• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pola Komunikasi terhadap Remaja yang Dominan Digunakan oleh Ibu Single Parent T1 132010002 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pola Komunikasi terhadap Remaja yang Dominan Digunakan oleh Ibu Single Parent T1 132010002 BAB I"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa datangnya pubertas (sebelas sampai empat belas tahun)

sampai usia sekitar delapan belas tahun, masa ini adalah masa transisi dari kanak-kanak

ke dewasa (Hurlock, 2003). Selanjutnya Calon (dalam Monks, dkk, 2002), menjelaskan

bahwa masa remaja menunjukkan dengan sifat-sifat masa transisi atau peralihan, ini

dikarenakan remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi juga tidak memiliki

status anak-anak.

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh anak serta sangat berperan

dalam penanaman nilai-nilai dalam rangka pembentukan karakter pada anak serta

penerapan pola komunikasi yang sangat mempengaruhi perkembangan emosi anak.

Setyowati (2005) mengatakan bahwa diperlukan pengetahuan tertentu dalam usaha

membangun pola komunikasi keluarga secara efektif sehingga mampu mengantarkan

anak-anak yang memiliki perkembangan emosi yang baik. Pola komunikasi tercermin

dari cara orang tua membangun komunikasi dengan anak. Pada proses pertumbuhan anak,

pola komunikasi dengan keluarga yang diterima oleh anak dalam interaksi tentunya

memberikan dampak pada anak dalam melakukan intepretasi atas makna ditangkap oleh

anak. Gottman (2003) memaparkan bahwa resiko anak-anak mengalami masalah,

memiliki keterkaitan dan sangat berpeluang muncul karena keluarga yang tidak bahagia

dan penuh konflik seperti perceraian dan tiadanya kehadiran fisik maupun emosional

(2)

memberikan dampak yaitu memaksa anak mengalami kepedihan emosional dikarenakan

anak menghadapi ketiadaan salah satu figur orang tua yang kemudian kurang lengkapnya

orang tua mempengaruhi kebutuhan emosional anak yang tidak terpenuhi dirumah, yang

kemudian perceraian atau kematian menghasilkan perubahan kondisi keluarga serta

perubahan peran ayah atau ibu, hal ini bertentangan dengan pernyataan Gootman (2003)

yang menyatakan bahwa anak perlu merasakan dukungan dan kasih sayang orangtua yang

semakin baik sehingga menghindarkan anak dari rasa ancaman dari lingkungan, tindakan

antisosial, kecanduan obat terlarang, kegiatan seksual terlampau dini, bunuh diri remaja,

dan penyakit sosial lainnya.

Friedman (1998) menyatakan bahwa single parent merupakan bentuk keluarga yang

didalamnya hanya terdapat satu orang kepala rumah tangga, yaitu ayah atau ibu. Keluarga

dengan status single parent merupakan bentuk kepala keluarganya adalah janda atau duda

akibat diceraikan, ditinggal pergi atau berpisah (Friedman, 1998). Data Susenas Indonesia

yang diperoleh dari PEKKA (Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga) tahun

2007 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga yang dikepalai perempuan mencapai

13.60% atau sekitar 6 juta rumah tangga yang mencakup lebih dari 30 juta penduduk.

Berdasarkan data PEKKA tahun 2008, 28% merupakan keluarga utuh dan sisanya 72 %

merupakan wanita single parent yang menjadi kepala keluarga yaitu 60% disebabkan

karena kematian, 6% karena perceraian, dan 6% karena ditinggalkan (dalam

http://www.pekka.or.id). Menurut data statistik pada tahun 2007, salah satunya di Kota

Salatiga terdapat 19.669 jiwa atau 11,76% single parent, dengan jumlah penduduk secara

(3)

Bagi remaja yang tiba-tiba mendapati orangtuanya tidak lengkap lagi, merupakan suatu

masalah bagi remaja itu sendiri. Remaja selalu berpedoman kepada pentingnya remaja

memiliki ayah dan ibu yang lengkap yang selalu bersama- sama dengan remaja itu sendiri

(Spock, 1998). Hilangnya salah satu peran seorang ayah, tentunya akan memberikan

dampak bagi ibu untuk dapat menggantikan peran ayah dalam keluarga. Ketiadaan

seorang ayah yang disebabkan karena perceraian ataupun kematian, menimbulkan

dampak yang kurang baik bagi remaja, karena remaja memerlukan pembicaraan, tukar

pikiran, terutama dialog dengan ayah. Remaja pria dari figur ayah, dan remaja putri

kehilangan figur yang dijadikan sosok panutan dalam berhubungan dengan lawan

jenisnya karena ayah dianggap sosok pelindung dan pemimpin (Hurlock, 1999).

Yuli Setyowati dalam hasil penelitiannya tentang studi kasus Pola Komunikasi Keluarga

dan Perkembangan Emosi Anak pada Keluarga Jawa (2005) menjelaskan bahwa masih

banyak keluarga yang tidak menganggap pentingnya komunikasi bahkan tidak memiliki

pemahaman yang benar tentang hubungan antara keduanya, hasil penelitian juga

menunjukkan bahwa orangtua lebih mengutamakan kemampuan kognitif anak, daripada

kemampuan emosionalnya dan banyak keluarga tidak memiliki batasan serta komitmen

yang jelas mengenai komunikasi keluarga dan perkembangan emosi anak, sehingga

komunikasi keluarga sering hanya dipahami sebagai rutinitas, bukan sebagai sesuatu yang

memiliki arti bagi perkembangan anak.

Dari uraian diatas, tentunya ibu single parent yang memiliki anak di usia remaja sangat

tidak mudah, sebab memiliki dua peran sekaligus serta harus mendampingi remaja pada

proses pertumbuhannya, maka pola komunikasi dibangun dengan remaja memiliki

(4)

parent selaku orang tua tunggal dan tentunya memberikan dampak pada anak dalam

melakukan intepretasi atas makna ditangkap oleh anak.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana penerapan pola komunikasi terhadap remaja yang dominan digunakan oleh

ibu single parent?

1.3. Tujuan Penelitian

Mendeskripsikan penerapan pola komunikasi terhadap remaja yang dominan digunakan

oleh ibu single parent.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini mendeskripsikan penerapan pola komunikasi teori yang diungkapkan

oleh Joseph A. Devito (2009) yang dominan terjadi pada ibu single parent dan

remaja diharapkan dapat memperkaya wawasan keilmuan dalam bidang bimbingan

dan konseling.

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, mendapatkan wawasan tentang gambaran penerapan pola

komunikasi terhadap remaja yang dominan digunakan oleh ibu single parent.

b. Bagi orang tua, khususnya wanita single parent diharapkan membantu

memberikan pengetahuan bahwa pentingnya pola komunikasi yang dibangun

(5)

1.5. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi dibagi atas lima (5) bab yaitu:

Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan teori yang berisi tinjauan penerapan pola komunikasi ibu single parent yang dominan terhadap remaja.

Bab III Metode penelitian yang berisi jenis penelitian, lokasi tempat penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, uji beda alat ukur dan metode analisis

data

Referensi

Dokumen terkait

Untuk orang-orang yang saat ini sedang duduk dan kesakitan di luar sana, jika saya ingin meringkas hidup saya dan meringkas apa yang dapat mereka lakukan dalam

In an analysis taking into account the joint distribution of nutritional status risk factors (intrauterine growth restriction, stunting, severe.. wasting, and deficiencies of vitamin

Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data,..

status fungsional yang lebih rendah juga lebih tinggi risiko infeksi dengan penggunaan steroid. Menentukan adanya infeksi pada pasien yang memakai glukokortikoid

pasien risiko tinggi, dengan pilihan adalah IFNα dengan dosis sama seperti pada pasien ET tidak hamil. Pemeriksaan rutin selama kehamilan

Dibuat Oleh : Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta8. Diperiksa

Dibuat Oleh : Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

“Kebebasan Pers Vs Delik Pers”, Dalam Dialog Pers dan Hukum, Dewan Pers & Unesco, Juni 2004.. Arief Barda Nawawi, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Hukum dan Pengembangan