• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Potensi Bahan Galian Pada Bekas Tambang Di Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penelitian Potensi Bahan Galian Pada Bekas Tambang Di Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENELITIAN POTENSI BAHAN GALIAN PADA BEKAS TAMBANG

DI KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

JUJU JAENUDIN, ROHMANA EKO YOAN TORENO

Kelompok Program Penelitian Konservasi, Pusat Sumber Daya Geologi

SARI

Bahan galian merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, oleh karena itu pengelolaannya harus dilakukan secara efisien dan bijaksana sehingga dapat memberikanmanfaat yang optimal

Kegiatan penambangan bahan galian dilakukan untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari bahan galian tersebut, namun dalam pelaksanaannya kegiatan tersebut dapat terhenti karena keterbatasan teknologi, politik dan ekonomi sedangkan bahan galian yang ada kemungkinan masih memiliki potensi untuk dimanfaatkan.

Daerah Kabupaten Lingga merupakan salah satu daerah yang memiliki beragam bahan galian, antara lain timah, granit, emas dan zirkon yang telah diusahakan oleh beberapa perusahaan tambang. Pada beberapa tempat terdapat lokasi bekas tambang, yang kemungkinan masih berpotensi bahan galian tertinggal, bahan galian lain dan mineral ikutannya.

Secara geografis terletak pada 103°30’-105°00’ Bujur Timur dan 0°00’-1°00’ Lintang Selatan. Secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Untuk menuju ke daerah Kabupaten Lingga, bisa menggunakan transportasi kapal laut dari Tanjung Pinang menuju Pelabuhan Tanjung Uban dan dilanjutkan dengan kendaraan roda empat menuju Kota Daik yang merupakan Ibukota Kabupaten Lingga.

Pengambilan conto endapan aluvial di daerah kegiatan dimaksudkan untuk mengetahui kandungan timah dan mineral ikutan lainnya dengan cara memasukkan material perconto ke dalam ember yang berukuran 5 liter dan selanjutnya didulang.

Analisis contoh dilakukan secara kimia dan fisika. untuk mengetahui jenis-jenis kandungan mineral berat, bentuk mineral, ikutan dan genesanya. Diharapkan dari kuantitas mineral dalam konsentrat dulang yang diukur akan dapat ditafsirkan sumber daya pada lokasi kegiatan

(2)

Potensi sumber daya tereka kasiterit pada endapan aluvial di daerah Air Mas kandungan kasiterit jumlah sumber daya tereka kasiterit daerah Air Mas sekitar 116,193385 ton.

Air Hitam, kandungan kasiterit pada endapan aluvial di daerah Air Hitam rata-rata 17,6854 gram/m3, maka jumlah sumber daya tereka kasiterit daerah Bukit Tumang sekitar 1105,34 Kg.

(3)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bahan galian merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, oleh karena itu pengelolaannya harus dilakukan secara efisien dan bijaksana sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal.

Kegiatan penambangan bahan galian dilakukan untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari bahan galian tersebut, namun dalam pelaksanaannya kegiatan tersebut dapat terhenti karena keterbatasan teknologi, politik dan ekonomi sedangkan bahan galian yang ada kemungkinan masih memiliki potensi untuk dimanfaatkan.

Untuk mengetahui potensi sumber daya dan prospek pemanfaatan bahan galian tersebut, maka perlu dilakukan kegiatan penyelidikan konservasi bahan galian di wilayah bekas tambang di daerah Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau.

Maksud dan Tujuan

Maksud kegiatan yaitu melakukan penyelidikan dan pendataan aspek konservasi bahan galian pada wilayah bekas tambang.

Tujuan kegiatan penyelidikan untuk mengetahui potensi dan peluang pemanfaatan bahan galian yang ada sehingga dapat dijadikan salah satu bahan acuan kebijakan pengelolaan bahan galian di daerah Kabupaten Lingga dan untuk

melengkapi database Konservasi Pusat Sumber Daya Geologi.

Lokasi Kegiatan dan Kesampaian Daerah

Kabupaten Lingga secara geografis terletak pada 103°30’-105°00’ Bujur Timur dan 0°00’-1°00’ Lintang Selatan. Secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Untuk menuju ke daerah Kabupaten Lingga, bisa menggunakan transportasi kapal laut dari Tanjung Pinang menuju Pelabuhan Tanjung Uban dan dilanjutkan dengan kendaraan roda empat menuju Kota Daik yang merupakan Ibukota Kabupaten Lingga.

METODOLOGI

Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan yang berhubungan dengan kegiatan ini antara lain kondisi geografis, demografi, tata guna lahan, kondisi geologi, mineralisasi, potensi bahan galian dan sejarah kegiatan pertambangan yang ada di lokasi kegiatan. Beberapa sumber yang dapat dijadikan sebagai data sekunder adalah hasil-hasil penyelidikan terdahulu yang bersifat inventarisasi, penelitian dan pengawasan, baik berupa hardcopy maupun digital yang berasal dari instansi pemerintah seperti hasil kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi, Pusat Survey Geologi, perusahaan pertambangan dan dari berbagai situs di internet yang berkaitan dengan materi kegiatan.

(4)

Pengumpulan Data Primer dan pengambilan conto

Pengumpulan data primer dilakukan pada beberapa lokasi terpilih secara garis besar metoda yang digunakan pada kegiatan ini dapat dibagi dalam tahapan Pengambilan conto konsentrat endapan aluvial, konsentrat dulang , batuan, Air dan pengukuran titik koordinat pengambilan conto.

GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN

Geologi Regional

Kabupaten Lingga mempunyai tiga satuan morfologi yaitu satuan morfologi perbukitan landai, satuan morfologi perbukitan bergelombang, dan satuan morfologi perbukitan kasar.

Secara geologi Kabupaten Lingga dibentuk oleh batuan malihan dan sedimen berumur Karbon-Kapur dan endapan permukaan (K. Sutisna, G. Burhan dan B. Hermanto, 1994), dengan urutan dari tua ke muda sebagai berikut :

Granit Muncung (Tgm), berumur Trias, terdiri dari granit dan diorit

Komplek Malihan Persing (PCmp), berumur Karbon-Perm, terdiri dari perselingan filit, batusabak dan sekis grafit dengan urat-urat kuarsa.

Formasi Tanjung Datuk (Jts), berumur Jura, terdiri dari : batupasir malih, batulempung malih dan batulanau

\

Bahan Galian

Kegiatan penelitian aspek konservasi bahan galian pada wilayah bekas tambang dilakukan di Kabupaten Lingga, yang mempunyai potensi bahan galian utama kasiterit (timah putih) tipe aluvial, daerah tersebut merupakan wilayah bekas tambang PT. Timah, dan pada saat ini terdapat penambangan timah yang dilakukan oleh rakyat setempat dan bahan galian lain seperti bijih bauksit, bijih besi dan mineral ikutan lainnya. Dari hasil penyelidikan yang telah dilakukan di daerah prospek bahan mempunyai potensi bahan galian utama kasiterit (timah putih) aluvial dan mineral ikutanya, serta bahan galian lainnya.

Hasil Analisa Fisika Dan Kimia Mineral. Hasil analisis konsentrat dulang dari wilayah bekas tambang, memperlihatkan kandungan timah masih cukup tinggi.

Dari hasil analisa presentase kasiterit bervariasi antara 03%-54,85%. Selain kasiterit terdapat pula mineral lain seperti : ilmenit, zirkon, kuarsa pirit, ampibol dan piroksen

Untuk estimasi sumberdaya bahan galian kasiterit dihitung berdasarkan konsentrasi rata-rata dalam endapan aluvialdan tailing. Dar ihasil analisis mineralogi butir dalam % berat dikonversikan ke dalam gr/m3,

(5)

dan kadar terendah dari conto nomor JRE 03 2202%. Dilokasi Pulau Baruk kadar yang tinggi Al2O3 diperoleh dari conto nomor JRE 16 sebesar 54.05% dan kadar terendah 17.59%

Di Pulau Baruk dilakukan pengambilan conto sebanyak 8 conto terdiri dari 5 conto bijih besi dan 3 conto batuan termineralisasi. Conto tersebut dinalisis dengan menggunakan metode konvensional basah dan petrografi. Hasil analisis 5 conto bijih besi mempunyai nilai Fe total antara 8.25 %,-65.22 %

Analisis mineragrafi terhadap 3 conto batuan termineralisasi di Pulau Baruk, teridentifikasi mineral logam pirit, kalkopirit, kovelit dan hydrous iron oxides yang merupakan hasil ubahan dari pirit/kalkopirit dan terdapat mengisi retakan/rongga pada urat kuarsa

Dilokasi Pulau Baruk dan Pulau Singkep dilakukan pengambilan conto lempung. Hasil analisis, lempung di lokasi Pulau Baruk mempunyai kadar SiO2, 17.06%-29.80%; Fe2O3 28.25%-39.56%; dan Al2O3 20.09%-28.98%. dan lempung dari lokasi Pulau Singkep mempunyai nilai SiO2, 57.04%-84.88%; Fe2O3 0.49%-1.33%; dan Al2O3 8.79%-29.29%

Endapan Timah aluvial

Potensi endapan timah aluvial pada daerah Pasir Putih yang telah ditambang ± 38,30 Ha dan yang belum ditambang ± 10%. Ketebalan tanah penutup pada setiap daerah ini bervariasi antara 2-5 m dan lapisan pembawa timah antara 0,5 - 1 m

atau rata-rata 0,75 m. Dengan ketebalan lapisan pembawa timah rata-rata 0,75 m dapat diketahui volume potensi endapan timah aluvial di daerah Pasir Putih 38.300 x 0,75 = 28.725 M³. Kandungan kasiterit dalam tailing di daerah Pasir Putih rata-rata 31,9499 gram/m3 , maka dapat diperoleh sumber daya tereka kasiterit yang masih tersisa di daerah Pasir Putih 918 Kg.

Luas area wilayah bekas tambang timah di daerah Air Mas Desa Sungai Buluh, Kecamatan Singkep Barat 7,7 ha (77000 m2), ketebalan endapan aluvial rata-rata 2,5 m, volume endapan aluvial sebesar 192500 m3. Dengan kandungan kasiterit di daerah Air Mas rata-rata 603,602 gram/m3, maka jumlah sumber daya tereka kasiterit daerah Air Mas sekitar 116,193385 ton.

Di daerah Air Hitam, Desa Kuala Raya, luas sebaran endapan aluvial timah di wilayah bekas tambang 2,5 Ha (25000m²), ketebalan sekitar 2,5m. Dengan kandungan kasiterit pada endapan aluvial rata-rata 17,6854 gram/m3, maka jumlah sumber daya tereka kasiterit daerah Air Hitam, sekitar 1105,34 Kg.

(6)

Sistem Penambangan

Penambangan oleh PT Timah pada masa lalu memanfaatkan cebakan timah aluvial darat yang mempunyai sumber daya besar atau sebaran relatif luas, sehingga sebaran bahan galian pada alur-alur yang relatif sempit masih ditinggalkan dalam kondisi insitu.

Penambangan yang dilakukan oleh masyarakat setempat pada saat penelitian berlangsung tidak didasarkan hasil eksplorasi yang baik, menyebabkan banyak lokasi bukaan tambang yang tidak berhasil. Penambangan yang tidak sistematis ini menyebabkan banyak sekali potensi bahan galian kasiterit endapan aluvial yang tertinggal/tidak tertambang, recovery

penambangan rendah dan merusak kondisi lingkungan yang ada karena pada umumnya tidak dilakukan reklamasi pada bekas galian tambang tersebut.

Sistem Pengolahan

Pengolahan timah (kasiterit) alluvial di daerah penyelidikan pada umumnya mempergunakan peralatan diantaranya 1 unit sluce box sederhana berukuran panjang 6-9 m dan lebar 1 m dengan kemiringan antara 15-20°, berlantai karpet, 1 buah drum pencuci, dulang dan penyemprot, di dalam slice box Lumpur hasil penyedotan kosentrat yang mengandung timah yang terdapat dalam aliran Lumpur dapat ditangkap (terendapkan karena berat jenisnya tinggi) selanjutnya setelah dilakukan penyemprotan karpet lantai slice box dicuci dalam tempat tertutup (drum), supaya butiran timah yang tertangkap dalam karpet

terlepas dan terkumpul menyjadi konsentrat. Konsentrat yang berisi campuran mineral berat selanjutnya didulang

Dari hasil pengolahan berupa tailing dari hasil tambang rakyat yang masih aktif, dilakukan pengambilan conto dan dianalisis dilaboratorium terdapat nilai analisis cukup tinggi yaitu kode conto JRE 34 dengan nilai 653,812 gr/m3, hal ini menggambarkan sistem pengolahan yang dilakukan oleh penambang setempat tidak optimal yang menyebabkan perolehan pengolahan relatif rendah, ini kemungkinan sebagai akibat aliran air pada sluice box terlalu deras dan kemiringan dari sluice box terlalu curam, sehingga menyebabkan banyak timah (kasiterit) yang lolos tidak tertangkap oleh

sluice box.

Bahan Galian Lain

Bauksit

Bahan galian lain selain kasiterit (timah) adalah bauksit, lokasi sebaran endapannya di Pulau Penuba luas area 85 Ha dengan ketebalan 2-4 (rata-rata 3 m), endapan bauksit tersebut sedang di exploitasi oleh PT Telaga Bintan Jaya sedangkan di daerah Desa Resang, Luas area 87 Ha (870.000 m2) dengan ketebalan 2-4 (rata-rata 3 m).

Bijih Besi

(7)

Tambang bijih besi terdapat di Pulau Baruk Kecamatan Lingga bahan galian tersebut sedang di exploitasi oleh PT. PASIR DABO PERMATA

Penambangan bijih besi di lokasi kegiatan dilakukan dengan sistem tambang terbuka. Bijih hasil penambangan selanjutnya dimasukkan ke dalam mesin pemecah

(crusher) untuk mendapatkan ukuran bijih tertentu dan dikumpulkan di stock pile yang terdapat di sekitar lokasi penambangan.

Hasil analisis bijih besi menunjukkan kandungan Fe total 56.65%-65.22 % dengan kadar sulfur total 0.07%-0.10 %.

Zirkon

Daerah Pasir Putih luas areal tailing 77 Ha (770000 m2), ketebalan endapan tailing 2,5 m dan diperoleh volume tailing sekitar 1925.000 m3. Hasil analisis mineralogi butir diperoleh kekayaan zirkon rata-rata pada conto tailing 666,0627 gr/m3, maka jumlah sumber daya tereka zirkon pada endapan

tailing sekitar 1282,1706975 ton.

Di daerah Air Hitam, Kecamatan Singkep Barat luas area wilayah bekas tambang 25 Ha (25000 m2) dengan tebal tailing sekitar 2,5 m, diperoleh volume endapan tailling

daerah ini 62500 m3 . Hasil analisis mineralogi butir kekayaan zirkon pada endapan aluvial rata-rata 20,7106 gram/m3, maka jumlah sumber daya tereka zirkon pada endapan aluvial daerah Air Hitam sekitar 12944,125 ton.

Pasirkuarsa

Terdapatnya pasir kuarsa di daerah Pasir Putih, Air Mas dan Air Hitam Kecamatan Singkep Barat merupakan endapan tailing

pada wilayah bekas tambang di daerah Pasir Putih dengan luas areal 77 ha (770000 m2 ) dengan ketebalan endapan tailing 2,5 m, jumlahnya sekitar 1925.000 m3, hasil analisis mineralogi butir kuarsa rata-rata pada conto tailing 67,92773 di gr/m3, maka jumlah sumber daya tereka pasir kuarsa pada endapan tailing sekitar 13.076.088.025 ton.

Di daerah Air Hitam, Desa Kuala Raya, Kecamatan Singkep Barat, luas sebaran endapan tailling di wilayah bekas tambang 25 Ha ( 250.000 m2) dengan tebal endapan

tailling sekitar 2,5 m, volume endapan

tailing sekitar 6.25.000 m3. Hasil analisis mineralogi butir pasir kuarsa pada endapan

tailling rata-rata 164,0558 gram/m3, maka jumlah sumber daya tereka pasir kuarsa di daerah Air Hitam sekitar 102,534875 ton.

Di daerah Air Mas , Desa Kuala Raya, Kecamatan Singkep Barat, luas endapan aluvial di wilayah bekas tambang 77 Ha (77000 m3) dengan tebal sekitar 2,5 m, volume sekitar 1925.000 m3. Hasil analisis mineral butir pasir kuarsa endapan aluvial diperoleh 55,8832 gram/m3, maka jumlah sumber daya tereka pasir kuarsa di daerah Air Mas 10.757516 ton.

Lempung

(8)

lempung mengandung mineral kaolinite, gibste hematit, kuarsa dan muskopit

Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun dari material lempung dengan kandungan besi yang rendah, pada umumnya berwarna putih atau agak keputihan. Kaolin mempunyai komposisi hidrous alumunium silika (2H2O Al2O3 2SiO2) dengan disertai beberapa material penyerta.

Kaolin, walaupun keterdapatannya tidak terlalu banyak, namun cukup mempunyai prospek untuk digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri. Kaolin yang di gunakan dalam industri kertas berbungsi sebagai bahan pelapis (coater) ataupun sebagai pengisi (filler).

Penggunaan kaolin yang utama adalah dalam industri-industri kertas, keramik, cat, sabun, karet/ban, dan pestisida. Sedangkan penggunaan lainnya adalah dalam industri kosmetik, farmasi, fertilizer, pasta gigi, industri logam, industri lainnya, apabila ingin di kembangkan hasil analisa harus memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan.

Hasil analisis kimia dengan metoda major

element terhadap 9 conto lempung

dimaksudkan untuk mengetahui kandungan unsur Al2O3. bervariasi kisaran antara 8.79 % - 29.92 %, SiO3 17.06 % - 57.04 %, Fe2O3 0.49 % - 39.56 % CaO 0.03 % - 0.21% K2O 0.03 % - 0.86 %.

Hasil analisis kimia lempung tersebut berdasarkan dari Spesifikasi Bahan Galian

Industri tabel 4.3. ( Supriatna Suhala dan M. Arifin ) Bahwa kaolin di daerah kabupaten Lingga untuk industri kertas pada umumnya, belum memenuhi syarat untuk digunakan karena unsur pengganggunya cukup tinggi diantaranya nilai unsur Fe2O3 selain itu persyaratan lainnya seperti SiO2 dan K2O umumnya rendah

Tanah Jarang

Logam tanah jarang (LTJ) merupakan unsur yang terletak di dalam golongan lantanida dan termasuk tiga unsur tambahan yaitu Yetrium, Thorium dan Scandium. Dalam memperoleh mineral di atas, tidak bisa didapatkan dengan mudah. Karena jumlah mineral tersebut sangat terbatas terlebih lagi, mineral di atas tidak terpisah sendiri, tetapi ia tercampur dengan mineral lain dan mineral ini merupakan hasil samping dari penambangan timah sehingga untuk memperoleh mineral di atas, maka diperlukan proses pemisahan terlebih dahulu.

Mineral-mineral yang mendominasi dalam senyawa logam tanah jarang di daerah penyelidikan adalah Yetrium Lanthanum, Cerium, Neodymium.

Berdasarkan hasil analisis terhadap 10 contoh konsentrat dulang dengan menggunakan metode Inductively Coupled Plasma (ICP) dapat diketahui konsentrasi kandungan unsur Cerium (Ce), Ytrium (Y), Lantanium (La) dan Niobium (Nb),

(9)

kandungan tertinggi Cerium (Ce) antara 179 ppm – 20909 ppm., Ytrium (Y) 249 ppm – 12259 ppm, (La) 191 ppm - 20741 ppm dan Niobium (Nb) mempunyai kandungan antara 162 ppm - 15573 ppm. Dari seluruh contoh yang dianalisis kimia. conto konsentrat dulang pada nomor JRE 32 mempunyai kandungan cukup tinggi. Cerium (Ce) 20909 ppm., Ytrium (Y) 12259 ppm, (La) 20741 ppm dan Niobium (Nb) 15573 ppm

Untuk mengetahui unsur tanah jarang pada conto lempung juga dilakukan analisis menggunakan metode Inductively Coupled

Plasma (ICP) mempunyai kandungan

Cerium (Ce) antara 35 ppm - 94 ppm. Ytrium (Y) 24 ppm – 116 ppm, Lantanium (La) 26 ppm - 97ppm dan Niobium (Nb) 32 ppm - 61 ppm.

Pada seluruh contoh yang dianalisis kimia. pada lempung mempunyai kandungan cukup tinggi pada nomor conto JRE 20 Cerium (Ce) 581 ppm, Ytrium (Y) 14184 ppm, Lantanium (La) 594 ppm dan Niobium (Nb) 610.

Berdasarkan klasifikasi unsur tanah jarang tabel 4.5 (Geochemistry in Mineral Exploration Arthur W.Rose Herbert E. Hawkes) maka mineral tanah jarang yang ada di daerah penyelidikan pada umumnya mempunyai nilai yang signifikan sehingga untuk mengetahui nilai tambah keekonomian potensi bahan galian tersebut maka perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Sumberdaya Mineral, 1988, Hasil Penyelidikan Pendahuluan Sumberdaya Mineral Golongan C di Kecamatan Kundur, Karimun, Singkep dan Lingga, Kabupaten Kepulauan Riau, Propnsi Daerah Tingkat I, kerjasama BEPPEDA Propinsi Daerah Tingkat I Riau, Bandung;

K. Sutisna, G. Burhan, dan B. Hermanto, 1994, Peta Geologi Lembar Dabo, Sumatera, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi, Bandung;

Rohmana, dkk, 2006, Inventarisasi Bahan Galian Pada Wilayah Peti Daerah Kampar Provinsi Riau, Laporan Kegiatan DPA 2006, Pusat Sumber Daya Geologi

(10)

Sumber :: Digital Elev

Gam

Gam

vation Model

mbar 1.1. Pet

Sum

mbar 3.1. Pet

Indonesia, P

ta Lokasi Ke

mber : P3G (

ta Geologi Ka

Peta Bakosur

egiatan Pene

(194)

abupaten Lin

rtanal Skala

elitian

ngga.

(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

Foto. 2. Singkapan Biji besi di Pulau Baruk Kec.Lingga

Gambar

Gambar 3. Peta Pengambilan Conto
Gambar 3.2. Peta sebaran Timah dan Bauksit di Pulau Singkep Kabupaten Lingga.
Gambar  3.3.  Peta Sebaran Bauksit dan Bijih besi di Pulau Baruk dan Pulau Penuba  Kabupaten Lingga

Referensi

Dokumen terkait

Seperti telah disebutkan di atas, potensi bahan galian lain yang terdapat bersamaan dengan emas aluvial adalah pasir kuarsa, andesit dan tanah urug dengan jumlah yang cukup

Sedangkan tujuan kegiatan ini agar dapat mengetahui potensi bahan galian yang masih dapat dimanfaatkan dari hasil kegiatan penambangan yang telah ditinggalkan atau wilayah

Hasil penyelidikan diperoleh, sumber daya tereka timah di daerah Siabu sebesar ± 129 ton timah pada daerah seluas 4,64 Ha, dari luas daerah pemboran ± 25,05 Ha, sumber daya tereka

Faktor waktu yakni lamanya lahan bekas tambang timah dibiarkan tidak terganggu lagi yang secara langsung terkait dengan perkembangan vegetasi di atasnya serta

Kegiatan pemantauan dan pendataan bahan galian tertinggal dalam tambang batubara daerah Sungai Tambangan, Kabupaten Sawahlunto-Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat untuk

Dalam rangka penerapan aspek konservasi bahan galian pada penambangan batubara di daerah Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, Direktorat Inventarisasi Sumber

Metode penelitian adalah metode pemetaan geologi.Berdasarkan hasil survei lapangan dan analisis laboratorium, Potensi bauksit di Kabupaten Lingga tersebar relatif merata di

Beberapa wilayah bekas tambang terutama bekas kegiatan penambangan pada masa pendudukan Belanda dan wilayah bekas tambang dari kegiatan penambangan oleh masyarakat dan PETI dapat