UJI SENSITIVITAS ISOLAT BAKTERI DARI
PASIEN LUKA BAKAR DI BANGSAL LUKA
BAKAR RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
SKRIPSI SARJANA FARMASI
Oleh
NAZHIFAH
No.BP : 0811013099
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
vi ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
2.1.1. Pembagian / klasifikasi luka bakar 6 2.1.2. Luas luka bakar 8 2.2. Infeksi pada Luka Bakar 8 2.3. Bakteri Penyebab Infeksi 9 2.3.1. Sthapylococcus aureus 9 2.3.2. Klebsiella pneumonia dan Klebsiella ozaenae 11
2.4. Antibiotika 13
2.4.1. Klasifikasi antibiotika 14 2.5. Resistensi Bakteri Terhadap Antibiotika 18
III. PELAKSANAAN PENELITIAN 20
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 20
ix
3.2.1. Persiapan Alat dan Bahan 20
3.3. Prosedur Penelitian 21
3.3.1. Sterilisasi alat 21 3.3.2. Penyiapan dan pembuatan media 21 3.3.3. Pengambilan sampel 24 3.3.4. Isolasi bakteri 24 3.3.5. Identifikasi bakteri 24 3.3.6 Penentuan resistensi antibiotika 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 31
4.1. Hasil 31
4.2. Pembahasan 33
V. KESIMPULAN DAN SARAN 48
5.1. Kesimpulan 48
5.2. Saran 49
RUJUKAN 50
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
I. Disk antibiotik yang digunakan 29 II. Data uji identifikasi Staphylococcus aureus 57 III. Data uji identifikasi Klebsiella ozaenae 58 IV. Data uji identifikasi Klebsiella pneumonia 59 V. Data hasil kultur sampel swab luka bakar 60 VI. Hasil uji resistensi Staphylococcus aureus terhadap beberapa
antibiotik 61
VII. Hasil uji resistensi Klebsiella ozaenae terhadap beberapa
antibiotik 62
VIII.Hasil uji resistensi Klebsiella pneumonia I terhadap beberapa
antibiotik 63
IX.Hasil uji resistensi Klebsiella pneumonia II terhadap beberapa
antibiotik 64
xi 8. Skema penentuan resistensi antibiotika terhadap bakteri pada
luka bakar 56
9. Foto p ertumbuhan bakteri dalam media thioglikolat 65 10. Foto koloni Staphylococcus aureus pada media Blood Agar 66 11. Foto koloni Staphylococcus aureus pada media Nutrient Agar 66 12. Foto koloni Klebsiella ozaenae pada media Blood Agar 67 13. Foto koloni Klebsiella ozaenae pada media Nutrient Agar 67 14. Foto koloni Klebsiella pneumonia pada media Blood Agar 68 15. Foto koloni Klebsiella pneumonia pada media Nutrient Agar 68 16. Foto hasil pewarnaan Gram terhadap bakteri Gram positif 69 17. Foto hasil pewarnaan Gram terhadap bakteri Gram negatif 69
xii
19. Uji koagulase terhadap bakteri Staphylococcus aureus 70 20. Hasil uji biokimia bakteri Gram negatif 71 21. Hasil uji biokimia bakteri Gram negatif 72 22. Foto uji resistensi Sthapylococcus aureus terhadap beberapa
antibiotika 73
23. Foto uji resistensi Klebsiella ozaenae terhadap beberapa
antibiotika 74
24. Foto uji resistensi Klebsiella pneumonia terhadap beberapa
antibiotika 75
25. Foto uji resistensi Klebsiella pneumonia terhadap beberapa
1
1. PENDAHULUAN
Luka bakar merupakan masalah kesehatan yang sering ditemui di lingkungan masyarakat. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan dan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang tinggi misalnya luka yang terjadi karena terbakar api langsung maupun tidak langsung seperti tersiram air panas, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia (Sjamsuhidajat & Wim, 2004; Moenadjat , 2009).
Akibat yang ditimbulkan oleh luka bakar yaitu kerusakan jaringan kulit yang disebabkan adanya kontak dengan sumber panas (Sjamsuhidajat & Wim, 1997). Kulit dengan adanya luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan. Kerusakan yang timbul tergantung faktor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan faktor penyebab. Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak, semakin luas dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi (Sjamsuhidajat & Wim, 1997).
2
jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat menjadi nekrotik, akibat infeksi kuman menimbulkan peradangan pembuluh darah pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis ( Naqvi, et al , 2011).
Akibat trauma termal, lapisan kulit dan jaringan dibawahnya mengalami denaturasi yang disebut eskar, yang merupakan lingkungan kaya akan protein dan merupakan media yang sangat baik untuk tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme, yaitu mikroorganisme yang hidup di folikel rambut dan kelenjar keringat, mikroorganisme ini akan membentuk koloni-koloni pada luka bakar dangkal, konsentrasinya dapat mencapai 104 sampai 108CFU/g jaringan pada hari kelima. Jenis mikroorganisme yang berkoloni sangat beragam dan tergantung penatalaksanaan awal pada luka. Streptokokus atau Stafilokokus merupakan jenis mikroorganisme yang paling sering dijumpai pada penderita yang tidak memperoleh pengobatan awal dengan antibiotika topikal (Ekrami & Kalantar, 2007; Rajput. et al., 2008; Branski, et al, 2009; Moenadjat, 2009).
Mikroorganisme juga terdapat pada permukaan kulit pasien melalui kontak dengan permukaan yang terkontaminasi dengan lingkungan rumah sakit, air, udara dan dari petugas kesehatan (Church. et al., 2006). Di lingkungan perawatan rumah sakit, koloni yang tersering dijumpai adalah mikroorganisme gram negatif dengan fokus utama hingga saat ini adalah Pseudomonas aeruginosa (Rajput. et al., 2008; Japoni, et al, 2009; Moenadjat, 2009).
3
bakar ditujukan untuk mencegah dan mengatasi infeksi yang timbul pada luka bakar. Pemilihan jenis antibiotika dilakukan berdasarkan hasil kultur mikroorganisme penyebab infeksi dan memiliki sensitivitas terhadap mikroorganisme penyebab. Masalah utama pada faktor mikroorganisme ini adalah berkembangnya berbagai jenis mikroorganisme yang resisten terhadap berbagai jenis antibiotika (Moenadjat, 2009; Naqvi, et al, 2011).
Beberapa jenis obat yang sering digunakan untuk tujuan topikal yaitu Silver nitrat 0,5 %, Mafenide acetate 10 %, Silver sulfadiazine 1 %. Antibiotika yang sering digunakan untuk tujuan sistemik yaitu antibiotika golongan sefalosporin (Church. et al., 2006; Moenadjat, 2009).
Antibiotika pilihan untuk luka bakar menurut standar operasional prosedur perawatan luka bakar SMF Bedah RSUP. DR. M. Djamil yaitu sefalosporin generasi pertama dan generasi ketiga. Dari hasil observasi di rumah sakit DR. M. Djamil Padang dan diskusi dengan perawat bahwa pasien yang baru datang diberikan antibiotika trixon atau ceftriaxon, apabila belum ada perubahan dilakukan kultur dan diganti antibiotika yang digunakan akan tetapi masih banyak pasien yang tidak sembuh dengan penggunaan antibiotika tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian berhubungan dengan hal tersebut supaya diketahui jenis mikroorganisme yang terdapat pada luka bakar, dan sensitivitas terhadap antibiotika.
4