• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Gambaran Umum Kabupaten Nias Utara

Kabupaten Nias Utara adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang baru dimekarkan dari Kabupaten Nias. Ibu kota Kabupaten Nias Utara adalah Lotu. Kabupaten Nias Utara diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia yaitu Bapak Madiyanto pada tanggal 26 Mei 2009, sebagai salah satu hasil dari pemekaran Kabupaten Nias (Undang-Undang No. 45 tahun 2008). Luas wilayah Kabupaten Nias Utara adalah sebesar 1.501,63 km2 dengan jumlah penduduk 147.436 jiwa. Letak Kabupaten Nias Utara secara geografis berada pada 010 03’ 00’’ - 010 33’ 00’’ LU dan 970 00’ 00’’ - 990 00’ 00’’ LS. Secara administrasi, Kabupaten Nias Utara dibagi menjadi 11 wilayah kecamatan dan 113 desa/lurah. Kabupaten Nias Utara mempunyai batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Timur : Samudera Indonesia dan Kota Gunung Sitoli,

Sebelah Selatan : Kabupaten Nias Barat dan Kabupaten Nias, Sebelah Barat : Samudera Indonesia,

Sebelah Utara : Samudera Indonesia.

Kabupaten Nias Utara merupakan pemekaran dari Kabupaten Nias yang terdiri dari 11 (sebelas) cakupan wilayah kecamatan yaitu : Kecamatan Lotu, Kecamatan Sawo, Kecamatan Tuhemberua, Kecamatan Sitolu Ori, Kecamatan Namohalu Esiwa, Kecamatan Alasa Talumuzoi, Kecamatan Alasa, Kecamatan Tugala Oyo, Kecamatan Afulu; Kecamatan Lahewa dan Kecamatan Lahewa Timur (Sumber : Undang-undang No. 45 tahun2008).

Potensi Wisata di Pantai Talugawu Potensi alam

Pantai Talugawu merupakan objek wisata bahari yang memiliki ciri khas keindahan alam tersendiri, misalnya pasir pantainya yang luas yaitu sekitar 3 km panjangnya dan pantainya yang diapit oleh dua tanjung yaitu Tanjung Ladara dan Tanjung Dowi. Pantai Talugawu terletak di Desa Banuagea Kecamatan Tuhemberua Kabupaten Nias Utara. Pantai Talugawu terletak pada koordinat 010 47’ 18.2” Lintang Utara dan 0970 44’ 81.5” Bujur Timur. Pantai Talugawu berbentuk teluk serta air lautnya jernih dan sejuk yang sering dikunjungi oleh para wisatawan domestik dan mancanegara. Pantai Talugawu ini bisa terjangkau oleh para wisatawan domestik dan mancanegara baik dengan menggunakan sepeda motor maupun dengan menggunakan mobil karena Pantai Talugawu ini lokasinya dekat dengan jalan raya. Foto potensi dan keindahan alam yang menarik di Pantai Talugawu dapat dilihat pada Lampiran 2.

Pantai Talugawu memiliki keindahan alam yang menarik yaitu pasir pantai yang berwarna putih kecoklatan, air laut yang jernih, menikmati indahnya pemandangan alam, menikmati panorama matahari terbenam di sore hari dan juga indahnya pelangi ketika panas disertai hujan terjadi di daerah tersebut sehingga pengunjung banyak yang berminat untuk datang ke pantai tersebut. Keindahan alam Pantai Talugawu dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Keindahan alam Pantai Talugawu

Keindahan dan kelestarian alam merupakan faktor utama yang diperlukan dalam pengembangan kawasan wisata. Secara umum, responden masyarakat sekitar dan pengunjung menyatakan bahwa keindahan Pantai Talugawu termasuk dalam kategori baik, hal ini didukung oleh pendapat masyarakat sekitar yang menjadi responden yaitu sebanyak 46,67 % dan pendapat pengunjung sebanyak 36,67 % . Pendapat masyarakat sekitar dan pengunjung terhadap keindahan Pantai Talugawu dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Persentase pendapat masyarakat sekitar dan pengunjung 36.67 46.67 16.67 50 36.67 13.33 0 10 20 30 40 50 60

Cukup indah Indah Sangat indah

P er s ent as e Masyarakat Pengunjung

Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar dan pengunjung Pantai Talugawu

Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar Pantai Talugawu adalah menangkap ikan dengan menggunakan jala, jaring, pukat pantai, pancing dan lain- lain. Ikan hasil tangkapan tersebut digunakan sebagai kebutuhan sehari-hari dan ada juga yang dijual langsung ke pasar. Pengunjung yang datang ke Pantai Talugawu setiap minggu berjumlah sekitar 250 orang sehingga pengunjung yang datang ke Pantai Talugawu setiap bulan sekitar 1000 orang. Pengunjung lebih banyak yang datang ke Pantai Talugawu pada hari-hari besar yaitu berjumlah sekitar 1500 orang. Kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung di Pantai Talugawu yaitu melihat pemandangan, berenang, memancing, jalan-jalan menikmati panorama, duduk bersantai dan lain-lain. Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar dan pengunjung Pantai Talugawu dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Persentase kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar dan pengunjung Pantai Talugawu

Kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung Pantai Talugawu termasuk ke dalam kategori rekreasi pantai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kusharjani, dkk.

20 13.33 20 40 6.67 100 0 20 40 60 80 100 120 Pengunjung Masyarakat P e rs e n ta s

Jalan-jalan Duduk Bersantai Berenang

(2009) yang mengatakan bahwa kegiatan-kegiatan wisata yang masuk dalam kategori rekreasi pantai antara lain berjemur, jalan-jalan menikmati panorama, berenang, memancing, berperahu di sekitar perairan pantai, olahraga pantai dan olahraga air. Data umum responden pengunjung Pantai Talugawu dapat dilihat pada Lampiran 4.

Potensi ekologi

Pantai Talugawu memiliki tipe pantai yang berpasir. Pantai ini tebentuk dari bebatuan dan karang yang hancur karena hantaman air laut kemudian terseret oleh gelombang menuju tepi laut dan membentuk pantai berpasir. Selain itu, pasir juga dibawa oleh aliran sungai yang mengalir ke tepi laut. Sekilas kita melihat tidak banyak organisme yang ada di pantai berpasir. Akan tetapi, ketika kita mengamatinya dengan lebih cermat, maka akan terlihat beberapa organisme yang bersembunyi di lubang-lubang kecil seperti kepiting, siput pasir dan kerang.

Vegetasi dominan yang ada di Pantai Talugawu adalah kelapa (Cocos nucifera), karet (Hevea brasiliensis), cokelat (Theobroma cacao). Hal ini disebabkan karena Pantai Talugawu tersebut dekat dengan perkebunan milik masyarakat yang ada di sekitar Pantai Talugawu. Berbagai biota/organisme juga ditemukan di Pantai Talugawu seperti kepiting yang bersembunyi di lubang- lubang kecil di permukaan pasir, siput pasir dan juga kerang.

Sarana dan prasarana pendukung yang ada di Pantai Talugawu

Perkembangan wilayah pesisir sangat ditentukan oleh potensi yang dimilikinya dan juga didukung oleh sarana dan prasarana sebagai penunjang pengelolaan potensi tersebut sehingga peran sarana dan prasarana juga sangat diperlukan. Sarana dan prasarana yang perlu dikembangkan di Pantai Talugawu

yaitu toilet, arena bermain anak-anak, tempat penginapan (hotel), rumah makan, tempat ibadah (aula), pondok, tempat sampah, kios souvenir, kios makanan dan minuman, tempat parkir dan lain-lain.

Keberadaan tempat sampah sangat penting dalam upaya memelihara kebersihan lingkungan. Tempat sampah yang terdapat di Pantai Talugawu masih sangat kurang sehingga dapat mendorong masyarakat sekitar maupun pengunjung untuk membuang sampah di sembarang tempat. Oleh karena itu, penambahan fasilitas tempat sampah merupakan kebutuhan utama dalam pengembangan potensi wisata di Pantai Talugawu. Keberadaan sarana dan prasarana yang lain juga sangat diperlukan dalam pengembangan potensi wisata di Pantai Talugawu seperti toilet, pondok, tempat ibadah (aula), kios makanan dan minuman, arena bermain anak-anak, tempat parkir dan lain-lain.

Masyarakat sekitar memberikan persepsi yang sama terhadap sarana dan prasarana yang terdapat di kawasan Pantai Talugawu. Persepsi yang dikemukakan oleh masyarakat sekitar terhadap sarana dan prasarana di Pantai Talugawu adalah tidak ada. Hal ini disebabkan karena Pantai Talugawu tersebut masih alami (masih belum dibangun sarana dan prasarana yang memadai) untuk kegiatan wisata sehingga diperlukan bantuan dari pemerintah daerah dan instansi terkait lainnya untuk membangun sarana dan prasarana yang memadai jika Pantai Talugawu tersebut dijadikan sebagai kawasan wisata.

Potensi budaya

Budaya masyarakat dapat berfungsi sebagai atraksi wisata, baik untuk menambah waktu tinggal pengunjung atau memberikan kepuasan dan pengalaman yang menarik bagi pengunjung. Atraksi wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat

atau disaksikan melalui suatu pertunjukkan yang khusus diselenggarakan untuk para wisatawan. Atraksi yang baik, menghibur, mengesankan dan spesial akan membuat wisatawan asing maupun wisatawan lokal merasa nyaman tinggal di Daerah Tujuan Pariwisata (DTP) dan akan berkunjung kembali pada waktu yang berbeda. Atraksi wisata yang akan ditampilkan jika Pantai Talugawu dijadikan sebagai kawasan wisata adalah Tari Perang (Tari Baluse), Tari Saembu dan pameran peninggalan bersejarah Nias seperti batuan megalith, hasil kerajinan tangan, alat-alat musik tradisional, dan lain-lain.

Potensi sosial

Desa Banuagea memiliki luas wilayah yaitu 7,16 km2. Desa Banuagea terdiri dari 32 RT (Rukun Tetangga), 14 RW (Rukun Warga), dan 6 wilayah dusun yang masing-masing dusun dikepalai oleh 1 kepala dusun. Data tahun 2012 menunjukkan jumlah penduduk Desa Banuagea berjumlah 3.570 orang dan 727 KK (Kepala Keluarga). Desa Banuagea memiliki 6 gedung sekolah yaitu 2 gedung sekolah TK (Taman Kanak-Kanak) atau PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), 3 gedung sekolah SD (Sekolah Dasar) dan 1 gedung sekolah SMP (Sekolah Menengah Pertama). Desa Banuagea tidak memiliki gedung sekolah SMA (Sekolah Menengah Atas) atau SMK (Sekolah Menengah Kejuruan).

Desa Banuagea memiliki 7 gedung kesehatan yaitu 6 gedung Posyandu dan 1 gedung Puskesmas Desa. Gedung kesehatan ini digunakan sebagai tempat perobatan bagi penduduk Desa Banuagea ketika sedang sakit/kurang sehat. Desa Banuagea memiliki lahan perkebunan dengan luas yang berbeda-beda yaitu lahan perkebunan kelapa seluas 48 hektar (ha), lahan perkebunan coklat seluas 268 hektar (ha), lahan perkebunan kopi seluas 2,4 hektar (ha) dan lahan perkebunan

karet seluas 232 hektar (ha). Lahan perkebunan tersebut digunakan penduduk Desa Banuagea sebagai mata pencaharian sampingan. Desa Banuagea juga memiliki dua kelompok masyarakat yaitu kelompok masyarakat petani dan kelompok masyarakat nelayan. Selain kedua kelompok masyarakat tersebut, Desa Banuagea juga memiliki kelompok masyarakat perkebunan karet.

Potensi sosial juga dapat dilihat dari kelompok umur dan tingkat pendidikan masyarakat. Berdasarkan hasil kuesioner, kelompok umur masyarakat sekitar Pantai Talugawu yang menjadi responden terdiri dari kelompok umur 28- 32 tahun, 33-37 tahun, 38-42 tahun, 43-47 tahun, 48-52 tahun dan 53-57 tahun. Tingkat pendidikan masyarakat yang menjadi responden berdasarkan hasil kuesioner terdiri dari tamat Sekolah Dasar (SD), tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP), tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), dan tamat Perguruan Tinggi (PT). Masyarakat sekitar yang menjadi responden yang hanya tamat SD, tamat SMP, dan tamat SMA disebabkan karena adanya kebutuhan ekonomi masyarakat sekitar yang tidak mencukupi untuk membiayai pendidikan.

Potensi ekonomi

Potensi ekonomi penduduk Desa Banuagea dapat dilihat dari mata pencaharian dan jumlah penghasilan per bulan. Penduduk Desa Banuagea dibagi menjadi lima kelompok berdasarkan mata pencaharian. Dari data monografi Kecamatan Tuhemberua tahun 2012, mata pencaharian penduduk Desa Banuagea antara lain Nelayan, Petani, Pegawai Negeri Sipil (PNS), Tentara Nasional Indonesia (TNI) atau Polisi Republik Indonesia (POLRI) dan Pengusaha.

Berdasarkan hasil kuesioner, mata pencaharian penduduk sekitar kawasan Pantai Talugawu yang menjadi responden antara lain petani, wiraswasta, PNS

(Pegawai Negeri Sipil), Rohaniawan, dan Penyuluh Pertanian. Jumlah penghasilan per bulan masyarakat sekitar kawasan Pantai Talugawu yang menjadi responden berdasarkan hasil kuesioner terdiri dari empat kelompok yaitu berpenghasilan kurang dari Rp. 500.000, berpenghasilan antara Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000, berpenghasilan antara Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 dan berpenghasilan lebih dari Rp. 2.000.000.

Peran Serta Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata di Pantai Talugawu Desa Banuagea Kabupaten Nias Utara

Peran serta dalam perencanaan

Peran serta masyarakat dalam perencanaan pengembangan potensi wisata di Pantai Talugawu dapat diketahui melalui wawancara langsung kepada tokoh masyarakat maupun pemilik lahan di sekitar Pantai Talugawu. Dari hasil wawancara yang sudah dilakukan, masyarakat sekitar Pantai Talugawu sudah memiliki perencanaan dalam pengembangan potensi wisata di Pantai Talugawu tetapi perencanaan tersebut tidak dapat terlaksana karena adanya beberapa kendala, yaitu kurangnya dana/biaya yang dibutuhkan dalam pengembangan potensi wisata di Pantai Talugawu, kurangnya kontribusi/bantuan dari pemerintah daerah, dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang ekowisata, sehingga masyarakat tersebut perlu diberikan sosialisasi, bimbingan moral dan pendidikan tentang ekowisata terutama dalam hal menjaga kelestarian pantai.

Peran serta dalam pelaksanaan

Dari hasil wawancara yang sudah dilakukan, peran serta masyarakat dalam tahap pelaksanaan belum dilakukan karena memiliki beberapa kendala/kelemahan (weakness) yaitu sarana dan prasarana yang kurang memadai, kurangnya Sumber Daya Manusia/tenaga ahli dan juga kurangnya bantuan dana/biaya dalam

pengembangan potensi wisata; tetapi masyarakat sekitar Pantai Talugawu memiliki keterlibatan/peran serta yang cukup tinggi yaitu dengan menjual makanan dan minuman tanpa membuka kios di Pantai Talugawu pada waktu pengunjung banyak yang datang ke Pantai Talugawu tersebut. Tujuan masyarakat berjualan di Pantai Talugawu tersebut yaitu untuk mendapatkan penghasilan tambahan selain dari usaha perkebunan yang mereka miliki.

Peran serta dalam monitoring dan evaluasi

Peran serta dalam monitoring dan evaluasi dilakukan setelah tahap perencanaan dilaksanakan. Monitoring memilki tujuan untuk mengetahui efektivitas kegiatan dan permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan. Monitoring dilakukan dengan melibatkan seluruh pihak yang ada. Setelah dilakukan monitoring, kemudian dilakukan evaluasi bersama secara terpadu dengan melibatkan seluruh pihak yang berkepentingan (stakeholders). Melalui evaluasi ini akan diketahui kelemahan dan kelebihan dari perencanaan yang ada untuk perbaikan tahap pelaksanaan selanjutnya.

Dari hasil wawancara yang sudah dilakukan, peran serta masyarakat dalam tahap monitoring dan evaluasi belum dapat dilakukan karena peran serta masyarakat dalam tahap perencanaan belum dilaksanakan. Tahap monitoring dan evaluasi dapat dilakukan jika tahap perencanaan sudah dilaksanakan dalam pengembangan potensi wisata yang ada di Pantai Talugawu.

Persepsi Masyarakat Sekitar tentang Tingkat Keamanan Pantai Talugawu jika Dikembangkan sebagai Kawasan Ekowisata

Dari hasil kuesioner, tingkat keamanan Pantai Talugawu jika dikembangkan sebagai kawasan wisata termasuk dalam kategori aman. Hal ini dibuktikan oleh pendapat masyarakat sekitar yang merasa tidak terganggu jika

Pantai Talugawu dikembangkan sebagai kawasan wisata yaitu sebanyak 93,33 %. Tetapi ada juga masyarakat sekitar yang merasa terganggu jika Pantai Talugawu dikembangkan sebagai kawasan ekowisata yaitu sebanyak 6,67 %. Data umum responden masyarakat sekitar dapat dilihat pada Lampiran 3.

Masyarakat yang terganggu merasa bahwa dengan dijadikannya kawasan Pantai Talugawu sebagai kawasan ekowisata akan merusak lahan perkebunan milik masyarakat di sekitar Pantai Talugawu yang biasanya mereka jadikan sebagai sumber mata pencaharian. Masyarakat sekitar yang tidak tergangu merasa bahwa dengan dijadikannya Pantai Talugawu sebagai kawasan wisata akan memberikan dampak positif secara tidak langsung bagi mereka. Dampak positif tersebut terutama dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Persentase terganggu/tidaknya masyarakat sekitar jika kawasan Pantai Talugawu dijadikan sebagai kawasan wisata dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Persentase terganggu/tidaknya masyarakat sekitar jika Pantai Talugawu dijadikan sebagai kawasan wisata

6.67 93.33 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Terganggu Tidak terganggu

P e rs e n ta s Tingkat Keamanan

Pembahasan

Potensi Wisata di Pantai Talugawu Potensi alam

Potensi alam di Pantai Talugawu cukup memberikan perhatian yang menarik bagi pengunjung yang datang. Potensi wisata adalah semua objek baik objek alam, budaya dan buatan yang memerlukan banyak penanganan agar dapat memberikan nilai daya tarik bagi wisatawan (Damanik dan Weber, 2006).Potensi alam di Pantai Talugawu dapat dikembangkan menjadi kawasan/objek wisata dengan memperhatikan sumber daya alam yang ada di wilayah pesisir tersebut. Hal ini mengacu pada Dahuri, dkk. (2004) yang menyatakan bahwa sumberdaya di wilayah pesisir terdiri dari sumber daya alam yang dapat pulih (renewable resources) dan sumber daya alam yang tidak dapat pulih (unrenewable resources). Sumber daya alam yang dapat pulih antara lain meliputi sumber daya perikanan (plankton, benthos, ikan, moluska, krustacea, mamalia laut), rumput laut (seaweed), padang lamun, hutan mangrove, dan terumbu karang. Sedangkan sumber daya alam yang tidak dapat pulih antara lain yaitu minyak, gas, bijih besi, pasir, timah, bauksit, dan mineral serta bahan tambang lainnya.

Potensi ekologi

Potensi ekologi adalah keadaan dan jenis flora (tumbuhan) maupun fauna (hewan) suatu daerah, bentang alam suatu daerah, misalnya pantai, hutan, danau, waduk, dan lain-lain (keadaan fisik suatu daerah). Kelebihan dan keunikan yang dimiliki oleh alam jika dikembangkan secara berkelanjutan harus memperhatikan keadaan lingkungan (keadaan ekologi) di sekitar daerah tersebut sehingga akan dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke daerah/objek wisata tersebut. Hal

ini mengacu pada Tuwo (2011) yang menyatakan bahwa pendekatan berkelanjutan harus dapat menjamin kelestarian lingkungan yaitu: (1) menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang mendukung sistem kehidupan; (2) melindungi keanekaragaman hayati; dan (3) menjamin kelestarian dan memanfaatkan jenis organisme dan ekosistemnya.

Potensi budaya

Potensi budaya adalah semua hasil cipta, rasa dan karsa manusia baik berupa adat-istiadat, kerajinan tangan, kesenian, peninggalan bersejarah berupa bangunan, monumen dan lain-lain. Dalam pengembangan suatu daerah atau kawasan untuk ekowisata, perlu dilakukan inventarisasi untuk mengetahui potensi atraksi wisatanya. Kuncoro (2001) menyatakan bahwa atraksi wisata dikelompokkan menjadi dua yaitu atraksi wisata alam dan atraksi buatan manusia (atraksi budaya). Pada umumnya atraksi wisata alam yang ditemukan di suatu daerah atau kawasan pengembangan ekowisata adalah sungai, danau, pantai, waduk, hutan, goa, air terjun (Fandeli, 2002).

Kegiatan atraksi wisata yang dilakukan perlu dipilih dengan tepat. Fandeli (2002) juga menjelaskan bahwa untuk memilih atraksi wisata alam perlu dilakukan penilaian terhadap landskapenya (tata ruang untuk mengatur pemandangan alam) yang meliputi bentuk lahan, jenis dan jumlah vegetasi, warna tata ruang dan pemandangan alam.

Potensi sosial

Potensi sosial adalah potensi pengembangan pariwisata dengan memperhatikan karakteristik sosial masyarakat sekitar Pantai Talugawu seperti jumlah masyarakat, jumlah bangunan/gedung, lahan perkebunan milik

masyarakat, dan kelompok masyarakat yang terbentuk. Karakteristik sosial masyarakat tersebut dapat dimanfaatkan dalam pembangunan/pengembangan pariwisata, salah satunya yaitu dengan melihat jumlah masyarakat yang dapat dilibatkan/diberdayakan. Hal ini mengacu kepada Atta, dkk (2013) yang menyatakan bahwa konsep ekowisata lebih baik jika dikembangkan lagi dengan konsep ekowisata berbasis masyarakat atau Community Based Ecotourism (CBE). Ekowisata berbasis masyarakat (Community Based Ecotourism) adalah pola pengembangan ekowisata yang mendukung dan memungkinkan keterlibatan penuh masyarakat setempat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan usaha ekowisata dan segala keuntungan yang diperoleh. Ekowisata berbasis masyarakat (Community Based Ecotourism) merupakan usaha ekowisata yang memprioritaskan peran aktif masyarakat.

Potensi ekonomi

Potensi ekonomi adalah potensi pengembangan pariwisata yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan perekonomian dan kesehatan masyarakat. Pemanfaatan potensi ekonomi dalam pengembangan pariwisata dapat dilakukan melalui program pemberdayaan masyarakat khususnya masyarakat nelayan yaitu pemberdayaan usaha, pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan pemberdayaan lingkungan. Hal ini mengacu pada Supriharyono (2007) yang menyatakan bahwa program pemberdayaan masyarakat mencakup tiga aspek, yaitu : (a) Pemberdayaan usaha, yaitu mencakup peningkatan kualitas usaha nelayan sehingga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi; (b) Pemberdayaan Sumber Daya Manusia, yaitu mencakup peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) baik dalam konteks pola sikap dan

perilaku, keterampilan, kemampuan manajerial, maupun aspek gizi dan kesehatan dan (c) Pemberdayaan lingkungan, mencakup peningkatan kesadaran dan kemampuan para kaum nelayan untuk konservasi sumberdaya pesisir.

Peran Serta Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata di Pantai Talugawu Desa Banuagea Kabupaten Nias Utara

Peran serta masyarakat dalam perencanaan

Perencanaan adalah kegiatan merencanakan sesuatu yang berguna untuk mengimplementasi, mengidentifikasi target serta mendapatkan tujuan pada rencana tersebut. Perencanaan dilakukan agar dapat mengembangkan segala sesuatu yang telah ada. Pengembangan pariwisata adalah salah satu bagian dari manajemen yang menitikberatkan pada implementasi potensi objek wisata dan daya tarik wisata yang harus dilaksanakan dengan rentang waktu berupa langkah sistematis yang dapat mengarah pada pencapaian hasil.

Tahap awal dari perencanaan adalah dengan cara mengidentifikasi isu dan permasalahan yang ada, yang menyangkut kerusakan sumber daya alam, konflik penggunaan, pencemaran, dimana perlu dilihat penyebab dan sumber permasalahan tersebut. Selanjutnya juga perlu diperhatikan sumber daya alam dan ekosistem yang ada yang menyangkut potensi, daya dukung, status, tingkat pemanfaatan, kondisi sosial ekonomi dan budaya setempat seperti jumlah dan kepadatan penduduk, keragaman suku, jenis mata pencaharian masyarakat lokal, sarana dan prasarana ekonomi dan lain-lain. Perencanaan yang telah disusun perlu disosialisasikan kembali kepada masyarakat luas untuk mendapat persetujuan dan setelah mendapat persetujuan rencana ini baru dimasukkan dalam agenda pembangunan baik daerah maupun nasional.

Menurut Zamani dan Darmawan (2000) dalam penyusunan rencana pengelolaan ini, perlu juga diperhatikan bahwa konsep pengelolaan sumber daya pesisir terpadu berbasis masyarakat diharapkan akan mampu untuk (1) meningkatkan kesadaran masyarakat, akan pentingnya Sumber Daya Alam dalam menunjang kehidupan mereka (2) meningkatkan kemampuan masyarakat, sehingga mampu berperan serta dalam setiap tahapan pengelolaan dan (3) meningkatkan pendapatan masyarakat, dengan bentuk-bentuk pemanfaatan yang lestari dan berkelanjutan serta berwawasan lingkungan.

Tujuan masyarakat dilibatkan dalam perencanaan pengembangan pariwisata adalah untuk menggali permasalahan dan potensi pariwisata yang ada di masyarakat, menggali tantangan, serta peluang yang dihadapi dengan menggunakan sumberdaya lokal atas prinsip pemberdayaan masyarakat yang acuannya yaitu mengumpulkan informasi yang dilakukan oleh masyarakat sendiri, mempelajari kondisi dan kehidupan lokasi yang berpotensi dalam pengembangan pariwisata, dan informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai bahan perencanaan kegiatan dalam pemberdayaan masyarakat di sekitar lokasi wisata.

Peran serta masyarakat dalam pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, diperlukan kesiapan dari semua pihak yang terlibat didalamnya, seperti masyarakat itu sendiri, tenaga pendamping lapangan dan pihak lainnya. Selain itu juga diperlukan koordinasi dan keterpaduan antar sektor dan stakeholder yang ada sehingga tidak terjadi tumpang tindih kepentingan dan ego sektoral. Dalam hal ini diperlukan adanya lembaga pelaksana yang melibatkan semua pihak yang berkepentingan seperti pemerintah

daerah, masyarakat lokal, investor/swasta, instansi sektoral, perguruan tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Pada tahap pelaksanaan ini juga diperlukan kesamaan persepsi antara masyarakat lokal dengan lembaga atau orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ini sehingga masyarakat benar-benar memahami rencana yang akan dilaksanakan. Menurut Zamani dan Darmawan (2000) kegiatan- kegiatan yang perlu dilakukan pada tahap pelaksanaan ini adalah: (1) integrasi ke

Dokumen terkait