• Tidak ada hasil yang ditemukan

ProdukHukum BankIndonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ProdukHukum BankIndonesia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

3. Perkembangan dan Kebijakan

Moneter Triwulan II-2007

Sampai dengan triwulan II-2007, stabilitas makroekonomi tetap terjaga dan Sampai dengan triwulan II-2007, stabilitas makroekonomi tetap terjaga danSampai dengan triwulan II-2007, stabilitas makroekonomi tetap terjaga dan Sampai dengan triwulan II-2007, stabilitas makroekonomi tetap terjaga dan Sampai dengan triwulan II-2007, stabilitas makroekonomi tetap terjaga dan menyediakan landasan yang lebih kokoh bagi pertumbuhan ekonomi yang menyediakan landasan yang lebih kokoh bagi pertumbuhan ekonomi yangmenyediakan landasan yang lebih kokoh bagi pertumbuhan ekonomi yang menyediakan landasan yang lebih kokoh bagi pertumbuhan ekonomi yang menyediakan landasan yang lebih kokoh bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.

berkesinambungan.berkesinambungan. berkesinambungan.

berkesinambungan. Laju inflasi tetap terkendali, dan cenderung menurun. Penguatan nilai tukar rupiah terus berlanjut, ditopang oleh perkembangan positif faktor fundamental dengan membaiknya kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Kinerja NPI yang membaik ditandai dengan surplus dan posisi cadangan devisa yang terus meningkat. Sementara itu, stabilitas di pasar keuangan juga tetap terjaga. Kebijakan Bank Indonesia untuk kembali menurunkan BI Rate direspon secara positif oleh pasar keuangan. Di pasar saham, peningkatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus berlangsung. Di pasar obligasi, yield Surat Utang Negara (SUN) untuk seluruh tenor menunjukkan penurunan. Dari sisi uang beredar, perkembangan M1 dan M2 didukung oleh pertumbuhan kredit yang positif.

Kebijakan Bank Indonesia terus diarahkan untuk menciptakan stabilitas Kebijakan Bank Indonesia terus diarahkan untuk menciptakan stabilitasKebijakan Bank Indonesia terus diarahkan untuk menciptakan stabilitas Kebijakan Bank Indonesia terus diarahkan untuk menciptakan stabilitas Kebijakan Bank Indonesia terus diarahkan untuk menciptakan stabilitas makroekonomi melalui penerapan Inflation Targeting Framework (ITF) secara makroekonomi melalui penerapan Inflation Targeting Framework (ITF) secaramakroekonomi melalui penerapan Inflation Targeting Framework (ITF) secara makroekonomi melalui penerapan Inflation Targeting Framework (ITF) secara makroekonomi melalui penerapan Inflation Targeting Framework (ITF) secara konsisten.

konsisten.konsisten. konsisten.

konsisten. Dengan penerapan ITF, Bank Indonesia meyakini bahwa sasaran inflasi tahun 2007 sebesar 6%±1% dan tahun 2008 sebesar 5%±1% akan dapat tercapai. Tercapainya stabilitas makroekonomi selanjutnya diprakirakan akan mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berimbang di tahun 2007 dan 2008. Perekonomian yang semakin terkonsolidasi akan memberi ruang yang lebih luas bagi penerapan kebijakan pembangunan berkelanjutan untuk memperkuat pondasi ketahanan perekonomian nasional.

INFLASI

Pada triwulan II-2007, kecenderungan penurunan laju inflasi IHK terus berlanjut. Pada triwulan II-2007, kecenderungan penurunan laju inflasi IHK terus berlanjut.Pada triwulan II-2007, kecenderungan penurunan laju inflasi IHK terus berlanjut. Pada triwulan II-2007, kecenderungan penurunan laju inflasi IHK terus berlanjut. Pada triwulan II-2007, kecenderungan penurunan laju inflasi IHK terus berlanjut. Laju inflasi IHK tercatat sebesar 0,17% (q-t-q), lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 1,91% (q-t-q). Secara tahunan, laju inflasi pada akhir triwulan laporan juga menurun menjadi 5,77% (y-o-y) dari 6,52% (y-o-y) pada triwulan I-2007 (Grafik 3.1). Lebih rendahnya inflasi pada periode triwulan II-2007 terutama didorong oleh deflasi kelompok volatile foods. Selain itu, inflasi inti masih berada dalam tren menurun. Penurunan inflasi inti ditopang oleh kondisi permintaan yang masih dapat dipenuhi oleh sisi penawaran serta ekspektasi inflasi yang relatif stabil. Faktor lainnya yang turut mendorong penurunan inflasi inti adalah minimalnya tekanan faktor eksternal.

Berdasarkan kelompoknya, penurunan harga beras dan kelompok bumbu-bumbuan menyebabkan secara keseluruhan kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar 1,21% Grafik 3.1

Inflasi IHK, Administered, Inti dan Volatile Foods

IHK Inti

%, yoy %, yoy

0 5 10 15 20 25 30

0 10 20 30 40 50 60

Jan-05 Jan-06 Jan-07

Volatile Foods

(2)

Grafik 3.3

Depresiasi/Apresiasi Nilai Tukar dan Laju Inflasi Barang Impor

Grafik 3.2

Inflasi dan Sumbangan Inflasi per Kelompok Triwulan II-2007 (q-t-q)

(q-t-q) (Grafik 3.2). Sementara itu, keenam kelompok lainnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok makanan jadi, sebesar 1,19% (q-t-q).

Tekanan inflasi dari kelompok harga yang dikendalikan Tekanan inflasi dari kelompok harga yang dikendalikan Tekanan inflasi dari kelompok harga yang dikendalikan Tekanan inflasi dari kelompok harga yang dikendalikan Tekanan inflasi dari kelompok harga yang dikendalikan pemerintah (

pemerintah ( pemerintah ( pemerintah (

pemerintah (administered pricesadministered pricesadministered pricesadministered prices) pada triwulan II-2007 tercatatadministered prices) pada triwulan II-2007 tercatat) pada triwulan II-2007 tercatat) pada triwulan II-2007 tercatat) pada triwulan II-2007 tercatat minimal.

minimal. minimal. minimal.

minimal. Minimalnya tekanan tersebut karena tidak adanya kebijakan pemerintah yang bersifat strategis. Pada bulan laporan, inflasi kelompok administered prices berasal dari kenaikan harga BBM non-subsidi yang didorong oleh naiknya harga minyak dunia. Harga BBM non-subsidi per 1 April 2007 naik 13%, per 1 Mei 2007 naik 5,8%, dan per 1 Juni 2007 naik 2,1%. Selain itu, kenaikan harga juga terjadi pada rokok, tarif air minum (PAM), serta gas LPG di beberapa kota. Dengan perkembangan demikian, inflasi administered prices pada triwulan laporan mencapai 0,77% (q-t-q), menurun dibandingkan inflasi triwulan lalu yang mencapai 1,03%(q-t-q). Sementara itu, secara tahunan inflasi administered prices mencapai 2,61% (y-o-y), meningkat dibanding akhir triwulan sebelumnya sebesar 2,40% (y-o-y).

Berbagai komoditas dalam kelompok Berbagai komoditas dalam kelompok Berbagai komoditas dalam kelompok Berbagai komoditas dalam kelompok

Berbagai komoditas dalam kelompok volatile foodsvolatile foodsvolatile foodsvolatile foodsvolatile foods mengalami kenaikan dan mengalami kenaikan dan mengalami kenaikan dan mengalami kenaikan dan mengalami kenaikan dan penurunan harga sepanjang triwulan II-2007.

penurunan harga sepanjang triwulan II-2007. penurunan harga sepanjang triwulan II-2007. penurunan harga sepanjang triwulan II-2007.

penurunan harga sepanjang triwulan II-2007. Komoditas yang mengalami kenaikan harga di antaranya adalah daging (10,2% q-t-q), telur ayam ras (7,3% q-t-q), dan minyak goreng (16,2% q-t-q). Kenaikan harga minyak goreng yang tinggi dipicu oleh naiknya harga crude palm oil (CPO) dunia yang mencapai USD 819/ton pada Juni 2007. Harga CPO telah mengalami kenaikan terus menerus sejak Januari 2006, di mana pada saat itu harga CPO tercatat masih USD 414/ton.

Di sisi lain, terjadi penurunan harga/deflasi pada komoditas beras yang tercatat sebesar 7,5% (q-t-q). Selain beras, komoditas dalam kelompok volatile foods yang juga mengalami penurunan harga adalah bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran. Dengan perkembangan demikian, secara keseluruhan kelompok volatile foods pada triwulan II-2007 mengalami deflasi sebesar 1,73% (q-t-q). Secara tahunan, laju inflasi volatile foods pada triwulan laporan mengalami penurunan, dari 13,73% (y-o-y) pada triwulan I-2007 menjadi 11,07% (y-o-y) pada triwulan II-2007.

Laju inflasi inti selama triwulan II-2007 menunjukkan pergerakan Laju inflasi inti selama triwulan II-2007 menunjukkan pergerakan Laju inflasi inti selama triwulan II-2007 menunjukkan pergerakan Laju inflasi inti selama triwulan II-2007 menunjukkan pergerakan Laju inflasi inti selama triwulan II-2007 menunjukkan pergerakan yang terus menurun.

yang terus menurun. yang terus menurun. yang terus menurun.

yang terus menurun. Dari sisi eksternal, faktor pendorong turunnya laju inflasi inti adalah nilai tukar rupiah yang cenderung menguat. Apresiasi nilai tukar rupiah selanjutnya mengakibatkan penurunan imported inflation. Selain itu, inflasi negara mitra dagang yang stabil juga menyebabkan minimalnya tekanan faktor eksternal. Hal ini tercermin pada penurunan laju inflasi barang impor (Grafik 3.3).

%

Bhn Mkn Mkn Jadi, Minuman, Rokok & Tbk Perumahan, Listrik, Air, Gas & Bhn Bkr Sandang Kesehatan Pdidik, Rekr & OR Transport, Kom & J. Keu

-1,3 -0,8 -0,3 0,3 0,8

Inflasi (qtq) sumbangan (qtq)

-0,3

0,2 0,0 0,0

0,1

0,75 0,39

0,71 0,01

0,46

0,2 0,0

1,19 -1,21

Depresiasi

%, yoy %, yoy

20

15

10

5

0

-5

-10

-15

20

15

10

5

0

2003 2004 2005 2006 2007

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 Apresiasi

(3)

Grafik 3.5

Ekspektasi Harga Konsumen 6 Bulan Ke Depan

Dari interaksi permintaan dan penawaran, pada triwulan II-2007 kondisi permintaan yang meningkat √ tercermin dari pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran (Grafik 3.4) yang lebih tinggi √ masih dapat dipenuhi oleh sisi penawaran. Hal ini pada gilirannya turut mendorong penurunan inflasi inti.

Faktor lainnya yang turut mempengaruhi laju inflasi inti, yaitu ekspektasi inflasi, pada bulan laporan tercatat relatif stabil. Hal tersebut tercermin dari hasil Survei Konsumen. Survei Konsumen menunjukkan bahwa ekspektasi harga konsumen untuk 6 bulan ke depan (Grafik 3.5) relatif tidak mengalami perubahan.

Dengan faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi di atas, secara tahunan inflasi inti selama triwulan II-2007 menurun menjadi 5,40% (y-o-y) dari 5,87% (y-o-y) pada triwulan sebelumnya. Demikian juga secara triwulanan, inflasi inti turun menjadi 0,62% (q-t-q) pada triwulan II-2007 dari 1,48% (q-t-q) pada triwulan I-2007.

NILAI TUKAR RUPIAH

Pada triwulan II-2007 nilai tukar rupiah bergerak menguat, Pada triwulan II-2007 nilai tukar rupiah bergerak menguat, Pada triwulan II-2007 nilai tukar rupiah bergerak menguat, Pada triwulan II-2007 nilai tukar rupiah bergerak menguat, Pada triwulan II-2007 nilai tukar rupiah bergerak menguat, melanjutkan kecenderungan penguatan yang telah berlangsung melanjutkan kecenderungan penguatan yang telah berlangsung melanjutkan kecenderungan penguatan yang telah berlangsung melanjutkan kecenderungan penguatan yang telah berlangsung melanjutkan kecenderungan penguatan yang telah berlangsung sejak triwulan I-2007.

sejak triwulan I-2007. sejak triwulan I-2007. sejak triwulan I-2007.

sejak triwulan I-2007. Secara rata-rata, nilai tukar rupiah tercatat sebesar Rp 8.968 per USD pada triwulan laporan. Nilai tukar rupiah pada level tersebut mengalami apresiasi 1,5% dari rata-rata triwulan I-2007 sebesar Rp 9.102 per USD (Grafik 3.6). Apresiasi nilai tukar rupiah didukung oleh perkembangan positif faktor fundamental, sebagaimana tercermin pada membaiknya kinerja NPI, imbal hasil rupiah yang masih menarik, serta faktor risiko yang terjaga. Selain menguat, pergerakan nilai tukar tercatat tidak mengalami fluktuasi yang signifikan. Hal ini tercermin dari volatilitas sebesar 1,35% (Grafik 3.7).

Dari sisi fundamental NPI tercatat mengalami surplus sebesar Dari sisi fundamental NPI tercatat mengalami surplus sebesar Dari sisi fundamental NPI tercatat mengalami surplus sebesar Dari sisi fundamental NPI tercatat mengalami surplus sebesar Dari sisi fundamental NPI tercatat mengalami surplus sebesar USD 3,7 miliar pada triwulan II-2007.

USD 3,7 miliar pada triwulan II-2007. USD 3,7 miliar pada triwulan II-2007. USD 3,7 miliar pada triwulan II-2007.

USD 3,7 miliar pada triwulan II-2007. Tingginya surplus NPI tersebut terutama didorong oleh perbaikan kinerja neraca modal dan finansial, dan perkembangan neraca transaksi berjalan yang membaik. Surplus NPI tersebut pada gilirannya mendorong peningkatan cadangan devisa Indonesia.

Pada akhir Juni 2007 posisi cadangan devisa mencapai USD 51 miliar, atau setara dengan 5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Selama tahun 2007, cadangan devisa terus mengalami perkembangan yang meningkat. Kecenderungan cadangan devisa yang terus membaik ini Grafik 3.4

Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran

Grafik 3.6

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

%, yoy

-75 -50 -25 0 25 50 75 100 125 150

2004 2005 2006 2007

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 Total

Peralatan Rumah Tangga Makanan dan Tembakau Kontruksi

120 130 140 150 160

6 bln yad

Indeks

2003 2004 2005 2006 2007

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

Rp/USD

8.000 8.400 8.800 9.200 9.600 10.000

2006 2007

8.968 9.102 9.131 9.125 9.111 9.299

Rata-rata Bulanan Rata-rata Triwulanan

(4)

memberikan dukungan terhadap kestabilan pergerakan nilai tukar rupiah, serta optimisme bagi para pelaku pasar bahwa kestabilan tersebut akan tetap dapat terjaga. Selain itu, posisi cadangan devisa yang kuat diprakirakan dapat menjaga stabilitas makroekonomi dari potensi pembalikan arus modal sebagai akibat pengalihan portfolio asing.

Dari sisi risiko, berbagai faktor risiko dalam negeri tetap terjaga. Dari sisi risiko, berbagai faktor risiko dalam negeri tetap terjaga. Dari sisi risiko, berbagai faktor risiko dalam negeri tetap terjaga. Dari sisi risiko, berbagai faktor risiko dalam negeri tetap terjaga. Dari sisi risiko, berbagai faktor risiko dalam negeri tetap terjaga. Terjaganya faktor risiko tercermin pada perkembangan yield spread dan premi swap. Yield spread antara global bond Indonesia (dalam denominasi USD) dengan Obligasi Pemerintah Amerika (US T-Note) tercatat sebesar 0,92% pada akhir triwulan I-2007. Yield spread tersebut menurun dari akhir triwulan sebelumnya sebesar 1,32% (Grafik 3.8). Indikator risiko lainnya, yaitu premi swap pada semua tenor, masih berada pada level yang rendah (Grafik 3.9).

Sementara itu, imbal hasil rupiah yang masih lebih tinggi Sementara itu, imbal hasil rupiah yang masih lebih tinggi Sementara itu, imbal hasil rupiah yang masih lebih tinggi Sementara itu, imbal hasil rupiah yang masih lebih tinggi Sementara itu, imbal hasil rupiah yang masih lebih tinggi dibanding kawasan regional menyebabkan investasi dalam dibanding kawasan regional menyebabkan investasi dalam dibanding kawasan regional menyebabkan investasi dalam dibanding kawasan regional menyebabkan investasi dalam dibanding kawasan regional menyebabkan investasi dalam denominasi rupiah tetap menarik.

denominasi rupiah tetap menarik. denominasi rupiah tetap menarik. denominasi rupiah tetap menarik.

denominasi rupiah tetap menarik. Imbal hasil rupiah seperti yang tercermin pada selisih antara Obligasi Pemerintah Indonesia (SUN) dan US T-Note pada akhir triwulan II-2007 tercatat sebesar 3,86%. Imbal hasil rupiah ini jauh lebih tinggi dibanding imbal hasil negara regional lainnya yang berkisar antara -1,36% sampai 0,99% (Grafik 3.10).

Imbal hasil nilai tukar rupiah yang lebih tinggi dibanding kawasan regional mendorong aliran masuk modal asing, seiring dengan meningkatnya minat investor global terhadap aset-aset di pasar negara berkembang. Faktor pendorong lainnya dari sisi eksternal adalah ekspektasi akan cerahnya prospek ekonomi negara berkembang di Asia, yang kemudian mendorong investor global untuk mengalihkan dananya ke kawasan regional termasuk Indonesia.

Selama triwulan II-2007, aliran masuk dana asing menambah Selama triwulan II-2007, aliran masuk dana asing menambah Selama triwulan II-2007, aliran masuk dana asing menambah Selama triwulan II-2007, aliran masuk dana asing menambah Selama triwulan II-2007, aliran masuk dana asing menambah pasokan valas di pasar valas perbankan domestik

pasokan valas di pasar valas perbankan domestik pasokan valas di pasar valas perbankan domestik pasokan valas di pasar valas perbankan domestik

pasokan valas di pasar valas perbankan domestik (Grafik 3.11). Pada April 2007 terjadi aliran masuk dana investasi asing sehingga pasar valas mengalami kelebihan pasokan. Masuknya aliran dana asing terus berlanjut pada Mei 2007, sehingga kembali terjadi ekses pasokan valas. Seiring dengan perkembangan tersebut, rupiah menguat hingga level Rp 8.670 per USD. Selanjutnya, pada Juni 2007 terjadi pelepasan portofolio rupiah oleh asing yang didorong oleh jatuhnya pasar modal global setelah kenaikan suku bunga oleh beberapa bank sentral.

Grafik 3.7

Volatilitas Nilai Tukar Rupiah

Grafik 3.8

Yield Spread Global Bond Indonesia dan US T-Note

Kurs, Rp/USD Volatilitas, %

8.000

2005 2006 2007

18

IDR/USD Yield Spread

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

2006 2007

Grafik 3.9

Premi Swap Berbagai Tenor

Premi 6 M Premi 12 M

Sumber : Reuters (diolah) 0,0%

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

2006 2007

(5)

Grafik 3.10

Perbandingan Imbal Hasil Beberapa Negara

Dari sisi permintaan, valas dalam negeri didominasi oleh permintaan valas korporasi. Permintaan korporasi tersebut sejalan dengan meningkatnya impor untuk memenuhi produksi. Hal ini merupakan respon dari membaiknya kegiatan perekonomian dalam negeri. Jika ditinjau berdasarkan sektornya, permintaan korporasi terutama berasal dari sektor otomotif, sektor pertanian dan sektor telekomunikasi.

KEBIJAKAN MONETER Strategi Kebijakan

Dalam kurun waktu triwulan II-2007, Bank Indonesia memutuskan Dalam kurun waktu triwulan II-2007, Bank Indonesia memutuskan Dalam kurun waktu triwulan II-2007, Bank Indonesia memutuskan Dalam kurun waktu triwulan II-2007, Bank Indonesia memutuskan Dalam kurun waktu triwulan II-2007, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan level BI Rate pada April 2007, untuk untuk mempertahankan level BI Rate pada April 2007, untuk untuk mempertahankan level BI Rate pada April 2007, untuk untuk mempertahankan level BI Rate pada April 2007, untuk untuk mempertahankan level BI Rate pada April 2007, untuk kemudian menurunkan BI Rate pada bulan Mei dan Juni 2007. kemudian menurunkan BI Rate pada bulan Mei dan Juni 2007. kemudian menurunkan BI Rate pada bulan Mei dan Juni 2007. kemudian menurunkan BI Rate pada bulan Mei dan Juni 2007. kemudian menurunkan BI Rate pada bulan Mei dan Juni 2007. Di awal triwulan laporan (5 April 2007), BI Rate dipertahankan tetap pada level 9%. Jeda ini ditujukan untuk mencermati lebih jauh dampak dan perkembangan berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah, termasuk Bank Indonesia. Langkah tersebut merupakan bagian dari upaya menyeimbangkan pergerakan kondisi moneter dengan kondisi di sektor riil dan perbankan. Upaya tersebut dilandasi pemikiran bahwa Bank Indonesia meyakini sasaran inflasi tahun 2007 sebesar 6%±1% dan tahun 2008 sebesar 5%±1% akan dapat tercapai.

Selanjutnya, pada 8 Mei 2007 serta 7 Juni 2007 Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan level BI Rate masing-masing 25 basis poin hingga level BI Rate menjadi 8,5%. Penurunan tersebut diputuskan setelah hasil asesmen menunjukkan stabilitas makroekonomi dan keuangan relatif terjaga. Selain itu, berbagai indikator ekonomi menunjukkan tanda-tanda ekspansi perekonomian yang didorong oleh kinerja ekspor dan perbaikan investasi swasta. Keputusan penurunan BI Rate tetap didasarkan atas evaluasi pencapaian sasaran inflasi ke depan, serta identifikasi terhadap berbagai faktor risiko.

Langkah penurunan suku bunga tersebut didukung dari sisi operasional di mana beberapa ketentuan terus dilaksanakan, antara lain Fixed Rate Tender dalam pelaksanaan lelang SBI 1 bulan, penjarangan SBI 3 bulan, serta diskresi (penutupan) penyediaan window FASBI 7 hari.

Selama triwulan II-2007, penurunan BI rate ditransmisikan melalui berbagai jalur. Selama triwulan II-2007, penurunan BI rate ditransmisikan melalui berbagai jalur.Selama triwulan II-2007, penurunan BI rate ditransmisikan melalui berbagai jalur. Selama triwulan II-2007, penurunan BI rate ditransmisikan melalui berbagai jalur. Selama triwulan II-2007, penurunan BI rate ditransmisikan melalui berbagai jalur. Di pasar uang, terjadi penurunan suku bunga deposito dan kredit dibandingkan triwulan sebelumnya. Di pasar saham, penurunan BI rate masih terus mendorong peningkatan kinerja pasar saham yang kembali mencapai level tertinggi pada level 2.161,1. Sementara itu, di pasar utang, penurunan BI Rate direspon oleh penurunan yield SUN untuk hampir semua tenor. Di sisi pembiayaan ekonomi, penurunan BI Rate √ yang diikuti dengan penurunan suku bunga kredit √ mendorong akselerasi

%

Permintaan dan Penawaran Valas

837

-1637

-800,0

Net S(+)/D(-) dari Pelaku LN Net S(+)/D(-) dari Pelaku DN Net S(+)/D(-) Total Pelaku DN+LN

Juta USD

2005 2006 2007

(6)

realisasi pembiayaan baik dari perbankan, pasar modal, terutama obligasi korporasi, maupun lembaga keuangan bukan bank. Secara keseluruhan, pelaksanaan kebijakan moneter selama triwulan II-2007 direspon positif pelaku pasar dan disambut baik oleh dunia usaha.

Dari sisi kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upaya Dari sisi kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upaya Dari sisi kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upaya Dari sisi kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upaya Dari sisi kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upaya untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.

untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.

untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Upaya tersebut antara lain dilakukan dengan instrumen suku bunga moneter, serta penyempurnaan berbagai instrumen moneter yang diperlukan. Bank Indonesia juga terus berupaya menjaga kecukupan cadangan devisa yang dapat digunakan sebagai penyangga apabila terjadi pembalikan modal secara mendadak. Di samping itu, Bank Indonesia terus memantau beberapa peraturan terkait nilai tukar terutama untuk mengendalikan tekanan apabila terjadi pergerakan nilai tukar rupiah yang fluktuatif dari arus modal asing jangka pendek (khususnya dalam bentuk swap beli) dan atau transaksi valas yang tidak mempunyai transaksi ekonomi yang mendasarinya (non-underlying transactions). Peraturan tersebut antara lain seperti yang tertera pada ketentuan PBI 7/14/2005 tentang Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank yang dikeluarkan pada tanggal 14 Juni 2005.

Bank Indonesia terus berupaya untuk bersinergi bersama pemerintah dalam Bank Indonesia terus berupaya untuk bersinergi bersama pemerintah dalam Bank Indonesia terus berupaya untuk bersinergi bersama pemerintah dalam Bank Indonesia terus berupaya untuk bersinergi bersama pemerintah dalam Bank Indonesia terus berupaya untuk bersinergi bersama pemerintah dalam mengoptimalkan stimulus fiskal serta memperbaiki iklim investasi yang merupakan mengoptimalkan stimulus fiskal serta memperbaiki iklim investasi yang merupakan mengoptimalkan stimulus fiskal serta memperbaiki iklim investasi yang merupakan mengoptimalkan stimulus fiskal serta memperbaiki iklim investasi yang merupakan mengoptimalkan stimulus fiskal serta memperbaiki iklim investasi yang merupakan kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.

kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.

kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Langkah-langkah untuk menuju hal itu terus disinergikan, antara lain upaya untuk mempercepat belanja modal pemerintah, mempercepat realisasi anggaran terutama untuk pemerintah daerah, serta mendorong kemajuan implementasi perbaikan iklim investasi dan infrastruktur. Pada sisi moneter, kebijakan Bank Indonesia akan terus diarahkan untuk menciptakan stabilitas makroekonomi guna mendukung kesinambungan pertumbuhan ekonomi melalui penerapan Inflation Targeting Framework (ITF) secara konsisten.

Suku Bunga

Penurunan BI Rate √ yang merupakan suku bunga kebijakan moneter Bank Indonesia Penurunan BI Rate √ yang merupakan suku bunga kebijakan moneter Bank Indonesia Penurunan BI Rate √ yang merupakan suku bunga kebijakan moneter Bank Indonesia Penurunan BI Rate √ yang merupakan suku bunga kebijakan moneter Bank Indonesia Penurunan BI Rate √ yang merupakan suku bunga kebijakan moneter Bank Indonesia √ diikuti dengan penurunan suku bunga instrumen moneter.

√ diikuti dengan penurunan suku bunga instrumen moneter. √ diikuti dengan penurunan suku bunga instrumen moneter. √ diikuti dengan penurunan suku bunga instrumen moneter.

√ diikuti dengan penurunan suku bunga instrumen moneter. Pada akhir triwulan II-2007, suku bunga Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Overnight (FASBI O/N) turun menjadi 3,5%. Selain itu, suku bunga SBI Repo menjadi 11,5%. Dari pelaksanaan operasional, penurunan BI Rate langsung tercermin pada hasil lelang SBI 1 bulan. Lelang SBI 1 bulan dilaksanakan dengan sistem Fixed Rate Tender, sehingga suku bunga Triwulan III-2006

Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

% (y-o-y)

Suku Bunga (%)

BI Rate 12,25 11,75 11,25 10,75 10,25 9,75 9,50 9,25 9,00 9,00 8,75 8,50 Penjaminan Dep, 1 bulan 12,00 11,75 11,25 10,75 10,25 9,75 9,50 9,25 9,25 9,00 8,75 8,50 Dep, 1 bulan (Weight Avg) 11,1 10,8 10,5 10,0 9,5 9,0 8,6 8,4 8,1 7,9 7,6 Dep, 1 bulan (Counter Rate) 10,2 10,0 9,8 9,3 9,0 8,6 8,4 8,1 7,9 7,8 7,6 7,6 Base Lending Rate 15,8 15,7 15,5 15,1 15,1 15,0 14,6 14,2 14,1 14,0 13,9 13,8 Kredit Modal Kerja (KMK) 16,1 16,1 15,8 15,6 15,4 15,1 14,9 14,7 14,5 14,3 14,1 Kredit Investasi (KI) 15,9 15,9 15,7 15,5 15,4 15,1 14,9 14,7 14,5 14,4 14,2 Kredit Konsumsi (KK) 17,9 17,8 17,9 17,9 17,8 17,6 17,6 17,5 17,4 17,2 17,1

Tabel 3.1

Perkembangan Berbagai Suku Bunga

(7)

hasil lelang sama dengan suku bunga BI Rate, yaitu sebesar 8,5% pada akhir triwulan II-2007. Dalam pelaksanaan lelang tersebut, operasi moneter tetap diselaraskan sesuai dengan arah umum kebijakan moneter Bank Indonesia.

Selama triwulan laporan, penurunan BI Rate juga diikuti oleh penurunan suku bunga Selama triwulan laporan, penurunan BI Rate juga diikuti oleh penurunan suku bungaSelama triwulan laporan, penurunan BI Rate juga diikuti oleh penurunan suku bunga Selama triwulan laporan, penurunan BI Rate juga diikuti oleh penurunan suku bunga Selama triwulan laporan, penurunan BI Rate juga diikuti oleh penurunan suku bunga penjaminan serta suku bunga simpanan.

penjaminan serta suku bunga simpanan.penjaminan serta suku bunga simpanan. penjaminan serta suku bunga simpanan.

penjaminan serta suku bunga simpanan. Suku bunga penjaminan deposito rupiah 1 bulan turun sebesar 75 basis poin dari 9,25% di akhir triwulan I-2007 menjadi 8,50% pada akhir triwulan II-2007 (Tabel 3.1). Penurunan suku bunga ini selanjutnya diikuti dengan turunnya suku bunga deposito 1 bulan counter rate, dari 7,9% pada akhir triwulan I-2007 menjadi 7,6% di akhir triwulan laporan. Demikian juga, secara rata-rata tertimbang (weighted average) suku bunga deposito rupiah 1 bulan pada Mei 2007 tercatat sebesar 7,6%, menurun dibanding akhir triwulan I-2007 sebesar 8,1% (Grafik 3.12).

Suku bunga kredit seperti yang ditunjukkan oleh Suku bunga kredit seperti yang ditunjukkan oleh Suku bunga kredit seperti yang ditunjukkan oleh Suku bunga kredit seperti yang ditunjukkan oleh

Suku bunga kredit seperti yang ditunjukkan oleh base lendingbase lendingbase lendingbase lendingbase lending rate

rate rate rate

rate juga mengalami penurunan. juga mengalami penurunan. juga mengalami penurunan. juga mengalami penurunan. juga mengalami penurunan. Pada akhir triwulan II-2007, base lending rate tercatat sebesar 13,8%, menurun dibanding akhir 2006 sebesar 14,1% (Tabel 3.1). Penurunan tersebut diikuti oleh penurunan suku bunga kredit bank umum. Suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit Investasi (KI) dan Kredit Konsumsi (KK) masing-masing menurun dari 14,5%, 14,5% dan 17, 4% pada akhir triwulan I-2007 menjadi 14,1%, 14,2% dan 17,1 %.

Dana, Kredit, dan Uang Beredar

Dari sisi penghimpunan dana, posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) Dari sisi penghimpunan dana, posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) Dari sisi penghimpunan dana, posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) Dari sisi penghimpunan dana, posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) Dari sisi penghimpunan dana, posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) masih meningkat meskipun suku bunga deposito dan suku bunga masih meningkat meskipun suku bunga deposito dan suku bunga masih meningkat meskipun suku bunga deposito dan suku bunga masih meningkat meskipun suku bunga deposito dan suku bunga masih meningkat meskipun suku bunga deposito dan suku bunga penjaminan mengalami penurunan.

penjaminan mengalami penurunan. penjaminan mengalami penurunan. penjaminan mengalami penurunan.

penjaminan mengalami penurunan. Pada akhir Mei 2007 penghimpunan DPK terus mengalami peningkatan, dan tumbuh sebesar 12,5% (y-o-y) (Grafik 3.13). Peningkatan DPK ini mencerminkan kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap perbankan nasional di tengah kecenderungan penurunan suku bunga.

Dari sisi penyaluran kredit, kredit perbankan juga mengalami Dari sisi penyaluran kredit, kredit perbankan juga mengalami Dari sisi penyaluran kredit, kredit perbankan juga mengalami Dari sisi penyaluran kredit, kredit perbankan juga mengalami Dari sisi penyaluran kredit, kredit perbankan juga mengalami peningkatan seiring dengan turunnya suku bunga kredit. peningkatan seiring dengan turunnya suku bunga kredit. peningkatan seiring dengan turunnya suku bunga kredit. peningkatan seiring dengan turunnya suku bunga kredit. peningkatan seiring dengan turunnya suku bunga kredit. Total penyaluran kredit perbankan per akhir Mei 2007 tercatat sebesar Rp 865,6 triliun. Jika dibanding akhir triwulan I-2007, total penyaluran kredit pada April-Mei 2007 meningkat sebesar Rp 22,6 triliun. Dibanding periode yang sama tahun lalu (Mei 2006), penyaluran kredit perbankan telah meningkat sebesar 15,8% (y-o-y) (Grafik 3.14). Peningkatan penyaluran kredit mencerminkan kinerja perbankan yang melaksanakan fungsi intermediasi, yang menunjukkan semakin meningkatnya pembiayaan ke sektor riil.

Grafik 3.12

Perkembangan Berbagai Suku Bunga

Grafik 3.13 Perkembangan Dana

%

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

2004 2005 2006 2007

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 BI Rate*

Kredit Modal Kerja

Pnjaminan Dep

Kredit Investasi

Deposito 1 bulan

Kredit Konsumsi

Total DPK Giro

Tabungan Deposito

(%, y-o-y)

sumber: DPNP (20) (10) -10 20 30 40 50

2004 2005 2006 2007

Mei Mar Jan Nov Sep Jul Mei Mar Jan Nov Sep Jul Mar Jan Nov Sep

(8)

Uang beredar pada akhir Mei 2007 terus meningkat dan tumbuh Uang beredar pada akhir Mei 2007 terus meningkat dan tumbuh Uang beredar pada akhir Mei 2007 terus meningkat dan tumbuh Uang beredar pada akhir Mei 2007 terus meningkat dan tumbuh Uang beredar pada akhir Mei 2007 terus meningkat dan tumbuh lebih tinggi dari periode sebelumnya.

lebih tinggi dari periode sebelumnya. lebih tinggi dari periode sebelumnya. lebih tinggi dari periode sebelumnya.

lebih tinggi dari periode sebelumnya. Pada akhir Mei 2007 posisi M1 tercatat sebesar Rp 352,7 triliun, meningkat Rp 10,8 triliun dibanding akhir triwulan I-2007. Dibanding setahun sebelumnya, posisi M1 tersebut tumbuh 15,7% (y-o-y). Secara riil, pada akhir Mei 2007 M1 mengalami peningkatan sebesar 9,7% (y-o-y). Dibanding rata-rata pertumbuhan M1 riil pada 2006 sebesar 4,9% (y-o-y), M1 riil pada Mei 2007 tercatat tumbuh lebih tinggi (Grafik 3.15). Pertumbuhan yang demikian menunjukkan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian pada 2007 dibanding tahun lalu.

Sementara itu, besaran M2 tercatat sebesar Rp 1.393,1 triliun pada akhir Mei 2007. Dibanding akhir triwulan I-2007, posisi M2 tercatat lebih tinggi Rp 17,2 triliun. Jika diperhitungkan secara tahunan, posisi M2 pada akhir Mei 2007 meningkat sebesar 12,6% (y-o-y). Secara riil, M2 pada akhir Mei 2007 tumbuh sebesar 6,6% (y-o-y). Pertumbuhan M2 riil ini lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan M2 riil pada 2006 yang tercatat sebesar 2,2% (y-o-y). Dari sisi faktor-faktor yang mempengaruhinya, kenaikan M2 berasal dari kecenderungan peningkatan penyaluran kredit perbankan.

Pasar Keuangan

Selama triwulan II-2007, IHSG di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Selama triwulan II-2007, IHSG di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Selama triwulan II-2007, IHSG di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Selama triwulan II-2007, IHSG di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Selama triwulan II-2007, IHSG di Bursa Efek Jakarta (BEJ) menunjukkan perkembangan yang semarak (

menunjukkan perkembangan yang semarak ( menunjukkan perkembangan yang semarak ( menunjukkan perkembangan yang semarak (

menunjukkan perkembangan yang semarak (bullishbullishbullishbullishbullish) dengan) dengan) dengan) dengan) dengan mencapai rekor tertinggi baru.

mencapai rekor tertinggi baru. mencapai rekor tertinggi baru. mencapai rekor tertinggi baru.

mencapai rekor tertinggi baru. Dari posisi akhir triwulan I-2007, IHSG yang tercatat sebesar 1.830,9 dalam perjalananannya terus mengalami peningkatan. Dalam kurun waktu 1 bulan, yaitu pada tanggal 26 April 2007, IHSG berhasil menembus level psikologis 2.000. Kinerja IHSG yang cemerlang tidak berhenti pada waktu tersebut, terbukti dengan tercapainya rekor tertinggi sepanjang sejarah bursa saham di level 2.161,1 pada tanggal 20 Juni 2007. Di akhir triwulan II-2007, IHSG ditutup pada level 2.139,3 (Grafik 3.16). Jika dibanding dengan posisi akhir triwulan I-2007, maka IHSG telah mencatat peningkatan sebesar 16,8%. Peningkatan ini merupakan imbal hasil yang diperoleh investor dari hasil investasi di pasar modal Indonesia.

Bullish Bullish Bullish Bullish

Bullish-nya pasar saham tidak terlepas dari berbagai faktor positif dari domestik,-nya pasar saham tidak terlepas dari berbagai faktor positif dari domestik,-nya pasar saham tidak terlepas dari berbagai faktor positif dari domestik,-nya pasar saham tidak terlepas dari berbagai faktor positif dari domestik,-nya pasar saham tidak terlepas dari berbagai faktor positif dari domestik, regional dan global.

regional dan global. regional dan global. regional dan global.

regional dan global. Faktor positif domestik antara lain kecenderungan penurunan BI Rate selama triwulan II-2007 yang diprakirakan mendorong pertumbuhan ekonomi di sisi permintaan. Selain itu, menguatnya nilai tukar rupiah, realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan I-2007 yang membaik, serta peningkatan penyaluran kredit perbankan turut memberi sentimen positif pada IHSG. Di bulan Juni 2007, implementasi Paket Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil Grafik 3.14

Perkembangan Dana vs Kredit

(%, y-o-y) Suku Bunga Kredit dan Depo (%)

3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

6 8 10 12 14 16 18

2004 2005 2006 2007

Mei Mar Jan Nov Sep Jul Mei Mar Jan Nov Sep Jul Mar Jan Nov Sep

Jul Mei

Total DPK

Total Kredit

rKredit (rata-rata)

rDepo (rata-rata)

Grafik 3.15

Pertumbuhan Riil M1 dan M2

%YoY

(10) (5) -5 10 15 20 25

Jan-04 Jan-05 Jan-06 Jan-07

M1 Riil

(9)

oleh pemerintah juga memberi optimisme bagi investor di pasar modal. Optimisme investor dilandasi pemikiran bahwa iklim perbaikan sektor riil akan meningkat dalam kurun waktu mendatang dengan paket kebijakan tersebut.

Sementara itu, berbagai faktor positif regional dan global ikut memberi andil bagi perkembangan IHSG. Faktor-faktor positif dari regional terutama berasal dari perkembangan di Cina. Perkembangan tersebut antara lain tercapainya level tertinggi indeks bursa saham Cina. Dari kawasan global, tercatat berbagai perkembangan positif seperti membaiknya pendapatan korporasi di wilayah Eropa dan AS, kecenderungan merger operator bursa dunia, dan menurunnya kekhawatiran resesi di AS.

Dari sisi pemodal, selama triwulan laporan investor asing Dari sisi pemodal, selama triwulan laporan investor asing Dari sisi pemodal, selama triwulan laporan investor asing Dari sisi pemodal, selama triwulan laporan investor asing Dari sisi pemodal, selama triwulan laporan investor asing membukukan net beli yang tinggi, sebesar Rp 11,5 triliun. membukukan net beli yang tinggi, sebesar Rp 11,5 triliun. membukukan net beli yang tinggi, sebesar Rp 11,5 triliun. membukukan net beli yang tinggi, sebesar Rp 11,5 triliun. membukukan net beli yang tinggi, sebesar Rp 11,5 triliun. Net beli asing tersebut meningkat tajam dari jumlah net beli asing pada triwulan I-2007 yang tercatat sebesar Rp 3,2 triliun (Grafik 3.17). Peningkatan net beli asing itu didorong oleh kondisi masih terjadinya kelebihan likuiditas di kawasan global, dan masih menariknya imbal hasil di pasar modal negara-negara berkembang √ termasuk Indonesia. Minat investor asing ke pasar modal Indonesia menjadi semakin besar seiring dengan kecenderungan penguatan nilai tukar rupiah.

Di pasar obligasi, penurunan Di pasar obligasi, penurunan Di pasar obligasi, penurunan Di pasar obligasi, penurunan

Di pasar obligasi, penurunan yieldyieldyieldyieldyield SUN dalam triwulan laporan SUN dalam triwulan laporan SUN dalam triwulan laporan SUN dalam triwulan laporan SUN dalam triwulan laporan terus terjadi sebagai respon dari kecenderungan penurunan BI terus terjadi sebagai respon dari kecenderungan penurunan BI terus terjadi sebagai respon dari kecenderungan penurunan BI terus terjadi sebagai respon dari kecenderungan penurunan BI terus terjadi sebagai respon dari kecenderungan penurunan BI Rate.

Rate. Rate. Rate.

Rate. Penurunan yield SUN terjadi untuk hampir semua tenor. Secara bulanan, yield SUN rata-rata turun sebesar 63 basis poin. Dari sisi pelaksanaan transaksi, perdagangan SUN pada triwulan II-2007 juga lebih marak dari triwulan sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari volume dan frekuensi perdagangan SUN yang mengalami peningkatan (Grafik 3.18). Secara rata-rata, volume transaksi SUN tercatat sebesar Rp 7,1 triliun per hari pada triwulan II-2007, lebih tinggi dibanding rata-rata triwulan I-2007 sebesar Rp 5 triliun per hari. Demikian juga, rata-rata frekuensi perdagangan naik dari 208 transaksi per hari pada triwulan I-2007, menjadi 285 transaksi per hari pada triwulan laporan.

Dari sisi investor, aktivitas investor asing tercatat lebih signifikan Dari sisi investor, aktivitas investor asing tercatat lebih signifikan Dari sisi investor, aktivitas investor asing tercatat lebih signifikan Dari sisi investor, aktivitas investor asing tercatat lebih signifikan Dari sisi investor, aktivitas investor asing tercatat lebih signifikan dengan meningkatnya jumlah net beli.

dengan meningkatnya jumlah net beli. dengan meningkatnya jumlah net beli. dengan meningkatnya jumlah net beli.

dengan meningkatnya jumlah net beli. Pada awal triwulan laporan, April 2007, net beli asing tercatat sebesar Rp 8,0 triliun. Selanjutnya pada bulan Mei 2007 jumlah tersebut meningkat menjadi Rp 13,5 triliun. Peningkatan net beli asing ini sejalan dengan ekspektasi pasar akan adanya penurunan BI Rate lebih lanjut. Memasuki Juni 2007, investor asing membukukan net Grafik 3.16

IHSG dan BI Rate

Grafik 3.17 Net Beli Asing Saham

IHSG LQ-45 Data per 29 Juni 2007

9.879,6

NET BELI ASING

Miliar Rp

2003 2004 2005 2006 2007 2007

Grafik 3.18 Aktivitas Perdagangan SUN

Rp triliun Frek

0,0

Data per 29 Juni 2007

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei

(10)

jual sebesar Rp 1,7 triliun. Aksi jual investor asing tersebut dilatarbelakangi oleh faktor global, yaitu adanya ekspektasi kenaikan inflasi di AS yang akan memicu kenaikan suku bunga the Fed. Secara keseluruhan, pada periode triwulan II-2007 net beli asing tercatat sebesar Rp 19,8 triliun, naik dari jumlah net beli di triwulan I-2007 sebesar Rp 6,2 triliun.

Dalam upaya mengatur Dalam upaya mengatur Dalam upaya mengatur Dalam upaya mengatur

Dalam upaya mengatur maturity profilematurity profilematurity profilematurity profilematurity profile, pemerintah kembali melakukan , pemerintah kembali melakukan , pemerintah kembali melakukan , pemerintah kembali melakukan , pemerintah kembali melakukan debtdebtdebtdebtdebt switching

switching switching switching

switching SUN pada triwulan II-2007. SUN pada triwulan II-2007. SUN pada triwulan II-2007. SUN pada triwulan II-2007. SUN pada triwulan II-2007. Pada triwulan II-2007, tercatat 3 kali debt switching yaitu pada 3 April, 1 Mei, dan 12 Juni 2007. Debt switching tersebut diwarnai dengan besarnya jumlah penawaran lelang yang masuk, mencerminkan besarnya minat investor terhadap SUN pemerintah.

Pada 3 April 2007, pemerintah menukar SUN yang memiliki jatuh waktu antara 1 Januari 2008 sampai dengan 31 Desember 2012. SUN dimaksud ditukar dengan SUN seri FR0040 yang akan jatuh tempo pada 15 September 2025. Pada lelang tersebut, jumlah penawaran yang masuk sebesar Rp 5,4 triliun. Jumlah yang dimenangkan pemerintah adalah sebesar Rp 2,6 triliun dengan yield sebesar 10,48%.

Debt switching selanjutnya terjadi pada 1 Mei 2007 yaitu dengan menukar SUN yang memiliki jatuh waktu antara 1 Januari 2008 sampai dengan 31 Desember 2012. SUN tersebut ditukar dengan SUN seri FR0043 yang akan jatuh tempo pada 15 Juli 2022. Jumlah penawaran lelang yang masuk tercatat Rp 4,8 triliun, dan yang dimenangkan pemerintah sebesar Rp 1,4 triliun dengan yield sebesar 10,25%.

Gambar

Grafik 3.1AdministeredBerdasarkan kelompoknya, penurunan harga beras dan, Inti dan Volatile Foodskelompok bumbu-bumbuan menyebabkan secara keseluruhan
Grafik 3.6luar negeri pemerintah. Selama tahun 2007, cadangan devisaPerkembangan Nilai Tukar Rupiahterus mengalami perkembangan yang meningkat.
Grafik 3.9portofolio rupiah oleh asing yang didorong oleh jatuhnya pasarPremi Swap Berbagai Tenormodal global setelah kenaikan suku bunga oleh beberapa bank
Grafik 3.11diputuskan setelah hasil asesmen menunjukkan stabilitas
+3

Referensi

Dokumen terkait

fermentatif diperoleh skor rata-rata sebesar Hal ini karena adanya asam laktat yang 3,05 (asam), sedangkan skor rata-rata rasa terbentuk selama proses fermentasi dari

• Peserta didik diberi kesempatan untuk mendiskusikan, mengumpulkan informasi, mempresentasikan ulang, dan saling bertukar informasi mengenai Pengertian ilmu ekonomi,

Hasil penenelitian menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, pembiayaan dari bank syariah memiliki hubungan positif dan signifikan dengan pertumbuhan ekonomi dan

Aktivitas antimikroba asap cair terutama disebabkan adanya senyawa kimia yang terkandung dalam asap seperti fenol, formaldehid, asam asetat, dan kreosat yang menempel pada

Berdasarkan hasil tindakan yang dilaksanakan, disampaikan saran sebagai berikut: (1) Guru pada saat pembelajaran Matematika kelas II sebaiknya menggunakan model

2005 Peningkatan Kualitas Pembelajaran Bahasa Jerman di Program Studi Pend Bhs Jerman FBS UN Y melalui Aktualisasi Integrierter Sprachunterricht Anggota IKOMA 2006

Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1), BBNKAA dihitung dan ditetapkan oleh Gubernur dengan mengacu kepada perhitungan sebagaimana

Setiap orang (pribadi) merupakan individu yang berbeda-beda, baik dalam hal fisik, mental-emosional, maupun kemampuan-kemampuannya. Ada ungkapan yang sering didengar