pemilihan lain (pilpres, pemilukda, dan pilgub)

yang melibatkan warga masyarakat desa secara umum.

Khusus untuk pemilihan kepala desa Laban sebagaimana tradisi kepaa

desa di Jawa, biasanya para peserta kandidat nya adalah mereka yang secara

trah memiliki hubungan elit kepala desa lama. Hal ini tidak terlepas dari

anggapan masyarakat banyak di desa-desa bahwa jabatan kepala desa adalah

jabatan garis tangan keluarga-keluarga tersebut. Fenomena ini inilah yang

biasa disebut pulung dalam tradisi Jawa bagi keluarga-keluarga tersebut.

Jabatan kepala desa merupakan jabatan yang tidak serta merta dapat

diwariskan kepada anak cucu. Mereka dipilih karena kecerdasan, etos kerja,

(41)

sebelum masa jabatannya habis, jika ia melanggar peraturan maupun

norma-norma yang berlaku.

Pada bulan Juli dan November 2013 masyarakat desa Laban juga

dilibatkan dalam pemilihan Gubernur Jawa Timur putara I dan II secara

langsung. Walaupun tingkat partisipasinya lebih rendah dari pada pilihan

kepala desa, namun hamper 70 % daftar pemilih tetap, memebrikan

pilihannya. Ini adalah progres demokrasi yang cukup signifikan di desa

Laban.7

Berdasarkan deskripsi bebrapa fakta diatas, dapat dipahami bahwa

desa Laban mempunyai dinamika political loka yang bagus. Hal ini terlihat

dari segi pola kepemimpinan, mekanisme, pemilihan kepemimpinan, sampai

dengan partisipasi masyarakat dalam menerapkan system politik demokratis

ke dalam kehidupan politik lokal.

Di desa Laban budaya masyarakat Jawa sangat terasa. Desa Laban

dalam hal kegiatan agama Islam misalnya, suasananya sangat dipengaruhi

oleh aspek budaya dan sosial Jawa. Hal ini tergambar dari dipakainya

kalender Jawa/ Islam masih adanya nyadran, slametan, tahlilan, mithoni yang

semuanya merupakan sisi akulturasi budaya Islam dan Jawa.

(42)

Dengan semakin terbukanya masyarakat terhadap informasi, hal-hal

lama ini mulai mendapat respon baik dari masyarakat. Hal ini menandai

babak baru dinamika sosial dan budaya, sekaligus tantangan baru bersama

masyarakat desa Laban dalam rangka merespon tradisi lama ini telah

mewabah dan menjamur kelembagaan sosial, politik, agama dan budaya di

desa Laban tentunya hal ini membutuhkan kearifan sendiri.

Dalam catatn sejarah, selama ini belum pernah terjadi bencana alam

dan sosial yang cukup berarti di desa Laban isu-isu terkait dengan itu, seperti

kemiskinan dan bencana alam, tidak smapai pada titik kronis yang

membahayakan masyarakat dan sosial.

Daftar Sumber Daya Sosial Budaya

Table 2.b

No Uraian Sumber Daya Sosial Budaya

Volume Satuan Keterangan

1 Festival Budaya Tari 1 Kali

2 Sedekah Bumi 1 Kali

3 Upacara Adat 2 Kali

(43)

5 Kerja Bakti 4 Kali

(44)

BAB III

TRADISI SEDEKAH BUMI DI DESA LABAN

KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK

A. Latar Belakang Dilaksanaan Sedekah Bumi

Perkataan "Sedekah Bahasa Arab: ةقدص transliterasi: sadakah adalah

pemberian seorang Muslim kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas tanpa

dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Sedekah lebih luas dari sekadar zakat

maupun infak. Karena sedekah tidak hanya berarti mengeluarkan atau

menyumbangkan harta. Namun sedekah mencakup segala amal atau perbuatan

baik. Dalam sebuah hadis digambarkan, “Memberikan senyuman kepada

saudaramu adalah sedekah.

Makna sedekah yang dimaksudkan dalam hadits adalah segala macam

bentuk kebaikan yang dilakukan oleh setiap muslim dalam rangka mencari

keridhaan Allah SWT. Baik dalam bentuk ibadah atau perbuatan yang secara

lahiriyah terlihat sebagai bentuk taqarrub kepada Allah SWT.

Menurut rumusan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat dalam

bukunya “ Manusia dan Kebudayaan di Indonesia” pengertian slametan

(45)

“Selametan adalah suatu upacara makan bersama makanan yang telah

diberi do’a sebelumdibagikan”. (Koentjaraningrat, 1970: 340)

Dengan demikian yang dimaksud dengan slametan diatas adalah upacara

terima kasih atau upacara rasa syukur atau hasil panen pada pada

pelaksanaannya setelah panen. Selametan atau sedekah bumi ini dilakukan

dengan maksud untuk menanggulangi mala petaka yang bakal terjadi baik

yang akan menimpa badannya maupun yang akan menimpa tanamannya,

sebab hamper semua selametan bertujuan untuk memperoleh keselamatan

dengan tidak ada peganggu satu apapun.

Asal-usul tradisi sedekah bumi yang dilaksanakan masyarakat desa Laban

tidak lepas dari cerita rakyat yang terbentuk dalam suatu penuturan yang

terbesar secara lisan dan diwariskan secara turun teumurun kepada masyarakat

setempat. Dalam masyarakat tradisional, cerita rakayat biasanya diyakini akan

kebenarannya, tetapi pada masyarakat yang sudah ada dipengaruhi unsur

kebudayaan modern dan kemajuan zaman, keyakinan itu sudah mulai luntur.

Cerita rakyat pada dasarnya akan selalu tersimpan dalam ingatan. Maka

dalam penyajiannya cerita tersebut tidak memiliki bentuk yang tetap. Ketidak

tetapan tersebut disebabkan ketidak mampuan seseorang yang untuk

mengingat cerita secara lengkap, adanya tuntutan untuk menyelarasikan cerita

(46)

nalar antara generasi yang dulu dengan generasi sekarang dalam

meneceritakan sesuatu karena terpengaruh oleh zaman.

Desa Laban memiliki kekayaan alam yang begitu besar dan melimpah

sehingga berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat Laban khususnya

para petani.

Akan halnya dengan desa-desa yang ada di Kecamatan Menganti, desa

Laban juga memiliki kebudayaan warisan nenek moyang yakni tradisi ritual

sedekah bumi yang bersifat sacara pelaksanaanya. Kegiatan tradisi sedekah

bumi ini dilakukan setiap bulan Mei setelah panen padi karena menurut

mereka bulan Mei adalah bulan disaat pergantian musim hujan ke musim

kemarau. Karena tradisi sedekah bumi selalu dinanti masyarakat Laban

sehingga semua warga desa senantiasa datang untuk mengikuti atau

menyaksikan tradisi sedekah bumi ini.

Menurut cerita para penduduk desa Laban, tradisi seperti ini sudah ada

sejak dulu zaman nenek moyang, karena menurut mereka ini adalah warisan

yang patut untuk dilakukan sehingga masyarakat Laban pun meneruskan

tradisi ini karena baik bagi desa mereka.

Berawal dari kepercayaan masyarakat terhadap nenek moyang timbul lah

tradisi sedekah bumi yang sampai sekarang tetap eksis keberadaannya.

(47)

tasyakuran panen padi dan melindungi desa dari segala bencana atau mara

bahaya. Dengan lewat tradisi sedekah bumi ini pemerintah desa secara

langsung member wejangan tentang pentingnya bersyukur dan kerja keras

untuk membangun dan meningkatkan perekonomian bangsa dan Negara

umumnya terutama warga desa Laban pada khususnya.

Demikianlah asal-usul timbulnya tradisi sedekah bumi yang ada di desa

Laban yang diadakannya secara turun temurun hingga sekarang masih ada.

B. Waktu dan Tempat

Dalam menentukan waktu pelaksanaan upacara tradisi sedekah bumi yaitu

pada tanggal 29 Mei 2016 yang merupakan dimana tanggal yang sudah

memasuki wilayah musim kemarau dan musim panen bagi warga masyarakat

desa Laban. Setiap tahunnya tanggal yang bertepatan dengan sedekah

berubah-ubah.

Tempat pelaksanaan tradisi sedekah bumi tersebut berada ditengah-tenagh

lapangan desa Laban, namun dikarenakan pada saat itu hujan turun lebat dan

keadaan lapangan yang tidak memadai akhirnya tradisi sedekah bumi

dilaksanakan dibalai desa Laban.1

(48)

C. Jalannya Sedekah Bumi

Dua bulan sebelum tradisi sedekah bumi dilaksanakan, bagian seketariat

desa atau administrasi disibukkan dengan segala sesuatu yang menyangkut

surat menyurat. Diantara surat tersebut ditujukan kepada seponsor-sponsor

tetap dan administrasi pemerintah serta yang menyangkut dan yang

berkepentingan dalam hal sedekah bumi.

Satu bulan sebelumnya panitia yang sudah terbentuk atas dasar

musyawarah yang melibatkan kepala desa, kasun, RT dan Rw. Kepanitian

yang sudah dibentuk ini telah mendapatkan persetujuan dari semua pihak

perangkat desa dan warga masyarakat desa Laban. Panitia yang sudah

terbentuk mempunya fungsi dan tugasnya sendiri-sendiri termasuk kebersihan

lingkungan. Petugas keamanan baik hansip atau satpam sudah mulai

mempersiapkan diri dan tenaga yang kuat untuk siap bertugas.

Langkah-langkah yang diambil dalam rangka melaksanakan tradisi

sedekah bumi sebagai berikut:

1. Persiapan Tradisi Sedekah Bumi

Sebagaimana biasa yang sering kita jumpai, ketika akan

menyelanggarakan kegiatan terutama berskala besar perlu diadakan

persiapan-persiapan terlebih dahulu, dengan tujuan agar aktifitas yang akan kita

laksanakan dapat berjalan dengan lancar dan membuahkan hasil seperti yang

(49)

Tradisi sedekah bumi ini seperti juga upacara-upacara tradisional lainnya,

langkah pertama adalah dengan membentuk kepanitiaan atas dasar

musyawarah, yang terdiri dari

- Kepala Desa

- Pamong Desa,

- Ketua RT, RW

- Tokoh masyarakat yang dikoordinir langsung oleh Kepala Desa.

Adapun tugas dari kepanitiaan ini adalah mengatur jalannya kegiatan

tradisi dari awal sampai akhir.

Setelah kepanitiaan dibentuk, baru mereka menyusun

persiapan-persiapan apa saja yang perlu dipersiapkan untuk kegiatan upacara tradisi

sedekah bumi, diantaranya adalah pencarian anggaran dana pihak ketua

pelaksana tradisi sedekah bumi sudah mengirimkan proposal untuk

permohonan bantuan dana yang ditujukan kepada :

- RS Surya Medika

Selain mengajukan proposal ketua pelaksana tradisi sedekah bumi juga

(50)

Bersih lingkungan dan segala hal yang menyangkut keamanaan dan

kebersihan yang sudah mulai dipersiapkan. Dalam hal ini keamanan pihak

desa selain hansip dan satpam juga tapi para panitia meminta bantuan kepada :

- Petugas Kepolisian Kecamatan Menganti.

- Satuan Keamanan Kecamatan Lakar Santri.

Dalam persiapan upacara tradisi sedekah bumi, selain sibuk ditempat

upacara dilakukan dibalai desa juga disibukkan oleh ibu-ibu warga

masyarakat desa Laban yang mempersiapkan untuk kegiatan tersebut, seperti

memasak, membuat tumpeng, dan lain-lainnya. Semua itu menunjukkan

bahwa tradisi masyarakat desa Laban masih memiliki cirri khas

keramah-tamahan, dengan memberikan jaumuan terhadap tamu yang datang baik warga

desa maupun tamu atau para undangan dari luar desa yang mengikuti kegiatan

tersebut.

Hal biaya secara keseluruhan ditaggung oleh pihak panitia pelaksana

Tradisi Sedekah Bumi seperti sesaji, pakaian seragam, terop, wayang,

masyarakat hanya sebagai pelaksana.

Adapun macam-macam sesaji yang dipersipakan pada upacara tradisi

sedekah bumi diantaranya adalah :

1) Minuman

(51)

- Kopi

2) Beras

3) Kelapa Parut

4) Nasi dikepal

5) Telur

6) Kecap

7) Kue-kue

Kue-kue yang disajikan adalah kue khas desa Laban, karena kue

tersebut sudah mnjadi adat yang disetiap tahunnya selalu ada dan tidak boleh

ketinggalan.

8) Bunga yang sudah diambil dari tangkai dan diacmpuri dengan Melati,

Kenanga Merah, Kenanga Putih.2

9) Tumpeng Raksasa, tumpeng ini dibuat oleh para panitia dan warga dari

orang Islam dan Hindu yang ada di desa Laban. Tumpeng ini alasnya

terbuat dari kayu yang bisa dipegang dan diangakat orang banyak.

Karena tumpeng ini hanya terbuat dari buah-buahan dan sayuran

diantaranya adalah:

Buah-buahan :

- Buah Apel

- Bauh Jeruk

(52)

- Buah Per

- Buah Anggur

- Buah Semangka Kuning dan Merah

Sayuran :

- Cabai

- Wortel

- Terong

- Kacang Panjang

- Tomat

Perlengkapan sesaji yang seperti itu merupakan sisa-sisa

kepercayaan zaman mitos. Mitos adalah cerita-cerita kuno yang

dituturkan dengan bahasa indah dan isinya dianggap petuah, berguna bagi

kehidupan lahir batin serta dipercayai dan dijunjung tinggi oleh

pendukungnya dari generasi satu ke generasi berikutnya, biasanya mitos

menceritakan perihal kejadian bumi, langit, nenek moyang, manusia,

dewa, dan upacara yang berhubungan dengan keagamaan dan

kepercayaan.

Maksud diselenggarakan sesaji dalam upacara trsebut adalah

mendukung kepercayaan masyarakat terhadap adanya kekuatan Tuhan

(53)

Syetan, Demit dan lain-lain. Supaya tidak menganggu keselamatan,

keahagiaan , ketentraman hidup dan kesehatan masyarakat desa Laban

atau sebaliknya yaitu meminta berkah dan perlindungan dari Tuhan Yang

Maha Esa agar menolong dan dijauhkan atau dihindarkan gangguan dari

makhluk halus lainya.

2. Peoses Tradisi sedekah Bumi

Setelah beberapa perlengkapan tradisi sedekah bumi dipersiapkan

maka tradisi tersebut akan segera dimulai. Adapum macam-macam

perlengkapan tersebut diantaranya adalah : sesaji, tumpeng, tumpeng

raksasa desa.

Tradisi sedekah bumi yang ada di desa Laban dilaksanakan setiap 1

tahun sekali setelah panen padi. Pada hari pertama yaitu pada tanggal 28

Mei 2016 dimulai pukul 20.00-23.00 wib biasanya diadakan kegiatan

mele’an (jagongan) disertai dengan tontonan orkes, pada saat hari kedua

tanggal 29 Mei 2016 pukul 11.00-13.30 adalah acara tradisi sedekah bumi

dengan diarak nya tumpeng raksasa beserta kepala desa dan istrinya yang

diiringi dengan alunan musik yang terbuat dari bambu dan gong, alat

tersebut merupakan alat musik orang Hindu yang biasanya dipakai pada

saat arakan ogoh-ogoh.

Warga desa Laban mayoritas beragama Islam, dan minoritas beragam

(54)

sehingga dalam aktifitasnya masih mengacu pada buday-budaya yang

telah diwariskan oleh nenek moyang.

Kepercayaan masyarakat desa Laban pada hal-hal yang lain sudah

begitu menangkar yang sangat sulit untuk dihilangkan. Sehingga kalau

tradisi sedekah bumi tidak diadakan, maka akan terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti panen rusak, bahaya kelaparan, dan lain sebagainya.

Puncak keramaian dari proses jalannya tradisi sedekah bumi adalah

pada saat datangnya hari pelaksanaan. Karena disaat itu segenap panitia

sekaligus bersama stafnya berkumpul di Balai Desa dalam rangka

menyambut datangnya Bapak Kepala Desa beserta Istrinya diiringi dengan

alunan music tradisional dengan diaraknya tumpeng raksasa yang terbuat

dari buah-buahan segar.

Adapun susunan acara tradisi sedekah bumi diantaranya adalah:

1) Pembukaan

2) Pembacaan Do’a

3) Sambutan-sambutan :

- Bapak Kepala Desa Laban

- Panitia Pelaksana Tradisi Sedekah Bumi

4) Pembacaan dan penjelasan tentang tradisi sedekah bumi (ikrar)

Sebagaimana Ikrar yang telah dibacakan pada waktu slametan

(55)

Nyelani atur dumateng sederek sepuh utawi enom sedoyo

kulo sa’dremi nglanteraken hajatipun sederek jaler mila

istri sedoyo wau caos muli matur kanjeng eyang sekalian pramilo dipun muli metri dipun suweni suap pandunganipun, rahayu wilujeng, wilujengo anggenipun

sami satu gregriyo, wilujeng sa’kluarganipun sedoyo wilujengo sa’kluarganipun sedoyo, wilujengo sak pola

tingkahipun sampun wonten alangan satunggal punopo kajawi sangking punikoingkah wayah kolo rumiyen

karibetan pengglih sa’kelebete karibetan penggalih

ingkang wayah suwun idilantaran kanjeng eyang sekalian panembahan sampun kedatengan lan kinabulan panyuwuni pun ingkang wayah sedoyo sami sowan dateng ten balai deso sekalian panembahan mawi wilujeng.

Sedoyo wau kagem saos dahar kajeng eyang sekalian

sa’rene sampun kedateng sedoyo pikajengipun ingkang

wayah sedoyo sami angleksanani nadaripuin ing dinten puniko mugi kanjeng eyang sekalian kreso nrimo sampon ngantos nagih tampo nyambut sageto luar ing dinten puniko kajawi sangking puniko ingkang wayah sedoyo

sami idi anggenipun pados sandang lan pangan sa’lami

nipun mugi sageto gampang gangsar pados sandang lan panen pari mugi lancar, drajatipun sageto semulur kebejanipun sageto kedateng sedoyo panyuwuni.

Ingkah wayah sedoyo sami ngabekti wonten ing pesarean balai deso nipun kanjeng eyang panembahan sekalian. Dawuhi pun kanjeng eyang sekalian mugi kanjeng eyang dipun dawuhi nyoto idi ingkang bade kecadong asto kaleh

kaembon sa’laminipun gesang ingkang wayah sedoyo

sageto tetepo imanipun mentepo panggenanipun langgeng

sami griyo geriyo sa’laminipun sa’kluarganipun sedoyo

anggenipun sami ngabekti dating eyang skalian lan Tuhan Yang Maha Esa.

Terjemahannya sebagai berikut :

(56)

dalam berkeluarga, semoga sehat seluruh kluarganya, selamat dalam melakukan seluruh kegiatan tidak ada halangan sesuatupun kecuali dari pada itu semua ananda dulu mempunyai masalah-masalah dalam kebingunan ananda minta lewat nenk moyang panembahan sekalian karena sudah terkabul seluruh permintaan anda, kami semua datang untuk persembahan dengan selamat di balai desa. Semua ini disajikan sebagai sajian kepada nenek moyang.

Berhubung sudah tecapai semua keinginan kami semua melaksanakan nadar di hari ini semoga nenek moyang memberikan keberkahan kepada panen padi kami semua.

Kami meminta do’a restu dalam mencari nafkah sandang,

pangan selama-lamanya, dapat meningkatkan derajatnya dan mendapatkan keuntungan-keuntungan serta dapat terkabul semua keinginannya.

Semoga kami semua selalu diberi kesehatan, diberikan panen padi yang baik dan desa ini terhindar dari bahaya atau bencana apapun. Maka kita wewujudkan rasa syukur ini kepada arwah leluhur dan Tuhan Yang Maha Esa dengan mengadakan trdisi sedekah bumi.

5) Slametan dilanjutkan dengan pembagian tumpeng yang telah dibawa

masyarakt dari rumah untuk dimakan bersama-sama dibalai desa yang

diikuti bapak-bapak, anak kecil maupun ibu-ibu.

6) Pembagian Hadiah Kupon

7) Slametan dilanjutkan dengan pembagian tumpeng yang sudah dibawa

oleh warga. Pembagian tumpeng tersebut dibagikan kepada orang

yang berada disekitar balai desa maupun warga yang dari luar desa

Laban yang menyaksikan acara tradisi sedekah bumi tersebut.

(57)

Setelah serangkaian acara tradisi sedekah bumi tersebut

berkahir barulah tumpeng raksasa tadi menjadi rebutan

warga-warga pengunjung yang hadir dibalai desa. Pada saat malam

harinya dilanjutkan dengan tontonan wayang.3

Pegelaran Wayang kulit dimaksudkan agar semua permintaan

mereka dikabulkan, karena wayang disini merupakan sarana yang

digunakan sebagai penghubung antara mereka dengan Tuhan Yang

Maha Esa. Pagelaran wayang ini ditayangkan semalam suntuk

sampai pagi subuh, karena mereka beranggapan bahwa waktu

malam itulsh yang baik untuk berdo’a sehingga akan dengan

mudah permintaan mereka didengarkan.

Penutupan dilanjtukan dengan so’a selamat :

َح َ يْن دلا ىِف َنِت َا َنبَ

ِةَنَس

ِةَنَسَح ِةَ ِخ آا ىِفَو

ِ نلا َ اَ َع َنِقَو

Artinya :

“Ya Tuhan Kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan diakhirat dan

periharalah kami dari siksa api neraka. “

(58)

BAB IV

BEBERAPA SEGI AKULTURASI PADA SEDEKAH BUMI

DI DESA LABAN

Ditengah-tengah masyarakat ada satu anggapan cukup kuat tentang sedekah

bumi yang sudah menjadi tradisi masyarakat Laban dan berkembang sampai sekarang

ini adalah merupakan produk sinkritisasi keyakinan atau kepercayaan yang bersumber

dari berbagai agama baik dari keyakinan Animisme dan Dinamisme, maupun juga

agama-agama yang datang kemudian seperti Hindu, Budha dan Islam.

Persepsi semacam ini kiranya cukup beralasan, sebab sejarah juga

membuktikan bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya dan Jawa khusunya

adalah suatu masyarakat yang mengalami penempatan dan berbagai agama kemudian

agama tersebut menjadi pegangan hidup bagi segenap bangsa dan masyarakat

nusantara.

Dari berbagai macam agama yang berkembang khusunya di pulau Jawa dan

Indonesia pada umunya, yang diawali pertama kalinya oleh agama Hindu dan Budha

(kurang lebih sekitar abad ke-4 M, dua abad sebelum Nabi Muhammad SAW di

lahirkan).1 Kemudian diikuti selanjutnya oleh agama Islam yang dating kira-kira abad

ke-6 atau abad ke-7 M.2 Dari sini lalu timbul suatu bentuk perpaduan budaya agama

1

Hamka, Sejarah Umat Islam Jilid IV (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), 26. 2

(59)

corak sifatnya. Hal ini yang kemudian oleh para ahli ilmu diistilahkan dengan sebutan

proses akulturasi. Sebagaimana yang dikatakan oleh bapak Ali Murtopo bahwa yang

sesungguhnya terjadi di Indonesia setelah masuknya pengaruh Hindu secara cultural

adalah yang kita kenal dengan nama Akulturasi. Artinya masyarakat dan kebudayaan

Nusantara tetap sebagai suatu subyek yang berkembang memperkaya diri dengan

unsur-unsur kebudayaan Hindu.3

Dari akulturasi budaya semacam itu, kemudian mengendap menjadi suatu

kepercayaan yang mentradisi secara turun temurun dari generasi ke generasi hingga

sekarang ini. Demikian pula dengan tradisi sedekah bumi yang dilakukan oleh

masyarakat desa Laban .

Masyarakat sebagai bagian dari masyarakat Jawa dan Indonesia pada

umumnya yang kesemuanya itu tidak dapat dipisah-pisakhan. Dalam dinamika

budaya dan tradisi senantiasa diwarnai pula oleh gerakan perkembangan budaya dan

tradisi yang terjadi di Jawa atau Indonesia secara luas,

Proses dinaminasi budaya dan tradisi khususnya Jawa dan nusantara pada

umumnya diperkaya oleh berbagai agama yang masuk ke Indonesia seperti dikatakan

oleh bapak Ali Murtopo sendiri yang anatar lain sebagai berikut :

Harus diakui bahwa baik Hindu maupun agama Islam ikut memperkaya an masyarakat dan kebudayaan Nusantara, khususnya dibidang religi, bidang kemayarakatan, serta dibidang kesenian. Selain itu ada juga

(60)

kelompok yang dating bersama kaum penjajahan Kristen atau kelompok Khatolik.4

Kebudayaan itu sendiri pada dasarnya adalah tradisi dari gagasan-gagasan

atau ide-ide sebagai subyek utama yang kemudian tertuang dalam karya-karya nyata

pada perilaku manusia, maka cara untuk mengetahui dan memahami unsur-unsur

akulturasinya tidak ada cara lain kecuali harus memahami simbol-simbol atau

perilaku nyata pada gerak kehidupan manusianya. Budiono Herusatoto dalam hal

simbol budaya ini mengatakan :

Kebudayaan sendiri terdiri dari gagasan-gagasan, simbol-simbol, dan nilai-nilai sebagai hasil karya dan perilaku manusia. Sehingga tidaklah berlebih apabila dikatakan bahwa begitu eratnya kebudayaan manusia dengan simbol-simbol, sehinggga manusia dapat pula disebut sebagai mahluk bersimbol. Dengan perkataan lain dunia kebudayaan adalah dunia penuh simbol. Manusia berfikir dengan berperasaan dan bersikap dengan ungkapan-ungkapan yang simbolis.5

Untuk memudahkan dalam pembahasan ini maka akan diuraikan sedemikian

rupa sesuai dengan segi-segi yang ada pada tradisi sedekah bumi dimana

selengkpanya adalah sebagai berikut :

A. Dasar Tradisi Sedekah Bumi

Sebagaimana telah disebutkan dalam bab sebelumnya ( Bab III ) bahwa yang

menjadi dasar tradisi sedekah bumi adalah mengikuti kebiasaan orang-orang

terdahulu. Mereka beranggapan bahwa tradisi sedekah bumi adalah warisan dari

leluhur mereka yang harus dilestarikan dan dilaksanakan. Jika tidak dilaksanakan

4

Ibid., 27. 5

(61)

maka akan membawa bencana besar bagi desa mereka. Salah seorang ibu Supiani

di desa Laban mengatakan bahwa :

Tradisi yang biasa dilaksanakan masyarakat desa Laban adalah mengikuti kebiasaan-kebiasaan dari orang-orang tua terdahulu sehingga kami tidak dapat meninggalkannya, apalagi meninggalkan hal yang demikian itu takutnya akan membawa membawa malapetaka atau bencana bagi kami seperti timbulnya wabah penyakit, hama merusak tanaman atau bencana yang lain semua itu kami hindarikan dengan melaksanakan upacara tradisi sedekah bumi.6

Bagi realitas tersebut tampak bahwa masyarakat desa Laban masih

begitu kuat keyakinan terhadap pelaksanaan tradisi sedekah bumi sebagai

penolak bala’. Artinya mereka berkeyakinan terhadap roh-roh halus,

mahluk-mahluk halus yang mampu mempengaruhi kehidupan mereka. Dengan

demikian maka dapat ditegaskan bahwa kepercayaan Animisme dan

Dinamisme yang merupakan kepercayaan Hindu sesuai dengan pernyataan

yang mengatakan bahwa :

Tempat rakyat bersandar dan mempercayai diri tetaplah Brahmana, kasta tertinggi dalam pembagian caturwarna. Kitab suci rakyat Hindu tetap Weda. Kepercayaan akan banyak Dewa dan berbagai macam mahluk halus lainnya tetap pula berlangsung.7

Kepercayaan tersebut sangat dominan mendasari pelaksanaan tradisi

sedekah bumi di desa Laban tersebut. Tradisi sedekah bumi yang biasanya

dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya Jawa khususnya

adalah merupakan pengembangan dari budaya Maulid Nabi, namun

6

(62)

masyarakat desa Laban tradisi tersebut mengalami perkembangan yang

akhirnya sebagai dasar pokok tradisi itu adalah sudah mengalami sinkritisasi,

baik dari Hindu ataupun Islam.

B. Tujuan Tradisi Sedekah Bumi

Ditinjau dari latar belakang sejarahnya, dimana tradisi itu pada mulanya

bertujuan yang tadinya bersifat menghormati setelah itu berupa menjadi meminta

perlindungan dari berbagai malapetaka, dan ditimpahkan berkah panen nya agar

semakin meningkat rizqinya, sesuai dengan hasil wawancara adalah :

“setiap diadakan tradisi sedekah bumi saya selalu membuat sesajen untuk diletakkan dibalai desa, didepan tempat tontonan ludruk, dan diberikan kepada sinden, dengan alasan sebagai syarat supaya tidak terjadi apa-apa dan dilancarkan semua urusan”

Dari uraian diatas maka dapat ditarik pengertian bahwa ditinjau dari

tujuan sedekah bumi, maka tradisi sedekah bumi tersebut mengalami dan

merupakan akulturasi budaya dari agama Hindu. Sebab kepercayaan terhadap

kekuatan gaib yang bias memberikan perlindungan dan pertolongan terhadap

kelangsungan hidup manusia. Maka kepercayaan ini identik dengan kepercayaan

agama Hindu yang mempercayai adanya mahluk halus yang banyak merugikan

(63)

C. Pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi

Ditinjau dari pelaksanaan tardisi sedekah bumi yang terjadi dan

dilaksanakan oleh masyarakat desa Laban tidak luput dari asimilasi

bermacam-macam agama yang ada di Indonesia yaitu Islam dan Hindu. Hal ini dapat dilihat

pada rangkaian acara meliputi :

- Kirap sesaji dimana pelaksanaan tradisi ini lebih diperkaya dengan sesaji yang

semuanya itu dipersembahkan kepada arwah para leluhur.

Hal ini adalah merupakan buadaya yang diambil dari agama Hindu yang

dimaksudkan untuk mempengaruhi para Dewa agar berkenan menolong manusia,

dalam faham agama Hindu.8

Pertunjukan wayang, pada mulanya Wayang adalah hiburan bagi

masyarakat dalalm rangkaian acara tersebut, namun kenyataan yang terjadi dalam

prakteknya adalah sebagai penolak bala’.9 Pertunjukan wayang telah kita lihat

sebagai upacara kepercayaan bangsa Indonesia yang mula-mula dengan tujuan

menolak bala’. Sesuailah pernyataan ini dengan pendapat H. Muh Said dalam

bukunya yang antara lain mengatakan :

Pertunjukan wayang telah kita lihat sebagai tradisi kepercayaan bangsa Indonesia yang mula-mula dengan tujuan menolak bala’.

8

(64)

Orang Hindu mula-mula datang ke Indonesia kira-kira pada permulaan

Masehi untuk bermacam-macam tujuan antara lain untuk mengembangkan

agamnya dan berdagang. Yang baik dan yang buruk menurut etika Hindu ini

disampaikan dalam bentuk lakon pertunjukan wayang biarpun kurang disadari

oleh penonton.

Bahwa terjadinya pelaksaan tradisi sedekah bumi ini terjadi

penyimpangan disebabkan karena kurangnya pendidikan agama, pada dasarnya

setiap individu sejak lahir telah memiliki fitrah tauhid yang dapat tumbuh dan

berkembang baik menuju kesempurnaan, lalu mengenai perkembangan

berikutnya tergantung pada pendidikan selanjutnya.

Bahkan sebelum manusia lahir ke dunia, Allah telah mendidiknya tentang

ajaran Islam dan Tauhid sebagaimana firman Allah dalam surat al-A’raf ayat 172

-173:

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak

Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa

Gambar

Tabel 1.d
Table 1.a
   Tabel 1.b
        Table 1.c
+3

Referensi

Dokumen terkait

“Kegiatan tegal deso atau biasa disebut dengan sedekah bumi ini dilakukan bersama oleh semua warga desa Gadingwatu baik yang beragama Islam dan Kristen kami semua

Ini semua menyangkut konsep mengenai proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan

Berkaitan dengan tradisi Bubakan dalam perkawinan yang ada di Desa Bendosari tidak bisa dilepaskan dari adat kebiasaan, karena tradisi tersebut merupakan kebiasaan yang

Desa Cerme Kidul mempunyai keunikan dalam budaya Sedekah Bumi yaitu diadakan di bawah pohon Lom yang diyakini oleh warga setempat sebagai Pepunden Telaga,

Kedua Secara umum masyarakat desa Kertosari menerima dengan Tradisi Singgapur ini karena menurut mereka Tradisi Singgapur ini adalah upaya bantuan dari orang tua terhadap

Pedoman observasi dalam penelitian “Makna Tradisi Sedekah Bumi dan Laut (Studi Kasus di Desa Betahwalang Kecamatan Bonang Kabupaten Demak) adalah sebagai berikut

Harapandi Dahri, mendefinisikan tradisi sebagai suatu kebiasaan yang teraplikasikan secara terus-menerus dengan berbagai simbol dan aturan yang berlaku

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mendeskipsikan (1) Prosesi tradisi Baritan di Desa Kedungwringin, Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen (2) Makna dan fungsi Baritan