CHAPTER 13
COMPLETING THE TESTS IN THE SALES AND COLLECTION CYCLE : ACCOUNTS RECEIVABLE
Metode untuk merancang tes detail atas saldo.
Memutuskan tes yang memadai atas saldo bukan hal yang mudah. Auditors biasanya menggunakan kertas kerja perencanaan bukti.
Tujuan audit atas saldo accounts receivable.
Detail tie-in : accounts receivable dibuat aging sesuai dengan master file. Existence
Completeness Accuracy Classification Cutoff
Realizable value Rights
Presentation and disclosure.
Dalam menyusun kertas kerja perencanaan bukti, auditor biasanya menempuh langkah-langkah berikut ini : Menentukan materialitas dan menetapkan risiko audit beserta inherent risk atas accounts receivable. Menetapkan control risk atas siklus sales and collection.
Merancang dan melaksanakan tes atas kontrol dan substantif tes atas transaksi dalam siklus sales and collection.
Merencanakan dan melaksanakan prosedur analitis atas saldo accounts receivables.
Merencanakan tes mendetail atas saldo accounts receivable untuk memenuhi tujuan audit atas accounts receivable.
Auditor merancang prosedur audit, besar sampel, item yang akan diambil, dan waktu pengujian.
Tes detail atas saldo.
Tes detail yang terpenting yang dilakukan dalam pengujian accounts receivable adalah konfirmasi.
Accounts receivable ditambahkan dengan benar dan sesuai dengan master file dan buku besar. Aging atas saldo menjadi penting karena allowance dan biaya atas uncollectible accounts receivable berdasarkan pada estimasi dari hasil aging.
Accounts receivable yang tercatat benar-benar ada. Dari konfirmasi dapat diyakini keberadaan accounts receivable. Untuk accounts receivable yang tidak dikonfirmasi dapat ditelusuri dari dokumen penjualan dan penerimaan kas sebagai prosedur alternatif.
Accounts receivable seluruhnya tercatat. Tes yang dilakukan biasanya dengan membandingkan antara saldo dengan control account. Cara lain adalah dengan melakukan tes silang dari hasil tes atas transaksi penjualan. Accounts receivable dicatat dengan akurat. Akurasi yang tidak dikonfirmasi, dapat dilakukan dengan menguji
dokumen penjualan dan penerimaan kas.
Accounts receivable diklasifikasikan dengan layak. Klasifikasi di sini dimaksudkan pemisahan yang tegas di antara berbagai jenis receivable, misalnya notes dan accounts receivable.
Pisah batas telah tepat. Pisah batas di sini meliputi pisah batas penjualan, sales return and allowance, dan penerimaan kas.
Accounts receivable dicatat pada realizable value. Hal ini berhubungan erat dengan pengujian atas allowance for uncollectible account.
Klien berhak atas accounts receivable. Perlu ditelusuri apakah accounts receivable tersebut telah dijaminkan, difaktorkan, atau dijual.
Accounts receivable telah disajikan dan diungkapkan dengan layak. Segala hal yang berhubungan dengan accounts receivable telah diungkapkan dengan memadai, dan saldo dlam receivable benar-benar memenuhi kriteria receivable.
Konfirmasi atas accounts receivable.
AICPA mensyaratkan dilakukannya konfirmasi atas account receivable kecuali jika jumlahnya tidak material, konfirmasi yang diterima lambat dan diragukan keandalannya, serta bila inherent risk dan control risk rendah sehingga dapat digunakan prosedur alternatif pengumpulan bukti.
Konfirmasi yang dikirim klien harus diawasi oleh auditor dan hasi konfirmasinya langsung dikirim kepad auditor. Keputusan penting dalam melakukan konfirmasi di antaranya:
Jenis konfirmasi positif atau negatif. Konfirmasi negatif dilakukan bila :
Jumlah satuan accounts receivable banyak, namun nilainya masing-masing kecil. Control risk dan inherent risk rendah.
Tidak ada alasan konfirmasi itu tidak akan diperhatikan. Waktu konfirmasi, sedekat mungkin dengan tanggal neraca. Jumlah sampel yang akan dikonfirmasi.
Pemilihan item yang akan diuji, biasanya dilakukan dengan stratifikasi.
Apabila konfirmasi positif tidak ditanggapi, auditor perlu menguji lagi penerimaan kas setelah tanggal konfirmasi, memastikan tidak ada sales invoice ganda, menelusuri dokumen pengiriman, dan berkorespondensi dengan klien. Konfirmasi yang diterima dan terdapat perbedaan, perlu ditindaklanjuti. Perbedaan tersebut mungkin timbul karena telah dibayar sebelum tanggal konfirmasi namun belum diterima oleh klien pada saat itu, barang yang dikirim oleh
klien belum diterima pada tanggal konfirmasi, telah terjadi pengembalian barang yang dikirim karena tidak sesuai dengan yang diminta, dan mungkin juga karena kesalahan klerikal.
CHAPTER 14
AUDIT SAMPLING FOR TESTS OF DETAILS OF BALANCE
Pada saat pengujian atas pengendalian juga dilakukan sampling, namun tujuannya untuk menilai efektivitas pengendalian. Sedangkan pada saat tes detail atas saldo tujuannya selain efektivitas pengendalian juga kebenaran angka / unit moneternya, apakah telah disajikan secara wajar.
Permasalahan dalam tes detail atas saldo.
Masalah utama yang dihadapi auditor yakni : 1. Menentukan jumlah sampel.
2. Memilih item / sampel di antara populasi. Suatu cara yang banyak dilakukan adalah dengan membuat stratifikasi atas populasi. Dari tingkatan berdasarkan nilai rupiah tersebut kemudian ditentukan masing-masing sampel yang akan diambil. Dengan demikian dapat dilakukan penekanan terhadap suatu strata populasi dengan tidak mengabaikan strata populasi yang lain.
3. Mengevaluasi hasil sampling. Setelah diketahui hasil pengujian atas sampel, kemudian dicari generalisasi untuk seluruh populasi. Caranya dengan menjumlahkan dari setiap strata ( misstatement / nilai sampel yang diambil ) x nilai buku strata tsb. Meskipun masih terdapat kemungkinan sampling error, namun hal ini cukup representatif terutama apabila auditor menggunakan statistical sampling.
Sampling atas monetary unit.
Langkah-langkah yang diambil dalam metode monetary sampling unit (MUS) : 1. Merencanakan sampel.
Menyatakan tujuan pengujian. Menetapkan kondisi salah saji. Menetapkan populasi.
Menetapkan unit sampling, dalam dollar atau unit lain. Menentukan salah saji yang dapat diterima.
Menentukan resiko yang dapat diterima dari kesalahan penerimaan (ARIA). Penentuannya dipengaruhi oleh control risk, acceptable audit risk, dan substantive test.
Mengestimasikan tingkat pengecualian dari populasi.
Menentukan jumlah sampel awal. Penentuan sampel dipengaruhi oleh materialitas, asumsi rata-rata kesalahan atas salah saji populasi, ARIA, nilai buku populasi, tingkat perkecualian populasi, dan hbubungan dengan model resiko audit.
2. Memilih sampel dan melaksanakan pengujian.
Memilih sampel. Dapat dilakukan dengan cara random dan sistematis, yakni dengan random sederhana, sestematis, atau dengan komputerisasi.
Melaksanakan prosedur audit.
3. Mengevaluasi hasil pengujian.
Menggeneralisasikan dari sampel ke populasi. Terdapat empat aspek yang harus diperhatikan dalam metode MUS :
Tabel atribut sampling harus digunakan.
Hasil atribut tersebut harus dikonversikan ke dollar / rupiah.
Harus dibuat asumsi persentase salah saji atas setiap item yang mengandung salah saji. Hasil statistik MUS digunakan sebagai error bounds.
Menganalisa perkecualian.
Memutuskan penerimaan terhadap populasi. Apabila populasi tersebut ditolak, dapat dilakukan beberapa langkah lanjutan yakni dengan meningkatkan pengujian terhadap area tertentu, menambah jumlah sampel, membuat jurnal penyesuaian terhadap perkiraan bersangkutan, meminta klien membetulkan lebih dahulu populasinya, atau bahkan memberikan pendapat selain unqualified.
Penggunaan monetary unit sampling dalam audit.
MUS menarik karena :
Secara otomatis memilih nilai rupiah yang lebih tinggi untuk di-sampling.
Mengurangi pengulangan pengujian atas sampel yang sama sehingga mengurangi biaya. Penerapannya cukup mudah.
Memberikan kesimpulan statistik dalam nilai rupiah.
Namun MUS juga memiliki kelemahan yakni :
Total error bound yang dihasilkan mungkin terlalu tinggi.
Dalam populasi yang besar, diperlukan bantuan komputer untuk pemilihan sampel.