• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL ANALISIS KOEFISIEN SATUAN PEKERJAA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODEL ANALISIS KOEFISIEN SATUAN PEKERJAA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL ANALISIS KOEFISIEN SATUAN PEKERJAAN

KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA MAKASSAR

Yuliandi1, Shirly Wunas2, Wihardy Tjaronge2, Rudy Djamaluddin2 1Mahasiswa Program Studi S3 Teknik Sipil Program Pascasarjana Unhas 2Staf Pengajar Program Pascasarjana Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Semakin meningkatnya korupsi dengan cara mark-up biaya pembangunan gedung menjadi ancaman moral yang akan membawa kehancuran Negara dan Bangsa Indonesia. Hampir semua pembangunan bangunan gedung terindikasi adanya mark-up

biaya yang bertujuan korupsi, seakan sudah menjadi budaya bahwa dimana ada pembangunan disitu ada korupsi. Menjadi pertanyaan, mengapa tindakan korupsi lebih banyak menggunakan sarana mark-up. Apakah dengan mark-up biaya pembangunan gedung tidak dapat diketahui dan diawasi ?

Penelitian ini bertujuan membentuk (1) formulasi baru atau modifikasi formulasi sehingga dapat digunakan dengan mudah oleh berbagai pihak pada analisis koefisien satuan pekerjaan untuk menentukan dengan tepat biaya pembangunan gedung, (2) formulasi yang memperhitungkan pengaruh lokasi dan unjuk sifat tenaga kerja lokal, dan (3) formulasi yang mudah dimodifikasi untuk digunakan pada lokasi berbeda dengan unjuk sifat tenaga kerja yang berbeda pula. Akan dilakukan secara aktual pada perhitungan biaya pembangunan gedung-gedung pemerintah, seperti bangunan perkantoran, bangunan sekolah, dan bangunan-bangunan pelayanan kesehatan dengan menggunakan data dari proyek-proyek yang sudah selesai mencapai 80% hingga 100%. Hasil penelitian yang diharapkan dapat bermanfaat mencegah mark-up biaya yang bertujuan untuk tindakan korupsi.

A. PENDAHULUAN

Proses analisis biaya konstruksi adalah suatu proses untuk memprakirakan atau mengestimasi jumlah biaya yang akan digunakan untuk membangun suatu konstruksi gedung mulai dari pekerjaan pondasi sampai selesainya bangunan gedung yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan dalam rancangannya. Selain spesifikasi dimaksud, bangunan gedung sebagai tempat kegiatan manusia, maka harus memenuhi syarat andal, aman, berjati diri, serta seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya.

Telah ada banyak metode yang dapat diterapkan pada prakiraan biaya konstruksi tetapi sampai saat ini, belum ada kesamaan hasil antara prakiraan konsultan, pemilik dan kontraktor. Para estimator di Indonesia baik konsultan maupun kontraktor masih banyak mengacu pada BOW (Burgerlijke Open bare Werken) yang ditetapkan tanggal 28 Pebruari 1921 pada jaman pemerintah Belanda, yang tentunya sudah banyak hal pada jaman itu yang tidak sesuai lagi dengan keadaan sekarang. Akibatnya penerapan metode

BOW pada estimasi biaya menjadi tidak akurat lagi.

(2)

Ketidak-akuratan dalam estimasi dapat memberikan efek negatif pada seluruh proses konstruksi dan semua pihak yang terlibat didalamnya. Menurut Pratt (1995) fungsi dari estimasi biaya dalam industri konstruksi adalah:

a) Untuk mengetahui apakah prakiraan biaya konstruksi dapat terpenuhi dengan biaya yang ada

b) Untuk mengatur aliran dana ketika pelaksanaan konstruksi sedang berjalan c) Untuk kompetisi pada saat proses penawaran

Estimasi biaya berdasarkan spesifikasi dan gambar kerja yang disiapkan pemilik bangunan harus menjamin bahwa pekerjaan akan terlaksana baik dengan tepat waktu sehingga kontraktor dapat menerima keuntungan yang layak. Estimasi biaya yang akurat sangat tergantung pada keahlian dan pengalaman serta kerajinan estimator menggunakan informasi informasi terbaru dalam mengikuti seluruh proses pelaksanaan pekerjaan bangunan gedung; yang pada umumnya para estimator mengacu pada metode BOW dengan membagi kelompok biaya dalam 4 (empat) komponen utama sebagai berikut:

1) Estimasi biaya langsung (material, labor dan peralatan) 2) Estimasi biaya tak langsung

3) Keuntungan (profit)

4) Biaya tak terduga (unexpected costs)

Pengelompokan tersebut di atas mempunyai banyak kelemahan yang dapat berakibat mark-up, yang menyebabkan terjadinya korupsi terutama pada biaya tak terduga dan biaya tak langsung maupun keuntungan atau profit bagi kontraktor. Oleh karena itu, Departemen Kimpraswil memperbaharui metode BOW tersebut kedalam Standar Nasional Indonesia (SNI), meskipun belum mencakup seluruh jenis pekerjaan. Tetapi kedua acuan tersebut tetap menggunakan nilai-nilai indeks atau koefisien yang didefinisikan sebagai faktor pengali pada perhitungan biaya bahan dan upah kerja tukang pada setiap satuan jenis pekerjaan. Metoda ini dapat dilakukan apabila rencana gambar teknis dan persyaratan teknis telah tersedia sehingga volume pekerjaan dapat dihitung dengan tepat.

Estimasi biaya yang mengacu pada kedua panduan tersebut di atas pada awalnya digunakan sebagai penawaran yang bertujuan menstandarkan harga bangunan berdasarkan kualitas bangunan yang sama. Tetapi hal ini sangat menyulitkan para estimator apabila harus memperhitungkan berbagai faktor resiko yang berbeda pada setiap daerah. Antara lain, resiko ketidak-seragaman ketrampilan tukang, bervariasinya mutu bahan di setiap daerah, kendala-kendala teknis lainnya yang mempengaruhi pemilihan metoda konstruksi dan lain sebagainya adalah merupakan faktor yang berpengaruh secara signifikan pada estimasi biaya. Faktor resiko tersebut yang menyebabkan nilai indeks juga berbeda. Sementara nilai indeks yang tercantum dalam BOW maupun SNI masih menganut nilai tunggal.

(3)

Tujuan Penelitian

 Membentuk formulasi baru atau modifikasi formulasi sehingga dapat digunakan dengan mudah oleh berbagai pihak pada analisis koefisien satuan pekerjaan untuk menentukan dengan tepat biaya pembangunan gedung.

 Membentuk formulasi yang memperhitungkan pengaruh lokasi dan unjuk sifat tenaga kerja lokal.

 Membentuk formulasi yang mudah dimodifikasi untuk digunakan pada lokasi berbeda dengan unjuk sifat tenaga kerja yang berbeda pula.

Hipotesis

Besarnya biaya pembangunan gedung sangat tergantung pada unjuk sifat tenaga kerja dan ketersediaan material di lokasi pembangunan.

B. METODE ANALISIS BIAYA KONSTRUKSI

Analisis biaya konstruksi adalah suatu tahapan yang selalu dilakukan pada saat seorang estimator memprakirakan jumlah biaya yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu konstruksi bangunan yang selanjutnya dicantumkan dalam dokumen penawaran. Koefisien atau indeks biaya yaitu konstanta pengali yang digunakan dalam analisis perhitungan estimasi dengan metoda harga satuan. Harga satuan perkerjaan sesuai dengan definisinya adalah harga yang harus dibayar untuk menyelesaikan suatu pekerjaan konstruksi. Tetapi pada umumnya dalam perincian biaya konstruksi antara pihak pemilik dan pihak kontraktor serta konsultan mempunyai perbedaan yang sangat besar, karena itu diperlukan metode perhitungan yang tepat supaya hasilnya mempunyai kesamaan.

Metode analisis biaya konstruksi yang telah dikembangkan dan digunakan sampai saat ini antara lain:

1. Menggunakan Analisis BOW (Burgerlijke Open bare Werken)

Analisis biaya konstruksi satuan pekerjaan metode BOW berasal dari penelitian zaman Belanda dahulu, tetapi masih banyak digunakan sampai saat ini, meskipun sudah terjadi penyimpangan yang sangat besar terutama pada tenaga kerja saat ini sehingga menimbulkan pembengkakan biaya pada koefisien tenaga tersebut.

2. Menggunakan Standar Nasional Indonesia ( SNI )

Standar nasional ( SNI ) ini di keluarkan resmi oleh badan standarisasi nasional, dikeluarkan secara berkala sehigga SNI tahun terbaru merupakan revisi edisi SNI sebelumya. Untuk memudahkan mengetahui edisi yang terbaru, SNI ini diberi nama sesuai tahun terbitnya misal : SNI 1998, SNI 2002 , SNI 2007.

3. Menggunakan Standar Perusahaan

Perusahaan tertentu menerbitkan sendiri metode analisis biaya satuan pekerjaan sebagai pedoman kerja karyawannya. Analisis biaya satuan pekerjaan perusahaan biasanya merupakan rahasia perusahaan.

4. Pengamatan dan Penelitian Langsung di Lapangan.

Cara ini cukup merepotkan dan membutuhkan cukup banyak waktu, tapi hasilnya akan mendekati ketepatan karena diambil langsung dari pengalaman dilapangan, caranya dengan meneliti kebutuhan bahan, waktu dan tenaga kerja pada suatu pekerjaan yang sedang dilaksanakan.

5. Menggunakan standar harga satuan

(4)

tersebut. Kelemahan metode ini karena tidak memperhitungkan karakteristik tenaga kerja, tingkat kesulitan lokasi maupun ketersediaan material pada lokasi yang berbeda.

B.1 Metode Analisis Koefisien Satuan Kerja

Metode yang dikembangkan pada penelitian ini adalah menggunakan koefisien atau indeks satuan perkerjaan, yang dinyatakan sebagai angka-angka jumlah kebutuhan bahan maupun jumlah tenaga yang diperlukan untuk mengerjakan suatu pekerjaan dalam satu satuan tertentu. Analisis koefisien satuan pekerjaan berfungsi sebagai pedoman awal perhitungan rencana anggaran biaya bangunan. Kondisi tersebut membuat analisis koefisien satuan pekerjaan menjadi kunci penghitungan dengan tepat anggaran biaya bangunan.

Contoh: Pekerjaan Plesteran Dinding seluas 150 m2

Analisis koefisien satuan pekerjaan bangunan pada pekerjaan plesteran dinding

seluas 1 m2 sebagai berikut:

Kebutuhan bahan, dengan asumsi tebal plesteran ± 2,5 cm maka volumenya adalah: 0,025 m3. Jika menggunakan perbandingan 1 pc : 4 ps (cement-pasir) maka

kebutuhan semen adalah = 0,025 / 5 = 0,005 m3, atau dapat dinyatakan dengan 1/5

zak semen, dan kebutuhan pasir = 0,020 m3, atau setara dengan 1 zak pasir. Dengan

ukuran pendekatan bahwa dimensi 1 zak untuk 50 kg semen adalah: 60 cm x 40 cm x 10 cm, maka volume 1 zak ± 0,024 m3.

Kebutuhan tenaga kerja, dengan interval waktu kerja normal dari jam 08.00 sampai jam 16.00, jadi ± 8 jam sudah termasuk didalamnya waktu istirahat, maka jika seorang Tukang batu berdasarkan pengalaman dan keterampilannya dapat menyelesaikan pekerjaan plesteran 10 m2 per-hari, maka waktu yang dibutuhkan

untuk menyelesaikan plesteran 1 m2 adalah ± 0,8 jam atau ± 48 menit, maka koefisien

tenaga tukang = 48 / (8 x 60) = 0,1 hari. Tetapi dengan tingkat kesulitan mobilisasi material menyebabkan penurunan volume kerja tukang tersebut, sehingga hanya bisa mencapai 8 m2 perhari, yang berarti waktu kerja bertambah lama menjadi 60 menit /

m2, maka koefisien tenaga tukang menjadi = 60 / ( 8 x 60) = 0,125 hari. Tentunya

tukang tersebut dalam menyelesaikan pekerjaannya dibantu oleh pekerjanya, diberi petunjuk oleh kepala tukang dan diawasi oleh mandornya, maka koefisien satuan pekerjaan plesteran dinding 1 m2 dapat dinyatakan seperti Tabel 1, di bawah ini:

Tabel 1, Koefisien satuan pekerjaan plesteran dinding perbandingan 1pc : 4 ps

Bahan Semen 0,005 m

3 = 0,20 zak

Pasir pasang 0,020 m3

Tenaga

Tukang batu 0,125 hari Pekerja 0,150 hari Kepala tukang 0,010 hari Mandor 0,005 hari

Berdasarkan tabel 1, di atas maka dapat ditentukan besarnya biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan plesteran dinding seluas 150 m2, sebagai

berikut:

Kebutuhan semen = 0,2 x 150 = 30 zak Kebutuhan Pasir pasang = 0,020 x 150 = 3 m3

Tukang batu = 0,125 x 150 = 18,75 hari

(5)

Mandor = 0,005 x 150 = 0,75 hari

Total biaya yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan mengalikan hasil hitungan di atas dengan harga satuan setempat.

B.2 Penawaran Harga Pekerjaan Konstruksi Gedung

Ada beberapa metoda yang sering dilakukan pada saat penawaran biaya konstruksi antara lain:

B.2.1 Penawaran Harga-Pasti (fixed-price) a. Metoda lumpsum (lumpsum method)

Metoda ini umumnya dilakukan bila jenis pekerjaan dan jumlahnya atau volumenya telah diketahui dan dikenal benar. Kontraktor berani mengambil resiko. Bila ketidakpastian terjadi di lapangan, maka tingkat resiko yang dipikul kontraktor lebih besar. Keuntungan bagi pemilik adalah bahwa harga konstruksi diketahui dengan baik sehingga memudahkan untuk menentukan anggaran.

b. Metoda harga satuan (unit-price method)

Metoda harga satuan biasanya berdasarkan harga satuan setiap jenis pekerjaan. Dalam penawaran juga dicantumkan juga prakiraan jumlah setiap jenis pekerjaan untuk mendapatkan total biaya yang mana volume jumlah hanya berdasarkan pada gambar rencana arsitektur yang belum tentu dijamin keakuratannya. Seperti halnya pada metode lumpsum, hasil prakiraan jumlah dibuat untuk setiap jenis penawaran. Biaya total proyek dihitung meliputi tenaga kerja, material, peralatan, sub-kontrator, overhead, mark-up, dan sebagainya.

B.2.2 Penawaran Harga-Prakiraan (approximate estimate)

Metoda ini didasarkan pacta perincian biaya dari proyek sebelumnya. Ada beberapa metoda yang termasuk kategori ini yaitu :

• Harga per fungsi, metoda ini didasarkan pada estimasi biaya setiap jenis penggunaan

• Harga luas, metoda ini menggunakan harga per luas lantai

• Harga volume kubik, metoda ini didasarkan pada volume bangunan

• Modular takeoff, metoda ini mengacll pada konsep modul dan kemudian dikalikan untuk selllruh proyek

• Partial takeoff, metoda ini merupakan jumlah dari gabungan jenis-jenis pekerjaan yang diperkirakan menggunakan harga satuan.

• Harga satuan panel, metoda ini dilakukan dengan mengasumsikan harga satuan per luas lantai, keliling, dinding, atap, dan sebagainya

• Harga parameter, metoda ini menggunakan harga satuan dari komponen bangunan yang berbeda seperti site work, pondasi, lantai, dinding, dan sebagainya

C. PERMASALAN DALAM ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI

Seorang estimator akan berusaha melakukan estimasi biaya sedekat mungkin dengan kebutuhan biaya aktual. Untuk melakukan estimasi biaya suatu pekerjaan sering dijumpai beberapa kesulitan permasalahan yaitu :

1. Memilih Metoda Kerja

Dalam setiap jenis pekerjaan mungkin terdiri dari beberapa metoda kerja.

(6)

2. Kebutuhan tenaga kerja

Untuk mengasumsikan kebutuhan tenaga kerja, biasanya didasarkan pada hasil kinerja pekerjaan sebelumnya untuk satu jenis pekerjaan yang sama. Dengan demikian

dokumentasi pekerjaan di lapangan sangat berguna untuk membantu para estimator dalam menganalisa proyek berikutnya. Manipulasi data mungkin tetap diperlukan, misalnya karena terjadi penurunan kondisi pekerjaan.

3. Upah tenaga kerja

Berapa biaya yang diperlukan untuk tukang? Seorang estimator harus memperkirakan biaya tersebut. Biaya tukang akan bervariasi tergantung pada pekerjaan, keahlian, peraturan upah minimum, kondisi pasar, dan sebagainya

4. Biaya material (yang terpakai clan terbuang)

Hal ini dapat diperkirakan dengan tepat apabila material tersedia dan banyak dijual di pasaran. Jumlah material yang diperlukan harus dihitung berdasarkan gambar kerja dan tidak tergantung pada kinerja tukang atau metoda kerja. Akan tetapi seorang estimator tidak hanya mempertimbangkan material yang diperlukan dalam perkejaan, tetapi juga prakiraan material yang terbuang. Faktor ini sangat bervariasi dan tergantung pada kinerja dan prosedur kerja yang dipakai oleh tukang.

5. Biaya overhead dan keuntungan

Jumlah ini akan tergantung pada kebijakan perusahaan, kondisi pasar, dan banyak variable lainnya, karena itu menjadi sumber mark-up biaya.

C.1 Pengaruh Lokasi Proyek

Perhitungan estimasi biaya konstruksi sangat dipengaruhi oleh lokasi. Seorang estimator harus sadar betul bahwa suatu harga di lokasi A yang berada di pusat ko ta akan berbeda dengan dengan lokasi B yang berada di daerah pegunungan. Faktor lokasi muncul karena terdapat beberapa perbedaan yang menimbulkan kesulitan, seperti : (l) Keterpencilan kawasan (remoteness)

(2) Keterbatasan lokasi (confined sites) (3) Ketersediaan tukang (labor availability) (4) Cuaca (weather)

(5) Pertimbangan desain (design consideration)

(6) Kerawanan dan keamanan lokasi (vandalism and site security)

C.2 Keterpencilan Kawasan (Remoteness)

Daerah yang terpencil akan mengalami tambahan permasalahan baru, yang lain dari beberapa kesulitan yang telah disebutkan pada bagian terdahulu di atas , yaitu

• Permasalahan Komunikasi.

Jika kesulitan komunikasi seperti tidak adanya jaringan telepon, maka diperlukan alat komunikasi lainnya. Kesulitan komunikasi dalam melaksanakan proyek adalah masalah.

• Permasalahan Transportasi

Semula material dan tenaga kerja perlu diangkut ke lokasi. Jika rote jalan buruk bisa terjadi keterlambatan pengiriman material; mendatangkan kendaraan berat bisa merusak jembatan sempit sehingga diperlukan biaya perbaikan.

• Harga material berfluktuasi.

Harga material naik biasanya karena naiknya biaya transportasi seperti karena jarak jauh atau kesulitan transportasi.

• Sumber listrik dan air

Tenaga listrik dan sumber air selalu diperlukan pada saat pelaksanaan konstruksi. Air diperlukan untuk pengceoran beton, membersihkan dan banyak perkerjaan lainnya. Air yang mengandung garam tidak diperkenankan pada persyaratan pekerjaan beton, atau plesteran. Sehingga perlu didatangkan air pada lokasi. Hal ini tentunya akan menambah biaya konstruksi. Demikian juga untuk kebutuhan tenaga listrik.

(7)

Lokasi yang terkurung umumnya disebabkan karena kemacetan atau sebab lainnya sehingga lokasi tersebut tidak bebas. Hal ini bisa berakibat produktivitas pekerja dan alat rendah. Lebih jauh lagi karena keterbatasan lokasi dapat membatasi pemilihan metoda kerja, jenis alat yang digunakan dan jumlah pekerja yang bisa dikaryakan. Dengan keterbatasan ruang gerak, pada awal proyek perIu kehati-hatian dalam menentukan utilitas agar tetap menghasilkan keuntungan yang maksimum dengan menghasilkan produktivitas kerja yang tetap baik. Keterbatasan ruang gerak dapat menimbulkan masalah logistik.

Pengangkutan material tidak dapat dilakukan sekaligus, sehingga setiap jenis material perlu diangkut setiap waktu tertentu. Kondisi ini akan memerlukan biaya tambahan. Seorang estimator perlu memahami masalah-masalah logistik di setiap lokasi. Masalah tersebut dapat terjadi karena jalan masuk terbatas, penimbunan material terbatas, penyimpanan peralatan terbatas, kendaraan trailer tidak dapat digunakan. Semua

keterbatasan tersebut menyebabkan pembatasan penggunaan jenis peralatan, pengaruh pada efektivitas manajemen pekerjaan, produktivitas pekerja, pembatasan jumlah pekerja. Hal tersebut dapat menimbulkan penambahan biaya konstruksi.

C.4 Ketersediaan tukang (labor availability)

Setiap lokasi mempunyai beragam ketersediaan jumlah pekerja yang terampil dan tidak terampil, tergantung pada kondisi ekonomi lokal. Jika di lokasi setempat pekerja yang terampil tidak tersedia maka perlu didatangkan pekerja dari luar lokasi. Mendatangkan tenaga kerja dari satu lokasi ke lokasi lainnya akan memerlukan biaya insentif. Besamya biaya insentif tergantung pada kondisi pasar. Jika mendatangkan tenaga kerja dari luar harus disediakan juga akomodasinya.

C.5 Cuaca (weather)

Kondisi cuaca sangat mempengaruhi hasil kualitas kerja yang nantinya berpengaruh juga pada biaya konstruksi. Sebagai contoh pelaksanaan konstruksi yang dilakukan pada tempat

tinggi dengan kecepatan angin kencang, akan mempengaruhi penggunaan keran (crane) dan perIu pengontrolan debu, tambahan perancang sementara untuk menahan dari hempasan angin

C.6 Pertimbangan desain (design consideration)

Lokasi suatu proyek mempunyai beberapa aspek yang harus dipertimbangkan oleh perencana. Sebagai contoh konstruksi bangunan sejarah, seluruh desainnya harus harmonis dengan bangunan sejarah yang ada di lokasi setempat. Pertimbangan

penggunaan material dan konfigurasi bangunan perlu disesuaikan dengan kondisi lokal. Pertimbangan-pertimbangan ini dapat menimbulkan masalah tersendiri. Seorang estimator

harus paham apakah ada persyaratan khusus untuk material, apakah tersedia tenaga kerja

lokal dengan keahlian yang direncanakan, jika tidak maka perIu didatangkan spesialis.

C.7 Kerawanan dan keamanan lokasi (vandalism and site securily)

Keamanan dan kerawanan di lokasi perIu juga diperhitungkan. Misalnya perIu penjagaan selama 24 jam.

Tingkat keamanan akan mempengaruhi tingkat resiko pelaksanaan proyek, sehingga kadang kala keamanan setempat perlu dilibatkan.

(8)

D.1 Biaya Konstruksi Pekerjaan Beton

Biaya pada pekerjaan pembuatan beton bertulang, total biaya yang diperlukan digunakan untuk pekerjaanpekerjaan, Bekesting , Penulangan , Beton, Finishing jika diperlukan dan Curing (perawatan)

Bila perincian biaya digunakan untuk setiap unit kerja, maka satuan yang digunakan untuk setiap jenis pekerjaan adalah:

• Bekesting, dengan satuan: luas permukaan • Penulangan, dengan satuan: berat

• Beton, dengan satuan: volume

• Finishing dan curing, dengan satuan : luas

D.2 Bekesting

Biaya cetakan tergantung pada kerumitan dari bentuknya, jadi bentuk sederhana lebih murah daripada yang rumit karena ekstra material dan keahlian tukang yang diperlukan berbeda. Bekesting yang dapat digunakan ulang (reuse material) juga dapat mengurangi biaya cetakan. Oleh karena biaya keseluruhan pekerjaan beton tergantung juga pada biaya cetakan (bekesting) maka para perancang (designer) harus memperhitungkan pengaruh daripada bentuk struktur. Umumnya bahan yang digunakan untuk membuat cetakan adalah dari kayu, plywood, baja, almunium dan kombinasinya atau bahan komposit lainnya. Jika cetakan hanya digunakan sekali atau dua kali, maka bahan kayu masih lebih ekonomis dibandingkan denngan bahan baja atau almunium. Akan tetapi apabila cetakan dapat difabrikasi menjadi bentuk-bentuk panel atau bentuk lainnya seperti bentuk kolom bulat, yang dapat digunakan berulang ka!i, maka bahan baja atau almunium jauh lebih ekonomis daripada kayu Penggunaan material untuk cetakan perlu diseleksi agar didapat biaya yang termurah.

Perlu dipertimbangkan juga biaya finishing untuk permukaan beton apabila cetakan telah dibuka. Pada penggunaan kayu biasanya setelah cetakannya dibuka akan meninggalkan bekas-bekas, sehingga perlu dibersihkan atau dipoles, yang berakibat pada penambahan biaya. Dengan demikian penggunaan plywood yang permukaannya mulus atau logam dapat mengurangi biaya pemolesan tersebut. Pada prakteknya lebih baik mengeluarkan ekstra uang, untuk menggunakan material cetakan yang berkualitas bagus daripada untuk membayar tukang guna memperkerjakan finishing beton.

Faktor pengaruh dalam pekerjaan bekesting meliputi :

(i) Material yang dibutuhkan untuk membuat cetakan bekesting • Plywood. Kayu / kaso-kaso

• Paku

• Minyak pelumas • Pengait (form ties) • Penggaris (form liners)

(ii) Tukang yang diperlukan untuk membuat cetakan.

Jumlah tukang yang diperlukan untuk pembuatan bekesting tergantung pada 1. Ukuran bekesting

2. Jenis material yang digunakan. Lembaran plywood yang lebar memerlukan jumlah tukang lebih banyak dari pada kayu

3. Bentuk struktur. Bentuk yang kompleks memerlukan keahlian tukang lebih banyak 4. Lokasi bekesting. Bekesting yang dibuat di alas lebih banyak daripada dibuat di

bawah

5. Berapa kali penggunaan panel cetakan fabrikasi atau potongan 6. Kekakuan dari persyaratan bekesting

(9)

Jika bekesting terdiri dari panel-panel atau penampang fabrikasi, kebutuhan tukang diperlukan untuk melakukan pekerjaan merakit, memakai, memindahkan, clan menggunakan ulang. Sedangkan bila bekesting dibuat di tempat maka tenaga tukang diperlukan untuk membuat, merakit, memindahkan dan membersihkan. Urutan kerja para tukang tersebut tentunya juga mempengaruhi biaya pekerjaan bekesting secara keseluruhan.

D.3 Penulangan

Penulangan untuk beton biasanya terdiri dari batang tulangan baik ulir maupun polos, dan kawat beton. Biaya untuk pekerjaan tulangan dihitung dalam satuan berat. Tahap pekerjaan tulangan biasanya meliputi, pemotongan sesuai panjang yang diperlukan dan pembekokan kedalam beberapa bentuk. Untuk pembentukan khusus yang memerlukan mesin pernbekokan dilakukan di bengkel untuk kemudian dibawa ke lokasi. Hal tersebut lebih ekonomis dibandingkan apabila dikerjakan di lapangan.

Apabila penulangan terdiri dari beberapa ukuran diameter maupun panjangnya, maka dibuatkan daftar untuk tiap diameter dan ukurannya seperti contoh berikut.

Untuk menentukan biaya pekerjaan tulangan pertama kali perlu menentukan berat dari tualangan berdasarkan panjang dan ukuran diameter. Jika ingin mengestimasi biaya maka perlu dibuatkan dulu daftar tualangan. Biaya pekerjaan tulangan meliputi:

(i) Biaya bahan dari tulangan

(ii) Biaya untuk persiapan shop drawing

(iii) Biaya pengangkutan, pemotongan, bending, dsb (iv) Biaya overhead taka dan keuntungan

(v) Biaya transportasi dari toko ke lokasi

(vi) Biaya spesialis seperti spacers, saddles, chairs, dsb, jika digunakan

Jumlah tukang yang diperlukan untuk pekerjaan tulangan tergantung pada beberapa faktor:

a. ukuran dan panjang tulangan b. bentuk tulangan

c. kerumitan struktur

d. jarak dan panjang tulangan yang harus dibawa e. toleransi yang diijinkan untuk bentang tulangan f. pengikatan yang diperlukan

g. keahlian pekerja

D.4 Coran Beton

Biaya pekerjaan beton meliputi biaya pasir. agregrat, semen, air, admixture, pencampuran, transportasi dan penuangan. Mencampur beton di lapangan masih banyak dilakukan.

Sementara itu penggunaan beton raedy-mix lebih sering dilakukan untuk proyek-proyek konstruksi yang dibangun di kota-kota besar. Biaya pekerjaan beton akan bertambah untuk pengiriman coran beton ke lokasi yang nilainya beraviasi tergantung ukuran pekerjaan, lokasi, dan kualitas beton. Hal ini dapat dilihat dari tahap-tahap pekerjaan yang diperlukan dalam

pekrjan pembuatan coran beton yang meliputi:

(i) Pengukuran bahan dasar beton, pasir, semen, batu split, air, dsb (ii) Pengadukan

(iii) Pengiriman (transportasi) (iv) Penuangan

(10)

Sebagi contoh, campuran beton bisa ditempatkan langsung di cetakan secara manual, atau dituangkan menggunakan crane atau dipompa menggunakan truk pompa. Jumlah material yang diperlukan untuk pekerjaan beton harus ditambahkan 10% untuk proyek kecil dan 5% untuk proyek besar.

D.5 Konstruksi Pekerjaan Baja 1 Material

Sampai sejauh ini pekerjaan baja yang digunakan untuk struktur baja didirikan berdasarkan komponen bentuk fabrikasi yang sudah standar, seperti lWF, C, T, L, pipa, pelat, dan sebagainya. Satuan untuk bahan baja adalah satuan berat. Dalam memperkirakan berat struktur baja harus dihitung berdasarkan dari gambar proyek. Manual produser baja biasanya sudah mencantumkan berat setiap penampang baja. Akan tetapi berat tersebut bervariasi sekitar 2%.

2 Biaya Estimasi

Dalam mengestimasi biaya struktur baja, kontraktor akan menyerahkan satu set rencana dan spesifikasinya. Supplier akan menentukan jumlah yang diperlukan termasuk komponen utama, detail sambungan, dan jenis lainnya. Kemudian ditambahkan dengan biasa fabrikasi untuk pemotongan, punching, pengeboran, pengelasan, overhead dan keuntungan. Kadangkala juga ditambahkan biaya pengecatan sebelum baja dikirim ke lokasi.

Macam-macam biaya yang diperlukan untuk estimasi biaya pekerjaan baja meliputi : 1. Biaya standar bentuk structural dari supplier baja

2. Biaya persiapan gambar pelaksanaan fabrikasi 3. Biaya fabrikasi bentuk baja menjadi komponen jadi 4. Biaya transportasi baja ke lokasi

5. Biaya mendirikan baja termasuk peralatan, tukang, baut atau pengelasan 6. Biaya pengecatan struktur baja di lapangan

7. Biaya overhead, pajak dan keuntungan.

D.6 Pengembangan Model Analisis

Suatu model HST ( Harga Satuan Tertinggi ) bangunan gedung, merupakan salah metode yang dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah biaya estimasi, atau penawaran konstruksi suatu pembangunan gedung terindikasi korupsi atau tidak. HST adalah harga standar bangunan per-meter bujur sangkar untuk bangunan gedung. Biasanya harga standar bangunan per-meter bujur sangkar ditentukan oleh pemerintah.. Dengan memperhitungkan faktor lokasi dan waktu pembangunan maka besarnya harga standar bangunan per-m2 berbeda di setiap lokasi kabupaten dan kota.

Dengan standar harga satuan tertinggi, maka penganggaran biaya konstruksi bangunan gedung, nilai estimasinya tidak boleh melebihi harga satuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota. Selain menjadi acuan dalam estimasi sebagai nilai maksimum yang dibolehkan dalam penganggaran, juga dapat digunakan sebagai alat pengukur biaya pembangunan gedung yang sengaja di mark-up untuk tujuan korupsi. Maka dengan manfaat tersebut, HST dapat dijadikan sebagai alat pengendali dan proses audit kegiatan pembangunan gedung negara maupun swasta.

(11)

HST=

i=1

n

Qix Ci… … … …..(1)

dengan;

Qi = Jumlah komponen dominan bangunan gedung

Ci = Harga persatuan komponen dominan bangunan gedung.

HST = Harga Satuan Tertinggi

E. METODOLOGI PENELITIAN

Untuk mengkaji faktor pengaruh dari learning effect dan produktivitas kerja pekerjaan komposit dilakukan dengan metoda eksperimental. Spesimen untuk pengujian di laboratorium terdiri dari balok, kolom dan pelat beton bertulang. Sementara untuk mengkaji produktivitas kerja pekerjaan komposit dilakukan dengan membuat model kolom komposit yang digunakan sebagai struktur utama konstruksi bangunan.

Pengujian di laboratorium dilakukan dengan membuat spesimen skala penuh untuk pekerjaan pembuatan beton bertulang. Spesimen terdiri dari balok, kolom dan pelat. Analisis dilakukan untuk menentukan faktor learning effect, yaitu faktor yang tergantung pada pengalaman kerja dari pekerja akibat dari proses pembelajaran.

Untuk menganalisis indeks biaya berdasarkan data sekunder basil survey lapangan sangat sulit dilakukan. Hal ini terjadi karena tidak semua responden atau instansi yang dikunjungi mau memberikan dokumen analisis biaya suatu proyek karena menyangkut "kerahasian" suatu penawaran proyek kerja. Dari data yang terkumpul tentang analisis biaya proyek kadangkala sulit untuk memilahmilah biaya pekerjaan mumi, karena dalam analisis biaya sudah dimasukan biaya markup, overhead, pajak, keuntungan maupun biaya lainnya.

F. HASIL PEMBAHASAN

Data hasil survey yang terkumpul terdapat perbedaan nyata dalam format perincian analisis biaya. Hal ini dibedakan berdasarkan kedudukan daripada perusahaan tersebut, apakah sebagai owner, konsultan perencana atau kontraktor. Format yang digunakan oleh owner maupun konsultan perencana umumnya mempunyai format sama, karena perincian kerja disusun berdasarkan kebutuhan perencanaan pekerjaan konstruksi. Sementara format yang digunakan kontraktor sedikit berbeda formatnya karena perincian analisis biaya lebih digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan. Pada dukumen data analisis biaya yang disusun oleh kontraktor karena nantinya akan disampaikan pada owner untuk digunakan penawaran ataupun negosiasi, maka analisis biaya yang sebelumnya dimodifikasi formatnya disesuaikan dengan format yang dibutuhkan oleh owner. Kondisi-kondisi itulah yang menyebabkan beberapa kesulitan dalam menentukan indeks biaya yang mumi diperlukan dalam analisis satuan pekerjaan beton dan pekerjaan baja. Daram perincian biaya digunakan format yang berbeda antara konsultan dan kontraktor.

Kedua format perincian biaya antara konsultan dan kontraktor tersebut di atas jelas terlihat bahwa

(i) Dalam pendetailan di pekerjaan persiapan, kontraktor perlu memperinci lebih jelas semua jenis peralatan yang diperlukan dan berbagai keperluan. Hal ini terkait erat dengan perhitungan faktor resiko di lapangan selama pelaksanaan proyek. Sementara pada estimasi biaya yang dikeluarkan oleh konsultan tidak mendetailkan semua jenis peralatan ataupun keperluan laiinya. Hal ini terjadi karena ruang lingkup pekerjaan konsultan dan kontraktor berbeda sehingga format dalam estimasi biaya berbeda.

(12)

struktur major seperti harga satuan seluruh lantai atau diuraikan lebih detail yaitu harga komponen major seperti

Secara umum total biaya untuk pelaksanaan proyek konstruksi terdiri dari beberapa pekerjaan yang masing-masing terbentuk berdasarkan prakiraan biaya yang dibutuhkan untuk bahan, tenaga kerja dan peralatan yang digunakan.

Produktivitas Kerja

Analisis produktivitas kerja tergantung pada beberapa faktor yaitu tingkat kesulitan kerja. Sebagai contoh, dalam melaksanakan pekerjaan beton bertulang pacta lantai pertama akan lebih cepat dibandingkan dengan pelaksanaan yang dilakukan di lantai sepuluh. Semakin tinggi lantai semakin berkurang produktivitas kerjanya. Tingkat pengulangan juga mempengaruhi produktivitas kerja, yaitu pada saat pekerjaan dilakukan pertama kali oleh sekelompok tukang umumnya akan memakan waktu lebih lama dibandingkan pekerjaan serupa yang dilakukan kedua kalinya, ketiga kalinya dan seterusnya. Semakin sering perkerjaan dilakukan, seorang tukang akan semakin memahami tingkat kesulitan sehingga pekerjaan tersebut semakin cepat diselesaikan. Berbagai alasan yang bisa disampaikan akibat fenomena ini adalah bahwa tukang semakin ahli dalam pekerjaannya dan kemudian tukang menjadi jenuh atau bosan akibat pekerjaan sama. Konsep tersebutlah yang dikenal dengan istilah faktor.pembelajaran (learning effect). Akan tetapi hubungan antara jumlah pengulangan dan waktu produktivitas tidak selalu linear, terdapat titik optimum, dimana pada pengulangan tertentu mempuyai produktivitas kerja tinggi.

Berdasarkan analisis produktiitas kerja terlihat bahwa pada pekerjaan pembuatan balok mempunyai nilai produktivitas terendah, artinya waktu yang dibutuhkan lebih singkat dibandingkan dengan pada pembuatan pelat dan kolom. Pada pekerjaan penulangan bila diamati antara pembuatan pelat, balok dan kolom, pada pembuatan kolom lebih tinggi karena waktu yang dibutuhkan lebih lama dibandingkan pada pelat dan balok. Sementara pada pekerjaan bekesting, produktivitas kerja pada pembuatan pelat lebih rendah atau waktu pembuatan lebih lama. Pengkajian dan analisis Learning Effect dapat pada pelaksanaan pembuatan pelat dan balok, dan kolom perlu dipahami bahwa pada pengukuran produktivitas kerja perlu memasukan factor Learning Effect tersebut.

G. KESIMPULAN

Penggunaan nilai tunggal sebagai nilai indeks atau koefisien pengali dalam analisis biaya kontruksi seperti yang tercantum dalam SNI kumpulan Analisa Biaya Konstruksi tahun 2002 sangat menyulitkan penggunaannya di lapangan. Hal ini terlihat dari hasil kompilasi data di lapangan terdapat perbedaan yang signifikan. Banyak alasan yang mendasari tindakan memodifikasi nilai indeks tersebut antara lain karena perhitungan faktor resiko di lapangan.

Secara Umum perbedaan nilai indeks yang paling mencolok adalah nilai indeks untuk perhitungan upah tukang dan biaya peralatan. Pencantuman nilai range yaitu menerapkan nilai indeks minimum dan maksimum, dianggap lebih sesuai dan lebih leluasa bagi para estimator dalam menyesuaikan dengan kebutuhan tingkat resiko di lapangan. Selain itu juga dapat menggambarkan bagaimana tingkat keprofesionalan seorang estimator dalam menganalisis biaya penawaran suatu proyek konstruksi.

(13)

sebagai acuan karena dianggap belum dikenal secara Umum dan belum mengakomodasi semua jenis pekerjaan.

Tingkat pengulangan akan mempengaruhi produktivitas kerja, yaitu bahwa pada saat pekerjaan dilakukan pertama kali oleh sekelompok tukang umumnya akan memakan waktu lebih lama dibandingkan pekerjaan serupa yang dilakukan kedua kalinya, ketiga kalinya dan seterusnya. Semakin sering perkerjaan dilakukan, seorang tukang akan semakin ahli dan memahami tingkat kesulitan sehingga pekerjaan tersebut semakin cepat diselesaikan. Akan tetapi hubungan antara jumlah pengulangan dan waktu produktivitas tidak selalu linear, terdapat titik optimum, dimana pada pengulangan tertentu waktu pelaksanaan terendah dan kemudian pada pengulangan berikutnya waktu kerja menjadi naik kembali.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hendrickson, Chris (2003), Project Management for Construction, Department of Civil and Environmental Engineering, Carnegie Mellon University, Pittsburgh 2. Peurifoy, Robert L. & Oberlender, Garold D. (2002) Estimating Construction Costs Mc

Graw Hill, Fifth Edition

3. Puslitbang Permukiman (2004) Laporan Final Kajian Indeks Biaya Konstruksi Pekerjaan Beton Bertulang , Baja Dan Bahan Komposit (lwlom, Lantai, Dinding) Untuk Bangunan Gedung, Laporan Proyek Pengembangan Teknologi Permukiman dan Perkotaan Tahun Anggaran 2004, Departemen Kimpraswil, Balitbang, Puslitbangkim.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : Karya tulis ilmiah ini adalah guna mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan post partum spontan disertai ketuban pecah dini yang meliputi

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Korelasi Antara Pengetahuan Alat

Fungsi  untuk mengeluarkan dan menyimpan cairan prostat selama ejakulasi.

Hasil penelitian Beatty (1989) menunjukkan bahwa reputasi auditor berhubungan secara statistik signifikan dan negatif dengan return saham. Sedangkan reputasi penjamin

Sistem informasi akuntansi retur pembelian pada PT Herfinta Farm and Plantation Medan dimulai dari bagian gudang membuat surat pengembalian yang diserahkan ke bagian pembelian

[r]

Pada saluran pemasaran kedua petani menjual bibit mangga menjual kepada Dinas dengan cara mengikuti lelang yang di selenggarakan oleh dinas pertanian kabupaten

Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut: (a) tahap deskripsi, semua data yang terkumpul untuk langkah awalnya dideskripsikan dengan cara memaparkan data-data