• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN : UPAYA PEMBERDAYAAN PENDIDIKAN ALTERNATIF UNTUK ANAK JALANAN DI SEPANJANG REL KERETA API KETINTANG WONOKROMO SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN : UPAYA PEMBERDAYAAN PENDIDIKAN ALTERNATIF UNTUK ANAK JALANAN DI SEPANJANG REL KERETA API KETINTANG WONOKROMO SURABAYA."

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN

(Upaya Pemberdayaan Pendidikan Alternatif Untuk Anak Jalanan di

Sepanjang Rel Kereta Api Ketintang Wonokromo Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk memenuhi salah satu persyaratan

Dalam menyelesaikan program Sarjana Strata Satu (S-1) Ilmu Pengembangan Masyarakat Islam

Oleh :

Jayanti Kartikasari NIM: B02210015

PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

JURUSAN MANAGEMEN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)

i

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN

(Upaya Pemberdayaan Pendidikan Alternatif Untuk Anak Jalanan di Sepanjang Rel Kereta Api Ketintang Wonokromo Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk memenuhi salah satu persyaratan

Dalam menyelesaikan program Sarjana Strata Satu (S-1) Ilmu Pengembangan Masyarakat Islam

Oleh:

JAYANTI KARTIKASARI NIM: B02210015

PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

JURUSAN MANAGEMEN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(3)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi atas:

Nama : JAYANTI KARTIKASARI

NIM : B02210015

Prodi : Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)

Judul Skripsi :PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN (Upaya

Pemberdayaan Pendidikan Anak Jalanan di Sepanjang Rel Kereta Api Ketintang Wonokromo Surabaya)

Telah dikoreksi dan disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diujikan.

Surabaya, 27 Januari 2015 Dosen Pembimbing,

(4)

iv

SURAT PERNYATAAN

Yang Bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Jayanti Kartikasari

NIM : B02210015

Fakultas : Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Jurusan : Menejemen dan Pengembangan Masyarakat

Program Studi : Pengembangan Masyarakat Islam

Judul : PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN (Upaya

Pemberdayaan Pendidikan Anak Jalanan di Sepanjang Rel Kereta Api Ketintang Wonokromo Surabaya)

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulis skripsi ini berdasarkan penelitian, pemikiran, dan pemaparan asli dari saya sendiri. Jika terdapat karya orang lain saya akan menyantumkan sumber yang jelas.

Surabaya, 27 Januari 2015 Yang Menyatakan,

(5)
(6)

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN

(Upaya Pemberdayaan Pendidikan Alternatif Untuk Anak Jalanan di Sepanjang Rel Kereta Api Ketintang Wonokromo Surabaya)

(Pengalaman Penelitian dan Pendampingan Dengan

Metodologi Participatory Action Research-PAR)

Oleh: Jayanti kartikasari

ABSTRAK

skripsi ini membahas tentang upaya pendampingan masyarakat miskin yang menjadikan anak anaknya sebagai salah satu orang yang ahrus membantu kebutuhan hidup keliarga dirumah tanpa diberikan pendidikan yang seharusnya menjai ha anak anak di perkampungan kumuh sekitar rel ketintang.

Perkampungan kumuh sekitar rel kereta api ini merupakan salah satu dari sekian banyak perkampungan kumuh yang telah mnyebar di kota Surabaya ini. Mereka selalu beranggapan bahwasanya pendidikan itu tidak penting dilakukan. Dikarenakan tidak dapaat menghasilkan pundi pundi yang mana bisa membantu orang tua mereka didalam rumah. Diakrenakan pemikiran seperti ini, membuat anak anakpun tidak terdoktrin, tidak semangat akan menjalani pendidikan sekolah formal,

Mengubah cara pandang masyarakat diperlukan sangat kerja keras dan keyakinan pasti bisa dahulu. Fasisitator awalnya hany membantu lewat penyadaran penyadaran untuk para orang tua agar lebih mau memikirkan pendidikan anaknya. Setelah itu fasilitator mendorong agar anak anak juga semangat menjalankan sekolah darurat. Tetapi dkerenakan tidak adanya dorongan lain yang lebih berarti, sehingga mereka tetap sja mementingkan bekerja dari pada bersekolah.

Riset pendampingan ini dilakukan dengan mengacu pada pendekatan penelitian menggunakan metode PAR (Particpatory Action Research). PAR memiliki tiga kata yang saling berhubungan satu sama lain. Ketiga kata tersebut adalah partisipatif, riset, dan aksi. Betapapun juga, riset memiliki mempunyai akibat-akibat yang ditimbulkannya. Segala sesuatu timbul akibat dari riset. Sesuatu yang baru diakibatkan riset bisa jadi berbeda dengan situasi sebelumnya. PAR dirancang memang untuk mengkonsep suatu perubahan dan melakukan perubahan terhadapnya.

Namun upaya penyadaran untuk orang tua dan anak berjalan tidak normal. Sehingga fasilitator sedikit bingnung dengan mereka.

(7)

x

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Lembar Persetujuan Pembimbing……….……….. ii

Halaman pengesahan tim penguji…... iii

Surat Pernyataan………... iv

Motto... v

Abstrak... vi

Kata pengantar ... vii

Daftar isi... x

Daftar gambar dan tabel... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah... 1

B. Alasan Memilih Subjek Penelitian... 3

C. Fokus penelitian ... 5

D. Kondisi Subjek Dampingan saat ini... 5

E. Strategi yang Dilakukan... 6

(8)

xi

BAB II KAJIAN TEORITIK

A. Konsep dasar pemberdayaan... 10

B. Teori Pendidikan …... 12

C. Teori Perkembangan Sosial Anak... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF A. Pengertian PAR... ... 29

B. Langkah-Langkah Riset Aksi Dalam Metodologi PAR... 29

C. Prinsip-Prinsip PAR ... 33

D. Tekhnik Pendampingan dan Penelitian... 38

BAB IV POTRET KEHIDUPAN DI PERKAMPUNGAN KUMUH KETINTANG SURABAYA A. Letak Geografis ………... 42

B. Pola Keberagaman Masyarakat... 44

C. Pola Kebudayaan Masyarakat ... 49

D. Sumber Perekonomian………... 51

E. Prilaku Sosial dan Tradisi Masyarakat ... 53

F. Sejarah Munculnya Kampung Kumuh ... 55

BAB V MENGURAI MASALAH DEMI MEMBANGUN ASA... 58

A. Pendidikan Anak Keluarga Miskin... 60

B. Kurangnya Kesadaran Akan Fungsi Penting Pendidikan... 68

(9)

xii

A. Pendidikan Ideal Untuk Anak-Anak Tidak Mampu………….. 74

BAB VII

BERSAMA DALAM REFLEKSI

... ... 85

A. Menciptakan Pendidikan yang Ideal bagi Keluarga Miskin... 88

BAB VIII PENUTUP

A. Kesimpulan………... 90

DAFTAR PUSTAKA

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupkan salah satu peran penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Sumber daya manusia ini hanya bisa meningkat apabila mayarakat memiliki sistem pendidikan yang baik untuk diterapkan. Paling tidak meskipun miskin dan tingkat pendidikan rendah, yang perlu diprioritaskan adalah pendidikan moral. Pada saat masyarakat mengalami proses degradasi moral, maka penguatan moralitas melalui pendidikan moral yang dibangun mulai dari keluarga menjadi semakin penting perannya.

(11)

2

lapangan kerja, dikarenakan tidak memiliki potensi yang mencukupi untuk standar bekerja di perkantoran Surabaya, dan sudah tidak ada uang untuk kembali ke desa atau bisa juga malu kembali ke desa tanpa membawa apa apa, akhirnya menumpuklah pengangguran di kota atau daerah yang dianggap akan mengankat dirinya dari kemiskinan.

Perkampungan kumuh di sekitar rel kereta api Ketintang Surabaya, merupakan salah satu kawasan wilayah Surabaya yang termasuk dalam Surabaya bagian Barat. Perkampungan ini merupkan salah satu bukti nyata ketimpangan yang terjadi dalam kehidupan di dalam perkotaan. Bagaimana tidak, perkampungan kumuh ini berada tepat di belakang sebuah mall besar yang merupakan salah satu mall kebanggaan kota Surabaya. Sedangkan dapat kita lihat sendiri bahwasanya para pengunjung mall itu merupakan orang-orang yang termasuk dalam katagori menengah ke atas. Sedangkan tanpa disadari di belakang bangunan megah itu berdirilah rumah-rumah petak yang ukurannya hanya

berkisar 4x5 m3 saja. Perkampungan kumuh ini ditempati oleh 80 kepala keluarga

(kk) yang memiliki profesi sebagai pemulung, tukang becak dan pengamen dan pengemis jalanan.

(12)

3

dengan kejadian itu bahkan walaupun ketika anak-anaknya bermain di rel kereta. Meskipun terlihat liar tetapi perkampungan kumuh ini tidak memiliki rukun tetengga (RT).

Gambar 1: Perkampungan kumuh sekitar rel kereta api

Sejauh mata memendang, ketika memasuki perkampungan ini yang terlihat hanya kotor, ketidakteraturan dan bahaya yang bisa dilihat. Jarak yang memisahkan antara rumah dan rel kereta api itu hanya sekitar 3 meter saja, serta hampir di depan setiap rumah ada semacam Box besar di mana berisikan barang-barang bekas seperti botol, kaleng, kardus, kertas dll. Semua itu adalah hasil dari memulung. Selain itu rumah-rumah petak yang hanya berdindingkan papan (triplek) dan bergentengkan seng sangat banyak dan tidak beraturan letaknya.

B.Alasan Memilih Subyek Dampingan

(13)

4

merupakan hal yang sering kali dianggap remeh oleh para orang tua sehingga menjadikan pendidikan sebuah hal yang bisa diangap tidak seberapa penting lagi.

Anak merupakan hal terindah yang telah Allah kirimkan untuk kita. Dan sudah menjadi kewajiban orang tua untuk selalu memenuhi semua kewajiban dalam mensejahterakan anak-anaknya. Tetapi masalah memenuhi kewajiban seorang anak agaknya sudah menjadi hal basi yang berkembang. Untuk saat ini sudah banyak sekali orang tua yang sudah tidak memenuhi kewajiban untuk memberikan pendidikan yang layak, itulah mengapa dari skripsi ini peneliti memilih subyek dampingan yang berada di perkampungan kumuh Ketintang Surabaya.

Alasan utama yang peneliti pilih menjadi subyek pendampingan adalah masalah pendidikan. Pendidikan yang layak akan dapat mengantarkan seorang manusia untuk menjalani hidup yang lebih baik. Sedangkan hal itu tidak dapat dirasakan oleh anak-anak di perkampungan kumuh Ketintang Surabaya ini. Saat anak-anak seusia mereka sibuk dan bergelut dengan semua hal yang berbau pendidikan, maka lain halnya dengan apa yang sudah dikerjakan oleh anak-anak perkampungan kumuh Ketintang Surabaya. Usia yang relatif masih kecil dan bahkan masih balita pun mereka sudah dihadapkan dengan permsalahan besar yang harus mereka lalui, seperti, mencari uang untuk membantu kebutuhan hidup orang tuanya.

(14)

5

banyak sekali hal-hal yang sangat sering terjadi dan mereka lihat yang seharusnya mereka tidak mengetahui hal itu semua sudah menjadi makanan sehari-hari mereka.

Dalam hal ini orang tua sering sekali mengabaikan hal-hal yang dianggap remeh yang sebenarnya bisa sangat berpengaruh bagi kelanjutan hidup dan masa depan anak mereka. Dan untuk kesekian kalinya para orang tua diingatkan tentang hal yang kurang baik itu, mereka selalu berkilah bahwasanya uang adalah masalah utama dalam hal kehidupan ini. Sehingga mereka tidak bisa apa-apa untuk membuat anak-anak mereka mengenyam pendidikan formal yang layak untuk mereka. Hal ini merupakan salah satu belenggu yang terus menghantui masyarakat miskin yang terjadi terus menerus dan berulang-ulang sehingga masyarakat menggap belenggu ini adalah hal yang wajar untuk keluarga miskin.

C.Fokus Penelitian

Dari deskripsi tentang kontek penelitian di atas, maka peneliti merumuskan fokus riset aksi: (1) Bagaimana cara memberdayakan Pendidikan alternatif untuk anak jalanan di sepanjang rel kereta api Ketintang Wonokromo Surabaya

D.Kondisi Subyek Dampingan Saat Ini

(15)

6

baru yang membangun rumah semi permanen di tanah milik PJKA ini. Perkampungan kumuh ini awalnya berupa tanah lapang milik PJKA yang sudah tidak terawat. Hingga dengan seiring berjalannya waktu, tanah kosong yang dulunya tidak digunakan sebagai apapun, oleh orang orang urban dikarenakan tidak dapat membeli atau mengontrak rumah dikarenakan kurannya keterampilan, membuat mereka dengan nekat membuat rumah rumah semi permanen di tanah PJKA yang letaknya sangat dekat dengan rel kereta api. Dengan kwalistas kerja yang tidak bagus, akhirnya mereka banyak yang tidak mendapatkan pekerjaan yang layak.

Sedangkan kebuat setiap harinya ada dan tambah bertambah banyak saja, mengakibatkan seringkali masyarakat merasakan kekurangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik itu makan, pakaian, dll sehingga berimbas harus ada salah satu hal yang harus dikorbankan. Menurut sebagian besar masyarakat perkampungan kumuh di sekitar rel kereta api ini, pendidikan merupakan hal yang dianggap sepele. Menurut mereka, walaupun tak bersekolah mereka akan tetep bisa belajar langsung oleh kehidupan. Karena pelajaran yang sesungguhnya adalah melaksanakan, bukannya hanya teori teori saja.

E.Strategi Yang Dilakukan

(16)

7

perkampungan kumuh samping rel kereta api di kelurahan Wonokromo kecamatan Wonokromo Surabaya.

Di perkampungan kumuh ini, banyak sekali keluarga yang memiliki anak yang kebanyakan tidak disekolahkan oleh orang tuanya, semua itu dilakukan berdasarkan alasan ekonomi yang terjadi pada keluarga miskin. Kebanyakan mereka memilih untuk menyuruh anak-anaknya untuk bekerja sebagai pengamen atau pengemis di jalanan, hanya untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari hari.

Sebenarnya semua itu bisa dirubah dengan merubah cara berfikir orang tua, yaitu dengan memberikan motivasi kepada anaknya bahwasanya berpendidikan itu sangat baik bagi masa depan mereka. Harapannya supaya mereka akan mendapatkan sedikit pengajaran dan semangat yang tanpa mereka sadari telah memberikan mereka pendidikan yang berguna dan bermanfaat pada kemudian hari. Sehingga pada waktu sudah dewasa nanti mereka sudah memiliki dasar- dasar pendidikan tanpa mereka sadari.

F. Sistematika Pembahasan

(17)

8

1.Bab satu, pada bab ini adalah bab pendahuluan, yang mana peneliti

menjelaskan latar belakang, fokus penelitian dan tujuan adanya penelitian serta sistematika pembahasan penulisan skripsi yang ditulis oleh peneliti.

2.Bab dua, pada bab ini adalah bab kajian teoritik. Yang berisi tentang

konsep pemberdayaan masyarakat, teori pendidikan, dan pendidikan yang berbanding lurus dengan kesejahteraan.

3.Bab tiga, pada bab ini adalah bab metodologi penelitian pendampingan

berisi tentang pengertian pendampingan, teknik-teknik pendampingan dalam melakukan penelitian.

4.Bab empat, pada bab ini adalah bab potret kehidupan sosial masyarakat

yang berisi meneropong bentang alam Perkampungan kumuh sekitar rel kereta api Ketintang, yang menjelaskan tentang geografi Perkampungan kumuh sekitar rel kereta api Ketintang, asal usul Perkampungan kumuh sekitar rel kereta api Ketintang yang berisikan sejarah adanya Perkampungan kumuh sekitar rel kereta api Ketintang, sumber perekonomian dan adat istiadat masyarakat Perkampungan kumuh sekitar rel kereta api Ketintang.

5.Bab lima, pada bab ini adalah bab mengurai masalah demi membangun

asa, yang berisi pendidikan anak keluarga miskin, kurangnya kesadaran akan fungsi penting pendidikan.

6.Bab enam, pada bab ini adalah bab mengurai derita membangun cita, yang

(18)

9

7.Bab tujuh, pada bab ini adalah bab bersama dalam refleksi setelah aksi,

menciptakan pendidikan yang ideal bagi keluarga miskin.

(19)

10

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A.Konsep Dasar Pemberdayaan

Pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah strategi, sekarang telah banyak diterima, bahkan telah berkembang dalam berbagai literatur di dunia barat. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pembangunan Sosial di Kopenhagen Tahun 1992 juga telah memuatnya dalam berbagai selalu berjalan mulus.

Banyak pemikir dan praktisi yang belum memahami dan mungkin tidak

meyakini bahwa konsep pemberdayaan merupakan alternatif pemecahan terhadap

dilema-dilema pembangunan yang dihadapi. Mereka yang berpegang pada

teori-teori pembangunan model lama juga tidak mudah untuk menyesuaikan diri

dengan pandangan-pandangan dan tuntutan-tuntutan keadilan. Mereka yang tidak

nyaman terhadap konsep kesepakatannya. Namun, upaya mewujudkannya dalam praktik pembangunan tidak partisipasi dan demokrasi dalam pembangunan tidak akan merasa tentram dengan konsep pemberdayaan ini. Lebih lanjut, disadari pula adanya berbagai bias terhadap pemberdayaan masyarakat sebagai satu paradigma baru pembangunan.

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people-centered, participatory, empowering,

and sustainable”.1 Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah

1

(20)

11

proses pemiskinan lebih lanjut (Safety net), yang pemikirannya belakangan ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari alternatif terhadap konsep-konsep pertumbuhan di masa yang lalu. Dengan kata lain Pengembangan masyarakat adalah membina dan meningkatkan kualitas masyarakat agar mereka dapat hidup

lebih baik, lebih efisien, cara hidupnya lebih sehat fisik dan lingkungannya.2

Pemberdayaan dan pengorganisaian masyarakat merupakan sepasang teori yang sepertinya sulit dipisahkan. Istilah pengorganisasian rakyat (people organizing) atau yang lebih juga dikenal dengan istilah pengorganisir masyarakat

(community organizing) sebenarnya adalah suatu peristilahan yang sudah menjelaskan dirinya sendiri. Istilah ini memang mengandung pengertian yang luas dari dua akar katanya. Istilah rakyat disini tidak hanya berarti satu perkauman

(community) yang khas, dalam konteks yang lebih luas juga pada masyarakat

(society) pada umumnya. Istilah pengorganisasian disini lebih diartikan sebagai

suatu kerangka proses menyeluruh untuk memecahkan masalah di tengah masyarakat. Sehingga bisa juga diartikan suatu cara pendekatan dalam

melaksanakan kegiatan dalam rangka memecahkan masalah tersebut.3

Pengorganisasian masyarakat adalah suatu proses dimana mayarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan dan menentukan prioritas dari kebutuhan-kebutuhan tersebut, dan mengembangkan keyakinan untuk berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan skala prioritas berasarkan atas

2

Ibid.,. 8.

3

(21)

12

sumber yang ada dalam masyarakat itu sendiri maupun yang berasal dari luar

dengan usaha secara gotong royong.4

Tujuan utama pengorganisasian tersebut menuju pada pemberdayaan masyarakat, agar masyarakat mampu merubah keadaaan sebelumnya dengan meningkatkan kondisi kesejahteraan atau tarif hidup masyarakat terutama pada lingkungan komunitas yang bersangkutan. Pada dasarnya, ada hubungan timbal balik antara pola prilaku sosial dengan kondisi lingkungan. Pola prilaku social dipengaruhi oleh karakteristik dan kualitas lingkungan, dan sebaliknya pola

prilaku social juga mempengaruhi karakteristik dan kualitas lingkungan.5

B.TEORI PENDIDIKAN

Pendidikan adalah aspek universal yang selalu harus ada dalam kehidupan manusia. Tanpa pendidikan, ia tidak akan pernah berkembang dan berbudaya disamping itu, kehidupan juga akan menjadi statis tanpa ada kemajuan, bahkan bisa jadi akan mengalami kemunduran dan kepunahan. Oleh karena itu, menjadi fakta yang tak berbantahkan bahwa pendidikan adalah sesuatau yang niscaya dalam kehidupan manusia. Adanya pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia. Bahkan bisa dikatakan tanpa pendidikan, maka tidak akan ada yang

4

Abu Huraerah, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat (Model dan Strategi Pembangunan Berbasis Kerakyatan) (Bandung:Humaniora, 2008), 129.

5

(22)

13

namanya manusia sebab, pendidikan adalah yang membentuk peradapan, dan

tanpa peradapan manusia punah.6

Nana S. Sukmadinata (1997) dalam bukunya Pengembangan Kurikulum

Teri dan Praktek,7 mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan, yaitu:

1) Pendidikan klasik

2) Pendidikan pribadi

3) Teknologi pendidikan

4) Pendidikan interaksional

Keempat aliran pendidikan di atas bertolak dari asumsi, teori dan konsep yang berbeda dan memiliki pandangan yang berbeda pula dalam memposisikan dan peran berbagai unsur yang terlibat, antara lain kedudukan kurikulum yang dianut, peran dan fungsi pendidik, peran siswa, isi atau bahan yang akan dikembangkan, media dan alat bantu, ataupun sistem evaluasi yang akan dilakukan.

6

Teori Pendidikkan, diakses dari http://sinautp.weebly.com/teori-pendidikan.html (Senin, 12 Januari 2015, jam 19.33 WIB)

7

(23)

14

1) Pendidikan klasik

Para ahli pendidikan dan praktisi pendidikan, sering menyebut konsep tertua dalam pendidikan adalah pendidikan klasik.dalam pendidikan klasik, konsep kurikulumnya berupa kurikulum subjek akademis yang bersumber pada

aliran perenialism dan esensialism yang berorientasi pada masa lalu. Dalam

kaitan dengan pendidikan klasik ini, diakui oleh Rowtree yang mengemukakan bahwa mengajar terdiri dari dua kubu yaittu mengajar dengan cara atau pendekatan: exposition-Discovery. Dalam pandangan Rowtree, mengajar yang

bercirikan kubu pertama, yaitu model mengajar yang bercirikan exposition

(penyajian). Dalam kubu ini, guru sangat dominan dengan metode ceramah sebagai andalan utamanya mengajar. Guru menyajikan bahan ajar secara menyeluruh.

Kubu mengajar yang kedua, model mengajar dengan ciri discovery

(menemukan sendiri). yaitu pola pengajaran yang bercirikan aktifitas siswa yang dituntut untuk aktif melalui serangkaian kegiatan yang bermakna.

Hal yang senada, Ausubel and Robinson membagi peta pembelajaran dalam dua strategi dominan yaitu: Reception Learning-Discovery Learning dan Rote Learning-Meaningful Learning. Belajar pada dasarnya berpijak pada dua

kubu dominan yaitu: belajar yang bercirikan receiptive (menerima) dari apa

(24)

15

Dalam konteks pendidikan klasik, exposition teaching theory (Rowtree)

ataupun receiptive learning theory (Ausubel and Robinson) merupakan ciri

utama pengajaran pada pendidikan klasik. Materi yang disampaikan guru

merupakan ciri dominan. siswa bersifat receiptive (menerima), dengan variasi

kegiatan duduk, dengar dan catat yang merupakan ciri utama kegiatan siswa.8

2) Pendidikan pribadi

Konsep dasar teori mengajar pada pendidikan pribadi ini lebih banyak dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik. Oleh sebab itu pendidikan pribadi sering juga disebut sebagai pendidikan humanistik (humanistic education). Beberapa tokoh konsep aliran pendidikan ini antara lain: John Dewey melalui "progressive education" ataupun JJ Rousseau melalui konsep "romantic education". Asumsi dasar konsep pendidikan ini adalah anak merupakan sosok sentral yang utama dalam program pendidikan. oleh sebab itu anak didik merupakan subyek pendidikan, yang harus didengar, didekati, dan diapresiasi secara komprehensif tentang segala harapan, cita-cita dan aspirasinya. Para siswa adalah sosok yang memiliki potensi, kemampuan, kekuatan, oleh sebab itu pendidikan harus dianggap sebagai persemaian yang

subur untuk mengembangkan siswa secara menyeluruh.9

Dalam teori pendidikan pribadi ini, konsep pendidikan bertolak dari anggapan bahwa peserta didik dilahirkan dan telah memiliki sejumlah potensi

8

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu & Aplikasi Pendidikan (PT Imperial Bhakti Utama, 2007), 58

9

(25)

16

yang akan berkembang dengan sendirinya. Dalam konsep ini pendidikan ibarat persemaian yang berfungsi untuk menciptakan lingkungan yang baik. dalam konsep ini pendidikan bertolak berdasarkan kebutuhan dan minat peserta didik. pendidik bukan lagi sebagai penyampai informasi atau sebagai model, akan tetapi ia berperan sebagai pembimbing yang mampu memahami dan mengerti segala kebutuhan.

Salah satu teori mengajar yang melandasi aliran pendidikan ini adalah pendidikan konfluen yang menyatakan pendidikan konfluen menekankan pada keutuhan pribadi, individu harus merespon secara utuh (bagi segi pikiran, perasaan, maupun tindakan) terhadap kesatuan yang menyeluruh dari lingkungan. beberapa ciri kurikulum kanfluen yang mempengaruhi konstruk teori mengajar adalah:

a) Partisipasi

b) Integrasi

c) Relevansi

d) Pribadi anak

e) Tujuan

3) Teknologi pendidikan

(26)

17

penguasaan kompetensi yang berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang. Konsep pendidikan ini mengutamakan konsep segi empiris, informasi obyektif yang didasarkan pada kaidah yang dapat diamati dan diukur serta dihitung secara statistik. Dalam teori pendidikan ini pendidikan adalah ilmu dan bukan seni. Dengan demikian pengembangan desain program menjadi prinsip utama ke arah efisiensi dan efektifitas. Dalam pengembangan desain program dalam pendidikan ini mengembangkan kaidah teknologi pendidikan dengan melibatkan perangkat lunak dan perangkat keras termasuk audio visual dan media pembelajaran. Dalam teori ini guru berfungsi sebagai direktur belajar dengan tugas-tugas melakukan pengelolaan pendidikan dan pendalaman bahan.

Pendidikan ini lebih diwarnai oleh the liniear-rational model of

instruction, walaupun model ini juga merupakan modifikasi dari konsep

mengajar para pendahulunya yang memberikan penekanan pada pendekatan tradisional dalam mengajar (tradissional approach in teaching), seperti halnya Rational model yang dikembangkan Taba (1967), Popham and Baker (1970), Gagne, Briggs, and Wager (1992) dan Gagne and Driscoll (1988).

Model mengajar rasional ini lazim disebut "instructional design" atau disebut "system approach in instructional planning".

4) Pendidikan Interaksional

(27)

18

berinteraksi dan bekerja, dan hidup satu sama lain. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan untuk bekerja dan interaksi. Pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak atau multi pihak, yaitu guru, siswa dan lingkungannya sehingga terjadi hubungan dialogis dan interaksional. Dalam proses belajarnya, model interaksional terjadi melalui dialog. Guru berperan dalam menciptakan diaolog dengan dasar saling mempercayai dan saling membantu. Bahan ajar banyak diambil dari lingkungan. Siswa diajak untuk menghayati nilai sosial budaya yang ada di masyarakat. Dalam pendidikan interaksional menekankan pada isi dan proses pendidikan secara sekaligus. Isi pendidikan terdiri dari problem nyata yang aktual di masyarakat. Sedangkan proses berbentuk kegiatan belajar berkelompok yang mengutamakan kerjasama dan interaksi siswa dengan guru dan lingkungannya termasuk sumber belajar.

Interaksional pada dasarnya berkaitan erat dengan teori dan proses komunikasi. Komunikasi suatu proses di mana partisipan berbagi informasi untuk mencapai pengertian satu sama lain. Lasswell (1948) menyebut komponen dasar komunikasi adalah sesuatu yang berkaitan dengan "Siapa mengatakan atau mengemukakan apa, dengan saluran komunikasi apa, kepada siapa, dan dengan dampak apa (hasil yang dicapai). Sedangkan Shannon dan Weaver menyebut komunikasi sebagai semua prosedur tentang pikiran seseorang yang dapat mempengaruhi pihak lain.

(28)

19

adanya penyandian yang dilakukan pengirim pesan dan interpretasi oleh penerima, serta antisipasi kemungkinan adanya gangguan (noises) dalam proses komunikasi yang berlangsung.

Oleh karena difusi adalah proses komunikasi untuk menyebarluaskan gagasan, ide, karya dsb sebagai suatu produk inivasi, maka aspek komunikasi menjadi sangat penting dalam menyebarluaskan gagasan, ide ataupun produk tersebut. persoalannya adalah saluran apa yang paling lazim digunakan dalam

divusi inivasi yang dilakukan.10

Menurut penganut interaksional, pendidikan harus menemukan suatu kemungkinan yang belum teruji yang ada dalam situasi masa kini, yakni jalan untuk membantu siswa menemukan masyarakat baru dengan bentuk pendidikan baru. Untuk mencapai bentuk pendidikan yang beriklim kemanusiaan dengan penekanan pada interaksi maka beberapa hal harus mendapat perhatian yakni:

1. Masyarakat, pendidikan harus mengacu kepada unit-unit personal, kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan siswa saling mengenal dan saling bekerjasama dalam suasana kebenaran dan kerja sama saling bergantung. Guru harus mengenal dan mempercayai, respek terhadap pengalaman dan kemampuan siswa. Penganut interaksional mentolerir individualisme dan mengajak keterbukaan terhadap berbagai kepercayaan. Di

10

(29)

20

antara masyarakat pendidikan diperkenalkan dialog yakni percakapan yang mengandung kebenaran dalam masyarakat.

2. Situasi, Belajar harus terletak dalam konteks aktual. Belajar dapat terjadi dalam pekerjaan dan perdagangan dan dalam berbagai kehidupan nyata. Ini merupakan proses kesadaran dalam situasi kehidupan yang unik. Dengan demikian arah pendidikannya adalah masa kini dan mengacu pada masa yang akan datang.

3. Kesadaran kritis, Apabila pendidikan merupakan proses untuk menemukan diri sendiri melalui interaksi dengan masyarakat, maka gambaran masyarakat tersebut harus jelas bagi siswa. Siswa harus diberi kebebasan untuk mengeksplorasi realitas yang memungkinkan. Tujuan pendidikan interaksional adalah membantu siswa memperoleh kesadaran kritis mengenai realitas dalam masyarakatnya sehingga siswa memiliki keinginan untuk memperbaiki

lingkungan, masyarakat, dan budayanya.11

C.Teori Perkembangan Sosial Anak.

1. Pengertian Perkembangan Sosial Anak.

Syamsu Yusuf menyatakan bahwa Perkembangan social merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan

11

(30)

21

saling berkomunikasi dan kerja sama. Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan

dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.12

Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono menyatakan bahwa, “Hubungan sosial

(sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga

berkembang amat kompleks”.13

(31)

22

dengan manusia lainnya, interaksi social merupakan kebutuhan kodrati yang

dimiliki oleh manusia.14

2. Bentuk-Bentuk Perkembangan Sosial Anak

Bentuk-Bentuk Tingkah laku Sosial Dalam perkembangan menuju kematangan sosial, anak mewujudkan dalam bentuk-bentuk interaksi sosial antara lain :15

a. Pembangkangan (Negativisme)

Bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Tingkah laku ini mulai muncul pada usia 18 bulan dan mencapai punc aknya pada usia tiga tahun dan mulai menurun pada usia empat hingga enam tahun. Sikap orang tua terhadap anak seyogyanya tidak memandang pertanda mereka anak yang nakal, keras kepala, bodoh atau sebutan negatif lainnya, sebaiknya orang tua mau memahami sebagai proses perkembangan anak dari sikap dependent menuju kearah independent.

b. Agresi (Agression)

14

Ibid, 35

15

(32)

23

Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini diwujudkan dengan menyerang seperti mencubit, menggigit, menendang dan lain sebagainya. Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi, mengurangi agresifitas anak dengan cara mengalihkan perhatian atau keinginan anak. Jika orang tua menghukum anak yang agresif maka egretifitas anak akan semakin memingkat.

c. Berselisih (Bertengkar)

Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku anak lain.

d. Menggoda (Teasing)

Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang menimbulkan marah pada orang yang digodanya.

e. Persaingan (Rivaly)

(33)

24

f. Kerja sama (Cooperation)

Yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain. Sikap ini mulai nampak pada usia tiga tahun atau awal empat tahun, pada usia enam hingga tujuh tahun sikap ini semakin berkembang dengan baik.

g. Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior)

Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap bossiness. Wujud dari sikap ini adalah; memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan sebagainya.

h. Mementingkan diri sendiri (selffishness)

Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya.

i. Simpati (Sympaty)

Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak

Perkembangan sosial anak dipengaruhi beberapa faktor yaitu:16

a. Keluarga.

16

(34)

25

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga. Pengalaman- pengalaman dalam interaksi sosial dalam keluarganya turut menentukan pula cara-cara dan tingkah lakunya terhadap orang lain.

b. Kematangan

Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu kematangan dalam berbahasa juga sangat

menentukan.17

c. Status Sosial Ekonomi

Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Hubungan orang tua yang hidup dalam status sosial-ekonomi serba cukup dapat mengurangi

17

(35)

26

tekanan-tekanan fundamental seperti dalam memperoleh nafkah hidupnya sehingga mereka lebih dapat mencurahkan perhatian, pengasuhan dan pendidikan anak-anaknya apabila ia tidak terbebani dengan masalah-masalah kebutuhan primer kehidupan manusia. Tampaknya hal ini dianggap benar secara keseluruhan. Tentulah status sosial ekonomi itu bukan merupakan faktor mutlak dalam perkembangan sosial karena hal ini bergantung kepada sikap-sikap orang tuanya dan bagaimana corak interaksi di dalam keluarga.

d. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.

e. Kapasitas Mental: Emosi dan Intelegensi

Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi perpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan baik.

(36)

27

f. Status Anak.

Status anak juga berperanan sebagai suatu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial anak dalam keluarganya. Status anak

yang dimaksud yakni anak tunggal, sulung, atau anak bungsu.18

4. Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku

Dalam perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau merahasiakannya. Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya.

Kemampuan abstraksi anak sering menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semstinya menurut alam pikirannya. Disamping itu pengaruh egoisentris

sering terlihat, diantaranya berupa:19

a. Cita-cita dan idealis yangbaik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri,

tanpa memikirkan akibat labih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan

18

Gerungan, Psikologi Sosial,. . . 195-204.

19

(37)

28

praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.

b. Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat

orang lain daalm penilaiannya.

c. Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam

(38)

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF

A.Pengertian PAR

PAR adalah singkatan dari Participatory Action Research, yaitu

merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan (stakeholders) dalam mengkaji tindakan yang sedang berlangsung (dimana pengalaman mereka sendiri sebagai persoalan) dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik. Dalam PAR perlu melakukan refleksi kritis terhadap konteks sejarah, politik, budaya, ekonomi, geografis dan

konteks lain-lain yang terkait.1

B.Langkah-Langkah Riset Aksi Dalam Metodologi PAR

1. Pemetaan Awal (Preleminary mapping)

Pemetaan awal merupakan pemetaan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui situasi dan keadaan sosial yang ada di masyarakat. Pemetaan ini dilakukan bersama dengan masyarakat. Dengan pemetaan ini peneliti dapat mengetahui letak geografis Perkampungan kumuh sekitar rel kereta api dan batas-batas Perkampungan kumuh sekitar rel kereta api. Selain itu jumlah penduduk, kebudayaan, keagamaan, pendidikan dan perekonomian masyarakat dapat di dapat dari kegiatan pemetaan awal.

1

(39)

30

2. Membangun Hubungan Kemanusiaan

Dalam melakukan penelitian pendampingan ini peneliti juga perlu membangun hubungan kemanusiaan dengan masyarakat. Hal ini diperlukan untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap peneliti. Dalam membangun hubungan kemanusiaan ini peneliti berbaur dengan masyarakat dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada dalam masyarakat, yaitu tahlilan, sholat berjama’ah dll.

Langkah-langkah ini dilakukan supaya peneliti bisa menyatu menjadi simbiosis mutualisme untuk melakukan riset, belajar memahami masalahnya, dan memecahkan persoalannya bersama-sama (partisipatif).

3. Penentuan Agenda Riset Untuk Perubahan Sosial

Penentuan agenda riset dalam penulisan ini di perlukan oleh peneliti. Bersama komunita, peneliti mengagendakan program riset melalui teknik Partisipatory Rural Aprasial (PRA) untuk memahami persoalan masyarakat

yang selanjutnya menjadi alat perubahan social. Sambil merintis membangun kelompok-kelompok komunitas, sesuai dengan potensi dan keragaman yang ada.2

Peneliti selalu datang seorang diri dan membutuhkan kelompok yang akan membantu dalam pelaksanaan riset aksi, sejauh ini peneliti telah menggandeng kelompok masyarakat yang berjumlah dua orang yaitu, Bapak

Imron (45th) dan Bapak Ja’I (37th). Kedua orang ini bersedia membantu

dalam berbagai hal selama riset aksi. Peran dan fungsi tim ini adalah

2

(40)

31

berperan sebagai orang lapangan yang melakukan kerja-kerja langsung di lapangan. Misalnya sebagai, peneliti, pengemas informasi, tenaga kerja bakti, pendorong dan penggerak masyarakat.

4. Pemetaan Partisipatif (Participatory Mapping)

Bersama Komunitas melakukan pemetaan wilayah, maupun persoalan yang dialami masyarakat. Pemetaan lebih difokuskan pada jumlah pemberian pendidikan alternatif untuk anak anak masyarakat Perkampungan kumuh sekitar rel kereta api.

5. Merumuskan Masalah Kemanusiaan

Komunitas merumuskan masalah mendasar hajat hidup kemanusiaan yang dialaminya. Seperti persoalan pangan, papan, kesehatan, pendidikan, energy, lingkungan hidup, dan persoalan utama kemanusiaan lainya. Adapun persoalan yang ada di tengah-tengah komunitas masyarakat miskin Perkampungan kumuh sekitar rel kereta api ini adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan untuk anak anak.

6. Menyusun Strategi Gerakan

Komunitas menyusun strategi gerakan untuk memecahkan problem kemanusiaan yang telah dirumuskan. Menentukan langkah sistematik,

menentukan pihak yang terlibat (stakeholders), dan merumuskan

(41)

32

7. Pengorganisasian Masyarakat

Komunitas didampingi peneliti membangun pranata-pranata sosial. Baik dalam bentuk kelompok-kelompok kerja, maupun lembaga-lembaga masyarakat yang secara nyata bergerak memecahkan problem sosialnya secara simultan. Demikian pula membentuk jaringan-jaringan antar kelompok kerja dengan lembaga-lembaga lain yang terkait dengan program aksi yang direncanakan.

Peneliti mendampingi komunitas dalam membentuk kelompok belajar yang bertujuan sebagai wadah masyarakat untuk mengorganisir pendidikan untuk anak yang dimiliki oleh masyarakat.

8. Melancarkan Aksi Perubahan

Aksi memecahkan problem dilakuakan secara simultan dan partisipatif. Program pemecahan persoalan kemanusiaan bukan sekedar untuk menyelesaikan persoalan itu sendiri, tetapi merupakan proses pembelajaran masyarakat, sehingga terbangun pranata baru dalam komunitas dan sekaligus

memunculkan community organizer (pengorganisir dari masyarakat sendiri)

dan akhirnya akan muncul local leader (pemimpin lokal) yang menjadi

pelaku dan pemimpin perubahan.3

9. Refleksi (Teoritisasi Perubahan Sosial)

Peneliti bersama komunitas merumuskan teoritisasi perubahan social berdasarkan atas hasil riset, proses pembelajaran masyarakat, dan program-program aksi yang telah terlaksana, peneliti dan komunitas merefleksikan

3

(42)

33

semua proses dan hasil yang diperolehnya (dari awal sampai akhir). Refleksi teoritis dirumuskan secara bersama, sehingga menjadi sebuah teori akademik yang dapat dipresentasikan pada khalayak publik sebagai pertanggung jawaban akademik.

10. Meluaskan Skala Gerakan dan Dukungan

Keberhasilan program PAR tidak hanya diukur dari hasil kegiatan selama proses, tetapi juga diukur dari tingkat keberlanjutan program (sustainability) yang sudah berjalan dan munculnya

pengorganisir-pengorganisir serta pemimpin local yang melanjutkan program untuk melakukan aksi perubahan. Oleh sebab itu, bersama komunitas peneliti memperluas skala gerakan dan kegiatan. Mereka membangun kelompok komunitas baru di wilayah-wilayah baru yang dimotori oleh kelompok dan pengorganisir yang sudah ada. Bahkan diharapkan komunitas-komunitas baru itu dibangun oleh masyarakat secara mandiri tanpa harus difasilitasi oleh peneliti. Dengan demikian masyarakat akan bisa belajar sendiri, melakukan riset dan memecahkan problem sosialnya secara mandiri.

C.Prinsip-Prinsip PAR

Terdapat 16 prinsip kerja PAR yang menjadi karakter utama dalam implementasi kerja PAR bersama komunitas. Adapun 16 prinsip kerja tersebut

adalah terurai sebagai berikut:4

4

(43)

34

1. Sebuah pendekatan untuk meningkatkan dan memperbaiki kehidupan sosial

dan praktek-prakteknya dengan cara merubahnya dan melakukan refleksi dari akibat-akibat perubahan itu untuk melakukan aksi lebih lanjut secara berkesinambungan.

2. Secara keseluruhan merupakan partisipasi yang murni(autentik) membentuk

sebuah siklus (lingkaran) yang berkesinambungan dimulai dari: analisa sosial, rencana aksi, aksi, evaluasi, refleksi (teoritisasi pengalaman) dan kemudian analisa social, kembali begitu seterusnya mengikuti proses siklus lagi. Proses dapat dimulai dengan cara yang berbeda.

3. Kerjasama untuk melakukan perubahan: melibatkan semua pihak yang

memiliki tanggungjawab (stakeholders) atas perubahan dalam upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan mereka dan secara terus menerus memperluas dan memperbanyak kelompok kerjasama untuk menyelesaikan masalah dalam persoalan yang digarap.

4. Melakukan upaya penyadaran terhadap komunitas tentang situasi dan kondisi

yang sedang mereka alami melalui perlibatan mereka dalam berpartisipasi dan bekerjasama pada semua proses research, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi.

5. Suatu proses untuk membangun pemahaman situasi dan kondisi sosial secara

(44)

35

6. Merupakan proses yang melibatkan sebanyak mungkin orang dalam

teoritisasi kehidupan sosial mereka. Dalam hal ini masyarakat dipandang lebih tahu terhadap persoalan dan pengalaman yang mereka hadapi untuk itu pendapat-pendapat mereka harus dihargai dan solusi-solusi sedapat mungkin diambil dari mereka sendiri berdasarkan pengalaman mereka sendiri.

7. Menempatkan pengalaman, gagasan, pandangan dan asumsi sosial individu

maupun kelompok untuk diuji. Apapun pengalaman, gagasan, pandangan dan asumsi tentang institusi-institusi sosial yang dimiliki oleh individu maupun kelompok dalam masyarakat harus siap sedia untuk dapat diuji dan dibuktikan keakuratan dan kebenarannya berdasarkan fakta-fakta, bukti-bukti dan keterangan-keterangan yang diperoleh di dalam masyarakat itu sendiri.

8. Mensyaratkan dibuat rekaman proses secara cermat. Semua yang terjadi

dalam proses analisa sosial, harus direkam dengan berbagai alat rekam yang ada atau yang tersedia untuk kemudian hasil-hasil rekaman itu dikelola dan diramu sedemikian rupa sehingga mampu mendapatkan data tentang pendapat, penilaian, tanggapan, reaksi dan kesan individu maupun kelompok sosial dalam masyarakat terhadap persoalan yang sedang terjadi secara akurat, untuk selanjutnya analisa kritis yang cermat dapat dilakukan terhadapnya.

9. Semua orang harus menjadikan pengalamannya sebagai objek riset. Semua

(45)

36

berdasarkan pengalaman pengalamannya sebelumnya, yang telah dikaji secara kritis.

10. Merupakan proses politik dalam arti luas. Diakui bahwa riset aksi ditujukan

terutama untuk melakukan perubahan sosial di masyarakat. Karena itu mau tidak mau hal ini akan mengancam eksistensi individu maupun kelompok masyarakat yang saat itu sedang memperoleh kenikmatan alam situasi yang membelenggu, menindas, dan penuh dominasi. Agen perubahan sosial harus mampu menghadapi dan meyakinkan mereka secara bijak, bahwa perubahan social yang akan diupayakan bersama adalah demi kepentingan mereka sendiri di masa yang akan datang.

11. Mensyaratkan adanya analisa relasi sosial secara kritis. Melibatkan dan

memperbanyak kelompok kerjasama secara partisipatif dalam mengurai dan mengungkap pengalaman-pengalaman mereka dalam berkomunikasi, membuat keputusan dan menemukan solusi, dalam upaya menciptakan kesefahaman yang lebih baik, lebih adil dan lebih rasional terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat, sehingga relasi sosial yang ada dapat dirubah menjadi relasi sosial yang lebih adil, tanpa dominasi dan tanpa belenggu.

12. Memulai isu kecil dan mengaitkan dengan relasi-relasi yang lebih luas.

(46)

37

13. Memulai dengan siklus proses yang kecil. (analisa social, rencana aksi, aksi,

evaluasi, refleksi dst.). melalui kajian yang cermat dan akurat terhadap suatu persoalan berangkat dari hal yang terkecil akan diperoleh hasil-hasil yang merupakan pedoman untuk melangkah selanjutnya yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang lebih besar.

14. Memulai dengan kelompok sosial yang kecil untuk berkolaborasi dan secara

lebih luas dengan kekuatan-kekuatan kritis lain. Dalam melakukan proses PAR peneliti harus memperhatikan dan melibatkan kelompok kecil di masyarakat sebagai partner yang ikut berpartisipasi dalam semua proses penelitian meliputi analisa social, rencana aksi, aksi, evaluasi dan refleksi dalam rangka melakukan perubahan social. Selanutnya partisipasi terus diperluas dan diperbanyak melalui pelibatan dan kerjasama dengan kelompok-kelompok masyarakat yang lebih besar untuk mengkritisi terhadap proses-proses yang sedang berlangsung.

15. Mensyaratkan semua orang mencermati dan membuat rekaman proses. PAR

(47)

38

16. Mensyaratkan semua orang memberikan alasan rasional yang mendasari kerja

sosial mereka. PAR adalah suatu pendekatan dan penelitian yang mendasarkan dirinya pada fakta-fakta yang sungguh-sungguh terjadi di lapangan. Untuk itu proses pengumpulan data harus dilakukan secara cermat untuk selanjutnya proses refleksi kritis dilakukan terhadapnya, dalam upaya menguji seberapa jauh proses pengumpulan data tersebut telah dilakukan sesuai dengan standar buku dalam penelitian sosial.

D.Tehnik Pendampingan dan Penelitian

Dalam penggalian data penulisan skripsi ini menggunakan metode pendampingan yang berbasis Participatory Action Research (PAR) yaitu metode riset yang dilaksanakan secara partisipatif di antara warga masyarakat dalam suatu komunitas aras bawah yang semangatnya untuk mendorong terjadinya aksi-aksi transformatif melakukan pembebasan masyarakat dari belenggu ideologi dan

relasi kekuasan (perubahan kondisi hidup yang lebih baik.5

Adapun langkah-langkah dalam PAR, yaitu:

1. Penyiapan Sosial (Merancang Komunikasi Kemanusiaan)

Dalam penyiapan sosial ini berarti mengetahui dan memahami masyarakat. Dalam proses ini pendamping berbaur dengan masyarakat untuk mengenali dan memahami masyarakat. Dengan melalui inkulturasi yang dibangun maka akan menciptakan komunikasi dengan masyarakat. Karena

5

(48)

39

Peneliti berfikir bahwa jika komunikasi yang dibangun dengan masyarakat kuat maka akan lebih mudah untuk membangun partisipasi masyarakat dalam membantu peneliti.

Penyiapan sosial dilakuakan dengan cara memahami kelompok yang tidak terorganisir dalam masyarakat, memahami peran dan fungsi lembaga yang ada di masyarakat dan mengenali tradisi yang dilakukan masyarakat.

2. Community Riset Social Problem Diagnostic

Yaitu menganalisis masalah yang ada di masyarakat. Dengan mengetahui dan memahami keseharian masyarakat maka pendamping dapat mengidentifikasi masalah. Selain itu pendamping juga melakukan FGD bersama masyarakat untuk mengetahui dan memahami permasalahan yang ada. Pohon masalah pun juga di buat bersama masyarakat.

Selain itu yang di lakukan pendamping dalam menganalisis masalah yaitu dengan maping, transek, memahami alur sejarah dan tradisi masyarakat. Diagram alur, diagram ven dan analisis sosial juga digunakan dalam memahami permasalahan yang terjadi di masyarakat.

3. Planning

(49)

40

Istilah rakyat di sini tidak hanya berarti satu perkauman (community) yang

khas, dalam konteks yang lebih luas juga pada masyarakat (society) pada

umumnya. Istilah pengorganisasian di sini lebih diartikan sebagai suatu kerangka proses menyeluruh untuk memecahkan masalah di tengah masyarakat. Sehingga bisa juga diartikan suatu cara pendekatan dalam

melaksanakan kegiatan dalam rangka memecahkan masalah tersebut.6

Planning adalah pemecahan masalah. Pemecahan masalah ini dilakukan

bersama masyarakat. Dari pohon masalah yang dibuat bersama masyarakat maka akan muncul pohon harapan yang berisikan harapan-harapan masyarakat dalam memecahkan masalah tersebut. Pendamping bersama masyarakat merencanakan program yang akan dilaksanakan. Dengan membuat proposal dan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait. Pendamping bersama masyarakat mengadakan pertemuan-pertemuan dalam perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan.

4. Political Action

Yaitu membentuk kelompok-kelompok social baru. Hal ini dilakukan

untuk pemecahan masalah. Dengan membangun leadership atau seorang

pemimpin yang dapat mengorganisir masyarakat dan dapat melakukan analisis terarah sehingga mendorong proses transparansi atas semua pihak dan semua permasalahan. Kegiatan ini dilakukan bersama partisipasi masyarakat. Aksi yang dilakukan ini menjawab harapan-harapan masyarakat.

6

(50)

41

Dalam membangun partisipasi masyarakat sebelum melakukan aksi tidak bermaksud untuk menumbuhkan partisipasi atas nama, partisipasi pasif, partisipasi lewat konsultasi maupun partisipasi fungsional. Melainkan partisipasi yang dibangun adalah partisipasi interaktif, dimana ide dalam berbagai kegiatan mulai perencanaan dan evaluasi melibatkan peran aktif masyarakat. Sehingga diharapkan masyarakat dapat mengambil inisiatif sendiri, melaksanakan kegiatan secara mandiri dan memobilisasi sumber daya

yang dibutuhkan dari masyarakat sendiri.7

5. Reflection

Yaitu tindakan dari hasil kegiatan atau menilai keberhasilan dan kekurangan semua kompenen aktifitas terhadap perubahan sosial yang menjadi visi masyarakat. Pendamping merefleksi dan menganalisis dari hasil kegiatan yang telah dilakukan.

7

(51)

BAB IV

POTRET KEHIDUPAN DI PERKAMPUNGAN KUMUH

KETINTANG SURABAYA

A.LETAK GEOGRAFIS

Surabaya merupakan salah satu kota yang besar maju, dan modern di tanah Jawa ini, Ketintang adalah sebuah kelurahan di wilayah Kecamatan Gayungan, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Di wilayah Ketintang terdapat kampus Universitas Negeri Surabaya. Sebagian daerah Ketintang berada di sekitar bantaran Kali Mas. Di sini terdapat banyak sekali toko-toko yang menyediakan

berbagai macam kebutuhan. Nama Ketintang berasal dari thing dan thang, suatu

onomatope untuk menyebut bunyi dentingan besi. Konon, di daerah ini pernah

berdiam empu keris bernama Ki Wijil,1 yang mengerjakan aktivitas pembuatan

keris di daerah, tetapi dalam semua gemerlap gemerlap yang terjadi ada satu hal yang dapat mengelitik yaitu banyaknya perkampungan perkampungan kumuh yang tersebar di Surabaya ini. Dan salah satunya adalah perkampungan kumuh yang terdapat di areal sekitar rel kereta api Ketintang Wonokromo Surabaya.

Perkampungan kumuh disekitar area rel kereta api di Ketintang Wonokromo Surabaya, perkampungan kumuh ini hanya salah satu atau bagian kecil saja yang ada di Surabaya, perkampungan ini berdirih sudah lebih dari 40 tahun yang lalu tanpa adanya pembenahan dari tangan tangan pemerintah kota

(52)

43

Surabaya. sejauh mata memandang, ketika memasuki perkampungan ini yang terlihat hanya kotor, ketidakteraturan dan bahaya yang sangat bisa dilihat.

Semua itu dapat terlihat Dimana jarak antara rumah dan rel kereta api itu hanya berjarak 3 meter saja, tanpa adanya pembatas apapun. sedangkan banyak sekali penduduk dewasa ataupun anak anak yang berlalu lalang didepaan rumah. Baik untuk hanya lewat saja ataupun melakukan kegiatan sehari hari seperti mengobrol dengan tetangga bagi para ibu ibu, dan bagi para bapak bapak biasanya melakukan pembenahan pada pekerjaan masing masing. Apabila ada kereta datang mereka semua langung minggir ke teras teras rumah yang jarak antaranya hanya mungkin sekitar tiga meter saja. Kemudian setelah keretanya selesai melintas mereka akan meneruskan kembali kegiatan yang sempat tertunda tadi. Belum lagi hampir didepan setiap rumah ada semacam Box besar dimana berisikan barang barang bekas seperti botol, kaleng dan lain-lain yang berisikan hasil dari memulung. Namun yang membuat jarak antara rumah dengan rel kereta api mendai kian dekat saja. Selain itu rumah rumah petak yang hanya berdindingkan triplek dan bergentengkan seng (semi permanen) ada banyak dan tidak beraturan letaknya.

(53)

44

saja dengan kejadian itu bahkan walaupun ketika anak anaknya bermain direl kereta.

Gambar 2: Anak anak bermain dekat rel

Perkampungan kumuh ini tidak memiliki rukun tetangga (RT) ataupun rukun warga (RW). Sehingga menyebabkan bnayak sekali warga yang sangat kesusahan apabila ingin menguruh urusan urusan yang ada sangkutannya dengan Negara, dikarenakan banyaknya warga yang bukan termasuk dalam warga Surabaya dan juga belum memiliki surat untuk berdomisili sementara di Surabaya. Selain itu juga mereka telah menempati tanah milik PJKA sehingga semakin beratlah tantangan mereka untuk tetep bertahan di kita Surabaya yang gemerlap ini.

B.POLA KEBERAGAMAN MASYARAKAT

(54)

45

mereka termasuk dalam RT 17 tetepi dikarenakan tidak diakui oleh ketua RTnya dikarenakan tidak mau mengikuti program kerjanya, kemudiaan mereka dianggap bukan RT 17. Rata-rata untuk warga sangat miskin bekerja sebagai pemulung, pegemis dan pengamen, juga rumah mereka hanya berdinding triplek dan bergenteng seng.

Dalam aspek keagamaan, Perkampungan sekitar rel sudah terlihat banyak kemajuan. Banyak hal yang mengindikasikan bentuk kemajuan ini. Salah satu indikasi adalah berkembangnya kegiatan keagamaan masyarakat antara lain adanya yasin tahlil, Diba’iyyah. Kegiatan-kegiatan tersebut, adalah kegiatan rutin

yang dilaksanakan oleh sebagian warga perkampungan sekitar rel mulai anak-anak, remaja, bapak-bapak dan ibu-ibu.

Tabel 1 : kegiatan keagamaan masyarakat Perkampungan sekitar rel

Diagram di atas menunjukkan intensitas kegiatan keagamaan di perkampungan sekitar rel,

Masyarakat Perkampungan sekitar

rel TPA

Barjanji /Dibaiyah

Yasin Tahlilan ibu ibu

(55)

46

Berikut jadwal kegiatan keagamaan di perkampungan sekitar rel :

Hari Jenis

Kegiatan

Jam/Pukul Tempat Anggota

Kamis dan

Senin malam Yasin Tahlil Ba’da magrib Masjid Ibu-ibu

Kamis

Tabel 2: jadwal kegiatan keagamaan

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa kegiatan Al-berzanji atau jamiyah diba’iyah diadakan pada kamis dan sabtu malam oleh bapak-bapak, remaja da

(56)

47

dimulai setelah shalat subuh sampai selesai. Dalam kegiatan tersebut ibu-ibu juga menyempatkan untuk mengadakan arisan.

Pada senin malam setelah shalat magrib, ibu-ibu mengadakan yasin tahlil di

masjid Baiturrahman. Kemudian, pada kamis malam setelah shalat Isya’, ada

kegiatan yasin tahlil untuk Bapak-bapak yang dilaksanakan di rumah warga secara

bergantian. Untuk kegiatan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) dilaksanakan

pada setiap hari selain hari jumat. Kagiatan TPA dilksanakan mulai jam 14.00 hingga 16.00 WIB.

Infrastruktur keagamaan

(57)

48

perluasan area masjid sehingga dapat menampung lebih banyak jamaah untuk melaksanakan shalat khususnya ketika shalat jumat.

Aktifitas masjid dalam shalat jama’ah diadakan 5 waktu sehari

semalam. Sholat subuh yang dihadiri dalam 7-15 orang rutin setiap hari dijalankan. Ketika shalat dhuhur dan Ashar, jamaah sholat yang hadir cenderung sepi sekitar 5 hingga 7 orang setiap hari. Hal ini dikarenakan pada waktu-waktu tersebut masyarakat sedang istirahat setelah setengah hari bekerja dan sebagian ada yang masih berada dijalanan. sedangkan, untuk jama’ah

shalat magrib lumayan banyak begitupun dengan sholat isya’.

Masjid selain digunakan untuk melaksanakan shalat 5 waktu, kegiatan TPA juga dilaksanakan di masjid ini, kegiatan yang dilaksanakan pada jam 14.00-16.00 sore ini mendapat sambutan yang hangat dari anak-anak masyarakat di sebelah perkampungan sekitar rel. TPA ini dilaksanakan setiap hari kecuali hari Jumat. Kira-kira ada 30 anak yang mengikuti kelas TPA ini. Di dalam TPA ini diajarkan mengaji, sholat, hafalan surat-surat pendek dan

hafalan doa seharian. Adapun acara Diba’an dilaksanakan di masjid setelah

maghrib pada kamis dan sabtu malam, yang dihadiri kebanyakan dari

anak-anak dan remaja.2 Selain masjid, infrastruktur keagamaan yang terdapat di

Perkampungan sekitar rel adalah musholla.

(58)

49

C.POLA KEBUDAYAAN MASYARAKAT

Pola kebudaan yang ada pada perkampungan kumuh di sekitar area rel kereta api ini tidak dapat dipastikan secara jelas, dikarenakan penduduk yang tinggal atau berada diperkampungan ini dulunya adalah bukan orang asli Surabaya, tetepi pendatang dikarenakan sangking lamanya meningali tempat ini, akhirnya sekarang diganti keturunannya, sehingga tidak dapat dilihat dengan jelas kebudayaan masyarakat disana. Masyarakat perkampungan kumuh sekitar rel kereta api ini memiliki beberapa kebiyasaan yang sering kali dilakukan dan itu sudah terjadi sangat lama. Adapun kegiatan beberapa budaya yang dilakukan masyarakat di perkampungan kumuh sekitar rel kereta api adalah:

 Acara kematian

Acara kematian merupakan suatu ritual yang selalu dilaksanakan oleh masyarakat di saat ada salah satu warga atau tetangganya yang mengalami musibah kematian. Kegiatan budaya ini biasanya dilakukan dengan mengadakan pengajian tahlilan bapak bapak pada malam hari selepas sholat isyak, yang bertujuan untuk mendoakan sang mayat semoga dapat diterima di sisi tuhanNYA. Kegiatan ini biasa dilakukan oleh masyarakat pada waktu hari ke 3-7 saat kematian, hari ke 40, dan hari ke 100 sang mayat tersebut.

 Tingkepan

(59)

50

sehat, selamat saat persalinan, dan apabila sudah kluar dan besar nanti akan menjadi anak yang baik dan selalu berbakti kepada orang tua.

 Selapan

Selapanan dilakukan 35 hari setelah kelahiran bayi. Pada hari ke 35 ini, hari lahir si bayi akan terulang lagi. Misalnya bayi yang lahir hari Rabu Pon (hari weton-nya), maka selapanannya akan jatuh di Hari Rabu Pon lagi. Pada penanggalan Jawa, yang berjumlah 5 (Wage, Pahing, Pon, Kliwon, Legi) akan bertemu pada hari 35 dengan hari di penanggalan masehi yang berjumlah 7 hari. Logikanya, hari ke 35, maka akan bertemu angka dari kelipatan 5 dan 7. Di luar logika itu, selapanan mempunyai makna yang sangat kuat bagi kehidupan si bayi. Berulangnya hari weton bayi, pantas untuk dirayakan seperti ulang tahun. Namun selapanan utamanya dilakukan sebagai wujud syukur atas kelahiran dan kesehatan bayi.

(60)

51

Setelah potong rambut, dilakukan pemotongan kuku bayi. Dalam rangkaian ini, dilakukan pembacaan doa-doa untuk keselamatan dan kebaikan bayi dan keluarganya. Upacara pemotongan rambut bayi ini dilakukan setelah waktu salat Maghrib, dan dihadiri oleh keluarga, kerabat, dan tetangga terdekat, serta pemimpin doa.

Acara selapanan dilakukan dalam suasana yang sesederhana mungkin. Sore harinya, sebelum pemotongan rambut, masyarakat merayakan selapanan biasanya membuat bancaan yang dibagikan ke kerabat dan anak-anak kecil di seputaran tempat tinggalnya. Bancaan mengandung makna agar si bayi bisa membagi kebahagiaan bagi orang di sekitarnya.

Adapun makanan wajib yang ada dalam paket bancaan, yaitu nasi putih dan gudangan, yang dibagikan di pincuk dari daun pisang. Menurut Mardzuki, seorang ustadz yang kerap mendoakan acara selapanan, sayuran yang digunakan untuk membuat gudangan, sebaiknya jumlahnya ganjil, karena dalam menurut keyakinan, angka ganjil merupakan angka keberuntungan. Gudangan juga dilengkapi dengan potongan telur rebus atau telur pindang, telur ini melambangkan asal mulanya kehidupan. Selain itu juga beberapa sayuran dianggap mengandung suatu makna tertentu, seperti kacang panjang, agar bayi panjang umur, serta bayem, supaya bayi hidupanya bisa tenteram.

D.SUMBER PEREKONOMIAN

(61)

52

masih banyak yang berada pada garis kemiskinan, semua itu dapat dilihat dari fisik luarnya. Sejauh mata memandang akan banyak terlihat rumah rumah petak yang kira kira besarnya hanya sekitar 4x5 saja.

Sektor utama perekonomian di perkampungan kumuh ini adalah pengamen, pengemis dan tukang becak. Rata rata dalam satu harinya mereka dapat mengumpulkan paling sedikit 200.000 dalam sehari waktu mengemis, sedangkan bagi para pemulung biasanya setelah memulung mereka tidak akan langsung memberikannya ke tengkulak melainkan dikumpulkan dahulu hingga banyak dan telah dipilah pilah. Mereka yang beranggapan tidak memiliki keahlian lain selain itu akhirnya memilih jalan untuk tetap bekerja walaupun hanya sebagai pengamen dan pengemis, pendapat mereka, apapun pekerjaannya asalkan halal itu tidak apa-apa.

Selain pengamen, pengemis dan tukang becak ada sebagian juga yang memulung sampah sampah, yang kemudian hasil pulungannya itu dikumpulkan di box box depan rumah yang sudah disiapkan kemudian akan dijual kepada para pengepul barang bekas.

Gambar

Gambar 1: Perkampungan kumuh sekitar rel kereta api
Gambar 2: Anak anak bermain dekat rel
Tabel 1 : kegiatan keagamaan masyarakat Perkampungan sekitar rel
Tabel 2:  jadwal kegiatan keagamaan
+7

Referensi

Dokumen terkait