• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE TUTOR SEBAYA (PEER TUTORING) DALAM MENINGKATKAN SELF REGULATION SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH METODE TUTOR SEBAYA (PEER TUTORING) DALAM MENINGKATKAN SELF REGULATION SISWA."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk

Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1)

Psikologi (S.Psi)

ChilmiyyatulMusyrifah

B07212004

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode tutor

sebaya dalam meningkatkan self regulation siswa kelas XI IPA 1

dan XI IPA 2. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan

menggunakan desain

quasi experiment

dengan jumlah 40 siswa

sebagai kelompok eksperimen dan 40 siswa sebagai kelompok

kontrol. Metode pengumpulan data menggunakan alat ukur

(skala) yang digunakan adalah skala

self regulation

yang

diadaptasi dari skala Lailiyah (2015). Teknik analisis data

menggunakan Paired samples t test. Reliabilitas skala self

regulation sebesar 618 artinya memiliki reliabilitas yang tinggi.

Pemberian

treatment

dalam penelitian ini dilakukan dalam 2 kali

pertemuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa metode tutor

sebaya dapat meningkatkan

self regulation

siswa. Hal ini dilihat

dari perbandingan antara hasil pretest dan posttest pada kelompok

eksperimen yang mengalami peningkatan. Dari hasil pretest dan

posttest tersebut diperkuat dengan hasil uji paired samples t-test

dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, karena lebih kecil

dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Perbedaan nilai

rata-rata perolehan kelompok Eksperimen sebesar 2.732501 lebih

besar dari nilai rata-rata perolehan kelompok kontrol sebesar

0.52500, artinya terdapat perbedaan

self regulation

antara

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil menunjukkan

bahwa ada pengaruh antara metode tutor sebaya (peer tutoring)

dalam meningkatkan

self regulation

siswa .

(7)

ABSTRACT

Research aims to understand the influence of a method of a tutor

age in improving self regulation students xi ipa 1 and xi ipa 2

.This research is research his experiments with use design quasi

experiment with the number of 40 students as a group

experimentation and 40 students as the control group .Data

collection method use a measuring instrument ( scale ) used is

scale self regulation adapted of the scale lailiyah ( 2015 )

.Technique analysis data using paired samples t test .Reliability

scale self regulation of 618 does it mean to have high reliability

.The provision of treatment in the study is done in 2 meeting .The

results of the study showed that method tutor age can increase

self regulation students . It is seen from a comparison between the

results of pretest and posttest in the experiment increased .From

the pretest and posttest strengthened with the results of the test

paired samples t-test with the economic situation of significance

of 0,000 < 0.05 , because smaller than 0.05 , so ho were rejected

and ha accepted .The difference in value the average the group

experiment of 2.732501 greater than the average the group

control of 0.52500 , it means there is a difference between the self

regulation and control groups experiment .The results show that

there was influence between a method of a tutor age ( peer

tutoring ) in improving the self regulation students .

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

INTISARI ... xi

ABSTRACT ... xii

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang ... 1

B.

Rumusan Masalah ... 15

C.

Tujuan Penelitian ... 15

D.

Manfaat Penelitian ... 15

E.

Keaslian Penelitian ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.

Self Regulation

Siswa ... 20

1.

Self Regulation

... 20

a. Pengertian

Self Regulation

... 20

b.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Self Regulation

... 22

c.

Aspek-Aspek

Self Regulation

... 24

B.

Metode Tutor Sebaya ... 27

1.

Pengertian Metode Tutor Sebaya ... 27

2.

Langkah-Langkah Metode Tutor Sebaya ... 29

3.

Tujuan Pelaksanaan Tutor Sebaya ... 31

4.

Kelebihan Dan Kekurangan Merode Tutor Sebaya ... 32

C.

Pengaruh Metode Tutor Sebaya Dalam Meningkatkan

Self Regulation

... 33

D.

Kerangka Teori ... 36

E.

Hipotesis ... 39

BAB III METODE PENELITIAN

A.

Variabel dan Definisi Operasional ... 40

1.

Variabel Penelitian ... 40

2.

Definisi Operasional ... 41

a.Variabel

Self Regulation

... 41

b.Variabel Metode Tutor Sebaya ... 41

B.

Subjek Penelitian ... 42

C.

Desain Eksperimen ... 44

(9)

E.

Validitas Eksperimen ... 54

F.

Alat ukur (Skala) Penelitian ... 55

1.

Alat Ukur/skala Yang Digunakan ... 55

2.

Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur ... 58

a.

Validitas Alat Ukur ... 58

b.

Reliabilitas Alat Ukur ... 63

G.

Analisis Data... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Subjek ... 64

B.

Deskripsi dan Reliabilitas Data ... 66

1.

Pelaksanaan

Treatment

... 66

2.

Deskripsi Data ... 67

3.

Validitas da Reliabilitas data ... 69

C.

Hasil Penelitian ... 73

D.

Pembahasan ... 75

BAB V PENUTUP

A.

Kesimpulan ... 79

B.

Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA

... 81

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Penilaian Pertanyaan

favorable

dan

unfavorable

... 56

Tabel 2 :

Blue Print

Skala

Self Regulation

... 57

Tabel 3 : Distribusi Subjek Penelitian Kelompok Eksperimen Berdasarkan

Usia ... 64

Tabel 4 : Distribusi Subjek Penelitian Kelompok Kontrol Berdasarkan

Usia ... 65

Tabel 5 : Distribusi Subjek Penelitian Kelompok Eksperimen Berdasarkan

Jenis Kelamin ... 65

Tabel 6 : Distribusi Subjek Penelitian Kelompok Kontrol Berdasarkan

Jenis Kelamin ... 66

Tabel 7 : Deskripsi Statistik kelompoke ksperimen ... 67

Tabel 8 :

Blue Print

Valid Skala

SelfRegulation

... 68

Tabel 9 :

Blue Print

Skala

Self Regulation

... 70

Tabel 10 : Reliabilitas Skala

SelfRegulation

... 72

Tabel 11 : Reliabilitas Skala

SelfRegulation

... 73

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Peningkatan mutu pendidikan yang efektif di sekolah dapat diupayakan melalui perbaikan proses pembelajaran, dimana didalamnya terdapat kegiatan belajar dan mengajar. Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan beraksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya (Sugihartono, 2012).

Proses pembelajaran yang efektif akan membantu peserta didik dalam meningkatkan kemampuan belajar yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya, yaitu perubahan tingkah laku yang bersifat positif dan aktif. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan Indonesia yang dituangkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 yaitu:

“… berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Dwi Siswoyo, 2011).

(13)

Menurut Muhammad Nurwangid (2013), dalam konteks pendidikan kemandirian merupakan salah satu aspek yang diharapkan akan dicapai melalui proses pendidikan. Kemandirian sangat penting untuk dikembangkan pada kegiatan pembelajaran, karena tuntutan belajar yang mengharuskan peserta didik untuk belajar mandiri, disiplin dalam waktu, serta aktif, kreatif dan inovatif dalam mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.

Dalam mewujudkan kemandirian peserta didik, upaya pendidikan yang harus dilakukan, yaitu memberikan proses pembelajaran yang memfasilitasi dan memotivasi peserta didik untuk ikut berpartisipasi belajar secara aktif mencari serta menemukan pengetahuan atau informasi tentang mengembangkan kreativitas yang dimliki sesuai bakat dan minatnya. Misalnya, pendekatan metode pembelajaran pemberian tugas atau pekerjaan rumah (homework), diskusi kelas, pembelajaran kooperatif (cooperative learning),mind mapping, pembelajaran aktif (active learning), belajar mencari dan menemukan sendiri (enquiry-discovery approach), pembelajaran sistematis (expository approach), penguasaan bahan pembelajaran (mastery learning),humanistic education, tutor teman sebaya (peer tutoring).

(14)

Belajar yang bermakna akan terjadi bila siswa atau anak didik berperan secara aktif dalam proses belajar dan akhirnya mampu memutuskan apa yang akan dipelajari dan cara mempelajarinya. Tanpa ada keinginan untuk siswa untuk aktif terlibat dalam belajar, maka keberhasilan belajar tidak akan tecapai. Dengan demikian dalam proses belajar, kemandirian siswa sangat diperlukan. Kemandirian belajar akan membantu siswa dalam menentukan tujuan yang spesifik, menggunakan lebih banyak strategi belajar, memonitor sendiri proses belajar, dan lebih sistematis dalam mengevaluasi kemajuan siswa itu sendiri (Santrock, 2008). Sehingga, siswa mampu membuat rencana strategi belajar dan target yang ingin dicapai dalam belajar.

Kemampuan siswa dalam membuat rencana strategi belajar dan target yang ingin dicapai dalam belajar merupakan karakteristik siswa yang memiliki kemandirian belajar atau istilah lainnya yaitu, self regulation learning. Self regulationmerupakan keterlibatan pada siswa melalui tingkatan yang meliputi keaktifan berpartisipasi baik itu secara metakognisi, motivasi, maupun perilaku dalam proses belajar (Zimmerman, 1986). Apabila siswa memiliki self regulation yang rendah akan mengakibatkan kesulitan dalam menerima materi pelajaran sehingga tidak mampu mencapai prestasi belajar yang tinggi (Adicondro dan Purnamasari, 2011).

(15)

Keterlibatan dalam ketiga aspek tersebut dapat dicapai jika siswa memiliki kemampuan mengatur diri.

Kemampuan self-regulation bersifat psikologis dan bukan merupakan suatu bakat yang dimiliki individu namun dapat dikembangkan dengan baik pada diri seseorang melalui latihan yang dilakukan berkesinambungan. Kemampuan belajar siswa dapat ditingkatkan melalui aktivitas pembelajaran yang relevan. Pemilihan metode pembelajaran yang memungkinkan individu untuk dapat menumbuh kembangkan kemandirian belajarnya, sangat penting untuk diimplementasikan (Muhammad Nur Wangid, 2010).

Peneliti memilih sekolah Madrasah Aliya Darul Ulum Waru sebagai tempat penelitian dengan dibuktikan adanya observasi yang lakukan di sekolah Madrasah Aliya Darul Ulum Waru (pada hari kamis hingga sabtu, tanggal 18 hingga 20 maret 2016, pukul 09.30 WIB), dan memperoleh hasil bahwadi tempat tersebut memang belum terdapat metode tutor sebaya dalam proses pembelajaran, dan pembelajaran yang dilakukan masih dengan menggunakan metode yang konvensional, di mana guru yang aktif dan siswa yang pasif.

(16)

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat Guru sebenarnya sudah sesuai dengan petunjuk pembuatan RPP dalam Peraturan Menteri (Permen) No. 103 Tahun 2014,namun pelaksanaannya masih jauh dari harapan. Beberapa guru masih banyak menggunakan metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran secara full tanpa variatif metode pembelajaran lain.

Dilihat dari keaktifan siswa, siswa belajar hanya menjadi objek ceramah sehingga kurang mendapatkan kebebasan belajar dengan model lain. Sependapat dengan hal tersebut,beberapa siswa mengeluhkan dengan cara proses pembelajaran yang diberikan oleh guru yang masih menggunakan metode ceramah. Berikut adalah petikan dari hasil wawancara yang telah didapatkan oleh peneliti dengan beberapa seorang siswa disekolah tersebut.

Responden satu mengungkapkan bahwa individu tersebut secara tidak langsung merasa bosan dengan metode pembelajaran yang ada dalam sekolah, sehingga membuat siswa merasa kurang mampu dalam mengatur dirinya dengan baik. Sebagaimana cuplikan wawancara dibawah ini :

Selama saya bersekolah dialiyah, saya merasa bahwa guru hanya menggunakan metode yang seperti itu saja. Saya merasa bosan dan jenuh, setiap kali guru menerangkan saya hanya diam karena saya kurang memahami apa yang telah dijelaskan. Bagaimana tidak, guru hanya menjelaskan sajah tanpa memberikan pengaplikasian yang jelas mengenai pelajaran tersebut. Sehingga membuat saya kurang mampu dalam mengatur diri saya dengan baik. (Fatimatul Jannah, Waru-desa Wedoro, 17/03/2016).

(17)

Yang selama ini saya dan beberapa siswa rasakan adalah bagaimana cara kita sendiri dalam mengatur, serta mengontrol diri dengan baik. Tanpa adanya pemateri atau guru yang berbeda, semua pemateri itu sama, materi yang diberikan juga sama. Namun, memang terkadang suasana yang diberikan juga tersa berbeda. (Fatimatul Jannah, Waru-Desa Wedoro, 17/03/2016).

Dari cuplikan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian materi dengan menggunakan metode yang monoton terlebih dengan menggunakan metode ceramah, maka akan membuat siswa merasa cenderung lebih bosan serta menjadikan siswa kurang mampu dalam pengaruran dirinya dengan baik.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan responden kedua, yaitu seorang siswa satu angkatan namun berbeda kelas. Berikut ini adalah cuplikan wawancara oleh siswa tersebut:

Siswa merasa pembelajaran di kelas yang selama ini diberikan oleh pengajar ternyata masih dianggap kurang memberikan pengaruh yang sangat signifikan dalam hasil belajar yang diperoleh siswa. Sehingga siswa dianggap kurang bisa memahami pelajaran yang diterima selama ini. hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor atau penyebab dimana siswa dianggap kurang memahami dan menerima pembelajaran dikelas secara efektif. Kurang menarik serta pemahaman yang diberikan pemateri terkadang membuat siswa merasa kurang mampu dalam memahami serta menerima materi yang diberikan (Siti Rosydah, Waru-Desa Wedoro, 16/03/2016).

Responden kedua juga menjelaskan pentingnya metode tutor sebaya, sebagaimana dalam petikan wawancara berikut ini :

(18)

Dari cuplikan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa seorang siswa menginginkan adanya seseorang (sosok) yang mampu membantu siswa dalam belajar serta peningkatkan mengatur diri lebih baik.

Keterlibatan tutor sebaya dalam proses pembelajaran ini sangat diperlukan karena mereka menganggap bahwa dengan adanya tutor sebaya ini mereka akan merasa lebih nyaman dan dekat tanpa rasa canggung sehingga proses belajar akan tersasa lebih menyenangkan.Selain itu,beberapa siswa juga berpendapat bahwapembelajaran yang diberikan guru kurang menarik dan komunikatif.Sehingga, mengakibatkan antusias pada siswa kurang,siswa merasa bosan dan mengantuk ketika proses pembelajaran berlangsung.

Dari beberapa permasalahan belajar yang ada di Madrasah Aliyah DarulUlumWaru, didapatkan informasi terdapat salah satu mata pelajaran yang mengalami hambatan dalam proses pembelajaran. Permasalahan ini didapatkan langsung dari informasi guru mata pelajaran bersangkutan, yaitu guru mata pelajaran Matematika. Menurut penuturan yang disampaikan guru mata pelajaran yang bersangkutan, mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di Aliyah yang dalam pelaksanaannya lebih dominan dalam bentuk penyelesaian tugas serta banyaknya rumus yang digunakan, untuk itu dibutuhkan sarana yang lengkap dalam pembelajaran, sementara banyaknya siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari serta memahami pelajaran tersebut.

(19)

dapat memahami dan mengerjakan dalam matapelajaran matematika, serta guru membimbing siswa satu persatu. Namun, untuk mengabulkan keinginan tersebut sangatlah sulit mengingat keterbatasan waktu dan jumlah guru serta siswa pilihan (berprestasi) yang dijadikan sebagai tutor atau pemateri dalam kelas tersebut.

Dampaknya siswa tidak aktif serta kurangnya pengaturan diri dalam proses pembelajaran, siswa kurang memahami materi pembelajaran dan terkadang tugas-tugas yang diberikan guru tidak dikerjakan dengan alasan kurang memahami serta mampu mengerjakan tugas dengan baik. Kondisi yang demikian ternyata membawa pengaruh pada pengaturandiri siswa menjadi rendah dan berpengaruh pula pada kemampuan pengembangan kemandirian siswa menjadi terhambatMardhoh (2015).

Dengan demikian, self Regulation pada siswa kurang berkembang. Self Regulation merupakan bagaimana manusia mampu mengatur dirinya sendiri, mempengaruhi tingkah lakunya dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, serta mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri Bandura (1997).

(20)

pelaksanaan regulasi dalam diri individu. Dan yang terakhir adalah Tujuan yang ingin dicapai, semakin banyak dan kompleks tujuan yang ingin diraih, semakin besar kemungkinan individu melakukan regulasi diri.

Selanjutnya faktor Perilaku, mengacu pada upaya individu menggunakan kemampuan yag dimiliki. Semakin besar dan optimal upaya yang dikerahkan individu dalam mengorganisasi suatu aktivitas, maka akan meningkatkan regulasi pada diri individu.

Dan terakhir adalah faktor Lingkungan, Hal ini bermaksud untuk mencurahkan perhatian khusus pada pengaruh sosial dan pengalaman pada fungsi manusia. Jadi hal ini bergantung bagaimana lingkungan itu mendukung atau tidak mendukung.

Sedangkan aspek – aspek yang terdapat dari self regulation menurut(Bandura,1986,1989) adalah standart dan tujuan yang ditentukan sendiri (Self-Determined standards and Goals),Pengaturan Emosi (Emosional Regulated), Instruksi Diri (Self-intruction),Monitoring Diri (Self Monitoring), Evaluasi Diri (Self-Evaluation),Kontingensi yang ditetapkan diri sendiri ( Self-imposed Contingencies).

(21)

bagian berikutnya dari pelajaran), dan proses regulasi diri seperti perencanaan, monitor diri dan kendali terhadap gangguan. Model interaksi antara lingkungan tersebut merupakan interaksi timbal balik yang menentukan sehingga prosesself regulationitu terjadi (Suhunk dalam woolfolk, 2007).

Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa faktor lingkungan pada self regulation terhadap tutor sebaya merupakan pengaruh sosial yang berperan sebagai model, strategi, instruksi atau umpan balik, proses regulasi diri seperti perencanaan, dan monitor diri dan kendali terhadap gangguan. Peran model dalam hal ini adalah bagaimana seorang siswa mampu berperan sebagai contoh (pemateri) yang dijadikan panutan yang baik dalam menjelaskan materi kepada siswa lain pada proses pembelajaran tutor sebaya. Strategi, merupakan cara seorang siswa mampu menyusun rencana atau mengalokasikan waktu belajar yang tepat untuk mencapai tujuan khusus pada proses pembelajaran tutor sebaya.

(22)

linggkungan. Hal ini didukung oleh pendapatnya (Suhunk dalam woolfolk, 2007) bahwa faktor self regulation yang berpengaruh pada tutor sebaya itu terbukti.

Terkait permasalahan yang telah diungkap di atas, dalam mengatasi permasalahan belajar siswa, terutama dalam meningkatkan Self regulation, siswa dapat dibantu dengan bimbingan belajar berupa kolaborasi antara siswa dan guru mata pelajaran dengan menggunakan teknik diskusi kelompok melalui metode pembelajaran yang efektif, salah satunya yaitu menggunakan Metode tutor sebaya(peer tutoring) adalah suatu metodepembelajaran yang dilakukan dengan cara memberdayakan siswa yangmemiliki daya serap yang tinggi dari kelompok siswa itu sendiri untuk menjadi tutor bagi teman-temannya, dimana siswa yang menjadi tutor bertugas untuk memberikan materi belajar dan latihan kepada teman-temannya (tutee) yang belum faham terhadap materi/ latihan yang diberikan guru dengan dilandasi aturan yang telah disepakati bersama dalam kelompok tersebut, sehingga akan terbangun suasana belajar kelompok yang bersifat kooperatif bukan kompetitif (Arjanggi dan Suprihatin, 2010).

(23)

Metodepeer tutoring ini mengutamakan peran siswa dalam pembelajaran dan kerjasama kelompok secara heterogen yang baik tanpa menghilangkan tanggung jawab kepada setiap individu. Metode peer tutoring juga dapat menarik perhatian dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Menurut Ellson, (dalam Robert M. Gagne, 1988) tutorial dengan menggunakan siswa (sebagai tutor) seringkali berhasil dalam menyelesaikan pengajaran, meningkatkan prestasi para tutor dan para siswa yang ditutori, dan menciptakan sikap suka pada pembelajran di sekolah. Teman sebaya atau sahabat dapat menjadi sumber-sumber kognitif dan emosi sejak masa kanak-kanak sampai dengan masa tua, teman sebaya atau sahabat dapat memperkuat pengaturan diri dan perasaan bahagia (Willar Hurtup, dalam Suwarjo, 2008).

Berdasarkan Permasalahan yang ditemukan peneliti di lapangan, bahwa siswa di kelas lebih banyak mendengarkan guru kemudian mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, timbulnya rasa bosan dan keinginan siswa untuk mendapatkan pemateri yang seumuran yang dianggap mampu untuk membuat siswa lebih merasa nyaman dalam proses belajar sehingga dapat membuat siswa menjadi lebih baik dalam proses pengaturan diri.

(24)

informasi dari pada mengeluarkan pendapatnya, yang berdampak pada kemampuan pengaturan diri(self regulation)yang rendah.

Untuk mengetahui hasil temuan tersebut, peneliti menggunakan metode tutor sebaya. Menurut Lerfted Percivadlan Henry Ellington (1984) adalah cara yang umum untuk menyampaikan pelajaran kepada peserta didik atau mempraktikkan yang telah dipelajari dalam rangka mencapati tujuan belajar. Batasan ini hampir sama dengan pendapat Tardif dalam Muhibbin Syah (1995) bahwa metode diartikan sebagai cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan penyajian materi pelajaran kepada pesertadidik. Selanjutnya Reigeluth (1983) mengartikan bahwa metode mencakup rumusan tentang pengorganisasian pengajaran, strategi penyampaian dan pengelolaan kegiatan dengan memperhatikan tujuan, hambatan, dan karakteristik peserta didiksehingga diperoleh hasil yang efektif, efisien, dan menimbulkan daya tarik pembelajaran.

(25)

hasil yang maksimal, maka untuk meningkatkan prestasi siswa perlu adanya variasi yang mungkin tidak bersumber dari guru.

Dalam kegiatan proses belajar mengajar adakalanya anak cenderung lebih dapat meniru ataumengikuti petunjuk temannya dari pada gurunya. Hal ini disebabkan karena anak merasa lebih akrab dan tidak canggung atau dapat lebih rileks. Maka sangat penting bagi guru untuk memanfaatkan siswa yang memiliki kemampuan lebih, guna mengajarkan kepada temannya.

Fathurrohman dan Sutikno (2007), menuliskan bahwa metode tutorial ini diberikan dengan bantuan tutor. Setelah siswa diberikan bahan ajar, kemudian siswa diminta untuk mempelajari bahan ajar tersebut. Pada bagian yang dirasakan sulit siswa dapat bertanya kepada tutor.

Djamarah dan Zain (2010) menuliskan bahwa :“Tutorial teman sebaya adalah seorang siswa lebih mudah menerima keterangan yang diberikan oleh kawan sebangku atau kawan-kawan untuk melaksankan program perbaikan”.

(26)

yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya.

Berdasarkan permasalahan yang diungkapkan di awal, mengenai pentingnya peranan teman sebaya bagi siswa, serta belum adanya penelitian mengenaiself-regulationdiMadrasah Aliyah DaruUlumWaru, maka penelitian ini dimaksudkan untuk berupaya mengkaji mengenai“Pengaruh metode tutor sebaya (peer tutoring)dalam meningkatanself-regulationpada siswa.”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini sebagaiberikut: Apakah terdapat pengaruh metode tutor sebaya (peer tutoring) dalam meningkatkan self regulation Siswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalahUntuk mengetahui pengaruh metode tutor sebaya(peer tutoring)dalam meningkatkanself regulationSiswa.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa: a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembelajaran, dalam rangka mengembangkan ilmu, khususnya Psikologi Pendidikan. b. Manfaat Praktis

(27)

E. Keaslian Penelitian

Mengkaji beberapa permasalahan yang telah dikemukakan dalam latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode tutor sebaya dalam meningkatkan self regulation siswa. Hal ini didukung dari beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan landasan penelitian yang dilakukan. Berikut beberapa penelitian pendukung tersebut.

Penelitian yang dulakukan oleh Nisfiannor (2004) dengan judul

“Hubungan Antara Regulasi Diri Dan Penerimaan Kelompok Teman Sebaya Pada Remaja” memperoleh hasil bahwamenunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara regulasi diri dan penerimaan kelompok teman sebaya pada remaja.

Penelitian yang dilakukan oleh Arjanggi dan Suprihatin (2010) dengan judul “Metode pembelajaran tutor sebaya meningkatkan hasil belajar berdasar regulasi diri”. Schunk dalam woolfolk (2007) memperoleh hasilbahwaproses regulasi diri dan perilaku merupakan interaksi timbal balik yang saling menentukan (Tinjauan Yuridis Empiris di wilayah kota Semarang.

(28)

Penelitian yang dilakukanoleh Mardoh (2015) dengan judul “Efektivitas Metode Peer Tutoring Dalam Meningkatkan Self-Regulated Learning (Srl) Siswa Kelas X Smk Negeri 1 Kalasan” Berdasarkan hasil penelitian di atas maka ditemukan hasil bahwa dengan dilaksankannya proses pembelajaran melalui metode peer tutoring mampu meningkatkan self-regulated learning (SRL) siswa.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2015) denganjudul“Efektivitas Metode Tutor Teman Sebaya Dalam Meningkatkan Self-Regulated Learning SiswaKelas XI TKJ SMK Tarbiyatul Islam Kawunganten Kabupaten Cilacap” hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode tutor teman sebaya di sekolah dapat meningkatkan self-regulated learning siswa. Kelompok eksperimen mengalami peningkatan self-regulated learning yang sangat signifikan setelah diberikannya treatment. Peningkatan ini dimungkinkan karena dengan menggunakan metode tutor, siswa belajar dengan pembimbing teman mereka sendiri.

Beberapa penelitian lain mengenai metode tutor sebaya (peer tutoring) dalam meningkatkanself regulationsiswa, antara lain: penelitian pertama kali

(29)

Penelitian mengenai tutor sebaya (peer tutoring) ini dikembangkan lagi oleh Liu, Chang-Chen (2007-2009). Dengan judul “A case study of peer tutoring program in higher education ”. Hasil menunjukkan bahwa adanya metode tutor sebaya (peer tutoring) adalah signifikan positif pada kelas treatment. Hal ini dibuktikan dengan siswa yang dibedakan dalam dua kelas melalui proses menggunakan kelascontroldantraetment.

Penelitian ini terus mengalami perkembangan, penelitian Callaghan & Gray (2011) yang berjudul “Self regulation: A New perspective on Learning Problems Experienced by Childern Born Extremely Preterm”. Hasilnya menunjukkan bahwa banyak siswa yang menemukan self regulation dalam dirinya dalam proses belajar.

Penelitian Altun dan Erden (2013) dengan judul “ Self Regulation based learning strategies and Self efficacy perceptions of male and female students’ mathematics achievement ” hasilnya menunjukkan bahwa adanya pengaruh dalam metakognitif peraturan diri, studi peraturan lingkungan waktu dan, peraturan usaha, membantu mencari dan sel persepsi pada matematik pada pembentukanself regulation.

(30)

Dari beberapa penelitian terdahulu mengenai upaya dalam peningkatkan self regulation siswadi atas, peneliti lebih tertarik dengan pengaruh metode tutor sebaya dalam meningkatkan self regulation siswa, metode tutor sebaya dipilih karena tutor sebaya merupakan suatu metode pembelajaranyang dilakukan dengan cara memberdayakan siswayang memiliki daya serap yang tinggi dari kelompoksiswa itu sendiri untuk menjadi tutor bagi teman-temannya, dimana siswa yang menjadi tutor bertugas untuk memberikan materi belajar dan latihan kepada teman-temannya (tutee) yang belum faham terhadap materi/latihan yang diberikan guru dengan dilandasiaturan yang telah disepakati bersama dalam kelompok tersebut, sehingga akan terbangun suasana belajar kelompok yang bersifat kooperatif bukan kompetitif.

(31)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.

Self Regulation

Siswa

1. Self Regulation

a. Pengertian

Self Regulation

Menurut Bandura (1997)

self regulation

adalah bagaimana manusia

mampu mengatur dirinya sendiri, mempengaruhi tingkah lakunya

dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif,

serta mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri.

Self

regulation

merupakan kemampuan untuk mengatur perilaku sendiri dan

salah satu dari sekian penggerak utama kepribadian manusia. Untuk

mencapai suatu tujuan yang optimal, seseorang harus mampu untuk

mengatur perilakunya sendiri, mengarahkan perilaku tersebut agar dapat

mencapai tujuan yang diinginkan.

Menurut Brown (1998),

self regulation

adalah kemampuan untuk

merencanakan, mengembangkan, mengimplementasikan. Ablard dan

Lipszult (1995; dalam Dachrud, 2005) menyimpulkan beberapa

penelitian bahwa

self regulation

merupakan strategi yang mempunyai

pengaruh bagi performansi seseorang untuk mencapai suatu prestasi

(32)

proses kognitif, perilaku, dan metakognisi yang mencakup perencanaan,

pengaturan dan pemantauan serta afeksi yang dimilikinya.

Menurut Zimmerman (1998; dalam Dachrud, 2005)

self regulation

juga mengacu pada tingkatan bagaimana seseorang dapat menggunakan

dirinya untuk mengatur strategi dalam bertingkah laku serta mengatur

lingkungannya. Dengan demikian,

self

regulation

memerlukan

pengaturan, pengelolaan, pengendalian atas segenap sumber daya,

kemampuan dan usaha oleh individu yang bersangkutan untuk mencapai

tujuan atau prestasi tertentu agar terjadi peningkatan.

Selanjutnya Walle (1997; dalam Dachrud, 2005) mendefinisikan

self regulation

sebagai proses kognitif yang berperan dalam bentuk

kekuatan motivasional menjadi perilaku dan

performance

. Dari

beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

self regulation

adalah kemampuan seseorang untuk mengatur diri, mempengaruhi

tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan

kognitif, dan membuat konsekuensi atas tingkahlaku, agar semuanya

dapat bergerak sinergis menuju tujuan yang ingindicapai.

Dari beberapa pengertian diatas, bisa disimpulkan bahwa

self

regulation

adalah

kemampuan seseorang untuk mengatur diri,

merencanakan, mengimplementasi serta bagaimana cara menyusun

(33)

b. Faktor

faktor yang Mempengaruhi

Self Regulation

Faktor

faktor dalam

self regulation

menurut Zimmerman dan pons

(1988), ada tiga faktor yang mempengaruhi regulasi diri. Berikut ini

adalah ketiga faktor tersebut:

1. Individu

Faktor individu ini meliputi hal-hal dibawah ini:

a. Pengetahuam individu, semakin banyak dan beragam

pengetahuan yang dimiliki individu maka akan semakin

membantu individu dalam melakukan regulasi.

b. Tingkat kemampuan metakognisi yang dimiliki individu yang

semakin tinggi akan membantu pelaksanaan regulasi dalam diri

individu.

c. Tujuan yang ingin dicapai, semakin banyak dan kompleks

tujuan yang ingin diraih, semakin besar kemungkinan individu

melakukan regulasi diri.

2. Perilaku

Perilaku mengacu pada upaya

individu menggunakan

kemampuan yag dimiliki. Semakin besar dan optimal upaya yang

dikerahkan individu dalam mengorganisasi suatu aktivitas akan

(34)

3. Lingkungan

Lingkungan

mengacu

pada

upaya

lingkungan

yang

mencurahkan perhatian khusus pada pengaruh sosial dan

pengalaman pada fungsi manusia. Hal ini bergantung bagaimana

lingkungan itu mendukung atau tidak mendukung hal tersebut.

Faktor lingkungan terhadap tutor sebaya merupakan pengaruh

sosial berperan sebagai model, strategi, instruksi atau umpan balik

(elemen lingkungan untuk siswa) dapat berpengaruh pada faktor

pribadi siswa seperti tujuan, kepekaan efikasi untuk tugas

(menjelaskan bagian berikutnya dari pelajaran), dan proses regulasi

diri seperti perencanaan, monitor diri dan kendali terhadap

gangguan. Model interaksi antara lingkungan tersebut merupakan

interaksi timbal balik yang menentukan sehingga proses self

regulation itu terjadi (Suhunk dalam woolfolk, 2007).

Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa faktor lingkungan

pada

self regulation

terhadap tutor sebaya merupakan pengaruh

sosial yang berperan sebagai model, strategi, instruksi atau umpan

balik, proses regulasi diri seperti perencanaan, dan monitor diri dan

kendali terhadap gangguan. Peran model dalam hal ini adalah

bagaimana

seorang

siswa

mampu

berperan

sebagai

contoh

(pemateri) yang dijadikan panutan yang baik dalam menjelaskan

(35)

Strategi, merupakan cara seorang siswa mampu menyusun rencana

atau mengalokasikan waktu belajar yang tepat untuk mencapai

tujuan khusus pada proses pembelajaran tutor sebaya.

Selanjutnya, intruksi atau umpan balik, dalam hal ini

merupakan situasi dimana seorang tutor mendapatkan balasan atau

tanggapan akan semua penjelasan yang telah diberikan kepada

mereka pada saat proses pembelajaran tutor sebaya berlangsung.

Proses regulasidiri (perencanaan) merupakan bagaimana seorang

siswa mampu merencanakan atau mengatur segala yang diinginkan

untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dan yang terakhir adalah

monitor

diri

dan

kendali

terhadap

lingkungan

merupakan

kemampuan siswa dalam mengadakan pemantauan (memonitor)

terhadap pengolaan kesan yang dilakukannya dan mengendalikan

situasi tersebut dengan baik terhadap linggkungan. Hal ini didukung

oleh pendapatnya (Suhunk dalam woolfolk, 2007) bahwa faktor

self

regulation

yang berpengaruh pada tutor sebaya itu terbukti.

c. Aspek

aspek

Self Regulation.

Menurut Bandura (1986), menjelaskan bahwa aspek

aspek

self

regulation

terdiri dari 6 aspek, yaitu:

(36)

Sebagaimana manusia yang mengatur diri, cenderung memiliki

standar-standar yang umum bagi perilaku kita. Standar yang

menjadi kriteria untuk mengevaluasi performa kita dalam

situasi-situasi spesifik. Kita juga membuat tujuan-tujuan tertentu yang kita

anggap bernilai dan menjadi arah dan sasaran perilaku kita.

Memenuhi standar-standar dan meraih tujuan-tujuan kita memeri

kita kepuasan (

self-satisfaction),

meningkatkan

self-afficacy

kita,

dan memacu kita untuk meraih lebih besar lagi

2. Pengaturan Emosi (

Emosional Regulated)

Yaitu selalu menjaga atau mengelola setiap perasaan seperti

amarah, dendam, kebencian, atau kegembiraan yang berlebihan

agar tidak menghasilkan respon yang kontraprosuktif, pengeturan

emosi yang efektif sering melibatkan 2 cabang.

3. Instruksi Diri (

Self-intruction)

Instruksi yang seseorang berikan kepada dirinya sendiri sembari

melakukan sesuatu yang kompleks, kita memberi mereka sarana

untuk mengingatkan diri mereka sendiri tentang tindakan-tindakan

yang tepat.

4. Monitoring Diri (

Self Monitoring)

Bagian penting selanjutnya adalah mengamati diri sendiri saat

sedang melakukan sesuatu atau sebuah observasi diri. Agar

(37)

sadar tentang seberapa baik yang sedang kita lakukan. Dan ketika

kita melihat diri kita sendiri membuat kemajuan kearah

tujuan-tujuan kita, kita lebih mungkin melanjutkan usaha-usaha kita.

5. Evaluasi Diri (

Self-Evaluation)

Setiap apa yang kita lakukan dimanapun kita berada prilaku kita

akan dinilai oleh orang lain, meski demikian agar seseorang mampu

mengatur dirinya sendiri seseorang harus bisa menilai perilakunya

sendiri dengan kata lain seseorang itu akan melakukan evaluasi.

6. Kontingensi

yang

ditetapkan

diri

sendiri

(

Self-imposed

Contingencies)

Ketika seseorang menyelesaikan sesuatu yang telah dirancang

sebelumnya, khususnya jika tugas tersebut rumit dan menantang

seseorang itu akan merasa bangga pada dirinya sendiri dan memuji

dirinya atas keberhasilan yang dia capai. Sebaliknya ketika anda

gagal menyelesaikan sebuah tugas, seseorang itu akan merasa tidak

senang dengan performanya sendiri, merasa menyesal atau malu

oleh karena itu penguatan atau hukuman yang ditetapkan sendiri

(38)

B. Metode tutor sebaya

1. Pengertian metode tutor sebaya

Menurut Febianti (2014) Tutor sebaya

Peer tutoring

adalah sebuah

metode pembelajaran yang sedang menjadi tren sekarang.

Peer tutoring

memang menjadi metode yang menjadikan siswa tidak bosan, sementara

guru juga tidak suntuk.

Peer tutoring

dalam bahasa Indonesia lebih dikenal

dengan istilah tutor sebaya. Dejnozken dan Kopel dalam

American

Education Encyclopedia

menyebutkan pengertian tutor sebaya adalah

sebagai berikut:“Tutor sebaya adalah sebuah prosedur siswa mengajar siswa

lainnya. Tipe pertama adalah pengajar dan pembelajar dari usia yang sama.

Tipe kedua adalah pengajar yang lebih tua usianya dari pembelajar. Tipe

yang lain kadang dimuncu

lkan pertukaran usia pengajar”.

Menurut Surakhmad (1994) Tutor sebaya merupakan salah satu strategi

pembelajaran untuk membantu memenuhi kebutuhan peserta didik. Ini

merupakan pendekatan kooperatif bukan kompetitif. Rasa saling menghargai

dan mengerti dibina di antara peserta didik yang bekerja bersama.Peserta

didik yang terlibat tutor sebaya akan merasa bangga atas perannya dan juga

belajar dari pengalamannya. Hal ini membantu memperkuat apa yang telah

dipelajari dan diperolehnya atas tanggung jawab

yang dibebankan

kepadanya.

Ketika mereka belajar dengan tutor sebaya, peserta didik juga

(39)

berkonsentrasi, dan memahami apa yang dipelajari dengan cara yang

bermakna. Penjelasan melalui tutor sebaya kepada temannya lebih

memungkinkan berhasil dibandingkan guru. Peserta didik melihat masalah

dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa dan mereka

menggunakan bahasa yang lebih akrab.

Menurut Wihardit (1995; dalam Djalil 1997) menuliskan bahwa

Pengertian tutor sebaya adalah seorang siswa pandai yang membantu belajar

siswa lainnya dalam tingkat kelas yang sama.

Menurut Miller (1989;

dalam Djalil, 1997) berpendapat bahwa “Setiap

saat murid memerlukan bantuan dari murid lainnya, dan murid dapat belajar

dari murid lainnya”.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tutor sebaya

(

peer tutoring

) adalah metode pembelajaran dengan pendekatan kooperatif

dimana peserta didik ada yang berperan sebagai pengajar (biasanya siswa

yang lebih pandai dari siswa yang lain) dan peserta didik yang lain berperan

sebagai pembelajar, baik pada usia yang sama atau pengajar berusia lebih tua

dari pembelajar, untuk membantu belajar dalam tingkat kelas yang sama,

untuk mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan,

berkonsentrasi, dan memahami apa yang dipelajari dengan cara yang

(40)

2. Langkah-langkah Metode Tutor Sebaya (

peer tutoring)

Dalam melaksanakan suatu metode pembelajaran tentu ada langkah

langkahnya. Begitu pula dengan metode tutor sebaya. Menurut Martinis

(2007) petunjuk menggunakan smetode tutor sebaya adalah sebagai berikut:

1) Pertama sekali seorang siswa memperhatikan seorang siswa yang telah

mencapai tingkat lanjut dalam melaksanakan semua tugas di bawah

bimbingan pelatih. 2) Setelah mengenal tugas tersebut, siswa dilatih dalam

keterampilan melakukannya. 3) Setelah lulus tes, ia menjadi pelatih untuk

siswa berikutnya. Metode ini dapat dilaksanakan bila : 1) Semua tahap yang

membutuhkan latihan satu persatu 2) Latihan kerja, latihan formal, dan

magang.

Menurut (Zaini ; 2001 dalam Suyitno, 2004) maka langkah-langkah

metode pembelajaran tutor sebaya (

peer tutoring

) adalah sebagai berikut : 1)

Pilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa

secara mandiri. Materi pengajaran dibagi dalam sub-sub materi (segmen

materi). 2) Bagilah para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang

heterogen, sebanyak sub-sub materi yang akan disampaikan guru.

Siswa-siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor

sebaya. 3) Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub

materi. Setiap kelompok dibantu oleh siswa yang pandai sebagai tutor

sebaya. 4) Beri mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam

(41)

menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Guru

bertindak sebagai narasumber utama. 6) Setelah semua kelompok

menyampaikan tugasnya secara berurutan sesuai dengan urutan sub materi,

beri kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman siswa yang perlu

diluruskan.

Menurut Syaiful (2010) langkah-langkah metode pembelajaran tutor

sebaya (

peer tutoring

) adalah sebagai berikut : 1) Bagikan secarik

kertas/kartu indeks kepada seluruh anak didik. Minta mereka untuk

menuliskan satu pertanyaan tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari

di kelas (misalnya tugas membaca) atau sebuah topic khusus yang akan

didiskusikan di dalam kelas. 2) Kumpulkan kertas, acak kertas tersebut

kemudian bagikan kepada setiap anak didik. Pastikan, tidak ada anak didik

yang menerima soal yang ditulis sendiri. Minta mereka untuk membaca

dalam hati pertanyaan dalam kertas tersebut, kemudian memikirkan

jawabannya. 3) Minta anak didik secara sukarela untuk membacakan

pertanyaan tersebut dan jawabannya. 4) Setelah jawaban diberikan, mintalah

anak didik lainnya untuk menambahkan. 5) Lanjutkan dengan sukarelawan

selanjutnya.

Berdasarkan pendapat beberapa pakar di atas, maka dalam penelitian

(42)

materi yang disampaikan oleh pemateri. 3) masing-masing kelompok

diberikan waktu untuk mempelajari per sub bab materi dengan didampingi

oleh tutor sebaya. 4) berikan waktu kepada mereka untuk menyelesaikan

tugasnya dengan baik. 5) berikan siswa waktu untuk menyampaikan hasil

belajar atau sub bab materi didepan kelas.

3. Tujuan pelaksanaan tutor sebaya.

Penerapan metode tutor sebaya pada mulanya bertujuan untuk memberikan

bimbingan belajar bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pada

perkembangan dunia pendidikan seperti saat ini metode tutor sebaya mulai

diterapkan di beberapa sekolah dengan tujuan untuk menarik perhatian siswa

sehingga prestasi belajar meningkat. Menurut Gary D. Borich (1996:78), teman

sebaya memiliki berbagai fungsi

dalam proses belajar. “

The peer group can

influence and even teach students how to behave in class, study for tests,

converse with teachers and school administrators, and can contribute to the

success or fail ure of performance in school in many other ways

” (Teman

sebaya dapat member pengaruh dan juga mengajari teman sebayanya bagaimana

bertindak di dalam kelas, belajar untuk test, dengan guru-guru, dan administrasi

sekolah dan dapat member konstribusi untuk kesuksesan atau kegagalan dalam

pelaksanaan kelas belajar dan lain sebagainya).

Sehingga tujuan bimbingan belajar tutor sebaya adalah untuk meningkatkan

prestasi belajar anak dan membangkitkan motivasi suasana yang disiplin serta

(43)

a. Meningkatkan penguasaan pengetahuan para siswa sesuai dengan yang

dimuat dalam tujuan pembelajaran.

b. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan atau hambatan agar mampu

membimbing diri sendiri.

c. Meningkatkan kemampuan siswa tentang cara belajar mandiri dan

menerapkannya pada masing-masing bahan pelajaran yang dipelajari.

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Tutor Sebaya

Kelebihan Metode Tutor Sebaya menurut Menurut Syaiful Bahri

Djamarah (2010) Tutor sebaya sangat tepat untuk mendapatkan partisipasi

anak didik secara keseluruhan dan secara individual. Strategi ini member

kesempatan kepada setiap anak didik untuk berperan sebagai guru bagi

kawan-kawannya. Dengan strategi ini anak didik yang selama ini tidak mau

terlibat akan ikut serta dalam pembelajaran secara aktif.

Setiap

metode

pembelajaran

pasti

memiliki

kelebihan

dan

kekurangannya masing-masing. Menurut Suharsimi Arikunto (1988), adapun

kelebihan dan kelemanahan metode tutor sebaya adalah sebagai berikut:

Kelebihan metode tutor sebaya adalah 1) Untuk menyampaikan informasi

lebih mudah sebab bahasanya sama. 2) Dalam mengemukakan kesulitan

lebih terbuka. 3) Suasana yang rilex bisa menghilangkan rasa takut. 4)

Mempererat persahabatan. 5) Ada perhatian terhadap perbedaan

(44)

Kelemahan metode tutor sebaya 1) Kurang serius dalam belajar. 2) Jika

siswa punya masalah dengan tutor ia akan malu bertanya. 3) Sulit

menentukan tutor yang tepat. 4) Tidak semua siswa pandai dapat jadi tutor

Kesimpulannya adalah tutor sebaya memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan tutor sebaya diantaranya adalah siswa mampu menyampaikan

informasi lebih mudah sebab bahasanya sama, siswa mampu dalam

mengemukakan kesulitan lebih terbuka, suasana yang rilex bisa

menghilangkan rasa takut, mempererat persahabatan. Dan kekurangannya

adalah Kurang serius dalam belajar, tidak semua siswa pandai bisa menjadi

tutor.

C. Pengaruh Metode Tutor Sebaya dalam Meningkatkan

Self Regulation

Siswa.

Metode tutor sebaya merupakan metode pembelajaran dengan pendekatan

kooperatif dimana peserta didik ada yang berperan sebagai pengajar (biasanya

siswa yang lebih pandai dari siswa yang lain) dan peserta didik yang lain

berperan sebagai pembelajar, baik pada usia yang sama atau pengajar berusia

lebih tua dari pembelajar, untuk membantu belajar dalam tingkat kelas yang

sama, untuk mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan,

berkonsentrasi, dan memahami apa yang dipelajari dengan cara yang bermakna,

(45)

Dalam hal pendidikan

self regulation

memang sangat diperlukan, terutama

pada siswa sekolah. Pentingnya

self regulation

dalam proses belajar pada siswa

dapat membuat siswa merasa lebih baik serta peningkatan belajar akademis.

self

regulation

adalah bagaimana manusia mampu mengatur dirinya sendiri,

mempengaruhi tingkah lakunya dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan

dukungan kognitif, serta mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya

sendiri.Untuk mencapai suatu tujuan yang optimal, seseorang harus mampu

untuk mengontro perilakunya sendiri, mengarahkan perilaku tersebut agar dapat

mencapai tujuan yang diinginkan (Bandura 1997).

Hamalik (2001), Siswa

adalah “Salah satu komponen pengajaran,

disamping faktor guru, tujuan dan metode pengajaran sebagai salah satu

komponen yang terpenting diantara komponen lainnya.” Pada dasarnya “ia”

adalah

unsur

penentu dalam proses mengajar. Tanpa adanya Siswa,

sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran.

Subjek dalam penelitian ini adalah anak usia 12-17 tahun, menurut Panuju

(1999) yang mengatakan apabila seorang remaja dapat menyesuaikan diri dengan

baik dengan lingkungannya, maka dapat dikatakan remaja tersebut telah berhasil

menyesuaikan diri secara pribadi maupun sosial.

Dari penjelasan diatas sangat jelas bahwa metode tutor sebaya sangat

(46)

secara tidak langsung akan mengalami peningkatan

self regulation

dalam tutor

sebaya melalui metode yang tepat yaitu tutor sebaya.

Hal ini didukung oleh beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan

olehBeberapa penelitian tentang metode tutor sebaya dalam meningkatkan

self

regulation

, antara lain: penelitian pertama kali dilakukan oleh Arjanggi dan

Schunk (2000; dalam woolfolk, 2007) menyatakan bahwa partisipan mengalami

peningkatan kemampuan

self regulation

melalui metode tutor sebaya dengan

bimbingan guru.

Penelitian mengenai kegiatan tutor sebaya ini dikembangkan lagi oleh

Latipah (2010) dan hasil penelitiannya menyatakan bahwa, terdapat hubungan

positif antara strategi

self regulation learning

dengan prestasi belajar dapat

diterima.

Penelitian ini terus mengalami perkembangan, penelitian Schunk &

Zimmerman (2007)hasilnya menyatakan bahwa

self-regulation

dan

self-efficacy

masih dapat dikembangkan lagi melalui paparan model yang melalui media

penjelasan dan penunjukkan strategi.

Penelitian Chang-Chen (2007-2009). Hasinya adalah bahwa adanya metode

tutor sebaya

(peer tutoring)

adalah signifikan. Hal ini dibuktikan dengan siswa

yang dibedakan dalam dua kelas melalui proses menggunakan kelas

control

dan

(47)

Penelitian Callaghan & Gray (2011) Hasilnya menunjukkan bahwa banyak

siswa yang menemukan

self regulation

dalam dirinya dalam proses belajar.

Selanjutnya penelitian penelitian Tjalla dan Sofiah (2015) menunjukkan hasil

penelitian bahwa siswa dalam proses pembelajaran bisa mendorong prestasi yang

tinggi mahasiswa di ruang kelas mengoptimalkan kemampuan untuk mengajar

atau mengirimkan pengetahuan ke teman sebaya.

Dari gambaran diatas serta didukung dengan penelitian sebelumnya maka

ini penelitian menjadi menarik untuk dikaji, mengingat metode tutor sebaya

dalam meningkatkan

self regulation

siswa sangat terlihat kabur pada

kenyataannya, sedangkan peran pengajar atau guru

terlihat lebih ditonjolkan.

Apabila seorang pemateri atau guru adalah seorang siswa yang memiliki

kesamaan usia dengan siswa lain (sebaya) yang dirasa memiliki kemapmpuan

yang lebih untuk mengajarkan materi kepada siswa lainnya maka diharapkan

adanya kerjasama yang baik dari kedua belah pihak maka akan menimbulkan

perasaan yang menyenangkan serta kenyamanan dalam proses belajar, sehingga

seorang siswa akan mengalami peningkatan dalam

self regulation

melalui

metode tutor sebaya.

D. Kerangka Teoritis

(48)

lakunya dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, serta

mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri. Brown (1998), juga

mengatakan bahwa

selfregulation

ditandai dengan adanya kemampuan untuk

merencanakan, mengembangkan, mengimplementasikan dan pengaruh bagi

performansi seseorang untuk mencapai suatu prestasi

atau mengalami

peningkatan diri (Ablard dan Lipszult (1995) dalam Dachrud, 2005).

Self regulation

pada tutor sebaya ini disebabkan oleh faktor lingkungan, hal

ini dijelaskan bahwa faktor lingkungan merupakan pengaruh sosial berperan

sebagai model, strategi, instruksi atau umpan balik (elemen lingkungan untuk

siswa) dapat berpengaruh pada faktor pribadi siswa seperti tujuan, kepekaan

efikasi untuk tugas ( menjelaskan bagian berikutnya dari pelajaran), dan proses

regulasi diri seperti perencanaan, monitor diri dan kendali terhadap gangguan.

Model interaksi antara lingkungan tersebut merupakan interaksi timbal balik

yang menentukan sehingga proses

self regulation

itu terjadi (Suhunk dalam

woolfolk, 2007).

Batasan ini hampir sama dengan pendapat Tardif dalam Muhibbin Syah

(1995) bahwa metode diartikan sebagai cara yang berisi prosedur baku untuk

melaksanakan

kegiatan

penyajian

materipelajaran

kepada

peserta

didik.

Reigeluth (1983) mengartikan bahwa metode mencakup rumusan tentang

pengorganisasian pengajaran, strategi penyampaian dan pengelolaan kegiatan

(49)

sehingga diperoleh hasil yang efektif, efisien, dan menimbulkan daya tarik

pembelajaran.

Penelitian ini didukung pula oleh penelitian yang dilakukan oleh Shofiah

(2014) bahwa,

self regulation

merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur

diri, mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan

dukungan kognitif, dan membuat konsekuensi atas tingkahlaku, agar semuanya

dapat bergerak sinergis menuju tujuan yang ingin dicapai Bandura (1997).

Selanjutnya Mardoh (2016) mengatakan bahwa

Self-regulated learning

(SRL) merupakan keterlibatan pada siswa melalui tingkatan yang meliputi

keaktifan berpartisipasi baik itu secara metakognisi, motivasi, maupun perilaku

dalam proses belajar (Zimmerman, 1986: 4). Dalam Kemampuan

self-regulated

bersifat psikologis dan bukan merupakan suatu bakat yang dimiliki individu

namun dapat dikembangkan dengan baik pada diri seseorang melalui latihan

yang dilakukan berkesinambungan. Kemampuan belajar siswa dapat ditingkatkan

melalui aktivitas pembelajaran yang relevan. Pemilihan metode pembelajaran

yang memungkinkan individu untuk dapat menumbuhkembangkan kemandirian

belajarnya, sangat penting untuk diimplementasikan dalam kegiatan sehari hari

sehingga membuat siswa lebih mampu untuk mengatur diri sendiri menjadi lebih

(50)

Dengan demikian variable bebas

(dependent variable)

yaitu tutor sebaya

[image:50.612.118.527.181.516.2]

(peer tutoring),

sedangkan variable terikat

(independent variable)

yaitu

self

regulation.

Gambar 1. Metode tutor sebaya mempengaruhi

self regulation

.

E. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual diatas maka hipotesis dalam penelitian

ini adalah Terdapat pengaruh metode tutor sebaya

(peer tutoring)

dalam

meningkatkan

self regulation

siswa.

Metode Tutor Sebaya

(X)

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen menurut Sugiyono (2013) adalah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perilaku tertentu terhadap yang lain, dalam kondisi yang terkendali.kan. Dalam penelitian eksperimen ada perlakuan (treatment). Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel. Variabel-variabel tersebut adalah:

a. Variabel terikat :Self Regulation b. Variabel bebas : Metode Tutor Sebaya

Variabel yang dimanipulasi dalam metode eksperimen ini adalah kegiatan tutor sebaya. Metode tutor sebaya yang akan dilakukan oleh subjek penelitian dengan mata pelajaran “Matematika”. Alasan peneliti mengambil mata pelajaran “Matematika” adalah karena mata pelajaran

(52)

diberikan perlakuan berupa tutor sebaya dengan menggunakan metode diskusi, dan kelompok kontrol hanya diberikan tutor sebaya dengan mengguanakan metode yang lain seperti ceramah dengan materi mata pelajaran “Matematika”.

2. Definisi Operasional

a. Variabel Self Regulation

self regulation adalah kemampuan seseorang untuk mengatur diri, merencanakan, mengimplementasi serta bagaimana cara menyusun strategi untuk mencapai tujuan atau prestasi yang diinginkan.

Dibuktikan dengan bagaimana siswa mampu dalam merencanakan serta mencapai tujuan yang diharapkan, serta mampu untuk menghadapi masalah pada dirinya mengenai proses peengaruran diri yang ada. Mata pelajaran yang digunakan adalah “Matematika” sebagaimana terlampir. Instrumen pengumpulan data, alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala self regulation.

b. Variabel Metode Tutor Sebaya

(53)

baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi, dan memahami apa yang dipelajari dengan cara yang lebih jelas dan nyaman, karena penjelasan yang diberikan menggunakan bahasa yang lebih akrab.

Cara memanipulasi metode tutor sebaya, antara lain: 1) Siswa berprestasi (tutor) diberikan materi mata pelajaran secara khusus “Matematika” terlebih dahulu oleh eksperimenter (guru) sebelum

tutor menjelaskan materi didalam kelas kepada siswa. 2) Membagi beberapa kelompok kecil dalam kelas untuk menerima materi dari tutor. 3) Pemateri (tutor) diberikan waktu untuk menjelaskan mengenai materi sub bab yang akan diberikan kepada siswa lainnya. 4) Memberikan subjek penelitian waktu untuk berlatih belajar bersama dengan pemateri (tutor) yang sudah dipilih oleh eksperimenter (guru) tersebut. 5) observer memasuki ruang kelas dengan membawa materi sub bab yang dibutuhkan siswa dalam kelas sehingga para siswa dapat melaksanakan kegiatan tutor sebaya.

B. Subjek Penelitian

(54)

kurang mampu mengatur diri dalam belajar, mememahami serta mendapatkan nilai yang kurang baik dalam mata pelajaran yang diajarkan selama ini.

Selain itu, peneliti mengambil subjek kelas XI IPA dikarenakan kelas sebelas merupakan masa peralihan dari kelas sepuluh menuju kelas duabelas. Dimana pada kelas sebelas telah dibentuk kelas penjurusan, sehingga siswa sudah mengetahui keinginan serta potensi siswa dalam menentukan pilihan kelas belajar yang akan berpengaruh pada masa depan kelak. Selain itu, kelas sebelas merupakan awal dari persiapan pembekalan siswa dalam menuju kelas selanjutnya untuk persiapan ujian akhir atau ujian nasional.

Peneliti memakai teknik quasi experiment, merupakan eksperimen yang dilakukan tanpa randominasi, namun masih menggunakan menggunakan kelompok kontrol. Dengan desain eksperimen semu (quasi experiment) adalah lebih baik karena telah melakukan kontrol terhadap beberapa variable non-eksperimental dan ada kelompok kontrol sebagai kelompok komparatif untuk memahami efek perlakuan (Latipun 2006).

(55)

Kriteria subjek dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: inklusi dan eksklusi (Creswell, 2013). Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitiandari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam menentukan kriteria inklusi (Creswell,2013). Kriteria inklusi dalam penelitian ini, meliputi: siswa yang menduduki kelas XI Madrasah Aliyah Darul Ulum, siswa yang memiliki usia 15-18 tahun, siswa yang mengambil peminatan IPA.

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab. Kriteria esklusi,antara lain: subjek yang tidak berada dalam rentang usia 15-18 tahun, siswa dari jurusan IPS.

C. Desain Eksperimen

(56)

(KE) x Oe

(KK) Ok

Ke = kelompok eksperimen Kk = kelompok kontrol

O = pengukuran terhadap variable dependen X = pemberian perlakuan

(57)

Desain ini sangat bermanfaat pada kondisi yang memungkinkan adanya pretestdanposttespada kelompok eksperimen (kelompok yang mendapatkan pretest, perlakuan dan posttes) dan kelompok kontrol (kelompok yang mendapatkan pretest dan posttes namun tidak mendapatkan perlakuan), karena dengan adanya pretest dan posttes ini maka diharap akan membuat siswa menjadi lebih merasa mengalami peningkatan dalam proses self regulation. Selanjutnya subjek penelitian akan menjadi semakin paham dan hafal dengan mata pelajaran Matematika, selain itu subjek penelitian akan hafal dengan pertanyaan yang diajukan oleh eksperimenter, sehingga dalam menjawab pertanyaan akan menjadi lebih baik.

D. Prosedur Eksperimen

Prosedur eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini dibagimenjadi tiga (tiga) tahap, antara lain:

1. Pemilihan Tutor Sebaya

Dalam hal ini seorang siswa dapat menjadi eksperimenter jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Tutor sebaya merupakan kategori peringkat tertinggi dikelas dan berprestasi dalam akademik.

b. Tutor sebaya mampu menjelaskan serta berbicara mengenai materi yang akan disampaikan dengan baik.

(58)

Dalam pemilihan tutor sebaya siswa akan diberikan beberapa soal yang dijadikan acuan sebagai syarat untuk mengatahui nilai serta pengatuhan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran tutor tersebut. Pemilihan tutor juga dilakukan atas rekomendasi para guru sera saran dari wali kelas melalui rekapinasi nilai serta kemampuan siswa dalam kegiatan proses belajar sehari-hari dikelas. Hal ini sebagaimana terlampir pada prosedur pemilihan tutor sebaya.

2. Pelaksanaan Eksperimen

a. Tutor masuk pada tiap kelompok (eksperimen).

b. Tutor memberikan penjelasan materi mata pelajaran “ Matematika” kepada kedua kelompok dengan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda. Yakni pada kelompok eksperimen, eksperimenter (guru) memberikan pengarahan serta bimbingan kepada tutor terlebih dahulu dengan mengunakan langkah-langkah pelaksanaan tutor mengenahai materi yang akan disampaikan kepada siswa. sedangkan pada kelompok kontrol, eksperimenter (guru) langsung memberikan materi matematika kepada siswa tanpa menggunakan tutor sebaya dalam proses pemberian penjelasan materi kepada siswa didalam kelas.

(59)

Setelah itu, ketika siswa dirasa sudah memahami makaSiswa diminta untuk mengerjakan soal yang telah telah diberikan oleh tutor dengan waktu selama 30 menit.

d. Kepada kelompok kontrol, eksperimenter (guru) akan langsung memberikan materi tanpa diberikan metode tutor sebaya Kemudian, siswa diminta untuk mengerjakan soal yang telah diberikan oleh eksperimeter (guru) dengan waktu 30 menit.

3. Post-Eksperimen

Semua jawaban yang disampaikan kepada kedua kelompok. Subjekpenelitian menjawab pertanyaan dan mengerjakan kembali soal“Matematika” secara mandiri, akan langsung diteliti jawabannya

oleh eksperimenter, kemudian eksperimenter akan memberi skor dari hasil jawaban yang diperoleh dari masing-masing subjek.(Pada kelompok eksperimen, akan dilakukan proses penilaian secara bersama-sama dengan siswa didalam kelas. Namun, pada kelompok kontrol akan dinilai langsung oleh ekperimenter).

(60)

matematika) dan siswa berprestasi dikelas. Peneliti memberikan pre test.

Selama proses penelitian berlangsung dalam waktu kurang lebih 90 menit, peniliti akan melakukan proses perkenalan kepada siswa auntuk membangun keakraban. Kemudian, peneliti memberikan skala pretest sebelum pelaksanaan tutor dilaksanakan, peneliti bekerja sama dengan guru memberikan ujian kepada siswa untuk mengetahui nilai serta kemapuan siswa dalam menyelesikan tugas. Siswa diminta untuk mengerjakan soal yang telah dibuat oleh peneliti beserta guru dan siswa dengan nilai terbaik akan terpilih untuk menjadi tutor berdasarkan dengan nilai ujian yang diberikan oleh peneliti dan guru serta hasil rekapinasi nilai yang diperoleh selama ini.

(61)

Tugas dikoreksi bersama-sama dengan tutor didalam kelas. Namun, setelah proses tutor sebaya dilaksanakan maka peneiliti akan memberikan kembali skala self regulation sebagai bentukpost test dari proses selesainya proses eksperimen metode tutor sebaya. Hal ini untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh metode tutor sebaya dalam meningkatkanself regulationsiswa.

Selanjutnya yakni, Pertemuan pertama (kelompok kontrol) pelaksanaan penelitiannya tidak jauh berbeda dengan kelompok lainnya (eksperiment), namun kali ini subjek yang digunakan adalah kelas XI IPA 2 yakni pada kelompok kontrol yang merupakan bagian dari kelompok non eksperiment sehingga tidak terdapat perlakuan (treatment) yakni dengan tanpa menggunakan guru dan tutor sebaya sebagai media eksperimen dan hanya menggunakan guru saja dalam penyampaian materinya serta siswa menggunakan cara yang berbeda yakni dengan mengerjakan tugas secara individu (mandiri) tanpa berkelompok namun tetap sama dalam materi “Matematika”yang sama.

Gambar

 Gambar 1 Gambar 2        : Pelaksanaan Eksperimen .............................................................
Gambar 1. Metode tutor sebaya mempengaruhi self regulation.
Gambar 2. Pelaksanaan Eksperimen
Tabel 1.Penilaian pertanyaan favorable dan unfavorable
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah SWT dimana atas segala rahmat, berkah dan karunia Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Persepsi Arab Saudi

Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai teknik pengenalan karakter dengan pendekatan FCM yang dapat mendukung terciptanya sistem yang dapat melakukan pemasukan data plat

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah penilaian kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan Balanced Scorecard pada P T.. Bank Sumsel Babel Syariah

1 Pelatihan Aplikasi Sistem Penilaian Akreditasi (Sispena) BAN PAUD dan PNF 2 Permohonan dan Pengisian Instrumen Evaluasi Diri Lembaga (sosialisasi).. 3 Pemetaan sasaran

12 Diharapkan dengan menggunakan LKS dapat membantu siswa untuk banyak berlatih menyelesaian masalah yang berkaitan dengan materi secara benar dan dapat

Makalah ini menyajikan implementasi MikroTik Router untuk mengatur lalu lintas data Internet serta melakukan pemfilteran beberapa aplikasi yang dapat menganggu

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga penuli s

Pendapat diatas dari Babul Ibrahim sebagai kepala dinas pertanian di Kabupaten Banyuasin dapat memberikan penjelasan bahwa revitalisasi penyuluhan pertanian di