No. Daftar FPIPS: 1527/UN.40.2.6.1/PL/2013
Aprilia Jayanagara, 2013
Studi Realitas Peran Dan Fungsi Masjid Sekolah Dalam Pembinaan Keagamaan Siswa (Studi Deskriptif Di SMAN 2 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
STUDI REALITAS PERAN DAN FUNGSI MASJID SEKOLAH DALAM PEMBINAAN KEAGAMAAN SISWA
(Studi Deskriptif di SMAN 2 Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh
APRILIA JAYANAGARA 0907324
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
STUDI REALITAS PERAN DAN
FUNGSI MASJID SEKOLAH DALAM
PEMBINAAN KEAGAMAAN SISWA
(Studi Deskriptif di SMAN 2 Bandung)
Oleh Aprilia Jayanagara
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Aprilia Jayanagara 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Aprilia Jayanagara, 2013
Studi Realitas Peran Dan Fungsi Masjid Sekolah Dalam Pembinaan Keagamaan Siswa (Studi Deskriptif Di SMAN 2 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu APRILIA JAYANAGARA
STUDI REALITAS PERAN DAN FUNGSI MASJID SEKOLAH DALAM PEMBINAAN KEAGAMAAN SISWA
(Studi Deskriptif di SMAN 2 Bandung)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Edi Suresman, M.Ag. NIP. 19601124 198803 1 001
Pembimbing II
Agus Fakhruddin, S.Pd., M.Pd. NIP. 19760817 2005011 1 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam
Skripsi ini telah diuji pada :
Hari, tanggal : Senin, 24 Juni 2013
Tempat : Gedung FPIPS UPI
Panitia Ujian :
Ketua,
Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP: 19700814 199402 1 001
Sekretaris,
Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag. NIP: 19570303 198803 1 001
Penguji I,
Dr. H. Syahidin, M.Pd. NIP: 19570611 198703 1 001
Penguji II,
Drs. Udin Supriadi, M.Pd.
Penguji III,
Aprilia Jayanagara, 2013
Studi Realitas Peran Dan Fungsi Masjid Sekolah Dalam Pembinaan Keagamaan Siswa (Studi Deskriptif Di SMAN 2 Bandung)
STUDI REALITAS PERAN DAN FUNGSI MASJID SEKOLAH DALAM PEMBINAAN KEAGAMAAN SISWA
(Studi Deskriptif di SMAN 2 Bandung)
APRILIA JAYANAGARA
ABSTRAK
Masjid merupakan tempat suci yang digunakan umat muslim untuk lebih mendekatkan diri kepada Allāh Swt. Masjid didirikan untuk memenuhi hajat umat, khususnya kebutuhan spiritual. Saat ini, pembangunan masjid tidak hanya dipemukiman, tetapi juga disetiap lembaga pendidikan dalam hal ini, sekolah atau madrasah. Masjid merupakan tempat paling baik bagi kegiatan pendidikan dan pembinaan keagamaan. Bahkan dalam penilaian akreditasi, masjid merupakan salah satu pendukungnya. Oleh karena itu, peranan masjid dalam lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah atau madrasah, benar-benar sangat diperlukan dalam arti untuk pelengkap sarana belajar.Kendati demikian, pemanfaatan masjid masih belum optimal. Bertambahnya jumlah masjid di Indonesia, termasuk di bangunnya masjid-masjid di sekolah, belum menunjukkan adanya peningkatan aktivitas keagamaan yang mencolok. Oleh karena itu, perlu diupayakan berbagai usaha untuk memakmurkannya. Akan tetapi, untuk memakmurkan masjid melalui optimalisasi peran dan fungsinya tidaklah mudah. Setidaknya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain: mengaktifkan kepengurusan masjid, mengaktifkan kegiatan masjid, meningkatkan kepedulian terhadap amanah masjid, meningkatkan kualitas manajemenmasjid, dan pemeliharaan fisik masjid.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif. Dari sisi paradigmanya, pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan cara pandang penelitian kualitatif yang memandang objek secara fenomenalogis, berpikir secara induktif dan deduktif, menjelaskan keseluruhan fenomena, lalu disimpulkan dari umum ke khusus dan dari khusus ke umum. Sedangkan dari sisi bidang keilmuan, termasuk pendekatan interdisipliner yang meliputi bidang kesejarahan, sosiologi, dan keislaman. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan (triangulasi).Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa peran dan fungsi masjid sekolah di SMAN 2 Bandung sudah optimal. Hal ini dibuktikan dengan aktifnya kepengurusan masjid, aktifnya kegiatan masjid, tingginya kepedulian warga sekolah terhadap amanah masjid, terkelola dengan baiknya manajemenmasjid, dan terpeliharanya fisik masjid.
ii
Aprilia Jayanagara, 2013
Studi Realitas Peran Dan Fungsi Masjid Sekolah Dalam Pembinaan Keagamaan Siswa (Studi Deskriptif Di SMAN 2 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
STUDY OF REALITY ROLE AND FUNCTION OF SCHOOL MOSQUE IN THE DEVELOPMENT ISLAMIC RELIGION
(Descriptive Study at SMAN 2 Bandung)
APRILIA JAYANAGARA
ABSTRACT
The mosque is a holy place for Muslims who used them approach to Allah SWT. The mosque was built to meet the needs of the people, especially spiritual needs. Currently, the development of mosques not only in settlement, but also in every educational institution in this case, schools or madrasah. The mosque is the best place for religious education and awareness activities. Even in the accreditation assessment, the mosque is one of the supporters. Therefore, the role of the mosque in the educational institutions in this school or madrasah, really very necessary in the supplementary learning tool. Despite such, the utilization of mosque was not optimal. Increasing the number of mosques in Indonesia, including in mosques awakening in school, has not shown a striking increase in religious activity. Therefore, it is necessary efforts to prosper. However, the prosperity of the mosque through the role optimization and function is not easy. At least, there are several things to consider, that is : enable the management of the mosque, activate mosque activities, raise awareness of mosque trustee, improve the mosque quality management, and maintenance of the physical of the mosque. This research using descriptive method with qualitative approach. In terms of the paradigm, the approach used in this study is a qualitative approach. This study uses qualitative research perspective which views the object phenomenologist, inductive and deductive thinking, explain the whole phenomenon, and concluded from the general to the particular and from the particular to the general. In terms of scientific fields, including interdisciplinary approach which included the history, sociology, and Islamic fields. Data collected technique by observation, interviews, documentation, and combined (triangulation). From the research it can be concluded, that the role and function of the mosque school in SMAN 2 Bandung is optimal. This is evidenced by the active management of the mosque, its active mosque activities, concerns for the school to mandate the mosque, mosque management well managed, and the physical maintenance of the mosque.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.iii DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. .... Latar Belakang Penelitian………...1
B. ... Identifikasi dan Perumusan Masalah………..8
C. ... Tujuan Penelitian………..9
D. Manfaat/Signifikansi Penelitian………9
E. Struktur Organisasi Skripsi………...11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12
A. Konsep Masjid………12
1. Pengertian Masjid ... 12
2. Sejarah Masjid ... 15
3. Peran Masjid ... 19
4. Fungsi Masjid ... 21
iv
Aprilia Jayanagara, 2013
Studi Realitas Peran Dan Fungsi Masjid Sekolah Dalam Pembinaan Keagamaan Siswa (Studi Deskriptif Di SMAN 2 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Konsep Pembinaan Keagamaan………29
1. Pengertian Pembinaan ... 29
2. Pengertian Keagamaan ... 32
3. Pengertian Pembinaan Keagamaan ... 32
D. Konsep Karakteristik Remaja (Siswa SMA)………35
1. Remaja ... 35
2. Pertumbuhan Remaja ... 37
3. Perkembangan Remaja ... 38
4. Permasalahan Remaja ... 41
5. Perilaku Menyimpang Remaja ... 42
6. Perkembangan Agama Pada Remaja... 44
BAB III METODE PENELITIAN... 48
A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian………48
1. Lokasi Penelitian ... 48
2. Populasi Penelitian ... 48
3. Sampel Penelitian ... 49
4. Subjek Penelitian ... 50
B. Desain Penelitian……….50
1. Desain Survey ... 51
2. Desain Case Study ... 51
3. Desain Eksperimen ... 51
C. Pendekatan Penelitian……….51
E. Definisi Operasional………58
F. Instrumen Penelitian……….59
G. Proses Pengembangan Instrumen………..60
1. Validitas ... 61
2. Reliabilitas ... 61
H. Teknik Pengumpulan Data……….62
1. Observasi ... 62
2. Wawancara ... 66
3. Dokumen ... 67
4. Gabungan (Triangulasi)... 68
I. Teknik Analisis Data………...68
1. Data Reduction (Reduksi Data) ... 70
2. Data Display (Penyajian Data) ... 71
3. Conclusing drawing/verification (Penarikan Kesimpulan/verifikasi) 71 J. Langkah-Langkah Penelitian………...73
1. Tahap Persiapan ... 74
2. Tahap Pelaksanaan ... 74
3. Tahap Pelaporan ... 75
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 76
A. Hasil Penelitian………76
1. Profil SMAN 2 Bandung………76
vi
Aprilia Jayanagara, 2013
Studi Realitas Peran Dan Fungsi Masjid Sekolah Dalam Pembinaan Keagamaan Siswa (Studi Deskriptif Di SMAN 2 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Pembahasan ... 88
1. Peran Masjid Sekolah dalam Pembinaan Keagamaan Siswa di SMAN
2 Bandung ... 88
4. Implikasi Pedagogis Masjid Sekolah dalam Pembinaan Keagamaan
Siswa di SMAN 2 Bandung ... 101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 103
A. Kesimpulan ... 103
1. Peran Masjid Sekolah dalam Pembinaan Keagamaan Siswa di SMAN
2 Bandung ... 103
4. Implikasi Pedagogis Masjid sekolah dalam Pembinaan Keagamaan
Siswa di SMAN 2 Bandung ... 105
B. Saran ... 106
1. Pemegang Kebijakan Pendidikan (Dinas Pendidikan Kota
Bandung)………106
3. Peneliti Berikutnya ... 108
DAFTAR PUSTAKA ... 109
SURAT IZIN PENELITIAN ... 115
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN ... 118
PEDOMAN WAWANCARA ... 122
PEDOMAN OBSERVASI ... 134
PEDOMAN DOKUMEN... 138
HASIL WAWANCARA ... 142
WAWANCARA DENGAN KEPALA SMAN 2 BANDUNG ... 146
WAWANCARA DENGAN KETUA DKM MASJID AL-IKHLAS ... 148
WAWANCARA DENGAN PEMBINA ROHIS KRM AL-IKHLAS ... 152
WAWANCARA DENGAN GURU PAI SMAN 2 BANDUNG ... 155
WAWANCARA DENGAN PERWAKILAN ALUMNI SMAN 2 BANDUNG163 WAWANCARA DENGAN KETUA ROHIS SMAN 2 BANDUNG (KRM AL-IKHLAS) ... 166
WAWANCARA DENGAN PERWAKILAN SISWA SMAN 2 BANDUNG .. 168
HASIL OBSERVASI ... 171
HASIL DOKUMEN ... 176
JADWAL PENELITIAN ... 210
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN ... 211
viii
Aprilia Jayanagara, 2013
Studi Realitas Peran Dan Fungsi Masjid Sekolah Dalam Pembinaan Keagamaan Siswa (Studi Deskriptif Di SMAN 2 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allāh ialah orang-orang yang beriman
kepada Allāh dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan ṣalāt, menunaikan zakāt
dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allāh, Maka merekalah orang -orang yang diharapkan Termasuk golongan -orang--orang yang mendapat petunjuk (Q.S. al-Taubah (9): 18)*.
Ayat di atas menunjukkan bahwa peran dan fungsi masjid tidak hanya sebagai
tempat ibadah dan ritual keagamaan saja, tetapi juga dalam pembinaan keagamaan
dan pemberdayaan umat.
Berkaitan dengan ayat di atas, Hamka (1985, hal. 128-129) mengemukakan
bahwa:
2
Aprilia Jayanagara, 2013
Studi Realitas Peran Dan Fungsi Masjid Sekolah Dalam Pembinaan Keagamaan Siswa (Studi Deskriptif Di SMAN 2 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
suasana masjid akan sangat besar pengaruhnya atas jiwanya. Akan timbul di dalam jama’aḥ masjid itu suatu masyarakat yang dipenuhi kasih dan sayang, gotong-royong, dan tolong-menolong, sama dalam perasaan kasih kepada Tuhan.
Selanjutnya, al-Maragi (1992, hal. 126) pun mengungkapkan bahwa:
Yang berhak memakmurkan masjid-masjid itu hanyalah mereka yang memadukan keimanan kepada Allāh menurut apa yang telah diterangkan di dalam kitab-Nya, seperti mentauḥīdkan-Nya, khusus beribadah dan bertawakal kepada-Nya, dengan keimanan kepada hari akhir, yang Allāh akan menghisab segala amal hamba-hamba-Nya dan membalas apa yang telah dikerjakan oleh setiap diri. Orang-orang yang memadukan rukun-rukun penting di antara rukun-rukun Islām itulah mereka yang diharapkan mendapatkan petunjuk untuk melakukan apa yang disukai dan diriḍai oleh
Allāh, yaitu memakmurkan masjid-masjid secara indrawi maupun maknawi, sesuai dengan sunnatullāh dalam perbuatan manusia dan pengaruhnya terhadap jiwa mereka.
Allāh Swt. menyatakan, orang-orang yang memakmurkan masjid adalah orang-orang yang beriman. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Ahmad, dari Abu
Sa‟id al-Khudri, sesungguhnya Rasūlullāh Saw. bersabda: “Jika kamu melihat
seseorang terbiasa pergi ke masjid, maka saksikanlah bahwa dia beriman.” Hadiṡ
ini juga diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Ibnu Mardawaih, dan al-hakim dalam
Mustadraknya (Muhammad, 2006, hal. 104).
Ash-shiddieqy (2000, hal. 1638) mengemukakan, yang dimaksud dengan
memakmurkan masjid adalah beribadah di dalamnya dengan tekun, mengabdikan,
dan mengurusinya.
Menurut al-Jazairi (2010, hal. 343), pelajaran yang dapat diambil dari ayat 18
Q.S. al-Taubah ini, yaitu:
1. Keutamaan bagi orang-orang yang memakmurkan masjid dengan beribadah di dalamnya, membersihkan, dan merawatnya.
4
Aprilia Jayanagara, 2013
Studi Realitas Peran Dan Fungsi Masjid Sekolah Dalam Pembinaan Keagamaan Siswa (Studi Deskriptif Di SMAN 2 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada masa Nabī Muḥammad Saw. dan al-Khulafā al-Rasyidīn, masjid berfungsi sebagai tempat beribadah, menuntut ilmu, dan merencanakan kegiatan
kemasyarakatan. Kaum muslimīn membicarakan masalah-masalah agama,
pendidikan, sosial, politik, dan berbagai masalah kehidupan di masjid, mengajak
manusia pada keutamaan, kecintaan, pengetahuan, kesadaran sosial, serta
pengetahuan tentang hak dan kewajiban kepada Tuhan dan Negara. Bermula dari
masjid pula, mereka menyebarkan akhlāq Islām dan memberantas kebodohan.
Oleh karena itu, masjid merupakan tempat paling baik bagi kegiatan pendidikan
dan pembentukan moral keagamaan (Yani, 2009, hal. 41).
Perkembangan selanjutnya, di Indonesia banyak masjid didirikan umat Islām,
baik masjid umum, masjid sekolah, masjid kantor, masjid kampus, maupun yang
lainnya. Masjid didirikan untuk memenuhi hajat umat, khususnya kebutuhan
spiritual, guna mendekatkan diri kepada Allāh Swt. Tunduk dan patuh mengabdi
kepada Allāh. Masjid menjadi tambatan hati, pelabuhan pengembaraan hidup, dan
energi kehidupan umat. Dari sisi pertumbuhannya, masjid di Indonesia sangat
menggembirakan karena dari tahun ke tahun jumlahnya kian bertambah. Kendati
demikian, secara jujur harus diakui, bahwa pemanfaatannya masih belum optimal.
Bertambahnya jumlah masjid di Indonesia, termasuk di bangunnya masjid-masjid
di sekolah, belum menunjukkan adanya peningkatan aktivitas keagamaan yang
mencolok (Danang, 2012).
Oleh karena itu, berdasarkan kenyataan yang ada, peneliti menyimpulkan
bahwa perlu diupayakan berbagai usaha untuk memakmurkannya, di samping
memfungsikannya semaksimal mungkin secara terus menerus. Menjadi tanggung
jawab umat Islām khusus para pengelolanya untuk mengembalikan masjid sesuai
peran dan fungsinya semula sebagai pusat segala kegiatan kaum muslimīn. Akan
tetapi, untuk memakmurkan masjid melalui optimalisasi peran dan fungsinya
tersebut tidaklah mudah, diperlukan kemampuan manajerial dan kesiapan waktu
6
Aprilia Jayanagara, 2013
Studi Realitas Peran Dan Fungsi Masjid Sekolah Dalam Pembinaan Keagamaan Siswa (Studi Deskriptif Di SMAN 2 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masjid itu sendiri. Setidaknya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara
meningkatkan kepedulian terhadap amanah masjid, meningkatkan kualitas
manajemenmasjid, dan pemeliharaan fisik masjid.
Keberadaan masjid di tengah-tengah kehidupan umat Islām mengalami pasang
surut, sangat tergantung pada situasi sosial politik di suatu wilayah dimana masjid
itu berada. Apabila masjid dikelola secara benar, maka akan muncul daya tarik
bagi umat Islām untuk berkunjung ke masjid, sekalipun pada awalnya hanya
untuk melaksanakan ṣalāt farḍu. Kunjungan umat Islām ke masjid tentu akan membawa dampak positif bagi berkembangnya fungsi masjid dari sekedar tempat ṣalāt menjadi tempat berkomunikasi, bersilaturahmi membina ukhuwah
Islāmiyah, dan aktivitas lainnya yang berguna. Untuk itu, para pengelola masjid harus pandai menciptakan kegiatan yang menarik dan terkait langsung dengan
kebutuhan hidup jama’aḥ yang ada di sekitarnya (Syahidin, 2003, hal. 5).
Kurang berfungsinya masjid secara maksimal di antaranya disebabkan oleh
rendahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang masjid. Selain itu,
perhatian kita masih terfokus pada usaha pengadaan sarana fisik. Padahal,
pemenuhan kebutuhan non-fisik untuk memakmurkan masjid seperti yang
diperintahkan Allāh dalam al-Qur`ān, hingga saat ini masih relatif terabaikan. Mengingat telah bergesernya peran dan fungsi masjid, maka optimalisasi fungsi
masjid harus segera dilakukan. Optimalisasi fungsi masjid, baik pada tingkat
intensifikasi maupun ekstensifikasi, pada gilirannya dapat bermanfaat bagi
pembinaan masyarakat, bukan hanya dalam aspek kegiatan ibadah saja, tetapi juga
bagi pembinaan aspek wawasan sosial, politik, dan ekonomi serta
wawasan-wawasan lainnya sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Sebab,
kehadiran masjid di tengah-tengah kehidupan masyarakat dapat memberi inspirasi
sosial yang tidak sederhana. Misalnya, pertemuan ritual yang dilakukan setiap kali
melaksanakan ṣalāt dapat membangun kedekatan sosial untuk saling
menumbuhkan semangat solidaritas yang sangat tinggi. Dalam situasi apapun,
8
Aprilia Jayanagara, 2013
Studi Realitas Peran Dan Fungsi Masjid Sekolah Dalam Pembinaan Keagamaan Siswa (Studi Deskriptif Di SMAN 2 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mewujudkan tatanan sosial yang lebih baik. Jika selama ini pusat pembinaan
sekarang harus juga dikembangkan lembaga kemasjidan sebagai salah satu alternatif pembinaan umat dan bahkan bangsa secara keseluruhan (Danang, 2012).
Istilah masjid berasal dari bahasa Arab, diambil dari kata “sajada, yasjudu, sajdan.” Kata sajada artinya bersujud, patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan ta’żim. Untuk menunjukkan suatu tempat, kata sajada dirubah bentuknya menjadi Masjidun (isim makān) artinya tempat sujud menyembah Allāh (Syahidin, 2003, hal. 1).
Masjid menurut bahasa berarti tempat bersujud. Kata masjid merupakan isim
yang diambil dari kata sujud; bentuk dasarnya adalah sajada-yasjudu (Husain, 2011, hal. 9).
Menurut Ash-shiddieqy (2000, hal. 1638), masjid pada asalnya bermakna
tempat bersujud. Kemudian dipakai untuk menamai rumah yang khusus
dipergunakan untuk tempat beribadah. Maka, masuk dalam pengertian “masjid”
adalah semua rumah yang dijadikan tempat jama’aḥ (sekelompok orang)
bersembahyang, baik di dalamnya dilaksanakan ṣalāt ataupun tidak.
Syahidin (2003, hal. 3) mengemukakan bahwa, “secara terminologis masjid
mengandung makna sebagai pusat dari segala kebajikan kepada Allāh.
Didalamnya terdapat dua bentuk kebajikan, yaitu kebajikan yang dikemas dalam
bentuk ibadah khusus, yaitu ṣalātfarḍu, baik secara sendirian mupun berjama’aḥ dan kebajikan yang dikemas dalam bentuk ‘amaliyah sehari-hari, seperti
berkomunikasi dan bersilaturahmi dengan sesama jama’aḥ.”
Abdul Malik As-Saidi (Husain, 2011, hal. 12) mendefinisikan bahwa, “Masjid
menurut istilah adalah masjid sebagai tempat yang khusus yang disiapkan untuk
pelaksanaan ṣalāt lima waktu dan berkumpul, serta berlaku selamanya. Jadi,
berdasarkan definisi ini, tempat yang disediakan untuk ṣalāt „Id dan sebagainya, tidak tergolong masjid. Selain itu, berdasarkan pernyataan “berlaku selamanya”,
tempat yang disiapkan secara khusus untuk ṣalāt di rumah atau di
10
Aprilia Jayanagara, 2013
Studi Realitas Peran Dan Fungsi Masjid Sekolah Dalam Pembinaan Keagamaan Siswa (Studi Deskriptif Di SMAN 2 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menunjukkan bahwa kata-kata dan kalimat tersebut mengandung makna yang
amat penting, sebagaimana kata Masjid diulang sebanyak dua puluh delapan kali
dalam al-Qur`ān menunjukkan betapa pentingnya kedudukan dan fungsi masjid dalam ajaran Islām (Syahidin, 2003, hal. 1).
Dalam sejarah perjalanannya, pengertian masjid telah mengalami penyempitan
makna karena hanya dianggap sebagai tempat sujud atau upacara ritual saja, yaitu
menunjuk pada sebuah bangunan yang fungsi utamanya sebagai tempat ṣalāt
bersujud menyembah Allāh. Sedangkan fungsi yang lebih luas kurang
mendapatkan perhatian.
Syahidin (2003, hal. 3) mengemukakan bahwa, “makna masjid sebagaimana
dipahami dan dicontohkan Rasūlullāh Saw., jauh lebih luas daripada sekedar
tempat sujud atau ṣalāt saja. Rasūlullāh Saw. pernah bersabda dalam sebuah hadiṡ
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: “al-Arḍu kulluha Masjidun” yang artinya,
“Bumi ini seluruhnya adalah tempat sujud.” Karena itu, bagi umat Islām, di mana pun dia berada boleh mendirikan ṣalāt, kecuali di atas kuburan dan di
tempat-tempat bernajis. Sabda Nabī: “Telah dijadikan bagi kita bumi ini tempat sujud dan keadaannya bersih” (H.R. Muslim).”
Demikian pula, bila kita perhatikan sejarah perjalanan dakwah Nabī dalam
menyampaikan risalah Allāh ke seluruh pelosok dunia dimulai dari masjid
sebagaimana kita lihat ketika Nabī membangun masyarakat baru di kota Madinah,
maka yang pertama kali dibangun oleh beliau adalah masjid bukan tempat tinggal
sendiri atau bangunan-bangunan lain. Begitu pula dalam perkembangan
berikutnya bahwa dakwah Islām terus terpancar melalui masjid. Ini sebagai bukti
sejarah keberadaan masjid di tengah-tengah kehidupan dakwah Islām.
Untuk mengembalikan pemahaman umat Islām terhadap konsepsi masjid
sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur`ān dan dipraktikkan oleh Nabī, maka kita perlu melakukan upaya melalui berbagai studi untuk mendudukkan kembali
perangkat-12
Aprilia Jayanagara, 2013
Studi Realitas Peran Dan Fungsi Masjid Sekolah Dalam Pembinaan Keagamaan Siswa (Studi Deskriptif Di SMAN 2 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perangkat teknis pengelolaan seperti perangkat manajemen sampai pada
Saat ini, pembangunan masjid tidak hanya di perumahan atau di pemukiman,
tetapi juga di setiap lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah atau madrasah
sama-sama memiliki bangunan masjid atau paling tidak mushola. Namun ada juga
sebagian sekolah memiliki bangunan yang cukup mentereng dan megah. Ini
membawa arah baru dan situasi yang sangat kondusif untuk menciptakan proses
pembelajaran ke arah yang lebih positif dan bernuasa keagamaan. Karena disadari
bahwa proses pendidikan tidak semata-mata menciptakan suasana belajar yang
memisahkan antara ilmu dan agama. Boleh dikatakan sekolah yang di masa
sekarang tidak memiliki masjid yang representatif termasuk sekolah atau
madrasah yang sarana atau fasilitas belajarnya dipandang masih belum lengkap
dan kurang. Bahkan dalam penilaian akreditasi, masjid merupakan salah satu
pendukungnya. Oleh karena itu, peranan masjid dalam lembaga pendidikan dalam
hal ini sekolah atau madrasah benar-benar sangat diperlukan dalam arti untuk
pelengkap sarana belajar sepertinya ruangan-ruangan lain yang bisa dijadikan
tempat belajar.
Berkaitan dengan pemikiran di atas, Danang (2012) mengemukakan, bahwa
masjid memiliki peranan yang sangat penting dalam pembinaan mental siswa,
yaitu:
1. Fungsi Ibadah atau Pembinaan Iman dan Taqwa
Fungsi ini sesuai dengan arti kata masjid itu sendiri yaitu tempat sujud kepada Allāh. Tetapi pengertian tempat ibadah di sini tidak hanya menyangkut ibadah yang bersifat individual, seperti I’tikaf, ṣalāt wajib dan sunnaḥ, membaca
al-Qur`ān, melainkan juga ibadah yang bersifat jama’aḥ yang dilaksanakan secara bersama-sama seperti ṣalāt Jumat dan lain-lain. Dengan demikian, siswa akan terbiasa terbina iman dan taqwanya.
2. Fungsi Sosial Kemasyarakatan
14
Aprilia Jayanagara, 2013
Studi Realitas Peran Dan Fungsi Masjid Sekolah Dalam Pembinaan Keagamaan Siswa (Studi Deskriptif Di SMAN 2 Bandung)
3. Fungsi Pendidikan
Dalam kurikulum tahun 2004, kegiatan belajar tidak hanya dilakukan di dalam kelas tetapi dapat pula dilaksanakan diberbagai tempat yang kira-kira dianggap efektif untuk terciptanya suasana belajar. Masjid merupakan salah satu tempat yang bisa dijadikan tempat belajar mengajar. Sebab banyak diantaranya, masjid itu dilengkapi dengan sarana seperti perpustakaan, ruang sidang, laboratorium bahasa, dan lain-lain. Ini sangat positif sebab menciptakan para siswa lebih betah tinggal di masjid dengan berbagai aktivitas yang baik.
4. Fungsi Ekonomi
Jangan disangka masjid tidak memiliki peran secara ekonomi. Mungkin orang lupa tentang berbagai kegiatan seperti pengelolaan kas masjid, infak, ṣadaqah, zakāt, dan lain-lain. Ini semua berkaitan dengan masalah perekonomian. Hasilnya bisa dipakai membeli sajadah, karpet, dan sebagainya. Kalau benar-benar dikelola dengan baik, bisa dijadikan bekal pengalaman untuk kegiatan yang cakupannya lebih luas dari lingkungan masjid. Maka sudah sepantasnyalah sejak dini guru mendidik dan mengajarkan kepada siswanya agar masjid dijadikan salah satu tempat belajar yang menyenangkan.
Dari uraian di atas, maka perlu dikaji lebih lanjut bagaimana sebenarnya peran
dan fungsi Masjid sekolah dalam pembinaan keagamaan siswa. Dengan demikian,
masalah di atas memerlukan suatu kajian yang mendalam yang akan mendekatkan
kepada pemecahan masalah yang lebih objektif. Untuk itu, penulis mengangkat
judul, STUDI REALITAS PERAN DAN FUNGSI MASJID SEKOLAH
DALAM PEMBINAAN KEAGAMAAN SISWA (Studi Deskriptif di SMAN 2 Bandung).
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi bahwa yang
menjadi rumusan masalah pokok yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu: “Bagaimana Peran dan Fungsi Masjid Sekolah dalam Pembinaan Keagamaan Siswa di SMAN 2 Bandung?”
Supaya penelitian ini lebih terarah dalam operasionalisasinya, maka disusun
16
Aprilia Jayanagara, 2013
Studi Realitas Peran Dan Fungsi Masjid Sekolah Dalam Pembinaan Keagamaan Siswa (Studi Deskriptif Di SMAN 2 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Bagaimana peran masjid sekolah dalam pembinaan keagamaan siswa di
2. Bagaimana fungsi masjid sekolah dalam pembinaan keagamaan siswa di
SMAN 2 Bandung?
3. Bagaimana program dan pengelolaan masjid di SMAN 2 Bandung kaitannya
dengan peran dan fungsi masjid sekolah dalam pembinaan keagamaan siswa?
4. Bagaimana implikasi pedagogis masjid sekolah dalam pembinaan keagamaan
siswa di SMAN 2 Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan,
maka secara umum tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui serta memperoleh
gambaran mengenai Peran dan Fungsi Masjid Sekolah dalam Pembinaan
Keagamaan di SMAN 2 Bandung. Adapun tujuan khusus penelitian ini antara
lain:
1. Untuk mengetahui peran masjid sekolah dalam pembinaan keagamaan siswa
di SMAN 2 Bandung.
2. Untuk mengetahui fungsi masjid sekolah dalam pembinaan keagamaan siswa
di SMAN 2 Bandung.
3. Untuk mengetahui program dan pengelolaan masjid di SMAN 2 Bandung
kaitannya dengan peran dan fungsi masjid sekolah dalam pembinaan
keagamaan siswa.
4. Untuk mengetahui implikasi pedagogis masjid sekolah dalam pembinaan
keagamaan siswa di SMAN 2 Bandung.
D. Manfaat/Signifikansi Penelitian
Peneliti membagi manfaat penelitian menjadi dua bagian yang terdiri dari
manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun manfaat penelitian secara teoritis
18
Aprilia Jayanagara, 2013
Studi Realitas Peran Dan Fungsi Masjid Sekolah Dalam Pembinaan Keagamaan Siswa (Studi Deskriptif Di SMAN 2 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan memberikan sumbangan
2. Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi peserta didik, pendidik, dan
instansi atau lembaga untuk mengoptimalkan peran dan fungsi masjid sekolah
dalam pembinaan keagamaan siswa.
Sedangkan manfaat penelitian secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat
memberikan manfaat dan kontribusi bagi berbagai pihak terutama yang berkaitan
dengan pendidikan, seperti:
1. Peserta didik
a. Siswa dapat memanfaatkan peran dan fungsi masjid sekolah untuk
mendapatkan tambahan ilmu keagamaan.
b. Siswa dapat termotivasi untuk membina keagamaannya di masjid sekolah
sehingga konsep akhlāqul karīmah dapat diwujudkan.
2. Pendidik
a. Guru dapat meningkatkan peran dan fungsi masjid sekolah dalam
pembinaan keagamaan.
b. Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas dapat menjadi
teladan bagi peserta didik dengan memberikan motivasi dalam membina
keagamaan peserta didik.
3. Instansi atau lembaga
a. Dapat menjadi bahan pertimbangan oleh Pemerintah dalam upaya
membina akhlāq siswa dengan mengoptimalkan peran dan fungsi masjid
sekolah.
b. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi Pemerintah dalam
mengangkat dan membina serta mengembangkan guru-guru khususnya
20
Aprilia Jayanagara, 2013
Studi Realitas Peran Dan Fungsi Masjid Sekolah Dalam Pembinaan Keagamaan Siswa (Studi Deskriptif Di SMAN 2 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Struktur Organisasi Skripsi
Skripsi ini secara keseluruhan terdiri dari lima bab, dengan sistematika
penulisan sebagai berikut:
Bab I, berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari
skripsi. Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat atau signifikasi penelitian, dan struktur
organisasi skripsi.
Bab II, berisi tentang kajian pustaka. Kajian pustaka berfungsi sebagai
landasan teoretik dalam menyusun pertanyaan penelitian, tujuan, serta hipotesis.
Kajian pustaka berisi konsep-konsep, teori-teori, hukum-hukum, dalil-dalil,
model-model, rumus utama dan turunannya dalam bidang yang dikaji. Karena
penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan
kualitatif, maka hipotesis tidak diperlukan karena dirumuskan dalam kalimat
pernyataan deklaratif. Sehingga, pada bab ini akan dibahas tentang peran dan
fungsi masjid sekolah dalam pembinaan keagamaan.
Bab III, berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk
beberapa komponen seperti, lokasi dan justifikasi pemilihan lokasi, desain
penelitian dan justifikasi pemilihan desain penelitian, pendekatan penelitian dan
justifikasi pemilihan pendekatan penelitian, metode penelitian dan justifikasi
penggunaan metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses
pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan
langkah-langkah penelitian.
Bab IV, menjelaskan tentang temuan dari hasil pengolahan data yang
diperoleh dari lapangan berupa hasil penelitian dan pembahasan.
Bab V, menyajikan kesimpulan dan saran yang merupakan penafsiran dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAN 2 Bandung yang berlokasi di jalan
cihampelas no.173. Sekolah tersebut dijadikan tempat penelitian dikarenakan
pernah dijadikan objek penelitian pada mata kuliah manajemen
ekstrakurikuler keagamaan. Disamping itu, lokasi daerahnya mudah dijangkau
baik menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi, sehingga
memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian.
2. Populasi Penelitian
Sugiyono (2008, hal. 215) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif,
tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “social
situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu: tempat
(place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Pada situasi soaial, atau objek penelitian ini, peneliti dapat
mengamati secara mendalam aktivitas (activity), orang-orang (actors), yang ada pada tempat (place) tertentu.
Dalam penelitian kualitatif, tidak menggunakan populasi, karena penelitan
kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu
dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan
ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi
sosial pada kasus yang dipelajari. Peneliti memasuki situasi sosial tertentu,
melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang
tahu tentang situasi sosial tersebut. Penentuan sumber data pada orang yang
49
Aprilia Jayanagara, 2013
Studi Realitas Peran Dan Fungsi Masjid Sekolah Dalam Pembinaan Keagamaan Siswa (Studi Deskriptif Di SMAN 2 Bandung)
3. Sampel Penelitian
Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif, sangat berbeda dengan
penentuan sampel dalam penelitian kuantitatif. Penentuan sampel dalam
penelitian kualitatif tidak didasarkan perhitungan statistik. Sampel yang
dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk
digeneralisasikan. Jadi, penentuan sampel dalam penelitian kualitatif
dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian
berlangsung.
Sampel dalam penelitian kualitatif tidak dinamakan responden, tetapi
sebagai narasumber, atau partisipan, informan, teman, dan guru dalam
penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel
statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian adalah untuk
menghasilkan teori.
Menurut Spradley, sebagaimana dikutip oleh Sanafiah Faisal dalam
Sugiyono (2008, hal. 221), situasi sosial untuk sampel awal sangat disarankan
suatu situasi sosial yang dialamnya menjadi semacam muara dari banyak
domain lainnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa, sampel sebagai sumber data
atau sebagai informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut.
a. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya.
b. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti.
c. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi. d. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil
“kemasannya” sendiri.
e. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti
51
Aprilia Jayanagara, 2013
Studi Realitas Peran Dan Fungsi Masjid Sekolah Dalam Pembinaan Keagamaan Siswa (Studi Deskriptif Di SMAN 2 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jadi, dalam penelitian ini, jika pemilihan sampel atau informan
benar-benar jatuh pada subjek yang benar-benar-benar-benar menguasai situasi sosial yang
diteliti (objek), maka peneliti tidak memerlukan banyak sampel. Karena yang menjadi kepedulian bagi peneliti kualitatif adalah “tuntasnya” perolehan
informasi dengan keragaman variasi yang ada, bukan “banyaknya” sampel
sumber data.
4. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah Kepala Sekolah SMAN 2 Bandung,
Pembina DKM al-Ikhlas SMAN 2 Bandung, Pembina KRM al-Ikhlas SMAN
2 Bandung, Guru Pendidikan Agama Islām SMAN 2 Bandung, Ketua KRM
al-Ikhlas SMAN 2 Bandung, Alumni SMAN 2 Bandung, serta perwakilan
siswa-siswi SMAN 2 Bandung.
B. Desain Penelitian
Menurut Nasution (2009, hal. 25), desain penelitian yang banyak kita dapati
adalah desain survey, case study, and experimen.
1. Desain Survey
Desain survey adalah suatu penelitian survey atau survey yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang orang yang jumlahnya besar, dengan
cara mewawancarai sejumlah kecil dari populasi itu. Survey dapat digunakan dalam penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif, maupun eksperimental.
Mutu survey antara lain bergantung pada: a. Jumlah orang yang dijadikan sampel.
b. Taraf hingga mana sampel itu representatif, artinya mewakili kelompok yang diselidiki.
c. Tingkat kepercayaan informasi yang diperoleh dari sampel itu.
Untuk memperoleh keterangan dapat digunakan questionnaire atau angket, wawancara, observasi langsung, atau kombinasi teknik-teknik pengumpulan
2. Desain Case Study
Desain case study adalah bentuk penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya. Case study dapat dilakukan terhadap seorang individu, sekelompok individu (misalnya suatu
keluarga), atau segolongan manusia. Case study dapat mengenai perkembangan sesuatu. Bahan untuk case study dapat diperoleh dari sumber-sumber seperti laporan hasil pengamatan, catatan pribadi, kitab harian atau
biografi orang yang diselidiki, laporan atau keterangan dari orang yang
banyak tahu tentang hal itu.
3. Desain Eksperimen
Dalam desain eksperimen, terdapat kelompok yang disebut kelompok
eksperimen, yaitu kelompok yang sengaja dipengaruhi oleh variabel-variabel
tertentu, misalnya diberikan latihan (Nasution, 2009, hal. 27-30).
Dalam penelitian ini, desain penelitian yang peneliti gunakan adalah
desain survey, karena dimaksudkan untuk eksploratif dan deskriptif.
C. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang dilakukan berdasarkan paradigma,
strategi, dan implementasi model secara kualitatif. Perspektif, strategi, dan model
yang dikembangkan sangat beragam. Sebab itu, tidak mengherankan jika Denzin
dan Lincoln beranggapan bahwa, “qualitative research is many thing to many
people” (Basrowi & Suwandi, 2008, hal. 20).
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman dalam Basrowi
dan Suwandi (2008, hal. 22), bahwa:
53
Aprilia Jayanagara, 2013
Studi Realitas Peran Dan Fungsi Masjid Sekolah Dalam Pembinaan Keagamaan Siswa (Studi Deskriptif Di SMAN 2 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Bogdan dan Taylor dalam Basrowi dan Suwandi (2008, hal. 22-23),
pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam
tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu,
kelompok, masyarakat, dan atau suatu organisasi tertentu dalam suatu setting
konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan
holistik. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang
sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pada
pendekatan kualitatif, analisis data dilakukan secara induktif karena metode
induktif ini lebih memungkinkan peneliti mengidentifikasi realitas yang ada di
lapangan, membuat interaksi antara peneliti dan responden lebih eksplisit,
nampak, dan mudah dilakukan, sehingga memungkinkan identifikasi aspek-aspek
yang saling mempengaruhi.
Dalam pandangan Bogdan dan Biklen (1982, hal. 29), pendekatan kualitatif
mempunyai lima karakteristik, yaitu: Sumber data adalah situasi yang wajar apa
adanya dan peneliti diposisikan sebagai instrument utama, bersifat deskriptif,
lebih mengutamakan proses daripada hasil, menganalisa data hasil penelitian
dengan menggunakan pendekatan induktif, mengutamakan makna dibalik
fenomena yang tampak. Tipologi penelitian ini adalah field research (penelitian empirik).
Sementara itu, dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini menurut
Nasution (2009, hal. 4) didasarkan pada dua alasan yaitu:
Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya prores dan kontekstual. Kedua, pemilihan pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar alamiahnya.
Lebih lanjut Mahmud (2001, hal. 266) menegaskan bahwa, “penelitian
kualitatif karena menekankan pada keaslian, tidak bertolak dari teori secara
Dalam penelitian kualitatif, sebagaimana diungkapkan oleh Sugiyono (2008,
hal. 11), peneliti sebagai human instrument dan dengan teknik pengumpulan data
participant observation (observasi berperan serta) dan in depth interview
(wawancara mendalam), maka peneliti harus berinteraksi dengan sumber data.
Dengan demikian, peneliti kualitatif harus mengenal betul orang yang
memberikan data. Dalam paragraf selanjutnya, Sugiyono (2008, hal. 11), pun
menegaskan dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik dan lebih
menekankan pada proses, maka penelitian kualitatif dalam melihat hubungan
antar variabel pada obyek yang diteliti lebih bersifat interaktif yaitu saling
mempengaruhi, sehingga tidak diketahui mana variabel independen dan
dependennya.
Pada umumnya, penelitian kualitatif tidak melakukan generalisasi tetapi lebih
menekankan kedalaman informasi sehingga sampai pada tingkat makna. Makna
adalah data dibalik yang tampak. Walaupun penelitian kualitatif tidak
membuatgeneralisasi, tidak berarti hasil penelitian kualitatif tidak dapat
diterapkan di tempat lain. hasil penelitian kualitatif dapat ditransferkan atau
diterapkan di tempat lain, manakala kondisi tempat lain tersebut tidak jauh
berbeda dengan tempat penelitian (Sugiyono, 2008, hal. 12-13).
Selanjutnya, Bogdan dan Biklen dalam Sugiyono (2008, hal. 13)
mengemukakan, bahwa karakteristik penelitian kualitatif adalah sebagai berikut.
1. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah (sebagai lawannya eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci. 2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk
kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.
3. Penelitian kualitatif menekankan pada proses daripada produk atau outcome.
4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif. 5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna.
Penelitian kualitatif memandang objek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil
konstruksi pemikiran dan interpretasi terhadap gejala yang diamati, serta utuh
55
Aprilia Jayanagara, 2013
Studi Realitas Peran Dan Fungsi Masjid Sekolah Dalam Pembinaan Keagamaan Siswa (Studi Deskriptif Di SMAN 2 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tahap pertama dalam proses penelitian kualitatif yaitu tahap deskripsi dengan
grand tour question. Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan ditanyakan. Selanjutnya, tahap reduksi. Peneliti
mereduksi segala informasi yang telah diperoleh pada tahap pertama. Pada tahap
reduksi ini, peneliti menyortir data dengan cara memilih mana data yang menarik,
penting, berguna, dan baru. Tahap terakhir, yaitu tahap selection. Pada tahap ini ini peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih rinci. Setelah
peneliti melakukan analisis yang mendalam terhadap data dan informasi yang
diperoleh, maka peneliti dapat menemukan tema dengan cara mengkonstruksikan
data yang diperoleh menjadi sesuatu bangunan pengetahuan, hipotesis, atau ilmu
yang baru (Sugiyono, 2008, hal. 20).
Hasil akhir dari penelitian kualitatif bukan sekedar menghasilkan data atau
informasi yang sulit dicari melalui metode kuantitatif, tetapi juga harus mampu
menghasilkan informasi-informasi yang bermakna, bahkan hipotesis atau ilmu
baru yang dapat digunakan untukmembantu mengatasi masalah dan meningkatkan
taraf hidup manusia (Sugiyono, 2008, hal. 20).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian
kualitatif temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik,
manipulasi, atau bentuk lainnya melainkan lebih secara naturalistik dan
fenomenologi. Hal ini didasarkan pada dua alasan. Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya
tekstual dan kontekstual. Kedua, peneliti sendiri merupakan alat pengumpul data utama.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara untuk memperoleh atau memecahkan
permasalahan yang dihadapi. Metode penelitian merupakan bagian yang
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu
(Sugiyono, 2008, hal. 2).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif
dinamakan sebagai metode baru karena popularitasnya belum lama, dinamakan
metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsfat postpositivisme. Metode
ini disebut juga sebagai metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat
seni (kurang terpola) dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di
lapangan (Sugiyono, 2008, hal. 7-8).
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat pospositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, analisis data bersifat induktif,
dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi(Sugiyono, 2008, hal. 9).
Karakteristik metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono dalam tabel 1.2
(2008, hal. 14), adalah sebagai berikut.
57
Aprilia Jayanagara, 2013
Studi Realitas Peran Dan Fungsi Masjid Sekolah Dalam Pembinaan Keagamaan Siswa (Studi Deskriptif Di SMAN 2 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Teknik Pengumpulan Data
b. Buku catatan tape recorder, camera, handycam, dan
a. Terus menerus sejak awal sampai akhir penelitian b. Induktif
9. Usulan desain
a. Setelah tidak ada data yang dianggap baru/jenuh
11. Kepercayaan terhadap hasil penelitian
a. Pengujian kredibilitas, depenabilitas, proses, dan hasil penelitian
Menurut Sugiyono (2008, hal. 205), dalam penelitian kualitatif, akan terjadi
tiga kemungkinan terhadap masalah yang dibawa oleh peneliti dalam penelitian.
Yang pertama, masalah yang dibawa oleh peneliti tetap, sehingga sejak awal
sampai akhir penelitian sama. Dengan demikian, judul proposal dengan judul
laporan penelitian, sama. Yang kedua, masalah yang dibawa peneliti setelah
memasuki penelitian berkembang yaitu memperluas atau memperdalam masalah
yang telah disiapkan. Dengan demikian, tidak terlalu banyak perubahan, sehingga
judul penelitian cukup disempurnakan. Yang ketiga, masalah yang dibawa peneliti
setelah memasuki lapangan berubah total, sehingga harus ganti masalah.
59
Aprilia Jayanagara, 2013
Studi Realitas Peran Dan Fungsi Masjid Sekolah Dalam Pembinaan Keagamaan Siswa (Studi Deskriptif Di SMAN 2 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
cukup lama, karena tujuan penelitian kualitatif adalah bersifat penemuan. Bukan
sekedar pembuktian hipotesis seperti dalam penelitian kuantitatif. Namun
demikian, kemungkinan jangka penelitian berlangsung dalam jangka waktu yang
pendek, bila telah ditemukan sesuatu dan datanya sudah jenuh. Ibarat mencari
provokator, atau mengurai masalah, atau memahami makna, kalau semua itu
dapat ditemukan dalam satu minggu, dan telah teruji kredibilitasnya, maka
penelitian kualitatif dinyatakan selesai, sehingga tidak memerlukan waktu yang
lama.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini, tidak ada cara yang mudah untuk
menentukan berapa lama penelitian ini dilaksanakan. Karena lamanya penelitian
ini akan tergantung pada keberadaan sumber data, interest, dan tujuan penelitian.
Selain itu, akan tergantung juga pada cakupan penelitian dan bagaimana peneliti
mengatur waktu yang digunakan dalam setiap hari atau tiap minggu. Namun
peneliti merencanakan penelitian ini akan dilaksanakan selama satu minggu
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari salah pengertian dan penafsiran dalam penelitian ini, maka
perlu dijelaskan beberapa istilah sehingga ada kesamaan landasa berfikir antara
peneliti atas apa yang dituangkan dalam penelitian ini dengan pembaca.
1. Studi Realitas
Studi Realitas adalah penelitian yang objek penelitiannya merupakan
permasalahan yang diambil dari kenyataan-kenyataan yang terjadi di
sekeliling kita. Dalam studi realitas, fakta yang ada merupakan data dan bukti
yang harus dicatat, dikumpulkan, dan diteliti lebih mendalam.
2. Peran dan Fungsi
Peran berarti pemain sandiwara atau perangkat tingkah yang diharapkan
dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat. Sedangkan fungsi
adalah jabatan (pekerjaan) yg dilakukan atau kegunaan suatu hal. (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2013).
Namun dalam penelitian ini, definisi peran yang dimaksud adalah pengaruh
objek yang diteliti terhadap lingkungannya, dalam hal ini objek yang diteliti
yaitu pengaruh Masjid sekolah terhadap pembinaan keagamaan siswa.
Sedangkan definisi fungsi yang dimaksud dalam penelitian ini, adalah
kegunaan objek yang diteliti dalam lingkungannya, dalam hal ini objek yang
diteliti yaitu kegunaan Masjid sekolah dalam pembinaan keagamaan siswa.
3. Pembinaan Keagamaan
Pembinaan keagamaan dapat diartikan proses, perbuatan, pembaharuan,
penyempurnaan, usaha, tindakan, atau kegiatan yang dilakukan secara berdaya
guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik dalam meningkatkan
kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran ketaatan dan kewajiban-kewajiban
yang bertalian dengan kepercayaan itu. Pembinaan keagamaan adalah
pembinaan pelaksanaan ajaran agama Islām, adapun yang menjadi materi
61
Aprilia Jayanagara, 2013
Studi Realitas Peran Dan Fungsi Masjid Sekolah Dalam Pembinaan Keagamaan Siswa (Studi Deskriptif Di SMAN 2 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Surakhman (1989, hal. 140) mendefinisikan studi deskriptif sebagai penelitian
yang memusatkan pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa
sekarang, pada masalah yang aktual, data yang dikumpulkan mula-mula
disusun, dijelaskan, dan kemudian dianalisa.
Sementara itu Munir (2009, hal. 62) berpendapat bahwa studi deskriptif adalah
pencarian berupa fakta, hasil, dan ide pemikiran seseorang melalui cara
mencari, menganalisis, membuat interpretasi, serta melakukan generalisasi
terhadap hasil penelitian yang dilakukan.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan segala macam alat bantu yang digunakan peneliti untuk
memudahkan dalam pengukuran variabel (Mustafa, 2009, hal. 93).
Menurut Sugiyono dalam Farizhi (2012, hal. 60), instrumen penelitian adalah
suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Secara fungsional, kegunaan instrumen penelitian adalah untuk memperoleh
data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan
informasi di lapangan. Ada empat media untuk mengumpulkan data dalam proses
penelitian. Keempat media tersebut, penggunaannya dapat dipilih satu macam,
atau gabungan antara dua media tersebut, tergantung macam data yang diharapkan
peneliti. Keempat media pengumpul data tersebut adalah kuesioner, observasi,
wawancara, dan dokumentasi (Sukardi, 2008, hal. 75).
Sedangkan menurut Sugiyono (2011, hal. 305-306), terdapat dua hal utama
yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian yaitu, kualitas instrumen penelitian,
dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi
instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti
sebagai instrumen yang harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap
melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap
peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode
untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.
Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri melalui evaluasi diri seberapa
jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan
terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan.
Dalam penelitian kualitatif, instrumen utamanya adalah peneliti sendiri,
namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan
akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat
melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui
observasi dan wawancara (Sugiyono, 2008, hal. 223-224).
Dalam hal instrumen penelitian kualitatif, Lincoln dan Guba sebagaimana
dikutip oleh Sugiyono (2008, hal. 223) menerangkan bahwa:
The instrument of choice in naturalistic inquiry is the human. We shall see that other forms of instrumentation may be used in later phases of the inquiry, but the human is the initial and continuing mainstay. But if the human instrument has been used extensively in earlier stages of inquiry, so that an instrument can be constructed that is grounded in the data that the human instrument has product.
Selanjutnya Nasution dalam Sugiyono (2008, hal. 223) menyatakan:
Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.
Berdasarkan dua pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa dalam penelitian
kualitatif, pada awalnya dimana permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang
menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Tetapi setelah masalahnya yang akan
dipelajari jelas, maka dapat dikembangkan suatu instrumen. Oleh karena itu,
63
Aprilia Jayanagara, 2013
Studi Realitas Peran Dan Fungsi Masjid Sekolah Dalam Pembinaan Keagamaan Siswa (Studi Deskriptif Di SMAN 2 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu G. Proses Pengembangan Instrumen
Dalam proses pengembangan instrumen, ketika peneliti sudah selesai
menyusun kisi-kisi instrumen maka sesuai dengan yang disampaikan Mustafa
(2009, hal. 160), dua hal penting dalam kaitannya dengan pengukuran
(measurement), yaitu validitas (validity) dan reliabilitas (reliability).
1. Validitas
Validitas merupakan derajat ketepatan anatara data yang terjadi pada objek
penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian,
data yang valid adalah data yang tidak berbeda antar data yang dilaporkan
oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian
(Sugiyono, 2008, hal. 267).
Menurut Sugiyono (2008, hal. 267), terdapat dua macam validitas
penelitian, yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal
berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian denga hasil yang dicapai.
Validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi apakah penelitian dapat
digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dimana sampel tersebut
diambil.
Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid
apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa
kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal,
tetapi jamak dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam diri
seorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar
belakangnya (Sugiyono, 2008, hal. 268-269).
2. Reliabilitas
Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau
dengan reliabilitas penelitian kuantitatif. Menurut penelitian kualitatif, suatu
realitas itu bersifat majemuk/ganda, dinamis/selalu berubah, sehingga tidak
ada yang konsisten, dan berulang seperti semula (Sugiyono, 2008, hal. 269).
Karena reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi, maka bila ada
peneliti lain mengulangi atau mereplikasi dalam penelitian pada objek yang
sama dengan metode yang sama maka akan menghasilkan data yang sama
(Sugiyono, 2008, hal. 268).
H. Teknik Pengumpulan Data
Teknik atau metode pengumpulan data menurut Mustafa (2009, hal. 92-93)
merupakan langkah penting dalam suatu penelitian karena terhadap data itulah
pengujian atau analisis akan dilakukan. Kualitas data (Goodness of data)akan sangat dipengaruhi oleh siapa narasumbernya, bagaimana dan dengan cara atau
alat apa data itu dikumpulkan atau diukur. Berdasarkan itu dapat dibedakan
menjadi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh
berdasarkan pengukuran secara langsung oleh peneliti dari sumbernya (subyek
penelitian). Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain
dan telah terdokumentasikan, sehingga peneliti tinggal menyalin data tersebut
untuk penelitiannya.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2008, hal. 224).
Secara umum, terdapat empat macam teknik pengumpulan data, yaitu
observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan (triangulasi). Dalam penelitian
kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada
65
Aprilia Jayanagara, 2013
Studi Realitas Peran Dan Fungsi Masjid Sekolah Dalam Pembinaan Keagamaan Siswa (Studi Deskriptif Di SMAN 2 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2005, hal. 220).
Menurut Nasution sebagaimana dikutip oleh Sugiyono (2008, hal. 226)
menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para
ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering
dengan bantuan alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat
kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat auh (benda ruang angkasa)
dapat diobservasi dengan jelas.
Wiguna (2013, hal. 67) memaparkan, observasi adalah suatu metode
pengukuran data untuk mendapatkan data primer, yaitu dengan cara
melakukan pengamatan langsung secara seksama dan sistematis, dengan
menggunakan alat indera. Observasi sering dikacaukan dengan penelitian
lapangan (FieldResearch). Riset lapangan atau riset kencah bukan sebagai kegiatan observasi, karena riset lapangan merupakan sebuah kegiatan
penelitian yang ditinjau dari tempat. Beberapa yang harus dipenuhi dalam
observasi adalah:
a. Data dapat diukur melalui pengamatan (tanpa berinteraksi langsung
dengan subyek penelitian).
b. Peristiwa dan kejadian hanya terjadi pada periode tertentu dan dapat
diamati berulang-ulang.
c. Kapan dan bagaimana pengamatan dilakukan.
d. Berapa lama pengamatan harus dilakukan.
Sanafiah Faisal dalam Sugiyono (2008, hal. 226) mengklasifikan observasi
secara terang-terangan dan tersamar (overt observation and covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation).
Dalam observasi berpartisipasi (participant observation), peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan penelitian, peneliti
melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh
sumber data, dan ikut merasakan suka-dukanya. Dengan observasi
berpartisipasi ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan
sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak