ANALISIS PENGEMBANGAN POTENSI WISATA SUMBER DAYA
ALAM WILAYAH PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI PANTAI TALUGAWU DESA BANUAGEA
KABUPATEN NIAS UTARA
SKRIPSI
RYANDO RESTU ELVIAN GEA
090302028
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
ANALISIS PENGEMBANGAN POTENSI WISATA SUMBER DAYA
ALAM WILAYAH PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI PANTAI TALUGAWU DESA BANUAGEA
KABUPATEN NIAS UTARA
SKRIPSI
OLEH :
RYANDO RESTU ELVIAN GEA
090302028
Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Analisis Pengembangan Potensi Wisata Sumber daya Alam Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat Di Pantai Talugawu Desa Banuagea Kabupaten Nias Utara Nama Mahasiswa : Ryando Restu Elvian Gea
NIM : 090302028
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan
Disetujui oleh : Komisi Pembimbing
Oding Affandi, S.Hut, MP Indra Lesmana, S.Pi, M.Si Ketua Anggota
Mengetahui
Dr. Ir. Yunasfi, M.Si
Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Ryando Restu Elvian Gea
Nim : 090302028
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Pengembangan Potensi Wisata Sumber Daya Alam Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat di Pantai Talugawu Desa Banuagea Kabupaten Nias Utara” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Medan, 31 Januari 2014
ABSTRAK
RYANDO R.E. GEA. Analisis Pengembangan Potensi Wisata Sumberdaya Alam Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat di Pantai Talugawu Desa Banuagea Kabupaten Nias Utara. Di bawah bimbingan ODING AFFANDI dan INDRA LESMANA.
Wilayah pesisir merupakan ruang pertemuan antara daratan dan lautan. Wilayah pesisir merupakan wilayah yang unik secara ekologis karena wilayah ini memiliki potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan menjadi kawasan wisata. Bagian wilayah pesisir yang paling produktif adalah pantai. Salah satu bagian wilayah pesisir yang belum dikembangkan menjadi kawasan wisata adalah Pantai Talugawu di Kabupaten Nias Utara. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu analisis dengan melihat kondisi yang ada di pantai tersebut baik kondisi sosial ekonomi masyarakat, kondisi sumber daya alam pantai maupun kondisi lainnya.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis peran serta masyarakat dan analisis kebijakan. Analisis deskriptif dilakukan dengan melakukan observasi langsung di lapangan, analisis peran serta masyarakat dilakukan dengan wawancara langsung kepada masyarakat sekitar pantai, dan analisis kebijakan dilakukan dengan analisis SWOT. Pantai Talugawu memiliki keindahan alam yang menarik sehingga pengunjung berminat untuk datang ke pantai tersebut. Dari hasil kuisioner, masyarakat sekitar Pantai Talugawu memiliki keterlibatan yang cukup tinggi dalam pengembangan potensi wisata Pantai Talugawu. Dari hasil analisis SWOT, diperoleh bahwa Pantai Talugawu sampai saat ini belum dikembangkan menjadi kawasan wisata karena kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) atau tenaga ahli, kurangnya bantuan dana atau biaya dari pemerintah dalam pengembangan potensi wisata di Pantai Talugawu dan juga sarana dan prasarana yang kurang memadai.
ABSTRACT
RYANDO R.E. GEA. Analysis of Tourism Potency Development Natural Resources Coast Region Community Based at Talugawu Beach Banuagea Village North Nias Regency. Under academic supervision by ODING AFFANDI and INDRA LESMANA.
Coast region constitute appointment room between continent and ocean. Coast region constitute unique region ecological because this region have natural resources potency which can be developed as tourism area. The coast region part that most productive is beach. One of the coast region part which is not developed as tourism area is Talugawu Beach at North Nias Regency. Therefore, need to do an analysis by looking at the existing conditions at the beach such as conditions of community social economy, conditions of coastal natural resources and the other conditions.
Analysis which is used in this research is descriptive analysis, community participation analysis and policy analysis. Descriptive analysis is done by direct observation at the field, community participation analysis is done by direct interview to society around the coast, and policy analysis is done by SWOT analysis. Talugawu beach have an attractive natural beauty, so that the guest have an interested to come to the beach. From the results of questionnaire, the community around the Talugawu beach has a fairly high involvement in the development of Talugawu beach tourism potential. From the result of SWOT analysis, obtained that Talugawu beach so far is not developed as tourism area because lack of human resources or experts, lack of fund or cost from the government in the development of tourism potential at Talugawu beach, as well as inadequate infrastructure and facilities.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 19 November
1991, sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari
pasangan bapak Mesizaro Gea dan Ibu Martha Uliana
Simanjuntak, SH. Pendidikan formal yang pernah
ditempuh oleh penulis adalah dimulai pada tahun 1997 di
Sekolah Dasar (SD) Perguruan Kristen Methodist Indonesia-6 Medan dan lulus
pada tahun 2003. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Perguruan Kristen Methodist
Indonesia-6 Medan dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri-4 Medan dan
lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis diterima di program studi
Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
(MSDP FP USU) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Program Studi
Baru (SPMPSB). Penulis mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Stasiun
Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM)
Kelas I Medan II Belawan pada tahun 2012 dari bulan Juli sampai Agustus.
Selama menjadi mahasiswa, penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan
organisasi dan asisten praktikum mata kuliah, diantaranya sebagai Anggota
Komisi Pembinaan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen
Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Pertanian (UKM KMK USU
UP FP) periode 2011, Anggota Kelompok Kecil Unit Kegiatan Mahasiswa
Fakultas Pertanian (AKK UKM KMK USU UP FP) dari tahun 2009 sampai
sekarang, Kepala Bidang Agama Kristen Himpunan Mahasiswa Manajemen
Sumber Daya Perairan (HIMMASPERA) periode 2012-2013, Ketua Panitia Hari
Ulang Tahun Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas
Sumatera Utara (HUT UKM KMK USU) ke-33 pada tahun 2013 dan Pemimpin
Kelompok Kecil Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen
Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Pertanian (PKK UKM KMK
USU UP FP) dari tahun 2010 sampai sekarang.
Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar Ilmu
Perairan (DIP) dan Dasar Limnologi pada semester ganjil tahun ajaran 2011-2012,
asisten praktikum mata kuliah Dasar Limnologi pada semester ganjil tahun ajaran
2012-2013 dan asisten praktikum mata kuliah Mikrobiologi Akuatik pada
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Analisis Pengembangan Potensi Wisata Sumberdaya Alam Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat di Pantai Talugawu Desa Banuagea Kabupaten Nias Utara”. Skripsi ini diajukan sebagai satu dari beberapa syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana perikanan pada program studi Manajemen
Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yaitu kepada
Bapak Oding Affandi, S.Hut, M.P. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak
Indra Lesmana, S.Pi, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
memberikan semangat, dorongan, bimbingan dan masukan dalam penulisan
skripsi ini, kepada bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.Si dan Pindi Patana, S.Hut, M.Sc
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, dan kepada seluruh Dosen dan
Staf Pengajar di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua penulis Bapak
Mesizaro Gea dan Ibu Martha Uliana Simanjuntak, SH yang telah membesarkan,
memelihara dan mendidik penulis sampai saat ini bahkan juga yang telah
memberikan kasih sayang, motivasi dan dukungan kepada penulis dalam
diberikan kepada penulis mulai dari menjalankan kuliah sampai menyelesaikan
skripsi ini, kepada adek saya Arnando Gea dan Christin Gea yang telah
memberikan dukungan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Sodania Gea selaku
Kepala Desa Banuagea Kecamatan Tuhemberua Kabupaten Nias Utara, kepada
bapak Edison Gea selaku Camat Tuhemberua Kabupaten Nias Utara, kepada
bapak Herman Waruwu selaku Kepala Bidang Pariwisata Kabupatan Nias Utara
di Kecamatan Lotu, kepada Mr. Bjorn dari Australia dan kepada Miss Shanty dari
Malaysia selaku tenaga khusus/tenaga ahli yang membantu kepala bidang
pariwisata dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Nias Utara.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua teman-teman
mahasiswa program studi Manajemen Sumberdaya Perairan terkhusus
teman-teman angkatan 2009 dan juga adik-adik junior mulai dari stambuk 2010 sampai
stambuk 2013 yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah
membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya
bidang Manajemen Sumberdaya Perairan.
Medan, Desember 2013
DAFTAR ISI
Lingkungan dan Sumber Daya Wilayah Pesisir ... 11
Perencanaan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Sektoral... 12
Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu ... 13
Perencaaan Terpadu ... 13
Pengertian dan Kebijakan Pengembangan Masyarakat Wilayah Pesisir ... 14
Ekowisata Berbasis Masyarakat ... 15
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir ... 16
Partisipasi Masyarakat Pesisir ... 18
Analisis SWOT ... 20
Waktu dan Tempat ... 21 Gambaran Umum Kabupaten Nias Utara ... 25
Potensi Wisata di Pantai Talugawu ... 26
Potensi alam ... 26
Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dan pengunjung Pantai Talugawu ... 28
Potensi ekologi ... 29
Sarana dan prasarana pendukung yang ada di Pantai Talugawu .. 29
Potensi budaya ... 30
Potensi sosial ... 31
Potensi ekonomi ... 32
Peran Serta Masyarakat dalam pengembangan potensi wisata di Pantai Talugawu ... 33
Peran serta dalam perencanaan ... 33
Peran serta dalam pelaksanaan ... 33
Peran serta dalam monitoring dan evaluasi ... 34
Persepsi masyarakat sekitar tentang tingkat keamanan Pantai Talugawu jika dikembangkan sebagai kawasan ekowisata ... 34
Pembahasan Potensi Wisata di Pantai Talugawu ... 36
Potensi alam ... 36
Potensi ekologi ... 36
Potensi budaya ... 37
Potensi sosial ... 37
Potensi ekonomi ... 38
Peran Serta Masyarakat dalam pengembangan potensi wisata di Pantai Talugawu ... 39
Peran serta masyarakat dalam perencanaan ... 39
Peran serta masyarakat dalam pelaksanaan... 40
Peran serta masyarakat dalam monitoring dan evaluasi ... 42
Strategi Kebijakan dalam pengembangan potensi wisata di Pantai Talugawu ... 44
Faktor Internal ... 44
Faktor Eksternal ... 45
Saran ... 52
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Kegiatan wisata pantai dan bahari yang dapat dikembangkan 11
2. Matriks SWOT 24
3. Faktor-faktor internal Pantai Talugawu 44
4. Faktor-faktor eksternal Pantai Talugawu 45
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1. Matriks Metodologi Penelitian 56
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian 5
2. Keindahan Alam Pantai Talugawu 27
3. Persentase pendapat masyarakat sekitar dan pengunjung terhadap
keindahan alam Pantai Talugawu 27
4. Persentase kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar dan
pengunjung Pantai Talugawu 28
5. Persentase terganggu atau tidaknya masyarakat sekitar jika Pantai
Talugawu dijadikan sebagai kawasan wisata 35
6. Persentase keterlibatan masyarakat sekitar jika Pantai Talugawu
ABSTRAK
RYANDO R.E. GEA. Analisis Pengembangan Potensi Wisata Sumberdaya Alam Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat di Pantai Talugawu Desa Banuagea Kabupaten Nias Utara. Di bawah bimbingan ODING AFFANDI dan INDRA LESMANA.
Wilayah pesisir merupakan ruang pertemuan antara daratan dan lautan. Wilayah pesisir merupakan wilayah yang unik secara ekologis karena wilayah ini memiliki potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan menjadi kawasan wisata. Bagian wilayah pesisir yang paling produktif adalah pantai. Salah satu bagian wilayah pesisir yang belum dikembangkan menjadi kawasan wisata adalah Pantai Talugawu di Kabupaten Nias Utara. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu analisis dengan melihat kondisi yang ada di pantai tersebut baik kondisi sosial ekonomi masyarakat, kondisi sumber daya alam pantai maupun kondisi lainnya.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis peran serta masyarakat dan analisis kebijakan. Analisis deskriptif dilakukan dengan melakukan observasi langsung di lapangan, analisis peran serta masyarakat dilakukan dengan wawancara langsung kepada masyarakat sekitar pantai, dan analisis kebijakan dilakukan dengan analisis SWOT. Pantai Talugawu memiliki keindahan alam yang menarik sehingga pengunjung berminat untuk datang ke pantai tersebut. Dari hasil kuisioner, masyarakat sekitar Pantai Talugawu memiliki keterlibatan yang cukup tinggi dalam pengembangan potensi wisata Pantai Talugawu. Dari hasil analisis SWOT, diperoleh bahwa Pantai Talugawu sampai saat ini belum dikembangkan menjadi kawasan wisata karena kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) atau tenaga ahli, kurangnya bantuan dana atau biaya dari pemerintah dalam pengembangan potensi wisata di Pantai Talugawu dan juga sarana dan prasarana yang kurang memadai.
ABSTRACT
RYANDO R.E. GEA. Analysis of Tourism Potency Development Natural Resources Coast Region Community Based at Talugawu Beach Banuagea Village North Nias Regency. Under academic supervision by ODING AFFANDI and INDRA LESMANA.
Coast region constitute appointment room between continent and ocean. Coast region constitute unique region ecological because this region have natural resources potency which can be developed as tourism area. The coast region part that most productive is beach. One of the coast region part which is not developed as tourism area is Talugawu Beach at North Nias Regency. Therefore, need to do an analysis by looking at the existing conditions at the beach such as conditions of community social economy, conditions of coastal natural resources and the other conditions.
Analysis which is used in this research is descriptive analysis, community participation analysis and policy analysis. Descriptive analysis is done by direct observation at the field, community participation analysis is done by direct interview to society around the coast, and policy analysis is done by SWOT analysis. Talugawu beach have an attractive natural beauty, so that the guest have an interested to come to the beach. From the results of questionnaire, the community around the Talugawu beach has a fairly high involvement in the development of Talugawu beach tourism potential. From the result of SWOT analysis, obtained that Talugawu beach so far is not developed as tourism area because lack of human resources or experts, lack of fund or cost from the government in the development of tourism potential at Talugawu beach, as well as inadequate infrastructure and facilities.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wilayah pesisir merupakan ruang pertemuan antara daratan dan lautan,
karenanya wilayah ini merupakan suatu wilayah yang unik secara geologis,
ekologis, dan merupakan wilayah biologis yang sangat penting bagi banyak
kehidupan di daratan dan di perairan, termasuk manusia. Wilayah pesisir juga
unik dari segi ekonomi karena wilayah ini menyediakan ruang bagi aktivitas
manusia yang menghasilkan manfaat ekonomi yang besar. Selain itu, wilayah
pesisir merupakan susunan dari ekosistem dan sumberdaya yang sangat beragam,
sehingga pesisir merupakan wilayah yang strategis bagi kondisi ekonomi dan
kesejahteraan sosial serta pembangunan negara (Cincin-Sain dan Robert, 1998).
Selain menyediakan berbagai sumberdaya tersebut, wilayah pesisir
Indonesia memiliki berbagai fungsi lain seperti transportasi dan pelabuhan,
kawasan industri, agribisnis dan agroindustri, rekreasi dan pariwisata, serta
kawasan pemukiman dan tempat pembuangan limbah. Bagian kawasan pesisir
yang paling produktif adalah wilayah muka pesisir atau pantai. Pantai merupakan
wilayah dimana berbagai kekuatan alam yang berasal dari laut, darat dan udara
saling berinteraksi dan menciptakan bentuk pantai. Bentuk pantai bersifat dinamis
dan selalu berubah. Perubahan ini dapat terjadi secara alamiah (yang diakibatkan
oleh arus, gelombang dan cuaca) dan akibat ulah manusia (misalnya pembuatan
break water/pemecah gelombang, pencemaran di pantai, dan lain-lain). Perubahan
terhadap bentuk pantai oleh ulah manusia tidak terlepas dari upaya pemanfaatan
ruang untuk berbagai aktivitas lain seperti wisata, perikanan, industri, pelabuhan,
dan lain-lain (Dahuri, dkk., 2001).
Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan
jumlah pulau ± 17.508 pulau yang dimilikinya dan garis pantai sepanjang 95.181
km tentunya memiliki modal untuk mengembangkan potensi pariwisata pantai
yang dimilikinya. Potensi wisata bahari dan pantai dapat dieksplorasi secara
optimal, dengan berbagai pendekatan pembangunan serta kebijakan ekonomi dan
sosial, yang mendasarkan pada nilai-nilai budaya lokal, sehingga akar budaya
masyarakat pantai setempat memberi warna eksotisme pengembangan pariwisata
dan pelestarian lingkungan hayati daerah pantai (Wulandari, 2012).
Potensi pariwisata pantai yang dimiliki oleh negara Indonesia belum
seluruhnya dikembangkan dengan optimal. Salah satu potensi pariwisata pantai
yang belum dikembangkan dengan optimal adalah potensi pariwisata yang ada di
Kepulauan Nias yaitu di Kabupaten Nias Utara adalah Pantai Talugawu, Pantai ini
terletak di Desa Banuagea Kecamatan Tuhemberua Kabupaten Nias Utara dan
juga terletak 35 kilometer dari kota Gunung Sitoli.
Pantai Talugawu merupakan pantai yang sangat indah dan sering
dikunjungi oleh masyarakat sekitar pantai tersebut. Namun kenyataannya, Pantai
Talugawu ini belum dikembangkan secara optimal untuk dijadikan sebagai
kawasan wisata. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian dengan menganalisis
kondisi yang ada di pantai tersebut baik kondisi sosial ekonomi masyarakat
Rumusan Permasalahan
Pengembangan potensi wisata dengan mengandalkan potensi alam yang
ada di Kabupaten Nias Utara belum bisa memberikan kontribusi yang signifikan
karena belum dikelola dengan baik dan professional sehingga belum dapat
meningkatkan kesejahteraan pada masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut.
Pengelolaan wisata yang dilaksanakan saat ini, relatif belum ada keterpaduan
antar berbagai sektor sehingga terjadi konflik pemanfaatan oleh berbagai pihak
yang berkepentingan. Begitu pula, kebijakan pengembangan potensi wisata belum
terfokus dan belum mempertimbangkan aspek sosial dan ekologi secara terpadu.
Keterbelakangan kehidupan masyarakat pesisir juga disebabkan oleh
kurang tersedianya sarana dan prasarana serta infrastruktur yang memadai.
Lemahnya kemampuan lembaga organisasi ekonomi masyarakar pesisir juga
berpengaruh terhadap rendahnya kesejahteraan masyarakat serta kurang
tersedianya sarana dan prasarana air bersih, perhubungan, penerangan, dan
komunikasi di wilayah pesisir. Pengembangan kegiatan wisata maupun
penyediaan penunjang kepariwisataan khususnya di wilayah pesisir, berdampak
pada lingkungan fisik, sosial, budaya dan ekonomi kawasan pesisir tersebut.
Upaya peningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pesisir
selama ini belum melibatkan masyarakat setempat baik dalam tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, hingga tahap evaluasi, dalam program pembangunan.
Di lain pihak, pengembangan potensi wisata harus bermanfaat secara ekologis dan
secara ekonomis, baik bagi pemerintah daerah maupun bagi masyarakat lokal.
Berdasarkan uraian di atas, secara umum masalah pokok penelitian ini
1. Bagaimana potensi wisata sumberdaya pesisir di Pantai Talugawu Desa
Banuagea Kecamatan Tuhemberua Kabupaten Nias Utara?
2. Bagaimana peran serta masyarakat dalam pengembangan wisata di Pantai
Talugawu Desa Banuagea Kecamatan Tuhemberua Kabupaten Nias Utara?
3. Bagaimana strategi kebijakan pengembangan wisata di Pantai Talugawu Desa
Banuagea Kecamatan Tuhemberua Kabupaten Nias Utara?
Kerangka Pemikiran
Potensi sumberdaya alam di wilayah pesisir sangat besar untuk dijadikan
sebagai kawasan wisata tetapi potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
sehingga perlu dilakukan analisis dalam pengembangan potensi sumberdaya alam
tersebut. Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan pengumpulan
data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui
wawancara dan kuesioner kepada masyarakat sekitar pantai, pengunjung pantai
dan juga instansi pemerintahan terkait sedangkan data sekunder diperoleh melalui
studi literatur/studi pustaka, buku-buku dan jurnal yang terkait dengan penelitian
ini. Setelah data dikumpulkan, kemudian dilakukan analisis data. Analisis yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis potensi, analisis peran serta
masyarakat pesisir, analisis kebijakan. Analisis potensi dan analisis peran serta
masyarakat dilakukan dengan cara analisis deskriptif sedangkan analisis kebijakan
dilakukan dengan cara analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan
Threath). Sehingga melalui analisis yang dilakukan tersebut, potensi sumberdaya
alam di wilayah pesisir tersebut dapat diketahui apakah cocok untuk
dikembangkan menjadi kawasan wisata. Bagan kerangka pemikiran penelitian
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui potensi wisata di Pantai Talugawu Desa Banuagea Kecamatan
Tuhemberua Kabupaten Nias Utara.
2. Mengetahui sejauh mana peran serta masyarakat dalam pengembangan potensi
wisata di Pantai Talugawu Desa Banuagea Kecamatan Tuhemberua
Kabupaten Nias Utara.
Pemanfaatan potensi sumberdaya alam di wilayah pesisir yang belum optimal
Pengembangan potensi wisata sumberdaya alam di wilayah pesisir Pantai Talugawu
Potensi sumberdaya alam di wilayah pesisir Pantai Talugawu
Usulan kebijakan pengembangan potensi wisata Kurangnya tenaga ahli atau
Sumber Daya Manusia (SDM)
Kurangnya bantuan dana dalam pengembangan potensi wisata
3. Merumuskan strategi kebijakan yang tepat untuk pengembangan potensi
wisata di Pantai Talugawu Desa Banuagea Kecamatan Tuhemberua
Kabupaten Nias Utara.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai sumber sarana promosi pariwisata Pantai Talugawu di Kabupaten
Nias Utara.
2. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat dalam membangun perekonomian
di sekitar Pantai Talugawu.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian sumberdaya
TINJAUAN PUSTAKA
Kawasan Pesisir dan Pantai
Defenisi wilayah pesisir menurut Soegiarto (1976) yang diacu oleh
Dahuri, dkk. (2004) adalah daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat
wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang
masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan
air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih
dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan
aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti
penggundulan hutan dan pencemaran. Definisi wilayah pesisir tersebut
memberikan suatu pengertian bahwa ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang
dinamis dan mempunyai kekayaan habitat yang beragam baik di darat maupun
dilaut serta saling berinteraksi antara habitat tersebut.
Bagian kawasan pesisir yang paling produktif adalah wilayah muka pesisir
atau pantai. Daerah pantai adalah suatu kawasan pesisir beserta perairannya
dimana daerah tersebut masih terpengaruh baik oleh aktivitas darat maupun laut
(Pratikto, dkk., 1997). Garis pantai merupakan suatu garis batas pertemuan
(kontak) antara daratan dengan air laut. Posisinya bersifat tidak tetap, dan dapat
berpindah sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi. Pantai
terletak antara garis surut terendah dan air pasang tertinggi (Bengen, 2001).
Tipe pantai dapat dibedakan berdasarkan tipe substrat yang membentuk
hamparan pantainya yaitu pantai berpasir, pantai berlumpur dan pantai berbatu.
Pantai berpasir umumnya terdiri dari batu kuarsa dan feldspar, bagian yang paling
dibatasi hanya di daerah dimana gerakan air yang kuat mengangkut partikel yang
halus dan ringan dan juga terendap pada daratan pantai yang landai. Pantai
berlumpur merupakan daerah pantai yang paling subur dibandingkan daerah
pantai lainnya. Pantai berlumpur dicirikan dengan kandungan lumpur yang
berlimpah dan terendapkan di daerah pantai. Pantai berlumpur dapat berkembang
dengan baik jika ada suatu sumber partikel sedimen yang butirannya halus. Pantai
berbatu merupakan pantai yang berbatu-batu memanjang ke laut dan terbenam di
air. Pantai berbatu yang tersusun dari bahan yang keras merupakan daerah yang
paling padat mikroorganismenya dan mempunyai keragaman terbesar baik untuk
spesies hewan maupun tumbuhan. Keadaan ini berlawanan dengan pantai berpasir
dan berlumpur yang hampir tandus (Nybakken, 1992).
Pariwisata dan Ekowisata
Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk
melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain (Damanik dan
Weber, 2006). Pariwisata juga merupakan kegiatan perpindahan/perjalanan orang
secara temporer dari tempat mereka biasa bekerja dan menetap ke tempat luar,
guna mendapatkan kenikmatan dalam perjalanan atau di tempat tujuan (Holloway
dan Plant, 1989). Wisata merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam
yang mengandalkan jasa alam untuk kepuasan manusia. Kegiatan manusia untuk
kepentingan wisata dikenal juga dengan pariwisata (Yulianda, 2007).
Istilah kepariwisataan (tourism) mencakup orang-orang yang melakukan
perjalanan pergi dari rumahnya dan perusahaan-perusahaan yang melayani
mereka dengan cara memperlancar atau mempermudah perjalanan mereka atau
seseorang yang berada jauh dari tempat tinggalnya dimana jarak jauhnya ini
berbeda-beda (Lunberg, dkk., 1997). Pariwisata pesisir adalah kegiatan rekreasi
yang dilakukan di sekitar pantai seperti : berenang, berselancar, berjemur,
berdayung, menyelam, snorkling, beachombing/reef walking, berjalan-jalan atau
berlari sepanjang pantai, menikmati keindahan suasana pesisir dan bermeditasi
(Dahuri, dkk., 2004 diacu oleh Rahmawati, 2009).
Ekowisata pertama kali dikenalkan pada tahun 1990 oleh organisasi The
Ecotourism Society, sebagai perjalanan ke daerah-daerah yang masih alami yang
dapat mengkonservasi lingkungan dan memelihara kesejahteraan masyarakat
setempat (Linberg dan Hawkins, 1993). Ekowisata merupakan wisata berorientasi
pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam
dan industri kepariwisataan (META, 2002). Semula ekowisata dilakukan oleh
wisatawan pecinta alam yang menginginkan daerah tujuan wisata tetap utuh dan
lestari, disamping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga.
Selanjutnya kegiatan wisata berkembang di daerah konservasi atau
daerah-daerah yang masih memiliki sumberdaya alami dengan tetap mempertahankan
keseimbangan alam. Fenomena ini memberikan manfaat positif bagi kelestarian
alam dan keberadaan kawasan konservasi. Dengan demikian, ekowisata juga
dapat dikatakan merupakan suatu konsep pemanfaatan sumberdaya alam dengan
pendekatan konservasi untuk pengembangan wisata.
Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai bentuk baru dari perjalanan
bertanggung jawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan
industri pariwisata (Wood, 1999 diacu oleh Fandeli dan Muchlison, 2000).
dari pada sumberdaya lainnya. Sumberdaya ekowisata terdiri dari sumberdaya
alam dan sumberdaya manusia yang dapat diintegrasikan menjadi komponen
terpadu bagi pemanfaatan wisata. Berdasarkan konsep pemanfaatan, wisata dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu (Fandeli dan Muchlison, 2000;
META, 2002 diacu oleh Yulianda, 2007) :
a. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang ditujukan
pada pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.
b. Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan
budaya sebagai obyek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.
c. Ekowisata (Ecotourism, green tourism atau alternative tourism),
merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani
kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri
kepariwisataan.
Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan dengan konsep ekowisata
bahari dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu wisata pantai dan wisata bahari.
Wisata pantai merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya pantai
dan budaya masyarakat pantai seperti rekreasi, olahraga dan menikmati
pemandangan, sedangkan wisata bahari merupakan kegiatan wisata yang
mengutamakan sumberdaya bawah laut dan dinamika air laut (Yulianda, 2007).
Kegiatan wisata pantai dan bahari yang dapat dikembangkan disajikan
Tabel 1. Kegiatan wisata pantai dan bahari yang dapat dikembangkan
Wisata Pantai Wisata Bahari
1. Rekreasi 2. Panorama
3. Resort/Peristirahatan 4. Berenang, berjemur
5. Olahraga Pantai (volley pantai, jalan santai, lempar cakram dan lain-lain)
6. Berperahu 7. Memancing
8. Wisata Mangrove
1. Rekreasi pantai dan laut 2. Resort/peristirahatan
3. Wisata selam (diving) dan wisata
snorkling
4. Selancar, jet ski, banana boat, perahu kaca, kapal selam
5. Wisata ekosistem lamun, wisata nelayan, wisata pulau, wisata pendidikan, wisata pancing
6. Wisata satwa (penyu, duyung, paus, lumba-lumba, burung, mamalia, buaya)
Sumber : Yulianda (2007)
Wisata Pantai
Wisata pantai merupakan bentuk kegiatan wisata yang dilakukan di daerah
pantai yang umumnya memanfaatkan sumberdaya pantai dan permukaan air laut.
Wisata pantai terdiri dari dua kategori yaitu kategori rekreasi pantai dan wisata
mangrove. Kegiatan-kegiatan wisata yang masuk kategori rekreasi pantai antara
lain berjemur, jalan-jalan menikmati panorama, berenang, memancing, berperahu
di sekitar perairan pantai, wisata mangrove, wisata nelayan, olahraga pantai dan
olahraga air. Wisata pantai kategori rekreasi merupakan jenis kegiatan yang paling
dominan di daerah pantai. Kegiatan rekreasi memanfaatkan sumberdaya pantai
seperti pasir putih, hamparan pantai, pemandangan (view), biota dan perairan
pantainya (Kusharjani, dkk., 2009).
Lingkungan dan Sumber Daya Wilayah Pesisir
Dalam suatu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih sistem lingkungan
(ekosistem) dan sumberdaya pesisir. Ekosistem pesisir dapat bersifat alami
ataupun bersifat buatan (man made). Ekosistem alami yang terdapat di wilayah
lamun (sea grass), pantai berpasir (sandy beach), formasi pes caprea, formasi
baringtonia, estuaria, laguna dan delta. Sedangkan ekosistem buatan antara lain
berupa tambak, sawah pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan industri,
kawasan agroindustri dan kawasan pemukiman (Dahuri, dkk., 2004 diacu oleh
Rahmawati, 2009).
Sumberdaya di wilayah pesisir terdiri dari sumber daya alam yang dapat
pulih dan sumber daya alam yang tidak dapat pulih. Sumber daya alam yang dapat
pulih antara lain meliputi sumber daya perikanan (plankton, benthos, ikan,
moluska, krustacea, mamalia laut), rumput laut (seaweed), padang lamun, hutan
mangrove, dan terumbu karang. Sedangkan sumber daya alam yang tidak dapat
pulih antara lain yaitu minyak, gas, bijih besi, pasir, timah, bauksit, dan mineral
serta bahan tambang lainnya (Dahuri,dkk., 2004).
Perencanaan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Sektoral
Perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir secara sektoral biasanya
berkaitan dengan hanya satu macam pemanfaatan sumber daya atau ruang pesisir
oleh satu instansi pemerintah untuk memenuhi tujuan tertentu, seperti perikanan
tangkap, tambak, pariwisata, pelabuhan atau industri minyak dan gas. Pengelolaan
semacam ini dapat menimbulkan konflik kepentingan antar sektor yang
berkepentingan yang melakukan aktivitas pembangunan pada wilayah pesisir dan
lautan yang sama. Selain itu, pendekatan sektoral semacam ini pada umumnya
kurang mengindahkan dampaknya terhadap yang lain, sehingga dapat mematikan
usaha sektor lain. Contohnya kegiatan industri yang membuang limbahnya ke
lingkungan pesisir dapat mematikan usaha tambak, perikanan tangkap, pariwisata
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu
Wilayah pesisir dan laut merupakan tatanan ekosistem yang memiliki
hubungan sangat erat dengan daerah lahan atas (upland) baik melalui aliran air
sungai, air permukaan (run off) maupun air tanah (ground water), dan dengan
aktivitas manusia. Keterkaitan tersebut menyebabkan terbentuknya kompleksitas
dan kerentanan di wilayah pesisir. Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu
adalah suatu pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau
lebih ekosistem, sumberdaya dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara
terpadu guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan.
Keterpaduan yang dimaksud mengandung tiga dimensi yaitu sektoral, bidang ilmu
dan keterkaitan ekologis (Dahuri, dkk., 2004).
Perencanaan Terpadu
Perencanaan terpadu dimaksudkan untuk mengkoordinasikan dan
mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor dalam perencanaan
pembangunan dalam kaitannya dengan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan.
Perencanaan terpadu biasanya dimaksudkan sebagai suatu upaya secara
terprogram untuk mencapai tujuan yang dapat mengharmoniskan dan
mengoptimalkan antara kepentingan untuk memlihara lingkungan, keterlibatan
masyarakat, dan pembangunan ekonomi. Seringkali keterpaduan juga diartikan
sebagai koordinasi antara tahapan pembangunan di wilayah pesisir dan lautan
yang meliputi : pengumpulan dan analisis data, perencanaan, implementasi, dan
kegiatan konstruksi (Sorensen dan Mc Creary, 1990).
Sementara itu, Lang (1986) menyarankan bahwa keterpaduan dalam
hendaknya dilakukan pada tiga tataran (level) yaitu : teknis, konsultatif dan
koordinasi. Pada tataran teknis, segenap pertimbangan teknis, ekonomis, sosial
dan lingkungan hendaknya secara seimbang atau proporsional dimasukkan ke
dalam setiap perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sumberdaya pesisir dan
lautan. Pada tataran konsultatif, segenap aspirasi dan kebutuhan para pihak yang
terlibat (stakeholders) atau terkena dampak pembangunan sumberdaya pesisir dan
lautan hendaknya diperhatikan sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaan.
Tataran koordinasi mensyaratkan diperlukannya kerjasama yang harmonis
antarsemua pihak yang terkait dengan pengelolaan sumber daya pesisir dan
lautan, baik itu pemerintah, swasta maupun masyarakat umum.
Pengertian dan Kebijakan Pengembangan Masyarakat Wilayah Pesisir
Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah
sepanjang pantai atau pesisir laut, kebanyakan masyarakatnya hidup sebagai
nelayan, petambak, pemasang bagan di laut dangkal atau petani rumput laut dan
lain sebagainya yang berkaitan dengan sumberdaya kelautan. Strategi
pengembangan masyarakat pesisir dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu
bersifat struktural dan non struktural. Pendekatan struktural adalah pendekatan
yang mengutamakan peranan instansi yang berwewenang atau organisasi yang
dibentuk untuk pengelolaan pesisir. Di lain pihak pendekatan non struktural
adalah pendekatan yang mengutamakan pemberdayaan masyarakat pesisir secara
mental dalam rangka meningkatkan kemampuan anggota masyarakat untuk ikut
serta dalam pengelolaan dan permasalahan pesisir laut. Kedua pendekatan tersebut
Stretegi pengembangan masyarakat pesisir dalam meningkatkan
kemandirian daerah sesungguhnya dapat dibagi dua yaitu, pertama merupakan
strategi jangka pendek yang bertujuan untuk mengatasi berbagai masalah
pengembangan masyarakat pesisir dengan menyesuaikan urgensi kebutuhan
melalui pendekatan srtuktural dan non struktural. Kedua adalah strategi jangka
panjang dengan tujuan yang menitikberatkan pada : (1) Peningkatan kesejahteraan
masyarakat melalui perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha; (2)
Pengembangan program dan kegiatan yang mengarah kepada peningkatan,
pemanfaatan secara optimal dan lestari sumberdaya di wilayah pesisir dan lautan;
(3) Peningkatan kemampuan dan peran serta masyarakat pantai dalam pelestarian
lingkungan; dan (4) Peningkatan pendidikan, latihan, riset dan pengembangan di
wilayah pesisir dan lautan. Keempat tujuan jangka panjang tersebut hanya
mungkin dicapai bila disusun strategi dan kebijakan pembangunan kawasan
pesisir dan laut secara berkesinambungan (Hidayat dan Surochim, 2003).
Ekowisata Berbasis Masyarakat
Denman (2001) menjelaskan bahwa ekowisata berbasis masyarakat dapat
membantu memelihara penggunaan sumberdaya alam dan penggunaan lahan yang
berkelanjutan. Lebih dari itu ekowisata berbasis masyarakat mengambil dimensi
sosial ekowisata sebagai suatu langkah lebih lanjut dengan mengembangkan
bentuk ekowisata menempatkan masyarakat lokal yang mempunyai kendali penuh
dan keterlibatan di dalamnya baik itu manajemen dan pengembangannya dan
proporsi yang utama menyangkut sisa manfaat di dalam masyarakat. Beberapa
1. Tata ruang atau flora dan fauna yang dianggap menarik bagi para pengunjung
khusus atau bagi pengunjung yang lebih umum.
2. Ekosistem yang masih dapat menerima kedatangan jumlah tertentu tanpa
menimbulkan kerusakan.
3. Komunitas lokal yang sadar akan kesempatan-kesempatan potensial, resiko
dan perubahan yang akan terjadi serta memiliki ketertarikan untuk menerima
kedatangan pengunjung.
4. Adanya struktur yang potensial untuk pengambilan keputusan komunitas
yang efektif.
5. Tidak adanya ancaman yang nyata-nyata dan tidak bisa dihindari atau
dicegah terhadap budaya dan tradisi lokal.
6. Penaksiran pasar awal menunjukkan adanya permintaan yang potensial untuk
ekowisata dan terdapat cara yang efektif untuk mengakses pasar tersebut.
Selain itu juga harus diketahui bahwa pasar potensial tersebut tidak terlalu
banyak menerima penawaran ekowisata (Denman, 2001).
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
Untuk keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi sumber daya alam di
wilayah pesisir dan laut, perlu dicarikan strategi yang tepat diantaranya adalah
pemberdayaan atau peningkatan kesadaran masyarakat dalam pelestarian
sumberdaya alam di wilayah pesisir dan laut. Peningkatan kesadaran masyarakat
ditujukan untuk meyakinkan kepada masyarakat pesisir (nelayan), akan manfaat
jangka panjang dari perlindungan kawasan, yaitu manfaat berkelanjutan yang
dihasilkan oleh usaha perlindungan kawasan pesisir. Karenanya peran serta
berbagai kemungkinan manfaat yang dapat diperoleh dari usaha perlindungan
kawasan wilayah pesisir. Pemberdayaan atau peningkatan kesadaran dan peran
serta masyarakat tersebut dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :
(a) Melakukan pendidikan, latihan dan bimbingan moral kepada masyarakat;
(b) Mengembangkan sarana dan prasarana yang diperlukan;
(c) Menyebarluaskan arti konservasi ekosistem sumberdaya wilayah pesisir,
dalam kaitannya dengan kegiatan di masyarakat dengan segala aspek
kebudayaan;
(d) Menyebarluaskan pemanfaatan sumberhayati laut dan ekosistem wilayah
pesisir dan laut secara lestari dan budidaya;
(e) Melakukan pengawasan terhadap sumberdaya hayati yang telah langka dan
kritis; dan
(f) Melakukan pemulihan habitat sumberdaya alam hayati yang telah rusak.
Peningkatan kesadaran masyarakat pantai atau pesisir umumnya lebih
banyak diarahkan kepada masyarakat nelayan. Namun pada kenyataannya, para
nelayan hanya sebagai pelaku, sehingga pembinaan juga perlu diarahkan kepada
para “stakeholders” lainnya. Karenanya perlu disusun program pemberdayaan
masyarakat pesisir yang jelas. Program pemberdayaan masyarakat mencakup
paling tidak tiga aspek, yaitu :
(a) Pemberdayaan usaha, yaitu mencakup peningkatan kualitas usaha nelayan
sehingga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.
(b) Pemberdayaan sumberdaya manusia, yaitu mencakup peningkatan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) baik dalam konteks pola sikap dan perilaku,
(c) Pemberdayaan lingkungan, mencakup peningkatan kesadaran dan
kemampuan para kaum nelayan untuk konservasi sumberdaya pesisir
(Supriharyono, 2007).
Partisipasi Masyarakat Pesisir
Semua langkah menuju pendekatan yang demokratis dalam
mengimplementasikan kawasan konservasi perairan laut harus mendapatkan
pujian, tetapi yang paling utama yaitu ketika suatu masyarakat memiliki tanggung
jawab terhadap pengelolaannya, terdapat kemungkinan yang bagus bahwa mereka
akan lebih peduli dan hati-hati dalam memanfaatkan sumber daya. Misalnya,
jumlah ikan dan kerang yang mereka ambil akan lebih dikontrol, tidak akan
menangkap selama masa bertelur ikan, dan penggunaan cara menangkap ikan
yang merusak akan berkurang. Mereka juga akan memiliki kesediaan yang lebih
besar untuk mencegah pencemaran dan memelihara habitat-habitat yang ada.
Masyarakat pantai harus dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan
konservasi perairan laut. Masyarakat lokal tidak dapat dengan mudah dipindahkan
oleh pemerintah daerah ataupun pemerintah pusat dalam pembentukan kawasan
konservasi atau disisihkan dalam proses perencanaannya (Supriharyono, 2007).
Partisipasi masyarakat oleh beberapa pemerhati lingkungan mungkin
membawa kekhawatiran tercapainya tujuan konservasi melalui dukungan
masyarakat. Sebaliknya, di suatu kawasan yang memiliki nilai konservasi yang
tinggi dan masyarakat pesisir yang hidup berdampingan, terdapat pola
pemanfaatan tradisional terhadap sumberdaya, yang dapat membentuk suatu dasar
bagi tindakan konservasi yang efektif dari segi pembiayaan melalui masyarakat,
pemanfaatannya tidak lestari dan menyebabkan habisnya sumberdaya, muncul
kesadaran yang baik pada masyarakat akan permasalahan tersebut dan menyambut
dengan baik hadirnya intervensi konservasi yang akan memberi mereka
keuntungan yang dapat diperhitungkan (Salm, dkk., 2000).
Partisipasi masyarakat memiliki penafsiran dan aplikasi yang
berbeda-beda, mulai hanya sekedar menginformasikan kepada masyarakat, mendorong
partisipasi penuh dalam penilaian sumberdaya, perencanaan dan pengelolaan.
Beaumont (1977) meninjau ulang pendekatan dan persepsi internasional tentang
keikutsertaan masyarakat dalam penetapan dan pengelolaan kawasan konservasi
perairan laut, dan menghasilkan beberapa deskripsi dan contoh sebagai berikut :
1. Persuasi atau partisipasi pasif: Teknik pelibatan masyarakat digunakan untuk
merubah perilaku masyarakat tanpa melambungkan harapan partisipasi
masyarakat dalam perencanaan dan proses pengambilan keputusan. Ini adalah
pendekatan tipe lama, perencana dan pengelola kini sedang beralih menuju
salah satu dari yang tercantum di bawah ini
a. Partisipasi melalui konsultasi: Kelompok pengguna memberikan
masukan kepada instansi pemerintah melalui suatu proposal untuk proses
pengumpulan permasalahan dan informasi.
b. Partisipasi untuk insentif materi: Masyarakat berpartisipasi dengan
memberi kontribusi sumberdaya, misalnya ditukar dengan makanan,
uang tunai atau insentif materi lainnya.
c. Partisipasi fungsional: Partisipasi dipandang oleh institusi eksternal
sebagai sarana untuk mencapai tujuan proyek, misalnya mengurangi
d. Partisipasi interaktif: Masyarakat berpartisipasi dalam analisis bersama,
mengembangkan rencana aksi dan formasi institusi lokal. Partisipasi
dipandang sebagai hak, tidak hanya sekedar sebagai alat untuk mencapai
tujuan proyek.
2. Mobilisasi diri: Masyarakat mengambil inisiatif mandiri terhadap institusi
eksternal. Penduduk pulau-pulau Pasifik mungkin memiliki tradisi terlama
dalam pengelolaan sumberdaya laut oleh masyarakat, termasuk perlindungan
kawasan melalui mobilisasi diri (Supriharyono, 2007).
Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi. Analisa SWOT didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).
Analisa SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (Opportunities)
dan ancaman (Threats) dengan faktor internal kekuatan (Strengths) dan
kelemahan (Weaknesses). Analisis SWOT didasarkan asumsi bahwa strategi yang
efektif adalah memaksimalkan kekuatan dan kesempatan yang dimiliki serta
meminimalkan kelemahan dan ancaman yang dihadapi. Metode analisis data yang
digunakan adalah analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data
secara kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap faktor-faktor internal dan
faktor eksternal. Sedangkan analisis secara kuantitatif dilakukan dengan
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai bulan Juli 2013.
Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Talugawu Desa Banuagea Kecamatan
Tuhemberua Kabupaten Nias Utara.
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan adalah kamera digital berguna untuk
dokumentasi penelitian, HP (handphone) untuk merekam suara pada waktu
wawancara, GPS (Global Positioning System) untuk menentukan titik koordinat
lokasi penelitian, buku dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah kuisioner
untuk mendapatkan data sekunder maupun data primer.
Metode Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan di lapangan adalah data primer dan data sekunder.
Data primer yang diambil adalah data umum masyarakat yang tinggal di sekitar
Pantai Talugawu; data kondisi sosial ekonomi masyarakat dan data pengunjung
Pantai Talugawu yang dilakukan melalui kuesioner, dan juga wawancara kepada
instansi pemerintahan yang terkait seperti Dinas Pariwisata. Data sekunder yang
diambil adalah melalui studi literatur/studi pustaka, jurnal penelitian di lokasi lain
dan buku-buku yang terkait dengan penelitian ini. Data yang dikumpulkan
meliputi kondisi sumberdaya alam, keadaan umum kawasan Pantai Talugawu
serta kondisi sosial masyarakat Pantai Talugawu. Kuesioner untuk masyarakat
sekitar Pantai Talugawu dapat dilihat pada Lampiran 4.
pokok. Jumlah responden yang akan diambil terdiri dari 30 orang untuk
masyarakat sekitar Pantai Talugawu dan juga 30 orang untuk pengunjung Pantai
Talugawu dengan menggunakan metode purposive random sampling. Kuesioner
utnuk pengunjung Pantai Talugawu dapat dilihat pada Lampiran 5.
Analisis Data
a. Analisis Deskriptif
Analisis Deskriptif merupakan salah satu metode analisis data yang
sederhana dan mampu memberikan informasi-informasi penting dari suatu
penelitian. Analisis Deskriptif dilakukan dengan survei lapangan/observasi
langsung di lapangan. Data yang diambil yaitu mengenai data karakteristik
wilayah pesisir tersebut seperti luas wilayah pantai, kondisi sumberdaya alam di
pantai tersebut, kebersihan di wilayah pantai tersebut, dan lain sebagainya
sehingga dapat diketahui bagaimana potensi yang ada di pantai tesebut.
b. Analisis Peran Serta Masyarakat Pesisir
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi peran serta masyarakat
pesisir dalam pengembangan potensi wisata di Pantai Talugawu adalah dengan
wawancara langsung kepada responden yaitu masyarakat sekitar pantai Talugawu.
Responden yang diambil adalah sebanyak 30 orang dengan metode purposive
random sampling. Analisis ini juga dilakukan dengan membentuk FGD (Focus
Group Discussion) untuk mengetahui seperti apa peran yang dilakukan
masyarakat dalam mengembangkan potensi wisata yang ada di Pantai Talugawu
c. Analisis Kebijakan
Peran serta pemerintah daerah setempat sangat diperlukan untuk
mengembangkan potensi wisata sumberdaya alam di wilayah pesisir. Oleh karena
itu, masyarakat di sekitar pantai tersebut bersama pemerintah daerah setempat
bekerjasama untuk melakukan analisis kebijakan dalam mengembangkan potensi
tersebut. Analisis yang dapat dilakukan yaitu dengan Analisis SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity, dan Threath). Analisis kebijakan ini digunakan untuk
mengetahui bagaimana strategi yang tepat dalam mengembangkan potensi
sumberdaya alam menjadi kawasan wisata dengan menganalisis kekuatan,
kelemahan, peluang bahkan ancaman yang ada di pantai Talugawu tersebut.
Matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threath)
merupakan alat analisis penting yang dapat membentuk dalam mengembangkan
empat macam strategi. Empat macam strategi tersebut adalah :
1. Strategi S-O, memanfaatkan kekuatan secara maksimal untuk mendapatkan
peluang (opportunity).
2. Strategi S-T, memanfaatkan kekuatan secara maksimal untuk mengantisipasi
ancaman, dan berusaha menjadikannya sebagai peluang (opportunity).
3. Strategi W-O, meminimumkan kelemahan untuk meraih peluang.
4. Strategi W-T, meminimumkan kelemahan untuk menghindar dari ancaman
(threath).
Tabel 2. Matriks SWOT
Internal
Eksternal
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Peluang (O)
S-O Strategi
Gunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
W-O Strategi
Atasi kelemahan dan
memanfaakan peluang
Ancaman (T)
S-T Strategi
Gunakan kekuatan
untuk menghindari
ancaman
W-T Strategi
Meminimumkan
kelemahan dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Gambaran Umum Kabupaten Nias Utara
Kabupaten Nias Utara adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera
Utara yang baru dimekarkan dari Kabupaten Nias. Ibu kota Kabupaten Nias Utara
adalah Lotu. Kabupaten Nias Utara diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri
Indonesia yaitu Bapak Madiyanto pada tanggal 26 Mei 2009, sebagai salah satu
hasil dari pemekaran Kabupaten Nias (Undang-Undang No. 45 tahun 2008). Luas
wilayah Kabupaten Nias Utara adalah sebesar 1.501,63 km2 dengan jumlah
penduduk 147.436 jiwa. Letak Kabupaten Nias Utara secara geografis berada
pada 010 03’ 00’’ - 010 33’ 00’’ LU dan 970 00’ 00’’ - 990 00’ 00’’ LS. Secara
administrasi, Kabupaten Nias Utara dibagi menjadi 11 wilayah kecamatan dan
113 desa/lurah. Kabupaten Nias Utara mempunyai batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Timur : Samudera Indonesia dan Kota Gunung Sitoli,
Sebelah Selatan : Kabupaten Nias Barat dan Kabupaten Nias,
Sebelah Barat : Samudera Indonesia,
Sebelah Utara : Samudera Indonesia.
Kabupaten Nias Utara merupakan pemekaran dari Kabupaten Nias yang
terdiri dari 11 (sebelas) cakupan wilayah kecamatan yaitu : Kecamatan Lotu,
Kecamatan Sawo, Kecamatan Tuhemberua, Kecamatan Sitolu Ori, Kecamatan
Namohalu Esiwa, Kecamatan Alasa Talumuzoi, Kecamatan Alasa, Kecamatan
Tugala Oyo, Kecamatan Afulu; Kecamatan Lahewa dan Kecamatan Lahewa
Potensi Wisata di Pantai Talugawu Potensi alam
Pantai Talugawu merupakan objek wisata bahari yang memiliki ciri khas
keindahan alam tersendiri, misalnya pasir pantainya yang luas yaitu sekitar 3 km
panjangnya dan pantainya yang diapit oleh dua tanjung yaitu Tanjung Ladara dan
Tanjung Dowi. Pantai Talugawu terletak di Desa Banuagea Kecamatan
Tuhemberua Kabupaten Nias Utara. Pantai Talugawu terletak pada koordinat 010
47’ 18.2” Lintang Utara dan 0970 44’ 81.5” Bujur Timur. Pantai Talugawu
berbentuk teluk serta air lautnya jernih dan sejuk yang sering dikunjungi oleh para
wisatawan domestik dan mancanegara. Pantai Talugawu ini bisa terjangkau oleh
para wisatawan domestik dan mancanegara baik dengan menggunakan sepeda
motor maupun dengan menggunakan mobil karena Pantai Talugawu ini lokasinya
dekat dengan jalan raya. Foto potensi dan keindahan alam yang menarik di Pantai
Talugawu dapat dilihat pada Lampiran 2.
Pantai Talugawu memiliki keindahan alam yang menarik yaitu pasir pantai
yang berwarna putih kecoklatan, air laut yang jernih, menikmati indahnya
pemandangan alam, menikmati panorama matahari terbenam di sore hari dan juga
indahnya pelangi ketika panas disertai hujan terjadi di daerah tersebut sehingga
pengunjung banyak yang berminat untuk datang ke pantai tersebut. Keindahan
Gambar 2. Keindahan alam Pantai Talugawu
Keindahan dan kelestarian alam merupakan faktor utama yang diperlukan
dalam pengembangan kawasan wisata. Secara umum, responden masyarakat
sekitar dan pengunjung menyatakan bahwa keindahan Pantai Talugawu termasuk
dalam kategori baik, hal ini didukung oleh pendapat masyarakat sekitar yang
menjadi responden yaitu sebanyak 46,67 % dan pendapat pengunjung sebanyak
36,67 % . Pendapat masyarakat sekitar dan pengunjung terhadap keindahan Pantai
Talugawu dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Persentase pendapat masyarakat sekitar dan pengunjung 36.67
Cukup indah Indah Sangat indah
Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar dan pengunjung Pantai Talugawu
Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar Pantai Talugawu adalah
menangkap ikan dengan menggunakan jala, jaring, pukat pantai, pancing dan
lain-lain. Ikan hasil tangkapan tersebut digunakan sebagai kebutuhan sehari-hari dan
ada juga yang dijual langsung ke pasar. Pengunjung yang datang ke Pantai
Talugawu setiap minggu berjumlah sekitar 250 orang sehingga pengunjung yang
datang ke Pantai Talugawu setiap bulan sekitar 1000 orang. Pengunjung lebih
banyak yang datang ke Pantai Talugawu pada hari-hari besar yaitu berjumlah
sekitar 1500 orang. Kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung di Pantai Talugawu
yaitu melihat pemandangan, berenang, memancing, jalan-jalan menikmati
panorama, duduk bersantai dan lain-lain. Kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat sekitar dan pengunjung Pantai Talugawu dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Persentase kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar dan pengunjung Pantai Talugawu
Kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung Pantai Talugawu termasuk ke
dalam kategori rekreasi pantai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kusharjani, dkk.
20
(2009) yang mengatakan bahwa kegiatan-kegiatan wisata yang masuk dalam
kategori rekreasi pantai antara lain berjemur, jalan-jalan menikmati panorama,
berenang, memancing, berperahu di sekitar perairan pantai, olahraga pantai dan
olahraga air. Data umum responden pengunjung Pantai Talugawu dapat dilihat
pada Lampiran 4.
Potensi ekologi
Pantai Talugawu memiliki tipe pantai yang berpasir. Pantai ini tebentuk
dari bebatuan dan karang yang hancur karena hantaman air laut kemudian terseret
oleh gelombang menuju tepi laut dan membentuk pantai berpasir. Selain itu, pasir
juga dibawa oleh aliran sungai yang mengalir ke tepi laut. Sekilas kita melihat
tidak banyak organisme yang ada di pantai berpasir. Akan tetapi, ketika kita
mengamatinya dengan lebih cermat, maka akan terlihat beberapa organisme yang
bersembunyi di lubang-lubang kecil seperti kepiting, siput pasir dan kerang.
Vegetasi dominan yang ada di Pantai Talugawu adalah kelapa (Cocos
nucifera), karet (Hevea brasiliensis), cokelat (Theobroma cacao). Hal ini
disebabkan karena Pantai Talugawu tersebut dekat dengan perkebunan milik
masyarakat yang ada di sekitar Pantai Talugawu. Berbagai biota/organisme juga
ditemukan di Pantai Talugawu seperti kepiting yang bersembunyi di
lubang-lubang kecil di permukaan pasir, siput pasir dan juga kerang.
Sarana dan prasarana pendukung yang ada di Pantai Talugawu
Perkembangan wilayah pesisir sangat ditentukan oleh potensi yang
dimilikinya dan juga didukung oleh sarana dan prasarana sebagai penunjang
pengelolaan potensi tersebut sehingga peran sarana dan prasarana juga sangat
yaitu toilet, arena bermain anak-anak, tempat penginapan (hotel), rumah makan,
tempat ibadah (aula), pondok, tempat sampah, kios souvenir, kios makanan dan
minuman, tempat parkir dan lain-lain.
Keberadaan tempat sampah sangat penting dalam upaya memelihara
kebersihan lingkungan. Tempat sampah yang terdapat di Pantai Talugawu masih
sangat kurang sehingga dapat mendorong masyarakat sekitar maupun pengunjung
untuk membuang sampah di sembarang tempat. Oleh karena itu, penambahan
fasilitas tempat sampah merupakan kebutuhan utama dalam pengembangan
potensi wisata di Pantai Talugawu. Keberadaan sarana dan prasarana yang lain
juga sangat diperlukan dalam pengembangan potensi wisata di Pantai Talugawu
seperti toilet, pondok, tempat ibadah (aula), kios makanan dan minuman, arena
bermain anak-anak, tempat parkir dan lain-lain.
Masyarakat sekitar memberikan persepsi yang sama terhadap sarana dan
prasarana yang terdapat di kawasan Pantai Talugawu. Persepsi yang dikemukakan
oleh masyarakat sekitar terhadap sarana dan prasarana di Pantai Talugawu adalah
tidak ada. Hal ini disebabkan karena Pantai Talugawu tersebut masih alami (masih
belum dibangun sarana dan prasarana yang memadai) untuk kegiatan wisata
sehingga diperlukan bantuan dari pemerintah daerah dan instansi terkait lainnya
untuk membangun sarana dan prasarana yang memadai jika Pantai Talugawu
tersebut dijadikan sebagai kawasan wisata.
Potensi budaya
Budaya masyarakat dapat berfungsi sebagai atraksi wisata, baik untuk
menambah waktu tinggal pengunjung atau memberikan kepuasan dan pengalaman
atau disaksikan melalui suatu pertunjukkan yang khusus diselenggarakan untuk
para wisatawan. Atraksi yang baik, menghibur, mengesankan dan spesial akan
membuat wisatawan asing maupun wisatawan lokal merasa nyaman tinggal di
Daerah Tujuan Pariwisata (DTP) dan akan berkunjung kembali pada waktu yang
berbeda. Atraksi wisata yang akan ditampilkan jika Pantai Talugawu dijadikan
sebagai kawasan wisata adalah Tari Perang (Tari Baluse), Tari Saembu dan
pameran peninggalan bersejarah Nias seperti batuan megalith, hasil kerajinan
tangan, alat-alat musik tradisional, dan lain-lain.
Potensi sosial
Desa Banuagea memiliki luas wilayah yaitu 7,16 km2. Desa Banuagea
terdiri dari 32 RT (Rukun Tetangga), 14 RW (Rukun Warga), dan 6 wilayah
dusun yang masing-masing dusun dikepalai oleh 1 kepala dusun. Data tahun 2012
menunjukkan jumlah penduduk Desa Banuagea berjumlah 3.570 orang dan 727
KK (Kepala Keluarga). Desa Banuagea memiliki 6 gedung sekolah yaitu 2
gedung sekolah TK (Taman Kanak-Kanak) atau PAUD (Pendidikan Anak Usia
Dini), 3 gedung sekolah SD (Sekolah Dasar) dan 1 gedung sekolah SMP (Sekolah
Menengah Pertama). Desa Banuagea tidak memiliki gedung sekolah SMA
(Sekolah Menengah Atas) atau SMK (Sekolah Menengah Kejuruan).
Desa Banuagea memiliki 7 gedung kesehatan yaitu 6 gedung Posyandu
dan 1 gedung Puskesmas Desa. Gedung kesehatan ini digunakan sebagai tempat
perobatan bagi penduduk Desa Banuagea ketika sedang sakit/kurang sehat. Desa
Banuagea memiliki lahan perkebunan dengan luas yang berbeda-beda yaitu lahan
perkebunan kelapa seluas 48 hektar (ha), lahan perkebunan coklat seluas 268
karet seluas 232 hektar (ha). Lahan perkebunan tersebut digunakan penduduk
Desa Banuagea sebagai mata pencaharian sampingan. Desa Banuagea juga
memiliki dua kelompok masyarakat yaitu kelompok masyarakat petani dan
kelompok masyarakat nelayan. Selain kedua kelompok masyarakat tersebut, Desa
Banuagea juga memiliki kelompok masyarakat perkebunan karet.
Potensi sosial juga dapat dilihat dari kelompok umur dan tingkat
pendidikan masyarakat. Berdasarkan hasil kuesioner, kelompok umur masyarakat
sekitar Pantai Talugawu yang menjadi responden terdiri dari kelompok umur
28-32 tahun, 33-37 tahun, 38-42 tahun, 43-47 tahun, 48-52 tahun dan 53-57 tahun.
Tingkat pendidikan masyarakat yang menjadi responden berdasarkan hasil
kuesioner terdiri dari tamat Sekolah Dasar (SD), tamat Sekolah Menengah
Pertama (SMP), tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), dan tamat Perguruan
Tinggi (PT). Masyarakat sekitar yang menjadi responden yang hanya tamat SD,
tamat SMP, dan tamat SMA disebabkan karena adanya kebutuhan ekonomi
masyarakat sekitar yang tidak mencukupi untuk membiayai pendidikan.
Potensi ekonomi
Potensi ekonomi penduduk Desa Banuagea dapat dilihat dari mata
pencaharian dan jumlah penghasilan per bulan. Penduduk Desa Banuagea dibagi
menjadi lima kelompok berdasarkan mata pencaharian. Dari data monografi
Kecamatan Tuhemberua tahun 2012, mata pencaharian penduduk Desa Banuagea
antara lain Nelayan, Petani, Pegawai Negeri Sipil (PNS), Tentara Nasional
Indonesia (TNI) atau Polisi Republik Indonesia (POLRI) dan Pengusaha.
Berdasarkan hasil kuesioner, mata pencaharian penduduk sekitar kawasan
(Pegawai Negeri Sipil), Rohaniawan, dan Penyuluh Pertanian. Jumlah
penghasilan per bulan masyarakat sekitar kawasan Pantai Talugawu yang menjadi
responden berdasarkan hasil kuesioner terdiri dari empat kelompok yaitu
berpenghasilan kurang dari Rp. 500.000, berpenghasilan antara Rp. 500.000 – Rp.
1.000.000, berpenghasilan antara Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 dan
berpenghasilan lebih dari Rp. 2.000.000.
Peran Serta Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata di Pantai Talugawu Desa Banuagea Kabupaten Nias Utara
Peran serta dalam perencanaan
Peran serta masyarakat dalam perencanaan pengembangan potensi wisata
di Pantai Talugawu dapat diketahui melalui wawancara langsung kepada tokoh
masyarakat maupun pemilik lahan di sekitar Pantai Talugawu. Dari hasil
wawancara yang sudah dilakukan, masyarakat sekitar Pantai Talugawu sudah
memiliki perencanaan dalam pengembangan potensi wisata di Pantai Talugawu
tetapi perencanaan tersebut tidak dapat terlaksana karena adanya beberapa
kendala, yaitu kurangnya dana/biaya yang dibutuhkan dalam pengembangan
potensi wisata di Pantai Talugawu, kurangnya kontribusi/bantuan dari pemerintah
daerah, dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang ekowisata, sehingga
masyarakat tersebut perlu diberikan sosialisasi, bimbingan moral dan pendidikan
tentang ekowisata terutama dalam hal menjaga kelestarian pantai.
Peran serta dalam pelaksanaan
Dari hasil wawancara yang sudah dilakukan, peran serta masyarakat dalam
tahap pelaksanaan belum dilakukan karena memiliki beberapa kendala/kelemahan
(weakness) yaitu sarana dan prasarana yang kurang memadai, kurangnya Sumber
pengembangan potensi wisata; tetapi masyarakat sekitar Pantai Talugawu
memiliki keterlibatan/peran serta yang cukup tinggi yaitu dengan menjual
makanan dan minuman tanpa membuka kios di Pantai Talugawu pada waktu
pengunjung banyak yang datang ke Pantai Talugawu tersebut. Tujuan masyarakat
berjualan di Pantai Talugawu tersebut yaitu untuk mendapatkan penghasilan
tambahan selain dari usaha perkebunan yang mereka miliki.
Peran serta dalam monitoring dan evaluasi
Peran serta dalam monitoring dan evaluasi dilakukan setelah tahap
perencanaan dilaksanakan. Monitoring memilki tujuan untuk mengetahui
efektivitas kegiatan dan permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan.
Monitoring dilakukan dengan melibatkan seluruh pihak yang ada. Setelah
dilakukan monitoring, kemudian dilakukan evaluasi bersama secara terpadu
dengan melibatkan seluruh pihak yang berkepentingan (stakeholders). Melalui
evaluasi ini akan diketahui kelemahan dan kelebihan dari perencanaan yang ada
untuk perbaikan tahap pelaksanaan selanjutnya.
Dari hasil wawancara yang sudah dilakukan, peran serta masyarakat dalam
tahap monitoring dan evaluasi belum dapat dilakukan karena peran serta
masyarakat dalam tahap perencanaan belum dilaksanakan. Tahap monitoring dan
evaluasi dapat dilakukan jika tahap perencanaan sudah dilaksanakan dalam
pengembangan potensi wisata yang ada di Pantai Talugawu.
Persepsi Masyarakat Sekitar tentang Tingkat Keamanan Pantai Talugawu jika Dikembangkan sebagai Kawasan Ekowisata
Dari hasil kuesioner, tingkat keamanan Pantai Talugawu jika
dikembangkan sebagai kawasan wisata termasuk dalam kategori aman. Hal ini
Pantai Talugawu dikembangkan sebagai kawasan wisata yaitu sebanyak 93,33 %.
Tetapi ada juga masyarakat sekitar yang merasa terganggu jika Pantai Talugawu
dikembangkan sebagai kawasan ekowisata yaitu sebanyak 6,67 %. Data umum
responden masyarakat sekitar dapat dilihat pada Lampiran 3.
Masyarakat yang terganggu merasa bahwa dengan dijadikannya kawasan
Pantai Talugawu sebagai kawasan ekowisata akan merusak lahan perkebunan
milik masyarakat di sekitar Pantai Talugawu yang biasanya mereka jadikan
sebagai sumber mata pencaharian. Masyarakat sekitar yang tidak tergangu merasa
bahwa dengan dijadikannya Pantai Talugawu sebagai kawasan wisata akan
memberikan dampak positif secara tidak langsung bagi mereka. Dampak positif
tersebut terutama dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Persentase terganggu/tidaknya masyarakat sekitar jika kawasan Pantai Talugawu
dijadikan sebagai kawasan wisata dapat dilihat pada Gambar 6.