• Tidak ada hasil yang ditemukan

04.B.Ägus Salim: Pers Nasionalisme, dan Pendidikan"_Penelitian Dana DIPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "04.B.Ägus Salim: Pers Nasionalisme, dan Pendidikan"_Penelitian Dana DIPA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

1

AGUS SALIM : PERS, NASIONALISM E, DAN PENDIDIKAN

OLEH:

Rhoma Dwi Aria Yuliantri, M. Pd

NIP. 19820704 201012 2004

Email: ariayuliantri@uny.ac.id

Penelitian ini dibiayai dengan dana DIPA

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

SK Dekan FIS UNY Nomor: 109 Tahun 2012 Tanggal 16 April 2012

Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian

Nomor: 1096/UN34.14/PL/2012, April 2012

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TAHUN 2012

(2)

2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas hidayahnya,

sehingga kami dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan judul “Agus Salim:

Pers, Nasionalisme, dan Pendidikan”.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini terlaksana berkat

dukungan, bimbingan, dan bantuan dari semua pihak. Maka, kam tidak lupa

mengucapkan terimakasih kepada Perpustaakaan Nasional Republik Indonesia,

serta semua pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat kami susun

dengan baik. Semoga semua kebaikan mendapat imabalan dari Allah.

Akhirnya saya menyadari, bahwa penelitian ini banyak kekurangannya

dan jauh dari sempurna, untuk kritik dan saran dari semua pihak sangat kami

harapkan.

Yogyakarta, Oktober 2012

(3)

3

AGUS SALIM : PERS, NASIONALISM E, DAN PENDIDIKAN

ABSTRAK

Penelit ian ini bert ujuan unt uk menget ahui pemikiran Agus Salim t ent ang pers, nasionalisme, dan pendidikan. Target yang diharapkan dalam penelit ian ini adalah menjelaskan secara mendalam ide-ide nasionalisme dalam konsep dan gagasan Agus Salim. Konsep pendidikan Agus Salim yang dapat digunakan sebagai masalah sat u bijakan unt uk mengrai masalah di dunia pendidikan kini.

M et ode penelit ian menggunakan met ode sejarah krit is, dengan beberapa t ahapan (1) Pemilihan objek, (2) Heurist ik (menent ukan sumber sejarahnya), (3) Krit ik (mempelajari sumber sejarah), (4) Int erpret asi, (5) Penulisan. Heurist ik dilakukan dengan mengum pulkan sumber primer dan sekunder. Sumber primer yait u t ulisan Agus Salim. Penulis juga menggunakan sumber formal dan informal.

Hasil dari penelit ian ini menunjukkan bahw a Agus Salim adalah sosok begaw an serba bisa yang menempat kan diri sebagai pionir dalam banyak hal. Agus Salim adalah seorang pemimpin, pejuang, jurnalis, ulama, guru, polit isi, negaraw an, diplomat , ahli pidat o, pujangga, sert a seorang pemikir. Ia akt if menulis dalam mendia surat kabar, menurut Agus Salim , pers sangat pent ing unt uk menyampaikan kebenaran, t ermasuk unt uk menyiarkan misi perjuangan. Ide nasionalisme yang dicet uskan oleh Agus Salim diarahkan kepada gagasan unt uk membent uk pemerint ahan sendiri at au zelfbest uur. Agus Salim menerapkan met ode belajar yang menyenangkan bagi anak-anaknya. Proses pembelajaran t idak harus berlangsung di dalam ruangan kelas sepert i layaknya yang berlaku di sekolah formal, namun Agus Salim sering membaw a anak-anaknya unt uk belajar di luar rumah, at au di mana saja.

(4)

4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang M asalah

Perjuangan menuju negara yang merdeka membent uk banyak bent uk dan varian. Sebelum abad ke-20 perjuangan dom inan dilakukan dalam bent uk peperangan. Namun pada dasarw asa abad 20, pola perjuangan memasuki t it ik perubahan yang cukup siknifikan. Kesadaran baru ini dipicu dengan munculnya kesadaran pers. Jalan pers sekan-akan menjadi jalan pembeda at ara pembent ukan nasionalisme Indonesia dengan negara lain sepert i India dan Rusia.

Kesadaran nasionalisme dan pers dapat kit a lihat dari fakt a bahw a nyaris t okoh kunci dalam pergerakan nasional adalah t okoh pers. Sebagai cont oh HOS Tjokroaminot o, yang akt if membangun Sarekat Indonesia (SI) dan dipandang sebagai salah sat u t okoh “ guru pergerakan” adalah pemimpin redaksi Oet oesan Hindia dan Sinar Djaw a.” Tiga Serangkai” Douw es Dekker, Ki Hajar Dew ant ara, dan Dr. Tjipt o M angoenkoesoemo mengelola surat kabar De

Expres. Semaoen diusianya 18 t ahun sudah mem impin Sinar Djaw a. Ki Hajar Deant ara adalah pemimpin redaksi Persat oean Indonesia. Soekarno menjadi pimpinan redaksi Fikiran Ra’jat . M ohammad Hat t a dibant u Sjahrir menakhodai Daulat Ra’jat . Agus Salim menjadi redakt ur di Fadjar Asia dan

Hindia Baroe.

(5)

5

M elihat bet apa pent inya peran pers dalam nasionalisme bangsa maka penelit i merasa pent ing unt uk melihat lebih det ail dan dalam t ent ang proses pembent ukannya, dengan memfokuskan mengakaji Agus Salim. Agus Salim adalah t okoh m uslim sekaligus yang memiliki karakt er sendiri dan unik dalam pemikirannya. M engaji pemikiran Agus Salim lew at sumber koran di Fadjar

Asia dan Hindia Baroe kit a akan bisa melihat bukan saja sosok Agus Salim , t et api kit a melihat sisi dunia polit ik, budaya, dan pedidikan yang ada dalam konsep nasional Indonesia secara luas.

B. RUM USAN M ASALAH

1. Bagaimana Agus Salim menfaat kan pers sebagai media penyebaran gagasan nasionalisme?

2. Bagaimana gagasan Agus Salim t ent ang pendidikan?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. M enget ahui bagaimana Agus Salim memanfaat kan pers sebagai media penyebaran gagasan nasionalisme.

2. M enget ahui kosep pemikiran Agus Salim t ent ang pendidikan.

D.M ANFAAT PENELITIAN

1. Bagi penulis

M enambah w aw asan t ent ang kebijakan pendidikan khususnya mat eri t ent ang Agus Salim dalam bidang pendidikan, pers, dan nasionalisme. 2. Lembaga

(6)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pendidikan

Pendidikan memegang peranan pent ing dalam usaha mew ujudkan cit a-cit a kemerdekaan. Perkembangan dunia makin memperkuat pandangan dan keyakinan t ent ang st rat egisnya peranan pendidikan sebagai fakt or yang ikut menent ukan keberhasilan pembangunan nasional bangsa Indonesia. Pendidikan menurut KBBI (2008: 326) adalah proses pengubahan sikap dan t at a laku seseorang at au kelorr.pok orang dalam usaha m endew asakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelat ihan; proses, cara, perbuat an mendidik.

Upaya meningkat kan kualit as pendidikan merupakan suat u proses yang dilaksanakan secara dinamis dan berkesinambungan dalam rangka meningkat kan kualit as pendidikan dan berbagai fakt or yang berkait an dengannya, dalam upaya pencapaian t ujuan pendidikan secara efekt if dan efisien. Program peningkat an kualit as pendidikan adalah t ercapainya t ujuan pendidikan nasional secara subst ant if, yang diw ujudkan dalam kompet ensi yang ut uh pada diri pesert a didik, meliput i kompet ensi akademik at au m odal int elekt ual, kompet ensi sosial at au modal sosial dan kompet ensi moral at au m odal moral (Zam roni, 2005: 1). Ket iga modal dasar ini merupakan kekuat an yang diperlukan oleh set iap bangsa unt uk mampu bersaing dalam era global.

(7)

7

sepert i: guru, sisw a, pengelola sekolah (Kepala Sekolah, karyawan dan Dew an/ Komit e Sekolah), lingkungan (orangt ua, masyarakat , sekolah), kualit as pembelajaran, dan kurikulum (Edy Suhart oyo, 2005: 2).

Hal serupa juga disampaikan oleh Djemari M ardapi (2011: 8) bahw a usaha peningkat an kualit as pendidikan dapat dit empuh melalui peningkat an kualit as pembelajaran dan kualit as sist em penilaian. M eningkat nya kualit as pembelajaran yang dilaksanakan di berbagai jenjang pendidikan akan mampu meningkat kan kualit as pendidikan. Usaha peningkat an kualit as pendidikan akan berlangsung dengan baik manakala didukung oleh kompet ensi dan kemauan para pengelola pendidikan unt uk melakukan perbaikan secara t erus-menerus menuju kearah yang lebih baik. Dengan dem ikian, inovasi pendidikan secara berkesinambungan dalam program pendidikan t ermasuk program pembelajaran merupakan t unt ut an yang harus segera dilaksanakan.

B. Pengertian Nasionalisme

Nasionalisme Indonesia t ent u saja t idak muncul secara sert a mert a namun, melalui proses pergulat an sosial-budaya dan polit ik jangka panjang. Nasionalisme Indonesia muncul abad XX yang dipengaruhi dari budaya polit ik Hindia Belanda maupun India.

Secara et imologis, kat a nasionalisme berasal dari kat a nat ionalism dan nat ion dalam bahasa Inggris, yang dalam st udi semant ik Guido Zernat t o, (1944) dalam Sulfikar Amir (2007), kat a nat ion t ersebut berasal dari kat a Lat in

nat io yang berakar pada kat a nascor yang bermakna ’saya lahir’, at au dari kat a

(8)

8

M endefiniskan nasionalisme bukanlah hal yang mudah, M ax Weber pun nyaris frust rasi manakala harus memberikan t erminologi sosiologis t ent ang makna nasionalisme. Pada sebuah art ikel singkat yang dit ulis Weber pada 1948, menunjukkan adanya sikap pesimist is bahw a sebuah t eori yang konsist en t ent ang konsepsi nasionalisme dapat dibangun. Tidak t ersedianya rujukan mapan yang dapat dijadikan dasar dan pegangan dalam memahami nasionalisme hanya akan menghasilkan persepsi yang dangkal. Bagaimanapun bent uk penjelasan t ent ang nasionalisme, baik it u dari dimensi kekerabat an biologis, et nisit as, bahasa, maupun nilai-nilai kult ur, menurut Weber, hanya akan berujung pada pemahaman yang t idak komprehensif. Kekhaw at iran Weber ini w ajar mengingat komit mennya t erhadap epist emologi modernisme yang mencari penget ahuan universal. Termasuk dua bapak ilmu sosial Karl M arx dan Emile Durkheim pun t idak menaruh perhat ian serius pada isu nasionalisme w alau t ent u saja pemikiran mereka banyak mengilhami penjelasan t ent ang fenomena nasionalisme (Sulfikar Am ir, 2007).

Terminologi polit ik mendefinisikan nasionalisme sebagai prinsip yang mencakup prinsip kebebasan, kesat uan, kesamarat aan, sert a kepribadian selaku orient asi nilai kehidupan kolekt if suat u kelompok dalam usahanya merealisasikan t ujuan polit ik yakni pembent ukan dan pelest arian negara nasional. Nasionalisme dalam kont eks Indonesia, sepert i yang dijelaskan Kart odirdjo (1994: 4) pada aw al pergerakan nasional dapat difokuskan pada masalah kesadaran ident it as, pembent ukan solidarit as melalui proses int egrasi dan mobilisasi lew at organisasi.

C. Pers dalam kajian historis

(9)

9

Sejaraw an membagi periode sejarah pers Idonesia dalam t iga babak pent ing, pert am a berlangsung sejak koran pert ama t erbit (1744) hinggga 1854, kedua berlangsung sejak 1854-1908, dan ket iga adalah masa set elahnya. Perkembangan pers di Indonesia saat ini t idak bisa lepas dari pengaruh kolonial (Agung Dw i Hart ant o & Rhoma Dw i Aria,dkk, 2007, ix)

Perkembangan pers erat kait annya dengan perkembangan mesin cet ak yang fungsinya menggandakan infomasi unt uk perluasan komunikasi. Set elah seabad mesin cent ak muncul, barulah koran pert ama Bat aviashe Nouvelles muncul sebagai koran t ert ua di nusant ara. Nam un, koran yang didirikan Jan Erdman Jordens ini hanya bert ahan dua t ahun dan t ut up pada 7 Juni 1946 (Agung Dw i Hart ant o & Rhoma Dw i Aria,dkk, 2007, ix). Penut upannya karena adanya kekhaw at irant erhadap berit a-berit a yang membaw a pandangan liberal yang t ent u saja akan berpengaruh t erhadap kest bilan polit ik kolonial di nusant ara.

Set elah penjajahan Inggris berakhir, pada t ahun 1828 t erbit koran

Bat aviasche Courant. Sejak it u pesebaran koran m eluas dan koran-koran sw ast a pun berm unculam. Babak ini dicirikan dengan munculnya koran put ih, yait u koran pemerint ah. Hal ini dilakukan sebagai upaya ont rol sosial dan polit ik pemerint ah t erhadap masyarakat .

Periode babak kedua, pada 1854 munculah kelonggaran t erhadap pers. Apalagi set elahnya munculah polit ik et ik yang t urut memberikan angin kebebasan t erhadap pers. Pada babak ini pengusahaan pers t idak hanya mut lak pers t erbit an pemerint ah.

(10)

10 BAB III

M ETODOLOGI PENELITIAN

Penelit ian ini akan menggunakan met ode penelit ian sejarah, dengan t ahapan (Louis Got t schalk, 2008: 42): (1) Pemilihan objek, (2) Heurist ik (menent ukan sumber sejarahnya), (3) Krit ik (mempelajari sumber sejarah), (4) Int erpret asi, (5) Penulisan.Tahapan penelit ian bisa dijelaskan sebagai berikut :

A = Heurist ik & Krit ik

B = Eksplanasi/ penulisan

C= Apakah t ulisan obyekt if?

(11)

11

Tahapan heurist ik at au pengumpulan sumber t idak jauh berbeda dengan kegiat an bibliografis yang lain, menyangkut buku-buku yang dicet ak. Sumber yang digunakan dalam pebelit ian ini eliput i sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer yang dimaksud adalah sumber yang dicerit akan orang yang hidup pada periode yang sama dengan kejadian (sezaman) dan at au saksi mat a (Gilbert J. Garraghan, 1957: 104). Sumber primer yang digunakan dalam riset ini t erdiri dari dokumen sezaman, koran at au surat kabar sezaman, dan w aw ancara.

Sumber sekunder, sumber yang diproduksi oleh orang yang hidup set elah w akt u kejadian, kejadian yang dilaporkan/ kesaksian yang bukan merupakan saksi pandangan mat a, orang yang t idak hadir dalam persit iw a t ersebut (Suhart ono W. Pranot o, 2010: 33) akan digunakan dalam penelit ian ini. Sumber sekunder yang digunakan meliput i buku-buku dan referensi t erkait dengan t ema penelit ian ini.

Set elah semua dat a t erkumpul langkah selanjut nya adalah melakukan krit ik sumber. Krit ik sumber t erdiri dari krit ik ekst ern (ot ensit as dokumen) dan krit ik int ern (kredebilit as isi dokumen). Set elah dilakukan int epret asi t ahap berikut nya adalah hist oriografi.

Sumber diperoleh melalui dokumen arsip nasional dan perpust akaan nasional di Jakart a. Salah sat u dokumen t ersebut meliput i surat kabar Fadjar Asia

dan Hindia Baroe dalam bent uk micro film.

(12)

12 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. M ENGENAL PRIBADI AGUS SALIM

“ Banyak sekali yang dapat dilakukan oleh (Agus) Salim sebagai dokt er unt uk rakyat nya. Dan sesungguhnyalah, adalah idaman Salim unt uk bekerja unt uk rakyat kit a! Kit a hidup, kit a berharap, dan kit a berdoa unt uk pem uda Salim ! ”1

Nama lahirnya adalah M asyudul Haq yang berart i “ pembela kebenaran” . Agus Salim dilahirkan pada t anggal 8 Okt ober 1884 di Kot o Gadang, sebuah

nagari (desa) yang t erlet ak t idak jauh dari Bukit t inggi, Sumat era Barat .2 Pada akhirnya nant i, si anak M inang ini akan m uncul sebagai salah sat u t okoh yang paling berpengaruh dalam riw ayat perjalanan sejarah bangsa Indonesia.

Berbicara mengenai Agus Salim , maka kit a akan berkenalan dengan sosok begaw an serba bisa yang menempat kan diri sebagai pionir dalam banyak hal. Agus Salim adalah seorang pem impin, pejuang, jurnalis, ulama, guru, polit isi, negaraw an, diplomat , ahli pidat o, pujangga, sert a seorang pemikir. Agus Salim berperan sebagai bapak dari semua bapak bangsa yang t elah bersama-sama berjuang hingga t erw ujudnya negara Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat . Direktur Pendidikan Hindia Belanda) tertanggal 24 Juli 1903. Kartini sebenarnya memperoleh beasiswa pendidikan ke Belanda, namun ia tidak bisa berangkat karena tidak mendapat izin dari orangtuanya. Kartini meminta kepada Nyonya Abendanon agar beasiswa tersebut diberikan kepada Agus Salim, tapi Agus Salim menolak tawaran itu.

2

Mukayat, 1981. Haji Agus Salim, The Grand Old Man of Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, h. 2.

3

(13)

13

Buya Hamka, seharusnya sangat bersyukur bisa memiliki sosok ist imew a sepert i Agus Salim. Simak t ut ur kekaguman Buya Hamka t erhadap Agus Salim:

“ Bila kit a membicarakan manusia Agus Salim, kit a t eringat seorang pujangga, seorang filosof, seorang w art aw an, seorang orat or, seorang polit ikus,seorang pem impin rakyat , seorang ulama. Jarang-jarang Tuhan memberikan manusia semacam it u ke dalam alam ini, apalagi kepada suat u bangsa.”4

Bukan hanya Buya Hamka seorang yang menyemat kan pujian. Jajaran t okoh bangsa lainnya pun melont arkan sanjungan serupa. Sukarno menyebut Agus Salim sebagai orangt ua berjiw a besar yang sangat dihormat inya. “ The

Grand Old M an Haji Agus Salim adalah seorang ulama dan int elek. Saya pernah meneguk air yang diberikan oleh Haji Agus Salim, sambil duduk ngelesot di baw ah kakinya,” aku Presiden Republik Indonesia pert ama it u.5

H.B. Jassin, dedengkot nya sast ra Indonesia, t ernyat a juga mengagumi sepak-t erjang seorang Agus Salim. “ Ia t ernyat a t idak hanya membaca buku-buku polit ik dan agama saja, melainkan juga buku-buku sast ra dan filsafat . Adalah aneh, seorang t okoh agama sepert inya menyenangi buku-buku Niet zsche, filsuf Jerman yang dianggap at heis it u,” ungkap Jassin.6

Dalam beberapa hal, Agus Salim adalah m anusia yang sempurna, set idaknya it ulah yang diyakini oleh budayaw an Ridw an Saidi. Punya kemampuan yang mumpuni di banyak bidang memang menjadi keist imew aan sekaligus ciri khas dari Agus Salim " Ia adalah t okoh nasional yang memiliki secara sempurna kemampuan berpikir, memimpin, menulis, sekaligus berbicara,” kat a Ridw an Saidi.7

4

Buya Hamka, “Haji Agus Salim Sebagai Sastrawan dan Ulama”, dalam Panitia Buku Peringatan, 1996. 100 Tahun Haji Agus Salim. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, h. 255.

(14)

14 B. AGUS SALIM DAN PERS PERGERAKAN

“ Pers m enjadi alat penyiaran faham dan pikiran yang amat berpengaruh, m enanggung sat u kewajiban yang sangat pent ing berhadapan dengan nasib bangsa dan t anah air.”8

Salah sat u ciri perjuangan Agus Salim adalah pergerakan melalui t ulisan, yang kemudian dimuat dan dit erbit kan dalam lembaran koran. Surat kabar memang menjadi media yang cukup ampuh unt uk melaw an penindasan kolonial, selain t et ap bergerak melalui organisasi. Bahkan, hampir semua organisasi di era pergerakan nasional menggunakan surat kabar sebagai media propagandanya.

Agus Salim dikenal sebagai “ serigala t ua” lant aran kepiaw aiannya dalam berkat a-kat a. Selain mahir berorasi, Agus Salim juga cakap dalam berdebat . Sepert i serigala, auman kat a-kat a Agus Salim mampu membungkam sasarannya dengan t epat t anpa menimbulkan kekeruhan suasana. Wakil Presiden RI pert ama, M ohammad Hat t a, mengakui hal it u:

“ Sikapnya yang t angkas it u memberikan garam dalam ucapannya. Biasanya t erdapat dalam perdebat an at au t ulisan yang menangkis serangan law an at au dalam pert ukaran pikiran yang berisikan lelucon. Di sit ulah t erdapat apa yang dikat akan orang dalam bahasa Belanda: redaksi Volkslect uur sebagai penerjemah. Pada akhirnya nant i, Agus Salim kerap

8

Salah satu petuah Agus Salim yang dimuat dalam suratkabar, dikutip dari Solichin Salam, 1961. Hadji Agus Salim, Hidup dan Perjuangannya. Jakarta: Djajamurni, h. 112.

9

Kata Mohammad Hatta tentang Agus Salim, dikutip dari: St Sularto, (ed.), 2004. H. Agus

Salim (1884-1954): Tentang Perang, Jihad, dan Pluralisme. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, h.

(15)

15

t erlibat dalam keredaksian, bahkan menggagas penerbit an seabrek media pergerakan.

M enurut Agus Salim, pers sangat pent ing unt uk menyampaikan kebenaran, t ermasuk unt uk menyiarkan m isi perjuangan. Ket ika bergabung dengan Sarekat Islam (SI), Agus Salim mencet uskan gagasan bahw a SI perlu mempunyai media propaganda unt uk menyebarkan visi, m isi, dan agenda programnya kepada rakyat . “ Unt uk menyebarluaskan cit a-cit a perjuangan Sarekat Islam kit a memerlukan alat , yait u surat kabar, supaya rakyat menget ahui t ujuan dan cit a-cit a Sarekat Islam,” t andas Agus Salim.

Oet oesan Hindia adalah salah sat u media milik SI yang menjadi kendaraan perang Agus Salim dalam menyampaikan hasrat dan ide-idenya. Pada t ahun 1917, Agus Salim dipercaya unt uk memimpin keredaksian surakabar Nerat ja, menggant ikan Abdul M uis yang digusur paksa oleh pemerint ah kolonial. Pihak penguasa menganggap, M uis t elah membaw a Nerat ja menjadi media oposisi yang membenci pemerint ah. 10

Alih-alih bersikap lunak, di baw ah kepem impinan Agus Salim, Nerat ja just ru lebih t rengginas dan bert ambah krit is dalam menyikapi berbagai kebijakan pemerint ah kolonial. Bahkan, melalui Nerat ja, Agus Salim membuka kesadaran rakyat Indonesia unt uk mulai merint is apa yang disebut zelfbest uur alias pemerint ahan sendiri.11 Dengan kat a lain, Agus Salim dan Nerat ja memberikan pencerahan kepada bangsa Indonesia unt uk mew ujudkan cit a-cit a kemerdekaan. M eskipun kerap kena t ikam Agus Salim melalui t ulisan-t ulisannya di Nerat ja, Ismanto (ed.), 2007. Tanah Air Bahasa, Seratus Jejak Pers Indonesia. Jakarta: Indonesiabuku, h. 64.

11

Neratja adalah salah satu suratkabar pergerakan yang mulai terbit sejak tahun 1917. Agus Salim dan Abdul Muis adalah dua tokoh pergerakan yang berperan besar di balik keredaksian

Neratja. Lihat: Rhoma Dwi Aria Yuliantri, “Neratja, Didik Nasionalisme Lewat Jalan

Pendidikan”, dalam Muhidin M. Dahlan (ed.), 2008. Seabad Pers Kebangsaan (1907-2007):

(16)

16

yang manis dan elegan namun t et ap sinis dan membuat para pejabat kolonial hanya bisa gigit jari karena gereget an.

Sepak-t erjang Agus Salim di Nerat ja kont an membuat pihak penguasa gerah. Pemerint ah kolonial pun menaw arkan kepada Agus Salim bahw a mereka bersedia membeli ribuan eksemplar Nerat ja. Akan t et api, t aw aran menggiurkan t ersebut dit olak ment ah-ment ah oleh Agus Salim yang t idak ingin daya krit isnya di Nerat ja t ergadaikan hanya lant aran im ing-im ing uang.

Selanjut nya, Agus Salim duduk di jajaran keredaksian surat kabar milik SI bernama Bandera Islam yang t erbit sejak t ahun 1923. Agus Salim mengurusi biro

Bandera Islam unt uk w ilayah Bat avia sekaligus menjadi pengampu rubrik “ Loear Hindia” dan “ Pergerakan Islam” .12

Sejak t anggal 2 Januari 1925, Agus Salim memimpin penerbit an surat kabar Hindia Baroe. Koran ini sebenarnya adalah media “ t idak resmi” SI yang dijadikan kuda t unggangan oleh Agus Salim unt uk menyampaikan segenap gagasan yang memenuhi alam pikirannya.13

Fadjar Asia menjadi pelabuhan Agus Salim selanjut nya. Penerbit an surat kabar ini beraw al dari usaha dw it unggal pucuk pimpinan SI, yakni Agus Salim dan H.O.S. Cokroaminot o yang mendirikan sebuah usaha percet akan bernama N.V. Drukkerij, Uit gevers en Handel-M aat schapij pada November 1927.

14

Usaha percet akan dan penerbit an inilah yang kemudian mencet ak surat kabar

12

Bandera Islam adalah media propaganda milik SI yang diterbitkan dari Yogyakarta. Salah satu tugas Agus Salim di Bandera Islam adalah mengampu rubrik ”Pergerakan Islam” bersama H.O.S. Cokroaminoto. Selain itu, keredaksian Bandera Islam juga dihuni oleh para tokoh pergerakan terkemuka seperti Sukarno, Mr. Sartono, Suryopranoto, dan lain-lain. Lihat: Iswara N. Raditya, ”Bandera Islam, Patok-patok Merukunkan Islam”, dalam Muhidin M. Dahlan (ed.), 2008.

Seabad Pers Kebangsaan (1907-2007): Bahasa Bangsa, Tanah Air Bahasa. Jakarta:

(17)

17

Fadjar Asia yang t erbit at as sumbangan dana dari Raja Saudi Arabia berkat jejaring relasi yang dirint is oleh Agus Salim.15

Tak main-main, Agus Salim kerap melakukan invest igasi sebelum menuliskannya di Fadjar Asia. Ia keluar-masuk ke pedalaman Jaw a, Sumat era, hingga Kalimant an unt uk melihat secara langsung kondisi yang t erjadi di ranah akar rumput . Di lapangan, Agus Salim menem ukan banyak kasus mengenai kesew enang-w enangan kaum kolonial, t ermasuk t ent ang nasib para pekerja perkebunan akibat kebijakan erfpacht yang dit erapkan oleh pemerint ah kolonial.16 segenapnja oent oek perlombaan di medan ekonomi, direbut , dirampas daripada ra’jat ! Padahal ra’jat dengan ket akoet an dan kebodohannja t idak pandai mempert ahankan kekajaan dan modal kit a sebangsa it u! ”17

Tulisan Agus Salim yang dimuat di Fadjar Asia it u t ernyat a dibaca oleh para pengurus Him punan Serikat Buruh Belanda, yang bermarkas di negeri Belanda. Perhimpunan t ersebut kemudian sepakat unt uk mengangkat Agus Salim sebagai penasehat penuh dalam Konferensi Buruh Sedunia (ILO) yang berlangsung di Jenew a pada t ahun 1929 dan 1930.

Dengan demikian t erbukt i sudah apa yang pernah dikat akan Agus Salim mengenai fungsi pers. Krit ik sosial yang paling ampuh adalah lew at media pers,

15

Agus Salim punya hubungan baik baik dengan Raja Saudi Arabia setelah keduanya bertemu dalam gelaran Muktamar Alam Islami pada tahun 1927. Agus Salim sempat berdialog dengan Raja Saudi Arabia, yang kemudian terkesan atas cita-citanya untuk menyadarkan rakyat Indonesia agar terbebas dari cengkeraman bangsa Barat.

16

Erfpacht adalah kebijakan yang bertujuan merangsang pemodal-pemodal Eropa untuk mengembangkan usaha di Hindia Belanda. Kebijakan yang sangat merugikan petani pribumi ini mulai diterapkan pada 1870, setelah berakhirnya era cultuurstelsel (tanam paksa).

17

(18)

18

apalagi di era pergerakan nasional di mana pers pribumi mulai t um buh dan membangkit kan kesadaran sosial rakyat Indonesia.18

Dalam pandangan Agus Salim, pers memberi medan yang lapang unt uk menyiarkan pendapat dan pandangan yang t ulus dan ikhlas at as semua perist iw a yang menyangkut kepent ingan umum dan pokok-pokok persoalan yang berasaskan kemanusiaan, keadilan, kesopanan m oral, dan keput usan dari segala pihak.

Akan t et api, lanjut Agus Salim, jika disalahgunakan, pers juga bisa menjadi mat a pisau yang merugikan. Bahkan, Agus Salim menyebut ada pihak-pihak yang sudah secara t erbuka menggunakan pers unt uk mempengaruhi dunia dem i kekuasaan dan uang.

C. AGUS SALIM DAN NASIONALISM E

" Daripada Indonesia diberikan kepada Belanda, lebih baik saya bakar m usnah pulau ini! "19

Agus Salim banyak mencet uskan gagasan mengenai nasionalisme, baik yang dihasilkan dari pemikirannya sendiri maupun ide yang dirumuskan bersam a rekan-rekan seperjuangannya sepert i Cokroam inot o, Abdul M uis, Sukarno, Kart osuw iryo, dan lain-lain. Selain diungkapkan melalui pidat o dalam berbagai forum , ide Agus Salim t ent ang nasionalisme ini banyak pula yang disiarkan lew at surat kabar.

Ide nasionalisme yang dicet uskan oleh Agus Salim diarahkan kepada gagasan unt uk membent uk pemerint ahan sendiri at au zelfbest uur. Dengan kat a lain, Agus Salim memberikan pencerahan sekaligus kesadaran kepada segenap rakyat Indonesia unt uk memperjuangkan cit a-cit a kemerdekaan dan lepas dari

18

Ahmat Adam, 2003. Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, h. 183.

19

Kata Agus Salim seperti dikutip dari: Pramoedya Ananta Toer, 2001. Kronik Revolusi

(19)

19

penjajahan, sepert i yang t ermakt ub dalam t ulisan Agus Salim yang dimuat di

Fadjar Asia berikut ini:

“ Tjoekoep, apabila orang bangsa kit a at au sat oe golongan orang kit a mengandoeng dan melahirkan t jit a-t jit a kemerdekaan bangsa kit a, lepasnja bangsa kit a daripada perhambaan kepada pemerint ah asing! ”20

Kesengsaraan yang dialami oleh rakyat Indonesia akibat penjajahan bangsa asing sejak zaman VOC pun menjadi sorot an Agus Salim. Dari masa ke masa, rakyat Indonesia selalu dirugikan oleh kebijakan kaum kolonial. Agus Salim pun menggugat lew at Fadjar Asia:

“ Alhasil, sebagai doeloe dalam masa V.O.C. dan dalam zaman

Cult uurst elsel, demikianlah sampai sekarang ini part ij Belanda djadjahan ini t idaklah masoek hit oengannja nasib at au perasaan djadjahan, ket joeali sebagai machloek at au benda jang bergoena at au jang mendjadi rint angan oent oek keperloean mereka, Belanda djadjahan, it oe! ”21

Beragam kebijakan yang diberlakukan kaum kolonial di negeri jajahannya hanya akan merugikan rakyat di negeri it u. Kebijakan kolonial semat a-mat a hanya mengunt ungkan bagi bangsa asing, t idak unt uk rakyat . Padahal, kat a Agus Salim, rakyat negeri jajahan, t ermasuk Indonesia, sangat mendambakan t erw ujudnya kemerdekaan.

“ M aka st elsel pemerint ahan t anah djadjahan sebagai jang disaksikan oleh per-kemenoesiaan hingga kini, boehanja t a’ lain melainkan kemoendoeran ra’jat djadjahan at au set idak-t idaknja memperlambat kan perdjalanan kemadjoean ra’jat it oe oent oek ment japai t jit a-t jit anya, ja’ni: Kemerdekaan! ”

“ St elsel pemerint ahan semacam ini ialah semat a-mat a pemerint ahan dari orang asing, bagi orang asing, dan oleh orang asing. Kekajaan t anah djadjahan dibaw a oleh kapit aal asing ke negerinya, sambil meninggalkan ra’jat djadjahan jang mendjadi papa dan miskin.”22

20

Agus Salim, “Pemerintah Ketjoerigaan dan Sewenang-wenang Kekoeasaan”, dalam

Fadjar Asia, 2 Agustus 1928.

21

Agus Salim, “Keradjaan dan Djadjahan”, dalam Fadjar Asia, 2 Juli 1928.

22

(20)

20

Selama ini, rakyat selalu dibodohi dan diancam oleh t ekanan dari kaum kolonial agar t idak t erbesit pikiran unt uk merdeka. Oleh karena it u, Agus Salim berpendapat bahw a rakyat harus memperoleh pencerahan agar segera sadar bahw a gagasan nasionalisme adalah salah sat u fakt or t erpent ing unt uk melepaskan diri dari belenggu penjajahan.

Rakyat Indonesia, kat a Agus Salim, mendapat kan hak-haknya unt uk merint is cit a-cit a sebagai bangsa yang merdeka. Kemerdekaan bagi Agus Salim adalah sesuat u yang harus diperjuangkan dan menjadi buah manis dari hasil perjuangan it u. Kemerdekaan bukanlah hadiah dari kaum penjajah.

“ Hak-hak ra’jat t idak ada yang diperoleh karoenia belaka daripada pemerint ah, melainkan t iap-t iap hak it oe hasil oesaha ra’jat at au kemadjoean ra’jat it oe djoea adanja.”23

Oleh karena it u, Agus Salim memint a kepada seluruh rakyat Indonesia unt uk menanamkan rasa cint a t anah air yang sedalam-dalamnya, demi t erw ujudnya kemerdekaan yang t elah lama diidam-idamkan. Rakyat Indonesia, t andas Agus Salim, harus bersat u jika ingin lepas dari penjajahan. Singkat kat a, nasionalisme adalah harga mat i!

“ Ia, nat ionalisme kit a, jang oleh biroe-biroenja goenoeng, oleh molek-moleknja ladang, oleh segarnja air jang sehari-hari kit a m inoem , oleh njamannja nasi jang sehari-hari kit a makan, mendjoendjoeng t anah air Indonesia dimana kit a akan mat i it oe mendjadi Iboe kit a jang haroes kit a abdi dan haroes kit a ham bai.”24

23

Agus Salim, “Hak Berserikat dan Berkoempoelan”, dalam Pitut Soeharto & Zainoel Ihsan, (eds.), 1981. Aku Pemuda Kemarin di Hari Esok. Jakarta: Jayasakti, h. 75.

24

(21)

21 D. Agus Salim dan Pendidikan

“ Sangkaan orang-orang it u sesungguhnya keliru. Pujian orang bahw a aku luar biasa pandai adalah berlebihan, karena mungkin mereka t ak pernah melihat aku menekuni pelajaran di rumah.”25

Jangan berbicara soal pendidikan dengan Agus Salim, karena ia adalah jagonya. Sejak kecil, Agus Salim sudah t erkenal cerdas luar biasa. Bayangkan saja, ia menjadi lulusan t erbaik HBS26 se-Hindia Belanda, mengalahkan anak-anak Eropa yang kebanyakan menjadi sisw a di sekolah menengah bikinan pemerint ah kolonial it u.27 Terlebih lagi, Agus Salim menguasai banyak sekali bahasa asing sehingga banyak orang yang t erheran-heran kepadanya.

Kecerdasan Agus Salim semasa muda bahkan sudah t erkenal di seant ero Hindia Belanda. Raden Ajeng Kart ini, sang pendekar kaum w anit a it u, bahkan rela mengalihkan beasisw a sekolah kedokt eran ke Belanda yang diperolehnya kepada Agus Salim. Kart ini menyampaikan permohonan kepada pemerint ah kolonial unt uk melimpahkan beasisw anya kepada Agus Salim. Inilah kut ipan surat Kart ini t ert anggal 24 Juli 1903 kepada Ny. Abendanon di mana Kart ini memint a agar surat ini dit eruskan kepada J.H. Abendanon, Direkt ur Pendidikan Belanda:

Saya punya suat u perm ohonan yang pent ing sekali unt uk Nyonya, t api sesungguhnya perm ohonan it u dit ujukan kepada Tuan (Abendanon). M aukah Nyonya m eneruskannya kepadanya?

Kam i t ert arik sekali kepada seorang anak m uda, kam i ingin m elihat dia dikaruniai bahagia. Anak muda it u nam anya Salim , dia orang Sum at era asal Riau, yang dalam t ahun ini m engikut i ujian penghabisan sekolah m enengah HBS, dan ia keluar sebagai juara. Juara dari pert ama dari ket iga-t iga HBS!

Anak m uda it u ingin sekali pergi ke Negari Belanda unt uk belajar m enjadi dokt er. Sayang sekali, keadaan keuangannya t idak m em ungkinkan. Gaji ayahnya cuma F 150,- sebulan.

25

Panitia Buku Peringatan, 1996. 100 Tahun Haji Agus Salim. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, h. 37.

26

Hogeereburger School (HBS) adalah sekolah menengah (setingkat SMP) dalam sistem pendidikan kolonial Hindia Belanda. Para siswa HBS adalah anak Eropa/Belanda dan anak-anak pribumi dari kalangan bangsawan terkemuka.

27

(22)

22

Jika dikehendaki, rasanya m au dia bekerja sebagai kelasi di kapal, asal saja boleh ia berlayar ke Negeri Belanda.

Tanyakan pada Hasim t ent ang anak muda it u. Hasim kenal dia; pernah m endengar anak m uda it u bicara di St ovia. Nam paknya dia seorang pem uda yang hebat yang pant as diberi bant uan.

Ket ika kam i m endengar t ent ang dia dan cit a-cit anya, m uncul kam i akan hilang lenyap saja, t ak t erpakai?

Apakah t ak mungkin orang lain m enikm at i m anfaat nya? Gubernem en m enyediakan unt uk kam i berdua sejum lah uang sebesar 4800 gulden guna penyelesaian pendidikan kam i. Apakah t idak bisa uang it u dipindahkan kepada orang lain yang juga perlu dibant u, m ungkin lebih banyak kepent ingan daripada kam i! Alangkah indahnya andai pem erint ah bersedia m em biayai seluruh pendidikannya yang berjum lah kira-kira 8000 gulden. Bila t ak m ungkin, kam i akan bert erim a kasih, seandainya Salim dapat m enerim a jum lah 4800 gulden yang disediakan unt uk kam i it u. Unt uk sisa kurangnya kam i dapat m em int a bant uan orang lain.

Ah, biarkan dia m enikmat i kesenangan it u, kesenangan yang sudah lam a kam i dam bakan, t api yang kini diraih lepas dari jangkauan kam i. Berikan kam i rasa bahagia dengan m em bahagiakan orang lain yang m em punyai keinginan-keinginan, perasaan-perasaan dan cit a-cit a yang sam a dengan kam i. gandrung pada t enaga-t enaga yang langka ini!

Banyak sekali yang dapat dilakukan oleh Salim sebagai dokt er unt uk rakyat nya. Dan sesungguhnyalah, adalah idaman Salim unt uk bekerja unt uk rakyat kit a!

(23)

23

Berikanlah kam i rasa m ujur yang nikm at , yait u m enyaksikan buah perjuangan dan penderit aan kam i, t egasnya t erw ujudnya cit a-cit a Salim , selagi hayat m asih dikandung badan.

Salim sendiri t idak t ahu apa-apa; ia t idak t ahu eksist ensi kam i m alah. Yang diket ahuinya hanyalah bahwa dengan sepenuh hat i ingin ia m enyelesaikan pelajarannya, agar kem udian dapat bekerja unt uk rakyat nya. Dan ia juga sadar bahw a it u suat u idam an m ust ahil, karena ia t ak m em punyai dana.

Kam i hidup, kit a berharap dan kit a berdoa unt uk pem uda Salim !28

M eskipun peluang unt uk berangkat ke Belanda sangat besar, namun Agus Salim just ru menolak t aw aran t ersebut . Ia dan Kart ini memang t idak saling mengenal, hanya sekadar saling menget ahui sat u sama lain saja. Agus Salim t idak mau bersekolah t inggi hanya karena pemberian dari orang lain. Jikapun bisa, Agus Salim ingin agar it u diperolehnya dari usaha sendiri. “ Kalau pemerint ah mengirim saya karena anjuran Kart ini bukan karena kemauan pemerint ah sendiri, lebih baik t idak! ” t egas Agus Salim.

Keput usan yang diambil oleh Agus Salim ini juga berdasarkan pert imbangan dari Dr. Snouck Hurgronje, penasehat pemerint ah kolonial Hindia Belanda unt uk urusan pribumi. Snouck Hurgronje menyarankan kepadanya supaya t idak perlu menerima t aw aran dari Kart ini t ersebut dan just ru Belanda, yang juga dit andat angani oleh sekret aris gubernur jenderal, menaw arkan kepada saya unt uk masuk dinas luar Belanda, unt uk menempat i posisi di Jeddah, Saudi Arabia. Ket ika it u t elah t ahun 1905, padahal sejak saya lulus HBS t ahun 1903, secara prinsipiel, saya menolak unt uk menjadi pegaw ai pemerint ah kolonial di negara saya sendiri! Ayah saya menjelaskan bahw a kini yang menaw arkan pekerjaan bukan pemerint ah Hindia Belanda, melainkan pemerint ah Belanda langsung.”29

28

Surat Kartini kepada Ny. Abendanon tertanggal 24 Juli 1903.

29

Cuplikan ceramah Agus Salim di Cornell University pada tahun 1953. Di semester musim semi tahun 1953 (antara bulan Januari-Juni), Agus Salim diundang ke Amerika Serikat menjadi

(24)

24

M eskipun pernah menjadi sisw a t erpandai di HBS se-Hindia Belanda, namun Agus Salim t ampaknya t idak ingin anak-anaknya mencicipi sekolah bikinian pemerint ah kolonial. Agus Salim menganggap pendidikan kolonial sebagai “ jalan berlumpur” sehingga ia t idak mau anak-anaknya ikut t ercebur di dalamnya.

Dari ke-8 anaknya, hanya si bungsu Abdur Rachman Ciddiq yang sempat merasakan bangku sekolah, it u pun ket ika era kolonial Belanda di Indonesia t elah berakhir. Anak-anak Agus Salim lainnya dididik sendiri di rumah. Dengan demikian, konsep hom e schoolling (sekolah rumah) t ampaknya sudah dit erapkan oleh Agus Salim.

Pendidikan yang diajarkan Agus Salim di rumah kepada anak-anaknya cukup membuat orang lain t erheran-heran. Jef Last , seorang wart aw an yang juga mant an akt ivis sosialis Belanda yang pert amakali bert emu dengan Agus Salim di Amst erdam pada t ahun 1930 pernah bert anya, “ Bagaimana mungkin Islam (Islam Basari Salim , anak keenam Agus Salim) begit u fasih berbahasa Inggris kalau dia t idak pernah disekolahkan?”

Pert anyaan it u segera dijaw ab oleh Agus Salim, “ Apakah Anda pernah mendengar t ent ang sebuah sekolah di mana kuda diajari meringkik? Kuda-kuda t ua meringkik sebelum kami, dan anak-anak kuda ikut meringkik. Begit u pun saya meringkik dalam bahasa Inggris dan Islam pun ikut meringkik, juga dalam bahasa Inggris.”

Agus Salim menerapkan met ode belajar yang menyenangkan bagi anak-anaknya. Proses pembelajaran t idak harus berlangsung di dalam ruangan kelas sepert i layaknya yang berlaku di sekolah formal, namun Agus Salim sering membaw a anak-anaknya unt uk belajar di luar rum ah, at au di mana saja.

(25)

25

Pelajaran membaca, menulis, dan berhit ung diberikan secara sant ai, bahkan seolah-olah sepert i sedang bermain sehingga anak-anak Agus Salim pun dengan relat if cepat mampu menyerap mat eri yang sedang disampaikan. Unt uk ajaran budi pekert i, sejarah, dan mat eri ilmu sosial lainnya, Agus Salim lebih sering bercerit a dan cenderung melalui obrolan ringan, layaknya int eraksi ant ara ayah dan anak-anaknya di dalam keluarga. Selain it u, Agus Salim juga memberikan ruang kepada anak-anaknya unt uk bert anya sert a mengkrit ik, bahkan membant ah jika t idak sependapat dengannya. Agus Salim t idak ingin anak-anaknya hanya sekadar pasif mendengarkan t anpa adanya respon balik.

Hal yang paling ut ama dalam konsep pembelajaran yang dit erapkan Agus Salim kepada anak-anaknya adalah membaca. Agus Salim menjadikan kegiat an membaca sebagai kebiasaan dalam keluarga. Buku-buku berbahasa asing pun disediakan di perpust akaan di rumahnya unt uk dibaca.

Hasilnya sungguh mengangumkan! Kecerdasan anak-anak Agus Salim berkembang pesat , melebihi rat a-rat a anak-anak seusia mereka. Di baw ah umur 5 t ahun, mereka sudah lancar baca-t ulis. Anak sulung Agus Salim , Theodora At ia alias Dolly, sudah menyukai bacaan-bacaan yang sebenarnya menjadi kegemaran anak-anak yang berusia di at asnya, semisal kisah-kisah det ekt if Nick Cart er dan Lord List er.

Anak kedua Agus Salim, Jusuf Tew fik Salim, t elah melahap habis bacaan kisah legendaris, M ahabarat a, dalam versi bahasa Belanda. Tidak hanya sekadar membaca saja, Jusuf Tew fik Salim bahkan dengan lancar bisa menjelaskan makna t ersirat yang t erkandung di dalam kisah epos kepahlaw anan India t ersebut .

(26)

26

Apa kat a Agus Salim mengenai pendidikan di rumah yang dit erapkan kepada anak-anaknya? Dalam buku 100 Tahun Haji Agus Salim (1996) pert anyaan t ersebut t erjaw ab sudah:

“ Pelajaran di sekolah saja t idak cukup. Kit a harus belajar sendiri unt uk menambah penget ahuan dan pengalaman. Sekolah bukan sat u-sat unya t empat pendidikan, t et api salah sat u t empat pendidikan. Kalau sudah berhent i dari sekolah, pendidikan akan berjalan t erus. Pendidikan it u dimulai sejak manusia lahir, dan berakhir sampai yang bersangkut an meninggal. Pendidikan berlangsung sepanjang masa, selama manusia hidup di at as dunia ini.”

Kendat i t idak menyekolahkan anak-anaknya di lembaga pendidikan formal, bukan berart i Agus Salim ant ipat i t erhadap sekolah. Ia bahkan cukup ant usias dalam upaya pencerdasan anak bangsa. Pada t ahun 1912, Agus Salim mendirikan sekolah dasar sw ast a, Hollands Inlandse School (HIS), di kampung halamannya. Di sekolah ini berlaku at uran yang ist imew a. Anak-anak yang cerdas namun t idak mampu dibebaskan dari uang sekolah. Guru-gurunya pun mengajar dengan sukarela. M ereka hanya diberi uang lelah, dan t idak mendapat gaji.

Agus Salim t ert arik membuka sekolah formal t idak lain karena ia ingin agar anak-anak Indonesia memiliki jiw a kebangsaan yang kuat . Agus Salim sangat berharap, para anak didiknya akan menjadi pemimpin bangsa ini suat u saat nant i.

“ Bibit kebangsaan perlu dit anamkan kepada anak-anak di samping pelajaran-pelajaran lainnya. Anak-anak yang bersekolah di sini dipersiapkan unt uk menjadi pemimpin, yang akan menggant ikan pemimpin yang t elah t ua,” ujar Agus Salim mengenai sekolah yang didirikannya it u.

(27)

27

“ Islam it u bukanlah agama yang st at is t api dinamis, t idak kaku, t et api dapat mengikut i zaman sesuai dengan perkembangan zaman. Dasar agama Islam t idak boleh berubah, t et api pelaksanaan dalam masyarakat harus disesuaikan dengan kemajuan zaman,” t andas Agus Salim.

Agus Salim bahkan pernah “ membela” ajaran Krist en dalam sebuah perkara pendidikan. Pada aw al t ahun 1926, t elah t erjadi aksi mogok sekolah yang dilakukan oleh sisw a-sisw a HIS di Yogyakart a. Sepert i yang dilaporkan oleh surat kabar Sin Po, aksi t ersebut t elah membuat guru, yang kebet ulan beragama Krist en, di sekolah it u marah dan main pukul. Tak pelak, banyak surat kabar yang menyebut bahw a ajaran Krist en mengandung kekerasan. Hal it u dibant ah oleh Agus Salam melalui Fadjar Hindia:

“ Tent oe sekali kit a menget ahoei bahw a mendidik pakai t abokan it oe boekan ‘t jara Krist en’ jang berset edjoean dengan Indjilnja. Sebaliknya, agama it u yang menoehankan Christ us sedjak lahirnja ke doenia, jang t iap-t iap kersiap-t mis mendjoendjoeng dan memoedji-m oedji bagi Jezus iap-t eniap-t oelah mengadjarkan djoega t jint a kepada ana sebagaimana agama Islam jang nabinja M oehammad w akt oe anak merasai kehidoepan jat im. Boekankah didalam Indjil t ermakt oeb sabda Sang Jezus Christ us: Biarlah anak-anak dat ang kepadakoe, sebab bagi merekalah keradjaan Toehan! ”30

Dari kut ipan di at as t erlihat jelas bagaimana sikap bijak yang dit unjukkan oleh Agus Salim. Ia t idak mempersoalkan t ent ang agama, melainkan dikembalikan kepada karakt er orang it u sendiri. Orang Islam pun bisa melakukan hal serupa jika memang karakt ernya demikian. Yang salah bukan agamanya, melainkan w at ak orangnya yang harus dibenahi supaya lebih baik lagi.

Begit ulah, gaya eksent rik yang melekat pada diri Agus Salim t ernyat a juga t erlihat dalam pola kependidikannya. Agus Salim adalah orang yang pint ar dari sisi akademis dan penganut Islam yang t aat , namun ia juga seorang moderat yang t idak melihat segala sesuat u dari sudut yang sempit . The Grand

30

(28)

28

(29)

29 BAB V

PENUTUP

Agus Salim adalah sosok begaw an serba bisa yang menempat kan diri sebagai pionir dalam banyak hal. Agus Salim adalah seorang pemim pin, pejuang, jurnalis, ulama, guru, polit isi, negaraw an, diplomat , ahli pidat o, pujangga, sert a seorang pemikir. Ia akt if menulis dalam mendia surat kabar, menurut Agus Salim , pers sangat pent ing unt uk menyampaikan kebenaran, t ermasuk unt uk menyiarkan m isi perjuangan.

Agus Salim banyak m encet uskan gagasan m engenai nasionalism e, baik yang

dihasilkan dari pem ikirannya sendiri m aupun ide yang dirum uskan bersam a

rekan-rekan seperjuangannya sepert i Cokroam inot o, Abdul M uis, Sukarno, Kart osuw iryo,

dan lain-lain. Selain diungkapkan m elalui pidat o dalam berbagai forum , ide Agus

Salim t ent ang nasionalism e ini banyak pula yang disiarkan lew at surat kabar.

Ide nasionalism e yang dicet uskan oleh Agus Salim diarahkan kepada

gagasan unt uk m em bent uk pem erint ahan sendiri at au zelfbest uur. Dengan kat a lain,

Agus Salim mem berikan pencerahan sekaligus kesadaran kepada segenap rakyat

Indonesia unt uk m em perjuangkan cit a-cit a kem erdekaan dan lepas dari

penjajahanJangan berbicara soal pendidikan dengan Agus Salim , karena ia adalah

jagonya. Sejak kecil, Agus Salim sudah t erkenal cerdas luar biasa. Salah sat u ide Agus

(30)

30 REFERENSI

Agus Salim, “ Hak Berserikat dan Berkoem poelan” , dalam Pit ut Soehart o & Zainoel Ihsan, (eds.), 1981. Aku Pem uda Kemarin di Hari Esok. Jakart a: Jayasakt i.

Agus Salim, “ Keradjaan dan Djadjahan” , dalam Fadjar Asia, 2 Juli 1928.

Agus Salim, “ Pemerint ah Ket joerigaan dan Sew enang-w enang Kekoeasaan” , dalam Fadjar Asia, 2 Agust us 1928.

Agus Salim, “ Polit iek Djadjahan dan Igama” , dalam Fadjar Asia, 2 Juni 1928. Agus Salim, “ Tjint a Bangsa dan Tanah Air” , dalam Fadjar Asia, 20 Agust us 1928. Agus Salim, “ Toekang Adjar at aoe Goeroe?” , dalam Fadjar Asia, 1 Februari 1926. Agus Salim, ” Ra’jat dan Erfpacht ” , dalam Fadjar Asia, 5 Februari 1929.

Ahmat Adam, 2003. Sejarah Awal Pers dan Kebangkit an Kesadaran

Keindonesiaan. Yogyakart a: Pust aka Pelajar.

Amelz, 1952. H.O.S Tjokroam inot o: Hidup dan Perjuangannya. Jilid I. Jakart a: Bulan Bint ang.

An Ismant o (ed.), 2007. Tanah Air Bahasa, Serat us Jejak Pers Indonesia. Jakart a: Indonesiabuku.

Asvi Warm an Adam (Pengant ar) dalam Sam Winerburg. (2006). Berpikir Hist oris. Jakart a:

Obor.

Buya Hamka, “ Haji Agus Salim Sebagai Sast raw an dan Ulama” , dalam Panit ia Buku Peringat an, 1996. 100 Tahun Haji Agus Salim. Jakart a: Pust aka Sinar Harapan.

David Bourchier. (2007). Pancasila Versi Orde Baru; dan Asal M uasal Negara

Organis (Int egralist ik). Yogyakart a: PSP UGM bekerjasam dengan PSSAT dan P2D.

Depert emen Pendidikan Nasional. (2008). Kam us Besar Bahasa Indonesia Pusat

(31)

31

Floribert a Aning, 2005. 100 Tokoh yang M engubah Indonesia. Yogyakart a: Penerbit Narasi.

Gilbert J. Garraghan, S.J. (1957). A Guide t o Hist orical M et hod. New York: Fordham Universit y Press.

Isw ara N. Radit ya, ” Bandera Islam, Pat ok-pat ok M erukunkan Islam” , dalam M uhidin M . Dahlan (ed.), 2008. Seabad Pers Kebangsaan (1907-2007):

Bahasa Bangsa, Tanah Air Bahasa. Jakart a: Indonesiabuku.

Louis Got t schalk. (2008). M engert i Sejarah. Nugroho Not osusant o (t erj.). Jakart a: UI Press.

M alcolm Caldw ell & Ernst Ut recht . (1979). Sejarah Alt ernat if Indonesia. Yogyakart a: Djaman Baroe.

M uhidin M . Dahlan (ed.), 2008. Seabad Pers Kebangsaan (1907-2007): Bahasa

Bangsa, Tanah Air Bahasa. Jakart a: Indonesiabuku.

M ukayat , 1981. Haji Agus Salim , The Grand Old M an of Indonesia. Jakart a: Depart emen Pendidikan dan Kebudayaan, Direkt orat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Invent arisasi dan Dokument asi Sejarah Nasional.

Panit ia Buku Peringat an, 1996. 100 Tahun Haji Agus Salim. Jakart a: Pust aka Sinar Harapan, h. 37.

Pit ut Soehart o & Zainoel Ihsan, (eds.), 1981. Aku Pem uda Kem arin di Hari Esok. Jakart a: Jayasakt i.

Pramoedya Anant a Toer, 2001. Kronik Revolusi Indonesia, Jilid I. Jakart a: Kepust akaan Populer Gramedia.

Republika, 21 Okt ober 2001.

Rhoma Dw i Aria Yuliant ri, “ Haji Agus Salim: Krit is, Sinis, Tapi M anis” , dalam An Ismant o (ed.), 2007. Tanah Air Bahasa, Serat us Jejak Pers Indonesia. Jakart a: Indonesiabuku.

Rhoma Dw i Aria Yuliant ri, “ Hindia Baroe, Iklan M enjepit Haji Agus Salim” , dalam M uhidin M . Dahlan (ed.), 2008. Seabad Pers Kebangsaan (1907-2007):

Bahasa Bangsa, Tanah Air Bahasa. Jakart a: Indonesiabuku.

Rhoma Dw i Aria Yuliant ri, “ Nerat ja, Didik Nasionalisme Lew at Jalan Pendidikan” , dalam M uhidin M . Dahlan (ed.), 2008. Seabad Pers Kebangsaan (1907-2007):

(32)

32

Sart ono Kart odirdjo. (1990). Pem bangunan Bangsa, Nasionalism e, Kesadaran

Sejarah, dan Kebudayaan Nasional. Jakart a: Gramedia Pust aka Ut ama. Solichin Salam, 1961. Hadji Agus Salim , Hidup dan Perjuangannya. Jakart a:

Djajamurni.

St Sulart o, (ed.), 2004. H. Agus Salim (1884-1954): Tent ang Perang, Jihad, dan

Pluralism e. Jakart a: Gramedia Pust aka Ut ama.

Sulfikar Amir. (2007). Konsepsi Nasionalisme Modern. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Surat Kart ini kepada Ny. Abendanon t ert anggal 24 Juli 1903.

Suyat no Kart odirdjo. (2000). “ Teori dan M et odologi Sejarah dalam Aplikasinya” , dalam Hist orika, No.11 Tahun XII. Surakart a: Program Pasca Sarjana Pendidikan Sejarah Universit as Negeri Jakart a KPK Universit as Sebelas M aret Surakart a.

Sulfikar Amir. (2007). Konsepsi Nasionalisme Modern. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Zam roni, (2005). M engembangkan kult ur sekolah menuju pendidikan yang bermut u.

M akalah disam paikan pada Seminar Nasional M engem bangkan Kult ur Sekolah

Referensi

Dokumen terkait

The lack of significant selection when feeding on the uncontaminated (Sippewissett Marsh and Schooner Creek) and moderately contaminated (Barnegat Bay) sediments was therefore due

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.. PAGE

Peperangan yang pernah diikuti Ali bin Abi Thalib pada masa Nabi Muhammad yaitu…..

[r]

Pada hari ini,Kamis tanggal Enam bulan September tahun Dua Ribu Dua Belas Pukul 10.00-12.00 WI B bertempat di aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bondowoso, yang bertanda tangan

[r]

Pada hari ini,Kamis tanggal Enam bulan September tahun Dua Ribu Dua Belas Pukul 10.00-12.00 WI B bertempat di aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bondowoso, yang bertanda tangan

Pre-Qualification us generally a series of test to ensure that suppliers meet a minimum set of standards..