Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
(Survei pada KPP Pratama Bandung Cibeunying dilihat dari Persepsi Wajib Pajak)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
DEWI ALVIANTI RAHMAH
NIM.0808406
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2012
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
(Survei pada KPP Pratama Bandung Cibeunying dilihat dari Persepsi Wajib Pajak)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
DEWI ALVIANTI RAHMAH
NIM.0808406
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2012
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
(Survei pada KPP Pratama Bandung Cibeunying dilihat dari Persepsi Wajib Pajak)
Dewi Alvianti Rahmah
Pembimbing I: Dr. H. Nugraha, S.E, M.Si, Ak Pembimbing II: Arvian Triantoro, S.Pd, M.Si
ABSTRAK
Sejak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak telah meluncurkan program reformasi administrasi perpajakan dengan diterapkannya sistem administrasi perpajakan modern yang merupakan salah satu agenda utama dalam blue print Kebijakan DJP. Sejalan dengan hal tersebut, dibentuklah Kantor Wilayah dan KPP Pratama yang secara khusus menangani administrasi perpajakan wajib pajak berdasarkan wilayah dan kedudukan wajib pajak dalam suatu KPP Pratama. Dengan diterapkannya sistem administrasi perpajakan modern tersebut diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan sukarela dari wajib pajak.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan metode kausal melalui penelitian survei yang dilakukan pada 100 responden Wajib Pajak Orang Pribadi yang berada pada wilayah kerja KPP Pratama Bandung Cibeunying, dengan teknik pengambilan sampel secara acak. Identifikasi masalah dianalisis dengan menggunakan parameter statistik (SPSS) diantaranya adalah persamaan regresi linier berganda, koefisien determinasi, Uji F dan uji t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem administrasi perpajakan modern di KPP Pratama Bandung Cibeunying sudah berjalan dengan baik, begitupun dengan tingkat kepatuhan WPOP di KPP Pratama Bandung Cibeunying sudah menunjukkan kepatuhan yang tinggi. Secara parsial, subvariabel restrukturisasi organisasi (X1) dan pelaksanaan good governance (X4) berpengaruh
signifikan terhadap variabel kepatuhan Wajib Pajak (Y), sedangkan subvariabel penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi (X2) dan penyempurnaan manajemen SDM (X3) tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak (Y). Adapun secara simultan, penerapan sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Keempat subvariabel Sistem Administrasi Perpajakan Modern hanya memiliki variabilitas sebesar 12,8% terhadap kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Bandung Cibeunying, sedangkan sisanya yaitu 87,2% dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian.
Kata Kunci: Sistem Administrasi Perpajakan Modern, Restrukturisasi Organisasi,
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
THE EFFECT OF MODERN TAXES ADMINISTRATION
SYSTEM IMPLEMENTATION TOWARD TAXPAYERS’ LEVEL
OF COMPLIANCE
(Survey at KPP Pratama Bandung Cibeunying from Taxpayers’ Perspectives)
Dewi Alvianti Rahmah
1st Advisor Lecturer : Dr. H. Nugraha, S.E, M.Si, Ak
2nd Advisor Lecturer : Arvian Triantoro, S.Pd, M.Si
ABSTRACT
Since 2002, Taxes General Directorate has launched the program of taxes administration reform which applies modern taxes administration system which is one of main agendas in Taxes General Directorate blue print. In line with it, the Regional and Small Taxpayers’ Office are formed to handle taxpayers’ taxes administration based on the taxpayers’ region and domicile in KPP Pratama. By applying the modern system of taxes administration, it is hoped that it can improve the taxpayers’ self compliance.
This research using descriptive method and causal method, through the survey research who is tested to 100 taxpayers’ respondents which are located in KPP Pratama region Bandung Cibeunying,by using simple random sampling technique. The problem is identified through statistic parameter (SPSS) including similarity of double linier regression, determinate coefficient, F test and t test.
The result of the research shows that the implementation of modern taxes administration system in KPP Pratama Bandung Cibeunying has been applied effectively as well as the taxpayers’ level of compliance has showed high compliance. Partially, the organization reconstruction sub variable (X1) and the
good governance implementation (X4) have significant effects on the taxpayers’
compliance variable (Y), whereas business process consummation through the utilization of information and communication technology (X2) and consummation
of human resource management (X3) have not significant effects on the taxpayers’
compliance variable (Y). Simultaneously, the implementation of modern taxes administration system has significant effect on taxpayers’ level of compliance. The four sub variables of modern taxes administration system have 12,8% variability toward taxpayers’ level of compliance in KPP Pratama Bandung Cibeunying, while the rest or 87,2 % variability is described on other variables out of research model.
Key words: Modern Taxes Administration System, The Organization
vi
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 9
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Kegunaan Penelitian ... 11
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori yang Relevan ... 13
2.1.1 Perpajakan ... 14
2.1.1.1 Definisi Pajak ... 15
2.1.1.2 Fungsi Pajak ... 13
2.1.1.3 Syarat Pemungutan Pajak ... 14
2.1.1.4 Pengelompokkan Pajak ... 16
2.1.1.5 Sistem Perpajakan ... 16
2.1.2 Reformasi Perpajakan ... 17
2.1.2.1 Reformasi Administrasi Perpajakan ... 18
2.1.2.1.1 Definisi Administrasi... 18
2.1.2.1.2 Istilah Administrasi Perpajakan ... 19
2.1.2.1.3 Istilah Reformasi Administrasi Perpajakan ... 20
vii
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.1.3.1 Definisi Sistem Administrasi Perpajakan Modern ... 21
2.1.3.2 Konsep dan Tujuan Sistem Administrasi ... Perpajakan Modern ... 22
2.1.3.3 Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern ... 25
2.1.4 Kepatuhan Wajib Pajak ... 30
2.1.4.1 Dasar-Dasar Kepatuhan ... 30
2.1.4.2 Definisi Kepatuhan Wajib Pajak ... 31
2.1.4.3 Jenis-Jenis Kepatuhan Wajib Pajak ... 32
2.4.4.4 Konsep Kepatuhan Wajib Pajak ... 35
2.1.4.5 Manfaat Predikat Wajib Pajak Patuh ... 35
2.1.5 Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Moden ... terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak ... 37
2.1.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 41
2.2Kerangka Pemikiran ... 42
2.3Hipotesis Penelitian ... 48
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 50
3.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel ... 51
3.2.1 Definisi Variabel ... 51
3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 55
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 57
3.3.1 Populasi Penelitian ... 57
3.3.2 Sampel Penelitian ... 58
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 59
3.5 Uji Kualitas Data ... 62
3.5.1 Uji Validitas... 62
3.5.2 Uji Reliabilitas ... 63
viii
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.7 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 67
3.7.1 Uji Asumsi Klasik ... 67
3.7.2 Menentukan Persamaan Regresi Linier Berganda ... 70
3.7.3 Uji Koefisien Determinasi ... 71
3.7.4 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 71
3.7.5 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 75
4.1.1 Gambaran Objek Penelitian ... 75
4.1.1.1 Sekilas Tentang Kantor Pelayanan Pajak ... 75
4.1.1.2 Gambaran Umum KPP Pratama Bandung Cibeunying ... 76
4.1.1.3 Visi dan Misi KPP Pratama Bandung Cibeunying ... 78
4.1.1.4 Motto Pelayanan KPP Pratama Bandung Cibeunying .... 79
4.1.1.5 Deskripsi Pembagian Tugas per Seksi (Job Description)79 4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 82
4.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden ... 82
4.2.2 Pengujian Kualitas Data ... 83
4.2.2.1 Pengujian Validitas ... 83
4.2.2.2 Pengujian Reliabilitas ... 85
4.2.3 Deskripsi Data Variabel ... 85
4.2.3.1 Deskripsi Data Variabel X1 ... 86
4.2.3.2 Deskripsi Data Variabel X2 ... 90
4.2.3.3 Deskripsi Data Variabel X3 ... 94
4.2.3.4 Deskripsi Data Variabel X4 ... 98
4.2.3.5 Deskripsi Data Variabel Y... 102
ix
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.2.3.7 Deskripsi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak pada ...
KPP Pratama Bandung Cibeunying... 111
4.3 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 113
4.3.1 Uji Asumsi Klasik ... 113
4.3.2 Menentukan Persamaan Regresi Linier Berganda ... 116
4.3.3 Uji Koefisien Deteminasi ... 118
4.3.4 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 119
4.3.5 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 120
4.3.5.1 Pengaruh Restrukturisasi Organisasi (X1) ... terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y) ... 120
4.3.5.2 Pengaruh Penyempurnaan Proses Bisnis Melalui ... Pemanfaatan Teknologi Komunikasi dan Informasi (X2) terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y) ... 121
4.3.5.3 Pengaruh Penyempurnaan Manajemen SDM (X3) ... terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y) ... 122
4.3.5.4 Pengaruh Pelaksanaan Good Governance (X4) ... terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y) ... 122
4.3.6 Uji Signifikansi dengan Metode Trimming ... 123
4.3.6.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) dengan ... Metode Trimming ... 123
4.3.6.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) dengan ... Metode Trimming ... 125
4.3.7 Menentukan Persamaan Regresi Linier Berganda (Trimming).. 125
4.3.8 Uji Koefisien Determinasi (Trimming) ... 126
x
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 131
5.2 Saran ... 132
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Ringkasan APBN tahun 2005-20102 (dalam miliar rupiah)... 2
Tabel 1.2 Perkembangan Penerimaan Perpajakan Periode 2008-2010 ... (dalam milyar rupiah) ... 2
Tabel 1.3 Perkembangan PPh Wajib Pajak Badan dan WPOP Tahun 2008-2010... (dalam milyar rupiah) ... 3
Tabel 1.4 Rasio Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam Melaporkan SPT... Tahun Pajak 2008-2012 pada KPP Pratama Bandung ... 5
Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu ... 41
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 56
Tabel 3.2 Scoring Opsi Jawaban Kuesioner ... 61
Tabel 3.3 Pengklasifikasian untuk Setiap Item Pernyataan ... 66
Tabel 4.1 Jumlah Pegawai dalam Tiap Seksi ... 80
Tabel 4.2 Karakteristik Responden ... 81
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Variabel X1 ... 82
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Variabel X2 ... 83
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel X3 ... 83
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Variabel X4 ... 83
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Y ... 83
Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas ... 84
Tabel 4.9 Adanya pembagian fungsi (tugas) yang jelas pada KPP ... (fungsi pelayanan, pemeriksaan, penagihan, dll) ... 85
Tabel 4.10 KPP lebih mengedepankan pelayanan secara lebih sistematis ... dan fleksibel... 86
Tabel 4.11 Account Representative (AR) memberikan bimbingan/konsultasi ... perpajakan kepada Wajib Pajak... 86
xii
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.13 Melakukan pelayanan perpajakan secara lebih komunikatif ... 87
Tabel 4.14 Melakukan pemeriksaan pajak secara teratur ... 88
Tabel 4.15 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai ... Restrukturisasi Organisasi (Variabel X1) ... 88
Tabel 4.16 Kriteria Pengklasifikasian Variabel X1,X2,X3 ... 90
Tabel 4.17 Prosedur administrasi/birokrasi tidak berbelit-belit ... 91
Tabel 4.18 Adanya penyederhanaan prosedur administrasi perpajakan ... 91
Tabel 4.19 Proses administrasi perpajakan berjalan cepat dan mudah... 92
Tabel 4.20 Memproses data administrasi perpajakan melalui komputerisasi ... 92
Tabel 4.21 Menyediakan fasilitas secara online dalam ... melaksanakan kewajiban perpajakan ... 93
Tabel 4.22 Adanya monitoring langsung dari pihak KPP dalam ... penanganan perpajakan ... 93
Tabel 4.23 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai ... Penyempurnaan Proses Bisnis Melalui Pemanfaatan Teknologi ... 94
Komunikasi dan Informasi (Variabel X2)... Tabel 4.24 AR memiliki kehandalan dalam mengatasi masalah Wajib Pajak ... 95
Tabel 4.25 AR memberikan bantuan pada Wajib Pajak dalam memperoleh ... penegasan dan konfirmasi masalah perpajakan ... 95
Tabel 4.26 Aparatur KPP bekerja dengan cepat dalam ... mengakses laporan perpajakan ... 96
Tabel 4.27 Aparatur KPP tanggap dan cekatan dalam menangani ... masalah Wajib Pajak ... 96
Tabel 4.28 Aparatur KPP bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata secara sopan ... 97
Tabel 4.29 Aparatur KPP memberikan informasi yang jelas, lengkap, ... dan benar mengenai hak dan kewajian Wajib Pajak ... 97
Tabel 4.30 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Penyempurnaan ... Manajemen Sumber Daya Manusia (Variabel X3) ... 98
xiii
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.32 Aparatur KPP memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya... 99
Tabel 4.33 Complaint Centre menampung keluhan Wajib Pajak ... 100
Tabel 4.34 Help Desk memudahkan informasi yang dibutuhkan oleh Wajib Pajak .. 100
Tabel 4.35 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Pelaksanaan ... Good Governance (Variabel X4) ... 101
Tabel 4.36 Kriteria Pengklasifikasian Variabel X4 ... 101
Tabel 4.37 Kesadaran untuk mendaftarkan diri menjadi Wajib Pajak ... 102
Tabel 4.38 Tidak pernah terlambat melaporkan SPT setiap tahun/masa pajak ... 103
Tabel 4.39 Melaporkan SPT setiap tahun/masa pajak ... 103
Tabel 4.40 Menyetor pajak terutang setiap tahun/masa pajak... 104
Tabel 4.41 Menghitung pajak terutang dengan baik dan benar ... 104
Tabel 4.42 Menyetor pajak terutang dengan tepat waktu ... 105
Tabel 4.43 Membayar tunggakan pajak dengan tepat waktu ... 106
Tabel 4.44 Mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas ... 106
Tabel 4.45 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai... Kepatuhan Wajib Pajak (Variabel Y) ... 107
Tabel 4.46 Kriteria Pengklasifikasian Variabel Y ... 108
Tabel 4.47 Hasil Uji Linieritas ... 114
Tabel 4.48 Hasil Uji Multikolinearitas ... 115
Tabel 4.49 Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda ... 116
Tabel 4.50 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 118
Tabel 4.51 Hasil Uji F ... 119
Tabel 4.52 Hasil Uji t ... 120
Tabel 4.53 Hasil Uji F (Trimming) ... 124
Tabel 4,54 Hasil Uji t (Trimming) ... 125
Tabel 4.55 Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda (Trimming)... 126
xiv
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik Rasio Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak ... 5
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 47
Gambar 2.2 Hubungan Variabel ... 48
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas ... 114
Gambar 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas ... 116
xv
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Cibeunying
Lampiran II Sebaran Butir Jawaban Responden
Lampiran III (Hasil Output SPSS 20.0 for Windows)
Hasil Uji Validitas
Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran IV Hasil Uji Asumsi Klasik
Lampiran V Hasil Uji Koefisien Determinasi
Hasil Uji F
Hasil Uji t
Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda
Lampiran VI Operasionalisasi Variabel
Lampiran VII Kuesioner
Lampiran VIII Kuesioner Hasil Jawaban Responden
Lampiran IX Surat Izin Penelitian dari Universitas Pendidikan Indonesia
Lampiran X Surat Izin Penelitian dari Kanwil DJP Jawa Barat I
Lampiran XI Tabel r
Lampiran XII Tabel F
Lampiran XIII Tabel t
Lampiran XIV Frekuensi Bimbingan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penerimaan pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah yang digunakan
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang bermanfaat bagi
kepentingan masyarakat luas. Sebagai sumber penerimaan yang berasal dari
dalam negeri, pajak memiliki potensi yang besar untuk ditingkatkan. Oleh karena
itu, pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP) berupaya
mengoptimalkan penerimaan pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pajak,
untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak. Di sisi lain,
pajak bukan hanya sebatas iuran wajib tetapi juga merupakan wujud partisipasi
masyarakat dalam pembangunan nasional.
Kegiatan pemerintah dalam pembangunan nasional senantiasa meningkat
dari tahun ke tahun, hal ini berpengaruh pada kebutuhan anggaran belanja Negara.
Tabel 1.1 menunjukkan anggaran belanja Negara Indonesia dalam 6 (enam) tahun
terakhir meningkat tajam, dari 509,6324 triliun rupiah pada tahun 2005 menjadi
hampir dua kali lipat pada tahun 2010, yaitu 1.009,4857 triliun rupiah. Semakin
meningkat jumlah anggaran belanja Negara maka membutuhkan sumber
penerimaan yang semakin besar pula. Data pada tabel tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar kebutuhan untuk membiayai anggaran belanja diperoleh
2
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 1.1
Ringkasan APBN Tahun 2005-2010 (dalam milyar rupiah)
Komponen APBN
495.224,2 637.987,2 707.806,1 985.609,4 872.631,8 911.475,8
I. Penerimaan
Dalam Negeri 493.919,4 636.153,1 706.108,3 979.305,4 871.640,2 910.054,3
1. Penerimaan
Perpajakan 347.031,1 409.203,0 490.988,6 658.700,8 652.121,9 729.165,2
2. Penerimaan
Negara NonPajak 146.888,3 226.950,1 215.119,7 320.604,6 219.518,3 180.889,0
II. Hibah 1.304,8 1.834,1 1.697,7 2.304,0 991,6 1.412,5
B. Belanja Negara 509.632,4 667.128,7 757.649,9 985.730,7 1.005.673,6 1.009.485,7
I. Belanja
Pemerintah Pusat 361.155,2 440.032,0 504.623,3 693.355,9 696.101,4 699.688,1 II. Transfer ke
Daerah 150.463,9 226.179,9 253.263,2 292.433,5 309.572,3 309.797,6 III.Suspen (1.986,7) 916,8 (236,5) (58,7) 0,0 0,0 Sumber: Kementrian Keuangan: Data Pokok APBN 2005-2010 (dalam Siahaan, 2010: 4)
Sedangkan pada tabel 1.2 berikut menunjukkan perkembangan realisasi
penerimaan pajak dari tahun 2008-2010.
Tabel 1.2
Perkembangan Penerimaan Perpajakan Periode 2008-2010 (dalam milyar rupiah)
3
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Meningkatnya jumlah penerimaan pajak ditandai dengan meningkatnya
jumlah penerimaan keseluruhan jenis pajak terutama penerimaan PPh yang
merupakan kontributor utama dalam penerimaan pajak dalam negeri. Namun
demikian jika dianalisis lebih lanjut, pada tahun 2010 penerimaan PPh mengalami
penurunan dari 51,2% menjadi 48,7%. Penurunan kontribusi PPh diduga akibat
dari fluktuasinya penerimaan PPh Badan dan PPh WPOP yang merupakan
komponen utama dari penerimaan PPh. Berdasarkan data dari Dirjen Pajak
(2011), realisasi penerimaan PPh dari Wajib Pajak Badan mencapai 253.553
milyar rupiah sedangkan dari WPOP hanya sebesar 108.666 milyar rupiah. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut.
Tabel 1.3
Perkembangan PPh Wajib Pajak Badan dan WPOP Tahun 2008-2010 (dalam milyar rupiah)
Tahun PPh Badan PPh Orang
Sumber: Dirjen Pajak (2011)
Tabel 1.3 menunjukkan bahwa penerimaan PPh masih didominasi dari
Wajib Pajak Badan, sementara WPOP masih relatif kecil. Oleh karena itu, perlu
upaya lebih lanjut dalam meningkatkan optimalisasi PPh yang berasal dari
WPOP.
Dalam pelaksanaan tugasnya, DJP masih menemukan berbagai kendala,
baik dari sisi internal maupun eksternal. Dari sisi internal yaitu dilihat dari
4
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dari kepatuhan sukarela para Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya.
Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela merupakan
tulang punggung sistem pemungutan pajak self assessment, dimana Wajib Pajak
bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakannya dengan
menghitung, menyetor, kemudian melaporkan pajak terutangnya tersebut.
Menurut Norman D. Nowak (dalam Rahayu, 2010: 138) bahwa
Kepatuhan Wajib Pajak sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi dimana: 1) Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan; 2) Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas; 3) Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar; 4) Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.
Berdasarkan pernyataan Dirjen Pajak, masyarakat cenderung hanya mendaftarkan
diri menjadi Wajib Pajak tetapi enggan dalam melaporkan SPT, sehingga total
dari semua pajak terutang yang seharusnya disetor oleh Wajib Pajak menjadi tidak
sesuai dengan target penerimaan pajak.
Dirjen Pajak (dalam www.pajak.com) menyatakan bahwa “semakin tinggi
tingkat rasio penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan menunjukkan
semakin meningkatnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak”. Adanya pernyataan
tersebut dikarenakan dalam melakukan kewajiban perpajakan, dilakukan
penyetoran pajak terutangnya terlebih dahulu baru melakukan pelaporan SPT,
sehingga Wajib Pajak yang melapor SPT sudah dipastikan bahwa dirinya sudah
menyetor pajak terutang dan dinyatakan patuh.
Berikut ini adalah data rasio tingkat kepatuhan pelaporan SPT WPOP pada
5
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 1.3
Rasio Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam Melaporkan SPT Tahun Pajak 2008-2012 pada KPP Pratama Bandung
Tahun Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (%)
Bojonagara Cibeunying Cicadas Karees
2008 35% 60% 56% 57%
2009 32% 51% 51% 37%
2010 35% 37% 58% 82%
2011 52% 33% 21% 57%
Sumber: Data diolah dari KPP Pratama Bandung(2012)
Untuk lebih jelasnya, dapat terlihat pada gambar 1.1 yang menunjukkan rasio
tingkat kepatuhan WP pada KPP Pratama Bandung Tahun Pajak 2008-2011.
Sumber: Data diolah dari KPP Pratama Bandung(2012)
Gambar 1.1
Grafik Rasio Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Berdasarkan gambar 1.1, peneliti menentukan untuk memilih meneliti pada
KPP Pratama Bandung Cibeunying, dikarenakan rasio tingkat kepatuhannya
semakin menurun tiap tahunnya. Adapun pertimbangan lainnya yaitu wilayah
Cibeunying merupakan wilayah yang terluas di daerah Bandung sehingga dapat
mewakili seluruh Wajib Pajak di Bandung dan wilayah Cibeunying didominasi
oleh orang-orang yang berada pada kalangan menengah ke bawah. KPP Pratama
6
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Cibeunying merupakan instansi vertikal Departemen Keuangan yang berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I.
Berdasarkan data dari KPP Pratama Cibeunying, realisasi penerimaan PPh WPOP
dalam kurun waktu dua tahun terakhir penurunan tingkat pertumbuhan, yakni dari
8,3% di tahun 2008 menjadi -2,5% di tahun 2009. Penurunan realisasi penerimaan
PPh WPOP tersebut diduga sebagai akibat dari belum optimalnya implementasi
dari sistem administrasi perpajakan modern yang dilakukan. Wajib Pajak
merupakan faktor utama yang menentukan sukses atau tidaknya kegiatan
pemungutan dan pengumpulan pajak, oleh karena itu eksistensinya harus
mendapatkan tempat yang paling terhormat, mendapatkan pelayanan yang terbaik,
kebutuhannya akan kemudahan, kenyamanan, dan kepastian hukum harus
dijamin. Wajib Pajak merasa menemui hambatan dalam proses pelayanan yang
diberikan aparatur pajak, petugas yang lamban, berbelit-belit, menunggu terlalu
lama, dan lain sebagainya yang menimbulkan adanya keluhan dan enggannya
mereka menyelesaikan urusan kewajiban perpajakannya, dan pada gilirannya
berakibat pada tumbuhnya sikap tidak patuh dalam melaksanakan kewajiban
perpajakan.
Tidak sedikit pula penyebab ketidakpatuhan tersebut dipengaruhi oleh
merebaknya kasus praktik korupsi pajak yang menimbulkan citra negatif bagi
DJP. Hal ini ditegaskan pula dari jajak pendapat Fokus Kompas yang dimuat pada
Harian Kompas tanggal 26 November 2005, berdasarkan pendapat responden
sebanyak 55% yang menilai buruknya citra pegawai pajak, dan hanya 27,7%
7
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap pajak sehingga menimbulkan
keengganan dalam melakukan pemenuhan kewajiban perpajakan (tidak patuh).
Dalam rangka memperbaiki citra DJP, Menteri Keuangan menjelaskan tiga
langkah yang harus dilakukan, yaitu melakukan pemisahan antara perumusan
kebijakan dan pelaksanaan perpajakan, modernisasi organisasi internal Kantor
Pusat dan Kanwil di daerah dengan fokus pembenahan administrasi dan aparat
pajak, serta penggunaan semaksimal mungkin teknologi dalam rangka pelayanan
(Kompas Cybermedia, 2010).
Kondisi sistem administrasi perpajakan suatu Negara dari tahun ke tahun
terus mengalami perbaikan seiring perkembangan zaman, mengikuti
perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi Negara serta masyarakatnya.
Program dan kegiatan reformasi administrasi perpajakan diwujudkan dalam
penerapan sistem administrasi perpajakan modern, dimana ketentuan, prosedur,
dan aktivitas perpajakan terus diarahkan untuk peningkatan pelayanan agar
menjadi business friendly bagi masyarakat sehingga sistem administrasi
perpajakan menjadi lebih baik dan mudah dipahami bukan hanya oleh fiskus
pajak tetapi juga oleh Wajib Pajak.
Dalam struktur perpajakan modern dibentuk kebijakan Account
Representative (AR) sebagai perantara antara KPP dengan Wajib Pajak yang
bertanggung jawab memberikan informasi perpajakan dan konsultasi teknis
perpajakan kepada setiap Wajib Pajak serta melakukan pengawasan terhadap
kepatuhan Wajib Pajak. Dengan adanya AR diharapkan ada respon yang efektif
8
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bahwa setiap hak dan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dapat terpenuhi secara
transparan.
Selain itu, sistem administrasi perpajakan modern juga menerapkan
kemajuan teknologi terbaru dengan diterapkannya e-system. Penggunaan
teknologi tersebut untuk memperkecil praktek KKN atau suap di DJP karena
Wajib Pajak tidak perlu bertemu langsung dengan fiskus pajak. Tuntutan akan
peningkatan penerimaan, perbaikan, dan perubahan mendasar dalam segala aspek
perpajakan menjadi alasan dilakukannya reformasi perpajakan dari waktu ke
waktu, yang berupa penyempurnaan terhadap kebijakan perpajakan dan sistem
administrasi perpajakan.
Berdasarkan pernyataan Dirjen Pajak (dalam www.iyaa.com), dengan
adanya modernisasi sistem administrasi perpajakan membuat jumlah Wajib Pajak
pribadi juga meningkat tiap tahunnya. 2,64 juta pada 2004 dan di 2009 mencapai
11 juta lebih Wajib Pajak. Sementara jumlah Wajib Pajak Badan pada 2004
tercatat 1 juta perusahaan dan di 2009 mencapai hampir 2 juta perusahaan. Untuk
itu, upaya DJP dalam memperbaiki administrasi perpajakan menjadi lebih modern
yang mengikuti perkembangan zaman, diharapkan dapat mendorong kepatuhan
Wajib Pajak menjadi lebih meningkat. Dalam penerapan sistem administrasi
perpajakan modern mencakup beberapa program yang membentuk 3 hal utama,
yaitu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap administrasi perpajakan,
meningkatkan produktivitas aparat perpajakan, dan meningkatkan kepatuhan
9
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Beberapa penelitian terdahulu yang diantaranya dilakukan oleh
Wulanningsih Arum Pribadi (2010), meneliti pengaruh modernisasi administrasi
perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak, modernisasi administrasi perpajakan
yang terbagi menjadi 4 (empat) subvariabel, yaitu restrukturisasi organisasi,
penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan
informasi, penyempurnaan manajemen SDM, dan pelaksanaan good governance.
Penelitian dilakukan pada KPP Pratama Tanjung Priok dengan responden Wajib
Pajak Orang Pribadi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara parsial,
subvariabel modernisasi good governance, modernisasi struktur organisasi,
sumber daya manusia berpengaruh signifikan terhadap variabel kepatuhan Wajib
Pajak. Sedangkan modernisasi proses bisnis tidak berpengaruh terhadap variabel
kepatuhan Wajib Pajak.
Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Riza Sukma Permana
(2009), meneliti modernisasi administrasi perpajakan terhadap kepatuhan Wajib
Pajak, dengan satu variabel independen. Penelitiannya dilaksanakan pada KPP
Pratama Setiabudi I Jakarta dengan responden pegawai pajak. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa modernisasi administrasi perpajakan di KPP Pratama
Setiabudi I Jakarta memiliki pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
Begitupun penelitian dengan judul sejenis yang dilakukan oleh Olbin Waterlan
Siagian (2011) dengan responden pegawai pajak dan Neng Beti Royanti (2010)
dengan responden Wajib Pajak, hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya
pengaruh modernisasi administrasi perpajakan terhadap tingkat kepatuhan Wajib
10
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern
terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak. (Survei pada KPP Pratama
Bandung Cibeunying dilihat dari Persepsi Wajib Pajak)”.
Dalam penelitian ini, penulis mengangkat permasalahan dari keempat
subvariabel penerapan sistem administrasi perpajakan modern, dengan responden
Wajib Pajak Orang Pribadi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana deskripsi penerapan sistem administrasi perpajakan modern pada
KPP Pratama Bandung Cibeunying
2. Bagaimana deskripsi tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama
Bandung Cibeunying
3. Bagaimana pengaruh restrukturisasi organisasi terhadap tingkat kepatuhan
Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying
4. Bagaimana pengaruh penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan
teknologi komunikasi dan informasi terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak
pada KPP Pratama Bandung Cibeunying
5. Bagaimana pengaruh penyempurnaan manajemen sumber daya manusia
terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung
11
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6. Bagaimana pengaruh pelaksanaan good governance terhadap tingkat
kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying
7. Bagaimana pengaruh penerapan sistem administrasi perpajakan modern
terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung
Cibeunying
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi mengenai
penerapan sistem administrasi perpajakan modern dan tingkat kepatuhan Wajib
Pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying serta untuk mengetahui pengaruh
penerapan sistem administrasi perpajakan modern terhadap tingkat kepatuhan
Wajib Pajak.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui deskripsi penerapan sistem administrasi perpajakan modern pada
KPP Pratama Bandung Cibeunying
2. Mengetahui deskripsi tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama
Bandung Cibeunying
3. Mengetahui pengaruh restrukturisasi organisasi terhadap tingkat kepatuhan
Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying
4. Mengetahui pengaruh penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan
teknologi komunikasi dan informasi terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak
12
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Mengetahui pengaruh penyempurnaan manajemen sumber daya manusia
terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung
Cibeunying
6. Mengetahui pengaruh pelaksanaan good governance terhadap tingkat
kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying
7. Mengetahui pengaruh penerapan sistem administrasi perpajakan modern
terhadap kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat melengkapi literatur dalam
menambah pengetahuan mengenai perkembangan perpajakan, serta dapat
memberikan penguatan ataukah penolakan pada paradigma perpajakan yang
berkembang di masyarakat.
2. Kegunaan Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam
melakukan perbaikan sistem administrasi perpajakan , peningkatan integritas
dan produktivitas fiskus pajak agar masyarakat lebih meningkatkan
kepercayaannya terhadap administrasi perpajakan sehingga memandang
pajak bukan sebagai beban kuantitatif, tetapi menjadi suatu kewajiban
50
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Menurut Hasan (2002: 31), “Desain penelitian adalah kerangka kerja
dalam suatu studi tertentu, guna mengumpulkan, mengukur, dan melakukan
analisis data sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian”. Jadi,
desain penelitian mencakup langkah-langkah yang digunakan dalam suatu
penelitian sehingga didapatkan hasil dan kesimpulan penelitian. Untuk rumusan
masalah pertama dan kedua menggunakan metode penelitian deskriptif untuk
menggambarkan dan menjelaskan distribusi data yang diperoleh dari responden
Wajib Pajak, sedangkan untuk rumusan masalah ketiga hingga terakhir
menggunakan metode penelitian kausal untuk menganalisis hubungan antara
satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel
mempengaruhi variabel lainnya. Penelitian yang penulis lakukan merupakan
penelitian survei dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang
disebarkan kepada sejumlah Wajib Pajak Orang Pribadi. Menurut Nazir
(1999:65), “Penelitian survei adalah penyidikan yang diadakan untuk
memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari
keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik dari
suatu kelompok ataupun suatu daerah”.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan penerapan sistem
51
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pratama Bandung Cibeunying, serta menjelaskan hubungan kausal antara
variabel independen dan variabel dependen melalui pengujian hipotesis dengan
menggunakan uji statistik.
3.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel
3.2.1 Definisi Variabel
Menurut Sugiyono (2009:59), “Variabel penelitian adalah suatu
atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan ditarik kesimpulannya.” Jadi dalam mempelajari objek penelitian,
diperlukan penjelasan terlebih dahulu dari setiap variabel penelitian
sehingga dapat diukur dan dioperasionalkan dalam penelitian.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur pengaruh dari
penerapan sistem administrasi perpajakan modern terhadap tingkat
kepatuhan Wajib Pajak yang dilihat dari persepsi Wajib Pajak dengan
menggunakan metode survei. Kedua variabel tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut:
1. Variabel Independen/Variabel Bebas (X)
Variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi. Yang menjadi
variabel independen dalam penelitian ini adalah penerapan sistem
administrasi perpajakan modern. Sistem administrasi perpajakan modern
adalah proses pembaharuan dalam bidang administrasi perpajakan yang
52
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kepatuhan perpajakan yang tinggi serta dapat membentuk citra yang baik
dengan memperoleh kepercayaan masyarakat yang tinggi.
Modernisasi administrasi perpajakan yang dilakukan pada dasarnya
meliputi: a) Restrukturisasi organisasi; b) Penyempurnaan proses bisnis
melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi; c)
Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia; d) Pelaksanaan good
governance. Berikut ini adalah penjelasannya:
a) Restrukturisasi organisasi (X1)
Implementasi konsep modernisasi perpajakan modern yang berorientasi
pada pelayanan dan pengawasan, adalah struktur organisasi DJP perlu
diubah, baik di level kantor pusat maupun di level kantor operasional.
(i) Job desk Kantor Pusat
Struktur Kantor Pusat DJP (KP DJP) ikut disesuaikan berdasarkan
fungsi agar sesuai dengan unit vertikal di bawahnya..
(ii)Job desk Kantor Operasioanal
Kantor Operasional perlu diubah sebagai pelaksana implementasi
kebijakan, yaitu dengan cara memudahkan Wajib Pajak dengan
cukup datang ke satu kantor saja untuk menyelesaikan seluruh
masalah perpajakannya, struktur berbasis fungsi diterapkan pada
KPP dengan sistem administrasi modern untuk dapat merealisasikan
debirokratis pelayanan sekaligus melaksanakan pengawasan
terhadap Wajib Pajak secara sistematis, khusus di kantor
53
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memberikan rasa keadilan bagi wajib pajak seluruh penanganan
keberatan dilakukan dilakukan oleh Kantor Wilayah yang
merupakan unit vertikal diatas KPP yang menerbitkan surat
ketetapan pajak sebagai hasil dari pemeriksaan.
b)Penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi
komunikasi dan informasi (X2)
Langkah awal perbaikan proses bisnis adalah penulisan dan
dokumentasi yang melalui :
(i) Perbaikan proses bisnis dilakukan dengan penerapan e-system
dengan dibukanya fasilitas filing, SPT, payment,
e-registration.
(ii) Untuk sistem administrasi internal saat ini terus dilakukan
pengembangan dan penyempurnaan Sistem Informasi DJP (SIDJP).
c) Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia (X3)
Langkah perbaikan dalam bidang SDM yaitu :
(i) Seluruh jabatan harus dievaluasi dan dianalisis untuk selanjutnya
ditentukan job grade dari masing-masing jabatan tersebut.
(ii)Beban kerja dari masing-masing jabatan tersebut dianalisis yang
kemudian dikaitkan juga dengan pengembangan sistem pengukuran
kinerja masing-masing pegawai.
d)Pelaksanaan good governance
DJP dengan program modernisasi senantiasa berupaya menerapkan
54
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(i) Pembuatan dan penegakan kode etik pegawai yang secara tegas
mencantumkan kewajiban dan larangan bagi para pegawai DJP
dalam pelaksanaan tugasnya, termasuk sanksi-sanksi bagi setiap
pelanggaran kode etik pegawai.
(ii)Pemerintah telah menyediakan berbagai saluran pengaduan yang
sifatnya indepeden untuk menangani pelanggaran atau
penyelewengan dibidang perpajakan.
(iii)Pembentukan complience center dimasing-masing Kanwil modern
untuk menampung keluhan WP merupakan bukti komitmen DJP
untuk selalu meningkatkan pelayanan kepada WP sekaligus
pengawasan bagi internal DJP.
2. Variabel Dependen/Variabel Terikat (Y)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel independen. Yang menjadi
variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat kepatuhan
Wajib Pajak. Kepatuhan Wajib Pajak adalah suatu keadaan dimana
Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan
melaksanakan hak perpajakannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan perpajakan. Terdapat dua macam kepatuhan,
55
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a) Kepatuhan formal
Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak
memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan
ketentuan dalam undang-undang perpajakan.
b) Kepatuhan material
Kepatuhan material merupakan kepatuhan terhadap ketentuan
material, yaitu suatu keadaan dimana wajib pajak secara subtantif
memenuhi semua ketentuan material perpajakan yakni sesuai isi dan
jiwa undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat meliputi
kepatuhan formal.
Kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasi dari: 1) kepatuhan wajib
Pajak dalam mendaftarkan diri; 2) kepatuhan untuk menyetorkan kembali
Surat Pemberitahuan (SPT); 3) kepatuhan dalam perhitungan dan
pembayaran pajak terutang; dan 4) kepatuhan dalam pembayaran
tunggakan.
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Adapun operasionalisasi variabel dalam penelitian ini disajikan
56
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Dimensi Indikator Skala No. item
Kuesioner Adanya posisi baru yaitu
Account Representative (AR)
Jalur pengawasan tugas pelayanan dan
Penegakan kode etik pegawai
Pembentukan complience center
57
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Variabel Dimensi Indikator Skala No. item
Kuesioner
Kepatuhan wajib Pajak dalam mendaftarkan diri
Kepatuhan untuk
Mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas sesuai dengan UU
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2010: 90) ,”Populasi diartikan sebagai wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi adalah keseluruhan gejala atau
satuan yang akan diteliti yang mencakup unit analisis dan unit observasi.
Unit analisis adalah satuan yang akan diteliti, yaitu Wajib Pajak
Orang Pribadi yang terdaftar pada KPP Pratama Bandung Cibeunying
yaitu sebanyak 101.321 Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP). Sedangkan
unit observasi adalah satuan darimana data diperoleh, yaitu Wajib Pajak
yang menyampaikan SPT Masa pada tahun 2012 di KPP Pratama Bandung
58
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pajak dapat terlihat dari keinginan seseorang untuk melaksanakan
kewajiban perpajakannya untuk kepentingannya sendiri, sedangkan untuk
urusan perpajakan bagi Wajib Pajak Badan biasanya dilakukan oleh
bagian staf keuangan di instansinya tersebut, sehingga kurang cocok
apabila dikaitkan dengan kepatuhan untuk mendaftarkan diri menjadi
Wajib Pajak.
3.3.2 Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah probability sampling dengan pengambilan secara acak (simple
random sampling). Menurut Riduwan (2009: 57), “Probability sampling
adalah teknik sampling untuk memberikan peluang yang sama pada setiap
anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.” Dalam hal ini
setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan
sampel. Sedangkan simple random sampling menurut Sugiyono (2010 :
118), “… dikatakan sederhana karena pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu.”
Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili (representative) dan
dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya, maka dalam
59
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
1 Ne
N
n
(Sekaran, 2004: 108)
Keterangan:
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang dapat ditolelir
Dari jumlah populasi tersebut dengan tingkat kelonggaran ketidaktelitian
sebesar 10%, maka dengan menggunakan rumus diatas diperoleh jumlah
sampel yang akan diteliti sebanyak:
= 99,90 ≈ 100
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini harus merupakan data yang benar,
karena apabila data yang digunakan salah akan menghasilkan informasi (output)
salah, sehingga penelitian yang dilakukan pun hasilnya akan salah. Untuk itu
diperlukan suatu teknik dalam mengumpulkan data penelitian yang dapat
dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner
(angket), dokumentasi, dan gabungan keempatnya (Sugiyono, 2010: 402).
Berikut adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
ini:
60
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Sugiyono (2010: 199), “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Kuesioner sebagai
instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan yaitu valid dan reliabel.
Tujuan dari pengujian instrumen penelitian (kuesioner) adalah untuk
mengetahui apakah data yang dihasilkan dari alat ukur tersebut dapat menjamin
mutu dari penelitian sehingga kesimpulan-kesimpulan terhadap
hubungan-hubungan antarvariabel dapat dipercaya, akurat dan dapat diandalkan sehingga
hasil penelitian bisa diterima.
Pengisian kuesioner dilakukan secara langsung oleh responden dengan
memberi tanda pada jawaban yang telah disediakan. Jenis kuesioner yang
digunakan penulis adalah kuesioner tertutup dan terstruktur, artinya pertanyaan
atau pernyataannya tidak memberikan kebebasan kepada responden untuk
memberikan jawaban dan pendapatnya sesuai dengan keinginan mereka karena
jawabannya telah disediakan.
Instrumen kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala
pengukuran numerical scale (skala numerik) 5 point. Menurut Sekaran (2006:
33), “skala numerik mirip dengan skala differensial sematic, dengan perbedaan
dalam hal nomor pada skala 1 titik atau 7 titik disediakan, dengan kata sifat
berkutub dua pada ujung keduanya.” Tipe data yang digunakan adalah interval.
61
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.2
Scoring Opsi Jawaban Kuesioner
Skor Opsi Jawaban Kuesioner
5 Sepenuhnya diterapkan/ Selalu dilakukan
4 Hampir sepenuhnya diterapkan/ Hampir selalu dilakukan
3 Kadangkala diterapkan/ Kadang-kadang dilakukan
2 Hampir tidak pernah diterapkan/ Hampir Tidak pernah dilakukan
1 Tidak pernah diterapkan/ Tidak pernah dilakukan
2. Interview (wawancara)
Wawancara dilakukan kepada kepala seksi bagian pelayanan untuk
mengetahui jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan
pada KPP untuk keperluan penyebaran kuesioner serta melakukan wawancara
kepada Wajib Pajak mengenai tata cara administrasi penyetoran pajak .
3. Observasi (pengamatan)
Peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis dan
langsung terhadap kegiatan yang berlangsung di lapangan untuk menambah
informasi dan memperkuat penelitian ini.
4. Dokumentasi
Peneliti memperoleh data melalui studi kepustakaan, yaitu menggunakan
62
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berupa jurnal, buku referensi, dokumen dari instansi yang bersangkutan, dan
artikel lainnya.
3.5 Uji Kualitas Data
Teknis analisis data adalah rancangan untuk menganalisis data yang telah
dikumpulkan dari berbagai sumber. Data primer yang digunakan dalam
penelitian ini perlu diuji kesahihannya dan kehandalannya, karena data tersebut
berasal dari jawaban responden yang mungkin dapat menimbulkan bias. Hal ini
penting untuk dilakukan karena kualitas data yang diolah akan mempengaruhi
kualitas hasil penelitian. Maka diperlukan dua macam uji, yaitu uji validitas dan
uji reliabilitas.
3.5.1 Uji Validitas
Menurut Hasan (2002: 79), “Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen”. Validitas menunjukkan
sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur atau sejauh
mana alat ukur yang digunakan mengenai sasaran. Semakin tinggi
validitas suatu alat tes, maka alat tersebut semakin mengenai pada
sasarannya atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur.
Untuk menentukan kevalidan dari setiap item kuesioner digunakan
metode koefisien korelasi Product Moment Pearson, yaitu dengan
mengkorelasikan skor total yang dihasilkan oleh masing-masing
63
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
variabel X dan variabel Y. Rumus korelasi Product Moment Method
r hitung = Nilai korelasi Product Moment
n = Jumlah responden
∑X = Jumlah skor variabel X
∑Y = Jumlah skor total (seluruh item)
Untuk menafsirkan hasil uji validitas, kriteria yang digunakan menurut
Sugiyono (2010 : 251) adalah :
Jika nilai r hitung > nilai r tabel maka item instrumen dinyatakan valid dan
dapat dipergunakan
Jika nilai r hitung ≤ nilai r tabel maka item instrumen dinyatakan tidak
valid dan tidak dapat dipergunakan
3.5.2 Uji Reliabilitas
Instrumen penelitian disamping harus valid juga harus dipercaya
kehandalannya (reliabel). Oleh karena itu, digunakan uji reliabilitas untuk
mengetahui ketepatan nilai kuesioner, artinya instrumen penelitian bila
diajukan pada waktu yang berbeda hasilnya akan sama. Langkah-langkah
pengujian reliabilitas adalah sebagai berikut:
64
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu =
(Riduwan, 2009:115)
Keterangan :
= Varian skor tiap-tiap item pernyataan
∑ = Jumlah kuadrat jawaban responden dari setiap item
(∑ = Jumlah skor seluruh jawaban responden dikuadratkan
N = Jumlah responden
Langkah 2: Menjumlahkan varians semua item
n (Riduwan, 2009:116)
Keterangan:
∑Si = Jumlah varians setiap item
Sı, S , S , …n =Varians item ke-1, 2, 3…n
Langkah 3: Menghitung varians total
=
(Riduwan, 2009:116)
Keterangan :
= Varians total
∑ = Jumlah kuadrat jawaban responden dari seluruh item
(∑ = Jumlah skor seluruh responden dikuadratkan
N = Jumlah responden
Langkah 4: Menghitung reliabilitas instrumen dengan rumus Alpha
Cronbach
65
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan :
= Reliabilitas instrumen
k = Banyak item pernyataan
= Jumlah varians butir soal
= Varians total
Setelah diperoleh nilai tersebut kemudian dikonsultasikan
dengan nilai dengan taraf signifikansi 5%. Kriteria pengujian
instrumen :
Jika > , berarti reliabel
Jika ≤ , berarti tidak reliabel
Penulis menggunakan software SPSS 20.0 for windows untuk pengujian
validitas dan reliabel data.
3.6 Perumusan Masalah Deskriptif
Perumusan masalah deskriptif dengan tujuan untuk menjelaskan
distribusi data dari variabel yang diteliti dan sekaligus mengukur sejauh mana
penerapan sistem administrasi perpajakan modern dan tingkat kepatuhan Wajib
Pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying sesuai dengan rumusan masalah
pertama dan kedua pada penelitian ini. Untuk menjawab hal tersebut, maka
dilakukan pengklasifikasian dari jawaban responden dengan rumus sebagai
berikut:
RS = (Umar, 2002: 201)
66
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu RS = Rentang Skor
m = Skor tertinggi item
n = Skor terendah item
b = Jumlah kelas
Untuk menentukan klasifikasi untuk setiap item pernyataan, maka
dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Skor tertinggi : banyaknya responden x skor tertinggi setiap item: 100 x 5 = 500
Skor terendah : banyaknya responden x skor tertinggi setiap item: 100 x 1 = 100
RS = = 80
Rentang pengklasifikasian untuk setiap item pernyataan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Pengklasifikasian untuk Setiap Item Pernyataan
Kategori Rentang Pengklasifikasian
Sangat Rendah 100-180
Rendah 181-260
Cukup Tinggi 261-340
Tinggi 341-420
Sangat Tinggi 421-500
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Selanjutnya untuk menjawab rumusan masalah untuk setiap variabelnya,
dilakukan penghitungan pengklasifikasian dari jawaban responden dengan
rumus pengklasifikasian berdasarkan rentang skor, yaitu sebagai berikut:
RS = (Umar, 2002: 201)
Keterangan:
RS = Rentang Skor
67
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu n = skor terendah item
b = jumlah kelas
Skor tertinggi: banyaknya responden x skor tertinggi setiap item x jumlah
pertanyaan
Skor terendah: banyaknya responden x skor terendah setiap item x jumlah
pertanyaan
3.7 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
3.7.1Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk memastikan bahwa hasil penelitian
adalah valid dengan data yang digunakan secara teori adalah tidak bias,
konsisten, dan penaksiran koefisien regresinya efisien. Di samping itu
suatu model dikatakan cukup baik dan dapat dipakai untuk memprediksi
apabila sudah lolos dari serangkaian uji asumsi ekonometrika yang
melandasinya. (Gujarati, 2007:97).
Menurut Firdaus (2004: 96), untuk menggunakan model regresi perlu
dipenuhi beberapa asumsi, yaitu:
a. Datanya berdistribusi normal
b. Tidak ada autokorelasi (berlaku untuk data time series)
c. Tidak terjadi heteroskedastisitas
d. Tidak ada multikolinearitas
Persamaan regresi linier berganda harus memenuhi persyaratan
BLUE (Best, Linear, Unbiased, Estimator), yaitu pengambilan keputusan
68
Dewi Alvianti Rahmah, 2013
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BLUE, maka harus dilakukan pengujian asumsi klasik dan uji linieritas di
bawah ini:
1)Uji Normalitas
Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi
data (Santosa, 2005: 231). Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah
dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya
mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik
adalah model regresi yang berdistribusi normal (Wijaya, 2009: 126).
Pengujian secara visual dapat dilakukan dengan metode gambar normal
Probability Plots dengan bantuan software SPSS 20.0 for windows. Dasar
pengambilan keputusan:
Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas. (Santosa, 2002: 322).
2)Uji Linieritas
Asumsi ini menyatakan bahwa untuk setiap persamaan regresi linier,
hubungan antara variabel independen dan dependen harus linier. Dengan
uji linieritas akan diperoleh informasi apakah model empiris sebaiknya
linier, kuadrat, atau kubik. (Ghozali, 2007: 166).