• Tidak ada hasil yang ditemukan

149 PENINGKATAN PERAN DAN DAYA DUKUNG MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN WISATA DESA DI LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "149 PENINGKATAN PERAN DAN DAYA DUKUNG MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN WISATA DESA DI LINGKUNGAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

DESA SELOPROJO, NGABLAK, JAWATENGAH

Desa Seloprojo merupakan wilayah yang berada di lereng pegunungan dengan potensi alam yang cukup baik, memiliki potensi wisata alam yang bisa dikembangkan, dan didukung lingkungan pertanian, sayuran serta sosial budaya yang berbeda dan unik. Potensi wisata lingkungan Seloprojo memiliki nilai yang unik dan lestari sehingga memiliki peluang untuk diekspos sebagai satu tujuan wisata pedesaan yang berbeda dari desa wisata lainnya. Desa Selopojo dapat didesain sebagai daerah wisata yang berbeda, yaitu sebagai tujuan “Wisata Desa”. Wisata Desa Seloprojo merupakan desain wisata yang tidak merubah kondisi lingkungan, budaya, sosial dan sarana fisik, tetapi justru sebaliknya memunculkan keunikan dan keaslian alam dan sosial budayanya.

Menumbuhkan peran dan daya dukung masyarakat merupakan bagian utama dalam merencanakan paket Wisata Desa. Partisipasi masyarakat memiliki posisi sangat penting untuk mewujudkan tujuan suatu wisata desa, dimana masyarakat merupakan inti dari adanya wisata desa. Setiap tahapan wisata desa akan melibatkan peran masyarakat, karena masyarakat merupakan subyek wisata desa dan terjadi interaksi aktif dengan para wisatawan.

Perencanaan pengembangan wisata desa Seloprojo membutuhkan pengetahuan dan skill para anggota masyarakat, terutama kelompok sadar wisata (Pokdarwis) desa. Peran Pokdarwis sangat strategis untuk memetakan, merumuskan dan merencanakan pengembangan potensi lokal kedalam program wisata, dan terintegrasikan dalam satu kesatuan “Wisata Desa Seloprojo”.

Proses menumbuhkan peran dan daya dukung masyarakat akan melibatkan pemerintah desa, kecamatan dan tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki komitmen untuk mengembangkan potensi desa Seloprojo sebagai unggulan wisata di kawasan kaki Gunung merbabu dan sekitarnya. Berdasarkan rembug Desa dengan tokoh masyarakat perlu segera disusun kegiatan berdasarkan skala prioritas, meliputi peningkatan kapasitas kelompok ma syarakat, pemetaan dan pengembangan kawasan yang meliputi dari potensi kesenian, kerajinan, kuliner, dan obyek wisata alam yang belum terkelola secara baik.

Pola pendampingan dan pemberdayaan masyarakat diarahkan berdasarkan rencana bersama masyarakat desa Seloprojo dan mendukung tujuan pemerintah provinsi Jawa Tengah yang telah menjadikan desa Seloprojo sebagai salah satu Desa Berdikari berbasis potensi wila yah.

Kata Kunci: Wisata Desa Seloprojo, lingkungan, budaya, sosial

ABSTRACT

Seloprojo village is an area on the slopes of the mountains with the natural potential is quite good, has potential natural attractions that can be developed, and supported agricultural environment, vegetables and different socio-cultural and unique. Tourism potential Seloprojo environment has a unique and sustainable value so as to have the opportunity to be exposed as a rural tourist destination that is different from other tourist village. Selopojo village can be designed as a tourist area that is different, that as the goal of "Tourism Village". Rural Tourism Seloprojo a travel design that does not change the condition of the environment, culture, social and physical infrastructure, but on the contrary gave rise to the uniqueness and authenticity of the natural and social culture.

Fostering the role and support of the community is a major part in planning the Village Tourism packages. Citizen participation has a very important position to realize the goal of a tourist village, where the community is at the heart of the tourist village. Each stage will involve the role of tourist village community, because the community is the subject of village tourism and active interactions occur with the tourists.

(2)

Seloprojo village tourism development planning requires knowledge and skills of the members of the community, especially the aware group travel (Pokdarwis) village. Pokdarwis very strategic role to map, formulate and plan the development of local potential into a travel program, and integrated into a single entity "Rural Tourism Seloprojo".

The process of growing the role and support of the community will involve village government, district and community leaders who are committed to developing the potential tourist village Seloprojo as featured in the foothills of Mount merbabu r egion and surrounding areas. Based rembug village with community leaders need to be prepared activities based on priorities, including enhancing the capacity of community groups, mapping and development of the potential of area including arts, crafts, culinary and natural attractions have not been managed well.

Patterns mentoring and empowerment directed by plans with villagers Seloprojo and supports the objectives of the Central Java provincial government has made the village Seloprojo as one of the village-based self-reliance potential of the region.

Keywords: Rural Tourism Seloprojo, environmental, cultural, social

PENDAHULUAN

Potensi unggulan Desa Seloprojo

Desa Seloprojo, merupakan salah satu desa yang berada di lereng barat dari Gunung

Merbabu, di Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. Letaknyapun diapit oleh Gunung

Adong dan Gunung Telomoyo. Secara geografis wilayah desa Seloprojo sebagai desa

berkontur pegunungan maka kondisi wilayahnya sebagian besar bersifat lereng dibanding

datarannya. Luasan wilayahnya mencapai 2,02 Km2. Sebagai desa di pegunungan tentu

memiliki banyak potensi tersendiri yang menjadi ciri khas dan keunik desanya.

Sebagai desa di lereng pegunungan memiliki potensi alam yang cukup baik, yaitu bisa

sebagai wisata alam, pertanian, sayuran dan budaya yang beraneka ragam. Wilayahnya

memiliki Agroklimat : suhu dingin pegunungan dengan rata-rata suhu udara 17º C dan rata –

rata kelembaban udara : 88.205 %, sehingga cukup sejuk bagi setiap orang yang hadir di

wilayahnya.

Selain itu potensi luas lahan desa Seloprojo yang mencapai mencapai 2,02 Km2 dengan 4

dusun yang membentang di lereng Gunung Telomoyo adalah :

LUAS WILAYAH

(3)

Sedangkan secara monografi bahwa Desa Seloprojo merupakan desa yang cakupan

wilayah dan penduduknya tergolong kecil dibandingkan desa lainnya yaitu :

KEADAAN PENDUDUK

Jumlah Laki-laki Jumlah Perempuan Jumlah Penduduk

849 840 1.687

KELOMPOK UMUR (Th)

0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 – 39

L P L P L P L P L P L P L P

99 97 98 101 89 86 85 62 75 56 75 74 113 105

KELOMPOK UMUR (Th)

JUMLAH

40 - 49 50 – 59 60 +

L P L P L P L P

110 103 58 54 64 63 849 840

(sumber: Desa Seloprojo)

Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Kelompok Umur

Dengan jumlah Penduduk 1.687 Jiwa (laki : 849 orang dan perempuan : 840 orang)

dengan memperhatikan tabel 2 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk dengan usia produktif

sebesar 982 orang (menurut sumber desa : bahwa usia 15 – 59 Th sudah dan atau masih

bekerja).

Kondisi riil dari sosial ekonomi masyarakat bahwa desa Seloprojo adalah dalam kategori

desa miskin. Masyarakat Desa Seloprojo merupakan masyarakat agraris sehingga tingkat

penghidupan ekonominya sangat ditopang oleh hasil pertanian dan perladangannya..Sebagian

besar hasil pertanian dan perkebunan sudah dimanfaat pemenuhan kebutuhan lokal dan

sebagian dipasarkan keluar desa.

Untuk keindahan alam yang tersedia baru dikelola secara apa adanya dengan konsep desa

wisata pada umumnya. Keunggulan lain untuk menopang wisata desa belum disentuh secara

baik oleh masyarakat desa Seloprojo. Seperti adanya wisata alam Air Terjun ”Sumuran”

Seloprojo hanya kondisi alam yang indah namun belum mendapat sentuhan penataan yang

(4)

Wisata Desa Air Terjun Seloprojo membutuhkan konsep baru yang berbeda dan

memanfaatkan semua kekuatan potensial Desa Seloprojo. Tujuan ini sejalan dengan telah

ditetapkannya Desa Seloprojo sebagai salah satu Desa BERDIKARI oleh Pemerintah Provinsi

Jawa Tengah, desa Seloprojo akan menjadi desa yang tumbuh dan berkembang dengan

meningkatkan kemampuan wilayahnya berbasis potensi wilayah.

Dengan demikian konsep pengelolaan wisata di desa Seloprojo tidak seharusnya

menganut konsep Desa Wisata yang sudah ada selama ini dan digunakan banyak wilayah di

Indonesia. Tentunya yang dapat dijual adalah sosial budaya dan keanekaragaman pola hidup

agrarisnya dan mengabungkan dengan potensi keindahan alamnya.

Konsep ”Desa Wisata” harus di ubah menjadi Konsep ”Wisata Desa” dimana wisatawan

diajak menjalani suatu rangkaian proses melihat dan mengalami cara hidup seperti orang desa

dengan segala keanegaragamannya. Sebab ”wisata desa” tidak merubah segala yang sudah ada

tetapi menampilkan kembali menjadi suguhan yang menyenangkan untuk dialami (bukan

sekedar dilihat) dan dirasakan sebagai sesuatu yang berbeda.

Sadar wisata merupakan jantung dan nadinya pariwisata, maka pemahaman terhadap

pengembangan wisata sangat diperlukan dan dibangun serta ditunjukkan kepada seluruh elemen

masyaraka desa tersebut. Kerjasama yang tinggi atas dasar pemahaman yang baik dalam

menjalankan wisata daerah akan mendorong semua pihak di desa untuk menggali kekayaan

seni dan budaya serta kearifan local dan lingkungan menjadi bagian yang sangat penting dalam

memperkaya daya tarik event pariwisata yang di kemas dalam “Wisata Desa”.

Karakteristik potensi yang dimiliki masyarakat desa Seloprojo sangat beragam dan

dikelompokkan kedalam beberapa bagian :

POTENSI WILAYAH

1. Lahan pertanian padi yang cukup baik dapat sebagai wahana pembelajaran wisata agraris

(wisata bercocok tanam).

2. Suasana alam pegunungan di ketinggian menjadi panorama alam yang indah.

3. Potensi tanaman sayuran menjadi daya tarik untuk menikmati hasil bumi khas

pegunungan.

4. Fenomena air terjun Sumuran Seloprojo menjadi lokasi wisata alam yang menyenangkan.

5. Seni budaya seperti Tari Reog, Tari Soreng dan beberapa tari lainnya perlu di lestarikan

dan dikembangkan sebagai seni budaya lokal yang menarik.

6. Tanaman pangan yang telah dioleha menjadi makanan lokal menjadi suguhan kuliner

(5)

Maka sangat tepat bila lingkungan wilayah Desa Seloprojo tersebut perlu di kembangkan

menjadi Desa yang berbasis wisata dengan pola “Wisata Desa”. Dengan memperhatikan dari

faktor potensi pendukung Obyek dan Daya Tarik wisata (ODTW) di atas, juga daerah ini adalah

jalur wisata Kopeng sebuah kawasan wisata pemandangan dan wisata Air Terjun Sekar Langit.

Dengan adanya potensi yang baik di lingkungan Desa Seloprojo maka perlu dicanangkan

sebagai solusi bersama dengan warga masyarakat (melalui kelompok) guna mewujudkan desa

yang berbasis wisata dengan pola “Wisata Desa” meliputi:

SOLUSI BAGI WILAYAH

1. Membentuk dan Mendorong kelompok Sadar Wisata untuk mengambil peran mengingat

potensi SDM desa Seloprojo cukup baik.

2. Mengoptimalkan potensi desa sebagai jalur distinasi OTDW wisata KOPENG dan Air

Terjun SEKAR LANGIT.

3. Mengoptimalkan potensi Agrowisata untuk di redesain sebagai desa wisata

Agro-organik, yaitu basic wisata Agro organik tersebut untuk disajikan kepada wisatawan guna

mengenal makanan sehat alami.

4. Meningkatkan kemanfaatan lahan dan potensi View yang ada dan kontur tanah yang

kondusif sebagai wisata alam, terutama Air Terjun SUMURAN Seloprojo.

5. Mengembangkan potensi wisata lainnya yang banyak di desa tersebut misalnya wisata

Seni dan Budaya dan Wisata kuliner.

6. Menambah penghasilan masyarakat.

7. Menjaga kelestarian hayati dan lingkungan hidup.

Permasalahan yang Ditemui Permasalahan yang ada di lokasi:

a. Warga masyarakat masih belum bersatu untuk mendorong wisata di desanya karena

pemahaman yang ada selama ini adalah tidak mudahnya menjadikan desanya sebagai

Desa Wisata.

b. Belum adanya kader penggerak wisata desa yang mampu mensinergikan semua potensi

desa agar dikelola dalam satu paket “Wisata Desa”

c. Masyarakat memiliki anggapan bahwa investasi untuk menjadi desa wisata adalah

berbiaya besar, sehingga tidak mampu merubah keadaan bila tidak ada campur tangan

dari pemerintah pusat.

d. Kurangnya pemahaman atas pengetahuan pengelolaan wisata. Masyarakat belum

(6)

seadanya. Maksudnya berwisata dengan pola “wisatawan mengalami pola kehidupan social budaya desa”.

Oleh karenanya secara umum, persoalan utama yang dihadapi dalam pengembangan

lingkungan desa berbasis wisata adalah (1) belum adanya sumberdaya manusia yang tersinergi

dalam satu tujuan bersama, (2) minimnya dukung untuk memulai dan menjalankan kegiatan

wisata, (3) belum ada pemahaman yang baik tentang pola pengembangan lingkungan desa

sebagai wilayah yang berpotensi sebagai kawasan wisata desa.

METODE PELAKSANAAN

Dengan memperhatikan permasalahan desa Seloprojo untuk menata ulang desanya

menjadi desa yang siap dengan perubahan yang alami maka perlu disusun solusi yang dapat

dilaksanakan selama pelaksanaan KKN PPM, yaitu :

a. Melaksanakan FGD untuk penguatan kelembagaan masyarakat (Karang taruna, PKK,

kesenian, kerajinan, kuliner, dan wisata) yang berwawasan pengembangan lingkungan

terpadu.

b. Melaksanakan penguatan potensi unggulan wilayah bersama kelompok masyarakat sadar

wisata tiap dusun

c. Melaksanakan perencanaan dengan mengintegrasikan potensi unggulan kedalam kawasan

wisata dengan pola Wisata Desa yang berbasis partisipasi masyarakat.

d. Melaksanakan pengembangan kreatifitas ekonomi, seni dan budaya serta pemasarannya

untuk menunjang keterpaduan program wisata desa.

e. Pembuatan profil kewisataan Desa Seloprojo dalam upaya menunjang keberlanjutan

pengembangan program wisata desa.

f. Pendampingan masyarakat Desa Seloprojo untuk memiliki even ”Wisata Desa” di desa

Seloprojo.

Langkah-langkah pendampingan meliputi :

- Pendampingan kepada kelompok-kelompok penggerak tingkat dusun dan desa

melalui pelatihan kecakapan wisata berbasis potensi local, tujuannya untuk

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat mengenai pengelolaan

lingkungan, dengan mengoptimalkan pemanfaatan potensi lingkungan wisata alam

Gambar

Tabel 1.  Luas Wilayah Desa Seloprojo

Referensi

Dokumen terkait

Namun, mengingat masih melekatnya budaya patriarki dan juga adat ataupun kebiasaan yang sudah mengakar pada masyarakat Indonesia ditambah dengan kurangnya pemahaman

Strategi pengendalian kecepatan dilakukan sebagai berikut. Bila kecepatan angin meningkat, tegangan keluaran generator juga akan meningkat. Bila kecepat- an angin berlebih

Perspektif Customer merupakan perspektif yang paling memuaskan dalam pencapaian target perusahaan dengan perolehan nilai bobot tertinggi (0 358) selanjutnya diikuti perolehan

Cara pengelolaan sampah yang dilakukan oleh warga masyarakat Kabupaten Sleman antara lain dikerjasamakan dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan (DPUP) untuk diangkut

Hasil penelitian menujukkan bahwa dari perhitungan tarif rawat inap dengan menggunakan metode Activity Based Costing, apabila dibandingkan dengan metode Konvensional

Perjanjian sewa beli di Indonesia sebenarnya belum diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Dalam prakteknya sewa beli itu sendiri diperbolehkan oleh

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa ukuran organisasi adalah indikator yang menentukan keterlibatan peran akuntan manajemen pada tingkat strategi. Seperti

Penelitian yang dilakukan di dalam negeri diantaranya, Yusfaningrum (2005) hasil penelitiannya menunjukkan hubungan positif antara partisipasi anggaran dan kinerja,